• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU.H. Abdul Manan Simatupang Kisaran’’

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU.H. Abdul Manan Simatupang Kisaran’’"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU POST PARTUM NORMAL DAN SECTIO SESAREA

DI RUMAH SAKIT UMUM H.ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN

SKRIPSI

Oleh

Nur Khairani Hutapea 111121003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini

pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU.H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran’’ Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar

kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, Untuk itu

penulis mengucapkan Terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata,Mkes Selaku Dekan

fakultas universitas keperawatan Sumatra Utara dan kepada ibu Nur Afidarti S.kp,

Mkep selaku dosen pembimbing dan ibu Erniyati Skp, MNS selaku dosen

pembimbing Akademik dan penguji I, dan Ibu Siti Saidah Nasution S.kp Mkep,

Sp.Mat selaku penguji II yang telah bersedia menyediakan waktu dan memberi

masukan dalam penulisan skripsi ini dan kepada seluruh Staf Pengajar dan Staf

Administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Dan kepada

pihak RSU. H.Abdul Manan simatupang Kisaran serta Staf yang telah memberi

izin dan informasi bagi penulis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibunda tercinta dan keluarga yang

selalu memberi dukungan baik moril dan materil kepada penulis, dan semua

teman yang ada di PSIK 2011 yang telah memberikan dukungan dan bantuan bagi

(4)

iii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan

skripsi ini, Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan praktek keperawatan.

Medan, Februari 2013

(5)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Pengesahan... i

Prakata ... ... ii gian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi... ... 9

(6)

v

2.1.6 ... Mobi

lisasi Dini Pada Ibu Post Partum Seksio Sesarea.. ... 11

2.1.7 ... Fakto

r-Faktor Yang Mempegaruhi Mobilisasi Dini ... 12

2.2 ...

nganan/ Tindakan yang Baik Untuk Ibu Post

Partum... ... 23

m- Macam Indikasi Dilakukan Seksio

(7)

Bab 4 Metodologi Penelitian ... 37 aliditas dan Reabilitas Instrumen ... 40

4.7.1 Uji Validitas Penelitian ... 40

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio... 44

5.3 Pembahasan ... 47

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 53

6.1 Kesimpulan hasil penelitian... . 53

(8)

vii Daftar Pustaka

Lampiran

1. Inform Consent

2. Instrumen penelitian

3. Hasil Analisa Univariat

4. Daftar Tabel

5. Jadwal Tentatif Penelitian

6. Rencana Anggaran Penelitian

7. Lembar Konsul

8. Surat Keterangan Penelitian

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.7 Faktor Emosional pada Tingkat Kecemasan... 17

Tabel 3.2 Defenisi Operasional... 30

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Karakteristik Demografi... 43

Tabel 5.1.2 Faktor fisiologis... .44

Tabel 5.2.3 Faktor Emosional... 45

Tabel 5.3.4 Faktor Perkembangan... 46

(10)

ix

DAFTAR SKEMA

(11)

Judul : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal Dan Seksio Sesarea Di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran Tahun 2012

Penulis : Nur Khairani Hutapea

NIM : 111121003

Jurusan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun akademik : 2011 - 2013

Abstrak

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2012 dengan menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan faktor fisiologis ibu post partum normal suhu tubuh tidak demam (95%) , mengalami perdarahan sedikit (50%) dan yang mengalami nyeri sedang (60%) berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (60%) berdasarkan faktor perkembangan usia ibu berada pada kelompok umur 20-35 tahun sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (55%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea suhu tubuh tidak demam (85%), yang mengalami perdarahan sedikit (70%) dan yang mengalami nyeri sedang (70%). Berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (80%). Berdasarkan usia ibu berada pada kelompok umur >35 tahun (40%) sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (40%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu post partum normal dan seksio sesarea melakukan mobilisasi dengan baik. Peneliti mengharapkan agar petugas kesehatan di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran memberikan pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea.

(12)

x

Judul : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal Dan Seksio Sesarea Di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran Tahun 2012

Penulis : Nur Khairani Hutapea

NIM : 111121003

Jurusan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun akademik : 2011 - 2013

Abstrak

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2012 dengan menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan faktor fisiologis ibu post partum normal suhu tubuh tidak demam (95%) , mengalami perdarahan sedikit (50%) dan yang mengalami nyeri sedang (60%) berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (60%) berdasarkan faktor perkembangan usia ibu berada pada kelompok umur 20-35 tahun sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (55%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea suhu tubuh tidak demam (85%), yang mengalami perdarahan sedikit (70%) dan yang mengalami nyeri sedang (70%). Berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (80%). Berdasarkan usia ibu berada pada kelompok umur >35 tahun (40%) sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (40%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu post partum normal dan seksio sesarea melakukan mobilisasi dengan baik. Peneliti mengharapkan agar petugas kesehatan di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran memberikan pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemampuan pelayanan suatu negara ditentukan dengan perbandingan

angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. AKI merupakan indikator

keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah

kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi, hal ini bisa dilihat

dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Tahun 2002 adalah

AKI 307 per 100.000 kelahhiran hidup sedangkan hasil (SDKI) 2007 AKI 228 per

100.000 kelahiran hidup serta target Millenium Development Goals (MDGs) yang

sudah harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Ini tentunya harus ditindak lanjuti dengan Upaya Percepatan (Akselerasi)

Penurunan Angka Kematian Ibu (Upaya PP AKI), (KemKes, RI. 2010).

