THE INFLUENCE OF DEMOGRAPHY, TAX KNOWLEDGE, TAX PUNISHMENT, THE QUALITY OF TAX SERVICE TO CORPORATE TAX
PAYER COMPLIENCE IN KPP PRATAMA KLATEN
Disusun Oleh:
CHANDRA JATI PRASETYO 20130420064
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
THE INFLUENCE OF DEMOGRAPHY, TAX KNOWLEDGE, TAX PUNISHMENT, AND THE QUALITY OF TAX SERVICE TO CORPORATE
TAX PAYER COMPLIENCE IN KPP PRATAMA KLATEN
Disusun Oleh:
CHANDRA JATI PRASETYO 20130420064
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
THE INFLUENCE OF DEMOGRAPHY, TAX KNOWLEDGE, TAX PUNISHMENT, AND THE QUALITY OF TAX SERVICE TO CORPORATE
TAX PAYER COMPLIENCE IN KPP PRATAMA KLATEN
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
CHANDRA JATI PRASETYO 20130420064
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
THE INFLUENCE OF DEMOGRAPHY, TAX KNOWLEDGE, TAX PUNISHMENT, AND THE QUALITY OF TAX SERVICE TO CORPORATE
TAX PAYER COMPLIENCE IN KPP PRATAMA KLATEN
Diajukan Oleh :
CHANDRA JATI PRASETYO 20130420064
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
iv
THE INFLUENCE OF DEMOGRAPHY, TAX KNOWLEDGE, TAX PUNISHMENT, AND THE QUALITY OF TAX SERVICE TO CORPORATE
TAX PAYER COMPLIENCE IN KPP PRATAMA KLATEN
Diajukan Oleh :
CHANDRA JATI PRASETYO 20130420064
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan
Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal, 17 Februari 2017 Yang terdiri dari
Dr. Ietze Nazaruddin, Dr., S.E, M.Si., Ak., CA. Ketua Tim Penguji
Erni Suryandari, S.E, M.Si. Alek Murtin, S.E, M.Si., Ak., CA.
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
v Nomor Mahasiswa : 20130420064
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Pengaruh Demografi, Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, dan kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Klaten” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 01 Februari 2017
vi
suatu hari jika kita tidak berkecil hati dan belajar dari kegagalan tersebut.
Apabila engkau berada di sore hari, janganlah menunggu hingga pagi hari. Apabila engkau berada di pagi hari, Janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.
(HR. Bukhari)
Satu-satunya batasan adalah yang kita ciptakan dalam pikiran kita sendiri.
Seorang yang mudah putus asa tidak pernah menang – dan seorang pemenang tidak pernah putus asa
(Napoleon Hill)
“Dreams are not what you see in your sleep, dreams are things which do not let you sleep.”
(Cristiano Ronaldo)
Jalanilah semua tantangan yang ada saat ini maupun kedepan hingga kau terbiasa. (Dika Jati Prasetya)
Perjuanganku sekarang adalah cerminan dari keberhasilanku dimasa yang akan datang.
vii
saya persembahkan tulisan sederhana ini kepada semua orang-orang yang saya sayangi
Tidak ada habisnya saya ucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT yang atas karunianya telah memberikan kekuatan dan ketabahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini. Kelancaran dan kesulitan yang penulis rasakan ketika menulis karya ilmiah merupakan media pembelajaran yang disiapkan ALLAH SWT untuk menyiapkan kita semua untuk menuju kehidupan kerja yang diidam-idamkan.
Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan yang baik bagi seluruh kaumnya. Lewat hadist yang indah memberikan kita petunjuk ketika tidak tahu arah.
Sebagai rasa terima kasih yang tak terhingga atas jasa yang beliau berikan, saya persembahkan tulisan ini kepada kedua orang tua saya Ir Djoko Prasetyo dan Indah Djati Sulistiyani SH. Beliau telah memberikan kasih sayang yang begitu besar kepada saya sejak saya lahir hingga hari ini tanpa menuntut balas suatu apapun. Beliau selalu membimbing saya ketika susah maupun turut bersenang ketika suasana suka cita datang. Beliau selalu menemani saya meskipun saya penuh dengan kekurangan dan kesalahan kepada beliau yang tidak mungkin cukup jika diucapkan satu persatu. Saya akan terus berdoa kepada ALLAH SWT untuk bapak dan ibu agar dilancarkan Rizki-nya dan panjang umurnya, serta selalu berbahagia. Semoga melalui kelulusan saya akan mendapat lebih banyak kesempatan untuk membalas jasa yang beliau berikan kepada saya, amin.
Terima kasih saya ucapkan kepada kakak saya Dika Jati Prasetya yang telah memberikan support dan lewat keberadaanya telah memberikan saya nasihat-nasihat yang baik sebagai seorang kakak. Semoga Rizki untuk dirimu diperlancar dan segera dapat membentuk keluarga baru yang bahagia.
viii
mendukungku ketika susah dan lewat kata-katanya membantu secara fisik maupun emosional untuk menyelesaikan skripsi ini.
ix
dan Karunia-Nya penulis diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “Pengaruh Demografi, Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Klaten” Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pegawai pajak tentang apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, selain itu juga dapat memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Nano Pratolo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, SE., M.Si., Ak selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Bapak Alex Murtin, S.E., M.Si., Ak, CA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan memberikan waktunya untuk bertemu. 4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
x
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada kita semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi kita semua pada umumnya.
Yogyakarta, 2017 Penulis
xi
Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, dan Kualitas Pelayanan Fisksus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Badan yang sedang melapor SPT di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten yang terletak di Jalan veteran No. 82, Bareng Lor, Klaten Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuisioner. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 100 responden yang dipilih menggunakan convinience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa Demografi tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Sanksi Pajak tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Kualitas Pelayanan Fiskus berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
xii
tax punishment and the quality of tax service to corporate tax payer complience in Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. The subject in this study was corporate taxpayers who reporting SPT in Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten that located on Jalan veteran No. 82, Bareng Lor, Klaten Jawa Tengah. This research using data primer that taken using a quisioner In this study, sample of 100 respondents were selected using convinience sampling. Analysis tool used in this study is the multiple regression analysis.
Based on the analysis that have been made, the result are demografi do not have influence on tax complience, tax knowledge effect positively significant to taxpayer complience, tax punishment do not have influence on tax complience, the quality of tax service effect positively significant to tax complience.
