• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi orang Tua tentang Pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi orang Tua tentang Pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Olen:

NUR FAUZIAH GAMAL

i.literi... - . , - - - •

1

NIM. 1010700229.80

:

エjゥZMMZM」ZイGGB[MZZZGセGHjGセ

rill .

t[

_

"I}

g

(,

r.{...IIl<!ttk :

P-.Q.::

|_LセRZZNQN

.Q

IdMII'i!<as! : .

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

f'"""- .

l

PeIillPUlTMMN UTAMA

uセ SYAHlD J..4.KAATA Oleh:

NUR FAUZIAH GAMAL

NIM:101070022980

Di Bawah Bimbingan

Pem imbing I

V'

Prof.

h。セ

asun M. Si

N .103351146

Pembimbing II

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H/2010

M

(3)

PERNIKAHAN DINI DENGAN KECEMASAN TERHADAP MASA DEPAN ANAK" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pad a tangggal 19 Januari 2010 . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 19 Januari 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota

OGセ

----Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Sekretaris merangkap anggota

Dra. F dhilah Sural a M.Si NIP.1 5612231983032001 Penguji I

M.Si

Anggota

Pembimbing "

Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP: 150368809

M.si

(4)
(5)

tua/tu, mapa/tJf. (j)jamafjI6duf:Nasser dan

16u Suryanali

HェIェ。ュ。セ

serta suami/tu J-fary J-fartanto

juga

セ、オ。

ana/t/tu c.R.glimabRjali dan Zalira.Jlufia,

serta ac£il&ac£i/t/tu Paizali, jIpriyani, J-fusein, Walia6

dan :Majid. Semoga 1(arya ini mermarifaat

(6)

(C) Nur Fauziah Gamal

(0) xiii + 75 halaman + Lampiran

(E) Hubungan Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan dini Oengan Kecemasan Terhadap Masa Oepan Anak

(F) Pad a awalnya pernikahan dini merupakan wacana yang muncul karena fenomena pergaulan bebas yang semakin marak dikalangan remaja. Namun jika ditelaah lagi, tidak menutup kemungkinan jika pernikahan dini dijadikan sebagai alternatif jalan keluar terhadap masalah tersebut . Persepsi orang tua tentang pernikahan dini merupakan pandangan orang tua terhadap pernikahan yang sah menurut Agama dan Negara, yang dilakukan oleh pasangan usia muda. Sedangkan kecemasan menu rut Maramis adalah suatu keadaan ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak mereka.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

deskriptif kore/asiona/. Penelitian dHakukan di wHayah Rw 1 dan 2 Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat, dengan sampel sebanyak

40 orang. Tehnik pengumpulan data menggunakan 2 skala, yaitu skala

persepsi orang tua tentang pernikahan dini( reliabilitas 0.9510 ), dan skala kecemasan terhadapmasa depan anak( reliabilitas 0.9267 ).

Berdasarkan hasH pengolahan dengan Product Moment dari Pearson untuk analisis korelasi diketahui bahwa rhilung 0.461 dan rlable0.312

dengan taraf kepercayaan 0.05, maka dapat diperoleh hasil bahwa uji rhilunglebih besar dari rlable, yang berarti bahwa Ho ditolak dan

Ha diterima. Jadi ada hubungan yang signifikan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak. Artinya jika persepsi orang tua tentang pernikahan dini adalah positif maka akan diikuti oleh kecenderungan akan kecemasan terhadap masa depan yang cukup tinggi pula.

(7)

(A) Faculty of Psychology (B) January, 2010

(C) Nur Fauziah Gamal

(D) Xiii + 75 Pages +Enclosures

(E) Correlation between Parents' Perception about early marriage and anxiousness to the Children Future.

(F) Initially the early marriage is discourse emerges because of free intercourse phenomenon that increasingly among adolescents. If analyzed further, however, the early marriage is very likely made as alternative solution to such problem.

Parents' perception about early marriage is the view of parents to the legal marriage according to religion and state that performed by tender years-couple. Whereas the anxiousness according to Maramis is a stress situation, not-safe feel, and emerging anxiety because of felt that unpleasant thing will happen.

This study is aimed to know whether there is significant correlation between parent's perceptions about early marriage and anxiousness to the Children Future.

This research use quantitative approach with correlation-descriptive method. It is conducted in Rw 1 and 2 East Cengkareng region, West Jakarta, with 40 peoples of sample. Data-collecting technique use 2 scales, scale of parents' perception about early marriage (reliability 0.9510), and scale of anxiousness to the children future (reliability 0.9267). Based on the data-processing result by using Pearson's Product Moment for correlation analysis is known that rcount 0.461 and rtable 0.312 with reliability 0.05, then the result can be obtained that test of rcount is bigger than rlable, it means that

HO

is refused and

Ha

is accepted. Thus, there is a significant correlation between parents' perception about early marriage and anxiousness to the children future. It means that, if parent's perception about early marriage is positive, then it is will also be followed by tendency of anxiousness to the high enough future.
(8)

Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis panjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Yang Maha Pandai lagi Maha Menguasai, yang selalu memberikan perlindungan kepada seluruh hamba-Nya dengan kasih dan sayang-Nya yang Maha Luas.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada pemimpin suri tauladan terbaik sepanjang zaman. Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita

termasuk dalam umat yang mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, amino Sebuah perjalanan panjang yang begitu menegangkan dan menggairahkan, yang juga sangat menguras tenaga, fikiran, waktu, emosi dan materi. Namun proses pembuatan skripsi ini memberikan pelajaran dan pen galaman hidup yang sangat berharga bagi penulis. Sebuah tanggung jawab yang harus diperjuangkan dengan keadaan suka maupun duka, hambatan dan

kemudahan, semangat dan kebimbangan, keberanian dan ketakutan, hingga Alhamdulillah akhirnya sampai sudah pad a waktu yang terbaik menurut-Nya. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis begitu banyak mendapatkan dukungan, motivasi, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu dan memudahkan proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Bpk Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi dan ibu Hj. Fadhilah Suralaga, M. Si, pembantu dekan I bagian akademik. Untuk ibu Neneng Tati Sumiati, M. Si dosen pembimbing akademik, beserta para staf akademik lainnya yang dengan ketulusan dan kesabarannya telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M. Si, dan Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi, yang dengan sabar dan ikhlas telah bersedia meluangkan waktu serta ilmunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis Bpk. H. Djamal abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, dan juga Bapak serta ibu mertuaku, atas doa dan kasih sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin oleh orang tua

(9)

lakukan hingga membuatku mengerti apa arti mencintai setulus hati, terimakasih telah membuatku tersadar bahwa aku sanggup menghadapi apapun jika bersamamu.

5. untuk adik - adikku (Faizah, Yeni, Husein makasih da mo ngojekin ya de, Wahab, dan Majid) dan adik iparku Sofi, terimakasih atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat tersenyum dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman - teman di Fakultas Psikologi angkatan 2001, kelas A, C, D dan khususnya S, Sahabat - sahabat terbaikku yang tak pernah

mernbiarkanku sendiri : Ani, Nurma, Liza, Ka Zahra, Joty, teh Elvi, Ale, Oci, Herrnan, Hilman, Lili, Yuni, Halim, termakasih atas persahabat terindah dan termanis yang kalian berikan, Ria makasih atas bantuan didetik-detik terakhir, Nuey thanks atas privat gratisnya, dan teman-teman di Dragon Phoenix: Ping-ping, Mitha, Rio, thanks dah bikin aku mengerti indahnya perbedaan.