Berdasarkan laporan dari profil kabupaten/kota, AKI yang dilaporkan di

Sumatera Utara menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara melalui Kepala

Bidang Pelayanan Kesehatan Kustinah, mengatakan sejak empat tahun terakhir

angka kematian pada ibu di Sumut cukup tinggi. Angka kematian ibu secara

nasional mencapai 228 per seratus ribu jumlah kelahiran hidup. Pada 2007

misalnya, angka kematian ini mencapai 231 per seratus ribu kelahiran hidup.

Sedangkan pada 2008, AKI ini meningkat menjadi 258 per seratus ribu kelahiran

hidup. Selanjutnya di 2009 angka kematian pada ibu menjadi 260 per seratus ribu

(14)

2

Seratus ribu kelahiran hidup (Dinkes Provsu).

Menurut dr. Muliadi Tahun 2012 penyebab tersering kematian ibu di

Indonesia adalah perdarahan post partum, infeksi dalam kehamilan, perdarahan

selama kehamilan, infeksi yang bukan karena kehamilan serta penyakit yang

sudah ada sebelum kehamilan (MenKes RI, 2009)

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam

masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya, perdarahan ini dibagi

menjadi dua bagian yaitu perdarahan post partum primer dan perdarahan post

partum sekunder. Penyebab utama perdarahan post partum adalah Atonia Uteri,

Retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir (Muchtar,1998).

Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat

dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita mengalami syok, atau pun

merupakan perdarahan yang menetes berlahan-lahan tetapi terus menerus. Hal ini

berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak akibatnya wanita

menjadi lemas dan mengalami syok (Moctar,1995).

Berdasarkan Data dinas kota Medan, Proporsi perdarahan pada tahun

2002 sebesar 2,3% atau sebanyak 30 orang dari 1310 persalinan dan jumlah

kematian ibu sebanyak 2 orang (CFR : 6,7 %), Pada tahun 2003 Sebesar 2,5 %

atau sebanyak 35 orang dari 1425 persalinan dan jumlah kematian ibu karena

perdarahan sebanyak 3 orang (CFR : 8,6 %) (Rahmi 2009).

Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam

kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami

(15)

Perdarahan post partum terutama perdarahan post partum primer

merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Cara yang

terbaik untuk Penanganan perdarahan post partum harus dilakukan dalam 2

komponen, yaitu: (1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta

kemungkinan syok hipovolemik dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab

terjadinya perdarahan post partum ( Sardijito, 2000).

Perawatan post partum yang berkualitas mempunyai kedudukan yang tidak

kalah pentingnya dalam usaha menurunkan angka kematian ibu. Pada perdarahan

yang abnormal, dengan melakukan mobilisasi dini kontraksi uterus akan membaik

sehingga fundus uteri keras. Hal ini dapat mencegah resiko perdarahan yang

abnormal (Gallagher, 2004).

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi akan melakukan suatu

aktivitas/kegiatan, mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalinan sesarea. Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu

yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan

mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau

tindakan persalinan (Dewi,1997).

Pada ibu post partum normal biasanya mobilisasi dini dilakukan secara

bertahap mulai dari miring kanan dan miring kiri, atau biasanya 2 jam setelah

melahirkan ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktifitas seperti

biasa sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan dengan baik Sedangkan pada

ibu post partum seksio sesarea mobilisasi dini dilakukan secara bertahap setelah

(16)

4

yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,tangan, menggerakkan ujung

jari kaki dan memutar pergelangan kaki, setelah 6-10 jam ibu diharuskan untuk

dapat miring kekiri dan kekanan dan setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat

mulai belajar duduk dan berjalan.

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi

resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan

pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih sering

kali dengan keluhan nyeri di daerah operasi, klien tidak mau melakukan

mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas, klien tidak berani merubah

posisi (Gallagher, 2004).

Peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga

klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan. Berdasarkan latar

belakang manfaat mobilisasi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk mengetahui apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

mobolisasi dini pada ibu post partum normal dan pasca seksio sesarea di RSU

Abdul Manan Simatupang Kisaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah peneliti

yaitu, Bagaimana faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini

pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU Abdul Manan

(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi

dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada

ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor fisiologis di

RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

b. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada

ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor emosional di

RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

c. Untuk Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada

ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor

Perkembangan di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada

ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor pengaruh

psikososial di RSU. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1

Keperawatan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam

mempersiapkan, pengumpulan, mengelolah, menganalisa dan

(18)

6 2. Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di ruang

rawat inap kebidanan.

3. Bagi Institusi Akademik

Bahan masukan yang dapat dibuat untuk acuan dimasa yang akan datang

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mobilisasi Dini 2.1.1 Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di

tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk peregangan atau belajar

berjalan (Soelaiman, 2000).

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin

berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang

terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan

kemandirian. Dari kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi

dini adalah upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan

kaki tungkai bawah sesegera mungkin biasanya dalam waktu 6 jam (Gallagher,

2004).

2.1.2 Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito,(2000) mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang Gerak Pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya

(20)

8 b. Rentang Gerak Aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan

cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien

menggerakkan kakinya.

c. Rentang Gerak Fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan

aktifitas yang diperlukan.

2.1.3 Manfaat Mobilisasi

Manfaat mobilisasi bagi ibu pasca seksio sesarea adalah :

Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan

bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot

perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan

demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

Dengan bergerak akan merangsang peritaltik usus kembali normal. Aktifitas

ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu

merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat

pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa

sehat dan bias merawat anaknya dengan cepat.

Mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi

sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya thrombosis dan

tromboemboli dapat dihindari. Menurut (Gallagher, 2004) walaupun pada

(21)

kembali bergerak sangat disarankan bagi para ibu pasca seksio sesarea.

Operasi dan anastesi menyebabkan pneumonia sehingga sangat penting untuk

mobilisasi.

Mobilisasi dapat meningkatkan fungsi paru-paru semangkin dalam nafas

yang ditarik, semangkin meningkat sirkulasi darah. Hal tersebut memperkecil

resiko pembentukan gumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan

menolong saluran pencernaan agar mulai bekerja lagi. Dalam 6-8 jam tenaga

medis akan menolong ibu untuk melakukan mobilisasi seperti duduk ditempat

tidur, duduk di bagian samping tempat tidur, dan mulai berjalan jarak pendek,

Semangkin cepat ibu bisa bergerak kembali proses menyusui dan merawat

anak juga semangkin mudah.

2.1.4 Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik

sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan

salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan

baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal

dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh

darah yang terbuka.

Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini

akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga

menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. Menurut (Fundamental,2006)

Seorang ibu jika tidak melakukan mobilisasi dapat mengganggu fungsi

(22)

10

protein, katidak seimbangan dan elaktrolit, ketidak seimbangan kalsium,dan

gangguan pencernaan.keberadaan proses infeksius pada pasien yang tidak

melakukan mobilisasi mengalami peningkatan BMR (Basal Metabolik Rate)

diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka. Demam dan

penyembuhan luka meningkatkatkan kebutuhan oksigen seluler. Pada ibu

yang tidak melakukan mobilisasi juga terjadi penurunan sirkulasi volume

cairan, penggumpalan darah pada ekstermitas bawah, dan penurunan respon

otonom. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan penurunan aliran balik vena,

diikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada tekanan darah.

Seorang ibu juga beresiko terjadi pembentukan trombus, trombus adalah

akumulasi trombosit, fibrin, faktor- faktor pembekuan darah dan elemen sel-

sel darah yang menempel pada bagian anterior vena atau arteri, kadang-

kadamg menutup lumen pembuluh darah.

2.1.5 Mobilisasi Dini pada Ibu post partum normal

Persalinan merupakan proses yang sangat melelahkan oleh karena itu ibu

tidak dianjurkan langsung turun dari ranjang karena dapat menyebabkan

pingsan akibat sirkulasi yang belum berjalan baik. Karena sehabis melahirkan

ibu merasa lelah, dan harus beristirahat. Pergerakan dilakukan dengan miring

kanan atau kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.

Biasanya pada 2 jam post partum ibu sudah bisa turun dari tempat tidur

dan melakukan aktifitas seperti biasa. Mobilisasi dilakukan secara bertahap

mulai dari gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakakan kaki. dan

(23)

ranjang dan berdiri atau bisa pergi kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam

tubuh akan berjalan dengan baik.

2.1.6 Mobilisasi Dini pada Ibu post partum seksio sesarea

Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini akan dijelaskan

tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :

Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah

baring dulu. Mobilisasi dini yang bias dilakukan adalah menggerakkan

lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelanggan

kaki, mengangkat tumit, menenangkan otot betis serta menekuk dan

menggeser kaki.

Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan

mencegah thrombosis dan trombo emboli.

Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.

Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).

Hal- hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam mobilisasi dini :

a. Janganlah terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa

menyebabkan ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau

memiliki penyakit jantung. Apabila mobilisasinya terlambat juga dapat

menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh, aliran darah, serta

terganggunya fungsi otot.

b. Ibu post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap.

c. Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan

mobilisasi dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi dalam tubuh

(24)

12

d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani

jantung.

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi a) Faktor Fisiologis

Apa bila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko

terjadi gangguan, tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada

kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di alami.

Sistem endokrin, merupakan produksi hormon –sekresi kelenjar, membantu

mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti: respons terhadap stres

dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, homeostasis ion,

dan metabolisme energi. Ketika cedera atau stres terjadi, sistem endokrin

memicu serangkaian respons yang bertujuan mempertahankan tekanan darah

dan memelihara hidup. Sistem endokrin berperan dalam pengaturan

lingkungan internal dangan mempertahankan keseimbangan natrium,

kalium,air, dan keseimbangan asam- basa. Sehingga sistem endokrin bekerja

sebagai pengatur metabolisme energi.

Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik:

metabilisme karbonhidrat, lemak dan protein, ketidak seimbangan cairan dan

elektrolit, ketidak seimbangan kalsium dan ngangguan pencernaan.

keberadaan infeksius pada klien imobilisasi mengalami peningkatan

diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka (Perry dan potter, 2006).

Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai

(25)

bukan sebuah diagnosis, yang menandakan adanya suatu komplikasi serius

(Cunningham dkk, 2005).

Perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefenisikan sebagai

kehilangan darah lebih dari 1000 ml. dalam hal ini perdarahan terjadi akibat

kegagalan mencapai hemoestasis di tempat insisi uterus maupun pada

placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian besar

penyebab terjadinya perdarahan pasca bedah. Ada beberapa keadaan yang

menjadi predisposisi terjadinya atoni uteri, yaitu distensi dinding rahim yang

berlebihan (kehamilan ganda, polihidramnion atau makrosomia janin),

pemajangan masa persalinan dan grandemultiparitas.

