• Tidak ada hasil yang ditemukan

penghambat dakwah KH. Muhammad Muhajirin Amshar Addary.

BAB V : Penutup membahas : dari beberapa uraian diatas maka penulis akan menguraikan kesimpulan yang ada serta memberikan saran atas permasalahan yang ditemui selama melakukan penelitian. Kemudian pada bagian terakhir memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

15

A. Pengertian Kiprah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.1.

Dalam kamus besar Ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal dari ling: activity; Lay: Aktivitas: aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek.

Ada dua jenis aktivitas: aktivitas eksternal dan aktivitas internal, (eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan kiri, jari-jari, dan kaki maka pada internal menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis). Aktivitas internal merencanakan eksternal.2

Aktifitas adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang berhubungan langsung dengan sebuah tindakan atau kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tidakan partisipasi dengan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke 3, h. 17.

2

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, LPKN, 1997, cet ke-1, h. 25.

semangat tinggi atau bergerak, dan berusaha disebuah bidang.3 aktifitas tidak dapat dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat pada diri kita. Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan dengan semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang.4 Sedangkan dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran islam yang sangat dibutuhkan manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia dan akhirat.5 Sehingga pada dasarnya kiprah dan dakwah sangatlah berkaitan satu sama lain. Banyak tempat atau alat yang bisa dijadikan sebagai media dalam menyampaikan dakwah tersebut. Diantaranya, Masjid, Majlis Ta‟lim, Sekolah juga bisa melalui media cetak maupun elektronik, dan sebagainya.

Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas namun bedanya disini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tingkatannya berpartisipasi dalam kegiatan dengan semangat tinggi yaitu lebih tinggi tingkatannya dari pada beraktifitas menurut Mahmud Yunus pengertian kiprah dakwah yaitu melakukan kegiatan dakwah (amal ma’ruf nahi munkar) atau berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat.

3Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Puustaka,2005), cet. ke-3. h. 71

4Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakart: Balai Pustaka, 2005), cet. k-3. h.71

5

Terwujudnya dakwah bukan semata-mata sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkahlaku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran agama Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.

Pengertian Kiprah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah derap kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha disebuah bidang.6 Jadi kiprah yaitu dapat dikatakan sebagai tindakan, aktivitas, kemampuan kerja, reaksi, atau cara pandang seseorang terhadap ideologi atau institusinya.

Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri as sebagai suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.7

Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat kedudukan atas status seseorang.8 Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat terlihat bagaimana aktivitasnya. Dari beberapa pengertian kiprah di atas maka dapat disimpulkan bahwa kiprah adalah serangkaian tingkahlaku sesuai hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam hubungan dengan kemajuan suatu hal atau peristiwa.

6

Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet Ke-3. h.71

7

Djumhur. Moh. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pedoman Ilmu, 1975), h.12.

8

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa arab Da’a,

Yad’u, Da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.9 Secara

istilah pengertian dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 10

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.11 Dakwah secara istilah dari pengertian tersebut berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan ajaran agama Islam.

M. Quraish Shihab, mengartikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada kainsyafan atau usaha dalam mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berperilaku buruk sampai kepada arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. 12

Toha Yahya Omar menegaskan bahwa, dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti: “seruan, panggilan, atau undangan”. Adapun

9

H. Mahmud Yunus, “Terjemahan Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, h. 127

10

Prof. Thoha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya. 1979, h. 1. 11

Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 232

12

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi Dan Peran wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan1998) cet. ke- 17 h.194.

pengertian dakwah di dalam Islam adalah mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.13

Sedangkan dakwah dalam pengertian terminologis terdapat beberapa pendapat. Dari beberapa pendapat tersebut jika di tarik kesimpulan maka kesemuanya memiliki titik temu yang sama.

Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Kedua, dasar dakwah adalah mengajak manusia kepada ajaran Allah SWT demi kemaslahatan baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Ketiga, bahwa pada dasarnya kewajiban dakwah adalah menyampaikan yang benar dan mencegah hal yang munkar. Keempat, dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup si dunia dan akhirat serta keridhoan Allah. Kelima, terdapat upaya mempengaruhi orang lain.14

2. Landasan Hukum Dakwah

Pada dasarnya yang menjadi landasan hukum kewajiban dakwah adalah Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang di dalamnya banyak menerangkan hal tersebut. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104:

                            13

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Wijaya, 1983), jilid I, cet. ke-3, h.1. 14

Drs.Hasanuddin, MA, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakart Press, 2005), cet I, h. 41- 42.

“Dan hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas dalam bidang dakwah, menyeru ke jalan kebaikan, menyuruh ma’ruf, melarang munkar, merekalah orang-orang

yang beruntung.” (Ali Imran(3): 104).

Ayat tersebut memberi petunjuk kepada setiap umat muslim agar melakukan upaya penyebaran dan pemerataan ajaran Islam agar termasuk ke dalam golongan umat yang beruntung. Upaya-upaya yang harus dilakukan antara lain:

a) Mengajak kepada kebaikan b) Menyuruh kepada kebenaran c) Melarang dari kemunkaran15.

Para ulama sepakat bahwa dalam berdakwah wajib hukumnya baik secara individu maupun kelompok, meskipun ada yang berpendapat wajib kifayah dan ada yang berpendapat pula wajib ain karena dengan berdakwah, islam bisa tesebar keseluruh pelosok dunia. Ada beberapa pendapat para ulama yang mewajibkan berdakwah yaitu:

Menurut Thoha Jahja Omar kewajiban dakwah Islam berdasarkan firman Allah SWT yang tersirat dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 yang artinya:















































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

15

Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang apa siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahu orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).

Menurut Prof. Thoha Jahja Omar MA, di dalam bukunya H. Hassanuddin yang berjudul Hukum Dakwah menyebutkan bahwa ayat tersebut menerangkan teori atau cara-cara dakwah. Disamping itu ayat tersebut menunjukan wajibnya melaksanakan dakwah. Hal ini diketahui dari kata (Ud‟u) yang diterjemahkan dengan ajaklah adalah fi‟il amer. Menurut aturan ushul fiqh, setiap fi‟il amer menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi selama tidak ada dalil-dalil lain yang memalingkannya dari wajib itu kepada sunnah dan lain-lain.16

Sementara M. Natsir didalam bukunya Dakwah dan Pemikirannya berpendapat bahwa kewajiaban berdakwah haruslah dilakukan setiap muslim. Hal ini didasari firman Allah SWT yang artinya :

















































Kamu adalah sebaik-baik umat dilahirkan untuk (kemaslahatan) manusia, kamu mengajak kepada kebaikan, dan kamu mencegah

dari kemunkaran, serta kamu beriman kepada Allah.” (QS. Ali

-Imran: 110).

Dalam ayat diatas menunjukan bahwa melaksanakan dakwah dalam arti luas adalah kewajiban yang haru dipikul dan dilaksanakan

16

oleh setiap muslim maupun muslimat. Tidak boleh seorangpun dari kaum muslimin atau muslimat menghindari diri dari padanya. 17

Dengan demikian jelaslah bahwa dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslin yang mengetahui apa-apa yang dia gali dan menyampaikannya kepada orang yang belum sedikit banyak tau tentang agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai. Dan mudah dipahami oleh setiap muslim yang mendengarkannya untuk dilaksanakan oleh setiap umat beragama Islam.

3. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah mempunyai unsur-unsur yang tidak terlepas dari kegiatannya. Oleh karena itu dakwah merupakan suatu bentuk yang khas dan dakwah tidak akan sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor tertentu.