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Rerangka Teori ... 10
1. Teori Legitimasi ... 10
2. Theory of Planned Behavior ... 11
3. Kepatuhan Wajib Pajak ... 12
4. Demografi ... 14
5. Pengetahuan Perpajakan ... 16
6. Sanksi Pajak ... 17
7. Kualitas Pelayanan Fiskus ... 19
B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ... 20
xiv
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27
F. Uji Kualitas Data ... 30
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 35
B. Hasil Uji Kualitas Data ... 39
C. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 43
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 43
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 44
3. Hasil Uji Hipotesis ... 49
D. Pembahasan ... 52
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 57
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 58
C. Keterbatasan Penelitian ... 59 DAFTAR PUSTAKA
xv
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 37
Tabel 4.4 karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 38
Tabel 4.5 karakteristik responden berdasarkan jenis usaha ... 39
Tabel 4.6 Uji Validitas ... 40
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas ... 42
Tabel 4.8 Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 43
Tabel 4.9 Uji Normalitas ... 45
Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas ... 46
Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas ... 47
Tabel 4.12 Uji F ... 52
Tabel 4.13 Uji T ... 49
Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ... 50
Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, dan Kualitas Pelayanan Fisksus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Badan yang sedang melapor SPT di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten yang terletak di Jalan veteran No. 82, Bareng Lor, Klaten Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuisioner. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 100 responden yang dipilih menggunakan convinience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa Demografi tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Sanksi Pajak tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Kualitas Pelayanan Fiskus berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
tax punishment and the quality of tax service to corporate tax payer complience in Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. The subject in this study was corporate taxpayers who reporting SPT in Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten that located on Jalan veteran No. 82, Bareng Lor, Klaten Jawa Tengah. This research using data primer that taken using a quisioner In this study, sample of 100 respondents were selected using convinience sampling. Analysis tool used in this study is the multiple regression analysis.
Based on the analysis that have been made, the result are demografi do not have influence on tax complience, tax knowledge effect positively significant to taxpayer complience, tax punishment do not have influence on tax complience, the quality of tax service effect positively significant to tax complience.
1
A. Latar Belakang Penelitian
Pajak merupakan pendapatan terbesar Negara yang menyumbang
86,2% dari seluruh Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) pada Agustus tahun 2016 (Kemenkeu, 2016). Jumlah yang besar ini
menunjukan seberapa penting pajak bagi Negara Indonesia. Pajak merupakan
jantung dari pendapatan Negara yang dapat memajukan dan memberikan rasa
aman bagi masyarakat, Jika pajak terserap dengan baik, dana dari masyarakat
akan mengalir dari masyarakat ke pemerintah dan akan disalurkan kembali
kepada masyarakat lewat infrastruktur dan lapangan pekerjaan yang luas.
Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah yang nantinya
akan digunakan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan (Mardiasmo,
2013). Pendapatan pajak yang baik akan sangat membantu pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk mencapai hasil pemungutan pajak yang
maksimal dibutuhkan kerja sama seluruh anggota masyarakat dan petugas
pemerintahan sehingga akan dapat mencapai target penerimaan pajak.
Data pendapatan pajak menunjukan bahwa pendapatan pajak pada
tahun 2012 terealisasi sebesar 10,12 Triliun lebih rendah dari rencana sebesar
10,66 Triliun. Pada tahun 2013 pendapatan pajak mengalami kenaikan yaitu
sebesar 14,29 Triliun dengan rencana pendapatan pajak sebesar 15,02 Triliun
terealisasi sebesar 95,2%. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan yaitu sebesar 15,37
pendapatan pajak sebesar 94,0%. Pada tahun 2015 pendapatan pajak
mengalami penurunan sebesar 14,91 Triliun yang juga merupakan penurunan
dalam realisasi pendapatan pajak menjadi 84,7% (Direktorat Jendral Pajak,
2016).
Data realisasi pendapatan pajak diatas menunjukan terjadinya
penurunan kepatuhan wajib pajak antara tahun 2014 dengan tahun 2015. Hal
ini dapat terjadi karena dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri wajib pajak sendiri
dapat berupa latar belakang keluarga, pendidikan, usia, dan rasa keadilan
(Purnomo dan Mangoting, 2013). Banyaknya variabel Perbedaan antar
individu menyebabkan terjadi perbedaan perilaku kepatuhan wajib pajak dalam
hal kepatuhan membayar pajak. Diperlukan sosialisasi dan pendekatan yang
baik terhadap wajib pajak untuk meningkatkan tingkat kepatuhan sehingga
wajib pajak akan sadar pentingnya membayar pajak.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri wajib
pajak sendiri contohnya peraturan pajak dan lingkungan. Wajib pajak
dikatakan patuh apabila menjalankan seluruh kewajiban pajaknya dan
menggunakan seluruh hak perpajakannya (Debbianita dan Carolina, 2013).
Untuk menjadi wajib pajak yang patuh dibutuhkan keuletan dan pengetahuan,
karena peraturan pajak cenderung cepat berubah. Pada tahun 2015 terdapat
lebih dari 100 peraturan pajak baru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral
Demografi kepatuhan wajib pajak terdiri dari dua proxy yaitu usia
dan tingkat pendidikan wajib pajak (Frisno dan Tjen, 2015). Demografi dapat
membantu fiskus dalam memberikan pengertian atau gambaran yang lebih baik
terhadap diri wajib pajak. Fiskus dapat menggunakan data dari demografi
untuk menentukan kedalam kategori mana wajib pajak tersebut berasal, apakah
wajib pajak termasuk dalam kategori tua atau muda, lulusan SMA atau lulusan
perguruan tinggi dan seterusnya.
Wajib pajak yang memiliki usia yang berbeda akan memiliki tingkat
kepatuhan yang berbeda-beda. Orang berumur lima puluh tahun dengan dua
puluh tahun akan memiliki perbedaan dalam wawasan dan pengalaman yang
membedakan kepatuhan wajib pajaknya. Pendidikan formal juga akan
berpengaruh karena individu yang mendapatkan pendidikan formal hingga
tingkat yang berbeda akan memiliki perbedaan kepatuhan wajib pajak (Fitriani
Dkk., 2014). Orang dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi akan lebih
cepat dalam memahami peraturan perpajakan daripada yang tidak menempuh
pendidikan formal sama sekali.
Pengetahuan pajak merupakan faktor penting dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Masyarakat yang paham akan peraturan perpajakan
akan lebih patuh dan tepat waktu dalam membayar pajak (Witono, 2008).
Wajib pajak dikatakan berpengetahuan pajak jika terjadi perubahan perilaku
pada dirinya berupa pendewasaan diri yang terjadi karena pengajaran dan
Jika diambil contoh wajib pajak yang akan membayar pajak
mengetahui bahwa batas pembayaran pajak tanggal tiga puluh bulan desember,
maka ia akan membayar sebelum itu sehingga terhindar dari denda pajak.
Pengetahuan pajak akan bermanfaat bagi pemerintah maupun bagi wajib pajak.
Pembayaran pajak tepat waktu akan memudahkan petugas fiskus mencatat
keuangan pajak, sedangkan bagi wajib pajak akan membantu untuk
menghindari denda pajak.
Masyarakat yang mendapatkan sosialisasi pajak akan lebih paham
tentang peraturan perpajakan dan dapat meningkatkan motivasinya.
Kemampuan petugas fiskus sangat diperlukan dalam menjawab pertanyaan
wajib pajak ketika membayar pajak. Petugas fiskus yang baik akan dapat
memberikan keramah tamahan ketika wajib pajak membayar pajak secara
langsung, menyediakan sistem informasi yang baik dan mampu menjawab rasa
keingintahuan wajib pajak terhadap sistem pajak (Arum, 2012).
