• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan OJK Terhadap Lembaga Pegadaian Dalam Pemenuhan Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan OJK Terhadap Lembaga Pegadaian Dalam Pemenuhan Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya pemerintah untuk menyehatkan perekonomian nasional

adalah dengan cara penyaluran dana dalam bentuk kredit. Kredit tersebut dapat

diberikan kepada masyarakat yang memerlukan. Sistem penyaluran melalui

lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Lembaga keuangan merupakan

lembaga yang yang menjadi perantara keuangan dan jasa ekonomi masyarakat

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lembaga keuangan di Indonesia dapat dibagi menjadi lembaga keuangan

bank dan lembaga keuangan non bank dan lembaga keuangan lainnya. Kedua

lembaga ini selain memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi juga memiliki

fungsi untuk menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Salah

satu yang termasuk dalam lembaga keuangan yaitu PT Pegadaian, satu satunya

perusahaan gadai milik negara (BUMN) dan posisinya sebagai lembaga keuangan

non bank.

Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan non bank di Indonesia

yang membantu masyarakat dalam hal gadai. Pegadaian adalah satu-satunya

badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan

kegiatan lembaga keuangan berupa pembayaran dalam bentuk penyaluran dana

ke masyarakat atas dasar hukum gadai.1

1Susilo, Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain

(Jakarta: Salemba Empat, 2000), hlm. 179.

Adanya lembaga tersebut memudahkan

(2)

harus kehilangan barangnya. Sebagai lembaga pembiayaan, PT. Pegadaian

diharapkan mampu mengatasi masalah likuiditas masyarakat agar masyarakat

yang membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan pelepas uang (renternir).

Pegadaian dengan motto “mengatasi masalah tanpa masalah” diharapkan

mampu mengatasi masalah masyarakat dalam hal kredit dalam waktu yang relatif

singkat. Pegadaian dengan bekal semangat kerja keras dan memilii elemen kunci

sukses bagi perusahaan jasa gadai yaitu banyaknya outlet yang tersebar di seluruh

Indonesia dengan didukung sumber daya manusia (SDM) yang berdedikasi

tinggi, kondisi ini menjanjikan perusahaan mencapai visi sesuai yang diharapkan

menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif.

Menurut Purwahid Patrick dan Kashadi pegadaian mempunyai beberapa

unsur pokok, yaitu: 1. Gadai lahir karena penyerahan kekuasaan atas barang gadai

kepada kreditur pemegang gadai 2. Penyerahan itu dapat dilakukan oleh debitur

pemberi gadai atau orang lain atas nama debitur 3. Barang yang menjadi objek

gadai adalah barang-barang bergerak 4. Kreditur pemegang gadai berhak untuk

mengambil pelunasan dari barang gadai dengan cara didahulukan daripada

kreditur lainnya.2

Perkembangan perekonomian dewasa ini mengakibatkan perubahan dalam

sistem perekonomian di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa Lembaga Pegadaian

mengalami beberapa perubahan dalam bentuk usahanya. Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 77 Tahun 1969 tentang Perubahan Kedudukan Perusahaan

Negara Pegadaian menjadi Jawatan Pegadaian menjelaskan Lembaga Pegadaian

(3)

berbentuk Perusahaan Jawatan (Perjan). Selanjutnya berdasarkan PP No. 10

Tahun 1990 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian Menjadi

Perusahaan Umum Pegadaian menjelaskan dalam rangka meningkatkan efisiensi

dan produktifitasnya Perjan Pegadaian dialihkan menjadi Perum Pegadaian.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (selanjutnya disebut UU Perseroan Terbatas). Perum Pegadaian

dialihkan menjadi PT. Pegadaian, pengalihan bentuk usaha pegadaian ini

mempunyai akibat hukum terkait struktur kepengurusan, sistem harta kekayaan

lembaga pegadaian serta pengelolaan PT. Pegadaian.

