DAFTAR PUSTAKA
Altwood, Dennis A.2004.Ergonomic Solutions for the Process Industries.United
States: El Sevier.
Anant Sudarshan.2015.The Impact of Temperature on Productivity and Labor
Supply: Evidence from Indian Manufacturing. University of Chicago and
Energy.
Auliciems, Andris and Steven V.Szokolay. Thermal Comfort
.Brisband.Wignjosoebroto, Sritomo.2003.Studi Gerak dan
Waktu.Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
Gallo, C., dkk. Architecture Comfort and Energy.Amsterdam: Elsevier.
Naville, Stanton dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics
Method. London: CRC Press.
Parsons, K.C.2003.Human Thermal Environment.London and New York: Taylor
& Francis Group.
Robert W. Allen.1976.Industrial Hygiene. Prentice-Hall, New Jersey.
Sudjana.2005.Metode Statistika Bandung : Penerbit Tarsito.
Tarwaka, dkk.2004.Ergonomi untuk Keselamatan, kesehatan kerja dan
Produktivitas.
Wignjosoebroto, Sritomo.1995.Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu: Teknik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Kenyamanan Termal4
1. Tingkat aktivitas (metabolisme dalam tubuh)
American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning
Engineering (ASHRAE) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai hasil
pemikiran seseorang mengenai kepuasan terdadap keadaan termal di sekitarnya. Oleh karena kenyamanan adalah “suatu pemikiran, persamaan empiris harus digunakan untuk mengaitkan respon kenyamanan terhadap sambutan tubuh. Kenyamanan termal merupakan kepuasan yang dialami oleh seseorang manusia yang menerima suatu keadaan termal. Keadaan ini dapat dialami secara sadar ataupun tidak. Pemikiran ‘suhu netral’ atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang dinilai agak kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan konsep yang pasti dan berbeda bagi setiap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal antara lain:
2. Temperatur udara 3. Temperatur radian
4. Kadar kelembapan udara relative 5. Kecepatan angin
4
3.2. Suhu Udara (T)5
Pada umumnya, sistem sistem termoregulasi tubuh manusia selalu mencoba untuk mempertahankan kestabilan suhu internal (inti) tubuh sekitar 36,1oC hingga 37,2oC (97oF hingga 99oF). Suhu inti harus selalu berada dalam interval tersebut untuk menghindari kerusakan terhadap tubuh dan performansi. Ketika pekerjaan fisik dilakukan, tambahan suhu tubuh akan terjadi. Jika ditambahkan keadaan yang tingkat kelembabannya tinggi terhadap suhu ambient, maka hasilnya akan mengarah pada kelelahan dan resiko kesehatan.
Tubuh manusia mempertahankan keseimbangan panas tersebut dengan meningkatkan sirkulasi darah ke kulit, karena itu kita berkeringat pada hari panas. Ketika hari dingin, tubuh mereduksi sirkulasi darah ke kulit dan kita akan merasa sedikit hangat. Tubuh menghasilkan panas melalui metabolisme dan pekerjaan fisik. Untuk menjaga keseimbangan panas internal, tubuh melakukan pertukaran panas dengan lingkungan dengan empat cara berikut ini.
1. Konveksi
Proses ini tergantung pada perbedaan udara dan suhu kulit. Jika suhu udara lebih panas daripada kulit, maka kulit akan menyerap panas dari udara, yang dapat dikatakan berarti menambah panas ke tubuh. Akan tetapi, jika suhu udara lebih dingin daripada kulit, maka tubuh akan kehilangan panas.
5
Sumber : schoolworkhelper.net
Gambar 3.1. Konveksi
2. Konduksi
Proses ini berkaitan dengan perbedaan suhu dari kulit dan permukaan yang mengenai kontak langsung. Contoh, jika menyentuh sesuatu yang panas, maka kulit akan menerima panas dan mungkin akan mengalami luka bakar.
Sumber : schoolworkhelper.net
Gambar 3.2. Konduksi
3. Penguapan
4. Radiasi
Proses ini tergantung pada perbedaan termperatur kulit dengan permukaan pada lingkungan. Contoh, berdiri di bawah pancaran sinar matahari akan membuat kita menerima radiasi dari matahari.
Dari suatu penelitian dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat paling tinggi pada suhu sekitar 24 oC sampai dengan 27 oC.
Sumber : schoolworkhelper.net
Gambar 3.3. Radiasi
Effective Temperature (ET) didefinisikan sebagai suhu tetap atau jenuh
dengan tidak adanya radiasi, menghasilkan efek yang sama seperti atmosfer. Dengan demikian menggabungkan pengaruh suhu udara kering dan kelembaban. Adapun formula untuk menghitung ET (Effective Temperature) adalah:
dalam oC ...(1)
Dimana :
DBT : Dry Bulb Temperature (oC)
3.3. Kecepatan Udara (v)6
3.4. Kelembaban Udara
Pergerakan udara melalui tubuh dapat mempengaruhi aliran panas ke dan dari suhu tubuh. Pergerakan udara akan bervariasi dalam setiap waktu, ruang dan arah. Gambaran kecepatan udara pada suatu titik dapat bervariasi dalam waktu, intensitas. Penelitian terhadap respon manusia, misalnya, ketidaknyamanan karena aliran udara menunjukkan pentingnya variasi kecepatan udara. Pergerakan udara (kombinasi dengan suhu udara) akan mempengaruhi tingkatan udara hangat atau keringat 'diambil' dari tubuh, sehingga mempengaruhi suhu tubuh. Kecepatan aliran udara yang melewati seseorang dapat membantu mendinginkan orang tersebut apabila angin lebih dingin dari lingkungan. Kecepatan aliran udara adalah faktor yang sangat penting dalam kenyamanan suhu karena manusia sensitif akan hal ini. Udara yang tidak bergerak yang mendapat panas dalam ruangan tertutup akan menyebabkan seseorang merasa kaku ataupun berkeringat. Menggerakkan udara dapat meningkatkan heat loss melalui konveksi
tanpa perubahan pada temperatur udara keseluruhan.
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air pada udara dengan jumlah maksimum uap air di udara yang bisa ditampung pada temperatur tersebut. Kelembaban relatif antara 40%-70% kurang begitu berpengaruh terhadap
thermal comfort. Pada ruangan kantor, biasanya kelembaban dipertahankan pada
40% sampai 70% karena adanya komputer, sedangkan pada tempat kerja outdoor,
6
kelembaban relatif mungkin lebih besar dari 70% pada hari yang panas. Lingkungan yang mempunyai kelembaban relatif tinggi mencegah penguapan keringat dari kulit. Di lingkungan yang panas, kelembaban sangat penting karena semakin sedikit keringat yang menguap pada kelembaban tinggi.
3.5. Keseimbangan Termal7,8
7
Naville, Stanton dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Method. London: CRC Press. Hal.60-62.
8
Parsons, K. C, Op.Cit., hal.36-38.
Sumber: Handbook of Human Factors and Ergonomics Method, Naville Stanton
Gambar 3.4. Keseimbangan Panas antara Panas yang Dihasilkan dengan
Panas yang Dikeluarkan
Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Heat stress dapat terjadi pada kondisi panas yang diproduksi lebih besar daripada panas yang hilang. Keseimbangan panas yang terjadi dalam tubuh dapat dilihat pada Gambar 3.5. berikut.
ASHRAE (1989) memberikan persamaan keseimbangan panas sebagai berikut:
M – W = (C + R + Esk) + ( Cres + Eres) ...(2) Dimana :
M : tingkat produksi energi metabolisme W : tingkat pekerjaan mekanik
C : tingkat kehilangan panas konvektif dari kulit R : tingkat kehilangan panas radiatif dari kulit
Esk : tingkat kehilangan panas pengupan total dari kulit Cres : tingkat kehilangan panas konvektif dari pernapasan Eres : tingkat kehilangan panas penguapan dari pernapasan Catatan bahwa:
Esk = Ersw + Edif ...(3) Dimana:
Ersw : tingkat kehilangan panas penguapan kulit melalui keringat Edif : tingkat kehilangan panas penguapan kulit melalui kelembaban
sel-sel tubuh, dimana digunakan untuk membakar makanan. Kebanyakan energi yang dilepaskan berkenaan dengan panas bergantung pada aktivitas, beberapa pekerjaan ekternal yang dilakukan.