7. Untuk para orang tua yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terimakasih banyak.

'Wassatam

Jakarta, 19 Januari 2010

Penulis

( Nur Fauziah Gamal )

(10)

Halaman Pengesahan iii

Motto iv

Persembahan

v

Abstraksi vi

Abstract... vii

Kata Pengantar viii

Daftar lsi... x

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

BAB J PENDAHULUAN 1-21

1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 17 1.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 18 1.3.1. Pembatasan Masalah 18 1.3.2. Perumusan Masalah 19 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 19 1.4.1. Tujuan Penelitian 19 1.4.2. Manfaat Penelitian 19 1.5. Sistematika Penulisan 20 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 22-49

2.1. Kecemasan 22

2.1.1 Definisi Kecemasan 22 2.1.2 Reaksi Kecemasan 25 2.1.3 Macam - macam Kecemasan 26 2.1.4 Proses terjadinya kecemasan 28 2.1.5 Kecemasan terhadap masa depan anak Persepsi 29

2.2. Persepsi 31

2.2.1. Definisi Persepsi 31 2.2.2. Proses Persepsi 33 2.2.3. Macam - macam Persepsi 33 2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 34 2.3. Pernikahan Dini 36 2.3.1. Definisi Pernikahan 36 2.3.2. Pernikahan Dini 37

(11)

2.4. Hipotesa Penelitian 49 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 50-62

3.1. Jenis Penelitian 50 3.1.1. Pendekatan Penelitian 50 3.1.2. Metode Penelitian 50 3.2. Variabel Penelitian 51 3.2.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 51 3.3. Populasi Dan Tehnik Pengambilan Sampel 52 3.3.1. Populasi dan Sample... 52 3.3.2. Tehnik Pengambilan Sampel 53 3.4. Metode Pengurnpulan Data... 53 3.4.1. Tehnik Pengumpulan Data 54 3.4.2. Instrumen Penelitian 55 3.4.3. Tehnik Uji Instrument Penelitian 56 3.4.4. Hasil Uji Instrument Penelitian 57 3.4.4.1. Hasil Uji validitas Skala... 59 3.4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas Skala... 59 3.5. Prosedur Penelitian 61 3.6. Tehnik Analisa Data.... 62 BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 63-70

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian 63 4.2. Presentasi Data... 66 4.2.1. Deskripsi data... 66 4.2.2. Deskripsi skor 67 4.2.3. Uji Hipotesa 69 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 71-75

5.1. Kesimpulan 71

5.2. Diskusi... 72

5.3. Saran 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

2. Tabel 3. 2 Koefisiensi reliability Guilford... 58 3. Tabel 3. 3 Blueprint penelitian skala persepsi orang tua . 59 4. Tabel 3.4 Blueprint penelitian skala kecemasan orang tua 60 5. Tabel 4.1 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin . 63 6. Tabel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan usia 64 7. Tabel 4.3 Gambaran subjek berdasarkan pendidikan 64 8. Tabel 4.4 Gambaran subjek berdasarkan usia pernikahan . 65 9. Tabel4.5 Gambaran subjek berdasarkan jumlah anak . 65 10.TabeI4.6 Deskripsi Data 66 11. Tabel 4.7 Deskripsi Skor Persepsi Orang Tua .. 67 12. Tabel 4.8 Deskripsi Skor Kecemasan Orang Tua 68 13. Tabel 4.9 Korelasi Persepsi dengan Kecemasan 69

(13)

1. Gambar 2. 1. Skema kerangka berfikir 48

(14)

1.1 .

Latar belakang masalah

Manusia dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu berupa

kebutuhan fisH< (Iahir) maupun kebutuhan psikis (bathin). Karena itulah Allah SWT menciptakan baginya pasangan (dari jenisnya sendiri) agar keduanya mendapatkan ketenangan, ungkapan tersebut terdapat dalam AI - Quran pad a surah Ar-Rum ayat21, yang berbunyi :

.:'-::1 -:;; J. "'.... "' ....'" ,,""/J.j. ",'" '" ""t " } t "''' ;. -- ... ." t ..."

0,))-<

r

ヲMZZLセ

セZ セj

TMjャャセ

10/-))

セi

eX

5J

j.lb-

0 1

ZBセi[

eXJ

__ it: '" __ ",- .... ... BLセセZGNNNN -: -;: S: .... ."

ojセNOGNェNqNNォᄋGBLsャRNNャNiGLI

.:: '"

J

u!

セェj

'" '"

Yang artinya :

(15)

Terpenuhinya kebutuhan akan kehadiran orang lain akan mampu membawa dan meningkatkan rasa aman dan tenteram bagi si individu. Untuk tetap mengabadikan rasa aman ini individu akan melakukan kontak dengan lingkungannya serta mengikatkan diri dengan norma - norma yang berlaku dalam lingkungan tersebut (Walgito, 1984).

Namun sekarang ini banyak sekali kita jumpai kalangan muda Islam yang tidak mau cepat-cepat menikah setelah cukup umur. Mereka khawatir kalau ikatan pernikahan itu nantinya akan rnernbawa beban berat yang tidak bisa mereka pikul di usia mereka yang rnasih muda. Alasan lainnya karena mereka ingin menyelesaikan studi dulu hingga meraih gelar sarjana sebagai jaminan masa depan, yang juga bisa menaikkan gengsi serta kedudukan mereka kelak (Shabuni, 2005).

(16)

demi melampiaskan nafsu syahwatnya ia akan berzina tanpa mempedulikan tentang bahaya dan petaka yang akan menimpanya (Shabuni, 2005).

Usia pemuda diatas adalah usia pad a fase remaja, dimana masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Untuk tercapainya tumbuh kembang remaja yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil

(17)

Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat

dikelompokkan sebagai berikut : Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sangat kompleks. Orangtua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu karena

ketidaktahuannya. Perbaikan gizi yang menyebabkan menars menjadi lebih dini. Kejadian kawin muda masih banyak terutama di pedesaan. Sebaliknya, di perkotaan kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih terbuka bagi wanita sehingga usia kawin bertambah. Kesenjangan antara menars dan usia kawin yang makin panjang dan disertai pergaulan yang makin bebas tidak jarang menimbulkan masalah. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi sehingga sulit melakukan seleksi terhadap informasi dari luar. Pembangunan ke arah industrialisasi disertai pertambahan penduduk yang menyebabkan peningkatan urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan terjadi perubahan tata nilai.

(18)

untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai substitusi yang positif ke arah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan dan kekuatan misalnya olahraga. (dr. Nurul Muzayyanah, 2008).

Masalah yang dialami remaja tersebut sebetulnya tidak semata akibat pergeseran budaya atau pengaruh pergaulan. Kemajuan dalam perbaikan gizi di Indonesia juga ternyata menjadi pemicu pergeseran perilaku seksual di kalangan remaja. Kasubdit Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN A Djabbar Lukman (2009) yang ditemui Media di ruang kerjanya mengakui peningkatan gizi sa at ini mengakibatkan hormon seorang anak menjadi lebih cepat

matang. Akibatnya seorang remaja putri akan lebih cepat mengalami menstruasi dan kematangan organ-organ reproduksi. Ini juga yang

menyebabkan hasrat seksual mulai timbul pada usia relatif muda, namun selain hormon, pengaruh Iingkungan juga menjadi salah satu penyebab

timbulnya pergeseran perilaku remaja. Globalisasi menyebabkan aksesibilitas remaja terhadap pornografi menjadi lebih mudah. Ribuan situs porno di

(19)

puncak perkembangan organ reproduksi terjadi pada masa remaja dimana manusia mengalami fase ketidakstabilan emosi. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak menuju kedewasaan. Perubahan secara cepat dan mendadak terutama berkaitan dengan organ reproduksinya menjadikan remaja tidak selalu mampu bersikap secara tepat terhadap organ

reproduksinya. Ditambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya kepada orang tuanya dan para pendidik semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering tidak bijak terhadap organ reproduksinya. Inilah yang mendorong remaja mencari-cari informasi sendiri untuk menambah pengetahuannya dari film, VCD porno, atau dari temannya. Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan (pubertas) dimulai dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur (memasuki usia reproduksi). Masa ini berkisar 4 tahunan (kira-kira urnur 8-14 tahun). Awal usia pubertas dipengaruhi bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-Giri kelamin sekunder, menarche (haidh pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi horman gonadotropin yang

(20)

menyebabkan pertumbuhan genetalia interna, eksterna, dan eiri kelarnin skunder. Genetalia interna dan eksterna akan tumbuh terus untuk meneapai bentuk dan sifat seperti usia reproduksi. Seeara psikis kedua hormon ini membentuk karakter remaja menuju kedewasaan dan rnernuneulkan libido (hasrat seksual). Ada kesan pad a remaja, seks itu rnenyenangkan dan puneak rasa keeintaan yang serba rnernbahagiakan. Rernaja rnemerlukan suasana lingkungan yang arnan dan terlindung menuju kearah alarn berdiri sendiri dan bertanggung jawab serta dari pikiran yang egosentrik menuju pikiran yang lebih matang. Karakter ini yang harus dibentuk pada diri remaja untuk menentukan sikap yang tepat terhadap organ reproduksinya

sebagaiman tujuan dieiptakan organ ini (dr. Nurul Muzayyanah, 2008).