Sebelum beralih status hukumnya menjadi PT. Pegadaian adalah lembaga

yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN merupakan salah

satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional yang berlandaskan demokrasi

ekonomi, memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian

nasional dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. BUMN menurut Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara (selanjutnya disebut sebagai UU BUMN) adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Oleh karena dalam

perkembangannya lembaga gadai sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan

kinerja keuangannya maka lembaga pegadaian beralih status menjadi perusahaan

persero dalam bentuk perseroan terbatas.

Perubahan ekonomi global serta pertumbuhan usaha yang semakin

(4)

perum pegadaian. Akan tetapi, dalam persaingan yang kompetitif tersebut status

perum terkendala beberapa peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu

dilakukan perubahan bentuk hukum Perum Pegadaian menjadi PT. Pegadaian

melalui PP No. 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum

Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan

(PERSERO).

Perubahan status badan hukum ini merupakan babak baru dalam rangka

peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan penyaluran pinjaman

khususnya kepada masyarakat menengah kebawah. Bentuk Perseroan Terbatas

atau yang biasa disingkat PT menjadi pilihan utama karena dalam bentuk PT

dijadikan sarana untuk menuju kea rah bisnis yang lebih liberal dan terbuka.3

Good corporate governance adalah the system by which companies are

directed and menaged. It influences how the objectives of the company set and

achieved, how risk is monitored and assesed, how performance is optimised.

Lembaga pegadaian sebagai lembaga keuangan yang menjalakan kegiatan

usahanya dalam memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat didasarkan pada UU

Perseroan Terbatas. Dalam menjalankan kegiatan keuangannya lembaga

pegadaian harus memperhatikan aspek kepatuhan yang dimuat dalam UU

Perseroan Terbatas sebagai wujud terciptanya good corporate governance.

4

3Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan: Tentang Perseroan Terbatas Cet. Ketiga,

(Bandung : Nuansa Aulia, 2012), hlm. 5.

4Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat), (Jakarta : PT. Damar Mulia Pustaka, 2008), hlm. 3.

Hal

ini dimaksudkan agar melindungi kepentingan stakeholder, meningkatkan

(5)

perusahaan itu sendiri serta menanggulangi resiko dalam pelaksanaan kegiatan

usaha.

Prinsip good corporate goveernance inilah yang melatarbelakangi

lembaga pegadaian dialihkan ke dalam bentuk Perseroan Terbatas. Pengalihan

bentuk ini dimaksudkan agar PT. Pegadaian dapat menjalankan kegiatan jasa

keuangan dalam memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat dapat terlaksana

dengan baik. Serta pengawasan kegiatan usaha PT. Pegadaian dapat dilakukan

secara efektif dan efisien.

Sejalan dengan perkembangan perokonomian dewasa ini sistem

pengawasan lembaga keuangan mengalami perubahan. Lembaga keuangan

sebelumnya diawasi dan bertanggung jawab kepada Bank Indonesia. Namun

dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan (selanjutnya disebut sebagai UU OJK) disingkat Seluruh

Lembaga Keuangan berada dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga

pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan yang melakukan kegiatan

penghimpunan dan penyaluran dana di masyarakat juga berada dalam

pengawasan OJK.

Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut sebagai OJK) adalah lembaga

yang menyelenggarakan fungsi pemerintah dalam rangka mengatur dan

mengawasi kegiatan sektor jasa keuangan.5

5 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,

2014), hlm. 62.

Setiap pihak dilarang melakukan

(6)

dimaksudkan agar terciptanya indepedensi OJK dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya.

Pengawasan OJK terhadap lembaga pegadaian ini dimaksudkan agar PT

Pegadaian melakukan kegiatan jasa keuangan lebih transparan dan akuntabilitas

sehingga tidak merugikan stakeholder yang terkait di dalamnya. Dalam

melakukan pengawasan OJK terhadap PT. Pegadaian mengacu kepada aspek

kepatuhan yang termuat dalam UU Perseroan Terbatas yang menjadi tolak ukur

terciptanya good corporate governance dalam penyelenggaraan kegiatan jasa

keuangan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat.

