• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP KONFLIK

ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN

ERDOGAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Mochammad Satrio Wicaksono No. Mhs. 20090510097

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

ii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Kerangka Teori ... 8

D. Hipotesa...18

E. Tujuan Penelitian...18

F. Manfaat Penelitian...19

G. Metode Penelitian ... ..20

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II GAMBARAN PEMERINTAHAN TURKI SEBELUM TAYYIP ERDOGAN ... 22

A. Haluan Politik Luar Negeri Turki Sebelum Tayyip Erdogan ... 22

B. Politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan ... 26

BAB III PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP PALESTINA……… ... 37

A. Kemenangan Erdogan ... 37

(3)

iii

BAB IV SEBAB-SEBAB PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN YANG SEBELUMNYA PRO ISRAEL

MENJADI PRO PALESTINA...56

A. Dukungan Turki terhadap Palestina ... 56

B. Reaksi Keras Turki terhadap Israel ... 64

(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk

Keuda orang tua Yang telah melahirkan saya, dan membesarkan saya hingga saat ini. Terimaksih atas kesabaran yang luar biasa, dan juga memberikan dukungan materil dan imateril

terutama juga doa yang tak putus-putus untuk anaknya

Untuk kedua kakak kandungku dan kakak iparku terimakasih atas doa dan dukungannya Teman teman angkatan 2009 kelas HI B terutama Mitya, Adi Barkah, Ujie dan Apris Dan tak lupa juga untuk ibu Siti Muslikhati S.IP.M.Si selaku dosen pembimbing yang amat

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji shukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan hidayah Nya serta junjunganku Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh rasa shukur penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripsi ini tidak lepas dari berkah yang di berikan Allah SWT. Sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul : POLITIK LUAR NEGERI TURKI

TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN , yang mana dalam penyusunanya telah dibantu oleh banyak pihak agar dapat memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) Ilmu Hubungan Internasional. Penulis ingin mengucapkan trimakasih dan pengharggan sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Siti Muslikhati , S,IP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya 2. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos, M.Si selaku penguji II skripsi

3. Ibu Drs. Nur Azizah, M.Si selaku penguji III skripsi

(6)
(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum era Erdogan, politik luar negeri Turki diawali dengan Turki yang menjadi pro terhadap Barat. Sikap Turki ini yang membuat geram negara-negara Islam di Timur Tengah yang kurang dipedulikan oleh Turki. Lebih jauh lagi, pada akhirnya Turki menjadi negara mitra baik Amerika Serikat dan sekutunya. Sehingga menjadikan Turki sebagai kepanjangan tangan kepentingan negara-negara Barat di Timur Tengah. Turki sendiri merupakan salah satu anggota aliansi militer NATO yang banyak beroperasi untuk mengimplementasikan kepentingan Barat. Turki secara terbuka mengembangkan peran politik luar negerinya dalam dinamika politik regional Timur Tengah khususnya dalam peristiwa Arab Spring.

(8)

2

peristiwa yaitu “Insiden Flotila dan Nubuat tentang Turki”, Turki langsung berubah seratus delapan puluh derajat menjadi musuh Israel.

Perubahan yang terjadi pada politik luar negeri Turki ini memiliki skala yang tertinggi dalam klasifikasi perubahan Politik/hubungan Luar Negeri (PLN) Turki, sehingga menjadi menarik kemudian untuk mencari apa faktor utama yang menyebabkan perubahan politik luar negeri Turki ini. Keanggotaan Uni Eropa yang selama ini menjadi salah satu tujuan utama politik luar negeri Turki dan sebagai manifestasi ide politik identitas Turki sebagai negara Eropa, tidak terdengar lagi tindak tanduknya setelah stagnasi negosiasi keanggotaan Uni Eropa di tahun 2008. Sejak krisis di Gaza tahun 2008, Turki banyak mengkritik keras kebijakan Israel. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras tindakkan Israel dalam konferensi Forum Ekonomi Dunia di Davos September 2009. Pada tanggal 11 Oktober 2009, hubungan menjadi lebih tegang ketika Israel dilarang mengikuti latihan militer bersama di Anatolia – Turki. Semula latihan akan dilaksanakan bersama Turki, Israel, Amerika Serikat, dan Italia. Namun, Turki menolak untuk mengizinkan Israel untuk menghadiri. Sebagai tanggapan atas hal itu, Amerika Serikat kemudian menarik diri dari latihan tersebut.

(9)

3

dengan menteri luar negeri Mesir, Tunisia dan Libya. Namun, seiring dengan perkembangan isu-isu Dunia Islam khususnya untuk wilayah Timur Tengah, beberapa kebijakan Turki belakangan ini lebih independen dan berani keluar dari tekanan kepentingan Barat. Sebelumnya pada 2002 silam. Partai Keadilan dan Pembangunan yang merupakan Partai Islam Moderat memenangi Pemilihan Umum dan Recep Tayib Erdogan berhasil menjadi Perdana Menteri Turki dari partai tersebut. Perjalanan politik dalam negeri yang dipimpin oleh Erdogan sangat panjang. Erdogan bersama Abdullah Gul mendirikan Partai AKP. Partai tersebut memimpin negara sebagai dengan mendapat dukungan dari rakyat sehingga saat ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan luar negeri Republik Turki dijalani dengan dua model, yakni antara Kemalisme (diciptakan oleh Attaturk) dan pendekatan Strategic Depth yakni pengembalian kejayaan Usmani (Neo-Ottomanisme) oleh Erdogan dan Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu menyadari betul pentingnya sejarah dan warisan kultural dalam menjalankan kepentingan nasional dengan kebijakan zero problem with neighbors..

(10)

4

politik intensif merupakan strategi politik yang menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki dan sejarahnya yang panjang serta kebudayaan yang mendorong Turki menempati posisi strategis dalam panggung politik internasional, terutama di Timur Tengah. Dengan demikian, itulah strategi politik Turki yang baru, yaitu menjamin keselamatan dan keamanan nasional Turki tanpa melalui pembatasan dan pengisolasian diri, melainkan melainkan memiliki persepsi terhadap keterbukaan dan menerapkan politik soft power kepada negara tetangga.

(11)

5

Dalam tatanan kebijakan internasional secara historis, Turki adalah negara yang sangat berbeda dari negara Arab lainnya. Ketika dunia Arab masih mempertahankan eksistensi dan konfliktual Sunni-Syiah, Turki bahkan berusaha merangkul seluruh dunia Arab menuju perdamaian. Oleh karenanya di negara ini, dapat memberikan contoh keberhasilan eksitensi sufisme kedalam sendi pemerintahan negara yang demokratis, stabil, damai dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan.

(12)

6

Timur Tengah mulai terganggu kepentingannya ketika Turki ikut campur dalam konflik Palestina-Israel.

(13)

7

tersebut ternyata mengandung konsekwensi yang panjang. Salah satunya yaitu Turki secara resmi mendukung kemerdekaan Palestina.

Republik Turki sangat tegas terhadap Israel dalam kaitannya menanggapi penyerangan negara Zionis Israel terhadap Kapal Mavi Marmara yang telah menewaskan 9 warganya. Para petinggi pemerintah Turki sangat kompak menentang Israel. PM. Recep Thayyib Erdogan bersama Presiden Turki Abdullah Ghul, Menlu Turki Ahmed Novotoglu sepakat untuk menuntut Israel bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Turki menunjukkan sikapnya yang sangat berani, yaitu dengan mengusir diplomat Israel dari negaranya. Lebih jauh lagi, secara sepihak pemerintah Turki membekukan semua perjanjian dengan Israel sebelum negara Yahudi itu minta maaf secara resmi atas aksi penyerangan itu. Turki juga menuntut agar Israel segera membuka blokadenya terhadap rakyat Palestina yang dinilai sebagai tragedi kejahatan kemanusiaan paling keji.

(14)

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana bentuk-bentuk strategi Al-Amiq Al-Istiraji Turki terhadap masalah konflik Israel-Palestina?

C. Kerangka Teori

Guna menjawab permasalanan tersebut diatas penulis mencoba menggunakan konsep dan teori sebagai berikut.

1. Pendekatan Politik Luar Negeri oleh Valerie M. Hudson

Politik atau kebijakan luar negeri suatu negara perlu dianalisa untuk mengetahui sejauh mana dan apa yang mempengaruhi sehingga kebijakan itu dibuat. Karena dibutuhkan sebagai premis dasar bahwa hubungan internasional membahas bagaimana pengambil keputusan, baik individu bertindak sendiri-sendiri atau dalam kelompok, atau bahkan analisis kebijakan luar negeri terletak di persimpangan dari semua ilmu sosial dan bidang kebijakan, dan pengembangan faktor yang lain yang berkaitan dengan hubungan internasionaldan kebijakan luar negeri.