Nyeri

Nyeri merupakan sensasi yang rumit,universal dan bersifat individual.

Dikatakan bersifat individual karena respon individual terhadap sensasi nyeri

beragam dan tidak bias disamakan satu dengan yang lainnya.

a. Pengukuran Intensitas Nyeri

Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara objektif

misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat

diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang hanya bias

mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku klien. Klien

kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya

tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna

dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu.

(26)

14

diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya

nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien.

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk

menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri yang

dirasakan dengan menggunakan skala numeric 0-10 atau skala yang serupa

lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. Cara

mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri.

Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan numeric

yaitu :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

1-6 : Nyeri sedangh : Secata obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat terkontrol : secara obyektif klien terkadang tidak

(27)

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu

lagi berkomunikasi, memukul.

b. Faktor Emosional

Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas). Ansitetas

merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu

diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi

permasalahan (Fundamental, 2006)

1) Tingkat Kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2001) yaitu:

a) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu

menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.

Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas.

b) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus

pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.

Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif

namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

(28)

16

c) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu

cfenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berfikir tentang hal lain.semua perilaku ditunjukkan untuk

mengurangi keteganggan. Individu tersebut memrlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.

d) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya.

Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Panik mencakup dioragnisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan

dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan dan kematian. Gejala-gejala tersebut dapat

dilihat pada table berikut:

Tingkat

Kecemasan Tanda Fisik Intelektual

Sosial dan atau tidak ada tahanan pada

tidak ada usaha

(29)

situasi, merasa

kuat dan merasa

puas. arti. Kontak mata dipertahankan, suara tenang dan intonasi baik

sesuatu yang tak

terduga atau hal

yang negatif

Tingkah laku

spontan.

Perasaan positif

dan nyaman,

percaya diri dan

puas. Aktifitas

menyendiri.

Kecemasan Sedang (+2)

Sistem saraf simpatis aktif : Tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, pernafasan

meningkat. Sistem saraf simpatis aktif : tekanan darah meningkat, kesan perhatian dan ketertarikan

terpusat pada diri

(30)

18

h. Rasa percaya

diselingi rasa

takut. Harga diri

rendah

(31)

darah ke otot

meningkat, agitasi,

dan tempat. hilang, mual. Efek Verbal : gagap, sepat, nada suara meningkat, berbicara putus-putus, ragu-ragu. Ekspresi wajah : Kontak mata sedikit, gerakan mata rata/menatap, menggeretakkan gigi, rahang kaku.

c. Faktor perkembangan

Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas (Potter, 2006).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang

wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang

dihitung sejak dilahirkan.

d. Faktor Psikososial

Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual sensori, dan

sosiokultural. Perubahan emosional paling umum adalah depresi,

(32)

20

koping. mengidentifikasi efek imobilisasi yang lama pada pisikososial

klien. Orang yang cenderung depresi atau suasana hati yang tidak

menentu beresiko tinggi mengalami efek psikososial selama tirah

baring atau imobilisasi (perry dan potter, 2006).

2.2. Konsep Post Partum

2.2.1 Pengertian Post Partum Normal

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perkukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan (Suherni, 2009).

2.2.2 Tahapan Post Partum

Adapun tahapan- tahapan (Post partum /Puerperium) adalah:

1. Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puernium Intermedial: Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ

genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remot puernium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinaan

(33)

2.2.3 Tujuan Asuhan Post Partum:

- Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi

- Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeksi masalah,

mongobati atau merujuk billa terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

- Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

- Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan sebagai berikut:

a. Kunjungan pertama: waktu 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya adalah:

Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia utari.

d. Pemberian ASI awal.

e. Memberikan supervesi kepada ibu bagaimana teknik melakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f.Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi untuk 2

jam pertama.

Kunjungan kedua, waktu : 6 hari setelah persalinan, Tujuannya adalah:

(34)

22

b. Evaluasi adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

adanya penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan

asuhan pada bayi.

f. Kunjunga ketiga, waktu : 2 minggu setelah persalinan,tujuannya

adalah Sama seperti kunjungan hari ke enam.

Kunjungan ke empat, waktu : 6 minggu setelah persalinan, tujuannya

adalah: Menayakan penyulit- penyulit yang ada, memberikan

konseling untuk KB secara dini (Suherni, 2009)

2.2.4 Penanganan/Tindakan yang baik untuk ibu pada asuhan post partum normal

Kebersihan Diri

- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

- Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air, pastikan bahwa ia mengerti untuk

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,dari depan

kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Nasehati ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air

(35)

- Sarankan ibu untuk menggaanti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau diseterika

- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kapada ibu

untuk menghindari menyentuh daerah luka.

Istirahat

- Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

- Saranka ibu untuk kembali ke kegiatan- kegiatan rumah tangga biasa

perlahan- lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi

tidur.

- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, Memperlambat proses

Involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, Menyebabkan depresi

dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

Latihan

- Diskusikan pentingnya mengembalikan otot- otot perut dan panggul

kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot

perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

- Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat

(36)

24

- Dengan tidur telentang dengan lengan disamping, menarik otot perut

selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada:

Tahan satu sampai 5, Refleks dan ulangi 10 kali.

- Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot- otot, pantat dan

pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan

sebanyak 5 kali.

- Mulai dengan megerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap

minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6

setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakkan sebanyak 30

kali (Sarwono, 2002).

