Abstrak
Keseimbangan panas terdiri dari heat loss dan heat production. Jika heat loss lebih kecil dibandingkan dengan heat production, maka seseorang akan mengalami heat stress karena panas yang diterima tubuh lebih besar dibandingkan banyaknya panas yang dikeluarkan. Ketidakseimbangan panas pada stasiun pengeringan di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih merupakan salah satu akibat dari faktor lingkungan kerja fisik termal yang bersuhu tinggi yakni berkisar 33o C-38oC. Ketidaknyamanan yang terjadi kepada para operator akibat paparan panas ini, pada akhirnya dapat menurunkan kinerja operator yang dapat dilihat dari menurunnya kinerja operator, seperti jam istirahat yang seharusnya hanya sebanyak 12,5% dari 8 jam kerja, namun pekerja melakukan idle hingga 33%. Pekerja juga tidak mengenakan seragam kerja karena merasakan panas.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis paparan panas yang terjadi di lantai produksi PT. Socfin Indonesia bagian dryer, dalam upaya mereduksi paparan panas yang terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui besarnya ketidakseimbangan panas yang terjadi adalah Metode Indeks Suhu Bola Basah, dan Heat Stress Index. Sedangkan untuk mengetahui performansi pekerja digunakan Metode Work Sampling.
Hasil analisis mengenai heat stress didapatkan bahwa indeks paparan panas yang terjadi adalah sebesar 94,86% dengan WBGT 29,21 oC yang melebihi nilai ambang batas WBGT yakni 25,70oC. Alternatif perbaikan dilakukan melalui pemasangan turbin ventilator yang akan menurunkan indeks paparan panas pada stasiun pengeringan dari 94,86% menjadi 66,5%
Kata Kunci: Keseimbangan Panas, Heat Stress, Wet Bulb Globe Temperature.