...(4)
Dimana:
fcl : Faktor area pakaian. Area permukaan tubuh yang ditutupi pakaian
Acl dibagi dengan area permukaan tubuh yang terbuka tanpa pakaian
Rcl : daya tahan panas pakaian
to : Suhu operatif (oC)
tsk : Suhu kulit rata-rata (oC)
tr : Suhu radian rata-rata (oC)
hc : 8.3 v 0.6 untuk 0.2 <v<4.0 hc = 3.1 untuk 0< v <0.2
Dimana v adalah kecepatan udara (m/s-2).
3.6. Perpindahan Panas dari Tubuh ke Kulit9
9
Ibid., hal. 212-213.
Sumber: Human Thermal Environments, Ken Parsons
Gambar 3.6. Model Perpindahan Panas Sederhana dengan Insulasi Pakaian
3.7. Metabolisme Tubuh Manusia (Metabolic Rate)10,11
Metabolic rate adalah panas di dalam tubuh sepanjang beraktivitas. Nilai
dari metabolic rate sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan yang
dilakukan. Pada umumnya, metabolic rate diukur dalam satuan met (1 met = 50
kcal h-1 m-2). Semakin banyak melakukan aktivitas fisik maka semakin banyak panas yang dihasilkan. Metabolisme merupakan proses perubahan secara fisik dan kimiawi dalam jaringan maupun sel tubuh untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhannya. Semakin cepat terjadinya proses metabolisme, maka semakin banyak energi yang dihasilkan dari proses pembakaran kalori tubuh.
Nilai untuk masing-masing aktivitas dan kecepatan metabolisme dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Aktivitas dan Kecepatan Metabolisme
No Aktivitas Satuan
Met W/m2
1 Berbaring 0.8 46
2 Duduk Tenang 1.0 58
3 Tukang jam 1.1 65
4 Berdiri santai 1.2 70
10
Auliciems, Andris and Steven V. Szokolay. Thermal Comfort (Brisband), hal 6
11
Tabel 3.1. Aktivitas dan Kecepatan Metabolisme (Lanjutan)
No Aktivitas Satuan
Met W/m2 5 Aktivitas biasa ( kantor, rumah tangga, sekolah) 1.2 70
6 Menyetir mobil 1.4 80
7 Pekerja grafis – tukang jilid 1.5 85
8 Berdiri, aktivitas ringan(belanja, lab, industry ringan) 1.6 93
9 Guru, mengajar didepan kelas 1.6 95
10 Kerja rumah tangga (cukur, mencuci, berpakaian) 1.7 100
11 Berjalan di dataran, 2 km/jam 1.9 110
12 Berdiri, aktivitas sedang (menjaga took, rumah tangga) 2.0 116 13 Industri bangunan, memasang bata (bata 15,3 Kg) 2.2 125
14 Berdiri mencuci piring 2.5 145
15 Kerja rumah tangga- mengumpulkan daun di halaman 2.9 170 16 Kerja rumah tangga – mencuci dengan tangan dan menyetrika 2.9 170
17 Besi dan baja- menuang, mencetak 3.0 175
18 Industri – membentuk cetakan 3.1 180
19 Berjalan di dataran, 5 km/jam 3.4 200
20 Kehutanan – memotong dengan gergaji satu tangan 3.5 205
21 Pertanian – membajak dengan kuda 4.0 235
22 Olah raga – meluncur di atas es, 18 km/jam 6.2 360 23 Peranian – menggali dengan cangkul (24 angkatan/menit) 6.5 380 24 Olah raga – ski diantara 18 km/jam 7.0 405 25 Kehutanan – bekerja dengan kapak (2 kg, 33 ayunan/menit) 8.6 500
26 Olah raga – lari 15 km/jam 9.5 550
Sumber: Neville Stanton & Auliciems, Andris and Steven V. Szokolay
3.9. Heat Stress Index (HSI)12
12
Naville, Stanton dkk, Op.Cit., hal.62-5 – 62-6.
Heat Stress Index (HSI) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk membuktikan adanya indikasi heat stress pada pekerja di tempatnya bekerja. Metode ini dikembangkan oleh Belding dan Hact pada tahun 1955. Pada dasarnya, HSI merupakan perbandingan dari penguapan yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan panas (Ereq) dari penguapan yang
Ereq = Evaporasi yang dibutuhkan seperti Pelepasan keringat (Wm-2)
= M-R-C
M = Jumlah metabolisme kerja
R = Pelepasan radiasi panas per satuan luas (W/m-2) C = Pelepasan konveksi panas persatuan luas (W/m-2)
Emax = maximum evaorasi (pelepasan keringat Wm-2)
= 7,0 v0,6 (56-pa) Berpakaian
= 11,7 v0,6 (56-pa) Tidak Berpakain
R = k1 (35-tr) ; k1 = 4,4 jika berpakaian atau 7,3 jika tidak berpakaian
C = k2 v0,6 (35-ta) ; k2 = 4,6 jika berpakaian atau 7,6 jika tidak berpakaian
tr = 0,25 – 273 ...(5)
+ − × = 235 18 , 4030 956 , 18 Pa ta e Rh
pa = Tekanan parsial dari uap air di udara (Kpa)
tr = Mean radiant temperatur (oC)
ta = temperatur udara (oC)
tg= temperatur globe (oC)
v = kecepatan angin (m/s)
Berikut adalah arti rentang nilai HSI yang ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Arti Rentang Nilai HSI
HSI Efek Paparan Selama 8 jam Pengaruh Terhadap Pekerja -20 Tekanan dingin yang ringan Pemulihan dari paparan panas
Tabel 3.2. Arti Rentang Nilai HSI (Lanjutan)
HSI Efek Paparan Selama 8 jam Pengaruh Terhadap Pekerja
10-30 Terjadi tekanan panas, dari tingkat ringan hingga sedang
Sedikit pengaruh pada pekerjaan fisik, memungkinkan penurunan
kemampuan kerja 40-60 Terjadi tekanan panas, dari tingkat sangat berat
Ancaman kesehatan bagi pekerja yang tidak layak, aklitimasi dibutuhkan 70-90 Terjadi tekanan panas, dari tingkat
yang sangat berat Pemilihan selektif pekerja 100 Tekanan panas maksimal harian Dapat ditoleransi apabila fit,
aklitimasi pada pekerja muda >100 Waktu paparan terbatas Temperatur inti tubuh
meningkat Sumber: Neville Stanton & Auliciems, Andris and Steven V. Szokolay
3.10. ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) 13
Ta : Temperatur kering (oC)
ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) sering disebut juga dengan WBGT (Wet
Bulb Globe Temperatur). Perhitungan ISBB terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
perhitungan ISBB dengan panas radiasi dan perhitungan ISBB tanpa panas radiasi.
Untuk ISBB dengan panas radiasi, digunakan rumus:
ISBB = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1 Ta ...(6) Sedangkan, rumus ISBB tanpa radiasi digunakan rumus:
ISBB : 0,7 Tnwb + 0,3 Tg ... (7)
Keterangan notasi:
Tnwb : Temperatur basah (oC)
Tg : Temperatur globe (oC)
13
Prosedur pengukuran ISBB:
1. Pastikan globe temperatur bersih dan berikan sedikit air pada bagian pengukur
temperatur basah.
2. Tempatkan QuesTemp pada tempat kerja yang akan diukur kurang lebih 3,5
kaki (±1,1m) dari permukaan tanah.
3. Hidupkan QuesTemp, dan diamkan selama 10 menit sebelum membaca nilai
temperatur globe untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan nilai ISBB rata-rata yang diterima oleh pekerja, maka dapat dilihat ISBB dengan nilai ambang batas ISBB berdasarkan SNI 16-7063-2004.
Tabel. 3.3. Nilai Ambang Batas Ketetapan
Proporsi Work-Idle Beban Kerja
Work Idle Ringan Sedang Berat
100% 0& 30,0 oC 26,7 oC 25,0 oC
75% 25% 30,6 oC 28,0 oC 25,9 oC
50% 50% 31,4 oC 29,4 oC 27,9 oC
25% 75% 32,2 oC 31,1 oC 30,0 oC
3.11. Penilaian Beban Kerja Fisik14
Penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.
14
3.11.1.Penilaian Beban Kerja Secara Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja.
Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung
Kategori Beban Kerja
Konsumsi Oksigen
(1/min)
Ventilasi Paru (1/m)
Suhu Rektal (oC)
Denyut Jantung (denyut/min)
Ringan 0,5 – 1,0 11 – 20 37,5 75 – 100
Sedang 1,0 – 1,5 20 – 30 37,5 – 38,0 100 – 125 Berat 1,5 – 2,0 31 – 43 38,0 – 38,5 125 – 150 Sangat Berat 2,0 – 2,5 43 – 56 38,5 – 39,0 150 – 175 Sangat Berat
Sekali 2,5 – 4,0 60 – 100 > 39 > 175
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x X2 ...(8) Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
(
)
60n Perhitunga Waktu Denyut 10 it denyut/men Jantung
Denyut = × ...(9)
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga tidak diperlukan peraltan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam peningkatan cardia output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam presentase
yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
100 istirahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut istirahat nadi Denyut kerja nadi Denyut Reserve %HR × − −
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah: (220 – umur) untuk laki-laki
dan (200 – umur) untuk perempuan Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = %
CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
...(12) Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan yang ditunjukkan pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5. Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasarkan % CVL
% CVL Klasifikasi % CVL
< 30 % Tidak terjadi kelelahan 30 % - 60 % Diperlukan perbaikan 60 % - 80 % Kerja dalam waktu singkat 80 % - 100 % Diperlukan tindakan segera > 100% Tidak diperbolehkan aktivitas
3.11. Activity Sampling
15
15
Sritomo Wignjosoebroto. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya.. Hal 207-221.
Sebelum melakukan sampling, terlebih dahulu diakukan pengamatan
aktivitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin/operator dan kemudian mencatatnya dan mengelompokkan pekerjaan tersebut dalam keadaan pekerja tau menganggur (idle). Jika kondisi dalam
bekerja, diberi tanda tally. Ketika pekerja dalam menganggur diberi tanda tally
awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi (aplikasi tabel acak angka random). Setelah itu dilakukan pengamatan awal (pre work sampling). Metode sampling merupakan salah satu
cara yang sederhana, mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan waktu yang besar. Metode sampling kerja dapat mengatasi waktu menggangur (idle) dari
mesin atau fasilitas produksi.
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi, maka digunakan teknik pengambilan sampel dengan rumus slovin.
n ≥ ...(11) dimana, N = Jumlah populasi
e = % galat
3.12. Teori Mengenai Uji Korelasi 16
Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel, ialah berapa kuat hubungan antara variabel-variabel itu terjadi, dalam kata-kata lain, perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-variabel. Studi yang membahas tentang derajat hubungan antara variabel-variabel dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif, dinamakan koefisien korelasi.
Analisis korelasi sukar untuk dipisahkan daripada analisis regresi. Secara umum, untuk pengamatan yang terdiri atas dua variabel X dan Y. Misalkan
16
persamaan regresi Y atas X, tidak perlu harus linier, yang dihitung dari sampel, berbentuk Ý = f(X). Jika regresinya linier, jelas f(X) = a + bX dan jika parabola kuadratik f(X) = a + bX + cX2 dan seterusnya. Apabila Ý menyatakan rata-rata untuk variabel Y, maka dapat membentuk jumlah kuadrat totl, JKtot =
dan jumlah kuadrat residu, JKres = dengan menggunakan harga-harga
yang didapat dari regresi Ý = f(X). Besaran yang ditentukan oleh rumus :
...(12) atau
...(13) Dinamakan indeks determinasi yang mengukur derajat hubungan antara variabel X dan Y, apabila antara X dan Y terdapat hubungan regresi berbentuk Ý = f(X). Indeks determinasi ini bersifat bahwa jika titik-titik diagram pencar letaknya makin dekat kepada garis regresi, maka harga I makin dekat kepada satu. Sebaliknya jika titik-titik itu makin jauh dari garis regresi, atau tepatnya terdapat garis regresi yang tuna cocok, maka harga I makin dekat kepada nol. Secara umum berlaku 0 ≤ I ≤ 1.
Koefisien korelasi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
)
(
)
(
)
(
({
∑
)
−∑
(
∑
) }
∑ ∑
{
(
∑
)
−(
∑
) }
− =
2 2
2 2
y y
n x x
n
y x xy
n
Keterangan :
n = jumlah data r = koefisien korelasi
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (Ho) yang mana diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut tergantung dari hasil percobaan. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang mengandung rumusan dengan aplikasi alternatif di dalamnya, sehingga apabila salah satu hipotesis diterima akan menyebabkan penolakan terhadap hipotesis lainnya. Hipotesis alternatif adalah hipotesis tandingan yang merupakan penelitian dari peneliti.
Hipotesis ini mengandung pengertian hubungan dan bukan pengertian lebih atau kurang dari, maka pengujian signifikan dari koefisien korelasi tersebut pengujian-pengujian pihak dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Analisis koefisien korelasi
Digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan
variabel Y atau Ґ, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi
person. Nilai koefisien korelasi berkisar antara –1 sampai dengan +1 yang berkriteria pemanfaatannya sebagai berikut :
b. Jika nilai r < 0, artinya terjadi hubungan linear negatif. Semakin besar nilai variabel bebas semakin kecil nilai variabel terikatnya.
c. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel bebas dan variabel terikat.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih berlokasi di Jalan Lintas Sumatera, Tanah Besih, Kecamatan Tebing Syah Banda, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian dilakukan pada September 2016 hingga Desember 2016.
4.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada penelitian survei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih sehingga mendapatkan keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal.
4.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pekerja pada pabrik yang bekerja di sekitar mesin
dryer serta kondisi lingkungan kerja pabrik. Hal ini dikarenakan, di dekat mesin
inilah pekerja terpapar panas dari mesin dryer.
4.4. Variabel Penelitian
1. Temperatur Udara 2. Kelembaban udara 3. Kecepatan angin 4. Temperatur Radian 5. Fisiologi
4.5. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1
Produksi Panas
Pelepasan Panas
Performansi Operator Desain Perbaikan Keseimbangan
Panas
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
Definisi operasional:
1. Produksi panas (heat production) adalah suhu tubuh yang dipengaruhi oleh
metabolisme. Produksi panas akan ditentukan sesuai dengan Tabel Metabolic Rate, dan diasumsikan pekerja bekerja pada Industri dengan kegiatan pencetakan.
2. Pelepasan panas (heat loss) adalah kondisi tubuh yang melepaskan panas
keluar tubuh. Pelepasan panas dihitung dengan pengukuran kondisi lingkungan kerja.
Produksi panas dan pelepasan panas dipengaruhi oleh:
2. Kelembaban udara, merupakan perbandingan antara jumlah uap air pada udara dengan jumlah maksimum uap air di udara yang bisa di tampung pada suhu tersebut. Satuan kelembaban adalah %RH.
3. Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal. 4. Temperatur radian adalah temperatur yang terdiri dari temperatur globe,
temperatur basah dan temperatur kering. temperatur bola (globe) adalah suhu
yang ditunjukkan oleh termometer bola.
5. Fisiologi adalah sisi fisik pekerja. Terdiri dari umur, berat badan, jenis aktifitas yang dilakukan pekerja.
4.6. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah yang ada di lantai pabrik
2. Mengambil referensi dan rujukan terkait masalah dari sumber buku dan jurnal 3. Memberikan kuesioner termal operator
4. Menetukan posisi titik dan gradient pengukuran
5. Melakukan pengukuran di titik yang telah ditentukan dengan menggunakan
4in1 untuk mengukur temperatur udara dan kelembaban udara; QuesTemp
untuk mengukur suhu bola kering, suhu bola basah, dan suhu bola; anemometer untuk mengukur kecepatan angin.
08.01 09.01 10.01 11.01 12.01 13.01 14.01 15.01 16.00
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Keterangan:
P1 : Pengukuran Pertama P2 : Pengukuran Kedua .
.
P8 : Pengukuran Kedelapan
Gambar 4.2. Waktu Pengukuran
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pengukuran dilakukan sekali tiap sejam. Pengukuran dilakukan berurutan dimulai dari titik 1 hingga 5 pada setiap jamnya. Pada tiap titik, dilakukan 6 pengukuran sekaligus, yakni pengukuran temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin, temperatur basah, temperatur kering, dan temperatur bola.