Menindaklanjuti uraian tentang remaja diatas Sarlito (1983) mengemukakan pendapatnya tentang perkawinan usia remaja, menurutnya meneegah

bahaya haruslah didahulukan ketimbang mengambil manfaat, dan manfaat penundaan usia perkawinan memang banyak dan itu tidak bisa dibantah. Tetapi, kalau perkawinan remaja sungguh-sungguh diperlukan untuk mengatasi suatu bahaya, lebih baik kiranya peneegahan bahaya itu didahulukan. Apalagi memang itulah jalan yang memang dibenarkan oleh agama. Senada dengan pendapat Sarlito tersebut Shabuni (2005)

(21)

menjaga kesucian diri. Salah satu anjuran untuk segera menikah antara lain dapat kita temui dalam hadits Rosulullah Saw, yang artinya :

" Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mencapai ba'ah, maka kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga pad a pandangan mata dar: lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka berpuasalah karena puasa baginya adalah kendali (dari gairah seksual) ". (HR. Imam yang lima).

Hadits di atas dengan jelas dialamatkan kepada syabab (pemuda), lebih jelasnya merupakan seruan untuk menikah bagi U para pemuda " (asy

-syabab),bukan orang dewasa (ar-rijal) atau orang tua (asy-syuyukh). Dan menu rut mayoritas ulama, syabab adalah orang yang telah mencapai aqil baligh (ditandai dengan mimpi basah pada pria dan menstruasi pad a wanita), dan usianya belum mencapai 30 tahun (Buletin Istinbat, Edisi 097).

Dalam agama Islam para orang tua dianjurkan untuk menjaga anak-anak mereka sedini mungkin bahkan sebelum mereka baligh, seperti yang tersirat dalam sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Ahmad dan Abu Daud yang artinya :

" Diperintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena tidak

(22)

Sabda Nabi di atas selain bermakna sebagai pendidikan bagi anak, juga menyimpan sebuah isyarat bahwa pad a usia sepuluh tahun, seorang anak sudah memiliki potensi dan kesiapan menuju kematangan seksual. Sebuah isyarat dari Nabi Muhammad SAW 19 abad yang silam. Kini, dengan

kemajuan teknologi yang kian canggih, media informasi yang terus menyajikan tayangan yang menantang kehidupan seksual kaum remaja, seringkali menjadi pemicu untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma agama. Karenanya, Abdullah bin Mas'ud ra, selalu membangun orientasi menikah kepada para pemuda yang masih sendiri, dengan mengajak mereka berdoa agar segera diberi isteri yang shalihah (Adhim, 2002).

Dalam kacamata psikologi seperti yang diutarakan oleh Sarlito (1983) bahwa Pernikahan Dini, adalah sebuah istilah yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, yang bisa menjadi salah satu so/usi a/tematif.

Ketika fitnah syahwat kian tak terkendali, dan ketika seks pra nikah semakin merajalela, "mengapa tidak me/akukan pemikahan dini?". Dari sisi psikologis, memang wajar kalau banyak orang tua yang merasa khawatir bahwa

(23)

Sebetulnya kekhawatiran dan kecemasan yang khususnya dialami oleh para orang tua yang dapat menimbulkan persoalan - persoalan psikis dan sosial telah dijawab dengan logis oleh Clarke-Stewart& Koch dan juga oleh M. F. Adhim (2002). Yaitu bahwa pernikahan di usia remaja bukanlah sebuah penghalang untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukanlah ukuran utama untuk rnenentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang, dan bahwa menikah juga bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang semakin hari semakin tak terkendali (Buletin Istinbat, Edisi 097).

Seperti diternukan pad a beberapa penelitian yang mengungkap masalah kenakalan remaja, khususnya masalah yang berkaitan dengan free sex. Hasil penelitian Baseline Survai Lentera - Sahaja Yogyakarta (2003)

memperlihatkan bahwa perilaku seksual remaja mencakup kegiatan mulai dari berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting,

hubungan seksual, sampai dengan hubungan seksual dengan banyak orang. Penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku seksual di em pat kota

(24)

Sementara itu kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki sebagai akibat dari perilaku seksual di kalangan remaja juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Catatan konseling Baseline Survai Lentera - Sahaja Yogyakarta menunjukkan bahwa kasus kehamilan tidak dikehendaki yang tercatat pad a tahun 1998 /1999 tercatat sebesar 113 kasus. Beberapa hal menarik yang berkaitan dengan catatan tersebut misalnya, hubungan seks pertama kali biasanya dilakukan dengan pacar sebesar 71%, dengan teman biasa 3, 5%, suami 3, 5% ; Inisiatif hubungan seks dengan pasangan 39, 8%, klien 9, 7%, keduanya 11, 5% ; Keputusan untuk melakukan hubungan seks dengan tidak direncanakan sebesar 45%, yang direncanakan 20, 4% ; dan tempat yang biasa digunakan untuk melakukan hubungan seks dirumah sebesar 25, 7% dan dihotel 13, 3% (Tito, Pusat Studi Seksualitas - PKBI Yogyakarta ).

Jika sudah seperti ini bisa saja pernikahan dini dijadikan sebagai salah satu alternatif jalan keluar untuk masalah sex bebas remaja. Menurut M. F. Adhirn (2002) ada banyak bukti yang menunjukan bahwa menikah di usia dini tidak menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi motivasi untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang. Dengan catatan pernikahan tersebut

berlandaskan niat baik untuk mencari ridlo Allah SWT. Bukan karena

(25)

Abraham Maslow, seorang pendiri psikologi humanistik yang menikah di usia 20 tahun, mengatakan bahwa orang yang menikah di usia dini lebih mungkin mencapai taraf aktualisasi diri yang lebih cepat dan lebih sempurna dibanding dengan mereka yang selalu menunda pernikahan. Menurutnya kehidupan yang sebenarnya justru dimulai dari saat seseorang menikah. Karena

pernikahan pad a hakikatnya justru akan mematangkan seseorang sekaligus memenuhi separuh dari kebutuhan - kebutuhan psikologis manusia. Pad a gilirannya akan menjadikan manusia mampu mencapai puncak pertumbuhan kepribadian yang mengesankan (Buletin Istinbat, 097).

(26)

Adapun urgensi pernikahan terhadap upaya rnenanggulangi kenakalan remaja barangkali tidak bisa dibantah (Buletin Istinbat, 097).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dianhadi Setyonaluri dari Lembaga Demografi FEUI dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dilakukan pad a bulan September 2005 menyimpulkan sebanyak 30,4% remaja usia 11-14 tahun telah menikah. Penelitian ini melingkupi 44 kecamatan di seluruh DKI Jakarta (Media Indonesia, 7/7/06).

Dalam penelitian Central Burean ofStatistic (1997), di indonesia pasangan yang menikah sebelum usia 20 tahun mencapai angka 81%. Dan hasil polling sebuah radio swasta di bogor sebanyak 66, 6 % orang tua merespon positif terhadap pernikahan dini, dalam artian mereka tidak menentang adanya pernikahan dini ( Kisi FM, 2003 ).

(27)

Menurut Paul. A. Bell dalam Sarwono (1992) persepsi adalah proses

pengenalan dan penilaian terhadap suatu stimulus atau objek-objek yang ada di sekitarnya. Menurutnya, stimulus dapat di persepsikan ke dalam dua

macam penilaian, yaitu penilaian dalam tahap optimal (wajar) atau penilaian diluar batas optimal (under stimulation/over stimulation ). Dimana penilaian dalam tahap optimal cenderung positif dan penilaian diluar batas optimal cenderung negatif.

Menurut M. F. Adhim (2002) pada dasarnya persepsi tentang pernikahan dini yang cenderung negatif salah satunya disebabkan karena adanya anggapan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang tidak lazim yang akan

berbenturan dengan banyak masalah, sehingga dapat menyebabkan kecemasan pada diri orang tua, dimana mereka mencemaskan bagaimana masa depan anak mereka setelah menikah, karena beranggapan anak mereka belum terlalu siap untuk memikul tanggung jawab.

(28)

Yang artinya :

" Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia - Nya. Dan Allah Maha luas pemberiannya dan Maha Mengetahui ? ".

Dikuatkan pula oleh Rasul - Nya yang juga menjamin dengan sabdanya : " Barang siapa yang ingin kaya, maka kawinlah". ( HR. At-Thabrani).