Unsur-unsur dakwah yang dimaksud adalah unsur-unsur yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut yaitu subjek dakwah (da’i), objek dakwah (mad’u), sasaran dakwah, metode dakwah, media dakwah, materi dakwah dan tujuan dakwah.

a. Subjek Dakwah (Da’i)

Da‟i adalah seorang yang melakukan dakwah.18

Atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada khalayak (mad‟u). Seseorang yang dapat dikatakan da‟i apabila secara keilmuan ia telah menguasai tentang ajaran-ajaran Islam

17

H. Hassanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 45 18

dibandingkan mad‟unya.19

Dari segi wawasan intelektual, pengalaman spiritual, sikap mental dan kewibawaannya.

Adapun yang dimaksud dengan da‟i adalah orang yang melakukan dakwah, baik lisan, tulisan ataupun perbuatan, baik secara individu maupun kelompok lembaga. Da‟i disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran islam).

Disamping profesional, kesiapan subjek baik penguasaan terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilan.20

Da‟i artinya orang yang mengajak atau mubaligh. Orang yang berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT baik secara individual maupun terbentuk organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.

Mubaligh sebagai komunikator, berperan menyampaikan ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok yaitu diterimanya ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap sikap tertentu. Dengan demikian, mubaligh juga merupakan seorang pelaku utama untuk mempengaruhi perubahan sikap dari komunikatornya. Yang dikenal dengan Agent of social change

19

Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.137

20

Berkaitan dengaan subjek dakwah (da’i), maka dapat dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu : Pertama : da‟i dalam kriteria umum dan yang ke dua da‟i dalam kriteria khusus.

1) Da‟i dalam kriteria umum, artinya setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagaikewajiban yang melekat tak terpisahkan dari muslimat yang berdakwah sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu „anni walau ayat”.21 Hal ini juga dapat dilihat kesesuaiannya dengan surat At-Taubah ayat 71.



















































“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah:71).

Ayat di atas telah menggariskan dengan amat jelas bahwa sasaran utama dakwah meliputi 2 hal, yaitu: pertama menyuruh ma‟ruf yang mempunyai konotasi yang luas sekali (namun dalam ayat ini ada stressing mengenai iman, shalat, dan zakat). Kedua,

21 Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet. ke-1, h. 23.

melarang kemunkaran. Dengan demikian, semua orang boleh dinamakan da‟i.

2) Da‟i dalam kriteria khusus, yakni mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudrah hasanah.22

Agar suatu tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan tercapai dengan efektif dan efisien maka juru dakwah harus mempunyai kemampuan di bidang yang berkaitan dengan tugasnya. Karena semakin memiliki kemampuan yang profesional maka semakin maningkat pula keberhasilan tugas dakwahnya. Da‟i akan berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika dibekali kemampuan kemampuan yang berkaitan dengannnya. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh da‟i antara lain: 1. Kemampuan Berkomunikasi

2. Kemampuan Penguasaaan Diri 3. Kemampuan Pengetahuan Psikologi 4. Kemampuan Pengetahuan Kependidikan

5. Kemampuan Pengetahuan di Bidang Pengetahuan Umum 6. Kemampuan di Bidang Al-Qur‟an

7. Kemampuan Pengetahuan di Bidang Ilmu Hadits 8. Kemampuan di Bidang Ilmu Agama secara Integral23.

22

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet. ke-1, h. 27.

23

Drs. Samsul Munir Amin, MA., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 78-86.

Kunci keberhasilah juru dakwah atau da‟i sebenarnya terletak pada juru dakwahnya atau da‟i sebagai subjek dakwah itu sendiri. Dalam hal ini Rasulullah telah mencontohkan keberhasilan dakwahnya dalam mengembangkan ajaran Islam yang seharusnya menjadi teladan bagi para da‟i. Suatu keyakinan, sikap dan perilaku sehingga Rasulullah mendapat pertolongan Allah dalam mengemban fungsi kerisalahannya. Sikap-sikap yang perlu diteladani antara lain:24

