• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Di Daerah Pemekaran (Studi Pada Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Di Daerah Pemekaran (Studi Pada Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DI DAERAH

PEMEKARAN

(STUDI PADA PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Administrasi Negara

DIAJUKAN

RINDO SINAGA 060903084

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Abstraksi

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah di Daerah Pemekaran (Studi Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)

Nama : Rindo Sinaga

NIM : 060903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Tunggul Sihombing, MA

Untuk melihat perkembangan suatu daerah pemekaran salah satunya adalah dengan membuat semacam analisis terhadap kinerja pemeintah daerahnya dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembangunan di daerah itu. Demikian halnya dengan Kabupaten Samosir yang dimekarkan pada tahun 2003 dari Kabupaten Toba Samosir, untuk melihat perkembangan kabupaten ini maka dibuat suatu analisis terhadap kinerja pemerintah daerahnya. Peneliti sengaja memilih Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir sebagai tempat penelitian karena dinas ini merupakan dinas yang menangani masalah bidang pekerjaan umum seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Ketiga hal itu merupakan infrastruktur yang mendukung terhadap kemajuan suatu daerah. Peneliti menggunakan 5 indikator untuk melihat kinerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir yaitu produktivitas, responsivitas, kualitas layanan, sumber daya manusia dan indikator sarana dan prasarana.

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana Kinerja Pemerintah Daerah di Daerah Pemekaran Bidang Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah di daerah pemekaran khususnya Bidang Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir dengan menggunakan lima indikator yaitu produktivitas, responsivitas, kualitas layanan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau arsip yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemekaran daerah khususya bidang pekerjaan umum menunjukkan dampak yang positif. Hal ini dapat dilihat dari kelima indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir. Walalaupun kelima indikator tidak serta merta menunjukkan hasil yang positif atau baik namun indikator tersebut menunjukkan telah terjadi perubahan yang lebih baik di Kabupaten Samosir Bidang Pekerjaan Umum semenjak adanya pemekaran daerah.

(3)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAKSI ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 5

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Teori ... ... 6

I.5.1. Kinerja ... ... 7

I.5.2. Pemerintah Daerah ... ... 8

I.5.3. Kinerja Pemerintah Daerah.. ... 10

I.5.4. Pemekaran Daerah ... 28

I.6. Definisi Konsep ... ... 31

I.7. Definisi Operasional ... 31

BAB II METODOLOGI PENELITIAN II.1. Bentuk Penelitian ... 34

II.2. Lokasi Penelitian ... 34

II.3. Informan ... 34

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

(4)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 39

III.1.1. Sejarah Singkat Pemekaran Kabupaten Samosir ... 39

III.1.2. Keadaan Geografis Kabupaten Samosir ... 41

III.1.3. Wilayah Pemerintahan ... 42

III.1.4. Kependudukan dan Sosial Budaya ... 43

III.2. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir ... 44

III.2.1. Visi, Misi, Tujuan dan Arah Kebijakan ... 44

A. Visi ... 44

B. Misi ... 42

C. Tujuan ... 45

D. Arah Kebijakan ... 46

III.2.2. Tugas Pokok dan Funsi ... 47

III.2.3. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dinas, Kepala Bidang dan Kelompok Jabatan Fungsional ... 47

A. Kepala Dinas ... 47

B. Sekretaris Dinas ... 48

C. Kepala Bidang ... 50

(5)

III.2.4. Struktur Organisasi ... 53

III.2.5. Rencana Strategis ... 54

BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1. Karakteristik Informan ... 58

IV.2. Hasil Penelitian ... 61

IV.2.1. Produktifitas ... 62

IV.2.2. Responsivitas ... 72

IV.2.3. Kualitas Layanan ... 73

IV.2.4. Sumber Daya Manusia ... 76

IV.2.5. Sarana dan Prasarana ... 78

BAB V ANALISA DATA V.1. Produktivitas ... 81

V.2. Responsivitas ... 85

V.3. Kualitas Layanan ... 86

V.4. Sumber Daya Manusia ... 88

V.5. Sarana dan Prasarana ... 89

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan ... 90

(6)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Luas dan Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan ... 42

Tabel 2. Jumlah dan Tingkat Kepdatan Penduduk

Kabupaten Samosir Juni 2009 ... 43 Tabel 3. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59 Tabel 4. Karakteristik Informan Berdasarkan Interval Umur ... 59 Tabel 5. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60 Tabel 6. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 60 Tabel 7. Panjang Jalan Setelah Pemekaran Daerah ... 62 Tabel 8. Panjang Jalan Sebelum Pemekaran Daerah ... 63 Tabel 9. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan

di Kabupaten Samosir ... 65 Tabel 10. Nama Jembatan di Kabupaten Samosir

Dalam Kondisi Darurat ... 66 Tabel 11. Nama-nama Jembatan di Kabupaten Samosir

yang Termasuk Dalam Daftar Usulan Prioritas

Tahun Anggaran 2011 ... 66 Tabel 12. Nama-nama Irigasi di Kabupaten Samosir Per Kecamatan ... 69 Tabel 13. Luas Layanan Irigasi yang Ditangani Oleh

(7)

Tabel 14. Daftar Alat Berat di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Samosir ... 80 Tabel 15. Panjang Jalan di Kabupaten Samosir

Setelah Pemekaran Daerah ... 82 Tabel 16. Panjang Jalan di Kabupaten Samosir

(8)

Abstraksi

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah di Daerah Pemekaran (Studi Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)

Nama : Rindo Sinaga

NIM : 060903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Tunggul Sihombing, MA

Untuk melihat perkembangan suatu daerah pemekaran salah satunya adalah dengan membuat semacam analisis terhadap kinerja pemeintah daerahnya dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembangunan di daerah itu. Demikian halnya dengan Kabupaten Samosir yang dimekarkan pada tahun 2003 dari Kabupaten Toba Samosir, untuk melihat perkembangan kabupaten ini maka dibuat suatu analisis terhadap kinerja pemerintah daerahnya. Peneliti sengaja memilih Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir sebagai tempat penelitian karena dinas ini merupakan dinas yang menangani masalah bidang pekerjaan umum seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Ketiga hal itu merupakan infrastruktur yang mendukung terhadap kemajuan suatu daerah. Peneliti menggunakan 5 indikator untuk melihat kinerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir yaitu produktivitas, responsivitas, kualitas layanan, sumber daya manusia dan indikator sarana dan prasarana.

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana Kinerja Pemerintah Daerah di Daerah Pemekaran Bidang Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah di daerah pemekaran khususnya Bidang Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir dengan menggunakan lima indikator yaitu produktivitas, responsivitas, kualitas layanan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau arsip yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemekaran daerah khususya bidang pekerjaan umum menunjukkan dampak yang positif. Hal ini dapat dilihat dari kelima indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir. Walalaupun kelima indikator tidak serta merta menunjukkan hasil yang positif atau baik namun indikator tersebut menunjukkan telah terjadi perubahan yang lebih baik di Kabupaten Samosir Bidang Pekerjaan Umum semenjak adanya pemekaran daerah.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan peluang yang besar kepada pemerintah daerah.

