AL-ISLAMY BEKASI TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh:
KHOIRUNNISA
NIM : 108051000007
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
KHOIRUNNISA
NIM: 108051000007
Pembimbing
Umi Musyarrofah, MA NIP. 19710816 199703 2002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis
i
Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan dengan semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang. Sedangkan dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran islam yang sangat dibutuhkan manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia akhirat. Peran para ulama pada umumnya sangatlah besar dalam mencapai kemerdekaan. Para ulama berjuang melalui aktifitas dan pemikiran dakwah Islam pada masyarakat. Para ulama menyakinkan pada masyarakat bahwa setiap bangsa dan negara berhak merdeka dan tidak ditindas oleh penjajah. KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary adalah salah satu ulama yang berpengaruh pada saat itu yang akrab dipanggil dengan KH. Muhajirin. Dalam pelaksanaan kiprah dakwah di suatu lembaga Islam seperti Pondok Pesantren, seorang Kyai atau Pimpinan sangat memegang peranan penting dalam menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang Kyai atau pimpinan tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam ilmu pengetahuan agama, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan materi dan isi dakwahnya. Salah satu tokoh yang akan penulis angkat adalah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary yang banyak mengkontribusikan hidupnya dalam dakwah di Pondok Pesantren Annida Al- Islamy dan masyarakat Bekasi timur.
Perumusan penelitiannya adalah bagaimana kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dalam berdakwah?
Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dan tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi kegiatan pondok pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad Muhajirin, wawancara untuk mengetahui profil ketokohan KH. Muhammad Muhajirin dan dokumentasi mengkaji karya tulis KH. Muhammad Muhajirin. Penulis menggambarkan kiprah dakwah, materi dan isi pesan dakwah, dan faktor pendukung dan penghambat KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dalam kiprah dakwahnya di Pondok Pesantren Annida Al- Islamy Bekasi Timur dan masyarakat.
KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dalam dakwahnya di Pondok Pesantren Annida Al- Islamy secara umum kepada masyarakat, dan secara khusus kepada santri-santrinya merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan yang rahmatan lilalamin, yaitu pondok pesantren sebagai wadahnya. Dengan menggunakan metode bi al- lisan, bi al-hal, bi al-qalam, dan ditambah dengan bi al-hikmah, Mau’idzhatil hasanah dan al-mujadallah billati hiya ahsan. Dalam materi yang beliau sampaikan selalu berasaskan pada al-Qur’an dan Hadits dan didukung dengan menggunakan kitab-kitab kuning atau kitab salafiah. Faktor pendukung beliau dalam berdakwah di Pondok Annida Al- Islamy ialah sangat banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai instansi untuk kemajuan pondok pesantren Annida Al- Islamy, sedangkan hambatan yang beliau rasakan dalam berdakwah di pondok pesantren Annida Al- Islamy ialah karena usia beliau yang sudah cukup berumur membuat tidak maksimalnya beliau mengasuh para santri-santrinya.
ii
Alhamdulillah, segala puji syukur tak terkira kepada yang Maha
Sempurna, Allah SWT, karena dengan segala anugerah dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurah selalu kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, dan
para sahabatnya.
Tidak sedikit rintangan dan cobaan yang penulis rasakan dalam
penyusunan skripsi ini, namun selangkah demi selangkah serta do’a dan kemudian
yang telah Allah SWT berikan, alhmdulillah kesulitan tersebut dapat teratasi.
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena banyak
tangan-tangan yang membantu, oleh karena itu, lewat kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakulas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta Wakil Dekan I
Dr. Suparto, M.Ed, Wakil Dekan II Drs. Jumroni, M. Si, Wakil Dekan III
Dr. Sunandar, M.A.
2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan dan Ibu Fita
Fathurokhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Umi Musyarrofah, M.A, selaku Dosen Pembimbing dalam
iii
Komunikasi yang telah memberikan ilmu serta berbagai macam
pengalaman selama menuntut ilmu.
5. Segenap staf perpustakaan baik umum maupun fakultas, yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani Studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orangtua tercinta, yaitu Ayahanda Alm. H. Ilyas Adiyasa, dan
Ibunda Hj. Masiah Rahman, beserta semua saudaraku yaitu Kakak Syifa
Fauziah Ilyas, Adik Nurul Aliyah Fajrin Ilyas, kakak ipar Rustam Rahim,
keponakan tercinta Sultan Hafiz Pratama yang dengan ketulusan hati
memberikan dorongan moral maupun materil atas kasih sayang yang
diberikan serta iringan do’a dan semangat tiada henti kepada penulis unutk menuntut ilmu sampai saat ini.
7. Vivie Fitriyanthi, Fadhilah Puspita Fajri, Danang Budi Utomo dan Millati
Silmy Yulianty sahabat seperjuangan semasa kuliah di KPIA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2008.
8. Sakim Darmawan kekasih dunia akhirat yang tak hentinya membantu dan
menyemangati hati, jiwa dan hari-hari yang selalu menjadi doa.
9. Kepada Bapak H. Dhiyah Al-Maqdisi Muhajirin, Bapak KH. Dzauji
Al-iv
11.Teman-teman PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus
(INTENSIVO) dan FLAT UIN Syarif Hidayatullah 2008.
12.Teman-teman White Pearls dan Fethullah Gulen Chair (Turki) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
13.FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi) dan PERMASI
(Persatuan Mahasiswa Bekasi).
14.KKN Real Sosial Project 2011 Bogor Tambilung Kecamatan Cidokom.
15.Dewan Guru Al-Alaq Elementary School yang telah banyak membantu
menyemangati dan Doa.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang memotivasi penulis untuk
kelengkapan skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga apa yang ditulis dalam
skripsi ini dapat bermanfaat.
Kiranya demikianlah, hanya ucapan terimakasih tiada hingga yang dapat
penulis haturkan kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan
skripsi ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala budi baik dan bantuan
semua pihak yang telah diberikan kepada penulis.
Bekasi, 28 Juni 2014
v PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Kiprah ... 15
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 18
BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSHAR ADDARY A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan ... 39
B. Karya-karya KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary ... 47
C. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary .. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur ... 54
vi
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1
A. Latar Belakang Masalah
Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan
dengan semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang.1 Sedangkan
dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran Islam yang sangat
dibutuhkan manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia
dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT
untuk kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia dan akhirat.2 Sehingga pada
dasarnya kiprah dan dakwah sangatlah berkaitan satu sama lain. Banyak
tempat atau alat yang bisa dijadikan sebagai media dalam menyampaikan
dakwah tersebut. Diantaranya, masjid, majlis ta’lim, sekolah juga bisa melalui
media cetak maupun elektronik, dan sebagainya.
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus pengertian kiprah dakwah yaitu,
melakukan kegiatan dakwah (amal ma’ruf dan nahi munkar) atau
berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk
perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat
khususnya dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan umat.3
1Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. ke-3.
2
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1988), cet. ke- 3, h.1. 3
Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas namun bedanya
disini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tingkatannya berpartisipasi
dalam kegiatan dengan semangat tinggi yaitu lebih tinggi tingkatannya dari
pada beraktifitas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh manusia merupakan sebuahh aktifitas, yang
mana aktifitas tidak bisa dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat
pada diri.
Terwujudnya dakwah bukan semata-mata sekedar usaha peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkahlaku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah
harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran agama Islam secara
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan
muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya
menjadikan Islam tegak dan kokoh dimuka bumi ini. Kiprah dakwah Islam
yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya
kiprah dakwah yang lesu akan mengakibatkan pada kemunduran agama. Oleh
karena itu, maka dapat di mengerti jika Islam meletakan kewajiban dakwah di
atas pundak setiap pemeluknya.4
Perkembangan masyarakat yang tengah mengalami perubahan di
segala tingkat dan bidang seperti sekarang ini, maka peran ulama dan kyai
4
menjadi lebih penting, karena mereka mempunyai posisi sebagai penjaga
gawang dari norma dan nilai yang mengatur kehidupan mereka, yang sering
kali dalam konteks perubahan tersebut, masyarakat mengalami semacam
kegoncangan dan kebingungan karena kehilangan orientasi. Ini disebabkan
karena norma dan nilai-nilai yang menopang kehidupan mereka sebelumnya,
sekarang mengalami pergeseran.5
Dalam tradisi masyarakat Islam Indonesia, seorang kyai menempati
posisi keagamaan yang sangat penting, pesantren dan lembaga pendidikan
yang dimiliki seorang kyai di suatu wilayah tersebut dapat dilakukan suatu
perubahan kehidupan sosial secara signifikan, karena kyai mempunyai
elemen yang sangat penting. Maka sangat wajar perubahan suatu pesantren
semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya berfungsi
menerjemahkan nilai-nilai keberagamaan dari luar ke dalam komunitas
pesantren.
Untuk itulah dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan dalam
suatu sistem kegiatan manusia beriman. Dan dilaksanakan secara teratur
untuk mempengaruhi cara, rasa, berfikir, bersikap, dan bertindak.6
Dengan demikian, kegiatan dakwah pada dasarnya sebagai suatu
proses komunikasi antar seorang da’i dan mad’u dalam mengupayakan
5
Hasan Tholhah Muhammad, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman,
(Jakarta: Bangun Prakarya, 2005) cet ke- I. h. 47 6
Hasan Tholhah Muhammad, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman,
perubahan prilaku (tingkah laku) seorang menjadi lebih baik dari sebelumnya,
karena dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan apa yang ada di
dalam pikiran dan perasaaanya kepada orang lain dan dapat memberikan
hiburan, memberikan inspirasi, menyakinkan dan mengajak untuk berbuat
sesuatu yang baik.
Ilmu Falak (Astronomi) yaitu menjadi salah satu ilmu yang dikuasai
oleh KH. Muhammad Muhajirin, pada awalnya berguru kepada Syekh
Ahmad bin Muhammad, salah seorang murid dari Syekh Mansyur al- Falaky.
Ilmu yang menuntut kecekatan mata dan kemampuan berhitung yang baik
sesungguhnya telah lama menjadi daya tarik bagi KH. Muhammad Muhajirin.
Beberapa waktu kemudian, KH. Muhammad Muhajirin pun belajar ilmu falak
kepada Syekh Mansyur bin Abdul al Falaky.7 Sejak menguasai ilmu falak,
KH. Muhammad Muhajirin telah melakukan praktek melihat awal bulan
(Ru’yat Al- Hilal) di kampung halamannya, Kampung Baru. Wilayah yang
saat itu sangat strategis untuk menantikan munculnya bulan (hilal). Posisi di
pematang sawah merupakan posisi tempat dan strategis yang ditemukan oleh
KH. Muhammad Muhajirin setelah sebelumnya beberapa kali tidak berhasil
melihat bulan (hilal) karena posisi yang tidak tepat. Pelaksanaan ru’yat al
hilal di Kampung Baru dimulai sejak tahun 1936 yang dipimpin oleh KH.
Muhammad Muhajirin. Mulai tahun 1947 pelaksanaan ru’yat al hilal
diteruskan oleh murid-murid beliau yang tidak lain merupakan adik-adik
7
sepupunya, yaitu KH. Abdul Hamid, KH. Abdul Halim, KH. Abdullah
Azhari, KH. Abdul Salam. Hal ini disebabkan KH. Muhammad Muhajirin
telah memutuskan untuk berangkat ke Mekkah guna menuntut ilmu. Pada
awalnya pelaksanaan ru’yat al hilal di Kampung Baru hanya dilaksanakan
sebanyak 6 kali setiap tahunnya, mulai bulan Rajab hingga Dzulhijjah.
Namun apabila dianggap perlu pelaksanaan ru’yat al hilal pernah dilakukan
setiap bulannya selama 7 tahun berturut-turut.8
KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary adalah ulama besar yang
dikenal luas di kalangan masyarakat Bekasi khususnya, yang besar andilnya
dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Sebagai ilmuan,
ia dikenal tidak saja di lingkungan Bekasi tetapi juga di luar negeri,
khususnya di Masjidil Haram. Sebagai salah seorang guru terbaik di Masjidil
Haram, ia menerima penghargaan berupa sebuah jam tangan berlapis emas
yang bertuliskan Al- Mamlakatussuudiyyah dari Raja Faisal.9 Dengan latar
belakang inilah muncul ketertarikan saya untuk melakukan penelitian
mengenai kiprah seorang da’i dengan judul: “Kiprah Dakwah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary Di Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy Bekasi Timur”.
8Ma’ru
f, Amin. Rukyat untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan Syariat dan Sorotan IPTEK, (Jakarta : Gema Insani Press. 1995).
9
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian
yang penulis lakukan lebih terarah dan terperinci. Batasan masalah ini
hanya pada kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di
Bekasi Timur semasa hidupnya.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti sesuai dengan batasan
masalah di atas, adalah sebagai berikut :
a. Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur?
b. Metode Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Secara Umum
Untuk mengetahui seputar kiprah para tokoh Agama dalam berdakwah.
b. Tujuan Secara Khusus
Untuk memberikan penjelasan mengenai kiprah KH. Muhammad
Muhajirin Amsar Addary dalam berdakwah. Dan untuk mengetahui
Addary di keluarga, santri, serta masyarakat sekitar Pondok Pesantren
Annida Al-Islamy Bekasi Timur.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Secara Teoritis
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat
gelar starata satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai kiprah
berbagai tokoh agama demi berlangsungnya kegiatan dakwah dan
dapat memberikan masukkan bagi pengembangan
penceramah-penceramah muda mendatang dengan penelitian serupa di masa yang
akan datang.
b. Manfaat Secara Praktis
Penelitian diharapkan dapat memberikan masuknya kepada
para pelaku dakwah bagaimana mengemas nilai-nilai Islam menjadi
bagian yang menarik serta dapat memberikan motivasi bagi para
pemikir dakwah untuk tetap menyebarkan dakwah Islam dan dapat
menambah wawasan bagi para pendakwah khususnya bagi para calon
da’iyah dalam mengemas pesan-pesan islam menjadi kajian lebih
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti sudah mengadakan
tinjauan pustaka yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun perpustakaan
utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain dari buku-buku yang menjadi rujukan
utama, data-data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada kiprah
dakwah. Menurut pengamatan peneliti dari hasil observasi yang peneliti
lakukan menemukan beberapa penelitian yang juga membahas mengenai
produksi, yaitu:
1. “Kiprah Dr.. HS. Suryani Thahir dalam Mengembangkan Majelis
Mudzakarah As-Suryaniyah At-Thahiriyah di DKI Jakarta” Laila
Fachriyah 104051001906 1429 H / 2008 M, Penelitiannya mengenai
kiprah dakwah Dr. HS. Suryani Thahir dalam mengembangkan majelis
mudzakarah as-suryani at-thahiriyah tetapi subjek pembahasan disini
yaitu Dr. HS. Suryani Thahir dan objeknya yaitu dalam pengembangan
Majlis mudzakarah as-suryani at-thahiriyah.10
2. “Kiprah Dakwah DR. KH. Ahmad Dimyathi Nadruzzaman, MA”
Indira Prajnahtia 105051001933 1431 H / 2010 M, Penelitiannya
mengenai aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Dr. KH. Ahmad
Dimyathi Nadruzzaman11, dan kesamaan dengan pembahasan disini
10
Laila Fachriyah, Kiprah DR. HS. Suryani Thahir dalam Mengembangkan Majelis Mudzakarah As-Suryanih At-Thahiriyah di DKI Jakarta.. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
11
Indira Prajnahtia, Kiprah Dakwah DR. KH. Ahmad Dimyathi Nadruzzaman, MA.
yaitu membahas tentang kiprah dakwah seorang da’i tetapi subjek
penelitiannya berfokus kepada Dr. KH. Ahmad Dimyathi
Nadruzzaman.
3. “Kiprah Dakwah Islam Guru Muhammad Mansur” Badru Zaman
104051001819 1429 H / 2008 M, Penelitiannya mengenai kiprah
dakwah islam guru Muhammad Mansyur12. Kesamaannya dalam
penelitian ini yaitu guru Muhammad Mansyur adalah salah seorang
ulama besar betawi dan sekaligus guru dari KH. Muhammad Muhajirin
Amsar Addary dalam menuntut ilmu.
4. “Pemikiran Dakwah Habib Abdullah Al-Haddad” Moch. Hilmi HAS
104051001837 1429 H / 2008 M, Penelitiannya mengenai sebuah
pemikiran seorang da’i yaitu habib Abdullah Al-Hadad dalam
berdakwah.13
Persamaan dengan penelitian kali ini adalah pada objek penelitiannya
yakni meneliti tentang kiprah dakwah sedangkan yang membedakannya
adalah subjeknya yaitu penelitian ini meneliti tentang kiprah dakwah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary di Bekasi Timur.
12
Badru Zaman, kiprah Dakwa Islam Guru Muhammad Mansyur. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
13
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.14 Penelitian kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang digunakan oleh
penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif
adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana pada
hakikatnya metode deskriptif adalah mengumpulkan data-data.15
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia
baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.16 Dengan
menggunakan metode deskriptif ini, maka data yang diperoleh dari hasil
penelitian dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.
14
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6.
15
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 25.
16
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Sekolah Annida
Al-Islamy Bekasi Timur Jl. KH. Mas Mansyur No 91 kel. Bekasi Jaya
Kec. Bekasi Timur 17112.
2. Objek dan Subjek Penelitia
Objek penelitian ini adalah Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin
Amshar Addary. Sedangkan Subjek analisis penelitiannya adalah KH.
Muhammad Muhajirin Amshar Addary.
3. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari catatan, buku-buku,
dan hasil karya antara lain: Misbah Al Zhulam Fi Syarhi Al Bulugh
Al Maram, 8 jilid (fiqih hadits), Idhoh Al Maurud, 2 jilid (ushul
fiqih), Muhammad Rasulullah (Tarikh), Mirah Amuslim Fi Siroh
Khulafa (Tarikh), Al Muntakhab Min Tarikh Daulah Umayah
(Hadits), Qowaid Al Khoms Al Bahiyyah (qowaid fiqih), Al istidzar
(mustholah hadits/ushul hadits), Ta’liqot Ala Matini Al Jauharoh 2
jilid (tauhid), Muhtaroh Al Balaghah2 jilid (balaghah), Qowaid Al
Nahwiyah 2 jilid (nahwu/tat bahasa Arab), Al Qoul Al Hatsis Fi
Mustholah Al Hadits (usul fiqih), Taysir Al Ushul I Ilmi Al Ushul
(ushul fiqih), Qowaid Al Mantiq 2 jilid (mantiq), Muthalaah
Hadits, Tasawwuf, dan Faroid. Selain itu adalah mushaf yang
belum sempat dicetak.17
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur
yang mendukung data primer, internet18, dan buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada keluarga yairu
istri KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary yaitu ibu Hj.
Hannah Abdurrahman, dan 7 anak KH. Muhammad Muhajirin
Amshar Addary yaitu: Hj. Faiqoh Muhadjirin, H.Muhammad Ihsan
Muhadjirin, Hj. Badi’ah Muhadjirin, Hj. Farhah Muhadjirin, Hj.
Rufaida Muhadjirin, H. Dhiya Al Maqdisi Muhadjirin,
H.Muhammad Aiz Muhadjirin, dan salah satu murid yang masih
mengajar di sekolah Annida Al-Islamy Ust. Muhammad Yusuf.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari sumber data tambahan seperti
buku, arsip dokumen pribadi, foto, video, dan lain-lain.
5. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Desember 2013 - juni 2014.
Peneliti sengaja menggunakan kaca mata analisis deskriptif kualitatif,
17
Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Syekh Muhammad Muhajirin Amsar Addary Allah Yarham, (Bekasi : Pesantren Annida Al-Islamy. 2007). h. 21.
18
sebab kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary
merupakan pembahasan dalam penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian
diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah
ditentukan. Setelah di klarifikasi, dilakukan analisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap bab memiliki beberapa sub
bahasan yaitu:
BAB I : Pendahuluan membahas : Latar Belakang Masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis membahas : Landasan teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi pengertian kiprah
/ aktifitas, dakwah berikut pengertian dan unsur-unsur dakwah.
BAB III : Profil dan Riwayat Hidup KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary membahas : Pada bab ini berisikan tentang latar belakang keluarga KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary, latar belakang
KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary, aktifitas dakwah dan
karya-karyanya.
BAB IV : Hasil Penelitian membahas : Meliputi kiprah dan hasil kiprah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary serta faktor pendukung dan
penghambat dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary.
BAB V : Penutup membahas : dari beberapa uraian diatas maka penulis akan menguraikan kesimpulan yang ada serta memberikan saran atas
permasalahan yang ditemui selama melakukan penelitian. Kemudian
15
A. Pengertian Kiprah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aktivitas adalah keaktifan,
kegiatan-kegiatan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.1.
Dalam kamus besar Ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal dari
ling: activity; Lay: Aktivitas: aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap
eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan
aktivitas menandai hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia
bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek.
Ada dua jenis aktivitas: aktivitas eksternal dan aktivitas internal,
(eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan
kiri, jari-jari, dan kaki maka pada internal menggunakan tindakan mental
dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis). Aktivitas internal merencanakan
eksternal.2
Aktifitas adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang
berhubungan langsung dengan sebuah tindakan atau kegiatan. Sedangkan
berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tidakan partisipasi dengan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke 3, h. 17.
2
semangat tinggi atau bergerak, dan berusaha disebuah bidang.3 aktifitas tidak
dapat dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat pada diri kita.
Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan dengan
semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang.4 Sedangkan dakwah
adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran islam yang sangat dibutuhkan
manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk
kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia dan akhirat.5 Sehingga pada
dasarnya kiprah dan dakwah sangatlah berkaitan satu sama lain. Banyak
tempat atau alat yang bisa dijadikan sebagai media dalam menyampaikan
dakwah tersebut. Diantaranya, Masjid, Majlis Ta‟lim, Sekolah juga bisa
melalui media cetak maupun elektronik, dan sebagainya.
Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas namun bedanya
disini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tingkatannya berpartisipasi
dalam kegiatan dengan semangat tinggi yaitu lebih tinggi tingkatannya dari
pada beraktifitas menurut Mahmud Yunus pengertian kiprah dakwah yaitu
melakukan kegiatan dakwah (amal ma’ruf nahi munkar) atau berpartisipasi
dalam kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk perbuatan
nyata untuk memecahkan persoalan masyarakat khususnya dalam bidang
pendidikan, sosial dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
umat.
3Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (
Jakarta: Balai Puustaka,2005), cet. ke-3. h. 71
4Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
(Jakart: Balai Pustaka, 2005), cet. k-3. h.71
5
Terwujudnya dakwah bukan semata-mata sekedar usaha peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkahlaku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah
harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran agama Islam secara
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Pengertian Kiprah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
etimologi kiprah adalah derap kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah
melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak,
berusaha disebuah bidang.6 Jadi kiprah yaitu dapat dikatakan sebagai
tindakan, aktivitas, kemampuan kerja, reaksi, atau cara pandang seseorang
terhadap ideologi atau institusinya.
Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah
laku tertentu yang merupakan ciri as sebagai suatu pekerjaan atau jabatan
tertentu.7
Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau
akibat kedudukan atas status seseorang.8 Sehingga dari kedudukannya
tersebut dapat terlihat bagaimana aktivitasnya. Dari beberapa pengertian
kiprah di atas maka dapat disimpulkan bahwa kiprah adalah serangkaian
tingkahlaku sesuai hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam
hubungan dengan kemajuan suatu hal atau peristiwa.
6
Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet Ke-3. h.71
7
Djumhur. Moh. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pedoman Ilmu, 1975), h.12.
8
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa arab Da’a,
Yad’u, Da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.9 Secara
istilah pengertian dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 10
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dakwah adalah
penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk, mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama.11 Dakwah secara istilah dari pengertian
tersebut berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan
dengan ajaran agama Islam.
M. Quraish Shihab, mengartikan dakwah sebagai seruan atau
ajakan kepada kainsyafan atau usaha dalam mengubah situasi kepada
situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berperilaku buruk sampai
kepada arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun
kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan
ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. 12
Toha Yahya Omar menegaskan bahwa, dakwah berasal dari
bahasa Arab yang berarti: “seruan, panggilan, atau undangan”. Adapun
9
H. Mahmud Yunus, “Terjemahan Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, h. 127
10
Prof. Thoha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya. 1979, h. 1. 11
Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 232
12
pengertian dakwah di dalam Islam adalah mengajak dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.13
Sedangkan dakwah dalam pengertian terminologis terdapat
beberapa pendapat. Dari beberapa pendapat tersebut jika di tarik
kesimpulan maka kesemuanya memiliki titik temu yang sama.
Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyelenggaraan
suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
Kedua, dasar dakwah adalah mengajak manusia kepada ajaran Allah
SWT demi kemaslahatan baik secara individual maupun sosial
kemasyarakatan. Ketiga, bahwa pada dasarnya kewajiban dakwah adalah
menyampaikan yang benar dan mencegah hal yang munkar. Keempat,
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup si dunia dan akhirat serta keridhoan Allah. Kelima,
terdapat upaya mempengaruhi orang lain.14
2. Landasan Hukum Dakwah
Pada dasarnya yang menjadi landasan hukum kewajiban dakwah
adalah Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang di dalamnya banyak menerangkan
hal tersebut. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104:
13
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Wijaya, 1983), jilid I, cet. ke-3, h.1. 14
“Dan hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas dalam bidang dakwah, menyeru ke jalan kebaikan, menyuruh ma’ruf, melarang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung.” (Ali Imran(3): 104).
Ayat tersebut memberi petunjuk kepada setiap umat muslim agar
melakukan upaya penyebaran dan pemerataan ajaran Islam agar termasuk
ke dalam golongan umat yang beruntung. Upaya-upaya yang harus
dilakukan antara lain:
a) Mengajak kepada kebaikan
b) Menyuruh kepada kebenaran
c) Melarang dari kemunkaran15.
Para ulama sepakat bahwa dalam berdakwah wajib hukumnya baik
secara individu maupun kelompok, meskipun ada yang berpendapat
wajib kifayah dan ada yang berpendapat pula wajib ain karena dengan
berdakwah, islam bisa tesebar keseluruh pelosok dunia. Ada beberapa
pendapat para ulama yang mewajibkan berdakwah yaitu:
Menurut Thoha Jahja Omar kewajiban dakwah Islam berdasarkan
firman Allah SWT yang tersirat dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125
yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
15
Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang apa siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahu orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).
Menurut Prof. Thoha Jahja Omar MA, di dalam bukunya H.
Hassanuddin yang berjudul Hukum Dakwah menyebutkan bahwa ayat
tersebut menerangkan teori atau cara-cara dakwah. Disamping itu ayat
tersebut menunjukan wajibnya melaksanakan dakwah. Hal ini diketahui
dari kata (Ud‟u) yang diterjemahkan dengan ajaklah adalah fi‟il amer.
Menurut aturan ushul fiqh, setiap fi‟il amer menjadi perintah wajib yang
harus dipatuhi selama tidak ada dalil-dalil lain yang memalingkannya
dari wajib itu kepada sunnah dan lain-lain.16
Sementara M. Natsir didalam bukunya Dakwah dan Pemikirannya
berpendapat bahwa kewajiaban berdakwah haruslah dilakukan setiap
muslim. Hal ini didasari firman Allah SWT yang artinya :
“Kamu adalah sebaik-baik umat dilahirkan untuk (kemaslahatan) manusia, kamu mengajak kepada kebaikan, dan kamu mencegah
dari kemunkaran, serta kamu beriman kepada Allah.” (QS. Ali
-Imran: 110).
Dalam ayat diatas menunjukan bahwa melaksanakan dakwah
dalam arti luas adalah kewajiban yang haru dipikul dan dilaksanakan
16
oleh setiap muslim maupun muslimat. Tidak boleh seorangpun dari kaum
muslimin atau muslimat menghindari diri dari padanya. 17
Dengan demikian jelaslah bahwa dakwah adalah suatu kewajiban
bagi setiap muslin yang mengetahui apa-apa yang dia gali dan
menyampaikannya kepada orang yang belum sedikit banyak tau tentang
agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai.
Dan mudah dipahami oleh setiap muslim yang mendengarkannya untuk
dilaksanakan oleh setiap umat beragama Islam.
3. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah mempunyai unsur-unsur yang tidak terlepas dari
kegiatannya. Oleh karena itu dakwah merupakan suatu bentuk yang khas
dan dakwah tidak akan sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor
tertentu.
Unsur-unsur dakwah yang dimaksud adalah unsur-unsur yang
selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut yaitu
subjek dakwah (da’i), objek dakwah (mad’u), sasaran dakwah, metode
dakwah, media dakwah, materi dakwah dan tujuan dakwah.
a. Subjek Dakwah (Da’i)
Da‟i adalah seorang yang melakukan dakwah.18
Atau dapat
diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada
khalayak (mad‟u). Seseorang yang dapat dikatakan da‟i apabila
secara keilmuan ia telah menguasai tentang ajaran-ajaran Islam
17
H. Hassanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 45 18
dibandingkan mad‟unya.19
Dari segi wawasan intelektual,
pengalaman spiritual, sikap mental dan kewibawaannya.
Adapun yang dimaksud dengan da‟i adalah orang yang
melakukan dakwah, baik lisan, tulisan ataupun perbuatan, baik secara
individu maupun kelompok lembaga. Da‟i disebut kebanyakan orang
dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran islam).
Disamping profesional, kesiapan subjek baik penguasaan
terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media dan
psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai
keberhasilan.20
Da‟i artinya orang yang mengajak atau mubaligh. Orang yang
berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT baik secara individual maupun
terbentuk organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan
pembawa misi.
Mubaligh sebagai komunikator, berperan menyampaikan
ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok yaitu diterimanya
ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan
terhadap sikap tertentu. Dengan demikian, mubaligh juga merupakan
seorang pelaku utama untuk mempengaruhi perubahan sikap dari
komunikatornya. Yang dikenal dengan Agent of social change
19
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.137
20
Berkaitan dengaan subjek dakwah (da’i), maka dapat
dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu : Pertama : da‟i dalam kriteria
umum dan yang ke dua da‟i dalam kriteria khusus.
1) Da‟i dalam kriteria umum, artinya setiap muslim atau muslimat
yang berdakwah sebagaikewajiban yang melekat tak terpisahkan
dari muslimat yang berdakwah sebagai penganut Islam, sesuai
dengan perintah “Ballighu „anni walau ayat”.21 Hal ini juga dapat
dilihat kesesuaiannya dengan surat At-Taubah ayat 71.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah:71).
Ayat di atas telah menggariskan dengan amat jelas bahwa
sasaran utama dakwah meliputi 2 hal, yaitu: pertama menyuruh
ma‟ruf yang mempunyai konotasi yang luas sekali (namun dalam
ayat ini ada stressing mengenai iman, shalat, dan zakat). Kedua,
21 Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”,
melarang kemunkaran. Dengan demikian, semua orang boleh
dinamakan da‟i.
2) Da‟i dalam kriteria khusus, yakni mereka yang mengambil
keahlian khusus (mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam,
dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudrah hasanah.22
Agar suatu tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan
tujuan tercapai dengan efektif dan efisien maka juru dakwah harus
mempunyai kemampuan di bidang yang berkaitan dengan
tugasnya. Karena semakin memiliki kemampuan yang profesional
maka semakin maningkat pula keberhasilan tugas dakwahnya.
Da‟i akan berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika
dibekali kemampuan kemampuan yang berkaitan dengannnya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh da‟i antara lain:
1. Kemampuan Berkomunikasi
2. Kemampuan Penguasaaan Diri
3. Kemampuan Pengetahuan Psikologi
4. Kemampuan Pengetahuan Kependidikan
5. Kemampuan Pengetahuan di Bidang Pengetahuan Umum
6. Kemampuan di Bidang Al-Qur‟an
7. Kemampuan Pengetahuan di Bidang Ilmu Hadits
8. Kemampuan di Bidang Ilmu Agama secara Integral23.
22
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet. ke-1, h. 27.
23
Kunci keberhasilah juru dakwah atau da‟i sebenarnya
terletak pada juru dakwahnya atau da‟i sebagai subjek dakwah itu
sendiri. Dalam hal ini Rasulullah telah mencontohkan
keberhasilan dakwahnya dalam mengembangkan ajaran Islam
yang seharusnya menjadi teladan bagi para da‟i. Suatu keyakinan,
sikap dan perilaku sehingga Rasulullah mendapat pertolongan
Allah dalam mengemban fungsi kerisalahannya. Sikap-sikap yang
perlu diteladani antara lain:24
1. Rasulullah percara dengan yakin, bahwa agama yang
disiarkan adalah agama Allah (QS. Al- Isra (17):80)
2. Rasulullah sangat yakin bahwa Allah pasti menolong umat
yang membela agama Allah (QS. Muhammad (47):7)
3. Rasulullah beserta para sahabat benar-benar jihad dengan
mengorbankan harta, tenaga, dan jiwa untuk kepentingan
tersiarnya agama Islam (QS. Al-Ankabut(29):69)
4. Rasulullah berkemauan keras dalam memikirkan umat agar
mau beragama secara benar, walaupun beliau tahu mengenai
orang-orang yang berpura-pura (QS. Al-Furqan (25):30)
5. Rasulullah sangat merasakan penderitaan umat yang tidak
tahu kebenaran, keras kemauanya untuk kesejahteraan umat
dan sangat kasih sayank (QS. At Taubah (9):128)
24
6. Rasulullah sangat tinggi akhlaqnya dan mulia budi pekertinya
(QS. Al-Qalam (68):4)
7. Rasulullah tidak pernah patah hati, dan selalu memberi maaf
kepada orang lain yang berbuat tidak senonoh (QS. Ali Imran
(3):159)
8. Rasulullah senantiasa berendah hati, tetap tenang, tabah, tidak
gentar menghadapi lawan (QS. Al Anfal (8): 45).25
Adapun sikap para da‟i haruslah ilmiah dan amaliyah dalam
berbagai permasalahan. Ilmiah berarti harus berdasarkan ilmu
Al-quran dan Sunnah (hadits) dengan pemahaman komprehensif dan
sama sekali tidak berdasarkan hawa nafsu kemarahan atau
kecintaan. Sedangkan amaliyah berarti sikap pengamalan ilmu
Al-Quran dan sunnah dengan diikhlaskan sematamata karena Allah
bukan untuk kepentingan materi dan pribadi serta pelampiasan
hawa nafsu.
Pada dasarnya seorang juru dakwah atau da‟i hendaklah
memiliki kemampuan komperehensif di dalam masalah-masalah
agama Islam, di samping sekaligus mengamalkannya. Sehingga
dengan demikian, kunci sukses seorang juru dakwah atau dai
terletak pada kesungguhan dan keikhlasan dalam menyampaikan
ajaran-ajaran agama Islam.
25
b. Objek Dakwah (Mad’u)
Mad‟u diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim disebut dengan ja‟maah yang senang mendengarkan dan memahami ajaran agama dari seorang da‟i. Seorang da‟i akan menjadikan mad‟u
sebagai objek bagi transportasi keilmuan yang dimilikinya. Mad‟u
adalah objek dakwah yaitu manusia, mulai dari individu, keluarga,
kelompok, golongan, kaum ataupun massa. Setiap orang yang normal
biasanya mempunyai cita-cita agar mempunyai kebahagiaan hidup,
dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan
hidup manusia seluruhnya.26
Dengan mengetahui karakter dan kepribadian mad’u sebagai
penerima dakwah, maka dakwah lebih terarah karena tidak
disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada
profesionalisme. Maka mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah
akan dengan mudah menerima pesan-pesan metode, maupun media
yang digunakan dalam berdakwah tepat sesuai dengan kondisi mad‟u
sebagai objek dakwah.27
Mad‟u adalah objek dakwah baik individual ataupun kolektif
atau masyarakat secara umum. Sebelum berdakwah kepada mad`u
maka sosok da`i harus mempelajari kondisi dan keadaan dari mad`u.
Kegiatan memberikan pengaruh kepada mad`u apalagi dalam ranah
dakwah amar ma`ruf nahi munkar bukanlah kegiatan yang mudah
26
Jamaluddin Kafie, Psikolog Dakwah, (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 32. 27
jika kita tidak mengetahui keadaan dari mad`u maka sangat
memungkinkan akan mengalami kegagalan total.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah pada prinsipnya adalah sesuatu yang sudah
diketahui sampai pada sesuatu yang belum diketahui untuk
disampaikan oleh seorang da‟i kepada jama‟ah. Dalam dak‟wah
materi yang disajikan harus menarik, dapat merangsang pendukung
untuk mengikuti dan mengetahui. Bila demikian dakwah akan tetap
hidup, jalan terus dan tidak membosankan.28 Pada dasarnya
ajaran-ajaran Islam itu sendiri meliputi aspek dunia dan akhirat, maka
tentunya materi dakwah itu luas sekali. Antara lain pokok-pokok
materi dakwah atau ajaran Islam adalah:
1. Aqidah Islam, Tauhid, dan keimanan
2. Pembentukan pribadi yang sempurna
3. Pembangunan masyarakat yang adil dansempurna dan
4. Kemakmuran dan kesejahteraan dunia dan akhirat.29
Materi dakwah (Madah Ad-Dak’wah). Materi dakwah adalah
isi dari pesan-pesan dakwah Islam. Pesan atau materi dakwah harus
disampaikan secara menarik tidak monoton sehingga merangsang
objek dakwah untuk mengkaji tema-tema Islam yang pada gilirannya
objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam mengenai materi
28
Choirul Umam, Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin MZ, (Surabaya: Ampel Suci, 1994), h. 121.
29Hamzah Ya‟qub,
agama dan meningkatkan kualitas pengetahuan keislaman untuk
pengalaman keagamaan objek dakwah.30
Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam
tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara
global materi dakwah dapat diklarifikasikan menjadi tiga pokok,
yaitu:
1. Masalah keimanan (aqidah)
2. Masalah Keislaman (syariah)
3. Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)
Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam
penggalan ayat “ saling menasihati dalam kebenaran dan saling
menasihati dalam kesabaran” (QS. Al-Ashr (103):5)
Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung
makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogiyanya
menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad‟u sebagai objek
dakwah untuk memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada
kehidupan baik kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari
sistem nilai ini dapat diturunkan aspek legal (syariat dan fiqih) yang
merupakan rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.31
Menurut Barmawi Umari, materi dakwah Islam, antara lain :32
30
Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h.14.
31
M. Dawam Rahardjo (ED), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, (Jakarta: Intermasa, 1997), cet. 1, h. 109.
32
1. Akidah, menyebarkan dan menanamkan aqidah islamiyah
berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala
priciannya.
2. Akhlak, menerangkan mengenai akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah dengan segala dasar, hasil dan segala akibatnya,
diikuti oleh contoh-contoh yang telah pernah berlaku dalam
sejarah.
3. Ahkam. Menjelaskan aneka hukum meliputi soal-soal : ibadah,
al-alwud as-syahsiah, muamalat yang wajib diamalkan oleh
setiap muslim.
4. Ukhuawah, menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki
oleh Islam antara penganutnya sendiri, serta sikap Islam
terhadap agama lain.
5. Pendidik, melukiskan sistem pendidikan model islam yang
telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidik islam di massa
sekarang.
6. Social, mengemukkan solidaritas menurut tuntunan agama
Islam, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai ajaran
Al-Quran dan hadits.
7. Kebudayaan, menggambarkan perilaku kebudayaan yang tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat
pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi
8. Kemasyarakatan, menguraikan konstruksi masyarakat yang
berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran
bersama.
9. Amar Ma’ruf, Mengajak manusia untuk berbuat baik guna
memperoleh sa’adah fi ad-darain (kebehagiaan di dunia dan
akhirat).
10.Nahi Munkar, melarang manusia dari berbuat jahat agar
terhidar dari malapetaka yang akan menimpa manusia di dunia
dan akhirat.
Pesan-pesan dakwah harus dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi mad‟u sebagai penerima
dakwah. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan sesuai dengan
kondisi sasaran objek dakwah, akan dapat diterima dengan baik oleh
mad‟u. Oleh karena itu, da‟i hendaklah melihat kondisi objek dakwah
dalam melakukan aktivitas dakwah agar pesan tersebut bisa ditangkap
sesuai dengan karakter dan cara berfikir objek dakwah.
Materi dakwah, tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang
meliputi aqidah, syari‟ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang
ilmu yang diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seorang
da‟i haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami
sesuatu. Seseorang yang intelektualitasnya rendah harus disampaikan
d. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:
televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar dan lain
sebagainya. Banyaknya media dakwah yang tersedia, maka seorang
da‟i haruslah memilih salah satu atau beberapa media sesuai dengan
kebutuhan.
Penggunaan media-media modren sudah selayaknya
degunakan bagi aktivitas dakwah, agar dakwah dapat diterima olej
publik secara komprehensif.
e. Metode Dakwah
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan
oleh seorang da‟i kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas
dasar hikmah dan kasih sayang. Metode dalam berdakwah tentunya
harus sejalan dan sesuai dengan mad‟u yang akan dihadapi. Karena
metode dakwah yang tepat merupakan salah satu penunjang dari
keberhasilan dakwah itu sendiri. Mad‟u dengan kondisi psikologis dan
keadaan yang serba terbatas seperti yang berada di dalam lembaga
permasyaraktan tentunya memiliki pendekatan metode yang berbeda
dibanding dengan mad‟u pada umumnya.
Dalam surat An-Nahl ayat 125, metode dakwah memiliki tiga
bentuk yaitu dakwah bi al-Hikmah merupakan kemampuan dan
dakwah dengan kondisi objektif mad‟u dan sebagai sebuah sistem
yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam
berdakwah; dakwah bi al-mau’idza al-hasanah merupakan kata yang
masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam
perasaan dengan penuh kelembutan; dakwah al-mujadalah bi-al-lati
hiya ahsan merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan.33
Aplikasi metode dakwah tidak cukup mempergunakan metode
tradisional saja, melainkan perlu diterapkan penggunaan metode
sesuai dengan situasi dan kondisi zaman di era sekarang.34
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang
benar yang diridhoi Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera dunia
akhirat.
Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman
bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas
seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Dengan demikian, tujuan
dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya
dengan unsur-unsur lainnya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah
33
M. Munir, S.Ag.,MA, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 2, h.19. 34
sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan
media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah.35
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk
memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah.
Apalagi ditinjau dari segi pendekatan sistem (sistem approach), tujuan
dakwah merupakan salah satu unsur dakwah. Di mana antara unsur
dakwah yang satu dengan yang lainnya saling membantu, saling
mempengaruhi, dan saling berhubungan.36
Dengan demikian tujuan dakwah ssebagai bagian dari seluruh
aktivitas dakwah sama pentingnnya dengan unsur-unsur lain, seperti
subjek dan objek dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan lebih sari
itu tujuan dakwah sangat menetukan dan berpengaruh terhadap
penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus
strategi dakwah juga berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Ini
disebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju
seluruh aktivitas dakwah.37
Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam
dua macam tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum Dakwah ( Mayor Objective)
Tujuan umum dakwah merupakan suatu yang hendak dicapai
dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang
35
Drs.Hasanuddin, MA, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakart Press, 2005), cet I, h.56
36
Asmuni Syukri, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1983), h.49. 37
masih bersifat umum dan utama, di mana seluruh gerak
langkahnya proses dakwah harus ditunjukan dan diarahkan
kepadanya.
2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan
penjabaran dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan
ag ar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas
diketahui ke mana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang
hendak dikerjakan , kepada siapa berdakwah, dengan cara apa,
bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak
terjadi overlapping antar juru dakwah yang satu dengan lainnya
hanya masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.38
Menurut Toto Tasmara berpendapat bahwa tujuan dakwah
adalah untuk menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik
individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu
memdorong suatu perbuatan yang sesuai dengan agama Islam
tersebut.39
Jika dakwah dilihat sebagai sebuah kegiatan komunikasi, maka
tujan komunikasi dakwah terbagi menjadi dua:
1. Tujuan dakwah jangka pendek, yaitu untuk memberikan
pemahaman tentang Islam kepada masyarakat. Dengan adanya
38
Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 62.
39
pemahaman tersebut maka masyarakat akan terhindar dari
sikap atau perbuatan yang tidak terpuji.
2. Tujuan dakwah jangka panjang, yaitu untuk mengadakan
perubahan sikap pada masyarakat. Sikap yang dimaksud adalah
perilaku-perilaku yang terpuji bagi masyarakat yang tergolong
kepada hal-hal yang negatif dan mengganggu ketentraman
masyarakat.40
g. Etika Dakwah
Etika berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau
salah. Baik dan buruk berhubungan dengan kemanusiaan dan sering
dikaitkan dengan perasaan dan tujuan seseorang, tidak berlaku umum
dan merata. Seorang yang menganggap suatu perbuatan itu baik,
belum tentu dianggap baik pula oleh pandangan orang lain, tergantung
pada adat kebiasaan yang dipakai oleh tiap-tiap kelompok. Meskipun
demikian, etika berlainan pula dengan adat, karena adat hanya
memandang lahir, melihat tindakan yang di lakukan, sedangkan rtika
lebih memperhatikan hati dan jiwa orang yang melakukannya, dengan
maksud apa ia dilakukan. Seorang yang membungkukkan badannya
ketika berlalu di hadapan orang tua-tua, telah diangap mematuhi
suruhan adat, telah mematuhi adat, tetapi belum tentu etis, tergantung
kepada maksud apa ia membungkukkan badan.41
40
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, h. 7.
41
Ada yang mengatakan bahwa etika itu digerakkan dari luar,
dari lingkungan manusia. Perundang-undangan, adat, dan
tekanan-tekanan itu, dengan demikian terbentuklah Ethika Heteronom (dari
heteros berarti “bergantung” dan nomos berarti “undang-undang”.
Tetapi segala tindakan itu masih karena luar. Orang tidak mencuri
hanya karena takut di hukum undang-undang, sebenarnya orang itu
masih belum bernama etis. Sebab itu ada orang yang berpendapat
Ethika Otonom (autos berarti “sendiri”), harus berpangkal dari diri
sendiri, tidak mau mencuri karena memang mencuri itu buruk dan
dirasakan tidak pantas.
Demikian simpang siurnya pendapat orang tentang etika.
Orang menggali dan menggali, tetapi satu hal yang sudah jelas bahwa
orang memerlukan etika bukan saja karena tuntutan alam sekitarnya.
Tetapi juga untuk kepuasan dan kebahagiaan dirinya sendiri. Suatu
yang melanggar etika, bukan saja perlu tidak dikerjakan, tetapi juga
harus benar-benar hati merasa jijik mendekatinya dan melihat orang
lain mengerjakannya. Dalam hubungannya dengan dakwah, akan kita
catatkan beberapa hal yang peru di perhatikan, yaitu: Berlaku Sopan
39
A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary
Anak dari pasangan H. Amsar dan Hj. Zuhriah yaitu KH. Muhajirin
yang akrab di panggil oleh masyarakat mempunyai nama lengkap KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary yang dilahirkan di Jakarta tepatnya di
kampung baru cakung pada 10 November 1921 M. Beliau wafat pada tanggal
31 Januari 2003 di Bekasi dan meinggalkan seorang istri yaitu Hj. Hannah
Abdurrahman dan delapan putra-putrinya. Nama putra-putri KH. Muhammad
Muhajirin Amsar Addary yaitu anak pertama Hj. Faiqoh Muhajirin, anak
kedua H. Muhammad Ihsan Muhajirin, anak ketiga H. Ahmad Zufar
Muhajirin (Almarhum), keempat Hj. Badi‟ah Muhajirin, kelima Hj. Farhah
Muhajirin, keenam Hj. Rufaida Muhan