Pengawasan OJK terhadap PT. Pegadaian dalam menjalankan kegiatan

jasa keuangan dewasa ini belum mampu merangsang terwujudnya PT. Pegadaian

yang mampu memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat. Hal ini disebabkan

nilai jual PT. Pegadaian di masyarakat masih menjadi tanda tanya dalam

memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat.

Permasalahan yang muncul ialah sejauh mana PT. Pegadaian mampu

memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat ditengah perkembangan

perekonomian yang pesat saat ini. Hal ini sejalan dengan tujuan beralihnya

pegadaian menjadi perseroan terbatas. Dalam menjawab tantangan ini OJK

sebagai lembaga pengawas berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Mendorong tujuan tersebut OJK harus mampu menegakkan prinsip good

coporate governance.

Perekonomian nasional dapat ditingkatkan sejalan dengan tantangan

(7)

perekonomian dibutuhkan modal yang besar. Oleh karena itu kehadiran PT.

Pegadaian diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan tersebut.

Dalam melaksanakan tujuan pembangunan tersebut diperlukan kerjasama yang

baik antara pihak terkait.

Berdasarkan uraian diatas, Penulis tertarik untuk menelaah dan

menganalisis permasalahan ini dari sudut pandang politik hukum dengan

pedoman UU No. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang diangkat

dalam penelitian yang berjudul “Pengawasan OJK Terhadap Lembaga

Pegadaian Dalam Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan”. Diharapkan penelitian ini mampu menjawab problematika hukum terkait pengawasan lembaga Pegadaian sebagai lembaga

keuangan yang menyediakan jasa keuangan dalam memenuhi kebutuhan

likuiditas masyarakat di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut diatas, adapun beberapa

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan Lembaga Pegadaian Sebagai Lembaga Keuangan?

2. Bagaimana Pengelolaan Lembaga Pegadaian Sebagai Lembaga Keuangan

Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ?

3. Bagaimana Pengawasan OJK Terhadap Lembaga Pegadaian Dalam Pemenuhan

(8)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk memenuhi kedudukan Lembaga Pegadaian sebagai lembaga keuangan.

b. Untuk mengetahui pengelolaan Lembaga Pegadaian berdasarkan UU No. 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

c. Untuk mengetahui pengawasan OJK terhadap Lembaga Pegadaian dalam

pemenuhan kebutuhan likuiditas mayarakat terkait pemenuhan aspek

kepatuhan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih pemikiran terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum khususnya yang

terkait pengawasan OJK terhadap Lembaga Pegadaian dalam memenuhi

kebutuhan likuiditas masyarakat terkait pemenuhan aspek kepatuhan.

2) Bagi pihak yang berkepentingan, yakni: para Pembentuk Peraturan

perundang-undangan dan akademisi dapat memberikan masukan dalam

pengawasan OJK terhadap Lembaga Pegadaian dalam memenuhi

kebutuhan likuiditas masyarakat terkait pemenuhan aspek kepatuhan di

(9)

b. Secara Praktis

Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi

pengetahuan lebih mengenai pengawasan OJK terhadap lembaga

pegadaian dalam memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat terkait

pemenuhan aspek kepatuhan sekaligus memberi sumbangsih dalam

perkembangan kegiatan keuangan yang dilakukan oleh lembaga

keuangan khususnya lembaga pegadaian. Dan kepada pembuat

kebijakan (decision maker) dan pembuat peraturan (wetgever) dapat

menjadi pertimbangan dalam penyusunan regulasi hukum terkait

pengawasan OJK terhadap lembaga pegadaian dalam memenuhi

kebutuhan likuiditas masyarakat terkait pemenuhan aspek kepatuhan di

Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan perpustakaan Universitas

Sumatera Utara bahwa judul tentang Pengawasan OJK Terhadap Lembaga

Pegadaian Dalam Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang dan ruang lingkup yang diangkat

untuk dikaji dan diteliti dalam penelitian ilmiah ini. Oleh karena itu, Penulis

berkeyakinan bahwa penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan secara moril, karena dalam melakukan

(10)

penelitian yang harus dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi dalam

melakukan penelitian hukum.