7. Mengamati work/idle pekerja selama 8 jam kerja dengan menggunakan
metode work sampling.
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Pabrik 2. Proses Produksi 3. Informasi pendukung 4. Masalah-masalah
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah
penyelesaian
Identifikasi Masalah Awal
Adanya paparan panas yang dialami operator sehingga menurunkan performansi operator
Pengumpulan Data
1. Data primer : Hasil pengukuran, observasi dan wawancara 2. Data sekunder : Informasi lain dari Perusahaan
Pengolahan Data Pendekatan Secara Ergonomi
- Perhitungan Indeks Suhu Bola Basah - Perhitungan Heat Stress
Pendekatan Secara Statistik:
- Uji regresi dan korelasi yang dilakukan terhadap: - Ketinggian terhadap temperatur
- Kelembaban udara terhadap temperatur - Kecepatan angin terhadap temperatur
Analisis Pemecahan Masalah
- Analisis dan evaluasi usulan kondisi lantai pabrik
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
4.7. Pengumpulan Data
4.7.1. Sumber Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan, dan survei kuesioner thermal serta wawancara langsung dengan operator. Data primer yang dibutuhkan adalah:
a. Data kondisi termal yaitu temperatur udara, kadar kelembaban udara, kecepatan angin, temperatur kering, temperatur basah dan temperatur
globe. Data-data ini dikumpulkan dengan melakukan pengukuran
menggunakan alat ukur seperti 4in1 environmental, anemometer, dan
QuesTemp.
b. Data kondisi operator seperti denyut nadi, tingkat metabolisme, insulasi pakaian dan denyut nadi pekerja. Data ini dikumpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap denyut nadi dan observasi yang disertai studi literatur.
2. Data Sekunder
4.7.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode pengukuran, yaitu teknik pengumpulan data secara langsung dengan menggunakan alat ukur. Data yang diambil dengan teknik pengukuran ini yaitu data temperatur udara, temperatur kering, temperatur basah, temperatur
globe, kecepatan angin, kelembaban dan denyut nadi.
2. Metode survei dengan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh operator yang ada di lapangan. Kuesioner yang dilakukan pada penelitian adalah kuesioner tertutup terkait dengan kenyamanan termal
3. Metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada pemilik usaha dan pekerja mengenai gambaran perusahaan 4. Studi literatur yaitu dengan mengambil teori dan jurnal mengenai hal-hal
seputar masalah yang ada di lapangan.
4.8. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. 4 in 1 Evironmental, yang berfungsi untuk mengukur temperatur, kelembaban,
Gambar 4.4. 4 in 1 Environmental Meter
Spesifikasi alat 4 in 1 EnvironmentalMeter dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Spesifikasi 4 in 1 Environmental Meter
No. Spesifikasi Keterangan
1. Fungsi Mengukur suhu (0C-0F), cahaya (Lux), kelembaban (%RH), dan kebisingan (db)
2. Dimensi 251,0 x 63,8 x 40 mm
3. Merk Krisbow KW0600291
4. Aksesoris 9 V Baterai
5. Pengukuran Suhu pengukuran dimulai dari -20oC- 750oC / -4oF- 1400oF 6. Pengukuran
Kelembaban
RH 35% - 95% RH dengan resolusi RH 0,1% 7. Pengukuran
Kebisingan
35dB – 100dB dengan resolusi 0,1dB 8. Pengukuran
Cahaya
3,5 layar LCD dengan Unit Lux
Gambar 4.5. QuesTemp
Spesifikasi QuesTemp dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Spesifikasi QuesTemp
No. Spesifikasi Keterangan
1. Fungsi Pengukuran temperatur globe, temperatur basah,
temperatur kering
2. Dimensi Panjang 9,2 in (23,5 cm); lebar 7,2 in (18,3 cm), tinggi 3,0 in (7,5 cm)
3. Berat 1,2 kg
4. Aksesoris 9V alkaline: 140 jam
5. Tipe sensor Suhu: 1000 ohm platinum RTD
6. Akurasi Suhu : +/- 0,5oC antara 0oC dan 100oC
Gambar 4.6. Anemometer
[image:32.595.230.411.109.335.2]Spesifikasi anemometer dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Spesifikasi Anemometer
No. Spesifikasi Keterangan
1. Fungsi Mengukur kecepatan angin 0,1 sampai 20 m/s
2. Berat 180 gr
3. Aksesoris Baterai 9v ukuran AA, daya tahan 4 jam
4. Akurasi ±5%
5. Respon Kurang dari 1 menit
KUESIONER PENELITIAN
Harap diisi dengan data yang sebenar-benarnya
Nama Pekerja : Tinggi/Berat Badan : cm/ kg
Jenis Kelamin : Umur : tahun
Posisi : Kondisi Fisik : Sehat Tidak Sehat
Formasi/Shift Kerja : Hari/Tanggal :
Identifikasi Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sebelum Bekerja
Identifikasi Kondisi Termal Lingkungan Kerja Setelah Bekerja
1. Sensasi termal seperti apa yang saat ini anda rasakan?
-3 -2 -1 0 1 2 3
Dingin Sejuk Sedikit Netral Sedikit Hangat Panas Sejuk Hangat
2. Bagaimana kondisi termal yang saat ini anda rasakan?
0 1 2 3
Nyaman Sedikit Tidak Sangat Tidak Nyaman Nyaman Nyaman
3. Apa yang anda harapkan dari kondisi termal saat ini?
-2 -1 0 1 2
Jauh Lebih Sedikit Lebih Netral Sedikit Jauh Lebih Hangat Hangat Lebih Sejuk Sejuk
4. Bagaimana kondisi aliran udara yang saat ini anda
eerasakan?
0 1 2
Netral Sedikit Berangin Berangin
5. Apa yang anda harapkan dari kondisi aliran udara saat ini?
0 1 2
Netral Sedikit Berangin Berangin
1. Sensasi termal seperti apa yang saat ini anda rasakan?
-3 -2 -1 0 1 2 3
Dingin Sejuk Sedikit Netral Sedikit Hangat Panas Sejuk Hangat
2. Bagaimana kondisi termal yang saat ini anda rasakan?
0 1 2 3
Nyaman Sedikit Tidak Sangat Tidak Nyaman Nyaman Nyaman
3. Apa yang anda harapkan dari kondisi termal saat ini?
-2 -1 0 1 2
Jauh Lebih Sedikit Lebih Netral Sedikit Jauh Lebih Hangat Hangat Lebih Sejuk Sejuk
4. Bagaimana kondisi aliran udara yang saat ini anda
eerasakan?
0 1 2
Netral Sedikit Berangin Berangin
5. Apa yang anda harapkan dari kondisi aliran udara saat ini?
0 1 2
Netral Sedikit Berangin Berangin
Identifikasi Kelelahan Fisik pada Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sebelum Bekerja
1. Tangan
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
2. Bahu
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3. Punggung
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
4. Kaki
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
Identifikasi Kelelahan Fisik pada Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sesudah Bekerja
1. Tangan
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
2. Bahu
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3. Punggung
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
4. Kaki
0 1 2 3
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
[image:33.595.122.519.108.720.2]Denyut Nadi Sebelum Bekerja: denyut/menit Denyut Nadi Sesudah Bekerja: denyut/menit
Gambar 4.7. Kuisioner Kenyaman Termal
Pengukuran untuk mendapatkan data-data termal mengikuti standar dan ketentuan yang ada. Penentuan titik pengukuran pada penelitian mengikuti ASHRAE Standar 55 (2004), suatu titik pengukuran harus mengikuti syarat-syarat berikut:
1. Titik pengukuran berada di area kerja operator dan operator cukup lama
menghabiskan waktunya di titik tersebut.
2. Adanya informasi dan laporan operator mengenai ketidaknyamanan yang dirasakan terkait heat stress ketika beraktivitas di titik tersebut.
3. Mengenai jumlah titik pengukuran, tidak terdapat angka pasti (minimal, maksimal, atau range), sehingga jumlah titik pengukuran akan didasarkan
pada kondisi tempat kerja
Standar yang kedua adalah pengukuran pada ketinggian yang berbeda untuk setiap titik pengukuran dari lantai berdasarkan ASHRAE Standard 55-2004
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Standar Ketinggian Pengukuran dari Lantai
No Jenis Aktivitas Kerja
Ketinggian Alat Ukur (m)
1.