Dan salah satu hadist pendukung lainnya :

" Bukan termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah ".

( HR. At-Thabrani).

(29)

Pad a dasarnya pernikahan merupakan sebuah institusi yang sud dan agung yang dilakukan oleh individu yang telah dewasa dan matang baik secara fisik maupun psikis. Pernikahan juga membawa dampak dan perubahan yang cukup besar bagi individu yang melaksanakan, keluarga serta masyarakat di sekitarnya. Perubahan ini dapat berupa perubahan status sosial,

bertambahnya tanggung jawab, beban ekonomi serta perubahan sistem nilai yang dianut sebelum melakukan sebuah pernikahan (Walgito, 1984).

Dari uraian tersebut penulis mencoba menarik kesimpulan bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting dan berpengaruh besar dalam kehidupan manusia, apakah pernikahan terse but akan langgeng atau berakhir dengan perceraian, sehingga hendaklah pernikahan tersebut dilakukan ketika persiapan untuk menikah itu sudah matang, namun bagaimanakah jika pernikahan yang dilakukan lebih awal justru dapat

menjadi sebuah pilihan yang lebih baik dari pada menunggu lebih lama untuk mempersiapkannya. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin

(30)

Dan karena itulah penulis merasa tertarik untuk mengadakan sebuah

penelitian tentang permasalahan tersebut, dan mencoba memformulakannya dalam sebuah judul penelitian, yaitu :

" Hubungan Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini Dengan

Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak "

1.2.

Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah :

1. Apakah yang mempengaruhi persepsi orang tua tentang pernikahan dini. 2. Bagaimanakah persepsi orang tua tentang pernikahan dini.

3. Apakah persepsi orang tua tentang pernikahan dini dapat mengakibatkan kecemasan terhadap masa depan anak.

4. Apakah ada pengaruh antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan keputusan untuk menikahkan anaknya diusia dini.

5. Apakah ada pengaruh antara keputusan untuk menikahkan anak diusia dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak.

(31)

1.3.

Pembatasan dan perumusan masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Untuk memudahkan pembahasan, maka perlu adanya suatu pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Pernikahan diniadalah sebuah institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis dalam satu ikatan keluarga, namun pernikahan ini dilakukan oleh sepasang pengantin yang berusia mUda, yang dianggap masih belum matang dari segi mental maupun kemampuan untuk memikul tanggung jawab dan bertahan hidup.

b. Persepsi tentang pernikahan dini adalah Proses pengenalan atau

penilaian melalui alat indera terhadap fenomena pernikahan dini, dimana hal ini dapat dipersepsikan keda1am dua macam penilaian yaitu penilaian dalam batas optimal (positif--->hemeostatis) dan diluar batas optimal (negatif--->cemas).

(32)

1.3.2. Rumusan masalah

Dimaksudkan agar arah penelitian ini jelas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

" Apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak ? ".

1.4.

Tujuan dan manfaat penelitian

1.4.1. Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hUbungan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak.

1.4.2. Manfaat penelitian

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, diantaranya adalah manfaat :

a.

Secara Teoritis
(33)

bermanfaat untuk mengembangkan wacana serta kajian mengenai

permasalahan ini, serta sebagai tambahan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang berminat dengan permasalah ini.

b. Secara Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, maka hasil-hasil yang telah dicapai dapat dijadikan bahan pertimbang bagi orang tua dalam

melakukan pillihan atau tindakan terhadap anak, terutama yang berkaitan dengan masalah pernikahan, sehingga apa yang diharapkan dapat

selaras dengan kenyataan yang ada, serta marnpu melakukan tindakan nyata untuk rnempersiapkan anak dan keluarganya menuju rnasa depan yang lebih baik dalam menghadapi Iingkungan sosial yang selalu

berubah-ubah.

1.5.

Sistematika penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada APA Style (American Psychology Asociation) yang terdiri dari :

(34)

Bab 2

Bab 3

Bab4

Bab 5

Berisi tentang kajian teori yang terdiri dari Definisi Kecemasan, Reaksi Kecemasan, Macam-macam Kecemasan, Proses

Terjadinya Kecemasan, Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak, Definisi Persepsi, Macam-macam Persepsi, Faktor yang

Mempengaruhi Persepsi, Definisi Pernikahan, Pernikahan Dini, Hukum Pernikahan Dini, Kontroversi Pernikahan dini, Manfaat Pernikahan Dini, Persepsi tentang Pernikahan Dini, Kerangka Berfikir, dan Hipotesa Penelitian.

Membahas tentang Metodologi Penelitian yang digunakan dalam penelitiar., mencakup Jenis Penelitian : Pendekatan dan Metode Penelitian, Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, Populasi dan Sampel, Tehnik Pengambilan Sampel, Tehnik Pengumpulan Data, Instrument Penelitian, Teknik Uji Instrument Penelitian, Uji Validitas dan Reliabilitas Skala, Prosedur Penelitian dan Teknik Analisa Data.

Presentasi dan analisa data yang terdiri dari : Gambaran Umum Subjek Penelitian, Presentasi Data: Uji Persyaratan, Penyebaran Skor Responden, dan Uji Hipotesa.

(35)

2.1.

Kecemasan

2.1.1. Definisi kecemasan

Menurut Zakiah Daradjat (2004), kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) ataupun konflik batin.

Chaplin (2000), menjelaskan kecemasan sebagai bentuk neurosis dengan gejala paling mencolok ialah ketakutan yang tidak bisa diidentifikasikan dengan satu sebab khusus dan banyak peristiwa menembus serta mempengaruhi kehidupan.

(36)

Atkinson (2004) menjelaskan kecemasan sebagai keadaan takut, tegang dan kuatir terhadap bahaya yang tidak jelas dan kurang spesifik dibandingkan objek ketakutan.

Kartini Kartono (2003) menyatakan bahwa kecemasan adalah semacam kegelisahan atau kekhawatiran seseorang terhadap sesuatu yang tidak jelas penyebabnya, yang difus atau baur dan mempunyai Giri yang mengazab pad a seseorang, dan karena sifatnya yang tidak jelas ini, maka digolongkan dalam suasana hati, sehingga bila kita merasa terancam oleh sesuatu walaupun sesuatu itu tidak jelas, maka kita akan merasa cemas.

Maramis (2005) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Seseorang mengalami kecemasan akibat menumpuknya masalah yang dihadapi

sehingga menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran. Kecemasan sebagai manifestasi dari ketegangan dan kekhawatiran akan membuat individu merasa tidak aman dan tidak nyaman dalam menjalankan suatu aktivitas.

(37)

seperti timbul rasa was - was, khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, gugup, tegang, dan rasa tidak aman. Kedua secara somatik seperti lekas lelah, tekanan darah meninggi, nafas sesak, dada tertekan, keringat dingin pad a telapak tangan, kulit pucat, gemetaran, kontraksi bola mata (Seligman. et. al. 2001). Ketiga secara kognitif seperti menunjukan kondisi atas obyek yang akan mengenai dirinya atau kecemasan akibat adanya pikiran yang merisaukan dan membawa harapan yang berlebihan serta keragu - raguan, sulit tidur dan mempunyai kesulitan berkonsentrasi (Seligman. et. al. 2001). Keempatsecara motorik seperti adanya perilaku yang menghadapi atau menghindar dari sumber kecemasan.

Jeffrey S. Nevid (2005) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu

keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Menurutnya kecemasan mempunyai tiga ciri; Pertama ciri fisik antara lain: gelisah, gugup, anggota tubuh gemetar, gangguan pernafasan, jantung berdebar keras, lemas, gangguan

(38)

yang akan terjadi dimasa depan, ketakutan tidak mampu mengatasi masalah, dan kesulitan berkonsentrasi atau menfokuskan fikiran.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi perasaan yang tidak menyenangkan yang meliputi rasa takut, tegang, khawatir, bingung, dan rasa tidak suka yang timbul karena adanya perasaan tidak aman terhadap bahaya yang akan terjadi. Juga

merupakan suatu pengalaman emosional yang timbul karena adanya ancaman yang tidak jelas apa penyebabnya, baik itu berasal dari dalam maupun dari luar tubuh yang mengganggu keselamatan dan keseimbangan hidup individu.