(15)

9

(cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Tentu yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama politik luar negeri. Jadi masalahnya adalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan. konflik (pertentangan) dan juga kompetisi (persaingan) merupakan hal-hal yang tidak mudah terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional, meskipun awalnya terbentuk baik dalam suatu kerjasama sekalipun, tetapi jika salah satu pihak sudah merasakan adanya tekanan ataupun ancaman bagi dirinya, maka tidak menutup kemungkinan pertentangan itupun akan muncul.

Kemudian secara partikular dibagi menjadi lima aspek dalam konteks teori pendekatan kebijakan luar negeri adalah:

a. a. Individual Characteristics;

b. b. Perceptions;

c. c. Society and Culture;

d. d. The Polity;

e. e. The International System;

(16)

10

yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu. Setiap orang mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. perbedaan ini akan terbawa dalam dunia kerja, yang akan menyebabkan kepuasan satu orang dengan yang lain berbeda pula, meskipun di tempat yang sama.

(17)

11

Seorang pemimpin mampu mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor kemampuan, keadaan psikologis, dan karakter pribadinya. Faktor-faktor ini bukan merupakan sesuatu yang statis dan permanen, tetapi bersifat dinamis dan dapat dikembangkan. Proses pembelajaran sosial (social learning) dan pengalaman hidup merupakan determinasi perkembangan faktor-faktor tersebut. Hal ini sejalan dengan perkembangan kejiwaan yang terinternalisasi selama seorang individu melakukan pembelajaran diri.

Kondisi psikologis diuraikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seorang individu yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu tersebut. Kondisi psikologis dalam hal meliputi sumber kendali diri (locus of control), keyakinan diri (self efficacy), dan orientasi tujuan (goal orientation). Kondisi psikologis ini merupakan landasan kepribadian seorang individu. Artinya kepribadian seorang individu bisa tercermin dari bagaimana kondisi psikologisnya. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality). Rotter dalam Riyadiningsih mendefinisikan locus of control

(18)

12

pemimpin mempunyai internal locus of control maka dia memiliki persepsi bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh dirinya sehingga dia mampu melakukan perubahan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mampu menjadi seorang

agent of change dan sekaligus sebagai seorang entrepreneur. Hal ini bisa dipahami karena internal locus of control berhubungan dengan sikap aktif proaktif dalam melakukan perbaikan.

Konsep diri (self Concept) adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Self concept merupakan konstruk multi dimensional mengenai persepsi individu terhadap dirinya sendiri terkait dengan sejumlah karakteristik pribadi seperti pendidikan, gender, ras, dan yang lain. Self concept merupakan sebuah model internal dari self assessment yang tidak hanya terbatas pada penilaian tentang kepribadian seorang individu tetapi juga mengenai keahlian, kemampuan, hobi, dan karakteristik pribadinya. Sedang menurut Demidenko, dkk., self concept merupakan sebuah model yang menyangkut yang terkait dengan self esteem, stability, dan self efficacy. Tingkah laku nyata seorang individu sejalan dengan konsep diri yang dimilikinya.

(19)

13

memprediksi tingkat kinerja dalam kepemimpinannya dan efektivitas setiap tindakan individu bersangkutan.

Kedua, Perceptions sebagai peran persepsi dan gambaran dalam kebijakan luar negeri adalah agenda penelitian yang sangat penting dalam analisis kebijakan luar negeri seperti analisa dan perkembangan kebijakan setiap tahunnya. Ketiga, Society and Culture sebagai Studi tentang budaya dan identitas yang menjadi determinan dalam negara, studi ini memulai kebangseseorangnnya setelah berakhirnya Perang Dingin disertai topik tentang studi keamanan, dan postmodernisme. Keempat, The Polity, menjelaskan kelompok-kelompok tertentu dalam Negara dapat mempengaruhi serangkaian kebijakan luar negeri, situasi keamanan dan stabilitas kawasan. Kelima, International System, berupa terdapat keadaan dan kesepakatan internasional terhadap situasi yang terjadi di dunia internasional.

(20)

14

(21)

15

harapan dan kepribadian. 2. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. 3. Faktor situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain.

Di dalam pembelajaran persepsi seseorang perlu juga mengenal tentang kekonstanan persepsi (konsistensi), yaitu persepsi bersifat tetap yang dipengaruhi oleh pengalaman. Kekonstanan persepsi tersebut meliputi bentuk, ukuran, dan warna. Salah satu contoh kekonstanan persepsi, yaitu ketika seseorang meminum susu ditempat yang gelap, maka seseorang tidak akan menyebut warna susu tersebut hitam, melainkan seseorang akan tetap menyebut warna susu adalah putih meski di dalam kegelapan warna putih sebenarnya tidak tampak. Begitu pula saat seseorang melihat uang logam dari arah samping, seseorang tetap akan menyebut uang logam tersebut berbentuk bundar. Padahal apabila seseorang melihat dari samping, maka sebenarnya seseorang melihat uang logam tersebut berbentuk pipih. Itulah yang disebut dengan kekonstanan persepsi, seseorang memberikan persepsi terhadap suatu obyek berdasarkan pengalaman yang seseorang peroleh sebelumnya.

(22)

16

kudeta Perdana Menteri Necmetin Erbakan yang secara kultural praktik memiliki hubungan dengan ideologi Islamis sebagai negara mayotitas Muslim. Dalam ruang politik yang semakin terbuka di era Perdana Menteri Erdogan, gerakan Islamis masyarakat terbukti menjadi elemen penting dalam pertumbuhan masyarakat sipil di Turki Jadi kemudian dalam perkembangannya, keadaan ini diberdayakan oleh para otoritas pengambil kebijakan seperti Recep Tayyip Erdogan, Abdullah Gul dan Ahmet Davutoglu sesuai dengan national self-image and culture yang sedang berkembang dalam bentuk gerakan Islamis sehingga menghasilkan kebijakan nasional maupun kebijakan luar negerinya yang kemudian berdampak pada segi ekonomi, kebudayaan, politik dan hubungan kerjasama Turki dengan Uni Eropa dan dunia Arab.

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Pada dasarnya perumusan kebijakan luar negeri memerlukan analisis yang kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek-aspek internal namun juga memperhatikan kondisi eksternal suatu negara. Lebih lanjut menurut Rosenau, apabila seseorang mengkaji kebijakan luar negeri maka seseorang akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal

(23)

17

untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa

Politik domestik dan lingkungan eksternal merupakan faktor esensial dimana perilaku dan interaksi negara pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari kondisi internasional yang menyertainya. Dalam membangun hubungannya negara lain, setiap negara tentunya harus terlibat dalam sistem yang dibangun, baik itu dalam kerangka norma dan aturan ataupun organisasi internasional. Pendapat ini berkembang untuk menanggapi pemikiran mengenai struktur internasional yang anarki yang kemudian melahirkan pendekatan neo-realis. Akan tetapi pendekatan neo-realis juga kemudian mendapat sejumlah kritik yang dianggap sangat materil dan menyampingkan unsur nilai dan ide yang dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan luar negeri.

(24)

18

D. Hipotesa

Berdasarkan problem dan kerangka dasar pemikiran yang ada di atas, maka dapat ditarik suatu hipotesa mengenai bentuk strategi Al-Amq Al-Istratijii yang diterapkan Turki terhadap konflik Israel-Palestina adalah: 1. Strategi Al-Amq Al-Istratijii yang diterapkan di Turki pada masa

pemerintahan Erdogan menekankan pada bentuk politik yang berpihak pada goestrategis Turki sehingga pola politik luar negari Turki cenderung mendukung negara yang berada dekat dengan Turki secara geografis dan sejarah yang akan menguntungkan posisi Turki sebagai salah satu negara kuat di Timur Tengah.

2. Dalam melihat konflik Israel-Palestina, Strategi Al-Amq Al-Istiratijii yang digunakan oleh Turki cenderung menunjukkan sikap netral dalam artian menempatkan Turki sebagai negara Timur Tengah yang menjujung tinggi perdamain. Yang dilakukan Turki dalam hal ini adalah mendukung Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dan memberi dukungan kemanusiaan tapi di sisi lain Turki tidak menyatakan perang terhadap Israel meskipun pernah memberikan reaksi keras dengan melakukan pembekuan kerjasama dengan Israel.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

(25)

19

2.2. Menganalisis bagaimana masa depan politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan berkaitan dengan perubahan politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan yang sebelumnya pro Israel menjadi pro Palestina.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bidang pengetahuan internasional mengenai politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan.