Berdiri
0,1
2. 0,6
3. 1,1
4. 1,7
5. 2,5
1
U
T B
S
2
3
4 5
Mesin dryer Mesin dryer
Mesin dryer 15 m
6 m
(0,0)
Gambar 4.8. Layout Stasiun Proses Pengeringan
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa operator yang bekerja di sekitar Mesin dryer berjumlah 5 orang, oleh sebab itu jumlah titik pengukuran adalah
sebanyak 5 titik. Berikut ini merupakan koordinat dari titik pengukuran 1 hingga 5, dengan titik (0,0) berada pada bagian kiri bawah layout :
1. Titik pengukuran 1 : (7;3,5) m 2. Titik pengukuran 2 : (4,5;3) m 3. Titik pengukuran 3 : (1;2) m 4. Titik pengukuran 4 : (4,5;0,5) m 5. Titik pengukuran 5 : (7;0,5) m
4.10. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan operator pada stasiun kerja
dryer yakni 5 orang. Pengambilan sampel yang digunakan menggunakan teknik
4.11. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan dua metode, yaitu. 1. Pendekatan Ergonomi
Data primer di kalkulasikan dan digambarkan secara grafik. Data yang digrafikkan tersebut antara lain kondisi temperatur ruangan (T), kelembaban udara (RH), kecepatan angin (V), Suhu bola basah, dan suhu bola kering.
Rumus yang digunakan dalam menghitung Heat Stress Index (HSI) :
Heat Stress Index 100%
max× =
E Ereq
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung ISBB adalah: ISBB = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1 Ta
2. Pendekatan statistik
Dalam penelitian ini metode statistik dilakukan dengan cara: Uji regresi dan korelasi yang dilakukan terhadap:
- Ketinggian terhadap temperatur
- Kelembaban udara terhadap temperatur - Kecepatan angin terhadap temperatur
Uji korelasi dihitung dengan menggunakan rumus:
(
) ( )
[
2 2]
[
(
2) ( )
2]
4.12. Analisis Pemecahan Masalah
Analisis pemecahan masalah menguraikan jawaban dari pertanyaan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah :
a. Analisis Heat Stress Index (HSI)
b. Analisis Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).
c. Analisis kondisi aktual lantai produksi dengan ketentuan dari pemerintah. Analisis pemecahan masalah yaitu dengan perancangan lantai produksi yang sesuai dengan kondisi operator.
4.13. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan analisis dan metode yang diberikan maka penarikan kesimpulan yaitu layout yang lebih baik agar tidak adanya heat stress yang dialami
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Heat Loss
5.1.1. Data Temperatur Udara
Pengukuran termal dilakukan pada rentang satu jam untuk setiap titik. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu 4 in 1 environment meter untuk
mengukur temperatur udara dan kelembaban udara; Anemometer untuk mengukur
kecepatan udara; Globe Thermometer untuk mengukur suhu bola basah, suhu bola
kering dan suhu bola.
Pengukuran data temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan udara, temperatur kering, temperatur basah, dan temperatur globe di stasiun dryer
[image:38.595.98.526.492.752.2]dilakukan selama 2 hari. Data temperatur udara dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Data Temperatur Udara
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Udara (°C) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00
1
33,4 33,6 33,8 33,8 34,1
33,8 09.00-10.00 33,8 34,1 34,3 34,5 34,7
10.00-11.00 34,0 34,2 34,5 34,6 34,7 11.00-12.00 34,2 34,3 34,5 34,8 34,9 12.00-13.00 33,7 33,9 34,1 34,3 34,5 13.00-14.00 33,7 33,8 34,0 34,4 34,5 14.00-15.00 32,8 32,9 32,9 33,1 33,3 15.00-16.00 32,6 32,7 32,8 32,9 33,0
Rata-rata 33,5 33,7 33,8 34,0 34,2
08.00-09.00
2
33,5 33,6 33,8 34,0 34,4
34,0 09.00-10.00 33,8 33,8 34,1 34,4 34,6
Tabel 5.1. Data Temperatur Udara (Lanjutan)
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Udara (°C) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
12.00-13.00 34,1 34,2 34,3 34,4 34,5 13.00-14.00 33,8 33,8 34,0 34,0 34,2 14.00-15.00 33,4 33,4 33,6 33,5 33,7 15.00-16.00 33,1 33,3 33,4 33,4 33,4
Rata-rata 33,7 33,8 34,0 34,1 34,3
08.00-09.00
3
36,8 37,1 37,4 37,4 37,6
37,3 09.00-10.00 37,0 37,2 37,4 37,6 37,7
10.00-11.00 37,4 37,4 37,6 37,9 38,0 11.00-12.00 37,3 37,6 37,9 38,0 38,4 12.00-13.00 37,5 37,7 37,7 37,9 38,2 13.00-14.00 36,7 36,9 37,2 37,3 37,6 14.00-15.00 36,3 36,7 36,7 37,1 37,5 15.00-16.00 36,4 36,3 36,6 36,6 37,0
Rata-rata 36,9 37,1 37,3 37,5 37,7
08.00-09.00
4
36,6 36,9 37,0 37,2 37,3
36,9 09.00-10.00 36,6 36,8 37,2 37,3 37,4
10.00-11.00 37,0 37,1 37,3 37,4 37,8 11.00-12.00 37,1 37,4 37,5 37,6 37,8 12.00-13.00 36,6 36,8 38,5 37,0 37,4 13.00-14.00 36,5 36,8 36,9 37,1 37,3 14.00-15.00 36,1 36,1 36,3 36,4 36,7 15.00-16.00 35,6 35,7 35,8 36,0 36,2
Rata-rata 36,5 36,7 37,0 37,0 37,2
08.00-09.00
5
36,8 37,0 37,3 37,5 37,6
37,0 09.00-10.00 36,7 36,8 37,0 37,4 37,6
10.00-11.00 37,4 37,5 37,6 37,6 37,9 11.00-12.00 37,1 37,5 37,5 37,8 38,2 12.00-13.00 36,4 36,9 37,3 37,6 37,9 13.00-14.00 36,5 36,8 36,8 37,0 37,5 14.00-15.00 36,1 36,2 36,5 36,8 37,1 15.00-16.00 35,7 35,7 35,8 36,1 36,4
Rata-rata 36,6 36,8 37,0 37,2 37,5
Tabel 5.2. Data Rata-rata Temperatur Udara Tiap Gradien Ketinggian
Waktu
Temperatur Udara oC Ketinggian (m)
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00 35,4 35,6 35,8 36,0 36,2 09.00-10.00 35,5 35,7 36,0 36,2 36,4 10.00-11.00 36,0 36,1 36,3 36,4 36,6 11.00-12.00 36,0 36,2 36,4 36,6 36,9 12.00-13.00 35,6 35,9 36,4 36,2 36,5 13.00-14.00 35,4 35,6 35,8 36,0 36,2 14.00-15.00 34,9 35,1 35,2 35,4 35,6 15.00-16.00 34,6 34,7 34,9 35,0 35,2
[image:40.595.124.504.363.591.2]Grafik pengukuran temperatur udara terhadap waktu dan ketinggian dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.1. Grafik Temperatur Udara Terhadap Waktu dan Ketinggian