2.1.2. Reaksi kecemasan

Pad a saat mengalami kecemasan, seseorang dapat mengalami 2 (dua) reaksi yaitu keadaan fisik yang berubah serta keadaan psikologis. Lebih lanjut dijelaskan oleh Atkinson (2004) :

(39)

lambung selama kecemasan, atau meningkatnya detak jantung dalam memompa darah, serta sering buang air atau sekresi yang berlebihan.

2. Reaksi Psikologis, yakni reaksi yang biasanya disertai dengan reaksi fisiologis, misalnya adanya perasaan tegang, bingung dan perasaan tidak menentu, terancam, tidak berdaya, rendah diri, kurang percaya diri, tidak dapat memusatkan perhatian dan adanya gerakan-gerakan yang tidak terarah atau tidak pasti. Selain itu reaksi psikologis dapat berupa peningkatan dorongan untuk berperilaku efektif.

2.1.3. Macam - macam kecemasan

Freud (dalam Saleh, 2004) membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:

a. Objective Anxiety(cemas obyektif), yaitu apabila seseorang mengetahui bahwa sumber cemasnya adalah diluar dirinya, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut menderita cemas obyektif. Cemas obyektif adalah suatu reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya luar, atau adanya kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi. Contohnya : melihat awan gelap diujung langit, awan gelap itu menyebabkannya merasa takut, karena hal itu pertanda akan datangnya badai. Sumber kecemasan dalam hal ini berhubungan dengan alam luar, baik hal itu suatu obyek atau

(40)

b. Neurotic Anxiety(cemas penyakit), kecemasan jenis ini mempunyai tiga bentuk, yaitu :

1. Cemas umum; cemas ini adalah yang paling sederhana karena ia tidak berhubungan dengan sesuatu hal tertentu; yang terjadi hanyalah individu merasakan takut yang samar dan umum serta tidak menentu. 2. Cemas penyakit; cemas ini mencakup pengenalan terhadap objek atau

situasi tertentu sebagai penyebab dari cemas, misalnya ada orang yang takut melihat darah atau serangga. Sudah pasti ketakutan orang-orang yang seperti itu tidak seimbang dengan bahaya yang mung kin ditimbulkan oleh bend a atau keadaan yang berhubungan dengan cemas tersebut, bahkan objek yang berhubungan orang banyak tidak akan membawa bahaya apapun.

3. Cemas dalam bentuk ancaman : cemas seperti ini adalah dalam bentuk cemas yang menyertai gejala gangguan kejiwaan seperti

hysteria. Misalnya : orang yang menderita gejala tersebut kadang-kadang merasa cemas, karena takut akan terjadi sesuatu, ketakutan akan kejadian itu dianggap ancaman baginya.

c. Moral Anxiety(cemas moral atau dosa) kecemasan initimbul akibat tekanan dari dorongan zat yang tinggi, atau karena lemahnya ego

(41)

2.1.5 Kecemasan terhadap masa depan anak

Maramis (2005) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Kecemasan terhadap masa depan anak termasuk dalam kategori cemas obyektif, yaitu reaksi psikologis orang tua terhadap perkiraan adanya bahaya yang dikhawatirkan akan dialami oleh anaknya pada masa mendatang, baik yang disadari atau tidak. Pada dasarnya perasaan tersebut disadari oleh individu, tetapi terkadang tidak diketahui penyebabnya, hal itu bisa berasal dari dalam dan dari luar dirinya yang mengganggu keselamatan dan

keseimbangan hidup individu tersebut.

(42)

Menurut Shand & Mc. Dougal (dalam Sidik, 2002) kecemasan adalah emosi yang berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga bila seseorang mengalami kecemasan maka kecemasan itu bukan disebabkan oleh hal-hal yang sedang atau telah terjadi, melainkan karena apa yang akan terjadi. Dalam hal ini kecemasan bukan hal yang sederhana, melainkan emosi yang bersifat kompleks yang didukung oleh harapan (hope), kecemasan (anxiety),

kemurungan (despondency) dan keputusasaan (despair). Dalam arti

seseorang yang kesiapan mentalnya dalam menghadapi masa depan rendah akan mengalami tingkat kecemasan yang tinggi, begitupun sebaliknya, jika seseorang memilki kesiapan mental untuk menghadapi masa depan yang tinggi maka tingkat kecemasan yang dialaminya pun rendah.

Bertolak dari beberapa pandangan diatas, dapat dikatakan bahwa, jika seseorang cemas, maka rasa cemasnya itu berkaitan dengan apa yang menjadi harapannya dimasa yang akan datang. Tingkat kecemasan

seseorang ditentukan oleh tingkat keyakinan orang terse but dalam memenuhi harapannya. Kecemasan pada orang tua dalam menghadapi masa depan itu sendiri lebih banyak disebabkan oleh adanya kecemasan pada individu

(43)

2.2.

Persepsi

2.2.1. Definisi persepsi

Persepsi menurut Rahmat (2005) adalah pengalaman tentang objek.

peristiwa. atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Abdurrahman Saleh (2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedimikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.

Menurut Linda L. Davidoff (1988) persepsi merupakan suatu cara kerja yang rumit dan aktif. Menurutnya persepsi adalah proses yang mengorganisasikan dan menggabungkan data - data indera kita (penginderaan) untuk kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Sedangkan menu rut Atkinson (1996) persepsi adalah proses pengorganisasian dan penafsiran dari pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan.

(44)

mengorganisasikan suatu pengamatan. Gibson dalam Sarwono (1992) mengatakan bahwa persepsi itu terjadi secara spontan dan bersifatholistik.

Menurut Suharman (2005) persepsi adalah proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera man usia ..

Dalam Kamus Lengkap Psikologi (J.P. Chaplin, 2000) terdapat beberapa macam pengertian persepsi, yaitu :

1. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

2. Kesadaran dari proses - proses organis.

3. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti - arti yang berasal dari pengalaman masa lalu.

4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan diantara perangsang - perangsang, dan

5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

(45)

di persepsikan ke dalam dua macam penilaian, yaitu penilaian dalam batas optimal dan penilaian diluar batas optimal.

Dari beberapa pengertian persepsi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap stimulus yang ditangkap oleh indera berdasarkan pengalaman dan nilai hidup perseptor serta situasi sosial yang melatar belakangi stimulus tersebut.

2.2.2. Proses persepsi

Menurut Suharman (2005) persepsi mencakup dua proses yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek dunia luar (stimulus-informasi) dengan dunia di dalam diri seseorang (pengetahuan yang relevan dan telah disimpan di dalam ingatan). Dua proses dalam persepsi itu disebut

bottom -up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top -down

atau conceptually driven processing (aspek pengetahuan seseorang).

2.2.3. Macam· macam Persepsi

Rakhmat (1999) membagi persepsi menjadi dua bagian besar, yaitu :

1. Persepsi Interpersonal, yaitu persepsi terhadap manusia.

(46)

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Rakhmat (2005) persepsi, seperti juga sensasi, ditentukan oleh Faktor Personal dan Faktor Situasional. Faktor Situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian.

Abdurrahman Saleh (2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Perhatian yang Selektif

Dalam kehidupan manusia sesaat akan menerima banyak sekali

rangsang dari lingkungan. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Individu akan memusatkan

perhatiannya pada rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil sebagai objek pengamatan.

2. Giri - Giri Perangsang

Perangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar diantara rangsang yang kecil, lalu rangsang yang kontras dengan latar belakangnya. Dan perangsang yang intensitas rangsangannya paling kuat.

3. Nilai dan Kebutuhan Individu

(47)

menunjukkan, bahwa anak - anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar daripada anak - anak orang kaya. Hal ini membuktikan seberapa besar nilai dan kebutuhan mereka terhadap sesuatu yang mereka Iihat.

4. Pengalaman

Pengalaman - pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya.

Sedangkan menu rut Kossen (1993) banyak faktor yang menentukan persepsi, diantaranya adalah :

1. Faktor keturunan, mempengaruhi persepsi secara fisik seperti indera, kognisi dan lain-lain.

2. Latar belakang lingkungan dan pengalaman mempunyai pengaruh yang lebih besar atas apa yang seseorang lihat.

3. Tekanan atau pengaruh teman sejawat. Pengaruh dari seseorang, apalagi teman dekat, sangat mempengaruhi pandangan kita terhadap sesuatu. 4. Proyeksi, kecenderungan manusiawi untuk melemparkan beberapa

(48)

5. Penilaian yang tergesa - gesa. dapat menimbulkan kecerobohan dalam mempersepsikan sesuatu yang dapat menghasilkan sebuah kesimpulan yang salah.