2.3 Seksio Sesarea 2.3.1 Pengertian

Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat

diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono,

2002 : 536).

Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan

sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk

mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran

melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara

(37)

2.3.2 Istilah Seksio Sesarea a. Seksio Sesarea Primer

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio

sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul

sempit.

b. Seksio Sesarea Sekunder

Dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan),

bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus gagal, baru dilakukan

seksio sesarea.

c. Seksio Sesarea Ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea dan pada

kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.

d. Seksio Sesarea Histerektomi

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio

sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

e. Seksio Sesarea Poro

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin

sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan

infeksi rahim yang berat (Mochtar, 2000).

2.3.3 Indikasi

a. Dalam persalinan ada bebera factor yang menentukan keberhasilan suatu

persalinan, yaitu passage (jalan lahir). Passenger (janin), power (kekuatan

(38)

26

satu factor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan

lancer bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan

ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba, 1999).

b. Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang

lebih lama akan menimbulkan bahaya pervaginam tidak mungkin dapat

dilakukan dengan aman. Berdasarkan laporan mengenai indikasi

terbanyak di Negara-negara maju seperti : Norwegia diperoleh hasil

bahwa indikasi terbanyak untuk seksio sesarea adalah Distosia 3,6%

diikuti oleh presentasi bokong 2,1%, gawat janin 2,0%, riwayat seksio

sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7% dari 12,8% kasus seksio

sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).

c. Di Skotlandia diperoleh bahwa Distosia sebagai indikasi seksio sesarea

terbanyak yaitu 4,0% sedangkan riwayat seksio sesareasebelumnya 3,1%

gawat janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam

14,2% kasus seksio sesarea. Riwayat seksio sesarea sebelumnya

merupakan indikasi terbanyak dari 10,7% kasus seksio sesarea yang

terjadi di Swedia yaitu3,1% diikuti oleh Distosia dan presentasi bokong

yang masing-masing berkisar 1,8% sedangkangawat janin hanya 1,6%

dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya

merupakan indikasi terbanyak dari 23,6% kasusu seksio sesarea yang

terjadi yaitu 8,5%, dan Distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong

(39)

2.3.4 Macam-macam indikasi dilakukannya seksio sesarea 1) Placenta previa sentralis dan lateralis

2) Panggul sempit

3) Disproporsi sefalo pelvic

4) Ruptur uteri mengancam

5) Partus lama

6) Partus tak maju

7) Distosia serviks

8) Pre eklampsi dan Hipertensi

9) Malprsentasi janin

(40)

28 BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. KerangkaKonsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka

konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori

(Nursalam, 2008).

Kerangka konsep ini dilihat untuk melihat adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan

seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada

bagan sebagai berikut:

Faktor-faktor

- Cemas (ansietas)

Faktor perkembangan - Umur

- Paritas

(41)

3.2.Defenisi Operasional No

Variabel Defenisi

Operasinal Alat ukur Hasil Ukur

Skala

(42)
(43)
(44)

32 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan

adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio

sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu-ibu post partum normal dan post partum secsio

sesarea yang telah melakukan mobilisasi dini Berdasarkan jumlah ibu post partum

normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang kisaran pada bulan

Agustus sampai dengan Oktober 2012 sebanyak 40 orang.

4.2.3 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Tehnik

pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto

(2006) total sampling adalah tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasinya

kurang dari 100, dimana dari seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

Sampel dari seluruh populasi sebanyak 40 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran

pada Tanggal 10 Agustus sampai 8 oktober tahun 2012. Lokasi ini dipilih karena

(45)

mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio

sesarea. pada wilayah ini khususnya di RSU.H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran memungkinkan peneliti untuk lebih mudah mendapatkan sampel yang

memadai sesuai dengan kriteria penelitian.

4.4Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari PSIK FK

USU untuk mendapatkan persetujuan diadakannya penelitian. Setelah mendapat

persetujuan, peneliti mengadakan penelitian dengan menekankan masalah etik.

Kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

dilakukannya pengumpulan data. Apabila calon responden bersedia, maka

responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika

calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung dan peneliti

tetap akan menghormati keputusan responden tersebut. Penelitian ini tidak

menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden , baik resiko fisik mau

pun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidential),

dijaga dengan cara menuliskan inisial pada instrumen dan hanya menuliskan

nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang

diberikan, Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk

(46)

34 4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan

pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:

Kuesioner data demografi mencakup umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas

dan koesioner faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu

post partum normal dan secsio sesarea dengan pertanyaan faktor fisiologis

nomor 1- 4 dan faktor psikosasial nomor 16-20 Untuk kuesioner dalam

bentuk pernyataan ini dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak menggunakan

skala Guttman Jika pernyataan positif setiap jawaban Ya (1) dan jawaban

Tidak (0). Jika penyataan negatif setiap jawaban Ya (0) dan jawaban Tidak

(1).

Dan pada pertanyaan faktor kecemasan dan nyeri menggunakan skala

Likert pada skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang

dialaminya. Pada penilaian ini dikategorikan sebagai berikut :

Angka : 0 - 25% : Tidak sama sekali

Angka : 26 - 50% : Ringan tapi tidak mengganggu

Angka : 51 - 75% : Sedang tidak menyenangkan

(47)

4.6Validitas dan Reabilitas instrumen 4.6.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebuah instrumen dikatakan

valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur

menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain secara sederhana dapat

dikatakan bahwa sebuah instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat ukur untuk

mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini menggunakan

validasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal adalah validasi isi yang

telah dikonsultasikan kepada dosen yang ahli dibidang maternitas. Validasi

eksternal adalah instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari

instrumen tersebut sesuai dengan data variabel. Pengukuran validitas dalam

penelitian ini menggunakan proses komputerisasi dengan jumlah responden 20

orang.

4.6.2 Uji realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dengan catatan bahwa

perhitungan realibilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang sudah

memiliki validitas (Notoatmodjo, 2010). Reabilitas adalah suatu uji yang

dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan

untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Penelitian ini

(48)

36

diantaranya pemberian instrumen hanya dilakukan sekali dengan bentuk

instrumen kepada satu subjek studi.

Uji reabilitas telah dilakukan terhadap 20 ibu post partum normal dan secsio

sesarea. Hasil yang didapat melalui program statistik dengan mengguanakan

komputerisasi koesioner ini terdiri dari 3 variabel yaitu Variabel faktor fisiologis

dengan nilai crobach alpa 0,791,faktor emosional 0,774 dan faktor psikososial

0,781 Maka reabel pada instrumen penelitian ini adalah 0,782 dan instrumen pada

penelitian ini dinyatakan talah realiabel karena nilai tersebut lebih besar dari

0,632, hal ini berarti instrumen telah reliabel (Notoadmodjo, 2006).

4.7 Pengumpulan data

Metode yang dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian pada institusi (Program Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara) kemudian surat permohonan izin yang diperoleh di ajukan ke

lokasi penelitian (RSU H.abdulmanan Simatupang Kisaran). Setelah mendapatkan

izin dari Rumah Sakit peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan

sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden peneliti selanjutnya

menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat serta proses pengisian

kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dan

meminta responden untuk menandatangani informed consent. Bila calon

responden bersedia, maka penelitian dilakukan. Responden diberi kesempatan

untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang kurang jelas.

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembar

(49)

dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian instrumen yaitu

instrumen yang pertama berupa data demografi dan yang kedua faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio sesarea.

Kuesioner tentang data demografi meliputi inisial nama, umur,suku, pendidikan,

pekerjaan,paritas. Kuesioner yang kedua berisi tentang faktor- faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio.

4.8Analisa Data

Pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada

ibu post partum normal dan secsio sesarea diidentifikasi dengan mendeskripsikan

distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpul

dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif untuk

faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini. Dimana data diperiksa terlebih dahulu

atau diediting, untuk memeriksa apakah pernyataan dan kuesioner telah diisi

sesuai petunjuk. Setelah di beri kode atau coding terhadap pernyataan yang telah

diajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa

data yang terkumpul dengan menentukan bahwa persentase jawaban dari setiap

responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data kedalam komputer dan

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi yang

(50)

38 BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan di uraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan

tentang faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea di Rumah Sakit Umum H.Abdulmanan Simatupang

Kisaran. Penelitian ini dilaksanakan selama Agustus sampai dengan Oktober

dengan jumlah reponden 40 orang. Responden pada penelitian ini adalah ibu post

partum normal dan secsio sesarea.

5.1.1 Karateristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase karateristik responden berdasarkan data Demografi di rumah Sakit Umum H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.

(51)

Pada tabel 1 dapat terlihat karakteristik responden berdasar.kan Agama

mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 22 orang(55%),berdasarkan Suku

responden mayoritas suku Jawa sebanyak 18 orang(45,0%),berdasarkan

pendidikan responden mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 26 orang

(65,0%), berdasarkan pekerjaan responden mayoritas bekerja sebagai IRT yaitu 24

orang (60%).

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal Dan Secsio Sesarea

5.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum

Normal Dan Secsio Sesarea Dapat Dilihat Dari Faktor Fisiologis.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor fisiologis pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran

Post partum normal Post partum Sc

F % Jumlah F % Jumlah

Tabel 2 diatas diketahui bahwa distribusi Frekuensi faktor- faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini berdasarkan faktor fisiologis pada ibu post partum

normal mayoritas suhu tubuh responden tidak demam yaitu 19 orang (95%),

(52)

40

yaitu 10 orang (50%) dan dilihat dari nyeri mayoritas responden mengalami

nyeri sedang yaitu 10 orang (60%) sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea

mayoritas suhu tubuh responden tidak demam yaitu 17 orang (85%),Dilihat dari

perdarahannya mayoritas responden hanya mengalami perdarahan sedikit yaitu

14 orang (70%) dan dilihat dari nyeri mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu 14

orang (70%).

5.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea dilihat dari faktor emosional

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan faktor kecemasan pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.

Post partum normal Post partum Sc

F % Jumlah F % Jumlah

Kecemasan ringan 8 40 20 4 20 20

Kecemasan Sedang 12 60 16 80

Kecemasan berat 0 0 0 0

Tabel 3 diatas diketahui bahwa distribusi Frekuensi faktor- faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini berdasarkan faktor Emosional pada ibu post

partum normal mayoritas responden memiliki kecemasan Sedang yaitu 12 orang

(60%), dan hanya 8 orang (40%) responden mengalami kecemasan ringan

sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea mayoritas responden memiliki

kecemasan sedang yaitu 16 orang (80%) dan hanya 4 orang (20%) responden

(53)

5.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Dilihat Dari Faktor

Perkembangan

Tabel.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Perkembangan Pada Ibu Post Partum Normal dan Secsio Sesarea Di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran

Post partum normal Post partum Sc

F % Jumlah F % Jumlah

Tabel 4. diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi faktor- faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini berdasarkan faktor perkembangan pada ibu post

partum normal mayoritas responden berumur 20-35 tahun yaitu berjumlah 10

orang (50%), dan minoritas berumur < 20 tahun hanya berjumlah 3 orang (15%)

dan Dilihat dari paritas mayoritas responden multigravida yaitu berjumlah 11

orang (55%) dan minoritas Primigravida hanya berjumlah 3 orang (15%)

sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea mayoritas responden berumur > 35

tahun yaitu berjumlah 8 orang (40%), dan minoritas berumur < 20 tahun hanya

berjumlah 5 orang (25%) dan dilihat dari paritas mayoritas responden

Multigravida yaitu berjumlah 8 orang (40%) dan minoritas responden hanya

(54)

42

5.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea dilihat dari faktor psikososial

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan faktor Psikososial pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.

Post partum normal Post partum Sc Dukungan keluarga F % Jumlah F % Jumlah

Ada 20 100 20 20 100 20

Tidak Ada 0 0 0 0

Tabel 5 diatas diketahui bahwa Distribusi frekuensi faktor- faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal mayoritas responden

yaitu berjumlah 20 orang (100%) mendapat dukungan dari keluarga sedangkan

pada ibu post partum secsio sesarea mayoritas responden yaitu berjumlah 20

orang (100%) mendapat dukungan dari keluarga, Dilihat dari seluruh responden

pada ibu post partum normal dan secsio sesarea yaitu berjumlah 40 orang (100%)

mendapatkan dukungan dari keluarga setelah persalinan.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan faktor–faktor yang

mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di

RSU. H.Abdulmanan Simatupang Kisaran dengan jumlah responden 40 orang dan

telah didapatkan kriteria responden berdasarkan faktor fisiologis, faktor

emosional, faktor perkembangan, dan faktor psikososial adalah sebagai berikut :

5.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor fisiologis

Setelah penelitian dilakukan diperoleh hampir seluruh ibu post partum normal

dan secsio sesarea yang mampu melakukan mobilisasi dini dilihat dari faktor

(55)

Menurut Cunningham dkk (2005) Demam puerperalis didefinisikan sebagai

peningkatan suhu mencapai 38,5oC pada ibu post partum normal dan pasca seksio

sesarea dan demam merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang

menandakan adanya suatu komplikasi yang serius.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat hampir dari seluruh responden suhu

tubuhnya dalam keadaan normal hal ini juga dikarenakan petugas menjalankan

tugasnya dengan benar atau sesuai prosedur sehingga responden mampu

melakukan mobilisasi dini dengan baik.

Terkait faktor fisiologis perdarahan mayoritas ibu post partum normal dan

secsio sesarea yang mampu melakukan mobilisasi dini hanya mengalami

perdarahan sedikit atau seluruh responden tidak mengalami perdarahan pada ibu

post partum normal dan seksio sesarea sehingga responden dapat melakukan

mobilisasi dini dengan baik.

Menurut Kasdu (2003) Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik

sehingga fundus uterus akan keras, maka resiko perdarahan abnormal dapat

dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang

terbuka. Mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan luka perineum

tetapi juga memulihkan kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat.

Mobilisasi dini atau gerakan sesegera mungkin bisa mencegah aliran darah

terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena

dalam (deep vein trombosis) dan menyebabkan infeksi.

Terkait faktor fisiologis pada Nyeri mayoritas ibu post partum normal dan

secsio sesarea mengalami nyeri sedang. Dari hasil pengukuran intensitas nyeri

(56)

44

mengalami nyeri pada skala 4-6 dengan intensitas nyeri sedang dan 14 orang

(35,0%) responden berada pada skala 1-3 dengan intensitas nyeri ringan dan

hanya 2 orang responden berada pada skala 7-9 dengan intensitas nyeri berat

terkontrol.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perry dan Potter (1993), Cara

mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri.

Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan skala numerik

yaitu : 0, Tidak nyeri. 1-3, nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik. 4-6 nyeri sedang yang secara obyektif klien

mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 nyeri berat

terkontrol yang secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi. 10 nyeri sangat berat tidak terkontrol dimana Pasien sudah tidak mampu

lagi berkomunikasi, memukul.

Dari hasil penelitian ini mayoritas responden berada pada keadaan

nyeri Sedang yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

sehingga responden masih mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik.

5.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor emosional

Pada ibu post partum normal dan secsio sesarea yang mampu melakukan

(57)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas

responden berada pada kecemasan sedang dan pada responden tidak ada yang

mengalami kecemasan berat pada ibu post partum normal dan seksio sesarea.

Menurut Stuart (2001) kecemasan ringan yang berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan

individu menjadi waspada. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Dan responden mampu

melakukan mobilisasi dini karena pada kecemasan ringan dan sedang ini

individu hanya sekedar berwaspada terhadap persalinannya dan terhadap luka

secsionya.

5.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor Perkembangan

Pada ibu post partum normal dan secsio sesarea yang mampu melakukan

mobilisasi dini dilihat dari faktor perkembangan yaitu mayoritas responden

dari rentang umur 20-35 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat

mayoritas responden dari rentang umur 20 – 35 tahun yaitu 17 orang (42,5%)

dan dari rentang umur >35 tahun yaitu 15 orang (37%) dan dari rentang umur

> 20 hanya 8 orang (20,0%).

Menurut Chi, dkk (2007), kelompok ibu yang berumur 20-35 tahun

angka kematian ibu rendah dibandingkan ibu berumur kurang dari 20 tahun

dan dibanding ibu berumur > 35 tahun atau lebih. Usia ibu sangat

berpengaruh terhadap proses reproduksi,Dalam kurun waktu reproduksi sehat

(58)

46

20-35 tahun,dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani

fungsinya.

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu yang berada pada rentan

umur 20-35 tahun dan seluruh responden dapat melakukan mobilisasi dini

dengan baik .

Terkait faktor perkembangan paritas ibu post partum normal dan

secsio sesarea yaitu mayoritas Multigravida.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari

paritas mayoritas responden multigravida yaitu 19 orang (47,5%) dan 13

orang (32,5%) responden yaitu scundigravida sedangkan 8 orang (20,0%)

responden pada primigravida dan seluruh paritas mampu melakukan

mobilisasi dini dengan baik.

Menurut penelitian Chi, dkk (2007) Angka kematian ibu primigravida

lebih tinggi dibandingkan dengan multigravida.

5.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum

normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor psikososial

Pada pasien post partum normal dan secsio sesarea yang mampu melakukan

mobilisasi dini dari faktor psikososial yaitu mayoritas responden berdasarkan

psikososial berjumlah 40 orang (100,0%) mendapat dukungan dari keluarga.

Menurut Perry dan Potter (1993),Seseorang yang cenderung depresi atau

suasana hati yang tidak menentu beresiko tinggi mengalami efek psikososial

selama tirah baring atau imobilisasi. Oleh karna itu sangat penting dukungan

(59)

BAB 6

KESIMPULAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan data hasil penelitian dapat

diambil kesimpulan dan saran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di Rumah Sakit

Umum H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.

6.1 Kesimpulan

Mobilisasi dini dapat dilakukan ibu post partum normal dan secsio sesarea

di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran pada ibu post partum normal dengan

berdasarkan faktor fisiologis mayoritas responden tidak demam 19 orang (95%),

perdarahan sedikit (normal) 10 orang (50%) dan hanya mengalami nyeri sedang

10 orang (60%) dan pada ibu post partum secsio sesarea berdasarkan faktor

fisiologis mayoritas responden tidak demam 17 orang (85%), perdarahan sedikit

(normal) 14 orang (70%) dan hanya mengalami nyeri sedang 14 orang (70%).

Berdasarkan faktor emosional pada ibu post partum normal dan secsio

sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran, pada ibu post partum normal

mayoritas responden mengalami kecemasan sedang 12 orang (60%),dan pada ibu

post partum secsio sesarea mayoritas responden mengalami kecemasan sedang 16

orang (80%).

Berdasarkan faktor perkembangan, pada ibu post partum normal dan

secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran, pada ibu post partum

normal mayoritas responden berada pada umur 20-35 tahun dengan paritas

(60)

48

secsio sesarea mayoritas responden berada pada umur >35 tahun dengan paritas

multigravida yaitu 8 orang (40%).

Berdasarkan faktor psikososial mayoritas responden pada ibu post partum

normal yaitu berjumlah 20 orang (100%) dan pada ibu post partum secsio sesarea

yaitu berjumlah 20 orang (100%) di RSU.H. Abdulmanan Simatupang Kisaran,

mayoritas responden mendapatkan dukungan dari keluarga.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas perlu

diberikan penekanan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio sesarea sehingga perawat

dapat memberi informasi yang benar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

mobilisasi dini.

6.2.2 Praktek Keperawatan

Diharapkan agar praktek keperawatan dapat menggali informasi terkait

faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal

dan secsio sesarea sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan

asuhan keperawatan tentang mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan

secsio sesarea

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Sebagai rekomendasi, sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal

(61)

6.2.4 Rumah Sakit

Diharapkan agar para petugas kesehatan memberikan pendidikan

kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post

(62)

33

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, (2010)

Bobak, L.J. ( 2004a ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta : EGC.A

Carpernito. (2000).Perawatan Pasca Seksio Caesaria dibuka pada situs

Dewi, Yusmiati. (2007). Operasi CaesarPengantar dari A Sampai Z, Jakarta : Edsa Mahkota.

Ekokartini, Blogspot. Com/2012/05/ Mobilisasi- Post – Partum. Html

Gallagher, C.M. (2004). Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga.

Henriati, (2010). Gambaran Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Seksio Sesarea, Karya Ilmiah, Universitas Sumatra Utara: Medan

Kasdu, D.A (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara.

Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6 Jakarta : Hipokrates.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam (2000). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo Soekijo, (2010), Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Oxorn, H. ( 2003 ), Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica

Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

(63)

Potter, Perry, (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

(64)

35 Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum

Normal dan Sectio Sesarea di Rumah Sakit Umum H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2012

Oleh :

Nur Khairani Hutapea

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

mobilisassi dini pada ibu post partum normal dan sectio sesarea di RSU H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran. Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan

pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan

pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan

dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Partisipasi saudara dalam penelitian ini

bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada

sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan

saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Peneliti Tanggal :

No. Responden : Responden

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase karateristik responden
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor fisiologis pada
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan faktor kecemasan
Tabel.4.  Distribusi
+2

Referensi

Dokumen terkait