5.1.2. Data Kecepatan Angin
Tabel 5.3. Data Kecepatan Angin
Waktu
(pukul) Titik
Kecepatan Angin (m/s) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00
1
0,34 0,34 0,37 0,36 0,37
0,36 09.00-10.00 0,35 0,35 0,34 0,37 0,37
10.00-11.00 0,35 0,37 0,36 0,36 0,37 11.00-12.00 0,33 0,34 0,36 0,37 0,35 12.00-13.00 0,35 0,35 0,35 0,36 0,37 13.00-14.00 0,37 0,35 0,36 0,37 0,38 14.00-15.00 0,35 0,35 0,36 0,36 0,39 15.00-16.00 0,35 0,37 0,35 0,37 0,39
Rata-rata 0,35 0,35 0,35 0,36 0,37
08.00-09.00
2
0,33 0,34 0,36 0,35 0,36
0,35 09.00-10.00 0,33 0,33 0,34 0,38 0,35
10.00-11.00 0,34 0,35 0,33 0,35 0,38 11.00-12.00 0,33 0,34 0,35 0,36 0,37 12.00-13.00 0,33 0,33 0,33 0,36 0,36 13.00-14.00 0,34 0,33 0,35 0,35 0,38 14.00-15.00 0,33 0,35 0,34 0,35 0,38 15.00-16.00 0,34 0,34 0,35 0,36 0,37
Rata-rata 0,33 0,34 0,34 0,35 0,37
08.00-09.00
3
0,41 0,40 0,42 0,42 0,42
0,41 09.00-10.00 0,41 0,42 0,41 0,41 0,43
10.00-11.00 0,41 0,39 0,41 0,40 0,41 11.00-12.00 0,39 0,40 0,41 0,42 0,43 12.00-13.00 0,41 0,40 0,41 0,42 0,42 13.00-14.00 0,40 0,42 0,42 0,41 0,43 14.00-15.00 0,42 0,40 0,42 0,41 0,44 15.00-16.00 0,40 0,42 0,42 0,42 0,45
Rata-rata 0,41 0,41 0,42 0,41 0,43
08.00-09.00
4
0,39 0,41 0,40 0,42 0,43
0,40 09.00-10.00 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
10.00-11.00 0,40 0,39 0,40 0,41 0,43 11.00-12.00 0,39 0,41 0,41 0,41 0,42 12.00-13.00 0,39 0,41 0,41 0,40 0,43 13.00-14.00 0,40 0,39 0,41 0,42 0,42 14.00-15.00 0,39 0,40 0,41 0,42 0,44 15.00-16.00 0,40 0,41 0,42 0,40 0,42
Tabel 5.3. Data Kecepatan Angin (Lanjutan)
Waktu
(pukul) Titik
Kecepatan Angin (m/s) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00
5
0,40 0,40 0,41 0,41 0,42
0,41 09.00-10.00 0,39 0,39 0,41 0,40 0,42
10.00-11.00 0,40 0,41 0,41 0,40 0,43 11.00-12.00 0,40 0,41 0,40 0,41 0,41 12.00-13.00 0,40 0,39 0,41 0,41 0,43 13.00-14.00 0,40 0,40 0,41 0,43 0,41 14.00-15.00 0,39 0,40 0,42 0,42 0,45 15.00-16.00 0,40 0,42 0,42 0,42 0,43
Rata-rata 0,40 0,40 0,41 0,41 0,42
Selanjutnya dihitung pengukuran rata-rata pada tiap gradien ketinggian, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Data Rata-rata Kecepatan Angin Tiap Gradien Ketinggian (m/s)
Waktu
Kecepatan Angin (m/s) Ketinggian (m)
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00 0,37 0,38 0,39 0,39 0,40 09.00-10.00 0,37 0,38 0,38 0,39 0,39 10.00-11.00 0,38 0,38 0,38 0,38 0,40 11.00-12.00 0,37 0,38 0,38 0,39 0,39 12.00-13.00 0,37 0,38 0,38 0,39 0,40 13.00-14.00 0,38 0,38 0,39 0,39 0,40 14.00-15.00 0,37 0,38 0,39 0,39 0,42 15.00-16.00 0,38 0,39 0,39 0,39 0,41
Gambar 5.2. Grafik Kecepatan Angin Terhadap Waktu dan Ketinggian
5.1.3. Data Kelembaban Udara
Pengukuran kelembaban udara dilakukan pada 5 titik yang berbeda dengan 5 gradien ketinggian. Rekapitulasi data kelembaban udara dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Data Kelembaban Udara
Waktu
(pukul) Titik
Kelembaban Udara (%RH) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00
1
64,1 63,8 64,2 63,8 63,9
64,8 09.00-10.00 64,2 64,4 64,5 64,2 64,0
10.00-11.00 64,3 63,9 63,9 63,3 63,0 11.00-12.00 63,7 63,9 63,0 63,4 63,2 12.00-13.00 64,6 65,0 64,5 64,7 64,2 13.00-14.00 65,5 65,8 65,3 65,1 64,9 14.00-15.00 65,9 65,6 65,8 66,1 65,9 15.00-16.00 67,6 67,3 67,4 66,8 67,3
Rata-rata 65,0 64,9 64,8 64,6 64,5
08.00-09.00 2 64,2 64,4 64,6 64,0 64,1
[image:43.595.100.527.518.750.2]Tabel 5.5. Data Kelembaban Udara (Lanjutan)
Waktu
(pukul) Titik
Kelembaban Udara (%RH) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
10.00-11.00 63,8 63,7 63,3 63,5 63,5 11.00-12.00 63,6 63,3 63,1 63,0 62,9 12.00-13.00 64,3 64,3 64,2 64,1 64,2 13.00-14.00 65,5 65,2 65,3 65,1 64,9 14.00-15.00 65,9 65,8 65,8 65,9 65,8 15.00-16.00 67,4 66,6 67,5 66,3 67,3
Rata-rata 64,8 64,7 64,8 64,5 64,6
08.00-09.00
3
56,2 55,8 56,1 55,8 56,3
56,8 09.00-10.00 56,3 56,5 56,2 56,1 56,0
10.00-11.00 56,2 56,0 55,7 55,4 55,1 11.00-12.00 55,8 55,7 55,5 55,5 55,2 12.00-13.00 56,5 57,2 57,5 56,7 56,1 13.00-14.00 57,5 58,2 57,5 57,3 56,9 14.00-15.00 58,0 57,6 57,9 57,9 57,6 15.00-16.00 59,9 59,7 59,6 58,9 59,3
Rata-rata 57,0 57,0 57,0 56,7 56,5
08.00-09.00
4
56,2 56,3 56,6 56,4 56,3
56,6 09.00-10.00 56,3 56,7 56,9 56,2 56,1
10.00-11.00 55,8 55,5 55,2 55,1 54,7 11.00-12.00 55,6 55,3 55,1 55,0 55,0 12.00-13.00 56,4 56,3 56,1 56,2 56,2 13.00-14.00 57,1 57,2 57,1 57,3 57,0 14.00-15.00 57,8 57,7 57,8 57,9 57,8 15.00-16.00 58,3 58,6 58,7 58,8 58,6
Rata-rata 56,7 56,7 56,7 56,6 56,4
08.00-09.00
5
56,2 55,8 56,1 55,8 56,0
56,8 09.00-10.00 56,3 56,4 56,2 56,2 56,0
10.00-11.00 56,1 56,0 55,8 55,3 55,0 11.00-12.00 55,8 55,8 55,0 55,4 55,2 12.00-13.00 56,5 57,2 56,5 56,7 56,2 13.00-14.00 57,5 57,6 57,3 57,1 56,8 14.00-15.00 58,0 57,8 57,8 58,1 57,9 15.00-16.00 59,1 59,6 59,7 59,5 59,4
Selanjutnya dihitung pengukuran rata-rata pada tiap gradien ketinggian, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Data Rata-rata Kelembaban Udara Tiap Gradien Ketinggian
Waktu
Kelembaban Udara (%RH) Ketinggian (m)
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00 59,3 59,2 59,5 59,1 59,3 09.00-10.00 59,4 59,7 59,7 59,4 59,3 10.00-11.00 59,2 59,0 58,7 58,5 58,2 11.00-12.00 58,9 58,8 58,3 58,4 58,3 12.00-13.00 59,6 60,0 59,7 59,6 59,3 13.00-14.00 60,6 60,8 60,5 60,4 60,1 14.00-15.00 61,1 60,9 61,0 61,1 61,0 15.00-16.00 62,4 62,3 62,6 62,0 62,4
[image:45.595.131.492.420.627.2]Grafik pengukuran kelembaban udara terhadap waktu dan ketinggian dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Grafik Kelembaban Udara Terhadap Waktu dan Ketinggian