E. Tinjauan Pustaka

1. Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, karena

kegiatan kredit sudah sangat biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam setiap

sendi kehidupan masyarakat. Defenisi secara umum dari lembaga keuangan tersebut

adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,

menyalurkan dana atau kedua-duanya.6 Lembaga keuangan, dilihat dari jenisnya,

terdiri dari lembaga keuangan Bank dan lembaga keuangan bukan Bank serta lembaga

keuangan lainnya yaitu:7

a. Lembaga Keuangan Bank

Berdasarkan fungsinya terdiri atas bank sentral, bank umum, bank

tabungan, bank pembangunan, serta bank desa. Berdasarkan kepemilikannya,

terdiri atas bank pemerintah, bank swasta nasional, bank swasta asing, bank

campuran dan bank koperasi.

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1998 tentang Pokok

Perbankan, jenis bank di Indonesia ada dua yaitu bank umum dan bank

perkreditan rakyat. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam

lalulintas pembayaran, sedangkan bank perkreditan rakyat adalah bank yang

6 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 2002, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), hlm. 2.

7

(11)

menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu.8

1) Memberikan kredit.

Usaha bank perkreditan rakyat selain yang di atas adalah sebagai

berikut:

2) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

3) Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat bank indonesia, deposito

berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Bank perkreditan rakyat dilarang melakukan usaha berikut.9

1) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalulintas

pembayaran.

2) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3) Melakukan penyertaan modal.

4) Melakukan usaha perasuransian.

5) Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang diperbolehkan.

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank

Lembaga ini didirikan tahun 1973 berdasarkan keputusan menteri

keuangan No.kep.38/MK/IV/I/1972 yang menerbitkan bahwa lembaga-lembaga

ini dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1) Menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga.

2) Memberi kredit jangka menengah.

8 Loc. Cit, hlm. 6.

9

(12)

3) Mengadakan penyertaan modal yang bersifat sementara.

4) Bertindak sebagai perantara dari perusahaan indonesia dan badan hukum

pemerintah.

5) Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan tenaga ahli dan

memberikan nasihat-nasihat sesuai keahlian.

6) Melakukan usaha lain di bidang keuangan.

Tujuan pendirian lembaga ini adalah membantu pengembangan pasar

uang dan modal serta memberikan jasa-jasa yang berkaitan dengan pasar uang

dan modal. Lembaga ini merupakan sarana untuk menghimpun dana masyarakat

serta menunjang pembangunan nasional.

Jenis lembaga keuangan bukan bank adalah sebagai berikut:10

1) Lembaga pembiayaan pembangunan (development finance corporation).

2) Lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat berharga

(investment finance corporation).

c. Lembaga Keuangan Lainnya

Lembaga ini terdiri dari lembaga-lembaga diluar lembaga-lembaga

keuangan yang sudah disebutkan sebelumnya yang kegiatannya termasuk dalam

aktivitas lembaga pembiayaan,yang terdiri atas:11

1) Perusahaan pembiayaan konsumen (Consumer Finance Company) yaitu

lembaga yang melakukan usaha-usaha pembiayaan pengadaan barang

untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran.

10 Ibid, hlm. 7.

11

(13)

2) Perusahaan kartu kredit (Credit card Company) yaitu lembaga yang

melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan

menggunakan kartu kredit.

3) Perusahaan anjak piutang (Factoring Company) yaitu lembaga yang

melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembeliaan dan/atau

pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka panjang.

4) Perusahaan sewa guna usaha (Leasing Company) yaitu lembaga yang

melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,

baik secara finance lease maupun operating leasae untuk digunakan oleh

penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran berkala.

5) Perusahaan perdagangan surat berharga (Securities Company) yaitu

lembaga yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk perdagangan

surat berharga.

6) Perusahaan modal venture (Venture Capital) yaitu lembaga yang

melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam

suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company)

untuk jangka waktu tertentu.

7) PT Pengadaian yaitu lembaga pembiayaan milik negara yang memberikan

pinjaman secara hukum gadai kepada orang perseorangan di mana

peminjam diwajibkan untuk menyerahkan barang bergerak disertai hak

(14)

8) Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang memberikan jaminan

penggantian atas risiko yang dihadapi seseorang yang dapat berupa

kematian, rusak, atau hilangnya harta milik, dan lain sebagainya.

2. Lembaga Pegadaian

Lembaga Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara

resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa

pembayaran dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.12

Gadai adalah satu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu

barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau oleh orang lain atas

namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk

mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari pada orang-orang

berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan

biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu

digadaikan.13

3. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi

pemerintah dalam rangka mengatur dan mengawasi kegiatan sektor jasa

keuangan, setiap pihak dilarang campur tangan dalam pelaksanaan tugas dan

wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).14

12 Susilo, Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Op. Cit, hlm. 179. 13 Frianto Pandia dkk, Op. Cit, hlm. 62.

14

Adrian Sitepu, Op. Cit, hlm. 62.

OJK harus dapat bekerja secara

independen dalam membuat dan menerapkan tugas dan wewenangnya

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang jasa

(15)

dalam rancangan undang-undang Otoritas Jasa Keuangan ini, tidak

diperkenankan untuk turut campur, baik langsung maupun tidak langsung dalam

pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan

di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat. Dengan tujuan ini OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan

sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing

nasional. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan harus mampu menjaga kepentingan

nasional, antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian,

dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek

positif globalisasi. Otoritas jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas,

penanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness).

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan (selanjutnya disebut sebagai UU OJK) menyebutkan tugas pengaturan

dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan. Pengaturan dan pengawasan Otoritas

Jasa Keuangan berlaku terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.

b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga

(16)

Pelaksanaan tugas dan wewenangnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan

lembaga yang independen seperti yang telah dijelaskan pada pasal 2 ayat 2 UU OJK

bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal

yang secara tegas diatur dalam UU OJK. Pasal tersebut tersirat arti bahwa Otoritas

Jasa Keuangan merupakan lembaga non-pemerintahan atau independen. Artinya,

Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar

pemerintah.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dengan menggunakan

pendekatan secara yuridis. Mengacu pada tipologi pembahasan penelitian menurut

Soerjono Soekanto, studi pedekatan terhadap hukum yang normatif mengkonsepsikan

hukum sebagai norma, kaidah, peraturan perundang-undangan yang berlaku pada

suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan negara tertentu

yang berdaulat.15

Berdasarkan judul penelitian yang telah dijabarkan kedalam beberapa rumusan

masalah serta dihubungkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,

maka spesifikasi penelitian ini termasuk dalam lingkungan penelitian yang bersifat

observatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini memaparkan serta mendeskripsikan

(mengungkap) rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian yang dihubungkan

15

(17)

kedalam data yang dikumpulkan melalui library research (studi pustaka) dan

document research yang dilakukan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dikatakan observatif karena hasil yang diperoleh dalam penelitian

ini diharapkan mampu memberi gambaran terkait pengawasan OJK terhadap Lembaga

Pegadaian sebagai lembaga keuangan dalam memenuhi kebutuhan likuiditas

masyarakat terkait pemenuhan aspek kepatuhan.

2. Sumber Data

Penelitian ini bersifat normatif selalu menitikberatkan pada sumber data

sekunder yang dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu semua bahan yang mengikat secara yuridis

meliputi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan lain-lain.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua bahan yang memberi penjelasan

terhadap bahan hukum primer meliputi jurnal ilmiah, buku referensi

(litelatur), serta hasil karya ilmiah para sarjana dan ahli hukum.