Di satu sisi lahirnya Undang-Undang tersebut memberi peluang kepada pemerintah daerah

untuk memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang ada di daerah. Di sisi yang lain

peluang yang besar tersebut disertai tantangan berupa kewajiban untuk membiayai sendiri

semua kegiatan pemerintahan di daerah.

Dampak pemberian otonomi daerah tidak hanya terjadi pada organisasi pemerintah

daerah, tetapi berlaku pula pada masyarakat (publik) dan badan atau lembaga swasta dalam

berbagai bidang. Otonomi membuka kesempatan kepada pemerintah daerah secara

langsung membangun kemitraan dengan publik dan pihak swasta yang bersangkutan.

Tujuan otonomi adalah mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada

masyarakat (Widjaja, 2005: 17).

Semangat otonomi daerah salah satunya bermuara kepada keinginan daerah untuk

memekarkan diri yang diatur dalam PP 129/2000 Jo PP 78/2007 tentang persyaratan

pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Pemekaran

daerah dimaksudkan untuk mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan

masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas

(10)

berkembang, serta mengembangkan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada

tingkat yang lebih kecil.

Pemekaran daerah yang disertai dengan munculnya profesionalisme pelayanan

publik menjadi sangat penting, baik sebagai langkah penyesuaian terhadap perubahan

fungsi dan peran pemerintah, maupun sebagai tuntutan keadaan agar birokrasi pemerintah

yang dimekarkan semakin efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan publik. Akan

tetapi, pemekaran daerah juga menimbulkan beberapa masalah misalnya saja pemekaran

telah membuka peluang terjadinya Bureaucratic and Political Rentseeking yaitu

kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pemekaran daerah, baik dana dari

pemerintah pusat maupun penerimaan daerah itu sendiri. Di sisi lain, sebagai sebuah daerah

otonom baru, pemerintah daerah dituntut untuk menunjukkan kemampuannya menggali

potensi daerah. Hal ini akan bermuara kepada upaya peningkatan pendapatan asli daerah

yang pada gilirannya menghasilkan suatu perekonomian daerah berbiaya tinggi. Pemekaran

juga dianggap sebagai bisnis kelompok elit di daerah yang menginginkan jabatan dan

posisi.

Kabupaten Samosir merupakan salah satu contoh daerah pemekaran yang

dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir dan dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2003. Terbentuknya Kabupaten Samosir sebagai kabupaten baru

dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera.

Tujuan pembentukannya adalah untuk menegakkan kedaulatan rakyat dalam rangka

perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk merespon serta

merestrukturisasi jajaran pemerintahan daerah dalam rangka mempercepat proses

(11)

Untuk melihat perkembangan suatu daerah pemekaran maka salah satu cara yang

diperlukan adalah dengan membuat semacam analisis kinerja aparatur pemerintah daerah.

Dari hasil analisis ini diharapkan akan diperoleh gambaran bagaimana kinerja aparatur

pemerintahan di daerah pemekaran. Hal ini sebagai konsekuensi dari pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, di mana pemerintah daerah dituntut supaya dapat lebih

meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Kinerja birokrasi pemerintah daerah khususnya di daerah pemekaran menjadi isu

yang strategis karena perbaikan kinerja birokrasi memiliki implikasi yang luas. Kajian

mengenai kinerja pemerintah daerah terutama yang terlibat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik memiliki nilai yang strategis. Informasi mengenai kinerja birokrasi dan

faktor-faktor yang ikut membentuk kinerja birokrasi tentunya penting untuk diketahui agar

kebijakan untuk memperbaiki kinerja birokrasi bisa dirumuskan. Dengan adanya perbaikan

kinerja diharapkan dapat memperbaiki tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintah.

Studi yang dilakukan oleh Bappenas (tahun 2001-2007) tentang perkembangan

pemerintah daerah di daerah pemekaran menunjukkan bahwa kinerja aparatur secara

keseluruhan menunjukkan fluktuasi di Daerah Otonom Baru (DOB). Daerah Otonom Baru

(DOB) belum menunjukkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan, karena pada masa

transisi tidak ada desain penempatan aparatur yang benar-benar baik. Di samping itu,

pembatasan jumlah aparatur yang formasinya ditentukan oleh pusat juga ikut menentukan

ketersediaan aparatur. Masalah-masalah yang ditemui pada pengelolaan aparatur

diantaranya adanya ketidaksesuaian antara aparatur yang dibutuhkan dengan ketersediaan

(12)

underemployment, yakni bekerja di bawah standar waktu yang telah ditetapkan oleh

pemerintah (www.undp.or.id/docs/pemekaran.ID.pdf).

Selanjutnya, untuk menganalisis kinerja birokrasi diperlukan semacam perangkat

ukuran kinerja berdasarkan hasil yang seimbang untuk mengukur kesuksesan dalam

memenuhi tujuan dan sasaran. Oleh karena itu diperlukan sejumlah indikator dalam menilai

kinerja birokrasi. Pengukuran kinerja merupakan alat yang bermanfaat dalam upaya

mencapai tujuan. Melalui pengukuran kinerja dapat dilakukan proses penilaian terhadap

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan pengukuran kinerja dapat memberikan

penilaian yang objektif dalam pengambilan keputusan manajemen. Selain itu melalui

pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan dapat dilihat dari

kemampuan instansi tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan

rencana yang telah disusun. Termasuk bagi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir

dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya diharapkan dapat melaksanakan setiap

kegiatannya sesuai dengan yang direncanakan sebagai perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan dari pelaksanaan visi, misi dan

strategi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir sebagai dinas yang mengelola bidang pekerjaan

umum tentu saja mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam suatu periode

tertentu. Untuk melihat perkembangan pemerintah daerah khususnya bidang pekerjaan

umum maka peneliti perlu membuat suatu analisis yang nantinya dirangkum dalam suatu

penelitian. Pengamatan penulis selama ini, bahwa kinerja pemerintah daerah bidang

pekerjaan umum belum maksimal. Hal ini dapat dilihat bahwa semenjak terjadinya

(13)

yang dekat dengan ibukota kecamatan. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan salah satu

tujuan utama dari pemekaran daerah yaitu untuk meningkatkan pembangunan secara merata

bagi masyarakat. Oleh karena itu peneliti ingin mencari tahu sejauh mana kinerja Dinas

Pekerjaan Umum selama ini semenjak isu pemekaran daerah diimpementasikan di

Kabupaten Samosir.