Pendekatan fiskus terhadap wajib pajak juga merupakan salah satu
penyebab pentingnya pengetahuan pajak. Wajib pajak yang percaya kepada
fiskus dan mengerti akan visi dan misi pajak akan lebih rela dalam hal
memberikan penghasilannya untuk petugas fiskus karena sadar bahwa dana
tersebut tidak akan disalahgunakan oleh pemerintah. Salah satu alasan
ketidakpatuhan wajib pajak adalah kurang percayanya wajib pajak terhadap
petugas pajak (Evi dan Budiartha, 2013).
Peraturan pajak dan tata cara perpajakan tertuang pada
melanggar akan dikenai sanksi dapat berupa hukuman ataupun denda. Dapat
disimpulkan bahwa hukum bersifat memaksa sehingga semua kalangan harus
selalu mentaatinya. Peraturan pajak memiliki peraturan yang mengatur wajib
pajak orang pribadi ataupun wajib pajak badan, tertuang dalam PPh pasal 21
sampai PPh pasal 26 (Mardiasmo, 2013).
Sanksi pajak merupakan tindakan yang akan dilakukan pemerintah
kepada wajib pajak yang tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya (Doni,
2013). Sanksi pajak dapat membantu petugas fiskus melaksanakan tugasnya
karena memberikan efek jera kepada wajib pajak yang memiliki niat untuk
melanggar peraturan ataupun yang mencari celah dalam peraturan pajak.
Ketidakpatuhan pajak dapat menyebabkan wajib pajak melakukan tax avoidance ataupun tax evasion.
Variabel demografi dengan proxy usia dan tingkat pendidikan
pernah diteliti oleh Amalia dan Fevriera (2010) yang menyatakan bahwa wajib
pajak yang masih muda dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki
tingkat penghindaran pajak yang tinggi, hal ini disebabkan karena rata-rata
wajib pajak masih ragu terhadap tingkat kepahaman mereka terhadap peraturan
pajak. Wajib pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih besar
kemungkinan untuk paham soal pajak. Namun pada penelitian Frisno dan Tjen
(2015) menyatakan bahwa wajib pajak berusia muda ataupun tua tidak
memiliki perbedaan kepatuhan pajak. Dianawati (2008) meneliti tentang
membedakan kepatuhan wajib pajak jika tidak diikuti dengan sosialisasi pajak
yang baik oleh fiskus.
Variabel pengetahuan perpajakan pernah diteliti oleh Debbianita dan
Carolina (2013), debbianita berpendapat bahwa DJP perlu melakukan berbagai
kegiatan sosialisasi dan penyuluhan kepada wajib pajak sehingga kepatuhan
dapat meningkat, wajib pajak tidak patuh karena ketidaktahuanya terhadap
pajak. Hal serupa disebutkan oleh Amalia dan Fevriera (2010) yang
berpendapat wajib pajak yang berpengetahuan pajak menyadari resiko
hukuman pidana dan kerugian fiskal jika tertangkap melanggar pajak maka
sosialisasi sangat diperlukan. Lain halnya dengan penelitian Hardiningsih dan
Yuliniawati (2011) yang menyatakan bukan pengetahuan yang perlu
disosialisasikan namun kesadaran pajaknya.
Variabel sanksi pajak pernah diteliti oleh Wahyu (2015), Irianingsih
(2015) dan Jatmiko (2006). Wahyu (2015) berpendapat bahwa sanksi
administrasi lebih efektif dalam meningkatkan kepatuhan daripada sanksi
pidana, hal ini beralasan karena pada peraturan pajak untuk mengeluarkan
sanksi pidana dibutuhkan proses yang panjang sedangkan untuk dikenai sanksi
denda lebih ketat. Wajib pajak yang terlambat membayar atau tidak membayar
pajak akan diberikan Surat Tagihan Pajak (STP). Selain sanksi STP, wajib
pajak juga akan dikenakan sanksi administrasi, maka wajar bagi wajib pajak
yang mengetahui beratnya sanksi pajak akan bertambah kepatuhannya.
Variabel kualitas pelayanan fiskus pernah dilakukan oleh
layanan fiskus telah memadai, kualitas layanan telah dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. namun lain hal nya dengan penelitian Mir’atusholihah
(2014) yang menyatakan bahwa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Malang
Utara kualitas pelayanan nya memadai, tapi pada penelitian ini hal tersebut
tidak sampai dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Mir’atusholihah,
dkk (2014) berpendapat wajib pajak tidak patuh karena wajib pajak kurang
diberikan sosialisasi bukan karena kualitas pelayanan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Arum (2012) Peneliti
menambahkan variabel independen demografi dan pengetahuan perpajakan.
Penambahan variabel tersebut dikarenakan variabel demografi masih jarang
digunakan dan hasilnya masih banyak yang berbeda. Selain itu peneliti
mengganti responden yang sebelumnya wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Cilacap menjadi wajib pajak badan di KPP Pratama Klaten.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Demografi, Pengetahuan Perpajakan,
Sanksi Pajak, dan Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Badan di KPP Pratama Klaten”. Penelitian ini menggunakan variabel
kepatuhan wajib pajak dari penelitian Novita (2010), variabel demografi dari
penelitian Frisno dan Tjen (2015), variabel pengetahuan perpajakan dari
penelitian Handayani dkk. (2012), variabel sanksi pajak dari penelitian Diyat
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah demografi berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak ?
2. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak ?
3. Apakah sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak ?
4. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh positif
demografi terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh positif
pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh positif sanksi
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh positif kualitas
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Dapat menambah keyakinan bahwa demografi, pengetahuan
perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
b. Menggunakan empat variabel kedalam penelitian yang sama karena
dari kebanyakan penelitian tentang kepatuhan wajib pajak hanya
menggunakan 1 atau 2 diantara variabel yang diteliti tersebut.
2. Manfaat Penelitian Secara Praktik
a. Dapat menjadi acuan kepada DJP untuk dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dengan pertimbangan kepada hasil penelitian
10
1. Teori Legitimasi
Dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi
bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan
tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai,
kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Kirana, 2009).
Dasar pemikiran teori ini organisasi akan dapat berlanjut keberadaannya
jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai
yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri.
Teori legitimasi akan dapat berjalan secara maksimal jika negara
memiliki kemampuan untuk meyakinkan kepada masyarakat, sehingga
masyarakat memiliki suatu kepercayaan yang pasti kepada pemerintah
(Septiana dan Sukartha, 2015). Pemerintah lewat berbagai macam cara
dapat memberikan pengertian kepada masyarakat bagaimana prestasi yang
sudah diraih oleh pemerintah, pemberitaan prestasi tersebut dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sehingga
meningkatkan kepatuhan wajib pajaknya.
Pemerintah dapat ikut membantu memotivasi wajib pajak dengan
memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh membayar pajak.
Karena jika wajib pajak yang patuh dan tidak patuh diperlakukan sama
berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga
negara (Elmaliawati, 2015). Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat,
namun karena sifat dasar pajak adalah memungut atau memotong
pendapatan masyarakat, maka pasti ada saja keinginan masyarakat untuk
menghindarinya.