1. Rasulullah percara dengan yakin, bahwa agama yang disiarkan adalah agama Allah (QS. Al- Isra (17):80)

2. Rasulullah sangat yakin bahwa Allah pasti menolong umat yang membela agama Allah (QS. Muhammad (47):7)

3. Rasulullah beserta para sahabat benar-benar jihad dengan mengorbankan harta, tenaga, dan jiwa untuk kepentingan tersiarnya agama Islam (QS. Al-Ankabut(29):69)

4. Rasulullah berkemauan keras dalam memikirkan umat agar mau beragama secara benar, walaupun beliau tahu mengenai orang-orang yang berpura-pura (QS. Al-Furqan (25):30) 5. Rasulullah sangat merasakan penderitaan umat yang tidak

tahu kebenaran, keras kemauanya untuk kesejahteraan umat dan sangat kasih sayank (QS. At Taubah (9):128)

24

6. Rasulullah sangat tinggi akhlaqnya dan mulia budi pekertinya (QS. Al-Qalam (68):4)

7. Rasulullah tidak pernah patah hati, dan selalu memberi maaf kepada orang lain yang berbuat tidak senonoh (QS. Ali Imran (3):159)

8. Rasulullah senantiasa berendah hati, tetap tenang, tabah, tidak gentar menghadapi lawan (QS. Al Anfal (8): 45).25

Adapun sikap para da‟i haruslah ilmiah dan amaliyah dalam berbagai permasalahan. Ilmiah berarti harus berdasarkan ilmu Al-quran dan Sunnah (hadits) dengan pemahaman komprehensif dan sama sekali tidak berdasarkan hawa nafsu kemarahan atau kecintaan. Sedangkan amaliyah berarti sikap pengamalan ilmu Al-Quran dan sunnah dengan diikhlaskan sematamata karena Allah bukan untuk kepentingan materi dan pribadi serta pelampiasan hawa nafsu.

Pada dasarnya seorang juru dakwah atau da‟i hendaklah memiliki kemampuan komperehensif di dalam masalah-masalah agama Islam, di samping sekaligus mengamalkannya. Sehingga dengan demikian, kunci sukses seorang juru dakwah atau dai terletak pada kesungguhan dan keikhlasan dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam.

25

Ahmad W. Praktiknya (Editor), Islam dan Dakwah Pergumulan Antara Nilai dan Realitas, (Yogyakarta: Majlis Tabigh PP Muhammadiyah, 1988), hal. 161.

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Mad‟u diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim disebut dengan ja‟maah yang senang mendengarkan dan memahami ajaran agama dari seorang da‟i. Seorang da‟i akan menjadikan mad‟u sebagai objek bagi transportasi keilmuan yang dimilikinya. Mad‟u adalah objek dakwah yaitu manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum ataupun massa. Setiap orang yang normal biasanya mempunyai cita-cita agar mempunyai kebahagiaan hidup, dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan hidup manusia seluruhnya.26

Dengan mengetahui karakter dan kepribadian mad’u sebagai penerima dakwah, maka dakwah lebih terarah karena tidak disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan metode, maupun media yang digunakan dalam berdakwah tepat sesuai dengan kondisi mad‟u sebagai objek dakwah.27

Mad‟u adalah objek dakwah baik individual ataupun kolektif atau masyarakat secara umum. Sebelum berdakwah kepada mad`u maka sosok da`i harus mempelajari kondisi dan keadaan dari mad`u. Kegiatan memberikan pengaruh kepada mad`u apalagi dalam ranah dakwah amar ma`ruf nahi munkar bukanlah kegiatan yang mudah

26

Jamaluddin Kafie, Psikolog Dakwah, (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 32. 27

Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h.15.