2. Bagi Akademisi

Bagi akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi mengenai politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan.

G. Metode Penetitian 1. Jenis Penelitian

(26)

20

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis dalam bentuk kalimat yang mengambarkan dan menguraikan permasalahan yang diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan terdiri daari lima bab dengan perincian sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan. Merupakan pendahuluan proposal yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teori, hipotesa, dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Pemerintahan Turki Sebelum Tayyip Erdogan. Pada bab II ini akan diuraikan haluan politik luar negeri Turki Sebelum Tayyip Erdogan. Kemudian akan diuraikan politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan.

BAB III Perubahan Politik Luar Negeri Turki terhadap Palestina. Pada bab III ini akan diuraikan tentang kemenagan Erdogan, kemudian strategi Al-amiq Al-istiraji.

(27)

21

Israel. Bab IV ini ini sekaligus untuk menjawab atau pembuktian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya

(28)

22 BAB II

GAMBARAN PEMERINTAHAN TURKI SEBELUM TAYYIP ERDOGAN

Pada bab II ini akan diuraikan haluan politik luar negeri Turki sebelum Tayyip Erdogan. Kemudian akan diuraikan politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan.

A. Haluan Politik Luar Negeri Turki Sebelum Tayyip Erdogan

Pada era sebelum Erdogan, Turki merupakan negara sekuler yang orientesi kebijakannya cenderung mengarah pada negara Barat (pro Barat). Hal tersebut merupakan doktrin Kemalisme yang ingin melakukan modernisasi pada Turki. Modernisasi yang dimaksud adalah taking place in the civilization of Europe15. Western civilization sering kali merujuk pada Eropa bagian Barat, terutama Inggris dan Prancis. Turki menjadikan negara Barat sebagai referensi bahkan aliansi pada saat itu. Dua orientasi yang paling utama dalam setiap kebijakan Luar negeri Turki. Yang pertama adalah menjaga eksistensi negara sesuai kedaulatnnya dan membangun kembali fondasi-fondasi berbangsa dan bernegara, yang kedua adalah merealisasikan formasi kebijakan luar negeri western oriented dengan mengalihkan konsentrasi ke Barat16. Hingga pasca perang dunia 2 berakhir, Turki masih

15

Heri Cahyadi.2012. “agresivitasi Turki middle eastern regional secusity complex periode AKP 2002-2011: tantangan Turki terhadap konsep insulator, (Tesis magister, jurusan HUbungan Internasional universitas Indonesia, Jakarta).

16

(29)

23

menjadi bagian Barat yang terus menjalin kerjasama. Hingga pada tahun 1952 Turki akhirnya bergabung dengan pakta pertahanan Atlantik Utara, atau biasa disebut NATO. Turki mempunyai peran untuk menjaga persebaran komunisme di kawasn Eropa Timur pada saat itu. Berbagai bantuan militer dan ekonomi diberikan kepada Turki oleh Amerika dengan tujuan agar Turki menjadi negara yang kuat dalam militer dan stabil dalam ekonomi. Kedekatan Turki dengan Barat terjadi hingga awal tahun 2000. Termasuk kedekatan Turki dengan sekutu Amerika di Timur Tengah lainnya yaitu Israel. Turki melakukan kerjasama Militer dan industri keamanan dalam skala besar pada periode 1990 sampai tahun 2000 dengan Israel.

Pasca penyerangan militer Israel terhadap kapal Mavi Marmara yang mengangkut relawan dan bantuan untuk dibawa kepada pengungsi Palestina, pemerintah Turki menuntut pihak Israel untuk segera bertanggung jawab atas penyerangan yang menewaskan 10 orang warga negara Turki. Pemerintah Turki menuntut agar Israel segera meminta maaf dan minta mahkamah Internasional segera melakukan penyelidikan terhadap insiden tersebut. Selain kepada Mahkamah Internasional, Turki pun mengirimkan surat resmi kepada PBB dan melaporkan Israel atas tindakan kejahatan Internasional.

(30)

24

AS melalui NATO dan melakukan neighborhood policy dengan Rusia. Hal ini menyebabkan Turki semakin berhasil membentuk negaranya menjadi bridge country, sesuai dengan pernyataan “Turkey is now a country that has original thoughts extending from Ankara to Pakistan, Saudi Arabia to Latin America.

Jadi, di samping Turki berhasil mencapai national interestnya untuk menjadi

bridge country, Turki juga berhasil untuk berkontribusi dalam penciptaan tatanan dunia. Elemen terakhir atau elemen keempat adalah kepentingan dalam penyebaran nilai-nilai yang dianut oleh Turki yang tertuang pada prinsip dasar politik luar negeri Turki yang terakhir, yaitu pelaksanaan

rhythmic diplomacy. Turki beranggapan untuk menyebarkan nilai-nilai yang mereka anut agar terkenal di dalam tata pergaulan internasional (pro Barat) salah satu mekanismenya adalah dengan melakukan rhythmic diplomacy. Diplomasi ini merupakan diplomasi yang dilakukan oleh Turki yang intinya Turki akan aktif dalam berbagai forum internasional guna menyebarkan nilai-nilainya dan mencapai national interestnya. Beberapa hal yang Turki lakukan diantaranya aktif menjadi tuan rumah dari berbagai forum internasional, seperti the NATO Summit dan the OIC Summit.

(31)

25

sekulerismenya yang menginginkan Turki menjadi negara yang maju sesuai dengan barat, namun langkahnya gagal dikarenakan warga Turki yang tidak merasa nyaman dengan kemalisme (sekulerisme oleh Kemal Pasha Ataturk). Kemudian sebelum Tayyip Erdogan terdapat perbedaan pandangan terhadap masalah Palestina antara Turki dan Israel sudah mulai Nampak semenjak AKP berkuasa di Turki menjadi partai tunggal. Terlebih ketika Erdogan terpilih menjadi perdana menteri. Dengan kebijakan strategic

(32)

26

B. Politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan Sesudah Perang Dingin, terjadi pergeseran paradigma kebijakan luar negeri Turki. Paradigma kebijakan yang berlandaskan Kemalisme (merujuk kepada nama bapak pendiri Republik Turki, Kemal Atturk) diubah menjadi neo Otomanisme. Sebagai akibatnya, dari peran yang terisolatif, Turki lantas menjalankan politik luar negeri yang lebih progresif. Ini berlangsung sejak kepmimpinan Turgut Ozal selaku Perdana Menteri (1983-1989) dan dipertahankan saat Ozal menjadi Presiden tahun 1989 hingga kematiannya pada tahun 1993. Turki merupakan salah satu negara yang memiliki keuntungan dalam bermanuver di politik luar negerinya dikarenakan dua hal, yaitu letak geografis dan etnisitas yang ada di dalam negara Turki itu sendiri. Secara keuntungan geografis, Turki terletak di antara benua Asia dan Eropa. Hal ini yang menyebabkan Turki dikenal sebagai bridge country antara kedua benua tersebut. Sedangakan dalam hal etnisitas, Turki juga memiliki etnisitas yang beragam dikarenakan letak geografisnya, etnisitas yang berada di dalam Turki di antaranya Balkan, Timur Tengah, Caucasian, Asia Tengah, Caspian, Medditeranian, Gulf, dan Laut Hitam. Jika dilihat dari keuntungan yang ada seharusnya dari zaman dahulu sejak berdiri, Turki seharusnya memiliki politik luar negeri yang bisa dikatakan strategis. Namun, pada kenyataannya terdapat dinamika di dalam perubahan politik luar negeri Turki.

(33)

27

menangnya partai AKP Turki yang berhaluan Islam moderat, dan terpilihnya Erdogan sebagai perdana menteri, secara perlahan kebijakan luar negeri Turki berubah orientasi. Ada peran yang tak biasa dimainkan oleh Turki pada pemerintahan Erdogan. Turki secara perlahan menarik kedekatannya dengan Barat. Terbukti dalam beberapa kebijakan, Turki lebih merapat kepada negara-negara Timur Tengah, terutama negara Islam. beberapa di antaranya adalah, kebijakann Turki menolak manjadikan wilayahnya sebagai pangkalan militer NATO untuk melakukan invasi ke Libya. Turki pun lagi lagi menolak permintaan Amerika untuk menjadikan wilayahnya sebagai pangalan militer dalam agenda invasi ke Irak.