2. Theory of planned behavior
Theory of planned behavior menjelaskan bahwa perilaku individu
dipengaruhi oleh niat, bagaimana individu sejak awal berniat untuk
berperilaku, jika dalam perpajakan maka untuk patuh membayar pajak
ataupun tidak patuh. Pemerintah dapat menerapkan peraturan ataupun
sanksi, dan masyarakat dapat menerapkan norma yang harus dipatuhi oleh
individu, namun bagaimana individu berperilaku tetap akan dipengaruhi
faktor internalnya dahulu. Dalam Ajzen (1991) niat dalam diri individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu :
a. Behavioral beliefs adalah keyakinan dalam diri individu bahwa
tindakanya akan mendapatkan suatu hasil dan apakah akan dilakukan
evaluasi atas tindaka nya tersebut. Maksudnya adalah apabila individu
melakukan tindakan maka pertama individu akan menimbang apakah
yang ia lakukan mendapatkan nilai yang memuaskan ataupun hukuman
b. Normatif beliefs adalah bagaimana keyakinan individu tentang harapan
normatif orang lain terhadap dirinya. Harapan normatif yang dimaksud
adalah bagaimana individu akan memikirkan tanggapan orang-orang
yang dia sayangi ataupun masyarakat sekitar tempat ia tinggal tentang
perilakunya. Jika individu berperilaku baik yang dibenarkan secara
norma masyarakat, maka tanggapan masyarakat terhadap dirinya akan
baik. Peneliti jika ingin memprediksi perilaku individu maka
mengetahui hal tersebut sangat penting.
c. Control beliefs adalah bagaimana seorang individu melihat kemampuan
dirinya untuk melakukan suatu tindakan, jika individu merasa dirinya
mampu untuk melakukan suatu tindakan yang diperintahkan maka dia
akan berkemungkinan besar patuh untuk melakukan tindakan tersebut.
3. Kepatuhan Wajib Pajak
Teori kepatuhan dalam penelitian (Ramadhani, 2008)
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak salah
satunya dengan memberikan reinforcement positif yaitu perasaan didukung
yang dialami wajib pajak ketika mendapatkan imbalan atau insentif setelah
melaksanakan kewajibannya, wajib pajak akan mengalami emosi positif dan
pengurangan tekanan. Teori kepatuhan menunjukan bahwa terdapat
usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh petugas fiskus kepada wajib pajak untuk
Pajak adalah pendapatan yang penting pada setiap negara, untuk
mencapai negara mandiri yang dapat mengumpulkan dana pembangunan
nya diperlukan pendapatan pajak yang baik. Pendapatan pajak tidak pernah
mudah karena terhalang oleh tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan
wajib pajak adalah jarak antara keinginan publik membayar pajak dengan
harapan pemerintah untuk mencapai peningkatan pajak (Simanjuntak dan
Mukhlis, 2012), dapat disimpulkan jumlah yang seharusnya terkumpul dan
jumlah yang sebenernya terkumpul adalah apa yang disebut ketidak patuhan
pajak.
Kepatuhan wajib pajak menurut Wijoyanti dan Nurlis (2010)
adalah suatu kondisi atau iklim dimana wajib pajak sadar dan patuh terhadap
pajak dengan berusaha untuk mengerti peraturan perundang-undangan
perpajakan, menghitung jumlah pajak dengan benar, mengisi formulir pajak
dengan lengkap dan jelas, dan membayar tepat pada waktunya. Kepatuhan
wajib pajak dapat dibentuk melalui lingkungan wajib pajak maupun
motivasi dari dalam diri wajib pajak sendiri, caranya adalah dengan
membentuk iklim masyarakat yang patuh dan peduli terhadap pajak maka
sebagian besar wajib pajak akan terpengaruh dan ikut melaksanakan
kewajiban membayar pajaknya.
Terdapat dua jenis kepatuhan wajib pajak, yaitu kepatuhan formal
dan kepatuhan materiil. Kepatuhan formal adalah patuh secara formal
terhadap peraturan pajak berupa dengan membayar secara tepat waktu,
hanya secara materiil tapi juga jiwa undang-undangnya (Cahyonowati,
2011). Wajib pajak yang telah mencapai kepatuhan secara materiil akan
mempermudah dalam pelaksanaan pajak karena tanpa pengawasan yang
ketat wajib pajak akan tetap patuh membayar pajak, namun jika wajib pajak
yang masuk kategori patuh secara formal tetap harus di awasi dengan baik.
Kepatuhan yang berdasar berawal dari diri wajib pajak sangat
penting dalam perpajakan di Indonesia yang menganut Self Assessment
System. Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung pendapatan
kena pajak nya sendiri, melaporkan dan membayarkanya sendiri, fiskus
hanya bertugas melayani dan mengawasi berjalannya sistem perpajakan
(Mardiasmo, 2011).
4. Demografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari kependudukan. Dalam
demografi penduduk dapat dihitung secara statistika dan diperkirakan
perubahannya. Suparyanto (2010) menyatakan bahwa semakin bertambah
usia maka seseorang akan semakin bertambah baik kemampuan mentalnya.
perkembangan mental yang tercepat terjadi ketika seseorang berumur
belasan tahun, dan akan menurun perkembangannya ketika telah berusia
tertentu. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan kemampuan mental
Faktor demografi salah satunya terdiri dari usia, dan tingkat
pendidikan (Purba dan Rinaldi, 2015). Usia terdiri dari beberapa rentang
kategori, dimana usia wajib pajak termasuk dalam kategori tersebut, terdiri
dari sangat muda (<24), muda (25-35), sedang (36-45), tua (46-55) dan
sangat tua (>55 keatas). Tingkat pendidikan yaitu pendidikan akhir yang
telah ditempuh wajib pajak, terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, Diploma, Sarjana (S1, S2, S3).
Kepatuhan dalam membayar pajak didasari kemampuan untuk
mengerti segala peraturan pajak dan melaksanakannya dengan baik, maka
umur adalah salah satu faktor yang patut diperhitungkan dalam memahami
kepatuhan membayar pajak wajib pajak. Seorang wajib pajak ketika di
tuntut untuk mempelajari hal baru, misal sistem pembayaran pajak online,
maka wajib pajak yang berusia muda cenderung untuk memiliki motivasi
belajar yang tinggi. Wajib pajak yang berusia lanjut akan lebih tidak
termotivasi untuk belajar hal yang baru. Perbedaan motivasi belajar ini
dapat menjadi ketidak patuhan di kemudian hari karena tidak paham akan
peraturan pajak.
Semakin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak maka akan
semakin tinggi tingkat pemahaman perpajakan dan manfaat dari membayar
pajak jika dibandingkan wajib pajak dengan tingkat pendidikan yang lebih
rendah (Frisno dan Tjen, 2015). Perbedaan tingkat kepatuhan ini disebabkan
oleh perbedaan pengetahuan tentang dasar-dasar perekonomian suatu
sadar bahwa moral yang baik diperlukan untuk berjalan baik nya suatu
negara, pernyataan ini didukung oleh Al-Mamun, dkk (2014) yang
menyatakan tingkat pendidikan wajib pajak yang tinggi akan menunjukan
moral pajak yang tinggi pula.
5. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan perpajakan adalah proses perubahan sikap dan
perilaku seseorang menjadi lebih dewasa dalam hal ini lebih patuh, yang
disebabkan oleh pengajaran atau pelatihan baik secara formal maupun
nonformal (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011). Bertambahnya
pengetahuan wajib pajak tentang pajak akan diikuti dengan kesadaran diri
bahwa membayar pajak itu penting. Wajib pajak tidak akan dapat membayar
pajak dengan baik jika tidak memahami bagaimana tata cara pelaporan dan
bagaimana tata cara pembayaran pajak tahunan, maka dibutuhkan
sosialisasi peraturan pajak oleh fiskus agar wajib pajak lebih memahami
peraturan pajak.
Wajib pajak yang atas kesadaran diri berusaha memahami
peraturan pajak akan lebih baik dalam mematuhinya dengan syarat wajib
pajak berniat belajar karena ingin membayar Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT) tepat waktu, namun tidak semua wajib pajak berusaha belajar tentang
peraturan pajak karena niat yang baik, ada wajib pajak yang belajar
peraturan pajak untuk mencari celah melakukan tax evasion tanpa terjerat
dengan ketat oleh petugas pajak karena dimana ada celah hukum wajib
pajak ini akan memanfaatkanya.
Wajib pajak dalam pengetahuan yang lebih tinggi akan memilih
patuh karena pengetahuan yang berupa pengalaman akan membantu
membuat keputusan yang berkualitas (Dwi, 2015). Wajib pajak yang telah
membayar pajak dalam waktu yang lama akan mengetahui resiko
melakukan usaha penghindaran pajak dan sanksi apa yang dijatuhkan pada
wajib pajak yang tidak patuh. Pengalaman wajib pajak ini akan
membantunya dan menjadi motivasi untuk patuh membayar pajak.
6. Sanksi Pajak
Wajib pajak yang telah memahami peraturan perpajakan sebagian
besar akan berpikir lebih baik membayar pajak daripada terkena sanksi
pajak (Handayani dkk, 2012). Wajib pajak yang telah mengetahui besarnya
pidana dan denda yang akan dikenakan jika terkena kasus pajak akan
berpikir bahwa lebih baik membayar pajak yang jumlahnya lebih kecil
daripada jika terkena denda pajak.
Sofyan (2012) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak ada 2
yaitu kesadaran aktif dan kesadaran pasif. Kesadaran aktif menitikberatkan
pada perencanaan kemungkinan di masa depan sedangkan kesadaran pasif
menerima apa adanya. Wajib pajak yang memiliki kesadaran aktif akan
cenderung patuh terhadap pajak karena kesadarannya terhadap
segala tindakan yang beresiko terkena sanksi pajak, sanksi pajak akan
meningkatkan tingkat kepatuhanya.
Sanksi perpajakan merupakan ketentuan aturan
perundang-undangan yang harus dipatuhi, disebut juga alat preventif atau pencegah
terjadinya pelanggaran peraturan perpajakan agar wajib pajak tidak
melakukan pelanggaran pajak (Mardiasmo, 2011). Terdapat dua jenis sanksi
pajak (Setiyanto, 2015) yaitu:
a. Sanksi administrasi berupa denda
Yaitu sanksi pajak yang dikenakan kepada wajib pajak
karena pelanggaran keterlambatan pelaporan SPT ataupun
keterlambatan pembayaran. Jumlah denda yang dikenakan bernilai
pasti yaitu 1 juta untuk SPT tahunan badan dan 500 ribu untuk SPT
masa.
b. Sanksi administrasi kenaikan
Merupakan sanksi yang dikenakan dikarenakan tidak
lengkapnya dokumen yang dimiliki oleh wajib pajak misal NPWP.
Jumlah kenaikan dapat mencapai 100% dari jumlah pajak terutang
c. Sanksi administrasi berupa bunga
Merupakan sanksi pajak yang dapat menyebabkan utang
pajak menjadi bertambah besar. Tarif yang dihitung adalah jumlah
pajak terutang dikalikan dengan waktu keterlambatan dikalikan dengan
d. Sanksi pidana.
Merupakan pemberian hukuman berupa penjara kepada
wajib pajak yang tidak patuh. Sanksi pajak merupakan jenis hukuman
dalam pajak yang dihindari oleh petugas pajak, karena merupakan
upaya terakhir dalam penegakan perpajakan. Biasanya dalam hukuman
pajak wajib pajak dianggap melakukan alpa, atau ketidakpatuhan yang
tidak disengaja karena lalai, sedangkan pada sanksi pidana wajib pajak
dianggap melakukan tindak kejahatan.
7. Kualitas Pelayanan Fiskus
Pelayanan adalah cara-cara untuk melayani, menyiapkan,
membantu, mengurus segala keperluan seseorang (Aryobimo, 2012), maka
tindakan pelayanan dapat disimpulkan adalah pemberian perhatian kepada
orang lain atas suatu urusan yang memberikan rasa nyaman. Tindakan
pelayanan yang baik dapat dilihat dalam beberapa hal, keramahan pemberi
pelayanan, kebersihan tempat pelayanan, dan kemudahan prosedur dalam
melakukan urusan orang yang diberi pelayanan.
Fiskus adalah pegawai pemerintahan yang memiliki kewenangan,
dalam pelaksanaan peraturan perpajakan, pegawai pemerintah yang
dimaksud adalah DJP dan pejabat yang sedang diberi kewenangan untuk
melaksanakan peraturan perpajakan (Widiastuti, 2015). Fiskus bertanggung
jawab dalam tingkat pencapaian pajak, apakah tingkat pencapaian pajak
Maka dapat disimpulkan pelayanan fiskus adalah pegawai
pemerintahan yang bekerja di kantor pajak yang melakukan pelayanan
kepada wajib pajak. Tingkat penilaian kualitas pelayanan dapat dinilai dari
tingkat kepuasan wajib pajak ketika sedang melakukan pembayaran pajak.
Fiskus dituntut dapat memberikan keramahan kepada wajib pajak sehingga
persepsi wajib pajak terhadap fiskus akan membaik, jika persepsi wajib
pajak terhadap fiskus semakin baik dan pelayanan memuaskan tingkat
kepatuhan membayar pajak akan meningkat.
Tingkat keberhasilan pemungutan pajak selain dipengaruhi oleh
tax payer juga dipengaruhi oleh tax law, dan tax administration
(Prasetiantono, 1994). Tax payer adalah diri wajib pajak sendiri, seberapa
wajib pajak memiliki kesadaran dalam hal membayar pajak. Tingkat
kualitas pelayanan fiskus sangat dipengaruhi tax law dan tax administration
karena fiskus harus bekerja berdasarkan kedua hal tersebut. Tax law adalah
hukum pajak, peraturan apa saja yang harus di patuhi wajib pajak sedangkan
tax administration adalah tata cara pembayaran pajak.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Hubungan antara Demografi dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Sesuai dengan teori legitimasi jika seseorang mencapai usia
tertentu maka dia akan sadar bahwa tindakan membayar pajak yang
dilakukannya merupakan tindakan yang bermanfaat bagi diri sendiri juga,
karena pajak pada akhirnya akan bermanfaat bagi wajib pajak dalam bentuk
tentang pajak baru akan muncul seiring bertambah usia dan pengalaman
dalam berurusan dengan pajak.