Atas dasar asumsi di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang

kinerja pemerintah daerah di daerah pemekaran khususnya bidang pekerjaan umum dengan

memakai lima pendekatan indikator yaitu produktivitas, responsivitas, kualitas layanan,

sumber daya manusia dan sarana prasarana. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam

sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Pemerintah Daerah di Daerah

Pemekaran (Studi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)”

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya

sebagai berikut “Bagaimana Kinerja Pemerintah Daerah di Daerah Pemekaran Bidang

Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir”

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja

(14)

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Negara tentang analisis

kinerja pemerintah daerah di daerah pemekaran khususnya Bidang Pekerjaan Umum

Kabupaten Samosir.

b. Bagi penulis, penelitian ini akan bermanfaat dalam melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya

ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang sudah diperoleh selama mengikuti

perkuliahan di Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

c. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan dan pertimbangan kepada Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir dalam upaya meningkatkan kinerjanya.

I.5. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini, maka diperlukan suatu

pedoman sebagai dasar berpikir yaitu berupa kerangka teori yang nantinya dapat dijadikan

sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah

yang ada. Kerangka teori model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Menurut Sugiyono

(Sugiyono, 2005: 55) teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil

(15)

Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan analisis kinerja pemerintah daerah di

daerah pemekaran khususnya Bidang Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir, penulis

menggunakan kerangka teori sebagai berikut

I.5.1. Kinerja

Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai

dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan (Widodo, 2005: 77).

Jika ditelusuri, kinerja berasal dari Bahasa Inggris dari akar kata performance dalam

arti the act of performing atau something done yaitu sesuatu yang telah dikerjakan.

Menurut Suyadi (Dalam Widodo, 2006: 48) kinerja merupakan suatu hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

dan etika. Lijan (2006: 136) mendefinisikan kinerja pegawai sebagai kemampuan

pegawai dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu. Dengan mendasarkan pada

berbagai pengertian kinerja di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja

adalah hasil kerja atau prestasi kerja oleh seseorang atau sekelompok orang sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab yang diembannya dalam rangka mencapai

tujuan organisasi.

Pengertian kinerja sebagaimana yang telah digambarkan, hakikatnya berkaitan

dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi

wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja individu (Individual

(16)

sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang

berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

Sementara itu, individu atau kelompok orang sebagai pelaksana dapat menjalankan

tugas, wewenang, dan tanggung jawab dengan baik, sangat tergantung kepada struktur

(manajemen dan teknologi) dan sumber daya lain seperti peralatan dan keuangan yang

dimiliki oleh organisasi. Dengan demikian, kinerja lembaga (organisasi) salah satunya

ditentukan oleh kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. Sebaliknya,

kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi ditentukan oleh struktur dan

peralatan yang dimiliki oleh organisasi. Sekelompok orang akan mempunyai rasa

tanggung jawab dan dapat mempertanggungjawabkan segala sikap dan perilakunya

dengan dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan, kecakapan dan harapan.

I.5.2. Pemerintah Daerah

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 tentang Pemerintah Daerah yang

dimaksud dengan pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang

dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah dan Dewan Perwakilan

Daerah/DPRD (Widjaja, 2008: 140). Kepala daerah adalah kepala pemerintahan daerah

yang dipilih secara demokratis. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara

langsung oleh rakyat (pasal 24 ayat 5 UU Nomor 32 Tahun 2004). Dalam

(17)

Secara umum perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang membantu

penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam lembaga sekretariat, unsur

pendukung kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang

bersifat spesifik, diwadahi oleh Lembaga Teknis Daerah, serta unsur pelaksana urusan

daerah diwadahi oleh Lembaga Dinas Daerah.

Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah

dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi syarat atas usul sekretaris daerah. Dinas

daerah mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu memberikan pelayanan terhadap

masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung-rugi, tapi dalam batas-batas tertentu

dapat didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi yang memberikan

pelayanan jasa dengan imbalan (Josef Riwu Kaho, 2007: 194). Fungsi dinas daerah

dapat diperinci sebagai berikut

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup

tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota melalui sekretaris

(18)

I.5.3. Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Kumorotomo (2005: 103) kinerja organisasi publik dapat didefinisikan

sebagai hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan

dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi,

sesuai dengan visi dan misi organisasi, berkualitas, adil serta diselenggarakan dengan

sarana dan prasarana yang memadai.

Kinerja birokrasi pada saat sekarang ini telah menjadi masalah strategis, bahkan

menjadi Public Issues baik bagi kalangan akademis, pemerintah, maupun praktisi

(birokrasi). Kinerja birokrasi disinyalir masih relatif rendah dan belum sepenuhnya bisa

memenuhi harapan dan pilihan publik ketika melaksanakan tugas pokok, fungsi,

kewenangan, dan tanggung jawab terutama dalam menyelenggarakan pemerintahan dan

pelayanan masyarakat. Banyak masalah atau faktor yang menjadi penyebabnya.

Menurut Widodo (2005: 121) penyebab munculnya masalah tersebut bisa berasal dari

lingkungan internal dan bisa pula berasal dari lingkungan eksternal birokrasi. Masalah

strategis yang berasal dari lingkungan internal bisa berupa struktur kelembagaan,

penataan, dan kompetensi aparatnya, teknologi administrasi (sarana dan prasarana), dan

manajemen birokrasi itu sendiri. Masalah yang berasal dari lingkungan eksternal bisa

berupa dinamika masyarakat dan tumbuh kembangnya masalah yang dihadapi

masyarakat begitu cepat.

Penilaian kinerja birokrasi publik merupakan suatu kegiatan yang penting

karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan oganisasi dalam mencapai

misinya. Informasi mengenai kinerja sangat berguna untuk menilai seberapa jauh

(19)

jasa. Dengan melakukan penilaian kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa

dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Informasi mengenai kinerja juga penting

untuk menciptakan tekanan bagi para pejabat penyelenggara pelayanan untuk

melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi.

Dalam era otonomi daerah, setiap pemerintah daerah dituntut untuk mampu

menyediakan berbagai barang dan jasa di sektor publik secara lebih efisien/efektif dan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk

mampu melakukan sejumlah perbaikan dan peningkatan kinerja di bidang pengelolaan

dan pengadministrasiannya.

Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengukur kinerja pemerintah daerah.