5.1.4. Data Temperatur Basah
pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Data Temperatur Basah
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Basah (°C) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00
1
24,3 24,4 24,9 24,9 25,1
24,8 09.00-10.00 24,8 25,1 25,3 25,5 25,7
10.00-11.00 25,0 25,2 25,6 25,7 25,6 11.00-12.00 25,2 25,4 25,5 25,8 25,8 12.00-13.00 24,6 24,9 25,1 25,3 25,5 13.00-14.00 24,7 24,8 25,1 25,4 25,5 14.00-15.00 23,8 23,9 23,9 24,1 24,3 15.00-16.00 23,6 23,7 23,8 23,9 23,5
Rata-rata 24,5 24,7 24,9 25,1 25,1
08.00-09.00
2
24,5 24,6 24,8 25,0 25,4
25,0 09.00-10.00 24,8 24,9 25,1 25,4 25,6
10.00-11.00 25,1 25,3 25,4 25,7 25,9 11.00-12.00 25,3 25,4 25,6 25,8 26,3 12.00-13.00 25,1 25,3 25,3 25,5 25,6 13.00-14.00 24,8 24,9 25,0 25,1 25,2 14.00-15.00 24,4 24,5 24,6 24,6 24,6 15.00-16.00 24,1 24,3 24,4 24,4 24,4
Rata-rata 24,7 24,9 25,0 25,2 25,4
08.00-09.00
3
27,9 28,1 28,3 28,3 28,5
28,3 09.00-10.00 28,0 28,2 28,4 28,5 28,6
10.00-11.00 28,3 28,3 28,5 28,8 28,8 11.00-12.00 28,4 28,6 28,9 29,0 29,3 12.00-13.00 28,5 28,7 28,7 29,0 29,2 13.00-14.00 27,6 28,0 28,1 28,3 28,4 14.00-15.00 27,3 27,6 27,8 28,0 28,4 15.00-16.00 27,3 27,3 27,6 27,6 27,9
Rata-rata 27,9 28,1 28,3 28,4 28,6
08.00-09.00
4
27,6 27,9 27,9 28,2 28,4
27,9 09.00-10.00 27,6 27,8 28,2 28,3 28,4
Tabel 5.7. Data Temperatur Basah (Lanjutan)
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Basah (°C) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
14.00-15.00 27,2 27,2 27,3 27,5 27,6 15.00-16.00 26,6 26,7 26,8 27,0 27,2
Rata-rata 27,5 27,7 28,0 28,0 28,2
08.00-09.00
5
27,8 27,9 28,3 28,5 28,6
28,0 09.00-10.00 27,7 27,8 28,2 28,5 28,6
10.00-11.00 28,4 28,5 28,6 28,6 28,9 11.00-12.00 28,2 28,5 28,7 28,9 29,2 12.00-13.00 27,5 27,9 28,3 28,5 28,8 13.00-14.00 27,5 27,8 27,8 28,1 28,5 14.00-15.00 27,2 27,3 27,5 27,8 28,1 15.00-16.00 26,7 26,7 26,8 27,0 27,3
Rata-rata 27,6 27,8 28,0 28,2 28,5
Selanjutnya dihitung pengukuran rata-rata pada tiap gradien ketinggian, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Data Rata-rata Temperatur Basah Tiap Gradien Ketinggian
Waktu
Temperatur Basah (oC) Ketinggian (m)
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00 26,4 26,6 26,8 27,0 27,2 09.00-10.00 26,6 26,7 27,0 27,2 27,4 10.00-11.00 26,9 27,1 27,3 27,4 27,6 11.00-12.00 27,0 27,2 27,4 27,6 27,9 12.00-13.00 26,6 26,9 27,3 27,3 27,5 13.00-14.00 26,4 26,6 26,8 27,0 27,2 14.00-15.00 25,9 26,1 26,2 26,4 26,6 15.00-16.00 25,6 25,7 25,9 26,0 26,0
Gambar 5.4. Grafik Temperatur Basah Terhadap Waktu dan Ketinggian
5.1.5. Data Temperatur Kering
Pengukuran temperatur kering dilakukan pada 5 titik yang berbeda dengan 5 gradien ketinggian. Rekapitulasi data temperatur kering dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Data Temperatur Kering
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Kering (°C) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00
1
28,1 28,2 28,4 28,6 28,8
28,6 09.00-10.00 28,4 28,8 29,0 29,2 29,4
10.00-11.00 28,7 29,0 29,2 29,3 29,6 11.00-12.00 29,1 29,3 29,5 29,8 30,0 12.00-13.00 28,3 28,6 28,8 29,1 29,3 13.00-14.00 28,3 28,3 28,7 29,0 29,1 14.00-15.00 27,3 27,5 27,5 27,7 27,9 15.00-16.00 27,2 27,3 27,4 27,6 27,7
Rata-rata 28,2 28,3 28,6 28,8 29,0
08.00-09.00 2 28,5 28,6 28,8 29,0 29,4
[image:48.595.100.526.510.743.2]Tabel 5.9. Data Temperatur Kering (Lanjutan)
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Kering (°C) Ketinggian (m)
Rata - rata
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
10.00-11.00 28,7 28,9 29,2 29,5 29,6 11.00-12.00 29,3 29,3 29,6 29,9 30,1 12.00-13.00 29,1 29,2 29,3 29,4 29,5 13.00-14.00 28,8 28,9 29,0 29,1 29,2 14.00-15.00 28,4 28,4 28,6 28,6 28,7 15.00-16.00 28,2 28,3 28,4 28,5 28,5
Rata-rata 28,7 28,8 29,0 29,1 29,3
08.00-09.00
3
31,8 32,2 32,4 32,5 32,6
32,3 09.00-10.00 32,1 32,3 32,5 32,7 32,9
10.00-11.00 32,4 32,5 32,6 32,9 33,0 11.00-12.00 32,3 32,6 32,9 33,0 33,4 12.00-13.00 32,5 32,7 32,7 33,1 33,0 13.00-14.00 31,7 31,9 32,2 32,3 32,6 14.00-15.00 31,4 31,7 31,8 32,1 32,5 15.00-16.00 31,4 31,3 31,6 31,7 32,0
Rata-rata 31,9 32,1 32,3 32,5 32,7
08.00-09.00
4
31,6 31,9 32,0 32,2 32,3
31,9 09.00-10.00 31,5 31,8 32,2 32,3 32,4
10.00-11.00 32,0 32,1 32,3 32,5 32,8 11.00-12.00 32,2 32,5 32,6 32,6 32,8 12.00-13.00 31,6 31,8 33,5 32,1 32,5 13.00-14.00 31,6 31,8 31,9 32,1 32,3 14.00-15.00 31,2 31,2 31,5 31,4 31,5 15.00-16.00 30,6 30,7 30,8 31,0 31,2
Rata-rata 31,5 31,7 32,1 32,0 32,2
08.00-09.00
5
31,8 32,0 32,3 32,4 32,6
32,0 09.00-10.00 31,7 31,8 32,0 32,4 32,5
10.00-11.00 32,4 32,5 32,6 32,8 33,0 11.00-12.00 32,3 32,5 32,6 32,9 33,2 12.00-13.00 31,4 31,9 32,3 32,6 32,9 13.00-14.00 31,5 31,8 31,8 32,0 32,4 14.00-15.00 31,1 31,2 31,5 31,7 32,0 15.00-16.00 30,6 30,7 30,8 31,1 31,4
Selanjutnya dihitung pengukuran rata-rata pada tiap gradien ketinggian, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Data Rata-rata Gradien Temperatur Kering oC
Waktu
Temperatur Basah (oC) Ketinggian (m)
0,1 0,6 1,1 1,7 2,5
08.00-09.00 30,3 30,6 30,8 30,9 31,1 09.00-10.00 30,5 30,7 31,0 31,2 31,3 10.00-11.00 30,8 31,0 31,2 31,4 31,6 11.00-12.00 31,0 31,2 31,4 31,6 31,9 12.00-13.00 30,6 30,8 31,3 31,2 31,4 13.00-14.00 30,4 30,5 30,7 30,9 31,1 14.00-15.00 29,9 30,0 30,2 30,3 30,5 15.00-16.00 29,6 29,6 29,8 29,9 30,1
[image:50.595.119.504.421.644.2]Grafik pengukuran temperatur kering terhadap waktu dan ketinggian dapat dilihat pada Gambar 5.6.