Sesuai dengan theory of planned behavior dalam normatif beliefs,
bahwa individu yang bertambah usia akan semakin peduli pada tanggapan
masyarakat terhadap dirinya. Perilaku individu akan berubah seiring dengan
bertambahnya usia, dari individu yang cuek terhadap masyarakat menjadi
individu yang peduli terhadap tanggapan masyarakat terhadap dirinya.
Individu tidak akan rela untuk mencoreng nama baiknya di masyarakat
sehingga dalam hal pajak, wajib pajak akan semakin patuh dalam membayar
pajak.
Hipotesis usia dan latar belakang pendidikan di dukung oleh
penelitian Amalia dan Fevriera (2011) menyatakan bahwa usia dan latar
belakang pendidikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Namun logika ini tidak sejalan dengan penelitan Frisno dan Tjen (2015)
yang menyatakan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Dianawati (2008)
yang menyatakan tingkat pendidikan tidak berpengatuh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Berdasarkan logika tersebut dapat diturunkan hipotesis :
2. Hubungan antara Pengetahuan Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Sesuai dengan theory of planned behavior dalam faktor control
beliefs wajib pajak memandang kemampuan dirinya sendiri dengan
pandangan yang berbeda-beda. Individu yang memiliki pengetahuan
tentang pajak akan memandang dirinya sendiri sebagai wajib pajak yang
pandai, maka wajib pajak yang pandai ini akan lebih patuh dalam
melakukan kewajibannya untuk melapor, menghitung dan membayar pajak
karena merasa mampu untuk melakukanya.
Negara indonesia menerapkan self assessment system yang
mengharuskan wajib pajak melapor, menghitung dan membayar pajaknya
sendiri. Wajib pajak harus secara aktif mencari tahu bagaimana proses
pembayaran pajak dan menghitung pajak terutangnya. Berbeda dengan
official assessment system yang jumlah pajak terutang dihitungkan oleh
petugas pajak, jika dalam hal ini wajib pajak tidak berpengetahuan tentang
bagaimana menghitung pajak, maka meskipun wajib pajak berniat untuk
patuh namun pelanggaran pajak karena kesalahan perhitungan pajak
terutang tetap akan terjadi.
Hipotesis ini sejalan dengan penelitian Evi dan Budiartha (2013);
Witono (2013); Debbianita dan Carolina (2013) menyatakan pengetahuan
perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, namun
pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Maka dapat disimpulkan hipotesis:
H2 : Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak
3. Hubungan antara Sanksi Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Sesuai dengan theory of planned behavior dalam behavioral
beliefs, Wajib pajak yang berkeinginan tidak patuh atau bahkan sekedar
tidak menyetor pajak akan berpikir dua kali sebelum melakukanya. Wajib
pajak dihadapkan pada pilihan untuk membayar jumlah yang sedikit
sekarang atau membayar jumlah besar di kemudian hari, dalam hal ini
adalah denda pajak. Denda pajak memiliki nilai yang cukup besar yang
dapat merugikan wajib pajak, ditambah lagi ada sanksi pidana yang akan
memberikan rasa takut kepada wajib pajak. Rasa takut inilah yang
menjadikan wajib pajak secara rela maupun terpaksa akan lebih patuh.
Sesuai dengan theory of planned behavior tentang normatif
beliefs wajib pajak yang memiliki usaha jika terkena sanksi akan
memperburuk citra perusahaanya di mata masyarakat, hal ini akan sangat
merugikan karena perusahaan yang terkena kasus dapat terlibat berbagai
masalah, misal masyarakat tidak mau membeli produk atau investor tidak
percaya lagi untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi (WPOP) yang tidak memiliki usaha akan memperburuk
Hipotesis ini sejalan dengan penelitian Cahyonowati (2012);
Jatmiko (2006); Wahyu (2015) menyatakan bahwa sanksi pajak
berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, namun tidak
sejalan dengan penelitian Hardiningsih dan Yulianawati (2011) yang
menyatakan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dari penjelasan diatas maka peneliti mengusulkan hipotesis
sebagai berikut.
H3 : Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
4. Hubungan antara Kualitas Pelayanan Fiskus dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Setiap orang pasti senang jika diperlakukan dengan ramah, wajib
pajak yang ketika melapor SPT dilayani dengan baik akan berpikir bahwa
melapor SPT itu tidak sulit dan menyenangkan sehingga di kemudian waktu
wajib pajak akan lebih patuh dalam membayar pajak. Wajib Pajak yang
mengetahui mudahnya melapor SPT tidak akan merasa keberatan untuk
kembali ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) jika ingin melaporkan, ataupun
berpendapat tentang pajak. Wajib pajak tidak akan menganggap bahwa
membayar pajak itu sulit jika dilayani dengan baik.
Hipotesis sejalan dengan penelitian Jatmiko (2006) dan penelitian
Hardiningsih dan Yuliniawati (2011) yang menyatakan kualitas pelayanan
fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, namun tidak sejalan
pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari
penjelasan diatas maka peneliti menurunkan hipotesis:
H4 : Kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak
C. Model Penelitian
Gambar 2.1 Model Penelitian
Demografi (X1)
+
Kualitas Pelayanan Fiskus
(X4)
+
Sanksi Pajak (X3) Pengetahuan
Perpajakan
(X2)
+
+
26
Objek penelitian yang digunakan adalah wajib pajak di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di wilayah Klaten sebagai lokasi penyebaran
kuisioner dalam mengetahui pengaruh demografi, pengetahuan perpajakan,
kualitas pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak di Klaten.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan
yang sedang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) di KPP Pratama Klaten.
C. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari
responden secara langsung. Responden tersebut adalah wajib pajak Badan di
wilayah Klaten. Data diambil dari wajib pajak badan yang sedang melapor SPT
di KPP Pratama di wilayah Klaten. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linier berganda. Metode ini digunakan karena peneliti menggunakan
lebih dari 2 variabel independen.
D. Teknik Pengambilan Data
Populasi penelitian ini adalah seluruh wajib pajak Badan yang
dipilih berdasarkan aksesibilitas yang memudahkan dalam memperoleh data,
serta subjek tersebut dapat dijangkau oleh peneliti. Sedangkan menurut (Umar,
1999) convinience sampling adalah mendapatkan data dari anggota populasi yang mudah ditemui untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak adalah suatu perilaku wajib pajak yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk meningkatan
pendapatan pajak negara. Wajib pajak memahami segala hak dan kewajiban
perpajakannya dan melaksanakanya tercermin dari wajib pajak yang
berusaha memahami peraturan perpajakan, menghitung sendiri pendapatan
pajaknya, dan melaporkan pendapatan kena pajaknya tepat waktu.
Kepatuhan wajib pajak diukur dengan 4 poin pertanyaan dengan
menggunakan skala likert (Novita, 2010).
a. Wajib pajak telah membayar pajak.
b. Wajib pajak menyisihkan dana cadangan untuk membayar pajak.
c. Wajib pajak merasa pemanfaatan pajak telah transparan.