6. Halo effect dan halo karatan (halo rusty effect). Seseorang yang cakap dalam satu hal juga dianggap cakap untuk hal lain. Asumsi tersebut dapat menimbulkan halo sehingga akan berpengaruh terhadap pandangan atau persepsi orang terhadap sesuatu.

2.3.

Pernikahan dini

2.3.1. Definisi pernikahan

Abd. Rahman Ghazaly (2003). mengatakan dalam kamus besar bahasa indonesia perkawinan berasal dari kata "kawin" yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga "pernikahan", berasal dari kata nikah

(49)

Undang - Undang Perkawinan NO.1 tahun 1974 perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam walgito, 1984).

Sedangkan Muhammad Abu Israh memberikan definisi pernikahan yang lebih luas, yaitu akad yang memberikan faedah hukum kebolehan rnengadakan hubungan keluarga (suarni isteri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing. Lebih lanjut Sayyid Sabiq mengomentari bahwa perkawinan adalah salah satu sunnatullah yag berlaku pada semua makhuk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan (dalam Abd. Rahman Ghazaly, 2003).

2.3.2. Pernikahan dini

(50)

matang dari segi mental maupun kemampuan untuk memikul tanggung jawab dan bertahan hidup.

Dalam pandangan agama Islam, tidak ada batasan usia bagi seseorang untuk melangsungkan pernikahan, hanya saja Rasulullah saw telah mengingatkan lewat sabdanya yang artinya:

"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mencapai ba'ah, maka kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga pada pandangan mata dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka berpuasalah sebab puasa akan menjadi perisai bagimu". (HR. Bukhori dan Muslim).

Namun di Indonesia aturan usia untuk menikah diatur dalam Undang -undang NO.1 tahun1974 pasal 7 ayat 1 tentang syarat - syarat perkawinan yang menyatakan bahwa usia minimal untuk suatu pernikahan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Meskipun demikian bila terjadi pernikahan pada usia ini maka pernikahan tersebut harus disertai izin orang tua untuk rnenikahkan pasangan tersebut (pasal 6 ayat 2).

Dari definisi diatas, penuJis mencoba mengambil kesimpulan bahwa

(51)

maupun kemampuan untuk memikul tanggung jawab dan bertahan hidup, dan berada pad a fase perkembangan masa remaja sampai dewasa awal.

2.3.3. Hukum pernikahan dini

Para ahli fiqih (dalam Abd. Rahman Ghazaly, 2003) membagi hukum pernikahan dalam lima (5) hukurn, yaitu :

1. Wajib bagi orang yang sudah memiliki calon istri atau suami dan sudah mampu secara fisik, psikis, dan material, serta memiliki dorongan seksual yang tinggi sehingga dikhawatirkan kalau pernikahan itu ditangguhkan akan menjerumuskannya pad a zina.

2. Sunnah bagi orang yang sudah memiliki calon istri atau suami dan sudah mampu secara fisik, psikis, dan material, namun masih bisa menahan diri dari perbuatan zina.

3. Mubah bagi seseorang yang sudah rnemiliki calon istri atau suami dan sudah diperbolehkan menikah tetapi dia belum menginginkannya dan belum mengharapkan keturunan juga.

(52)

pernikahan dini, hal tersebut dapat dijadikan motivasi agar berusaha lebih giat lagi untuk mempersiapkan perbekalan untuk sebuah pernikahan.

5. Haram menikah bagi mereka yang seandainya menikah akan merugikan pasangannya serta tidak menjadi kemaslahatan (kebaikan).

Adapun menurut Taqiyuddin an Nabhani (1990) hukum untuk melakukan pernikahan dini hukumnya menurut syara' adalah sunnah. Hal tersebut merujuk pada sabda Rasulullah saw, yang artinya :

"Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu, hendaknya kawin, sebab kawin itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kemaluan. Kalau belum mampu, hendaknya berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut mengandung seruan untuk menikah bagi "para pemuda"(asy

- syabab),bukan orang dewasa (ar-rijal) atau orang tua (asy -syuyukh).

Hanya saja seruan itu tidak disertai indikasi ke arah hukum wajib, maka seruan itu adalah seruan yang tidak bersifat harus, alias (sunnah).

(53)

2.3.4. Kontroversi pernikahan dini

Sarlito (1983) mengemukakan pendapatnya tentang perkawinan usia remaja, menurutnya mencegah bahaya haruslah didahulukan ketimbang mengambil manfaat, dan manfaat penundaan usia perkawinan memang banyak dan itu tidak bisa dibantah. Tetapi, kalau perkawinan remaja sungguh-sungguh diperlukan untuk mengatasi suatu bahaya, lebih baik kiranya pencegahan bahaya itu didahulukan. Apalagi memang itulah jalan yang memang dibenarkan oleh agama. Senada dengan pendapat Sarlito tersebut Shabuni (2005) menambahkan bahwa menikah diusia muda adalah cara sehat untuk menjaga kesucian diri.

(54)

(sanksi pidana). Sebab dalam UU Perkawinan hanya dibenarkan menikah di usia 19 tahun untuk laki-Iaki dan 16 tahun untuk perempuan

(SumberlWasapda/iwa).

2.3.5. Manfaat pernikahan dini

Fauzil Adhim (2002) mengelompokkan beberapa manfaat pernikahan bagi kesehatan seseorang dalam tiga hal yang dia disimpulkan dari beberapa penelitian, dirnana bisa dikatakan semakin cepat seseorang menikah, maka semakin cepat dia akan memperoleh manfaat - manfaat tersebut. yaitu : 1. Meningkatkan stamina. Proses - proses faali dalam tubuh karena

meningkatnya kebahagiaan membuat kita memiliki daya tahan yang lebih baik. Papalia & Olds menunjukkan bahwa orang yang menikah cenderung lebih jarang mengalami ketunaan (disabilities) dibanding dengan yang tidak menikah atau bercerai.

2. Bertambahnya imunitas. Orang - orang yang menikah lebih jarang

(55)

3. Pemulihan kesehatan yang lebih mudah. Proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan orang yang menikah cenderung lebih cepat dibanding orang yang tidak menikah.

Dalam sebuah pernikahan, terjadi hubungan interpersonal antara suarni dan istri. Ini merupakan hubungan yang paling interpersonal dan paling intim. Dan keintiman tersebut lebih bersifat luas dan mendalam (extensive &intensive),

hal ini disebabkan karena kebersamaan antara suami istri tidak hanya berlangsung beberapa jam, tidak seperti kebersamaan dengan pacar atau teman kerja. Kebersamaan ini bersifat kesatuan yang berjalan sepanjang waktu hingga hubungan ini diakhiri (Adhim, 2002).

(56)

2.3.6. Persepsi tentang pernikahan dini

Persepsi tentang pernikahan dini adalah sebuah penilaian terhadap suatu pernikahan yang sah menurut hukum agama maupun hukum negara yang dilakukan oleh mempelai pria dan wanita yang berusia muda, yang masih dianggap belum matang baik dari segi mental maupun kemampuan untuk memikul tanggung jawab dan bertahan hidup.

2.4.

Kerangka berfikir

Muhammad Abu Israh (dalam Abd. Rahman Ghazaly, 2003) mendefinisikan

pernikahan sebagai suatu akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (hubungan suami isteri) antara pria dan wan ita dan mengadakan hubungan tolong menolong dan memberi batasan hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.

Pernikahan Diniadalah pernikahan yang memiliki arti serupa dengan

(57)

Pernikahan dini bukan hanya sekedar alternatif dari sebuah musibah yang sedang mengancam kaum remaja akhir - akhir ini tetapi juga sebagai motivator untuk melejitkan potensi diri dalam segala aspek positif. Seperti ungkapan AI - Shabuni (2005) yang mengatakan bahwa menikah dini merupakan salah satu cara sehat untuk menjaga kesucian diri. Jadi cukup logis kalau pernikahan dini itu dinilai bukan sekedar sebagai tali pengikat untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tetapi juga bisa menjadi media aktualisasi diri dan ketaqwaan. Karenanya, untuk memasuki jenjang pernikahan dibutuhkan persiapan - persiapan yang matang seperti halnya kematangan fisik, psikis, maupun spiritual. Faktor yang berpengaruh terhadap keputusan untuk menikah dini salah satunya adalah tanggung jawab. Laki - laki dan perempuan yang memilki rasa tanggung jawab yang tinggi, cenderung lebih cepat mengambil keputusan untuk melakukan pernikahan dini (Buletin Istinbat, 097).

(58)

Persepsi tentang pernikahan dini adalah proses penilaian terhadap suatu pernikahan yang dilakukan secara sah menurut hukum agama dan negara yang dilakukan oleh pasangan berusia muda, dimana hal tersebut seperti yang disebutkan diatas dapat dipersepsikan kedalam dua macam penilaian yaitu penilaian dalarn batas optimal dan diluar batas optirnal, jika penilaian individu terhadap pernikahan dini berada pada batas optimal maka individu berada pada keadaan hemeostatis (seimbang), namun jika penilaian tersebut berada diluar batas optimal maka individu akan mengalami stress atau

kecemasan yang tinggi akibat tekanan dalam dirinya yang meningkat. Dengan kata lain persepsi yang berbeda akan menghasilkan tingkat kecemasan yang berbeda pula, tergantung bagaimana persepsi individu terhadap pernikahan dini tersebut. Adanya persepsi masyarakat yang mengatakan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang tidak lazim, menyebabkan mereka beranggapan bahwa menikah diusia dini tidak dapat dijamin kelangsungannya pada kehidupan dimasa depan kelak.

Kecernasan menurut Kartini Kartono (1991) merupakan semacam kegelisahan atau kekhawatiran terhadap sesuatu yang tidak jelas

(59)

Menurut Maramis (2005) kecemasan adalah suatu keadaan ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Seseorang mengalami kecemasan akibat menumpuknya masalah yang dihadapi sehingga menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran. Kecemasan sebagai manifestasi dari ketegangan dan kekhawatiran akan membuat individu merasa tidak aman dan tidak nyaman dalam menjalankan suatu aktivitas.

Kecemasan terhadap masa depan anakmerupakan reaksi psikologis orang tua terhadap perkiraan adanya bahaya yang dikhawatirkan akan dialami oleh anaknya pad a masa yang akan datang, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Dan kecemasan tersebut ada kalanya tampak dalam gejala -gejala seperti takut, ngeri, lemas, terancam, dan khawatir, perasaan tersebut disadari oleh individu, tetapi terkadang tidak diketahui penyebabnya, hal tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar dirinya yang akhirnya dapat mengganggu keselamatan dan keseimbangan hidup individu tersebut.

(60)

Dari berbagai pemikiran diatas penulis mencoba mengkaitkannya menjadi sebuah kerangka pemikiran yang menyiratkan bahwa pad a dasarnya orang tua yang menikahkan anaknya di usia muda (dini) pasti memiliki penilaian yang berbeda-beda, baik itu penilaian yang positif atau bahkan negatif. Perbedaan penilaian itulah yang akan mengakibatkan terjadinya tingkat kecemasan yang berbeda-beda pada masing-masing individu, semua itu tergantung dari persepsi mereka tentang pernikahan dini tersebut.

Berikut adalah bagan dari kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Skema Kerangka Berfikir

Positif

Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini

Negatif

Berada dalam batas optimal dalam keadaan hemeostatis (seimbang)

Berada diluar batas optimal, sehingga menimbulkan

(61)

2. 5. Hipotesa penelitian

Dalam penelitian iili hipotesis sementara yang penulis ajukan adalah :

Hipotesa nol (Ho) :

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak

Hipotesa alternatif (Ha) :

(62)

3.1.

Jenis penelitian

3.1.1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana data yang dihasilkan dari serangkaian pengukuran dan observasi disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian (Hasan, 2002).

3.1.2. Metode penelitian

(63)

Sedangkan penelitian korelasional menurut Azwar (2003) adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pad a suatu variable berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variable lain berdasarkan koefisien

korelasi.

3.2.

Varia bel penelitian

3.2.1. Variabel penelitian dan definisi operasional variabel

Menurut Kerlinger (2003) variabel penelitian adalah suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Sedangkan definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu konstruk atau varia bel dengan cara menetapkan tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur pada variabel tersebut. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini

Merupakan pemahaman orang tua dalam menafsirkan semua informasi tentang penikahan dini, yang mengacu pada beberapa teori yang

(64)

tua tentang pernikahan dini dapat dikategorikan dalarn tiga aspek, yaitu : Aspek Biologis, Psikologis dan Sosial Ekonorni.

2. Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak

Kecernasan disini rnengacu pada teori Mararnis yang rnengatakan bahwa kecernasan adalah suatu keadaan tegang, tidak aman, dan khawatir yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Maramis dan Seligman membagi kecemasan dalam empat aspek, yaitu: Kognitif, Psikologis, Somatik, dan Motorik.

3.3.

Populasi dan tehnik pengambilan sampel

3.3.1. Populasi dan sam pel

Menurut Kerlinger (dalam Sevilla, 1993) populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian atau obyek-obyek yang telah ditetapkan dengan baik. Arikunto (2002) rnengatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.

(65)

ini, merujuk dari yang dikatakan Gay dalam Sevilla (1993) bahwa dalam sebuah penelitian korelasi jumlah sampel yang digunakan adalah minimum 30 orang.

3.3.2. Tehnik pengambilan sampel

Pengambilan sampel adalah proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, dengan melakukan pengamatan pad a populasi secara keseluruhan (Sevilla, 1993).

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling, yaitu suatu metode pemilihan sampel, dimana peneliti

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 1997).

3.4.

Pengumpulan data

(66)

3.4.1. Tehnik pengumpulan data

Tehnik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau Kuesioner, yaitu dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk diisi oleh responden (Hasan, 2002).

Sedangkan instrumen pengumpulan datanya adalah skala persepsi orang tua tentang pernikahan dini dan skala kecemasan terhadap masa depan anak, yang mengacu pad a instrumen penelitian dengan model Likert.

Dalam instrumen ini subyek diberikan empat pilihan respon untuk menyikapi setiap pernyataan yang ada. Keempat pilihan tersebut adalah : Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju(STS). Penulisan penetapan penskoran dari 1-4 untuk dua kategori Favorable dan

[image:66.521.45.454.147.648.2]

Unfavorable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel3.1

Bobot Skor Penilaian

Point Favorabel Unfavorabel

1 STS SS

2 TS S

3 STS TS

4 SS STS

(67)

jawaban ragu-ragu atau netral (Hadi, 1994). Hal tersebut dapat memberikan kesempatan kepada subyek untuk merespon setiap pernyataan secara tidak pas atau tidak sesuai dengan apa yang dirasakan atau dipikirkannya dengan demikian penelitian akan mendapatkan respon palsu. Adapun cara subjek memberikan jawaban terhadap skala Likertadalah dengan memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu alternatif jawaban.

3.4.2. Instrument penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument penelitian berupa : a. Skala Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini

Aspek yang ingin diungkap dalam skala persepsi orang tua tentang pernikahan dinimerupakan modifikasi dari teori-teori yang berkaitan dengan persepsi orang tua yang dikemukakan oleh Paul A belldalam Sarwono (1992) yang dikombinasikan dengan teori Walgito (1984) yang menyatakan konstruk teoritis persepsi orang tua tentang pernikahan dini menu rut telaahnya dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) aspek, yaitu :

1. Aspek Biologis, Indikatornya antara lain; usia pernikahan, masalah kehamilan dan melahirkan, keturunan, dan hubungan seksual.

(68)

3. Aspek sosia! Ekonomi, Indikatornya antara lain; status pekerjaan (kondisi keuangan keluarga), kemampuan menghidupi keluarga, peran sebagai orang tua baru dan peran sebagai anggota masyarakat.

b. Skala Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak

Kecemasan terhadap masa depan anak yang akan menikah dini yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada teori Maramis (2004) dan Seligman (2001) yang membagi kecemasan dalam 4 (empat) aspek. Keempat aspek tersebut adalah:

1. Aspek Kognitifdengan indikator seperti; rasa khawatir, panik, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, dan insomnia.

2. Aspek Psiko!ogisdengan indikator; gelisah, frustasi, perasaan tegang, lekas terkejut, depresi dan mudah tersinggung.

3. Aspek Somatikdengan indikator; tekanan darah meninggi, lekas lelah, nafas sesak, dada tertekan, mulas (mual), dan jantung berdebar.