jika kita tidak mengetahui keadaan dari mad`u maka sangat memungkinkan akan mengalami kegagalan total.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah pada prinsipnya adalah sesuatu yang sudah diketahui sampai pada sesuatu yang belum diketahui untuk disampaikan oleh seorang da‟i kepada jama‟ah. Dalam dak‟wah materi yang disajikan harus menarik, dapat merangsang pendukung untuk mengikuti dan mengetahui. Bila demikian dakwah akan tetap hidup, jalan terus dan tidak membosankan.28 Pada dasarnya ajaran-ajaran Islam itu sendiri meliputi aspek dunia dan akhirat, maka tentunya materi dakwah itu luas sekali. Antara lain pokok-pokok materi dakwah atau ajaran Islam adalah:

1. Aqidah Islam, Tauhid, dan keimanan 2. Pembentukan pribadi yang sempurna

3. Pembangunan masyarakat yang adil dansempurna dan 4. Kemakmuran dan kesejahteraan dunia dan akhirat.29

Materi dakwah (Madah Ad-Dak’wah). Materi dakwah adalah isi dari pesan-pesan dakwah Islam. Pesan atau materi dakwah harus disampaikan secara menarik tidak monoton sehingga merangsang objek dakwah untuk mengkaji tema-tema Islam yang pada gilirannya objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam mengenai materi

28

Choirul Umam, Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin MZ, (Surabaya: Ampel Suci, 1994), h. 121.

29Hamzah Ya‟qub, Publisistik Islam, (Tekhnik Dakwah dan Leadership), (Bandung: C.V. Diponogoro, 1992), cet. Ke-4, h. 29-30 .

agama dan meningkatkan kualitas pengetahuan keislaman untuk pengalaman keagamaan objek dakwah.30

Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat diklarifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

1. Masalah keimanan (aqidah) 2. Masalah Keislaman (syariah)

3. Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)

Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat “ saling menasihati dalam kebenaran dan saling

menasihati dalam kesabaran” (QS. Al-Ashr (103):5)

Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogiyanya menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad‟u sebagai objek dakwah untuk memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada kehidupan baik kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari sistem nilai ini dapat diturunkan aspek legal (syariat dan fiqih) yang merupakan rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.31

Menurut Barmawi Umari, materi dakwah Islam, antara lain :32

30

Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h.14.

31

M. Dawam Rahardjo (ED), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, (Jakarta: Intermasa, 1997), cet. 1, h. 109.

32

1. Akidah, menyebarkan dan menanamkan aqidah islamiyah berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala priciannya.

2. Akhlak, menerangkan mengenai akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah dengan segala dasar, hasil dan segala akibatnya, diikuti oleh contoh-contoh yang telah pernah berlaku dalam sejarah.

3. Ahkam. Menjelaskan aneka hukum meliputi soal-soal : ibadah, al-alwud as-syahsiah, muamalat yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.

4. Ukhuawah, menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam antara penganutnya sendiri, serta sikap Islam terhadap agama lain.

5. Pendidik, melukiskan sistem pendidikan model islam yang telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidik islam di massa sekarang.

6. Social, mengemukkan solidaritas menurut tuntunan agama Islam, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai ajaran Al-Quran dan hadits.

7. Kebudayaan, menggambarkan perilaku kebudayaan yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi sesuai dengan ruang dan waktu.

8. Kemasyarakatan, menguraikan konstruksi masyarakat yang berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

9. Amar Ma’ruf, Mengajak manusia untuk berbuat baik guna

memperoleh sa’adah fi ad-darain (kebehagiaan di dunia dan akhirat).

10.Nahi Munkar, melarang manusia dari berbuat jahat agar terhidar dari malapetaka yang akan menimpa manusia di dunia dan akhirat.

Pesan-pesan dakwah harus dilakukan dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi mad‟u sebagai penerima dakwah. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan sesuai dengan kondisi sasaran objek dakwah, akan dapat diterima dengan baik oleh mad‟u. Oleh karena itu, da‟i hendaklah melihat kondisi objek dakwah dalam melakukan aktivitas dakwah agar pesan tersebut bisa ditangkap sesuai dengan karakter dan cara berfikir objek dakwah.

Materi dakwah, tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari‟ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang

Dokumen terkait