Pertanyaan tersebut akan muncul karena untuk melakukan pengukuran diperlukan

serangkaian tolok ukur yang disepakati bersama-sama sebagai indikator yang

digunakan untuk pengukuran atas sesuatu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Lohman (Dalam Mahsun, 2006: 71) indikator kinerja merupakan suatu variabel yang

digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses

atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Mahsun

(2006: 71) mengatakan indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk

menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam

ukuran-ukuran tertentu. Indikator kinerja dalam hal ini mengacu pada penilaian kinerja yang

sifatnya berisi indikasi kinerja. Hingga saat ini belum ada tolok ukur yang memadai

yang dimanfaatkan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah secara komprehensif

dan disepakati oleh mayoritas stakeholder. Padahal tolok ukur tersebut sangat

(20)

dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Oleh karena itu, perlu dikembangkan

serangkaian indikator untuk mengukur kinerja pemerintah daerah. Menurut

Kumorotomo (2005: 104) indikator kinerja pemerintah daerah setidaknya mempunyai

karakteristik sebagai berikut, a) jelas dan mudah dipahami; b) berdiri sendiri artinya

tidak dipengaruhi oleh kepentingan salah satu golongan /partai; c) dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah; d) dapat digunakan untuk mengukur kinerja

secara komprehensif dan berlaku umum; e) mempermudah masyarakat untuk

melakukan pemanfaatan dan kontrol dalam rangka menilai pemerintah daerah untuk

memperbaiki dan meningkatkan kinerja; f) disepakati oleh mayoritas stakeholder.

Indikator kinerja akan berfungsi dan dapat digunakan sebagai alat untuk

mengukur kinerja pemerintah daerah khususnya dalam menjalankan fungsinya sebagai

penyedia berbagai barang dan jasa di sektor publik. Berdasarkan konsep kinerja

pemerintah daerah, maka penulis akan menguraikan sejumlah indikator yang sering

digunakan untuk melihat kinerja organisasi publik.

Menurut Dwiyanto (2006: 50) indikator yang digunakan untuk mengukur

kinerja birokrasi publik yaitu sebagai berikut

a. Produktivitas

Produktivitas adalah menghasilkan lebih, dengan kata lain lebih baik, optimal

dalam jumlah kerja yang sama dari usaha manusia yang dikeluarkan (Glaser, 1976

Dalam docs.google.com). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia produktivitas

diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau kemampuan untuk

(21)

Konsep poduktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi tetapi juga efektivitas

pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input

dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General

Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas

yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu

memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

b. Kualitas layanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

(Goetsch dan Davis Dalam Tangkilisan, 2005: 209). Dari pengertian tersebut,

kualitas mengandung elemen-elemen yang meliputi usaha memenuhi atau

melebihi harapan pelanggan yang salah satunya mencakup produk. Dalam hal ini

kualitas memiliki salah satu dimensi produk. Dimensi produk memandang

kualitas barang dan jasa dari perspektif derajat konformitas dengan spesifikasinya,

yaitu perspektif yang memandang kualitas dari sosok yang dapat dilihat, kasat

mata, dan dapat diidentifikasikan melalui pemeriksaan dan pengamatan.

Organisasi pelayanan publik memiliki ciri public account ability, yaitu setiap

warga negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang

mereka terima. Sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan tanpa

mempertimbangkan peran masyarakat sebagai penerima pelayanan. Evaluasi yang

berasal dari pengguna pelayanan merupakan elemen pertama dalam analisis

(22)

Kualitas layanan menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan

publik. Adanya pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik

muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima

organisasi publik. Oleh karena itu, kepuasaan masyarakat terhadap layanan dapat

dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan

kepuasaan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai

kepuasan masyarakat menjadi tersedia dengan mudah dan murah. Informasi

mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari

media massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai

kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa

menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah

dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja

organisasi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Responsivitas merujuk pada keselasan antara program dan kegiatan

pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan

sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas dapat menggambarkan

kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan

(23)

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki

kinerja yang kurang baik. Dalam operasionalisasinya, responsivitas pelayanan

publik dijabarkan menjadi beberapa indikator seperti, 1) tingkat penanganan atas

keluhan masyarakat terhadap layanan yang dilakukan oleh organisasi pubik; 2)

sikap aparat birokrasi dalam merespons keluhan dari pengguna jasa; 3)

penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang; 4) tingkat kecepatan

penanganan atas keluhan yang datang dari masyarakat. Keluhan yang

disampaikan oleh masyarakat merupakan salah satu indikator pelayanan terhadap

produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi publik.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai

dengan kebijakan organisasi.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan

dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang

dimiliki oleh para stakeholders. Nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat tersebut meliputi transparansi pelayanan, prinsip keadilan, jaminan

penegakan hukum, hak asasi manusia dan orientasi pelayanan yang dikembangkan

terhadap masyarakat pengguna jasa. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa

(24)

yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut

karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat

digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik

dan konsisten dengan masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya

dapat dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik

seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya juga harus dinilai dari ukuran

eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan

itu benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Kumorotomo (2005: 105) menggunakan beberapa kriteria yang dijadikan

pedoman dalam menilai kinerja organisasi publik yaitu

a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan

publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta

pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomi.

b. Efektivitas

Efektivitas menyangkut apakah tujuan dari didirikannya organisasi publik tersebut

tercapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan

organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan

(25)

ketercukupan atau kepantasan. Isu-isu yang menyangkut pemerataan

pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran, dan sebagainya akan mampu

dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi

publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan

kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara

keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi

memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Yuyun Purbokusumo (Dalam Kumorotomo, 2005:105) menambahkan indikator

yang digunakan dalam menilai kinerja organisasi publik yaitu

a. Sarana dan Prasarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sarana adalah sesuatu yang dipakai

untuk memudahkan pekerjaan. Sedangkan prasarana adalah segala yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Dalam organisasi

publik sarana dan prasarana menyangkut penyelenggaraan layanan publik yang

bersifat fisik seperti tersedianya gedung pelayanan yang memadai, fasilitas

pelayanan yang berupa televisi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung

yang memiliki teknologi canggih seperti komputer, serta berbagai kelengkapan

alat kantor yang memudahkan akses bagi masyarakat pengguna jasa.

b. Persamaan Pelayanan

Persamaan pelayanan dapat dilihat dari standarisasi pelayanan yang digunakan

(26)

dapat menggunakan standar pelayanan yang baku, tertentu dan disepakati

bersama, secara sama bagi semua pengguna jasa.