2. Variabel Independen
a. Demografi
Demografi adalah ilmu kependudukan yang dapat
memperkirakan tingkat pertumbuhan penduduk dan gambaran kondisi
penduduk di masa yang akan datang, demografi juga meliputi latar
belakang penduduk. Dalam penelitian ini demografi menggunakan
proxy usia wajib pajak dan latar belakang pendidikan wajib pajak
(Frisno dan Tjen, 2015). Variabel demografi diukur dengan menjawab
1 pertanyaan untuk masing-masing proxy, pertanyaan tersebut
digunakan untuk mengelompokan WP.
1) Berdasarkan kategori usia.
2) Berdasarkan pendidikan terakhir.
b. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan perpajakan adalah proses perubahan sikap dan
perilaku seseorang menjadi lebih dewasa dalam hal ini lebih patuh,
yang disebabkan oleh pengajaran atau pelatihan baik secara formal
maupun nonformal (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011). Informasi
kepatuhan wajib pajak dibutuhkan untuk mengetahui seberapa mampu
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajak. Variabel
pengetahuan perpajakan diukur dengan menggunakan skala ordinal dari
1) Wajib pajak tahu sanksi pajak.
2) Wajib pajak tahu cara menghitung pajak.
3) Wajib pajak tahu peraturan pajak lewat sosialisasi.
4) Wajib pajak memperoleh pemahaman lewat training.
c. Sanksi Pajak
Sanksi perpajakan merupakan ketentuan aturan
perundang-undangan yang harus dipatuhi, disebut juga alat preventif atau pencegah
terjadinya pelanggaran peraturan perpajakan agar wajib pajak tidak
melakukan pelanggaran pajak (Mardiasmo, 2011). Sanksi pajak
merupakan gambaran jelas akibat tidak patuhnya wajib pajak terhadap
peraturan pajak. Variabel sanksi pajak diukur dengan skala ordinal
dalam 4 indikator pertanyaan berikut (Diyat, 2015).
1) Sanksi pajak diberikan jika melanggar peraturan.
2) Sanksi pajak diberikan jika terlambat melapor SPT
3) Sanksi pajak telah memberikan efek jera.
4) Pelaksanaan sanksi pajak sudah sesuai.
d. Kualitas Pelayanan Fiskus
Kualitas pelayanan fiskus adalah tindakan yang dilakukan
oleh pegawai pemerintah yang diberi kewenangan untuk menjalankan
aktivitas perpajakan. Pegawai pemerintah dituntut untuk melakukan
akan dapat memenuhi kebutuhan wajib pajak dan memberikan perasaan
nyaman ketika wajib pajak melakukan pembayaran. Variabel kualitas
pelayanan fiskus diukur dengan poin pertanyaan dengan skala ordinal
(Syamsudin, 2014).
1) Fiskus menyediakan segala kebutuhan wajib pajak.
2) Suasana kantor pajak nyaman.
3) Wajib pajak tidak antri untuk bayar pajak.
4) Pemahaman wajib pajak bertambah setelah bayar pajak.
5) Fiksus memberikan kualitas pelayanan yang baik.
F. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana
instrument pengukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji
validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner Ghazali
(2011:52). Cara mengetahuinya adalah dengan melihat nilai pearson’s
correlation, jika nilai pearson’s correlation setiap poin pertanyaan lebih dari
0,50 maka instrument pengukur dikatakan VALID.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghazali (2011) suatu kuesioner dikatakan reliable jika
seseorang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan stabil
menguji apakah instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dapat
memberikan gambaran yang sesungguhnya di lapangan. Variabel dikatakan
reliable apabila nilai cronbanch’s alpha lebih besar atau sama dengan 0,70
(Ghozali, 2011).
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif adalah penjelasan yang digunakan dalam
bentuk paragraf untuk menceritakan data dalam bentuk statistik. Dalam uji
statistik deskriptif meliputi nilai min, nilai max, nilai mean dan standar
deviasi. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dari data,
sedangkan nilai maximum digunakan untuk mengetahui nilai terbesar dari
data. Nilai mean digunakan untuk mengetahui rata-rata nilai dari data.
Standar deviasi digunakan untuk mengetahui dispersi rata-rata dari data
sampel.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kualitas data sebelum
dapat di analisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang
telah lulus uji asumsi klasik baru dapat dianalisis menggunakan analisis
regresi linier berganda. Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan
bahwa data tidak bias, valid dan penaksiran regresinya efisien (Ghozali,
2011). Pengujian asumsi klasik terdiri uji normalitas, uji multikolinieritas
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal adalah
data yang baik dan siap diolah. Pengujian normalitas di penelitian ini
menggunakan uji One sample kolmogorov smirnov. Data dikatakan
berdistribusi normal ditandai dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah
terdapat korelasi yang sangat kuat antar variabel independent sehingga
dapat mengganggu hubungan variabel independent dan dependent. Data
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika nilai VIF (Variance
Inflation Factor) < 10 dan nilai tolerance > 0,1.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah data
mengalami heterokedastisitas. Heteroskedastisitas adalah terjadi
ketidaksamaan varians antar variabel. Penelitian ini menggunakan uji
glejser. Data dikatakan tidak mengalami heterokedastisitas jika nilai sig
> 0,05.
3. Uji Nilai F
Hasil uji F dilihat berdasarkan nilai signifikansi apakah nilai
signifikansi lebih rendah daripada 0,05 atau tidak. Nilai signifikansi yang
dan penelitian terbukti. Dalam uji F hal tersebut menunjukan bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
4. Uji Hipotesis
Menurut Ghazali (2011) uji T pada umumnya menunjukan
seberapa berpengaruh satu variable independent dalam mempengaruhi
variable dependent secara individual. Merupakan uji secara parsial
(terpisah) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. P-value
menunjukan nilai signifikansi variable penelitian. Hipotesis akan diterima
jika P-value <0,05 yang merupakan tingkat alpha 5%.
5. Uji Regresi
Persamaan regresi linier berganda yang digunakan:
# = % + '()(+ '*)*+ '+)++ ',),+ - Keterangan :
! = Konstanta
'('*'+', = Koefisien regresi
)( = Variabel independen (Demografi)
)* = Variabel independen (Pengetahuan Perpajakan) )+ = Variabel independen (Sanksi Pajak)
6. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi merupakan uji untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen dapat mempengaruhi
variabel dependen. Koefisien determinasi dapat diketahui dengan melihat
nilai adjusted .*. Semakin nilai adjusted .* mendekati 1 maka semakin besar kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel dependen,
35
yang akan dijelaskan pada bagian akhir bab. Hasil penelitian dan pembahasan akan
dijelaskan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini menggunakan alat bantu yaitu
perangkat lunak IBM SPSS 23.0. adapun penjelasan hasil penelitian sebagai
berikut.