(34)

28

dengan Afrika pada tahun 2005, di undang ke dalam Arab League dua kali, menandatangani perjanjian dengan negara-negara Arab pada tahun 200717. Perubahan yang di bawa oleh AKP dengan lebih mendekatkan diri ke Timur Tengah pada kenyataannya mendapat tantangan yang sangat besar dengan terjadinya Arab Spring. Arab Spring terjadi pada saat hubungan Turki dengan Amerika Serikat, Israel dan negara-negara Uni Eropa berada pada kondisi yang tidak stabil18. Dalam kasus keterlibatan Turki di Arab Spring, ditemukan bahwa faktor pengaruh eksternal tidak mempunyai signifikansi yang berarti bila dibandingkan faktor pengaruh internal. Hal ini tampak dari tidak adanya alat kontrol dari aktor-aktor negara Barat sebagai faktor eksternal, untuk mempengaruhi secara efektif politik luar negeri Turki. Di sisi lain, dinamika politik domestik dalam negeri Turki, seperti munculnya signifikansi opini publik dan menurunnya dominasi militer, memiliki akibat secara langsung dalam pelaksanaan politik luar negeri Turki.

Cita-cita Turki untuk menghidupkan kembali semangat Ottoman melalui politik luar negerinya mendapat tantangan signifikan sejak Arab Spring. Terkait hal tersebut, tulisan ini juga menjelaskan politik luar negeri AKP yang saat ini yang lebih didefinisikan sebagai “the neo-Ottomanism”. Konsep dari neo-Ottomanism tidak hanya menjelaskan politik luar negeri akan tetapi juga trend Domestik dalam the New Turkey. Neo-Ottomanism mempunyai tiga pilar utama, yaitu pertama, keinginan untuk kembali mendekatkan masyarakat

17

Ahmad Dzakirin. 2012. “Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu”. (Solo: Era Adicitra Intermedia).

(35)

29

Turki dengan budaya islam, dalam pengertian versi sekularisme yang lebih moderat. Dalam hal ini dikaitkan pula salah satu masalah utama Turki, yaitu etnis Kurdi. Neo-Ottomanism mencanangkan politik yang lebih terbuka bagi etnis minoritas dan masyarakat yang lebih multikultural. Kedua, karekter yang ingin dikembangkan neo-Ottomanism adalah Turki yang lebih percaya diri dalam menjalankan perannya di dunia internasional. Neo-Ottomanism memproyeksikan Turki sebagai superpower regional. Turki tidak harus terpaku oleh Barat dalam menjalankan politik luar negerinya dan terbuka untuk segala bentuk kerjasama yang ada. Ketiga, tujuan dari neo-Ottomanism adalah semakin mempererat hubungaannya dengan Barat sebagaimana kembali mendekatkan diri dengan dunia Islam. Keanggotaan dalam Uni Eropa masih merupakan cita-cita besar bagi Turki dengan tidak menyampingkan kerjasama dengan negara-negara Muslim di Timur Tengah19

Selama era AKP hubungan Turki dengan Timur Tengah dan dunia Arab telah meningkat secara dramatis yang menegaskan bahwa Timur Tengah telah menjadi focal point dalam politik luar negeri multilateral Turki. Para pemimpin Arab dan masyarakat Arab secara luas juga telah lebih menerima kehadiran Turki dalam regional tersebut20. Pada awal tahun 2011, Turki dengan kebijakan luar negeri yang memfokuskan pada pendekatan pada negara Timur Tengah mendapat tantangan besar ketika sejumlah negara Arab mengalami pergolakan politik yang pada akhirnya berakhir dengan

19 Nathalie Tocci, dkk. 2012. “Turkey and The Arab Spring, Implications for Tuskish Foreign

Policy from Transatlantic Perpective,” Mediterranean Paper Series 2011, The German Marshall Fund of The United States – Instituto Affari Internazionali.

(36)

30

pelengseran rezim pemerintahan. Bergulirnya krisis politik di sejumlah negara Arab telah menjadi bahasan utama dalam forum-forum global. Tidak hanya negara-negara besar seperti AS, Prancis, ataupun Inggris, aliansi militer dan lembaga-lembaga internasional seperti NATO, PBB, Uni Afrika dan Liga Arab juga memberikan pengaruh yang signifikan. Kejahatan kemanusiaan, rezim otoriter dan intervensi militer merupakan beberapa isu yang menjadi sorotan selama beberapa tahun terakhir di negara-negara Arab. Berawal dari aksi protes terhadap rezim pemerintahan, intervensi militer oleh NATO kemudian dilakukan terhadap beberapa negara yang dianggap telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyatnya. Hal ini mengundang pro dan kontra dari sejumlah negara. Ada yang menolak intervensi tersebut namun di lain pihak negara-negara tergabung sebagai motor penggerak meluasnya invasi militer.

(37)

31

Kalkinma Partisi) yang berhasil mengembalikan kembali Turki menjadi negara yang sejahtera dan masyarakat merasa aman. Sifat fleksibilitas juga ditunjukkan oleh pemerintahan AKP melihat perkembangan dunia yang cepat dan arus globalisasi yang pesat pula, AKP mencoba untuk menyesuaikan dengan kepentingan masyarakat dan memformulasikan kepentingan luar negerinya.

Sebelumnya pada 2002 silam. Partai Keadilan dan Pembangunan yang merupakan Partai Islam Moderat memenangi Pemilihan Umum dan Recep Tayib Erdogan berhasil menjadi Perdana Menteri Turki dari partai tersebut. Pada masa pemerintahan pertama Erdogan, kebijakan luar negeri Turki masih belum mengalami perubahan yang signifikan. Turki masih tetap merapat ke Barat dan melanjutkan kebijakan Perdana Menteri sebelumnya untuk menjadi anggota Uni Eropa.

(38)

32

pelatihan militer bersama pada tahun 1921 Kerjasama ini terus berlanjut hingga Erdogan telah terpilih menjadi perdana menteri Turki Seperti yang selama ini terjadi bahwa sebagian besar peralatan militer Turki masih bergantung pada Industri militer milik Israel.

Kerjasama di bidang pelatihan militer (MTCA) merupakan awal mula hubungan Turki dan Israel menjadi mitra strategis. Kesepakatan tersebut berisi tentang adanya pelatihan militer secara bersama dan pelatihan terbang sebanyak empat kali dalam setahun di wilayah udara Turki22. Kesepakatan tersebut berkembang menjadi kesepakatan industri pertahanan yang ditandai dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama industri pertahanan Defence Industry Cooperation Agreement (DICA). Pada tahun 2010 pemerintah Turki memutuskan untuk mengakhiri kerjasama tersebut pasca insiden Mavi Marmara. Pemutusan kerjasama tersebut merupakan reaksi atas insiden yang menewaskan 10 orang warga negara Turki dalam misi kemanusiaan menuju Gaza. Turki menganggap bahwa Israel telah melakukan kejahatan Internasional dan mengganggu keamanan atas warga negaranya. Pemutusan kerjasama militer dengan Israel, tentu secara langsung akan mempengaruhi kekuatan militer Turki. Karena selama ini, Israel merupakan pemasok peralatan militer terbesar bagi Turki. Hal tersebut membuat Turki terutama militernya berada pada posisi dilema. Pada satu sisi, serangan kapal mavi marmara tersebut telah menelan korban bagi warga negara Turki dan

21

Amalia Putri H,2012. Kebijakan Turki Memutuskan Kerjasama Militer Dengan Israel Tahun 2010. Jurnal Transnasional, Vol 3. No. 2.

22

Sasley, Brent, 1998, A Structural Reinterpretation of Power in the Middle East: Explanations and implications of the Evolving Military Relationship Between Turkey and Israel, Journal.

(39)

33

merupakan sebuah ancaman kedaulatan bagi Turki. Namun disisi lain, selama ini Israel menjadi pemasok terbesar persenjataan Turki. Tekanan dari masyarakat Turki agar pemerintah mengambil tindakan tegas terkait insiden tersebut, membuat Erdogan menggambil keputusan atas tanggapan penolakan Israel untuk meminta maaf atas insiden Mavi Marmara, yaitu membatalkan beberapa klausul kontrak kerjasama perdagangan dan pembekuan kerjasama industri militer.

Selain itu, hubungan Turki dengan negara-negara di kawasan tidak menemukan masalah justru hubungan Turki semakin dekat dengan negara-negara di kawasan. Dalam suatu hubungan Internasional tentu mempunyai kepentingan dan tujuan nasional masing-masing, salah satu cara untuk mewujudkan kepentingan nasional suatu negara adalah dengan kerjasama internasional, regional, bilateral, maupun multilateral. Kerjasama yang dijalankan bisa dalam bidang ekonomi, politik, militer, dan lain-lain. Seperti halnya yang di lakukan oleh Turki dan Israel, kedua negara ini mempunyai kesamaan latar belakang sebagai negara yang menganut sistem sekuler, selain faktor lain yang mendorong keduanya sebagai implementasi dari national interest-nya yaitu ketika menghadapi kekuatan komunis Uni Soviet keduanya sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih erat lagi untuk melawan kekuatan komunis Uni Soviet. Selain itu, Turki merupakan negara muslim pertama yang mengakui kedaulatan Israel pada tahun 1949.

(40)

34

Agreement (MTCA). Kesepakatan tersebut memungkinkan Angkatan Udara Turki dan Israel melakukan pelatiahan-pelatihan bersama dan bermanuver bersama sebagai suatu yang menguntungkan keduanya, latihan biasa dilakukan di pangkalan udara Ealng Anatoli, yaitu pangkalan udara yang strategis karena berdekatan dengan perbatasan Suriah dan Iran dua negara yang menentang Israel. Sampai pada akhirnya kedua negara ini memperluas kerjasam militernya yaitu dengan menandatangani Kesepakatan Kerjasama Industri Pertahanan atau Defense Industri Cooperation Agreement (DICA). Bentuk kerjasama industri pertahanan tersebut diantaranya adalah tentang pertukaran teknis dan pengetahuan, kesepakatan memproduksi rudal udara ke darat Popeye II seniali 100 juta dolar pada Mei 1997, penandatanganan kesepakatan senilai 3 miliar dolar untuk mengganti tank Turki dengan tank Merkava Israel dan Upgrade pesawat tempur F-5 Turki senilai 75 juta dolar oleh sebuah tender yang dimenangkan Israel Aircraft Industries pada bulan Desember 1997. Perusahaan-perusahaan industri militer Israel memang kerap memenangkan kontrak penjualan persenjataan ke angkatan bersenjata Turki dan termasuk penerimaan utama tender-tender untuk kebutuhan militer Turki.

(41)

35

Namun, beberapa tahun belakangan ini hubungan kedua negara sempat merenggang, dikarenakan Embargo Israel terhadap Palestina dan serangan Israel terhadap Kapal kebebasan Mavi Marmara yang membawa sejumlah bantuan ke Jalur Gaza. Israel membunuh sejumlah anak-anak dan kaum perempuan Palestina pada tahun 2008 dan 2009. Kemudian serangan tentara Zionis Israel yang menyerang kapal kemanusiaan yang membawa sejumlah barang bantuan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza, padahal kapal tersebut masih berada di wilayah perairan internasional. Kemudian meskipun kasus ini bukan hanya antara Turki dan Israel bahkan sudah masuk dalam ranah internasional, namun Turki menunjukkan kekecewaannya terhadap Israel sebagai salah satu pihak yang dirugikan. Turki menuntut Israel untuk meminta maaf, Turki juga beberapa kali mengeluarkan kritikan-kritikan terhadap Israel, bahkan Turki memutuskan kerjasama militernya dengan Israel. Penolakan Erdogan selam dua kali berturut-turut (pada tahun 2009 dan 2010) terhadap keikutsertaan Israel dalam latihan di pangkalan udara Elang Anatoli.

(42)

36

dalam latihan bersama, negara Zionis ini tidak kaget akan keputusan Turki, karena hanya dianggap sebagai gertakan Turki yang tidak berartis. Menteri Luar Negeri Israel Denny Ayalon berupaya menganggap kecil sikap Ankara ini, dan menganggap bahwa Turki tetap akan menjadi mitra strategisnya di kawasan Timur Tengah.

Jadi, kesimpulannya bahwa kebijakan turki semenjak dipimpin olah partai tunggal AKP, memang secara perlahan banyak terjadi perubahan, baik itu kebijakan dalam maupun luar negerinya. Menurut Huge Pop dalam tulisannya yang berjudul pax ottoman, kebijakan luar negeri Turki saat ini lebih terlihat menjauh dari Barat dan negara Islam wahabi23 disisi lain Turki juga ingin membuat kekuatan baru yang dibangun dari ekonominya yang cukup kuat, salah satunya dengan membuka komunikasi dengan negara besar lainnya, salah satunya Rusia dan China24. Jika dilihat dari kebijakan luar negerinya, Turki pada era pemerintahan Erdogan terlihat ingin mengembalikan semangat Ottoman yang mempunyai pengaruh diantara negara-negara kawasan timur tengah. Seperti apa yang dikatakan Thomas Friedman, permohonan Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa adalah salah satu bentuk kamuflase untuk meningkatkan nilai tawar Turki di antara negara Timur Tengah agar Turki menjadi negara yang mempunyai pengaruh dikawasan itu, namun disisi lain, Amerika dan Eropa masih menjadi tumpuan Turki dalam membuka kerjasama luar negerinya.

23

Hugh Pope. 2010. Pax Ottomana The Mixed Succes of Turkeys New Foreign Policy. Journal

vol 89 No. 6. Council on foreign relation.

(43)

37 BAB III

PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP PALESTINA

Pada Bab ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang kemenagan Erdogan, kemudian strategi Al-amiq Al-istiraji.

A. Kemenangan Erdogan

Kemenangan Recep Thayyep Erdogan diawali Erdoğan terpilih menjadi Presiden Turki ke 12 hasil pemilihan presiden Turki yang digelar pada 10 Agustus 2014. Erdoğan memenangi pemilihan presiden dengan perolehan 52 persen mengalahkan dua pesaingnya. Pada 28 Agustus, Erdoğan resmi dilantik menjadi Presiden Turki ke-12. Erdoğan dilantik di kantor kepresidenan di Ankara. Pelantikannya akan mengantarkan pada era baru di Turki karena dia diperkirakan akan mendesak dibuatnya konstitusi baru yang bisa menstransformasi negeri itu. Pengganti Erdogan pada kursi perdana menteri adalah Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoğlu. Para kepala negara sejumlah negara Eropa Timur, Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah akan menghadiri pelantikan Erdogan, termasuk Presiden Ukraina Petro Poroshenko.

(44)

38

melalui kerjasama internasional. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya keamanan, ketentraman dan toleransi beragama atas masyarakat Turki yang penuh dengan heterogenitas dari suatu semboyan negara yang pada masa Attaturk hal itu tidak dapat dirasakan masyarakat Turki karena kuatnya militerisme negara dan tidak mau bersentuhan dengan Bangsa Arab. Hal ini membawa pengaruh dalam level pengambilan kebijakan internasional Turki. Munculnya gagasan ini akibat dari serangkaian sikap Perdana Menteri Erdogan, dia perlahan-lahan mencoba membangkitkan kembali ideologi damai, tanpa musuh dengan teman dekat ala Sufisme kedalam kehidupan masyarakat Turki.

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina karena Erdogan yang memiliki karakteristik pemimpin yang cinta damai. Adanya upaya Endorgan dalam memimpin Republik Turki untuk melanjutkan kebijakan Zero Enemy dengan seluruh negara dunia menurut prinsip Sufisme yang cinta damai. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya keamanan, ketentraman dan toleransi beragama. Selama masa pemerintahan Erdogan, mengingatkan kembali pada Mustafa Kemal (Ataturk). Pada tahun 1920, Ataturk melancarkan gelombang reformasi Turki untuk menyamakan Turki dengan Eropa. Ataturk berpendapat bahwa kedaulatan Turki di atas segalanya. Sama

halnya dengan Erdogan yang memberikan pemikiran tegas bahwa “Turki Jalan

(45)

39

untuk memiliki jiwa merdeka dan menyakini bahwa kepentingan Turki ditentukan oleh masyarakat Turki sendiri25.

Berdasarkan teori dalam psikologi politik gaya (karakteristik) kepemimpinan Erdogan termasuk independen aktif dimana fokus perhatian pada memelihara kemampuan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan pemerintahan, di dunia yang dipersepsikan terus menerus-menerus mencoba membatasi keduanya26. Ketika Turki menjadi negeri berpenduduk muslim di Eropa dan “dibatasi” ketika berusaha menjadi anggota Uni Eropa.

Turki menentang batas-batas tersebut dan memilih untuk fokus pada perbaikan dalam negeri seperti pendidikan, transportasi udara serta ekonomi yang menjadikan Turki tampil sebagai negara yang kuat, penting dan sejajar dengan negara-negara Eropa lainnya27.

Konflik-konflik regional di wilayah negara-negara Timur Tengah pun menjadi hal yang sangat menarik, selain sulitnya menemukan titik temu perdamaian, tetapi juga adanya keterlibatan dari negara-negara di luar wilayah Timur Tengah, terutama Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah Perang Dingin Usai, Amerika Serikat semakin memantapkan hegemoninya dikawasan Timur Tengah, baik secara ekonomi, politik, maupun militer. Amerika memanjakan beberpa negara Timur Tengah dengan berbagai fasilitas, dan teknologi canggih yang dimilikinya, sehinnga mereka seolah-olah tidak punya

25

http://www.kompasiana.com/deangga/gaya-kepemimpinan-erdogan-dalam-psikologi-politik_567bee0b369773e914ddd27b., diakses 21 November 2016.

26

Hermann, Margaret G., Thomas Preston, dan Michael Young, 1996, Who Leads Can Matter in Foreign Policimaking : A Framework for Leadership Analysis. Paper Presented at the The Annual of the Intenational Studies Association, Sann Diego, 16-20.

(46)

40

kekuatan untuk melawan Amerika dengan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap negara adidaya tersebut. Terbukti bahwa tidak sedikit negara-negara Arab yang menjadi sekutunya, bahkan mungkin hanya sebagian kecil saja yang kontra terhadap Amerika. Berbicara mengenai permasalahan di Timur Tengah, itu hanya sebagian kecil saja dari permasalahan yang ada, masih banyak permasalahan-permasalahan unik lainnya, termasuk ketegangan atau bahkan konflik diantara negara-negara Timur Tengah lainnya. Dan hal yang menarik adalah yang akhir-akhir ini terjadi antara Turki dan Israel. Hubungan kedua negara Timur Tengah ini mulai renggang seiring berjalannya waktu, terutama dalam bidang militer. Padahal selama ini hubungan antar keduanya berjalan cukup baik, terlebih lagi banyak kesamaan yang dimiliki28.

Turki dikenal memiliki sejarah yang panjang mengenai keterlibatan dalam dunia politik internasional. Hal tersebut disebabkan wilayah Turki berada sangat strategis dalam percaturan politik dunia. Karena mengingat Turki pernah menjadi pusat pemerintahan yang besar seperti Kerajaan Romawi di Konstatinopel (Istanbul) dan juga Kerajaan Seljuk yang berpusat di wilayah Konya. Kemudian disusul dengan pemerintahan Republik Turki yang sangat modern dibandingkan dengan negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika Napoleon Bonaparte pernah berkata “jika dunia ini adalah

sebuah negara maka Konstatinopel (Istanbul) adalah ibukotanya. Perubahan model pemerintahan dari Kesultanan Utsmani menjadi Republik Turki yang berhaluan sekuler di kawasan Timur Tengah. Menjadikan negara ini selalu

28 Israel Cemas Atas Perubahan Kepemimpinan Militer Turki”, dalam

(47)

41

merasa berhaluan Eropa daripada Asia, di antara negara-negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan, bahwa Turki sangat berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa ide sekuler telah membawa negara ini menuju kemodernan layaknya negara-negara di Benua Biru lainnya. Politik luar negeri Turki yang moderat dengan mengusung ide-ide republik membawa pengaruh hubungan yang cukup besar kepada negara-negara di kawasanTimur Tengah dan Eropa.

(48)

42

Bangkitnya kelas politik-ekonomi baru ini dimotivasi oleh nilai-nilai tradisionalisme Islam dan kehausan mereka atas pasar-pasar baru. Raja Salman yang kini menjadi pemimpin terpopuler di Arab dan dunia Islam – mendampingi popularitas pemimpin Turki Erdogan – membentuk dua poros kebijakan yang memaksa membentuk peta jalan baru dalam dinamika politik dan sosial di Timur Tengah. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengeritik kebijakan Israel dan mendapat simpati dari dunia Arab. Sejak serangan militer Israel ke Jalur Gaza tahun 2008 dan 2009, Turki memang mulai menjauhkan diri dari Israel. Turki ingin menjadi kekuatan regional yang lebih mandiri.

B. Strategi Al-Amiq Al-Istiraji

(49)

43

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina disebabkan oleh persepsi atau pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan. Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki mencetuskan strategi yang dikenal sebagai Al-Amq Al-Istratijii (strategi politik intensif). Dimana politik ini menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki. Strategi Al-Amq Al-Istratijii atau strategi politik intensif merupakan strategi politik yang menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki dan sejarahnya yang panjang serta kebudayaan yang mendorong Turki menempati posisi strategis dalam panggung politik internasional, terutama di Timur Tengah. Dengan demikian, itulah strategi politik Turki yang baru, yaitu menjamin keselamatan dan keamanan nasional Turki tanpa melalui pembatasan dan pengisolasian diri, melainkan melainkan memiliki persepsi terhadap keterbukaan dan menerapkan politik soft power kepada negara tetangga. Perubahan orientasi kebijakan Luar Negeri Turki pada Barat mulai terlihat ketika beberapa kali Turki terlibat konflik dengan salah satu sekutu Barat yang berada di Timur Tengah, yaitu Israel. Negara Israel yang notabenenya adalah mitra Turki di Timur Tengah mulai terganggu kepentingannya ketika Turki ikut campur dalam konflik Palestina-Israel29.

Kondisi geostrategis dalam Al-Amq Al-Istratijii Turki untuk perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang

29

(50)

44

pro Palestina karena adanya perubahan orientasi politik luar negeri Turki yang dibagi menjadi domestik dan internasional. Keduanya diukur melalui mekanisme teori preferensi negara dengan menggunakan polar internal dan polar eksternal. Tingkat tinggi atau tidaknya sentralitas polar ini kemudian akan mengindikasikan distribusi kekuatan dalam lingkungan eksternal maupun internal Turki, semakin tinggi tingkat sentralitasnya, maka semakin terpusatnya suatu kekuatan dalam lingkungan tersebut, dan sebaliknya. Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara30.

Strategi politik intensif (Al-Amq Al-Istratijii) juga mempengaruhi pola hubungan atau interaksi ini yang dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan. Tentu yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama. Jadi masalahnya adalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan. konflik (pertentangan) dan juga kompetisi (persaingan) merupakan hal-hal yang tidak mudah terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional, meskipun awalnya terbentuk baik dalam suatu kerjasama sekalipun, tetapi jika salah satu pihak sudah merasakan adanya tekanan ataupun ancaman bagi dirinya, maka tidak menutup kemungkinan pertentangan itupun akan muncul.

30

(51)

45

Strategi politik intensif (Al-Amq Al-Istratijii) juga mempengaruhi Masa depan politik luar negeri Turki di Era Kepemimpinan Erdogan yang sebelumnya Pro Israel Menjadi Pro Palestina ini dilandasi perubahan model pemerintahan dari Kesultanan Utsmani menjadi Republik Turki yang berhaluan sekuler di kawasan Timur Tengah. Menjadikan negara ini selalu merasa berhaluan Eropa daripada Asia, di antara negara-negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan, bahwa Turki sangat berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa ide sekuler telah membawa negara ini menuju kemodernan layaknya negara-negara di Benua Biru lainnya. Politik luar negeri Turki yang moderat dengan mengusung ide-ide republic membawa pengaruh hubungan yang cukup besar kepada negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa31.

Melalui strategi politik intensif (Al-Amq Al-Istratijii) dengan kekuatan politik yang terus mengalami kebangkitan, Turki tidak ragu-ragu lagi untuk menempatkan dirinya di tengah kontroversi besar. Turki adalah pemain besar dalam penciptaan perdamaian Arab Saudi dan Israel dan telah menengahi pembicaraan tidak langsung antara Suriah dan Israel. Selain itu, Turki juga berperan aktif ikut mengupayakan mediasi dalam mengatasi krisis nuklir Iran, dan Ankara mendukung armada yang baru-baru ini mencoba untuk memecahkan blokade Israel di Gaza yang secara langsung kesemuanya ikut menaikkan posisi tawar menawar Turki di antara negara-negara dunia. Kebijakan baru AKP yang condong ke Timur Tengah berpijak dari rasa

31

(52)

46

percaya diri tadi. Ketika PM Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengecam Israel, dia sejatinya tengah memalingkan perhatiannya kepada pasar Arab.