Departemen Dalam Negeri telah mengeluarkan kebijakan tentang Pedoman

Audit Kinerja Pemerintah Daerah di mana penilaian terhadap kinerja pemerintah daerah

diukur melalui parameter audit fungsi utama pemerintah daerah itu sendiri. Adapun

fungsi utama pemerintah daerah tersebut meliputi

a. Bagian Administrasi Umum, parameter kinerjanya mencakup, 1) Rasionalitas untuk

memastikan efisiensi penggunaan staf dan sumber daya; 2) Implementasi prosedur

administrasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan; 3) Administrasi yang

bersih, transparan dan akuntabel; 4) Sistem pengaliran dokumen dan penyimpanan

catatan dan arsip yang efisien dan efektif; 5) Manajemen kantor dan utiliti yang

efisien dan efektif.

b. Manajemen Keuangan, parameter kinerjanya mencakup, 1) Pengenalan terhadap

sistem akuntansi internasional modern; 2) Sistem manajemen keuangan yang

diterapkan memenuhi standar nasional dan bekerja secara efisien; 3) Administrasi

keuangan yang transparan dan akuntabel; 4) Administrasi keuangan yang efisien; 5)

Administrasi keuangan yang mencakup high tax coverage; 6) Efisiensi pemungutan

Pendapatan Asli Daerah.

c. Audit, parameter kinerjanya mencakup, 1) Audit yang dilakukan secara teratur; 2)

Audit yang dilakukan oleh auditor independen; 3) Rekomendasi auditor

diimplementasikan dan dimonitor oleh DPRD; 4) Keluhan masyarakat tentang

(27)

d. Legal, parameter kinerjanya mencakup, 1) Penyusunan peraturan dilakukan

berdasarkan standar nasional/internasional; 2) Pemerintah Daerah dan DPRD

memiliki jadwal untuk menyiapkan dan menyetujui peraturan baru; 3) Masyarakat

dan konstituen diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan

draft; 4) Pengawasan DPRD terhadap penegakan hukum dan peraturan.

e. Pengembangan organisasi, parameter kinerjanya mencakup, 1) Struktur organisasi

yang sesuai dengan kebutuhan efisiensi dan fungsi-fungsi pemerintah daerah

termasuk rencana pengurangan pegawai dan penambahan posisi baru; 2) Uraian

tugas untuk setiap posisi.

f. Pengembangan sumber daya manusia, parameter kinerjanya mencakup, 1) Aplikasi

alat pengembangan sumber daya manusia yang modern; 2) Uraian tugas individual

yang sesuai dengan efisiensi organisasi; 3) Pelatihan staf profesional; 4) Partisipasi

perempuan.

g. Informasi dan Komunikasi, parameter kinerjanya mencakup, 1) Sistem informasi

komunikasi modern untuk mendukung perencanaan dan pembuatan keputusan; 2)

Penduduk dan dukungan pelayanan masyarakat berjalan dengan baik dan dimonitor;

3) Dukungan Informasi dan Komunikasi untuk partisipasi masyarakat pada

pembuatan keputusan.

h. Perencanaan Pembangunan, parameter kinerjanya mencakup, 1) Keterlibatan

stakeholders dalam perencanaan pembangunan yang difasilitasi oleh pemerintah

lokal; 2) Perencanaan pembangunan multi-sektoral, multi-tahun dan strategis; 3)

(28)

i. Implementasi Proyek, Monitor, dan Evaluasi, parameter kinerjanya mencakup, 1)

Kapasitas untuk mengimplementasikan program secara efisien dengan menimbang

sumber daya dan waktu; 2) Kapasitas untuk mengatur siklus program tanpa input

eksternal.

j. Pengadaan Barang dan Jasa, parameter kinerjanya mencakup, 1) Penerapan

prosedur pengadaan barang dan jasa yang transparan dan bersih; 2) Prosedur waktu

dan biaya yang efisien.

Mahsun (2006: 196) mengatakan bahwa pengukuran kinerja pemerintah daerah

(Pemda) mencakup indikator

a. Masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Misalnya jumlah pegawai yang

dibutuhkan, jumlah infrastruktur yang ada, dan jumlah waktu yang digunakan.

b. Proses (Process) adalah ukuran dari kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan

maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Misalnya ketaatan pada

peraturan perundang-undangan, rata-rata yang digunakan untuk memproduksi atau

menghasilkan layanan jasa.

c. Keluaran (Output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari

suatu kegiatan yang dapat berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible).

Misalnya jumlah produk atau jasa yang dihasilkan, ketepatan dalam memproduksi

barang atau jasa.

d. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran

kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung. Misalnya tingkat

(29)

e. Manfaat (Benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan

kegiatan. Misalnya tingkat kepuasan masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat.

f. Dampak (Impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.

Misalnya kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi Publik

Berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi publik akan bermanfaat

untuk memberikan informasi mengenai prestasi pelaksanaan dari unit-unit organisasi, di

mana organisasi memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas seluruh aktivitas sesuai

dengan tujuan organisasi. Menurut Steers (Dalam Juliantara, 2005: 45) bahwa faktor

yang menyokong keberhasilan akhir suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi

empat kelompok umum yaitu

a. Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Yang

dimaksud dengan struktur adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya seperti

dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia.

Struktur adalah cara unik suatu organisasi menyusun orang-orangnya untuk

menciptakan sebuah organisasi. Dengan demikian pengertian struktur meliputi

faktor-faktor seperti luasnya desentralisasi pengendalian, jumlah spesialisasi

pekerjaan, dan sebagainya. Sedangkan teknologi adalah mekanisme suatu

organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran jadi. Teknologi

dapat memiliki berbagai bentuk, termasuk variasi-variasi dalam proses mekanis

yang digunakan dalam produksi dan variasi dalam pengetahuan teknis yang

(30)

b. Karakteristik lingkungan, mencakup dua aspek yaitu pertama adalah lingkungan

ekstern, merupakan semua kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan

mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi (contoh kondisi

ekonomi dan pasar, peraturan pemerintah). Yang kedua adalah lingkungan intern,

yang dikenal sebagai iklim organisasi meliputi macam-macam atribut lingkungan

kerja (contoh pekerja, orientasi pada prestasi).

c. Karakteristik pekerja, perhatian harus diberikan kepada perbedaan individual

antara para pekerja dalam hubungannya dengan efektivitas. Pekerja yang

berlainan mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan kemampuan yang

berbeda-beda. Variasi sifat manusia ini sering menyebabkan perilaku orang

berbeda satu sama lain, walaupun mereka ditempatkan di satu lingkungan kerja

yang sama. Perbedaan-perbedaan individual ini dapat mempunyai pengaruh yang

langsung terhadap dua proses yang penting, yang dapat berpengaruh nyata

terhadap efektivitas yaitu rasa keterikatan terhadap organisasi atau jangkauan

identifikasi para pekerja dengan majikannya, dan prestasi kerja individual.

d. Kebijakan dan praktek manajemen, peranan manajemen dalam prestasi organisasi,

meliputi variasi gaya, kebijakan dan praktek kepemimpinan dapat memperhatikan

atau merintangi pencapaian tujuan.

Sedangkan Atmosuprapto (Dalam Tangkilisan, 2005: 181) mengemukakan

bahwa kinerja suatu organisasi publik akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal

(31)

a. Faktor Eksternal, terdiri dari

1. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan keseimbangan kekuasaan negara

yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi

ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal.

2. Faktor Ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada

tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan

sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar.