4. Aspek Motorikdengan indikator; gemetar, gugup, perilakunya ada yang menghadapi atau ada juga yang menghindarinya.

3.4.3. Tehnik uji instrument penelitian

Uji validitas instrument

(69)

fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau

memberikan hasH ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi.

Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak rnenyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Tes yang menghasHkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran

dikatakan sebagai tes yang memHiki validitas rendah. Untuk rnenguji validitas

dalam penelitian ini, penulis menggunakan korelasi Product Moment dad

Pearson, dengan rumus sebagai berikut (dalarn Azwar, 2003).

L

XY -

(L X)(L

Y) /n

=

Keterangan :

=

LXY

=

LY

=

LX

=

n

=

Angka indeks koefisien korelasi

Jumlah hasH perkalian antara skor X dan Y

Jumlah seluruh skor X

Jumlah seluruh skor Y

Jumlah subjek

Uji reliabilitas instrument

Menurut Saifudin Azwar (2004) Reliabilitas adalah konsistensi atau

(70)

3.4.4. Hasil uji instrument penelitian

3.4.4.1. Hasil uji validitas skala

Setelah item yang dibuat diberikan pad a subjek penelitian untuk diuji, maka selanjutnya penulis melakukan uji validitas terhadap dua skala tersebut, yaitu:

1. Skala Persepsi Orang Tua Tentang Pemikahan Dini

Perhitungan validitas skala pesepsi orang tun tentang pernikahan dini terdiri dari 80 itern dengan menggunakan rumus product moment pearson. Diperoleh kesimpulan bahwa 33 item gugur dan 47 item valid dan layak digunakan untuk penelitian. Lebih jelasnya dalam tabel berikut

Tabel3.3

Hasil uji coba Skala Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini

No. Aspek Indikator Nomor Item Total Favorable Unfavorabel

1 Biologis Usia Pernikahan 1,8,72 3, 32 5

Masalah Kehamilan dan 2,12,44 7, 14 5

melahirkan

Keturunan 5,43,52 3

Hubungan seksual 34 16,21 3

2 Psikologis Komunikasi Pasangan 48 46 2

Kematangan Emosi 18,41,54 26,37,68 6

Penerimaan diri sendiri dan 74,76,77 29,62 5

oranq lain

3 Sosial Status pekerjaan (kondisi 38, 57, 70 60,66 5 Ekonomi keuangan keluarqa)

Kemampuan menghidupi 36,55,79 13,19,80 6

keluarga

Peran sebagai orang tua baru 6,24 23, 58 4 Peran sebagai Masyarakat 4, 10, 25 3

(71)

2. Skala Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak

[image:71.521.33.486.217.672.2]

Perhitungan validitas skala kecemasan terhadap masa depan anak terdiri dari 80 item dengan menggunakan rumus product moment pearson. Dan diperoleh kesimpulan bahwa 34 Item gugur dan 46 Item valid dan layak digunakan untuk penelitian. Lebih jelasnya dalam tabel berikut

Tabel3.4

Hasil uji coba Skala Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak No. Item

No. Aspek Indikator

Favorable Unfavorable Total 1 Kognitif Rasa Khawatir 67, 70 1,34 4

Panik 21,68 2

Sulit berkonsentrasi 14,69 2 Sulit mengambil keputusan 10 44 2 Gangguan Tidur (Insomnia) 17,50 3, 56 4

2 Psikologis Tidak tenang (gelisah) 30, 77 53 3 Frustasi 59, 76 39 3

Tegang 27 52,63 3

Lekas terkejut 78 11 2 Mudah tersinggung 54 55 2

Depresi 80 48 2

3 Somatik Tekanan darah tinggi 71 22 2

Mudah Lelah 61 1

Gangguan Pernafasan 4 13,62 3 Gangguan Pencernaan 6,64 2 Gangguan organ tubuh 18,74 72 3

4

Motorik Gemetar 8 79 2

Gugup (sulit berbicara) 57 36 2 Ingin menghindar 9, 19 2

(72)

3.4.4.2. Hasil uji reliabilitas skala

a. Skala Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini

Uji reliabilitas rnenggunakan Alpha Cronbach dan diperoleh hasil bahwa koefisien reliabilitas adalah 0.9510. Berdasarkan data tersebut, instrument yang digunakan sangat reliabel sesuai dengan kaidah Guilford yang

mengatakan bahwa koefisien reliabilitas yang sangat reliabel adalah 0, 9. b. Skala Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak

Uji reliabilitas menggunakanAlpha Cronbach dan diperoleh hasil bahwa koefisien reliabilitas adalah 0.9267. Berdasarkan data tersebut, instrument yang digunakan sangat reliabel sesuai dengan kaidah Guilford yang

mengatakan bahwa koefisien reliabilitas yang sangat reliabel adalah 0, 9.

3.5.

Prosedur penelitian

a. Persia pan penelitian

1. Dimulai dengan perumusan masalah 2. Menentukan variabel yang akan diteliti

3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran landasan teori yang tepat mengenai varia bel penelitian

4. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan

(73)

pernikahan dini dengan jumlah pernyataan sebanyak 80 item, dan skala kecemasan terhadap masa depan anak dengan jumlah pernyataan sebanyak 80 item.

b. Pelaksanaan penelitian

Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2009, dan

pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 sampai dengan 15 April 2009 di Iingkungan masyarakat yang berlokasi di Rw 01 dan 02 kelurahan Ce:ngkareng Timur, Jakarta Barat.

3.6.

Tehnik analisa data

Analisa data adalah cara seorang peneliti dalam mengolah data yang telah terkumpul sehingga mendapat suatu kesimpulan dari penelitiannya. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan kecemasan terhadap masa depan anak yaitu dengan menggunakan analisis korelasi product momentdari Pearson. Setelah proses dilakukan selanjutnya menentukan taraf signifikansi. Jika hasil perhitungannya lebih besar dari rTab.1. maka korelasinya dianggap signifikan atau dengan kata lain

(74)
[image:74.522.27.444.163.590.2]

4.1.

Gambaran umum subyek penelitian

Gambaran umum responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, usia responden, pendidikan, usia pernikahan dan jumlah anak. Subjek dalam penelitian ini adalah 40 orang tua yang sudah memiliki anak yang menikah diusia dini dan berdomisili di wilayah Rw 01 dan 02 Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat.

Tabel4.1

Garnbaran urnum responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)

Laki -Iak! 16 40% Perempuan 24 60%

Total 40 100%

(75)
[image:75.524.36.446.133.575.2]

Tabel4.2

Gambaran umum responden berdasarkan usia responden

Usia Frekuensi

Gambar

Tabel3.1Bobot Skor Penilaian
Tabel3.4Hasil uji coba Skala Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak
Gambaran umum subyek penelitian
Tabel4.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Six sigma merupakan suatu metode pengendalian kualitas yang terdiri dari DMAIC ( define, measure, analyze, improve, control ) yang diharapkan melalui tahap tersebut

Kecamatan Krui Selatan merupakan salah satu dari bagian wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang mempunyai luas wilayahnya mencapai 3,625 Ha dan berpenduduk sebanyak 8,417 Jiwa dan

Demi Iancarnya kegiaian mohon hadir tepat wakiu clan tidak diwakilkan, Demikian ams perhatian dan kcrjasarnanya disarnpaikan terima kasih.. : Evaluasi UA.MJJ:-.l

Menindaklanjuti Selesksi Sederhana Pekerjaan Pengawasan Konstruksi Fisik Pembangunan Convention Hall/Auditorium Tahap III pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi

Sebagai pelopor gerakan pembaruan pemikiran Islam yang lebih mengutamakan aspek rasional dalam beragama (meskipun akhir-akhir ini tidak sevokal dan seagresif dahulu) dan menekankan

Volume telur larva ikan patin siam yang diberi perlakuan hormon tiroksin dan hormon rGH dapat menurun dengan cepat, akan tetapi pada perlakuan perendaman menggunakan rGH

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka peneliti mengambil judul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL ,KOMUNIKASI, DAN ROTASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KESATUAN PEMANGKUAN

Menurut Wahyono (2004:23), Sistem Informasi Manajemen dalam sebuah perusahaan adalah kumpulan dari sistem manajemen atau sistem yang menyediakan informasi yang