5.1.6. Data Temperatur Globe
Pengukuran temperatur globe dilakukan pada 5 titik yang berbeda
dengan ketinggian 1,1 m. Rekapitulasi data temperatur globe dapat dilihat pada
Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Data Temperatur Globe
Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Globe (°C) 1,1 m
08.00-09.00
1
34,9
09.00-10.00 35,4
10.00-11.00 35,6
11.00-12.00 35,7
12.00-13.00 35,1
13.00-14.00 35,1
14.00-15.00 34,0
15.00-16.00 33,8
Rata-rata 34,9
08.00-09.00
2
34,9
09.00-10.00 35,2
10.00-11.00 35,7
11.00-12.00 35,6
12.00-13.00 35,3
13.00-14.00 35,0
14.00-15.00 34,6
15.00-16.00 34,4
Rata-rata 35,1
08.00-09.00
3
38,4
09.00-10.00 38,5
10.00-11.00 38,7
11.00-12.00 39,0
12.00-13.00 38,7
13.00-14.00 38,1
14.00-15.00 37,7
15.00-16.00 37,5
Rata-rata 38,3
08.00-09.00
4
38,0
09.00-10.00 38,2
Tabel 5.11. Data Temperatur Globe (Lanjutan) Waktu
(pukul) Titik
Temperatur Globe (°C) 1,1 m
11.00-12.00 38,8
12.00-13.00 39,6
13.00-14.00 37,8
14.00-15.00 37,1
15.00-16.00 36,7
Rata-rata 38,0
08.00-09.00
5
38,2
09.00-10.00 38,1
10.00-11.00 38,7
11.00-12.00 38,7
12.00-13.00 38,3
13.00-14.00 37,8
14.00-15.00 37,5
15.00-16.00 36,8
Rata-rata 38,0
Selanjutnya dihitung pengukuran rata-rata pada tiap gradien ketinggian, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Data Rata-rata Temperatur GlobeoC Waktu
(pukul)
Temperatur Globe (°C) 1,1 m
08.00-09.00 36,9
09.00-10.00 37,1
10.00-11.00 37,4
11.00-12.00 37,5
12.00-13.00 37,4
13.00-14.00 36,7
14.00-15.00 36,2
15.00-16.00 35,8
Grafik pengukuran temperatur globe terhadap waktu dan ketinggian
Gambar 5.6. Grafik Temperatur Globe Terhadap Waktu
5.1.7. Data Kuesioner Kenyaman Termal
Kenyamanan termal yang dirasakan oleh operator pada lantai produksi dapat dilihat dari kuesioner kenyamanan termal yang dibagikan. Rekapan kuesioner kenyamanan termal dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Rekapan Kuesioner Kenyamanan Termal
Operator No.
Pertanyaan
Skor Kondisi Termal Skor Kelelahan Fisik
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 1 1 3 0 2
2 1 2 0 1
3 0 0 0 2
4 1 0 0 2
5 2 1
2 1 0 3 0 2
2 0 2 0 2
3 0 1 0 2
4 0 0 0 2
5 0 1
3 1 0 2 0 2
2 0 1 0 2
Tabel 5.13. Rekapan Kuesioner Kenyamanan Termal (Lanjutan)
Operator No.
Pertanyaan
Skor Kondisi Termal Skor Kelelahan Fisik
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
4 0 1 0 2
5 1 1
4 1 1 3 0 2
2 1 2 0 2
3 1 0 0 2
4 0 0 0 2
5 1 1
5 1 0 3 0 2
2 0 2 0 2
3 0 1 0 1
4 0 0 0 2
5 0 1
Dari data pada Tabel 5.13 dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 5.7, Gambar 5.8, Gambar 5.9, Gambar 5.10, dan Gambar 5.11.
Gambar 5.7. Grafik Kenyamanan Termal Operator 1
Gambar 5.9. Grafik Kenyamanan Termal Operator 3
[image:55.595.172.452.111.233.2]Gambar 5.10. Grafik Kenyamanan Termal Operator 4
Gambar 5.11. Grafik Kenyamanan Termal Operator 5
5.1.8. Uji Statistik Parametrik Korelasi Pearson dan Uji Regresi
Korelasi dan regresi antara temperatur, ketinggian, kelembaban, dan kecepatan angin dapat di lihat pada Tabel 5.14. sebagai berikut.
Tabel 5.14. Hasil Uji Korelasi dan Regresi
Hubungan Korelasi Regresi (a)
Regresi (b)
Persamaan Ket.
Temperatur dengan ketinggian
0,9938 35,4258 0,3137 Y=0,3137x+35,4258 Sangat kuat Temperatur
dengan
kelembaban -0,9478 143,4645 -1,7964
Y=-1,7964x+143,4645
Sangat lemah Temperatur
dengan kecepatan
angin
0,9834 25,3741 27,0507 Y=27,0507x+25,3741 Sangat kuat
[image:56.595.128.500.502.669.2]Grafik masing-masing hubungan dapat dilihat pada Gambar 5.8 , Gambar 5.9, dan Gambar 5.10.
Gambar 5.13. Grafik Hubungan Temperatur dengan Kelembaban Udara
Gambar 5.14. Grafik Hubungan Temperatur dengan Kecepatan Angin
5.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Respon Fisiologis
[image:57.595.130.498.346.511.2]5.2.1. Pengumpulan Data Pekerja
Data pekerja yang diambil adalah data identitas pekerja pada stasiun dryer
[image:58.595.119.506.199.313.2]PT Socfin Indonesia. Data pekerja dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut. Tabel 5.15. Data Pekerja Stasiun Dryer
Operator Jenis Kelamin Usia (Tahun)
Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (cm)
1 L 52 76 165
2 L 45 55 163
3 L 44 72 165
4 L 39 52 163
5 L 40 58 165
5.2.2. Pengumpulan Data Denyut Nadi Pekerja
Data denyut nadi istirahat dan data denyut nadi kerja pekerja dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Data Rata-rata Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Kerja
Pekerja
No. Pekerja DNI
(denyut/menit)
DNK (denyut/menit)
1. 1 79 127
2. 2 76 124
3. 3 79 127
4. 4 75 125
5. 5 70 120
[image:58.595.167.462.476.578.2]Gambar 5.15. Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Kerja Pekerja
5.2.3. Beban Kerja Pekerja
Metode penilaian beban kerja secara langsung digunakan untuk menentukan jumlah kebutuhan energi yang di konsumsi untuk suatu pekerjaan.
[image:59.595.119.507.489.616.2]Data yang dikumpulkan untuk perhitungan beban kerja adalah data denyut nadi istirahat (DNI) dan denyut nadi kerja (DNK) pekerja yang ditunjukkan pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Data Denyut Nadi Pekerja
No. Pekerja Umur
(Tahun)
Tinggi Badan (cm)
Berat Badan
(kg)
DNI (denyut/
menit)
DNK (denyut/
menit)
1. 1 52 165 76 79 127
2. 2 45 163 55 76 124
3. 3 44 165 72 79 127
4. 4 39 163 52 75 125
5.2.4. Fisiologi
5.2.4.1. Metode Penilaian Secara Langsung
[image:60.595.120.504.222.354.2]Perhitungan konsumsi energi untuk setiap tenaga kerja di PT Socfin Indonesia stasiun dryer adalah sebagai berikut:
Tabel 5.18. Rekapitulasi Nilai Konsumsi Energi
No. Pekerja DNK (dpm)
Konsumsi Energi (Kkal/menit)
Konsumsi Energi (Kkal/jam)
Kategori Beban
Kerja
1. 1 127 6,4552 387,3130 Berat
2. 2 124 6,1701 370,2087 Berat
3. 3 127 6,5036 390,2132 Berat
4. 4 125 6,3116 378,6972 Berat
5. 5 120 5,8483 350,8975 Berat
5.2.4.2. Metode Penilaian secara Tidak Langsung dengan %CVL
Perhitungan % Cardiovascular Load (%CVL) merupakan suatu
perhitungan untuk menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum.
Dari perhitungan % CVL tersebut akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
< 30% = Tidak terjadi kelelahan 30 – <60% = Diperlukan perbaikan 60 – <80 = Kerja dalam waktu singkat 80 – <100% = Diperlukan tindakan segera >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
Tabel 5.19. Rekapitulasi Perhitungan %CVL
No Pekerja Jenis Kelamin
Umur (Tahun)
DNI (dpm)
DNK (dpm)
DN
Max %CVL Keterangan
1. 1 Lk 52 79 127 168 53,63 Diperlukan
perbaikan
2. 2 Lk 45 76 124 175 47,97 Diperlukan
perbaikan 3. 3 Lk 44 79 127 176 49,48 Diperlukan perbaikan
4. 4 Lk 39 75 125 181 47,16 Diperlukan Perbaikan 5. 5 Lk 40 70 120 180 45,45 Diperlukan Perbaikan
5.3. Tingkat Paparan Panas
Pap