3. Faktor Sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah masyarakat,

yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan

bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor Internal, terdiri dari

1. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi

oleh suatu organisasi.

2. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan

oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3. Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi

sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.

4. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja

yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Dari keseluruhan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

ada begitu banyak faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja organisasi publik.

Faktor tersebut bisa disebabkan oleh faktor internal organisasi maupun faktor eksternal

(32)

mempengaruhi kinerja organisasi publik yaitu faktor sumber daya manusia dan faktor

struktur organisasi.

a. Sumber Daya Manusia

Berkenaan dengan kinerja organisasi publik, maka sumber daya manusia

merupakan salah satu sumber yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi publik.

Manusia merupakan unsur terpenting dalam keberhasilan suatu organisasi. Zainum

(Dalam Juliantara, 2005: 60) mengatakan bahwa sumber daya manusia menempati

kedudukan yang lebih tinggi dan merupakan faktor yang sangat menentukan untuk

tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi. Dalam organisasi pemerintahan,

sumber daya manusia sering disebut sebagai aparatur yaitu pegawai yang melaksanakan

tugas-tugas kelembagaan. Kenyataan yang dihadapi faktor yang sangat menentukan

sebagai pemegang kunci tetap ada pada manusianya, sebagai perencana, pelaksana,

pengendali, pengawasan maupun evaluasi dan yang memanfaatkan hasilnya.

Dapat dikatakan bahwa keberhasilan organisasi publik dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya sangat ditentukan oleh sumber daya yang tersedia yang dapat

dipergunakan untuk mendukung kegiatan dalam upaya mengatasi permasalahan

lingkungan hidup. Dari sumber daya yang tersedia dalam organisasi, sumber daya

manusia memegang peranan yang sentral dan paling menentukan. Tanpa sumber daya

manusia yang handal, pengolahan, penggunaan dan pemanfaatan sumber-sumber

lainnya akan menjadi tidak efektif, efisien dan produktif.

Pembangunan sumber daya birokrat merupakan komponen yang perlu

(33)

perencanaan kebutuhan sumber daya birokrat (manusia) ke depan, sistem rekrutmen,

penempatan, kompensasi, melakukan evaluasi terhadap kinerja birokrat dan

peningkatan kinerja melalui pelatihan serta menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif. Birokrasi publik harus memiliki suatu perencanaan yang konsisten dan jelas

dalam manajemen sumber daya birokrat. Perencanaan tersebut harus disesuaikan

dengan kebutuhan pencapaian tujuan dan diimplementasikan di dalam analisis jabatan

(Job Analysis). Karena melalui analisis jabatan ini akan diketahui

1. Gambaran jabatan yang menyediakan garis besar tanggung jawab, tugas dan

pekerjaan yang dapat diisi oleh pegawai-pegawai yang memiliki potensi dan

kualitas tertentu.

2. Spesifikasi jabatan secara garis besar dari sisi pengetahuan, keterampilan,

kemampuan dan karakteristik lain yang dibutuhkan dari si pelamar. Dan melalui

analisis jabatan ini pula baru dapat disusun suatu proses rekrutmen, pelatihan dan

sistem karir di birokrasi untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi

organisasi.

Oleh karena itu pembangunan sumber daya birokrat di daerah harus mengarah

pada perencanaan kebutuhan personil yang diawali dengan adanya analisis jabatan,

melakukan inovasi dalam rekrutmen pegawai untuk mencari yang terbaik, membangun

sistem karir yang transparan dan jelas, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dalam kegiatan organisasi publik, kualitas sumber

daya manusia yang biasa disebut sebagai aparatur yang melaksanakan tugas-tugas

kelembagaan dapat diukur melalui tingkat pendidikan formal aparatur serta frekuensi

(34)

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi juga merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi

kinerja organisasi publik. Struktur organisasi merupakan unsur yang sangat penting

karena struktur organisasi akan menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, dan fungsi

dialokasikan di dalam organisasi. Hal ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap

cara orang melaksanakan tugasnya (bekerja) dalam organisasi. The Liang Gie (Dalam

Tangkilisan, 2005: 50) berpendapat bahwa struktur organisasi adalah kerangka yang

mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang-bidang kerja, maupun

orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peranan masing-masing dalam

kebutuhan kerjasama. Sedangkan Tangkilisan (2005: 51) mengatakan bahwa struktur

organisasi merupakan sistem formal dari aturan dan tugas serta hubungan otoritas yang

mengawasi bagaimana anggota organisasi bekerjasama dan menggunakan sumber daya

untuk mencapai tujuan organisasi.

Ada beberapa elemen yang terdapat di dalam struktur organisasi yaitu

1. Pembagian Tugas, berkaitan dengan proses membagi tugas ke dalam suatu

unit-unit tugas yang secara berturut-turut lebih kecil. Salah satu manfaat yang

diperoleh dengan mengorganisasikan tugas adalah bahwa orang yang bekerja

sama melalui pembagian kerja mampu menghasilkan lebih dari yang mereka

hasilkan bila bekerja sendiri. Isu utama tentang pembagian tugas adalah sejauh

mana tugas-tugas seharusnya dispesialisasikan. Menurut Tangkilisan (2005: 193)

spesialisasi akan rendah jika pekerja melakukan beraneka ragam pekerjaan, dan

(35)

2. Departementalisasi, merupakan proses mengombinasikan tugas ke dalam

kelompok-kelompok atau departemen-departemen. Setiap pimpinan harus

membuat keputusan yang penting berkaitan dengan basis yang tepat untuk

pembentukan departemen, di mana isu sentralnya adalah derajat kesamaan dari

tugas yang ada di dalam suatu departemen. Tugas tersebut dapat dikelompokkan

berdasarkan fungsi, produk, wilayah dan pelanggan.

3. Rentang Kendali, berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan

dengan efektif oleh seorang atasan. Keputusan rentang kendali memiliki pengaruh

besar terhadap bentuk dan struktur organisasi. Organisasi yang menggunakan

rentang kendali yang luas akan memiliki sedikit tingkat hierarki karena banyak

orang berada di bawah seorang supervisi atau atasan. Besar kecilnya rentang

kendali dalam struktur organisasi biasanya ditentukan oleh sifat tugas,

kemampuan bawahan, kontak dan koordinasi.

4. Delegasi wewenang, berkaitan dengan lokasi kewenangan dalam proses

pengambilan keputusan atau sejauh mana wewenang pengambilan keputusan

tersebar dalam hierarki organisasi. Kewenangan pengambilan keputusan yang

tersebar secara luas dalam hierarki organisasi disebut desentralisasi. Sedangkan

apabila kewenangan dalam proses pengambilan keputusan hanya berada pada

tingkat atas dalam organisasi disebut sentralisasi.

Isu terpenting bagi seorang administrator publik adalah bagaimana menentukan

design struktur organisasi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi publik tertentu

(36)

Dengan demikian keberhasilan suatu organisasi publik dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya akan sangat ditentukan oleh salah satunya yaitu struktur organisasi

yang dibentuk. Struktur organisasi akan menentukan pola perilaku individu dalam

pencapaian tujuan organisasi. Suatu struktur organisasi pada dasarnya menetapkan

bagaimana tugas pekerjaan dibagikan, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara

formal.

I.5.4. Pemekaran Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 pasal 1 yang

dimaksud dengan pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota

menjadi dua daerah atau lebih. Pemekaran daerah merupakan suatu proses pembagian

daerah menjadi lebih dari satu daerah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan

mempercepat pembangunan. Pemekaran daerah juga diharapkan mampu menciptakan

kemandirian daerah. Tujuan pemekaran sebagaimana tertuang dalam berbagai peraturan

perundangan dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui :

1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat;

2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi;

3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah;

4. Percepatan pengelolaan potensi daerah;

5. Peningkatan keamanan dan ketertiban;

Menurut Hari Sabarno (2008: 191) pemekaran daerah merupakan keseimbangan

(37)

lanjut Kaloh (2007: 189) mengatakan pemekaran daerah menjadi provinsi, kabupaten,

dan kota dapat dilihat dari dua sisi logika yaitu

a. Logika Formal (Legislasi), memandang bahwa terjadinya pemekaran wilayah

disebabkan adanya dukungan formal Undang. Sekaligus dengan

Undang-Undang ini telah memberikan peluang kepada setiap daerah untuk berapresiasi

dengan kesempatan ini, sehingga yang terjadi adalah banyak di Indonesia yang

berlomba-lomba untuk menjadikan daerahnya masing-masing menjadi otonom.

b. Logika Realitas, memandang bahwa pembentukan daerah merupakan sesuatu yang

benar-benar urgen secara realitas. Bahwa untuk memecahkan berbagai macam

persoalan yang ada di daerah, alternatif pilihan terbaiknya hanyalah pembentukan

atau pemekaran wilayah/daerah.

Pada dasarnya pemekaran daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat. Hari Sabarno (2008: 194)

mengatakan bahwa penentuan pemekaran daerah seharusnya didasarkan pada

persyaratan yang terukur dengan tiga langkah preventif sebagai berikut

a. Pemekaran Daerah dimaksudkan untuk menguatkan etika profesionalisme dalam

pelayanan publik pemerintah daerah kepada masyarakatnya yang akan menciptakan

hubungan yang bersifat kesetaraan antara birokrasi dan publik yang dilayani.

b. Pemekaran Daerah ditujukan pada penerapan manajemen dan penguasaan

teknologi, yang dari birokrasi pemerintahan daerah untuk melayani publik, sehingga

pelayanan yang diberikan cenderung bersifat cepat, mudah, padat teknologi, dan

(38)

c. Pemekaran Daerah dilandasi atas profesionalisme, karena rentang kendali yang

lebih sempit sehingga pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dapat terjamin

kualitasnya.

Dalam konteks pemekaran daerah/wilayah yang lebih dikenal dengan

pembentukan Daerah Otonom Baru (OTB), bahwa daerah otonom diharapkan mampu

memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus dirinya sendiri, terutama

berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah, sumber daya

alam dan pengelolaan bantuan pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih

baik. Dengan adanya pemekaran daerah ini diharapkan adanya berbagai jenis pelayanan

baru seperti pelayanan listrik, telepon serta fasilitas urban lainnya, terutama di wilayah

ibukota daerah pemekaran.

Dalam pemekaran daerah, profesionalisme pelayanan publik menjadi sangat

penting. Hal ini sebagai langkah penyesuaian terhadap perubahan fungsi dan peran

pemerintah serta sebagai tuntutan keadaan agar birokrasi pemerintah yang dimekarkan

semakin efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan publik. Upaya

profesionalisme dan pemekaran daerah merupakan bagian integral dari penciptaan

fungsi dan peran birokrasi pemerintah daerah untuk membangun dan mengembangkan

potensi dan kemampuan fungsi pemerintahan daerah itu sendiri pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Dengan kata lain, pemekaran daerah harus berdampak positif kepada publik dan

birokrasi pemerintah daerah itu sendiri, serta harus dapat memanfaatkan keunggulan

(39)

I.6. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat

fenomena yang hendak diteliti. Menurut Irawan (Dalam Suyanto, 2005: 49) konsep adalah

makna yang berada di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan

kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah istilah dan

definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan,

kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial (Singarimbun,

1995: 33).

Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsepnya adalah

a. Kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja oleh seseorang atau sekelompok

orang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diembannya dalam

mencapai tujuan organisasi.

b. Pemerintah Daerah merupakan gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

c. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah.

d. Pemekaran Daerah merupakan pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi

dua daerah atau lebih.

I.7. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995: 46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi

operasional berisi tentang indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur

(40)

memasukkan sejumlah indikator maupun faktor yang mempengaruhi kinerja itu sendiri

yaitu

a. Produktivitas

Dalam operasionalisasinya, produktivitas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Samosir dijabarkan menjadi beberapa indikator:

1. Tingkat pembangunan keseluruhan jalan, jembatan dan pengairan khususnya

irigasi.

2. Tingkat pencapaian target kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir.

b. Responsivitas

Dalam operasionalisasinya, responsivitas dijabarkan menjadi beberapa indikator

yaitu

1. Tingkat penanganan atas keluhan masyarakat terhadap kerusakan jalan,

jembatan dan pengairan.

2. Tingkat kecepatan penanganan kerusakan jalan, jembatan dan pengairan atas

keluhan masyarakat tersebut.

c. Sarana dan Prasarana

Dalam operasionalisasinya, sarana dan prasarana dijabarkan menjadi beberapa

indikator yaitu

1. Fasilitas gedung yang memadai.

2. Tersedianya Peralatan pendukung seperti komputer, mesin tik dan sebagainya.

(41)

d. Sumber Daya Manusia

Dalam operasionalisasinya, sumber daya manusia dijabarkan menjadi beberapa

indikator yaitu

1. Tingkat pendidikan formal aparatur di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Samosir.

2. Tingkat keterampilan pegawai melalui sistem pendidikan dan pelatihan di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir.

e. Kualitas layanan

Dalam operasionalisasinya, kualitas layanan dijabarkan dari indikator seperti

bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pembangunan jalan, jembatan dan

(42)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990: 64) bentuk deskriptif adalah bentuk

penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat

aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang

masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan

akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan

keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

II.2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir

yang terletak di Jalan Simanindo Desa Sianting-anting Kecamatan Pangururan Kabupaten

Samosir.

II.3. Informan

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil

penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan

(43)

penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan

memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah

seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang

darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa

pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi

persoalan/permasalahan.

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu

1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan

mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) Informan Tambahan

merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat

dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama

yaitu sebagai berikut

1. Yang menjadi informan kunci (Key Informan) meliputi

a. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir 1 orang

b. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir 1 orang

c. Kepala Bidang Bina Program 1orang

d. Kepala Bidang Kebinamargaan 1 orang

e. Kepala Bidang Pengairan 1 orang

2. Informan Utama meliputi

a. Pegawai yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir sebanyak 5 orang.

(44)

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua

cara yaitu

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh

melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari

data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan

data primer ini dilakukan dengan cara

a. Pedoman Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap

objek penelitian, dan selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala

yang ditemukan dilapangan terkait dengan kinerja pemerintah daerah di daerah

pemekaran Bidang Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir.

b. Pedoman Wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang

lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan melalui

pertanyaan secara lisan kepada informan yang dilakukan oleh peneliti sehubungan

dengan kinerja pemerintah daerah di daerah pemekaran Bidang Pekerjaan Umum

Kabupaten Samosir.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan

melalui studi pustaka yang diperlukan untuk mendukung data primer.

Adapun bentuk pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

(45)

b. Formulir Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain

yang dianggap relevan dengan objek penelitian.

II.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik

analisa data kualitatif merupakan teknik analisa yang didasarkan atas kemampuan nalar

penulis dalam menginterpretasikan fakta, data dan informasi. Teknik analisa data kualitatif

seperti keterangan dari informan dan hasil dokumentasi, sesuai dengan indikator-indikator

model implementasi yang digunakan. Data yang bersifat kualitatif tersebut selanjutnya

diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data dan

informasi serta untuk menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh sebagai berikut

a. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya,

maka peneliti kemudian menentukan metode penelitian yang akan digunakan, yaitu

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik analisa data yang digunakan

adalah teknik analisa kualitatif.

b. Untuk memperoleh data yang diperlukan, sesuai dengan teknik pengumpulan data yang

telah ditetapkan sebelumnya, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa

informan yang benar-benar mengetahui bagaimana kinerja Dinas pekerjaan Umum

Kabupaten Samosir. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data sekunder

(46)

khususnya Bidang Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir, serta melakukan pengamatan

terhadap kondisi dan situasi di lokasi penelitian untuk melengkapi data yang

dibutuhkan.

c. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, peneliti kemudian

memilah-milah data dan informasi tersebut ke dalam indikator-indikator penelitian yang telah

ditentukan sebelumnya.

d. Setelah data dan informasi tersebut dikelompokkan, peneliti kemudian melakukan

penyajian data dan analisis data. Penyajian dan analisis data ini dilakukan dengan

menguraikan masing-masing indikator-indikator penelitian berdasarkan data dan

informasi yang diperoleh di lapangan baik melalui wawancara dan observasi maupun

dari data-data sekunder. Setelah menguraikan fakta yang ada dilapangan berdasarkan

data dan informasi tersebut, peneliti kemudian menganalisisnya dengan

membandingkan keadaan lapangan (dari hasil wawancara, observasi, dan data

sekunder) dengan teori-teori yang berhubungan dengan indikator tersebut. Sehingga

dengan demikian dapat melihat bagaimana perbandingan antara teori dengan keadaan di

lapangan.

e. Setelah itu, peneliti akan menyimpulkan bagaimana sesungguhnya kinerja pemerintah

daerah di daerah pemekaran Bidang Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir dengan

mengacu kepada indikator-indikator yang telah digunakan sebelumnya.

(47)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Gambaran Umum Kabupaten Samosir

III.1.1. Sejarah Singkat Pemekaran Kabupaten Samosir

Penerapan UU Nomor 22 Tahun 1999 Jo UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Jo UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah mendorong

munculnya apresiasi masyarakat di daerah untuk membentuk kabupaten baru yang

bersifat otonom. Sebab dengan status daerah otonom baru, mereka berharap akan

memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Salah satu kabupaten yang menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir

adalah membentuk Kabupaten Samosir yang berada ditengah-tengah Provinsi Sumatera

Utara. Untuk itu kajian pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah dengan melahirkan

calon Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan mengingat sudah waktunya

pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999 ketika itu.

Aspirasi masyarakat untuk Kabupaten Toba Samosir menjadi dua kabupaten

didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD Kabupaten Toba

Samosir, maka Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya

(48)

1. Kabupaten Toba Samosir (Induk) terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecamatan

Balige, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Silaen, Kecamatan Habinsaran,

Kecamatan Porsea, Kecamatan Lumban Julu, Kecamatan Uluan, Kecamatan

Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Ajibata dan Kecamatan Borbor.

2. Kabupaten Samosir (Calon) terdiri dari 9 kecamatan yaitu Kecamatan

Pangururan, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Harian, Kecamatan

Simanindo, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan

Palipi, Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Sitio-tio.

Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten

Toba Samosir dan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir serta Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara telah menindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan

1. Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang

Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 Juni 2002.

2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni 2002 yang

ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara.

3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli 2002

perihal laporan tentang aspirasi Masyarakat Samosir yang ditujukan kepada

Gubernur Sumatera Utara.

4. Dari setiap argumentasi dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir usulan ini

diakomodir dengan keluarnya UU Nomor 36 Tahun 2003 tentang

Pembentukan Kabupaten Samosir.

Terbentuknya Kabupaten Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah

Gambar

Tabel 14. Daftar Alat Berat di Dinas Pekerjaan Umum
Tabel 1: Luas dan Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan
Tabel 2 : Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Samosir Juni 2009.
Tabel 3 :. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Situs lain yang mengirimkan bantahan balik kepada Firanda Andirja salah satunya www.nu.or.id , Syafik Hasyim selaku penulis artikel menyebutkan bahwa Firanda Andirja telah

Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di kelas 1V MI Tarbiyatul Athfal Gunting Sukorejo Pasuruan, penulis menemukan beberapa problem yang secara

Kota Palu merupakan daerah yang telah mendapat sertifikat bebas malaria dengan terjadinya bencana alam menyebabkan rusaknya lingkungan menyebabkan terbentuknya breeding place nyamuk

Nilai pendidikan moral berdasarkan hubungan manusia dengan manusia lain atau masyarakat dalam novel Burlian karya Tere Liye, meliputi: nilai

Hasil pemodelan dasar tubular joint tanpa crack dengan pembebanan total seperti yang telah dijelaskan dalam Bab III (Model A) pada ANSYS 16 adalah berupa distribusi

Analisis multivariat digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel sikap terhadap iklan cetak dengan variabel keputusan pembelian dipengaruhi

Menurut Fredrickson dan Hart kebijakan adalah “Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

Maksud disusunnya rencana strategis Kecamatan Dau ini adalah memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan serta pelaksanaan