5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian gempa dalam beberapa tahun terakhir yang melanda beberapa daerah di Indonesia dan menyebabkan kerusakan berbagai sarana dan prasarana di daerah-daerah yang terkena dampak bencana tersebut. Kondisi alam ini menyebabkan perlunya pemenuhan terhadap kaidah-kaidah perencanaan/pelaksanaan sistem struktur tahan gempa pada setiap struktur bangunanyang akan didirikan diwilayah Indonesia, khususnya yang dibangun di wilayah kerawanan (resiko) gempa menengah hingga tinggi. Hal ini bertujuan agar pada saat terjadi gempa, struktur banguanan dapat bertahan dan melindungi penghuninya dari resiko bahaya gempa.
2.2. Peraturan
Peraturan-peraturan yang telah dietapkan oleh pemerintah dan dipakai dalam merancang struktur bangunan antara lain :
1. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk stuktur bangunan gedung dan non gedung SNI 1726:2012
2. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung SNI 2847: 2013
2.3. Desain Bangunan Tinggi Tahan Gempa
Untuk bangunan yang tidak lebih tinggi dari 40 meter, analisis struktur akibat seismik/gempa dapat dilakukan dengan metode beban gempa statik ekivalen, dengan memperhatikan kondisi tanah struktur bangunan tersebut.
Sementara, untuk bangunan yang lebih tinggi 40 meter, analisis beban seismik statik ekivalen perlu diverifikasi dengan analisis dinamik. Bagi analisis dinamik, struktur, perioda, distribusi gaya-gaya lateral dan koefisien gempa (seismic response coefficient), menjadi perhatian analisis tanggap struktur. (Nasution, 2009)
2.4. Syarat-Syarat Dalam Perencanaan Gedung Bertingkat Tinggi
Dasar pemilihan suatu sistem struktur untuk bangunan tinggi adalah harus memenuhi syarat kekakuan, kekuatan dan kestabilan. Diperlukan syarat-syarat untuk mengetahui gedung tersebut aman atau tidak.
1. Kekakuan
Menurut Smith dan Coull, 1991 suatu struktur harus memiliki kekauan yang cukup hingga pergerakan dapat dibatasi. Kekakuan struktur dapat
diukur dari besarnya simpangan antar lantai (drift) bangunan, semakin
kecil simpangan struktur maka bangunana tersebut akan semakin kaku.
Kekauan bahan dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan dan ukuran
2. Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan elemen dan komponen struktur
bangunan yang bekerja secara vertikal ataupun horizontal bangunan dalam
menahan beban-beban yang timbul. Komponen struktur verikal berupa
kolom yang fungsinya menahan gaya-gaya vertikal yang dialirkan dan
disebarkan menuju sub-struktur dan fondasi bangunan. Komponen struktur
horizontal berupa struktur lantai dan balok sebagai penahan beban mati
dan beban hidup yang diteruskan ke kolom. (Zuhri, 2011)
3. Kestabilan
Kestabilan bangunan merupakan kemampuan bangunan dalam mengatasi
gaya-gaya lateral dari luar, seperti angin, gempa, ataupun gaya gravitasi
bumi. Hal ini dapat tercapai dari ekspresi massa ataupun pembentuk
struktur bangunan yang memberikan perilaku struktur yang stabil.
Kestabilan lateral sembarang struktur yang mengalami sembarang kondisi
pembebanan harus dicapai dengan menggunakan pemikul beban lateral
dengan memakai pengekangan lateral di sekeliling denah. (Zuhri, 2011)
2.5. Sistem Strukur Beton Bertulng
sitem sistem portal ini biasanya kaku/monolit, serta ukuran penampang elemen (lebar atau tinggi) dibandingkan dengan bentang elemen kecil. Sistem struktur yang tidak dapat dibedakan unsur elemennya, seperti pelat, cankang, atau tangka dinamakan sisem struktur kontinum. (Nasution, 2009)
2.6. Desain Kapasitas (Capasity Design)
Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas elemen- elemen struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat berperilaku elastik. Salah satunya adalah dengan konsep “strong column weak beam”. Dengan metode ini, bila suatu saat terjadi goncangan yang besar
akibat gempa, kolom bangunan di desain akan tetap bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatka diri sebelum Bangunan roboh seketika
2.7. Filosofi Struktur Tahan Gempa
Kinerja struktur pada waktu menerima beban gempa dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
a. Akibat gempa ringan, struktur bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada elemen strukturalnya maupun pada elemen non struktural. b. Akibat gempa sedang, elemen structural bangunan tidak boleh rusak tetapi
c. Akibat gempa besar, baik elemen struktural maupun elemen nonstruktural bangunan akan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan tidak boleh runtuh.
2.8. Beban Struktur
Ada beberapa jenis beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan. Beban-beban yang diperhitungkan dalam penulisan tugas akhir ini sesuai SNI 1727:2013 adalah sebagai berikut :
a. Beban mati
Beban mati adala berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektur dan structural lanya serta peralatan layan terasang lain termasuk berat keran. b. Beban hidup
Beban yang diakibatkan oeh pengguna dan penghuni bangunan bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban linkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
c. Beban gempa atau gaya lateral
2.9. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Pada sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) ada dua aspek yang di tinjau pada SRPMK yaitu : komponen struktur lentur SRPMK dan komponen struktur yang menerima lentur dan beban aksial.
2.10. Balok
Balok adalah bagian dari struktur yang berfungsi untuk menopang lantai
diatasnya serta sebagai penyalur momen ke kolom-kolom yang
menopangnya.Balok yang bertumpu langsung pada kolom disebut balok induk,
sedangkan balok yang bertumpu pada balok induk disebut balok anak. Tulangan
rangkap pada perancangan balok pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan
daktilitas penampang, pengendalian defleksi jangka panjang akibat adanya
rangkak dan susut. (McCormac, 2003)
2.11. Pelat
2.12. Kolom
Kolom menempati posisi penting didalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan. Menurut SNI 2847:2013 pasal 8.10.1, kolom harus dirancang unutk menahan gaya aksial dari beban terfaktor pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang lantai atau atap bersebelahan yang ditinjau.
2.13. Joint Balok-Kolom
2.14. Fondasi ( bored pile )