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah wajib pajak badan yang sedang
melaporkan SPT di KPP Pratama Klaten. Dalam penelitian ini subjek yang
digunakan adalah wajib pajak badan yang bersedia untuk mengisi kuisioner
tentang kepatuhan wajib pajak, demografi, pengetahuan perpajakan, sanksi
pajak, dan kualitas pelayanan fiskus. Berdasarkan survey yang dilakukan
peneliti selama bulan November 2016 sampai Januari 2017, telah terkumpul
sebanyak 100 data. Peneliti menyebar ke pada responden dan mengambil
secara langsung ketika telah selesai di isi, maka data yang didapatkan dari
kuisioner dapat kembali secara penuh. Terdapat 6 kuisioner yang tidak lengkap
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengisian Kuisioner
keterangan Jumlah Persentase
Kuisioner yang disebar 106 106%
Kuisioner yang tidak lengkap 6 6%
Kuisioner yang dapat diolah 100 100%
Sumber : data primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas kuisioner yang tidak lengkap sebanyak 6
dan data yang lengkap sehingga dapat diolah sebanyak 100 responden.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarakan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden
1 Laki-Laki 53
2 Perempuan 47
Sumber: data primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang
mengisi kuisioner lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 53
responden, daripada yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 47
Tabel 4.3
Karakteristik responden berdasarkan usia
No Usia Jumlah Responden
1 <24 Tahun 10
2 25-35 Tahun 25
3 36-45 Tahun 33
4 46-55 Tahun 28
5 >55 Tahun 4
Sumber: Data primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang
paling banyak berpartisipasi dalam penelitian adalah yang berusia 36-45
tahun yaitu berjumlah 33 responden, disusul dengan yang berjumlah 46-55
tahun berjumlah 28 responden. Hal ini menunjukan mayoritas pemilik
perusahaan atau tax professional memiliki rentang usia antara 36-55 tahun.
Berikutnya adalah yang berusia 25-35 tahun berjumlah 25 responden.
Responden yang berjumlah sedikit adalah responden muda berusia <24
tahun yaitu berjumlah 10 responden, namun yang paling sedikit adalah yang
Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
1 SMA 42
2 D1/D2 6
3 D3 15
4 S1 37
Sumber: Data primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden memiliki
tingkat pendidikan yang beragam. Responden memiliki tingkat pendidikan
terakhir SMA adalah yang paling banyak dengan jumlah 42 responden.
Yang kedua adalah responden dengan tingkat pendidikan S1 berjumlah 37
responden. Hal ini menunjukan bahwa jalur pendidikan S1 adalah yang
paling diminati setelah selesai melaksanakan pendidikan SMA. D3 berada
di posisi ke 3 dengan 15 responden, dilanjutkan dengan tingkat pendidikan
Tabel 4.5
Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha tempat responden bekerja
No Jenis Usaha Jumlah Responden
1 Industri 10
2 Perdagangan 21
3 Jasa 35
4 Lainnya 44
Sumber: Data primer diolah tahun 2017
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis usaha
wajib pajak badan yang terbanyak adalah pada kolom lainnya dengan
jumlah 44 responden. Secara teori seharusnya jenis usaha berada pada salah
satu kolom Industri, Perdagangan atau Jasa, namun mungkin dikarenakan
ketidaktahuan responden dalam kategori usaha diatas, maka responden
memasukan jenis usaha tempat mereka bekerja di kolom lainnya. Jasa
adalah yang terbanyak kedua dengan jumlah 35 responden, dilanjutkan
dengan perdagangan berjumlah 21 responden. Jenis usaha yang paling
sedikit adalah berjenis industri dengan total 10 responden.
B. Hasil Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Variabel dapat dikatakan valid apabila nilai pearson’s
correlation lebih dari atau sama dengan 0,50 (Nazaruddin dan Agus,
masing-masing variabel terdiri dari 2 sampai dengan 5 pertanyaan.
Masing-masing indikator dalam pertanyaan digunakan untuk mengukur
pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji Validitas
No Variabel Pearson Correlation Hasil
1 KP1 0,662 VALID
2 KP2 0,525 VALID
3 KP3 0,685 VALID
4 KP4 0,673 VALID
5 D1 0,697 VALID
6 D2 0,706 VALID
7 PP1 0,669 VALID
8 PP2 0,506 VALID
9 PP3 0,665 VALID
10 PP4 0,667 VALID
11 SP1 0,511 VALID
12 SP2 0,747 VALID
13 SP3 0,679 VALID
14 SP4 0,673 VALID
15 SP5 0,661 VALID
17 KPF2 0,704 VALID
18 KPF3 0,696 VALID
19 KPF4 0,695 VALID
20 KPF5 0,611 VALID
Sumber: Data primer diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 23.0
Berdasarkan data tabel diatas, suatu indikator pertanyaan akan
dikatakan valid apabila nilai pearson correlation lebih dari atau sama
dengan 0,50. Dapat dilihat pada data tabel 4.7 pada kepatuhan wajib
pajak masing-masing indikator pertanyaan menunjukkan skor lebih dari
0,50, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator pertanyaan untuk
variabel kepatuhan Wajib Pajak dapat dikatakan VALID.
Nilai pearson correlation pada tabel 4.7 untuk seluruh variabel
Demografi lebih besar dari 0,50 sehingga dapat dikatakan seluruh
indikator pertanyaan Demografi dikatakan VALID; Nilai pearson
correlation pada tabel 4.7 untuk seluruh variabel Pengetahuan
Perpajakan lebih besar dari 0,50 sehingga dapat dikatakan seluruh
indikator pertanyaan Pengetahuan Perpajakan dikatakan VALID.
Nilai pearson correlation pada tabel 4.7 untuk seluruh variabel
Sanksi Pajak lebih besar dari 0,50 sehingga dapat dikatakan seluruh
indikator pertanyaan Sanksi Pajak dikatakan VALID; Nilai pearson
correlation pada tabel 4.7 untuk seluruh variabel Kualitas Pelayanan
Fiskus lebih besar dari 0,50 sehingga dapat dikatakan seluruh indikator
Kesimpulan dari data tabel 4.7 diatas, dapat dilihat sebaiknya
seluruh indikator pertanyaan yang diuji lebih dari atau sama dengan 0,50
dapat dikatakan VALID. Indikator pertanyaan yang telah diuji pada
masing-masing variabel menunjukkan skor pearson correlation lebih dari
0,50 maka seluruh item pertanyaan dapat dikatakan VALID.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah alat
pengukur dapat dipercaya dan memberikan hasil yang relatif tidak
berbeda setiap diujikan/ tepat sasaran apabila dilakukan penelitian
kembali dengan subjek yang berbeda, jawaban responden akan tetap
konsisten. Variabel dikatakan reliable apabila nilai cronbanch’s alpha
sama atau lebih dari 0,70 (Ghozali, 2011). Hasil pengukuran reliabilitas
untuk semua variabel disajikan dalam tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbanch’s Alpha Keterangan
1 Kepatuhan wajib pajak 0,741 Reliabel
2 Demografi 0,744 Reliabel
3 Pengetahuan Perpajakan 0,736 Reliabel
4 Sanksi Pajak 0,760 Reliabel
5 Kualitas Pelayanan Fiskus 0,763 Reliabel
Sumber: Data primer diolah tahun 2017 menggunakan SPSS 23.0
Berdasarkan dari data tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa