• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

AL-ISLAMY BEKASI TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh:

KHOIRUNNISA

NIM : 108051000007

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

KHOIRUNNISA

NIM: 108051000007

Pembimbing

Umi Musyarrofah, MA NIP. 19710816 199703 2002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis

(5)

i

Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan dengan semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang. Sedangkan dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran islam yang sangat dibutuhkan manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia akhirat. Peran para ulama pada umumnya sangatlah besar dalam mencapai kemerdekaan. Para ulama berjuang melalui aktifitas dan pemikiran dakwah Islam pada masyarakat. Para ulama menyakinkan pada masyarakat bahwa setiap bangsa dan negara berhak merdeka dan tidak ditindas oleh penjajah. KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary adalah salah satu ulama yang berpengaruh pada saat itu yang akrab dipanggil dengan KH. Muhajirin. Dalam pelaksanaan kiprah dakwah di suatu lembaga Islam seperti Pondok Pesantren, seorang Kyai atau Pimpinan sangat memegang peranan penting dalam menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang Kyai atau pimpinan tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam ilmu pengetahuan agama, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan materi dan isi dakwahnya. Salah satu tokoh yang akan penulis angkat adalah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary yang banyak mengkontribusikan hidupnya dalam dakwah di Pondok Pesantren Annida Al- Islamy dan masyarakat Bekasi timur.

Perumusan penelitiannya adalah bagaimana kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dalam berdakwah?

Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dan tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi kegiatan pondok pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad Muhajirin, wawancara untuk mengetahui profil ketokohan KH. Muhammad Muhajirin dan dokumentasi mengkaji karya tulis KH. Muhammad Muhajirin. Penulis menggambarkan kiprah dakwah, materi dan isi pesan dakwah, dan faktor pendukung dan penghambat KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dalam kiprah dakwahnya di Pondok Pesantren Annida Al- Islamy Bekasi Timur dan masyarakat.

KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dalam dakwahnya di Pondok Pesantren Annida Al- Islamy secara umum kepada masyarakat, dan secara khusus kepada santri-santrinya merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan yang rahmatan lilalamin, yaitu pondok pesantren sebagai wadahnya. Dengan menggunakan metode bi al- lisan, bi al-hal, bi al-qalam, dan ditambah dengan bi al-hikmah, Mau’idzhatil hasanah dan al-mujadallah billati hiya ahsan. Dalam materi yang beliau sampaikan selalu berasaskan pada al-Qur’an dan Hadits dan didukung dengan menggunakan kitab-kitab kuning atau kitab salafiah. Faktor pendukung beliau dalam berdakwah di Pondok Annida Al- Islamy ialah sangat banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai instansi untuk kemajuan pondok pesantren Annida Al- Islamy, sedangkan hambatan yang beliau rasakan dalam berdakwah di pondok pesantren Annida Al- Islamy ialah karena usia beliau yang sudah cukup berumur membuat tidak maksimalnya beliau mengasuh para santri-santrinya.

(6)

ii

Alhamdulillah, segala puji syukur tak terkira kepada yang Maha

Sempurna, Allah SWT, karena dengan segala anugerah dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga

tercurah selalu kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, dan

para sahabatnya.

Tidak sedikit rintangan dan cobaan yang penulis rasakan dalam

penyusunan skripsi ini, namun selangkah demi selangkah serta do’a dan kemudian

yang telah Allah SWT berikan, alhmdulillah kesulitan tersebut dapat teratasi.

Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena banyak

tangan-tangan yang membantu, oleh karena itu, lewat kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakulas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta Wakil Dekan I

Dr. Suparto, M.Ed, Wakil Dekan II Drs. Jumroni, M. Si, Wakil Dekan III

Dr. Sunandar, M.A.

2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan dan Ibu Fita

Fathurokhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Umi Musyarrofah, M.A, selaku Dosen Pembimbing dalam

(7)

iii

Komunikasi yang telah memberikan ilmu serta berbagai macam

pengalaman selama menuntut ilmu.

5. Segenap staf perpustakaan baik umum maupun fakultas, yang telah

memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani Studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orangtua tercinta, yaitu Ayahanda Alm. H. Ilyas Adiyasa, dan

Ibunda Hj. Masiah Rahman, beserta semua saudaraku yaitu Kakak Syifa

Fauziah Ilyas, Adik Nurul Aliyah Fajrin Ilyas, kakak ipar Rustam Rahim,

keponakan tercinta Sultan Hafiz Pratama yang dengan ketulusan hati

memberikan dorongan moral maupun materil atas kasih sayang yang

diberikan serta iringan do’a dan semangat tiada henti kepada penulis unutk menuntut ilmu sampai saat ini.

7. Vivie Fitriyanthi, Fadhilah Puspita Fajri, Danang Budi Utomo dan Millati

Silmy Yulianty sahabat seperjuangan semasa kuliah di KPIA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2008.

8. Sakim Darmawan kekasih dunia akhirat yang tak hentinya membantu dan

menyemangati hati, jiwa dan hari-hari yang selalu menjadi doa.

9. Kepada Bapak H. Dhiyah Al-Maqdisi Muhajirin, Bapak KH. Dzauji

(8)

Al-iv

11.Teman-teman PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus

(INTENSIVO) dan FLAT UIN Syarif Hidayatullah 2008.

12.Teman-teman White Pearls dan Fethullah Gulen Chair (Turki) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

13.FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi) dan PERMASI

(Persatuan Mahasiswa Bekasi).

14.KKN Real Sosial Project 2011 Bogor Tambilung Kecamatan Cidokom.

15.Dewan Guru Al-Alaq Elementary School yang telah banyak membantu

menyemangati dan Doa.

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang memotivasi penulis untuk

kelengkapan skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga apa yang ditulis dalam

skripsi ini dapat bermanfaat.

Kiranya demikianlah, hanya ucapan terimakasih tiada hingga yang dapat

penulis haturkan kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan

skripsi ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala budi baik dan bantuan

semua pihak yang telah diberikan kepada penulis.

Bekasi, 28 Juni 2014

(9)

v PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Kiprah ... 15

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 18

BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSHAR ADDARY A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan ... 39

B. Karya-karya KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary ... 47

C. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary .. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur ... 54

(10)

vi

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan

dengan semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang.1 Sedangkan

dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran Islam yang sangat

dibutuhkan manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia

dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT

untuk kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia dan akhirat.2 Sehingga pada

dasarnya kiprah dan dakwah sangatlah berkaitan satu sama lain. Banyak

tempat atau alat yang bisa dijadikan sebagai media dalam menyampaikan

dakwah tersebut. Diantaranya, masjid, majlis ta’lim, sekolah juga bisa melalui

media cetak maupun elektronik, dan sebagainya.

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus pengertian kiprah dakwah yaitu,

melakukan kegiatan dakwah (amal ma’ruf dan nahi munkar) atau

berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk

perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat

khususnya dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan umat.3

1Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”

(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. ke-3.

2

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1988), cet. ke- 3, h.1. 3

(12)

Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas namun bedanya

disini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tingkatannya berpartisipasi

dalam kegiatan dengan semangat tinggi yaitu lebih tinggi tingkatannya dari

pada beraktifitas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau

kegiatan yang dilakukan oleh manusia merupakan sebuahh aktifitas, yang

mana aktifitas tidak bisa dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat

pada diri.

Terwujudnya dakwah bukan semata-mata sekedar usaha peningkatan

pemahaman keagamaan dalam tingkahlaku dan pandangan hidup saja, tetapi

juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah

harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran agama Islam secara

menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.

Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan

muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya

menjadikan Islam tegak dan kokoh dimuka bumi ini. Kiprah dakwah Islam

yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya

kiprah dakwah yang lesu akan mengakibatkan pada kemunduran agama. Oleh

karena itu, maka dapat di mengerti jika Islam meletakan kewajiban dakwah di

atas pundak setiap pemeluknya.4

Perkembangan masyarakat yang tengah mengalami perubahan di

segala tingkat dan bidang seperti sekarang ini, maka peran ulama dan kyai

4

(13)

menjadi lebih penting, karena mereka mempunyai posisi sebagai penjaga

gawang dari norma dan nilai yang mengatur kehidupan mereka, yang sering

kali dalam konteks perubahan tersebut, masyarakat mengalami semacam

kegoncangan dan kebingungan karena kehilangan orientasi. Ini disebabkan

karena norma dan nilai-nilai yang menopang kehidupan mereka sebelumnya,

sekarang mengalami pergeseran.5

Dalam tradisi masyarakat Islam Indonesia, seorang kyai menempati

posisi keagamaan yang sangat penting, pesantren dan lembaga pendidikan

yang dimiliki seorang kyai di suatu wilayah tersebut dapat dilakukan suatu

perubahan kehidupan sosial secara signifikan, karena kyai mempunyai

elemen yang sangat penting. Maka sangat wajar perubahan suatu pesantren

semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya berfungsi

menerjemahkan nilai-nilai keberagamaan dari luar ke dalam komunitas

pesantren.

Untuk itulah dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang

dimanifestasikan dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan dalam

suatu sistem kegiatan manusia beriman. Dan dilaksanakan secara teratur

untuk mempengaruhi cara, rasa, berfikir, bersikap, dan bertindak.6

Dengan demikian, kegiatan dakwah pada dasarnya sebagai suatu

proses komunikasi antar seorang da’i dan mad’u dalam mengupayakan

5

Hasan Tholhah Muhammad, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman,

(Jakarta: Bangun Prakarya, 2005) cet ke- I. h. 47 6

Hasan Tholhah Muhammad, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman,

(14)

perubahan prilaku (tingkah laku) seorang menjadi lebih baik dari sebelumnya,

karena dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan apa yang ada di

dalam pikiran dan perasaaanya kepada orang lain dan dapat memberikan

hiburan, memberikan inspirasi, menyakinkan dan mengajak untuk berbuat

sesuatu yang baik.

Ilmu Falak (Astronomi) yaitu menjadi salah satu ilmu yang dikuasai

oleh KH. Muhammad Muhajirin, pada awalnya berguru kepada Syekh

Ahmad bin Muhammad, salah seorang murid dari Syekh Mansyur al- Falaky.

Ilmu yang menuntut kecekatan mata dan kemampuan berhitung yang baik

sesungguhnya telah lama menjadi daya tarik bagi KH. Muhammad Muhajirin.

Beberapa waktu kemudian, KH. Muhammad Muhajirin pun belajar ilmu falak

kepada Syekh Mansyur bin Abdul al Falaky.7 Sejak menguasai ilmu falak,

KH. Muhammad Muhajirin telah melakukan praktek melihat awal bulan

(Ru’yat Al- Hilal) di kampung halamannya, Kampung Baru. Wilayah yang

saat itu sangat strategis untuk menantikan munculnya bulan (hilal). Posisi di

pematang sawah merupakan posisi tempat dan strategis yang ditemukan oleh

KH. Muhammad Muhajirin setelah sebelumnya beberapa kali tidak berhasil

melihat bulan (hilal) karena posisi yang tidak tepat. Pelaksanaan ru’yat al

hilal di Kampung Baru dimulai sejak tahun 1936 yang dipimpin oleh KH.

Muhammad Muhajirin. Mulai tahun 1947 pelaksanaan ru’yat al hilal

diteruskan oleh murid-murid beliau yang tidak lain merupakan adik-adik

7

(15)

sepupunya, yaitu KH. Abdul Hamid, KH. Abdul Halim, KH. Abdullah

Azhari, KH. Abdul Salam. Hal ini disebabkan KH. Muhammad Muhajirin

telah memutuskan untuk berangkat ke Mekkah guna menuntut ilmu. Pada

awalnya pelaksanaan ru’yat al hilal di Kampung Baru hanya dilaksanakan

sebanyak 6 kali setiap tahunnya, mulai bulan Rajab hingga Dzulhijjah.

Namun apabila dianggap perlu pelaksanaan ru’yat al hilal pernah dilakukan

setiap bulannya selama 7 tahun berturut-turut.8

KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary adalah ulama besar yang

dikenal luas di kalangan masyarakat Bekasi khususnya, yang besar andilnya

dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Sebagai ilmuan,

ia dikenal tidak saja di lingkungan Bekasi tetapi juga di luar negeri,

khususnya di Masjidil Haram. Sebagai salah seorang guru terbaik di Masjidil

Haram, ia menerima penghargaan berupa sebuah jam tangan berlapis emas

yang bertuliskan Al- Mamlakatussuudiyyah dari Raja Faisal.9 Dengan latar

belakang inilah muncul ketertarikan saya untuk melakukan penelitian

mengenai kiprah seorang da’i dengan judul: “Kiprah Dakwah KH.

Muhammad Muhajirin Amsar Addary Di Pondok Pesantren Annida Al-

Islamy Bekasi Timur”.

8Ma’ru

f, Amin. Rukyat untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan Syariat dan Sorotan IPTEK, (Jakarta : Gema Insani Press. 1995).

9

(16)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian

yang penulis lakukan lebih terarah dan terperinci. Batasan masalah ini

hanya pada kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di

Bekasi Timur semasa hidupnya.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti sesuai dengan batasan

masalah di atas, adalah sebagai berikut :

a. Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di

Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur?

b. Metode Dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary di

Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Secara Umum

Untuk mengetahui seputar kiprah para tokoh Agama dalam berdakwah.

b. Tujuan Secara Khusus

Untuk memberikan penjelasan mengenai kiprah KH. Muhammad

Muhajirin Amsar Addary dalam berdakwah. Dan untuk mengetahui

(17)

Addary di keluarga, santri, serta masyarakat sekitar Pondok Pesantren

Annida Al-Islamy Bekasi Timur.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Teoritis

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat

gelar starata satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai kiprah

berbagai tokoh agama demi berlangsungnya kegiatan dakwah dan

dapat memberikan masukkan bagi pengembangan

penceramah-penceramah muda mendatang dengan penelitian serupa di masa yang

akan datang.

b. Manfaat Secara Praktis

Penelitian diharapkan dapat memberikan masuknya kepada

para pelaku dakwah bagaimana mengemas nilai-nilai Islam menjadi

bagian yang menarik serta dapat memberikan motivasi bagi para

pemikir dakwah untuk tetap menyebarkan dakwah Islam dan dapat

menambah wawasan bagi para pendakwah khususnya bagi para calon

da’iyah dalam mengemas pesan-pesan islam menjadi kajian lebih

(18)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti sudah mengadakan

tinjauan pustaka yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun perpustakaan

utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain dari buku-buku yang menjadi rujukan

utama, data-data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada kiprah

dakwah. Menurut pengamatan peneliti dari hasil observasi yang peneliti

lakukan menemukan beberapa penelitian yang juga membahas mengenai

produksi, yaitu:

1. “Kiprah Dr.. HS. Suryani Thahir dalam Mengembangkan Majelis

Mudzakarah As-Suryaniyah At-Thahiriyah di DKI Jakarta” Laila

Fachriyah 104051001906 1429 H / 2008 M, Penelitiannya mengenai

kiprah dakwah Dr. HS. Suryani Thahir dalam mengembangkan majelis

mudzakarah as-suryani at-thahiriyah tetapi subjek pembahasan disini

yaitu Dr. HS. Suryani Thahir dan objeknya yaitu dalam pengembangan

Majlis mudzakarah as-suryani at-thahiriyah.10

2. “Kiprah Dakwah DR. KH. Ahmad Dimyathi Nadruzzaman, MA”

Indira Prajnahtia 105051001933 1431 H / 2010 M, Penelitiannya

mengenai aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Dr. KH. Ahmad

Dimyathi Nadruzzaman11, dan kesamaan dengan pembahasan disini

10

Laila Fachriyah, Kiprah DR. HS. Suryani Thahir dalam Mengembangkan Majelis Mudzakarah As-Suryanih At-Thahiriyah di DKI Jakarta.. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008

11

Indira Prajnahtia, Kiprah Dakwah DR. KH. Ahmad Dimyathi Nadruzzaman, MA.

(19)

yaitu membahas tentang kiprah dakwah seorang da’i tetapi subjek

penelitiannya berfokus kepada Dr. KH. Ahmad Dimyathi

Nadruzzaman.

3. “Kiprah Dakwah Islam Guru Muhammad Mansur” Badru Zaman

104051001819 1429 H / 2008 M, Penelitiannya mengenai kiprah

dakwah islam guru Muhammad Mansyur12. Kesamaannya dalam

penelitian ini yaitu guru Muhammad Mansyur adalah salah seorang

ulama besar betawi dan sekaligus guru dari KH. Muhammad Muhajirin

Amsar Addary dalam menuntut ilmu.

4. “Pemikiran Dakwah Habib Abdullah Al-Haddad” Moch. Hilmi HAS

104051001837 1429 H / 2008 M, Penelitiannya mengenai sebuah

pemikiran seorang da’i yaitu habib Abdullah Al-Hadad dalam

berdakwah.13

Persamaan dengan penelitian kali ini adalah pada objek penelitiannya

yakni meneliti tentang kiprah dakwah sedangkan yang membedakannya

adalah subjeknya yaitu penelitian ini meneliti tentang kiprah dakwah KH.

Muhammad Muhajirin Amsar Addary di Bekasi Timur.

12

Badru Zaman, kiprah Dakwa Islam Guru Muhammad Mansyur. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

13

(20)

E. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.14 Penelitian kualitatif

menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang digunakan oleh

penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana pada

hakikatnya metode deskriptif adalah mengumpulkan data-data.15

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia

baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.16 Dengan

menggunakan metode deskriptif ini, maka data yang diperoleh dari hasil

penelitian dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.

14

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6.

15

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 25.

16

(21)

1. Tempat Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Sekolah Annida

Al-Islamy Bekasi Timur Jl. KH. Mas Mansyur No 91 kel. Bekasi Jaya

Kec. Bekasi Timur 17112.

2. Objek dan Subjek Penelitia

Objek penelitian ini adalah Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin

Amshar Addary. Sedangkan Subjek analisis penelitiannya adalah KH.

Muhammad Muhajirin Amshar Addary.

3. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari catatan, buku-buku,

dan hasil karya antara lain: Misbah Al Zhulam Fi Syarhi Al Bulugh

Al Maram, 8 jilid (fiqih hadits), Idhoh Al Maurud, 2 jilid (ushul

fiqih), Muhammad Rasulullah (Tarikh), Mirah Amuslim Fi Siroh

Khulafa (Tarikh), Al Muntakhab Min Tarikh Daulah Umayah

(Hadits), Qowaid Al Khoms Al Bahiyyah (qowaid fiqih), Al istidzar

(mustholah hadits/ushul hadits), Ta’liqot Ala Matini Al Jauharoh 2

jilid (tauhid), Muhtaroh Al Balaghah2 jilid (balaghah), Qowaid Al

Nahwiyah 2 jilid (nahwu/tat bahasa Arab), Al Qoul Al Hatsis Fi

Mustholah Al Hadits (usul fiqih), Taysir Al Ushul I Ilmi Al Ushul

(ushul fiqih), Qowaid Al Mantiq 2 jilid (mantiq), Muthalaah

(22)

Hadits, Tasawwuf, dan Faroid. Selain itu adalah mushaf yang

belum sempat dicetak.17

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur

yang mendukung data primer, internet18, dan buku-buku yang

berhubungan dengan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung kepada keluarga yairu

istri KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary yaitu ibu Hj.

Hannah Abdurrahman, dan 7 anak KH. Muhammad Muhajirin

Amshar Addary yaitu: Hj. Faiqoh Muhadjirin, H.Muhammad Ihsan

Muhadjirin, Hj. Badi’ah Muhadjirin, Hj. Farhah Muhadjirin, Hj.

Rufaida Muhadjirin, H. Dhiya Al Maqdisi Muhadjirin,

H.Muhammad Aiz Muhadjirin, dan salah satu murid yang masih

mengajar di sekolah Annida Al-Islamy Ust. Muhammad Yusuf.

b. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari sumber data tambahan seperti

buku, arsip dokumen pribadi, foto, video, dan lain-lain.

5. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Desember 2013 - juni 2014.

Peneliti sengaja menggunakan kaca mata analisis deskriptif kualitatif,

17

Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Syekh Muhammad Muhajirin Amsar Addary Allah Yarham, (Bekasi : Pesantren Annida Al-Islamy. 2007). h. 21.

18

(23)

sebab kiprah dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary

merupakan pembahasan dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian

diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah

ditentukan. Setelah di klarifikasi, dilakukan analisis dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap bab memiliki beberapa sub

bahasan yaitu:

BAB I : Pendahuluan membahas : Latar Belakang Masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik penulisan

dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis membahas : Landasan teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi pengertian kiprah

/ aktifitas, dakwah berikut pengertian dan unsur-unsur dakwah.

BAB III : Profil dan Riwayat Hidup KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary membahas : Pada bab ini berisikan tentang latar belakang keluarga KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary, latar belakang

(24)

KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary, aktifitas dakwah dan

karya-karyanya.

BAB IV : Hasil Penelitian membahas : Meliputi kiprah dan hasil kiprah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary serta faktor pendukung dan

penghambat dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary.

BAB V : Penutup membahas : dari beberapa uraian diatas maka penulis akan menguraikan kesimpulan yang ada serta memberikan saran atas

permasalahan yang ditemui selama melakukan penelitian. Kemudian

(25)

15

A. Pengertian Kiprah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aktivitas adalah keaktifan,

kegiatan-kegiatan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja

yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.1.

Dalam kamus besar Ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal dari

ling: activity; Lay: Aktivitas: aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap

eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan

aktivitas menandai hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia

bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek.

Ada dua jenis aktivitas: aktivitas eksternal dan aktivitas internal,

(eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan

kiri, jari-jari, dan kaki maka pada internal menggunakan tindakan mental

dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis). Aktivitas internal merencanakan

eksternal.2

Aktifitas adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang

berhubungan langsung dengan sebuah tindakan atau kegiatan. Sedangkan

berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tidakan partisipasi dengan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke 3, h. 17.

2

(26)

semangat tinggi atau bergerak, dan berusaha disebuah bidang.3 aktifitas tidak

dapat dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat pada diri kita.

Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan dengan

semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang.4 Sedangkan dakwah

adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran islam yang sangat dibutuhkan

manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan

bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk

kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia dan akhirat.5 Sehingga pada

dasarnya kiprah dan dakwah sangatlah berkaitan satu sama lain. Banyak

tempat atau alat yang bisa dijadikan sebagai media dalam menyampaikan

dakwah tersebut. Diantaranya, Masjid, Majlis Ta‟lim, Sekolah juga bisa

melalui media cetak maupun elektronik, dan sebagainya.

Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas namun bedanya

disini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tingkatannya berpartisipasi

dalam kegiatan dengan semangat tinggi yaitu lebih tinggi tingkatannya dari

pada beraktifitas menurut Mahmud Yunus pengertian kiprah dakwah yaitu

melakukan kegiatan dakwah (amal ma’ruf nahi munkar) atau berpartisipasi

dalam kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk perbuatan

nyata untuk memecahkan persoalan masyarakat khususnya dalam bidang

pendidikan, sosial dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

umat.

3Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (

Jakarta: Balai Puustaka,2005), cet. ke-3. h. 71

4Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”

(Jakart: Balai Pustaka, 2005), cet. k-3. h.71

5

(27)

Terwujudnya dakwah bukan semata-mata sekedar usaha peningkatan

pemahaman keagamaan dalam tingkahlaku dan pandangan hidup saja, tetapi

juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah

harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran agama Islam secara

menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.

Pengertian Kiprah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara

etimologi kiprah adalah derap kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah

melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak,

berusaha disebuah bidang.6 Jadi kiprah yaitu dapat dikatakan sebagai

tindakan, aktivitas, kemampuan kerja, reaksi, atau cara pandang seseorang

terhadap ideologi atau institusinya.

Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah

laku tertentu yang merupakan ciri as sebagai suatu pekerjaan atau jabatan

tertentu.7

Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau

akibat kedudukan atas status seseorang.8 Sehingga dari kedudukannya

tersebut dapat terlihat bagaimana aktivitasnya. Dari beberapa pengertian

kiprah di atas maka dapat disimpulkan bahwa kiprah adalah serangkaian

tingkahlaku sesuai hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam

hubungan dengan kemajuan suatu hal atau peristiwa.

6

Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet Ke-3. h.71

7

Djumhur. Moh. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pedoman Ilmu, 1975), h.12.

8

(28)

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa arab Da’a,

Yad’u, Da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.9 Secara

istilah pengertian dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang

bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT

untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 10

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dakwah adalah

penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk, mempelajari dan

mengamalkan ajaran agama.11 Dakwah secara istilah dari pengertian

tersebut berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan

dengan ajaran agama Islam.

M. Quraish Shihab, mengartikan dakwah sebagai seruan atau

ajakan kepada kainsyafan atau usaha dalam mengubah situasi kepada

situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berperilaku buruk sampai

kepada arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun

kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan

ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. 12

Toha Yahya Omar menegaskan bahwa, dakwah berasal dari

bahasa Arab yang berarti: “seruan, panggilan, atau undangan”. Adapun

9

H. Mahmud Yunus, “Terjemahan Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, h. 127

10

Prof. Thoha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya. 1979, h. 1. 11

Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 232

12

(29)

pengertian dakwah di dalam Islam adalah mengajak dengan cara

bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.13

Sedangkan dakwah dalam pengertian terminologis terdapat

beberapa pendapat. Dari beberapa pendapat tersebut jika di tarik

kesimpulan maka kesemuanya memiliki titik temu yang sama.

Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyelenggaraan

suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.

Kedua, dasar dakwah adalah mengajak manusia kepada ajaran Allah

SWT demi kemaslahatan baik secara individual maupun sosial

kemasyarakatan. Ketiga, bahwa pada dasarnya kewajiban dakwah adalah

menyampaikan yang benar dan mencegah hal yang munkar. Keempat,

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup si dunia dan akhirat serta keridhoan Allah. Kelima,

terdapat upaya mempengaruhi orang lain.14

2. Landasan Hukum Dakwah

Pada dasarnya yang menjadi landasan hukum kewajiban dakwah

adalah Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang di dalamnya banyak menerangkan

hal tersebut. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104:

                            13

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Wijaya, 1983), jilid I, cet. ke-3, h.1. 14

(30)

“Dan hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas dalam bidang dakwah, menyeru ke jalan kebaikan, menyuruh ma’ruf, melarang munkar, merekalah orang-orang

yang beruntung.” (Ali Imran(3): 104).

Ayat tersebut memberi petunjuk kepada setiap umat muslim agar

melakukan upaya penyebaran dan pemerataan ajaran Islam agar termasuk

ke dalam golongan umat yang beruntung. Upaya-upaya yang harus

dilakukan antara lain:

a) Mengajak kepada kebaikan

b) Menyuruh kepada kebenaran

c) Melarang dari kemunkaran15.

Para ulama sepakat bahwa dalam berdakwah wajib hukumnya baik

secara individu maupun kelompok, meskipun ada yang berpendapat

wajib kifayah dan ada yang berpendapat pula wajib ain karena dengan

berdakwah, islam bisa tesebar keseluruh pelosok dunia. Ada beberapa

pendapat para ulama yang mewajibkan berdakwah yaitu:

Menurut Thoha Jahja Omar kewajiban dakwah Islam berdasarkan

firman Allah SWT yang tersirat dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125

yang artinya:











































































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

15

(31)

Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang apa siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahu orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).

Menurut Prof. Thoha Jahja Omar MA, di dalam bukunya H.

Hassanuddin yang berjudul Hukum Dakwah menyebutkan bahwa ayat

tersebut menerangkan teori atau cara-cara dakwah. Disamping itu ayat

tersebut menunjukan wajibnya melaksanakan dakwah. Hal ini diketahui

dari kata (Ud‟u) yang diterjemahkan dengan ajaklah adalah fi‟il amer.

Menurut aturan ushul fiqh, setiap fi‟il amer menjadi perintah wajib yang

harus dipatuhi selama tidak ada dalil-dalil lain yang memalingkannya

dari wajib itu kepada sunnah dan lain-lain.16

Sementara M. Natsir didalam bukunya Dakwah dan Pemikirannya

berpendapat bahwa kewajiaban berdakwah haruslah dilakukan setiap

muslim. Hal ini didasari firman Allah SWT yang artinya :









































































Kamu adalah sebaik-baik umat dilahirkan untuk (kemaslahatan) manusia, kamu mengajak kepada kebaikan, dan kamu mencegah

dari kemunkaran, serta kamu beriman kepada Allah.” (QS. Ali

-Imran: 110).

Dalam ayat diatas menunjukan bahwa melaksanakan dakwah

dalam arti luas adalah kewajiban yang haru dipikul dan dilaksanakan

16

(32)

oleh setiap muslim maupun muslimat. Tidak boleh seorangpun dari kaum

muslimin atau muslimat menghindari diri dari padanya. 17

Dengan demikian jelaslah bahwa dakwah adalah suatu kewajiban

bagi setiap muslin yang mengetahui apa-apa yang dia gali dan

menyampaikannya kepada orang yang belum sedikit banyak tau tentang

agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai.

Dan mudah dipahami oleh setiap muslim yang mendengarkannya untuk

dilaksanakan oleh setiap umat beragama Islam.

3. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah mempunyai unsur-unsur yang tidak terlepas dari

kegiatannya. Oleh karena itu dakwah merupakan suatu bentuk yang khas

dan dakwah tidak akan sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor

tertentu.

Unsur-unsur dakwah yang dimaksud adalah unsur-unsur yang

selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut yaitu

subjek dakwah (da’i), objek dakwah (mad’u), sasaran dakwah, metode

dakwah, media dakwah, materi dakwah dan tujuan dakwah.

a. Subjek Dakwah (Da’i)

Da‟i adalah seorang yang melakukan dakwah.18

Atau dapat

diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada

khalayak (mad‟u). Seseorang yang dapat dikatakan da‟i apabila

secara keilmuan ia telah menguasai tentang ajaran-ajaran Islam

17

H. Hassanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 45 18

(33)

dibandingkan mad‟unya.19

Dari segi wawasan intelektual,

pengalaman spiritual, sikap mental dan kewibawaannya.

Adapun yang dimaksud dengan da‟i adalah orang yang

melakukan dakwah, baik lisan, tulisan ataupun perbuatan, baik secara

individu maupun kelompok lembaga. Da‟i disebut kebanyakan orang

dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran islam).

Disamping profesional, kesiapan subjek baik penguasaan

terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media dan

psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai

keberhasilan.20

Da‟i artinya orang yang mengajak atau mubaligh. Orang yang

berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Allah SWT baik secara individual maupun

terbentuk organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan

pembawa misi.

Mubaligh sebagai komunikator, berperan menyampaikan

ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok yaitu diterimanya

ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan

terhadap sikap tertentu. Dengan demikian, mubaligh juga merupakan

seorang pelaku utama untuk mempengaruhi perubahan sikap dari

komunikatornya. Yang dikenal dengan Agent of social change

19

Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.137

20

(34)

Berkaitan dengaan subjek dakwah (da’i), maka dapat

dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu : Pertama : da‟i dalam kriteria

umum dan yang ke dua da‟i dalam kriteria khusus.

1) Da‟i dalam kriteria umum, artinya setiap muslim atau muslimat

yang berdakwah sebagaikewajiban yang melekat tak terpisahkan

dari muslimat yang berdakwah sebagai penganut Islam, sesuai

dengan perintah “Ballighu „anni walau ayat”.21 Hal ini juga dapat

dilihat kesesuaiannya dengan surat At-Taubah ayat 71.



























































































“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah:71).

Ayat di atas telah menggariskan dengan amat jelas bahwa

sasaran utama dakwah meliputi 2 hal, yaitu: pertama menyuruh

ma‟ruf yang mempunyai konotasi yang luas sekali (namun dalam

ayat ini ada stressing mengenai iman, shalat, dan zakat). Kedua,

21 Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”,

(35)

melarang kemunkaran. Dengan demikian, semua orang boleh

dinamakan da‟i.

2) Da‟i dalam kriteria khusus, yakni mereka yang mengambil

keahlian khusus (mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam,

dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudrah hasanah.22

Agar suatu tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan

tujuan tercapai dengan efektif dan efisien maka juru dakwah harus

mempunyai kemampuan di bidang yang berkaitan dengan

tugasnya. Karena semakin memiliki kemampuan yang profesional

maka semakin maningkat pula keberhasilan tugas dakwahnya.

Da‟i akan berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika

dibekali kemampuan kemampuan yang berkaitan dengannnya.

Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh da‟i antara lain:

1. Kemampuan Berkomunikasi

2. Kemampuan Penguasaaan Diri

3. Kemampuan Pengetahuan Psikologi

4. Kemampuan Pengetahuan Kependidikan

5. Kemampuan Pengetahuan di Bidang Pengetahuan Umum

6. Kemampuan di Bidang Al-Qur‟an

7. Kemampuan Pengetahuan di Bidang Ilmu Hadits

8. Kemampuan di Bidang Ilmu Agama secara Integral23.

22

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet. ke-1, h. 27.

23

(36)

Kunci keberhasilah juru dakwah atau da‟i sebenarnya

terletak pada juru dakwahnya atau da‟i sebagai subjek dakwah itu

sendiri. Dalam hal ini Rasulullah telah mencontohkan

keberhasilan dakwahnya dalam mengembangkan ajaran Islam

yang seharusnya menjadi teladan bagi para da‟i. Suatu keyakinan,

sikap dan perilaku sehingga Rasulullah mendapat pertolongan

Allah dalam mengemban fungsi kerisalahannya. Sikap-sikap yang

perlu diteladani antara lain:24

1. Rasulullah percara dengan yakin, bahwa agama yang

disiarkan adalah agama Allah (QS. Al- Isra (17):80)

2. Rasulullah sangat yakin bahwa Allah pasti menolong umat

yang membela agama Allah (QS. Muhammad (47):7)

3. Rasulullah beserta para sahabat benar-benar jihad dengan

mengorbankan harta, tenaga, dan jiwa untuk kepentingan

tersiarnya agama Islam (QS. Al-Ankabut(29):69)

4. Rasulullah berkemauan keras dalam memikirkan umat agar

mau beragama secara benar, walaupun beliau tahu mengenai

orang-orang yang berpura-pura (QS. Al-Furqan (25):30)

5. Rasulullah sangat merasakan penderitaan umat yang tidak

tahu kebenaran, keras kemauanya untuk kesejahteraan umat

dan sangat kasih sayank (QS. At Taubah (9):128)

24

(37)

6. Rasulullah sangat tinggi akhlaqnya dan mulia budi pekertinya

(QS. Al-Qalam (68):4)

7. Rasulullah tidak pernah patah hati, dan selalu memberi maaf

kepada orang lain yang berbuat tidak senonoh (QS. Ali Imran

(3):159)

8. Rasulullah senantiasa berendah hati, tetap tenang, tabah, tidak

gentar menghadapi lawan (QS. Al Anfal (8): 45).25

Adapun sikap para da‟i haruslah ilmiah dan amaliyah dalam

berbagai permasalahan. Ilmiah berarti harus berdasarkan ilmu

Al-quran dan Sunnah (hadits) dengan pemahaman komprehensif dan

sama sekali tidak berdasarkan hawa nafsu kemarahan atau

kecintaan. Sedangkan amaliyah berarti sikap pengamalan ilmu

Al-Quran dan sunnah dengan diikhlaskan sematamata karena Allah

bukan untuk kepentingan materi dan pribadi serta pelampiasan

hawa nafsu.

Pada dasarnya seorang juru dakwah atau da‟i hendaklah

memiliki kemampuan komperehensif di dalam masalah-masalah

agama Islam, di samping sekaligus mengamalkannya. Sehingga

dengan demikian, kunci sukses seorang juru dakwah atau dai

terletak pada kesungguhan dan keikhlasan dalam menyampaikan

ajaran-ajaran agama Islam.

25

(38)

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Mad‟u diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim disebut dengan ja‟maah yang senang mendengarkan dan memahami ajaran agama dari seorang da‟i. Seorang da‟i akan menjadikan mad‟u

sebagai objek bagi transportasi keilmuan yang dimilikinya. Mad‟u

adalah objek dakwah yaitu manusia, mulai dari individu, keluarga,

kelompok, golongan, kaum ataupun massa. Setiap orang yang normal

biasanya mempunyai cita-cita agar mempunyai kebahagiaan hidup,

dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan

hidup manusia seluruhnya.26

Dengan mengetahui karakter dan kepribadian mad’u sebagai

penerima dakwah, maka dakwah lebih terarah karena tidak

disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada

profesionalisme. Maka mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah

akan dengan mudah menerima pesan-pesan metode, maupun media

yang digunakan dalam berdakwah tepat sesuai dengan kondisi mad‟u

sebagai objek dakwah.27

Mad‟u adalah objek dakwah baik individual ataupun kolektif

atau masyarakat secara umum. Sebelum berdakwah kepada mad`u

maka sosok da`i harus mempelajari kondisi dan keadaan dari mad`u.

Kegiatan memberikan pengaruh kepada mad`u apalagi dalam ranah

dakwah amar ma`ruf nahi munkar bukanlah kegiatan yang mudah

26

Jamaluddin Kafie, Psikolog Dakwah, (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 32. 27

(39)

jika kita tidak mengetahui keadaan dari mad`u maka sangat

memungkinkan akan mengalami kegagalan total.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah pada prinsipnya adalah sesuatu yang sudah

diketahui sampai pada sesuatu yang belum diketahui untuk

disampaikan oleh seorang da‟i kepada jama‟ah. Dalam dak‟wah

materi yang disajikan harus menarik, dapat merangsang pendukung

untuk mengikuti dan mengetahui. Bila demikian dakwah akan tetap

hidup, jalan terus dan tidak membosankan.28 Pada dasarnya

ajaran-ajaran Islam itu sendiri meliputi aspek dunia dan akhirat, maka

tentunya materi dakwah itu luas sekali. Antara lain pokok-pokok

materi dakwah atau ajaran Islam adalah:

1. Aqidah Islam, Tauhid, dan keimanan

2. Pembentukan pribadi yang sempurna

3. Pembangunan masyarakat yang adil dansempurna dan

4. Kemakmuran dan kesejahteraan dunia dan akhirat.29

Materi dakwah (Madah Ad-Dak’wah). Materi dakwah adalah

isi dari pesan-pesan dakwah Islam. Pesan atau materi dakwah harus

disampaikan secara menarik tidak monoton sehingga merangsang

objek dakwah untuk mengkaji tema-tema Islam yang pada gilirannya

objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam mengenai materi

28

Choirul Umam, Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin MZ, (Surabaya: Ampel Suci, 1994), h. 121.

29Hamzah Ya‟qub,

(40)

agama dan meningkatkan kualitas pengetahuan keislaman untuk

pengalaman keagamaan objek dakwah.30

Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam

tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara

global materi dakwah dapat diklarifikasikan menjadi tiga pokok,

yaitu:

1. Masalah keimanan (aqidah)

2. Masalah Keislaman (syariah)

3. Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)

Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam

penggalan ayat “ saling menasihati dalam kebenaran dan saling

menasihati dalam kesabaran” (QS. Al-Ashr (103):5)

Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung

makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogiyanya

menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad‟u sebagai objek

dakwah untuk memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada

kehidupan baik kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari

sistem nilai ini dapat diturunkan aspek legal (syariat dan fiqih) yang

merupakan rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.31

Menurut Barmawi Umari, materi dakwah Islam, antara lain :32

30

Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h.14.

31

M. Dawam Rahardjo (ED), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, (Jakarta: Intermasa, 1997), cet. 1, h. 109.

32

(41)

1. Akidah, menyebarkan dan menanamkan aqidah islamiyah

berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala

priciannya.

2. Akhlak, menerangkan mengenai akhlak mahmudah dan akhlak

madzmumah dengan segala dasar, hasil dan segala akibatnya,

diikuti oleh contoh-contoh yang telah pernah berlaku dalam

sejarah.

3. Ahkam. Menjelaskan aneka hukum meliputi soal-soal : ibadah,

al-alwud as-syahsiah, muamalat yang wajib diamalkan oleh

setiap muslim.

4. Ukhuawah, menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki

oleh Islam antara penganutnya sendiri, serta sikap Islam

terhadap agama lain.

5. Pendidik, melukiskan sistem pendidikan model islam yang

telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidik islam di massa

sekarang.

6. Social, mengemukkan solidaritas menurut tuntunan agama

Islam, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai ajaran

Al-Quran dan hadits.

7. Kebudayaan, menggambarkan perilaku kebudayaan yang tidak

bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat

pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi

(42)

8. Kemasyarakatan, menguraikan konstruksi masyarakat yang

berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran

bersama.

9. Amar Ma’ruf, Mengajak manusia untuk berbuat baik guna

memperoleh sa’adah fi ad-darain (kebehagiaan di dunia dan

akhirat).

10.Nahi Munkar, melarang manusia dari berbuat jahat agar

terhidar dari malapetaka yang akan menimpa manusia di dunia

dan akhirat.

Pesan-pesan dakwah harus dilakukan dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi mad‟u sebagai penerima

dakwah. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan sesuai dengan

kondisi sasaran objek dakwah, akan dapat diterima dengan baik oleh

mad‟u. Oleh karena itu, da‟i hendaklah melihat kondisi objek dakwah

dalam melakukan aktivitas dakwah agar pesan tersebut bisa ditangkap

sesuai dengan karakter dan cara berfikir objek dakwah.

Materi dakwah, tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang

bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang

meliputi aqidah, syari‟ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang

ilmu yang diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seorang

da‟i haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami

sesuatu. Seseorang yang intelektualitasnya rendah harus disampaikan

(43)

d. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:

televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar dan lain

sebagainya. Banyaknya media dakwah yang tersedia, maka seorang

da‟i haruslah memilih salah satu atau beberapa media sesuai dengan

kebutuhan.

Penggunaan media-media modren sudah selayaknya

degunakan bagi aktivitas dakwah, agar dakwah dapat diterima olej

publik secara komprehensif.

e. Metode Dakwah

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

suatu tujuan. Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan

oleh seorang da‟i kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas

dasar hikmah dan kasih sayang. Metode dalam berdakwah tentunya

harus sejalan dan sesuai dengan mad‟u yang akan dihadapi. Karena

metode dakwah yang tepat merupakan salah satu penunjang dari

keberhasilan dakwah itu sendiri. Mad‟u dengan kondisi psikologis dan

keadaan yang serba terbatas seperti yang berada di dalam lembaga

permasyaraktan tentunya memiliki pendekatan metode yang berbeda

dibanding dengan mad‟u pada umumnya.

Dalam surat An-Nahl ayat 125, metode dakwah memiliki tiga

bentuk yaitu dakwah bi al-Hikmah merupakan kemampuan dan

(44)

dakwah dengan kondisi objektif mad‟u dan sebagai sebuah sistem

yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam

berdakwah; dakwah bi al-mau’idza al-hasanah merupakan kata yang

masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam

perasaan dengan penuh kelembutan; dakwah al-mujadalah bi-al-lati

hiya ahsan merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak

secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar

lawan menerima pendapat yang diajukan.33

Aplikasi metode dakwah tidak cukup mempergunakan metode

tradisional saja, melainkan perlu diterapkan penggunaan metode

sesuai dengan situasi dan kondisi zaman di era sekarang.34

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang

benar yang diridhoi Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera dunia

akhirat.

Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman

bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas

seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Dengan demikian, tujuan

dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya

dengan unsur-unsur lainnya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah

33

M. Munir, S.Ag.,MA, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 2, h.19. 34

(45)

sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan

media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah.35

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk

memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah.

Apalagi ditinjau dari segi pendekatan sistem (sistem approach), tujuan

dakwah merupakan salah satu unsur dakwah. Di mana antara unsur

dakwah yang satu dengan yang lainnya saling membantu, saling

mempengaruhi, dan saling berhubungan.36

Dengan demikian tujuan dakwah ssebagai bagian dari seluruh

aktivitas dakwah sama pentingnnya dengan unsur-unsur lain, seperti

subjek dan objek dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan lebih sari

itu tujuan dakwah sangat menetukan dan berpengaruh terhadap

penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus

strategi dakwah juga berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Ini

disebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju

seluruh aktivitas dakwah.37

Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam

dua macam tujuan, yaitu:

1. Tujuan Umum Dakwah ( Mayor Objective)

Tujuan umum dakwah merupakan suatu yang hendak dicapai

dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang

35

Drs.Hasanuddin, MA, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakart Press, 2005), cet I, h.56

36

Asmuni Syukri, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1983), h.49. 37

(46)

masih bersifat umum dan utama, di mana seluruh gerak

langkahnya proses dakwah harus ditunjukan dan diarahkan

kepadanya.

2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan

penjabaran dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan

ag ar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas

diketahui ke mana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang

hendak dikerjakan , kepada siapa berdakwah, dengan cara apa,

bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak

terjadi overlapping antar juru dakwah yang satu dengan lainnya

hanya masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.38

Menurut Toto Tasmara berpendapat bahwa tujuan dakwah

adalah untuk menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik

individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu

memdorong suatu perbuatan yang sesuai dengan agama Islam

tersebut.39

Jika dakwah dilihat sebagai sebuah kegiatan komunikasi, maka

tujan komunikasi dakwah terbagi menjadi dua:

1. Tujuan dakwah jangka pendek, yaitu untuk memberikan

pemahaman tentang Islam kepada masyarakat. Dengan adanya

38

Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 62.

39

(47)

pemahaman tersebut maka masyarakat akan terhindar dari

sikap atau perbuatan yang tidak terpuji.

2. Tujuan dakwah jangka panjang, yaitu untuk mengadakan

perubahan sikap pada masyarakat. Sikap yang dimaksud adalah

perilaku-perilaku yang terpuji bagi masyarakat yang tergolong

kepada hal-hal yang negatif dan mengganggu ketentraman

masyarakat.40

g. Etika Dakwah

Etika berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau

salah. Baik dan buruk berhubungan dengan kemanusiaan dan sering

dikaitkan dengan perasaan dan tujuan seseorang, tidak berlaku umum

dan merata. Seorang yang menganggap suatu perbuatan itu baik,

belum tentu dianggap baik pula oleh pandangan orang lain, tergantung

pada adat kebiasaan yang dipakai oleh tiap-tiap kelompok. Meskipun

demikian, etika berlainan pula dengan adat, karena adat hanya

memandang lahir, melihat tindakan yang di lakukan, sedangkan rtika

lebih memperhatikan hati dan jiwa orang yang melakukannya, dengan

maksud apa ia dilakukan. Seorang yang membungkukkan badannya

ketika berlalu di hadapan orang tua-tua, telah diangap mematuhi

suruhan adat, telah mematuhi adat, tetapi belum tentu etis, tergantung

kepada maksud apa ia membungkukkan badan.41

40

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, h. 7.

41

(48)

Ada yang mengatakan bahwa etika itu digerakkan dari luar,

dari lingkungan manusia. Perundang-undangan, adat, dan

tekanan-tekanan itu, dengan demikian terbentuklah Ethika Heteronom (dari

heteros berarti “bergantung” dan nomos berarti “undang-undang”.

Tetapi segala tindakan itu masih karena luar. Orang tidak mencuri

hanya karena takut di hukum undang-undang, sebenarnya orang itu

masih belum bernama etis. Sebab itu ada orang yang berpendapat

Ethika Otonom (autos berarti “sendiri”), harus berpangkal dari diri

sendiri, tidak mau mencuri karena memang mencuri itu buruk dan

dirasakan tidak pantas.

Demikian simpang siurnya pendapat orang tentang etika.

Orang menggali dan menggali, tetapi satu hal yang sudah jelas bahwa

orang memerlukan etika bukan saja karena tuntutan alam sekitarnya.

Tetapi juga untuk kepuasan dan kebahagiaan dirinya sendiri. Suatu

yang melanggar etika, bukan saja perlu tidak dikerjakan, tetapi juga

harus benar-benar hati merasa jijik mendekatinya dan melihat orang

lain mengerjakannya. Dalam hubungannya dengan dakwah, akan kita

catatkan beberapa hal yang peru di perhatikan, yaitu: Berlaku Sopan

(49)

39

A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary

Anak dari pasangan H. Amsar dan Hj. Zuhriah yaitu KH. Muhajirin

yang akrab di panggil oleh masyarakat mempunyai nama lengkap KH.

Muhammad Muhajirin Amsar Addary yang dilahirkan di Jakarta tepatnya di

kampung baru cakung pada 10 November 1921 M. Beliau wafat pada tanggal

31 Januari 2003 di Bekasi dan meinggalkan seorang istri yaitu Hj. Hannah

Abdurrahman dan delapan putra-putrinya. Nama putra-putri KH. Muhammad

Muhajirin Amsar Addary yaitu anak pertama Hj. Faiqoh Muhajirin, anak

kedua H. Muhammad Ihsan Muhajirin, anak ketiga H. Ahmad Zufar

Muhajirin (Almarhum), keempat Hj. Badi‟ah Muhajirin, kelima Hj. Farhah

Muhajirin, keenam Hj. Rufaida Muhan

Referensi

Dokumen terkait