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua bahan yang member petunjuk maupun

penjelasan bahan hukum primer dan sekunder meliputi Kamus Hukum,

artikel, surat kabar, internet, ensiklopedi dan lain sebagainya.

(18)

Penelitian ini merupakan penelitian normatif maka metode pengumpulan

data yang digunakan adalah dengan studi Kepustakaan (Library Resource) dan

studi dokumen. Studi kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah

pengumpulan data penelitian melalui penelitian kepustakaan dengan mempelajari

litelatur-litelatur yang berhubungan dengan rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini. Sedangkan studi dokumen dalam penelitian ini diperoleh

dari bahan-bahan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

penelitian ilmiah ini.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data

kualitatif, yaitu data sekunder yang berupa teori, definisi dan substansi yang berasal

dari berbagai litelatur terkait dalam peneitian ini serta yang berasal dari peraturan

perundang-undangan terkait seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas sebagai data primer dalam penelitian ini yang menunjang dalam

penulisan penelitian yang dilakukan.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara memperoleh data dari berbagai sumber yang dianalisis secara kualitatif. Data

diperoleh dari studi pustaka atas beberapa literatur terkait peranan OJK dalam

mengawasi lembaga pegadaian. Kesimpulan yang diambil dengan menggunakan cara

(19)

yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan yang bersifat khusus sesuai dengan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Setelah data dianalisis secara kualitatif, maka hasilnya disajikan dalam sebuah

deskriptif yakni berupa pemaparan objek kajian yang diteliti dalam penelitian ini.

Pemaparan yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan jawaban atas

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar

memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makba dan

memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan kesatuan yang

saling berhubungan dengan yang lain. Adapun sistematika dalam penulisan

skripsi ini adalah:

Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Bab I mengenai pendahuluan. Dalam bab ini berisikan pendahuluan yang pada

pokoknya menguraikan tentang latarbelakang penulisan, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan,

dan sistematika penulisan yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini.

Bab II tentang lembaga pegadaian sebagai lembaga keuangan, kedudukan

lembaga pegadaian sebagai lembaga keuangan, serta peranan lembaga pegadaian

(20)

Bab III tentang bentuk usaha lembaga pegadaian, pengelolaan lembaga

pegadaian sebagai lembaga keuangan menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas, serta aspek kepatuhan dalam pengelolaan lembaga pegadaian.

Bab IV mengenai kedudukan otoritas jasa keuangan dalam pengawasan

lembaga keuangan non bank, pengawasan otoritas jasa keuangan keuangan terhadap

lembaga pegadaian dalam pemenuhan kebutuhan likuiditas masyarakat terkait

pemenuhan aspek kepatuhan, serta akibat hukum terhadap lembaga pengadaian yang

tidak memenuhi aspek kepatuhan dalam pemenuhan kebutuhan likuiditas masyarakat.

Bab V tentang kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis membuat suatu

kesimpulan dan saran dimana saran dibuat untuk menjadi bahan masukan mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengisi form ini dengan lengkap dan melampirkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, mohon segera dikirim kembali ke alamat :. Email :

Namun pada peneiitian lainnya, hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan insomnia pada mahasiswa kedokteran (Cahyanti,

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak bayam merah terhadap morfologi hipokampus pada model anak mencit pascasapih induk mencit yang terpapar timbal

Dalam konteks ini, Bupati Lombok Timur, Ali BD dalam membuat kebijakannnya berorientasi pada keadaan sosial masyarakat daerahnya untuk mengantisipasi semakin banyaknya para

“ D}abit yaitu semua perawi yang yang memiliki hafalan yang sempurna dalam periwayatannya, yakni d}abit di dalam dada juga d}abit di dalam tulisan. Sedangkan dalam ilmu

Pada reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor sebagai titran,

Puji Allah atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat menyelesaikan studi pada Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung komunikasi efektif terhadap kinerja karyawan serta seberapa besar pengaruh budaya