Sebuah analisis sederhana menyebutkan bahwa AKP dapat berpaling dengan cepat dari IMF karena milyaran dollar investasi Arab mengalir ke Turki. Pernyataan keras AKP selama insiden Gaza flotilla adalah bagian yang dapat digambarkan sebagai kebangkitan neo Usmanisme. Bangkitnya kelas politik-ekonomi baru ini dimotivasi oleh nilai-nilai tradisionalisme Islam dan kehausan mereka atas pasar-pasar baru. Raja Salman yang kini menjadi pemimpin terpopuler di Arab dan dunia Islam mendampingi popularitas pemimpin Turki Erdogan membentuk dua poros kebijakan yang memaksa membentuk peta jalan baru dalam dinamika politik dan sosial di Timur Tengah. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengeritik kebijakan Israel dan mendapat simpati dari dunia Arab. Sejak serangan militer Israel ke Jalur Gaza tahun 2008 dan 2009, Turki memang mulai menjauhkan diri dari Israel. Turki ingin menjadi kekuatan regional yang lebih mandiri.

(53)

47

sekuler. Bahkan memiliki beberapa kesamaan denggan Israel. Perbedaan utamanya ialah bahwa Turki dengan tegas berada di pihak dunia bebas dalam persaingan Timur-Barat, sementara Israel masih hati-hati menentukan sikapnya untuk memilih salah satu dari dua blok tersebut. Hubungan Turki-Israel Maret 1949. Kerjasama diplomatik antara Turki dan Turki-Israel diberi prioritas tinggi oleh pemerintah kedua negara, yang berbagai keprihatinan sehubungan dengan ketidakstabilan regional di Timur Tengah.

Setidaknya dari tahun 2002-2010 Turki pada masa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan dan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi/Justice and Development Party/Partai Keadilan dan Pembangunan) yang dipimpinnya telah membawa perubahan luar biasa pada Turki, terutama sekali dalam percaturan hubungan internasional (politik Luar Negeri). Turki mampu merumuskan sebuah kebijakan luar negeri yang komprehensif, tidak terdikotomi dalam polar kekuatan dunia dan menekankan pada aspek soft power (kekuatan ekonomi-politik dan kebudayaan/pengetahuan).32

Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki menganggap bahwa Islam adalah ancaman bagi Barat. Huntington menganggap bahwa kompetisi dan konflik yang sebelumnya didasari kepada konflik Ideologi (liberalisme versus komunisme) akan digantikan dengan konflik antarperadaban (dalam konteks Turki adalah peradaban Islam versus peradaban Barat). Bahwa Turki berada dalam "masyarakat yang berada di ujung tanduk". Yaitu, Turki sekarang terbagi kedalam para elit politik yang condong kepada Barat (Uni Eropa) dan

32 Muhammad Dudi Hari Saputra, PM Turki Erdogan; dari Messiah menjadi Phariah, (Yogyakarta:

(54)

48

sebagian masyarakat Turki yang lebih condong menganggap Turki adalah bagian dari negara Islam yang lebih dekat ke Timur Tengah.

Davutoglu membantahnya dan beranggapan bahwa peradaban di dunia ini tidak didasari oleh konflik atau benturan antarperadaban akan tetapi dialog secara komprehensif dan bentuk ini dibutuhkan untuk menciptakan keamanan dunia internasional, Turki seharusnya merangkul potensi ancaman dikawasan Timur Tengah, Asia, Balkan dan Trans-kaukasia menjadi partner strategis yang efektif dan aktif.

Setelah partai AKP berhasil menguasai Pemerintahan dengan Recep Tayyib Erdogan sebagai perdana menterinya, Davutoglu kemudian berusaha meningkatkan peranan politik luar negeri Turki sebagai jembatan/penghubung antara Asia dan Eropa serta Islam dan Barat, dengan pernyataanya sebagai menteri luar negeri Turki yang terkenal: Turkey should act as a ?central country?, breaking away from a ?static and single-parameter policy? and

becoming a ?problem solver? contributing to? global and regional

peace?.(Ahmet Davutoglu, 'Turkey's Foreign Policy Vision: an Assessment of 2007')

(55)

49

yaitu "a double-gravity state" sehingga Turki memiliki dua jaringan sekarang yaitu Komunitas Atlantik Eropa dan negara-negara tetangganya di Timur Tengah. Kebijakan ini setidaknya melahirkan dua bentuk aksiologi, pertama adalah prinsip non-intervensi terhadap kebijakan dalam negeri negara lain dan

zero problems with neighbours (kebijakan nir-masalah dengan negara tetangga).

Kebijakan yang diterapkan dari tahun 2002 sampai 2010 ini berhasil memberi dampak positif yang sangat signifikan untuk pertumbuhan kualitas ekonomi dan politik di Turki, Kebijakan bertetangga Turki dengan doktrin baru yang dibawa oleh pemerintahan Recep Tayyib Erdogan dengan partai AKP nya membuat hubungan Turki semakin erat dengan beberapa negara tetangganya termasuk beberapa negara tetangga yang dianggap sebagai "saingan"dari Eropa seperti Rusia, dan beberapa negara di Timur Tengah seperti Iran dan Suriah, bahkan mulai juga melakukan hubungan yang baik dengan wilayah otonomi Kurdi di Irak utara yang dalam beberapa dekade sempat memiliki hubungan yang buruk.

(56)

50

2007 dan transaksi perdagangan dengan Suriah pun juga meningkat dari $1,1 M pada tahun 2007 meningkat.

Namun itu terjadi pada 3 tahun yang lalu. Pada tahun 2011 Erdogan dan Davutoglu mulai membuka kotak pandora dan melakukan miskalkulasi ketika melanggar doktrin luar negerinya sendiri dengan mulai ikut campur urusan dalam negeri negara tetangganya, yaitu Suriah. Pada tahun 2011 Erdogan menyatakan bahwa Bashar al-Assad sudah saatnya turun menjabat sebagai Presiden atas desakan "demokrasi" rakyat Suriah. Perkataan Erdogan itu menyulut hubungan Turki dengan beberapa pendukung setia Suriah rezim Bashar al-Assad seperti Rusia, Cina, Irak dan Iran (termasuk Hizbullah) menjadi renggang bahkan "panas".

Pada awalnya, Erdogan berharap manuver ini mampu mengukuhkan peran Turki sebagai negara yang pro-demokrasi di kawasan, sehingga mampu meningkatkan kredibilitas Turki terutama bagi negara-negara pendukung demokrasi (AS dan Uni Eropa). Namun di sinilah letak petaka itu berawal, Kevin Barret berpendapat bahwa Erdogan yang selama ini menganggap dirinya sebagai kepala negara Turki yang mampu mengharmonisasikan Islam dan demokrasi malah jatuh kedalam jebakan imprealisme/kapitalisme AS, Uni Eropa dan Zionis-Israel dalam kasus Suriah.

(57)

51

membuat Turki bukan terlihat sebagai pendukung demokrasi di Timur Tengah melainkan terorisme. Karena gerakan "demokrasi" di Suriah telah dibajak oleh militan al-Qaeda yang bermotifkan sektarian.

Kebijakan gegabah Turki ini yang sebelumnya Pro Israel Menjadi Pro Palestina sudah cukup membuat sebagian masyarakat Turki anti-pati terhadap Erdogan. Namun hal ini semakin diperparah dengan kebijakan Erdogan yang kembali membuka kerja sama yang erat dengan Israel pasca menerima permintaan maaf Israel atas kasus Mavi Marmara (serangan pasukan Israel atas kapal bantuan Turki untuk Palestina). Sikap ini telah membuat kecewa negara-negara di kawasan Timur Tengah dan kelompok islamis di Turki.

(58)

52

AS dan Uni Eropa pun mulai menunjukkan sikap aslinya terhadap Erdogan, yang mulai mengkritik dan meminta evaluasi atas kebijakan represif Erdogan kepada para demonstran.

Peristiwa taman Gezi yang dekat dengan lapangan Taksim pun menjadi momentum perlawanan rakyat Turki atas kepemimpinan Erdogan, dalam sudut pandang psikoanalisis Lacan; Erdogan sedang tunduk pada liyan (the other) akan dirinya sendiri, sebuah hasrat "aku" yang timbul karena rasa kekurangan (pesimistik) dan kemudian melahirkan sikap permintaan untuk menandai liyan akan dirinya melalui simbol-simbol penanda utama.

Diskursus sang penguasa Erdogan mendesakkan identifikasi nilai-nilai dan konsep tertentu sebagai landasan dan inti hidup sebagai penanda utama, yang diharapkan mengejawantah secara sistematik didalam sistem "hukum/kebijakan". Dalam kasus Erdogan penanda utama yang diambil adalah liyan berupa romantisme sejarah kekhalifahan Utsmani Turki yang mampu membawa bangsa Turki pada puncak kejayaannya berupa pembangunan kembali replika barak militer Utsmani (yang dihancurkan pada tahun 1940 oleh rezim Kemal Attaturk) dan dipadu dengan simbol kemakmuran ekonomi berupa pembangunan pusat perbelanjaan dan pemukiman elite. Pada dasarnya Erdogan sedang menyimbolkan dirinya sebagai bapak negara yang mampu mensejahterakan rakyat Turki sehingga pantas untuk dianggap sebagai Sultan.

(59)

53

berdasarkan pada dogma agama yang menjadi kekuatan kekuasaan. Pada era kekhalifahan Utsmaniyah para ulama mempunyai kekuatan (power) yang mendukung sistem kekuasaan kesultanan/monarki, yang dipraktekkan dengan sistem militer. Perencanaan mempunyai peranan untuk memperkuat kekuasaan kesultanan. Pembangunan Kota diwujudkan sebagai artikulasi kepentingan pembangunan, tentara dan birokrasi. Muncullah sistem perencanaan yang disebut Authoritarian Planning. Tradisi ini ditandai adanya prioritas pembangunan lapangan untuk parade militer, boulevard, taman serta monumen sebagai simbol kekuasaan.

Taman Gezi pun akhirnya menjadi replika dan simbol utama pembangunan simbol romantisme dan kebangkitan kekhalifahan Turki era Utsmaniyah. Karena taman Gezi dan kawasan lapangan Taksim dianggap merupakan representasi simbol hegemoni sekularisme (Kemalis) yang harus ditata ulang untuk mewakili representasi rezim yang berkuasa sekarang, yaitu Erdogan dan AKP nya yang Islamis, yang kemudian dipadu dengan pembangunan pertokoan dan perumahan elite yang mewakili bentuk Neoliberalisme dari pemerintahan yang berkuasa sekarang.

(60)

54

Taksim, dan kemudian menjadi momentum perlawanan aktivis dari berbagai kalangan termasuk gerakan perlawanan para Kemalist (pendukung sekuler) karena perencanaan pembangunan replika barak militer Utsmaniyah (simbol kubu konservatif-islamis), kemudian oleh kalangan anti-kapitalis/neolib dan kalangan terpinggirkan (buruh, bahkan termasuk kalangan islamis) karena pembangunan pusat perbelanjaan dan komplek perumahan elite (simbol kapitalisme/neoliberalisme), serta kalangan yang tidak puas dengan perilaku otoriter rezim Erdogan yang menyebut Erdogan adalah otoriter dan ingin menjadi Sultan, yang akhirnya membuat aksi demonstrasi menyebar ke seantero wilayah Turki.

(61)

55

Gezi (isu populis), melainkan penolakan atas berkuasanya rezim Erdogan untuk terus berkuasa (isu strategis dan ideologis).33

33

(62)

56 BAB IV

SEBAB-SEBAB PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN YANG SEBELUMNYA PRO ISRAEL

MENJADI PRO PALESTINA

Pada Bab IV ini akan dianalisis mengenai tentang bentuk-bentuk dukungan Turki terhadap Palestina, kemudian dan dilanjutkan analisis reaksi keras Turki terhadap Israel. Bab IV ini ini sekaligus menjawab hipotesis yang telah diajukan.

A. Dukungan Turki terhadap Palestina

(63)

pihak-57

pihak yang berkepentingan terhadap negara tersebut. Sehingga negara Palestina telah menjadi ajang perlombaan pengaruh dan kekuatan di kawasan tersebut34

Konflik Israel-Palestina menimbulkan pengaruh (influence) bagi beberapa negara di belahan dunia lainnya di samping menimbulkan dampak bagi berbagai bidang kehidupan dalam negaranya sendiri. Pengaruh ini khususnya dirasakan oleh negara-negara yang berada di kawasan Timur Tengah. Ancaman kedaulatan dan keamanan di negara Israel dan Palestina menjadi ancaman pula di beberapa negara Timur Tengah lainnya. Karena bukan tidak mungkin setelah berhasil menguasai Palestina, Israel juga menginginkan untuk segera menduduki wilayah negara tetangga Palestina. Keinginan Israel untuk menduduki dan berkuasa di Palestina merupakan ancaman besar bagi kaum Muslim yang ada di Timur Tengah, karena wilayah Palestina dipercaya sebagai kota suci bagi pemeluk agama Islam, setelah Mekkah dan Madinah. Secara lebih riil bentuk-bentuk dukungan Turki terhadap Palestina adalah sebagai berikut:

1. Dukungan Turki terhadap Palestina untuk Menjadi Anggota PBB Dukungan Turki terhadap Palestina untuk menjadi anggota PBB tidak

terlepas dari kemenangan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa kembali di Turki meraih kemenangan gemilang dalam pemilihan parlemen dengan 50 persen suara. Partai ini menang dengan margin yang lebih besar dibandingkan pada pemilu sebelumnya di 2007. Sejak Perdana

34 Turki Dulu, Kini, dan Israel-Turki di Masa Mendatang” dalam http://m.suaramerdeka.com,

(64)

58

Menteri Recep Tayyip Erdogan pertama berkuasa pada 2002, Erdogan secara perlahan dapat mengubah negara sekuler ke arah yang lebih religius, berusaha untuk membawa kebudayaan Islam ke wilayah publik dan politik. Barry Rubin, direktur Global Research Center di Urusan Internasional, mengatakan pemilihan pada kenyataannya menandai revolusi Islam secara diam-diam. Bahwa Turki adalah pada titik balik. Tentu saja, hal itu akan memakan waktu, namun sekarang Turki terletak di jalur yang mengakhiri republik Kemal Ataturk didirikan oleh pada tahun 1920. Turki sekularisme dan orientasi Barat telah selesai35. Dalam pidato kemenangannya, Erdogan menggaris bawahi bahwa Turki Anti-Israel dan Pro-Palestina. Perdana menteri Turki mengirim pesan bahwa ia sepenuhnya berniat untuk mendukung perjuangan Palestina. Hal inilah yang diharapkan ummat Islam sedunia setelah Mesir, Bangladesh, Iran yang dan Turki akan menjadi kekuatan revolusi Islam di Dunia. Hal ini juga sebagai awal dari perubahan politik luar negeri turki terhadap palestina.

Salah satu bentuk-bentuk dukungan Turki terhadap Palestina adalah membantu perjuangan Palestina untuk menjadi anggota PBB. Perjuangan Palestina untuk mendapat pengakuan dunia sebagai negara berdaulat akhirnya mendapat hasil gemilang. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Kamis pada Tanggal 29 November 2012 secara mayoritas mengakui Palestina sebagai sebuah ‘negara non-anggota’ di organisasi dunia itu. Sebuah kemenangan bagi Palestina, khususnya Presiden Mahmud

35

Referensi

Dokumen terkait

Pearson Education Limited, 2007), p.. dynamic process which showed how Islam so attentively. Step by step that had passed by the institution showed that knowledge got

Jadi keputusan hipotesis pertama yaitu Hᴏ diterima dan Hi ditola k karena t idak terdapat hubungan yang signifikan antara pelibatan orang tua dengan perencanaan

Penurunan Keluhan Xerostomia pada Pasien Radioterapi Kepala dan Leher.. Pengaruh Radioterapi Area Kepala dan Leher

Penggunaan aspal modifikasi Starbit E - 55 pada campuran Lataston gradasi senjang dapat meningkatkan nilai Modulus Resilien serta ketahanan terhadap deformasi permanen

Jika ketiga pasangan diatas adalah pasangan pernikahan dini yang memiliki pengalaman hidup berumah tangga dengan masalah dan keadaan yang berbeda- beda, begitu

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Korelasi Penguasaan Konsep Prasyarat dengan Skor Postes 1 Siswa Kelompok Eksperimen

Camera image ini berfungsi sebagai kontrol untuk menampilkan video. Sistem mengaktifkan Camera image yang berfungsi sebagai kontrol untuk menampilkan video. Sistem akan

Pegadaian Dalam Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang