FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU POST PARTUM NORMAL DAN SECTIO SESAREA
DI RUMAH SAKIT UMUM H.ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN
SKRIPSI
Oleh
Nur Khairani Hutapea 111121003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
PRAKATA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini
pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU.H. Abdul Manan
Simatupang Kisaran’’ Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar
kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, Untuk itu
penulis mengucapkan Terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata,Mkes Selaku Dekan
fakultas universitas keperawatan Sumatra Utara dan kepada ibu Nur Afidarti S.kp,
Mkep selaku dosen pembimbing dan ibu Erniyati Skp, MNS selaku dosen
pembimbing Akademik dan penguji I, dan Ibu Siti Saidah Nasution S.kp Mkep,
Sp.Mat selaku penguji II yang telah bersedia menyediakan waktu dan memberi
masukan dalam penulisan skripsi ini dan kepada seluruh Staf Pengajar dan Staf
Administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Dan kepada
pihak RSU. H.Abdul Manan simatupang Kisaran serta Staf yang telah memberi
izin dan informasi bagi penulis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibunda tercinta dan keluarga yang
selalu memberi dukungan baik moril dan materil kepada penulis, dan semua
teman yang ada di PSIK 2011 yang telah memberikan dukungan dan bantuan bagi
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan
skripsi ini, Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan praktek keperawatan.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI Halaman Judul
Lembar Pengesahan... i
Prakata ... ... ii gian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi... ... 9
v
2.1.6 ... Mobi
lisasi Dini Pada Ibu Post Partum Seksio Sesarea.. ... 11
2.1.7 ... Fakto
r-Faktor Yang Mempegaruhi Mobilisasi Dini ... 12
2.2 ...
nganan/ Tindakan yang Baik Untuk Ibu Post
Partum... ... 23
m- Macam Indikasi Dilakukan Seksio
Bab 4 Metodologi Penelitian ... 37 aliditas dan Reabilitas Instrumen ... 40
4.7.1 Uji Validitas Penelitian ... 40
5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio... 44
5.3 Pembahasan ... 47
Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 53
6.1 Kesimpulan hasil penelitian... . 53
vii Daftar Pustaka
Lampiran
1. Inform Consent
2. Instrumen penelitian
3. Hasil Analisa Univariat
4. Daftar Tabel
5. Jadwal Tentatif Penelitian
6. Rencana Anggaran Penelitian
7. Lembar Konsul
8. Surat Keterangan Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.7 Faktor Emosional pada Tingkat Kecemasan... 17
Tabel 3.2 Defenisi Operasional... 30
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Karakteristik Demografi... 43
Tabel 5.1.2 Faktor fisiologis... .44
Tabel 5.2.3 Faktor Emosional... 45
Tabel 5.3.4 Faktor Perkembangan... 46
ix
DAFTAR SKEMA
Judul : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal Dan Seksio Sesarea Di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran Tahun 2012
Penulis : Nur Khairani Hutapea
NIM : 111121003
Jurusan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun akademik : 2011 - 2013
Abstrak
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2012 dengan menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan faktor fisiologis ibu post partum normal suhu tubuh tidak demam (95%) , mengalami perdarahan sedikit (50%) dan yang mengalami nyeri sedang (60%) berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (60%) berdasarkan faktor perkembangan usia ibu berada pada kelompok umur 20-35 tahun sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (55%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea suhu tubuh tidak demam (85%), yang mengalami perdarahan sedikit (70%) dan yang mengalami nyeri sedang (70%). Berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (80%). Berdasarkan usia ibu berada pada kelompok umur >35 tahun (40%) sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (40%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu post partum normal dan seksio sesarea melakukan mobilisasi dengan baik. Peneliti mengharapkan agar petugas kesehatan di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran memberikan pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea.
x
Judul : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal Dan Seksio Sesarea Di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran Tahun 2012
Penulis : Nur Khairani Hutapea
NIM : 111121003
Jurusan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun akademik : 2011 - 2013
Abstrak
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2012 dengan menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan faktor fisiologis ibu post partum normal suhu tubuh tidak demam (95%) , mengalami perdarahan sedikit (50%) dan yang mengalami nyeri sedang (60%) berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (60%) berdasarkan faktor perkembangan usia ibu berada pada kelompok umur 20-35 tahun sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (55%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea suhu tubuh tidak demam (85%), yang mengalami perdarahan sedikit (70%) dan yang mengalami nyeri sedang (70%). Berdasarkan faktor emosional mengalami kecemasan sedang (80%). Berdasarkan usia ibu berada pada kelompok umur >35 tahun (40%) sedangkan berdasarkan paritas ibu adalah multigravida (40%) dan berdasarkan faktor psikososial berjumlah (100%) seluruh ibu mendapatkan dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu post partum normal dan seksio sesarea melakukan mobilisasi dengan baik. Peneliti mengharapkan agar petugas kesehatan di RSU H. Abdulmanan Simatupang Kisaran memberikan pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemampuan pelayanan suatu negara ditentukan dengan perbandingan
angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. AKI merupakan indikator
keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah
kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi, hal ini bisa dilihat
dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Tahun 2002 adalah
AKI 307 per 100.000 kelahhiran hidup sedangkan hasil (SDKI) 2007 AKI 228 per
100.000 kelahiran hidup serta target Millenium Development Goals (MDGs) yang
sudah harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Ini tentunya harus ditindak lanjuti dengan Upaya Percepatan (Akselerasi)
Penurunan Angka Kematian Ibu (Upaya PP AKI), (KemKes, RI. 2010).
Berdasarkan laporan dari profil kabupaten/kota, AKI yang dilaporkan di
Sumatera Utara menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara melalui Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan Kustinah, mengatakan sejak empat tahun terakhir
angka kematian pada ibu di Sumut cukup tinggi. Angka kematian ibu secara
nasional mencapai 228 per seratus ribu jumlah kelahiran hidup. Pada 2007
misalnya, angka kematian ini mencapai 231 per seratus ribu kelahiran hidup.
Sedangkan pada 2008, AKI ini meningkat menjadi 258 per seratus ribu kelahiran
hidup. Selanjutnya di 2009 angka kematian pada ibu menjadi 260 per seratus ribu
2
Seratus ribu kelahiran hidup (Dinkes Provsu).
Menurut dr. Muliadi Tahun 2012 penyebab tersering kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan post partum, infeksi dalam kehamilan, perdarahan
selama kehamilan, infeksi yang bukan karena kehamilan serta penyakit yang
sudah ada sebelum kehamilan (MenKes RI, 2009)
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya, perdarahan ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu perdarahan post partum primer dan perdarahan post
partum sekunder. Penyebab utama perdarahan post partum adalah Atonia Uteri,
Retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir (Muchtar,1998).
Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat
dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita mengalami syok, atau pun
merupakan perdarahan yang menetes berlahan-lahan tetapi terus menerus. Hal ini
berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak akibatnya wanita
menjadi lemas dan mengalami syok (Moctar,1995).
Berdasarkan Data dinas kota Medan, Proporsi perdarahan pada tahun
2002 sebesar 2,3% atau sebanyak 30 orang dari 1310 persalinan dan jumlah
kematian ibu sebanyak 2 orang (CFR : 6,7 %), Pada tahun 2003 Sebesar 2,5 %
atau sebanyak 35 orang dari 1425 persalinan dan jumlah kematian ibu karena
perdarahan sebanyak 3 orang (CFR : 8,6 %) (Rahmi 2009).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam
kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami
Perdarahan post partum terutama perdarahan post partum primer
merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Cara yang
terbaik untuk Penanganan perdarahan post partum harus dilakukan dalam 2
komponen, yaitu: (1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta
kemungkinan syok hipovolemik dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab
terjadinya perdarahan post partum ( Sardijito, 2000).
Perawatan post partum yang berkualitas mempunyai kedudukan yang tidak
kalah pentingnya dalam usaha menurunkan angka kematian ibu. Pada perdarahan
yang abnormal, dengan melakukan mobilisasi dini kontraksi uterus akan membaik
sehingga fundus uteri keras. Hal ini dapat mencegah resiko perdarahan yang
abnormal (Gallagher, 2004).
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi akan melakukan suatu
aktivitas/kegiatan, mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalinan sesarea. Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu
yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan
mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau
tindakan persalinan (Dewi,1997).
Pada ibu post partum normal biasanya mobilisasi dini dilakukan secara
bertahap mulai dari miring kanan dan miring kiri, atau biasanya 2 jam setelah
melahirkan ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktifitas seperti
biasa sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan dengan baik Sedangkan pada
ibu post partum seksio sesarea mobilisasi dini dilakukan secara bertahap setelah
4
yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,tangan, menggerakkan ujung
jari kaki dan memutar pergelangan kaki, setelah 6-10 jam ibu diharuskan untuk
dapat miring kekiri dan kekanan dan setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat
mulai belajar duduk dan berjalan.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi
resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan
pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih sering
kali dengan keluhan nyeri di daerah operasi, klien tidak mau melakukan
mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas, klien tidak berani merubah
posisi (Gallagher, 2004).
Peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga
klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan. Berdasarkan latar
belakang manfaat mobilisasi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
mobolisasi dini pada ibu post partum normal dan pasca seksio sesarea di RSU
Abdul Manan Simatupang Kisaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah peneliti
yaitu, Bagaimana faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini
pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU Abdul Manan
1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi
dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan
Simatupang Kisaran.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada
ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor fisiologis di
RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran
b. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada
ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor emosional di
RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.
c. Untuk Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada
ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor
Perkembangan di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada
ibu post partum normal dan seksio sesarea berdasarkan faktor pengaruh
psikososial di RSU. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1
Keperawatan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
mempersiapkan, pengumpulan, mengelolah, menganalisa dan
6 2. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di ruang
rawat inap kebidanan.
3. Bagi Institusi Akademik
Bahan masukan yang dapat dibuat untuk acuan dimasa yang akan datang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Mobilisasi Dini 2.1.1 Pengertian Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di
tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk peregangan atau belajar
berjalan (Soelaiman, 2000).
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dari kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi
dini adalah upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan
kaki tungkai bawah sesegera mungkin biasanya dalam waktu 6 jam (Gallagher,
2004).
2.1.2 Rentang Gerak dalam Mobilisasi
Menurut Carpenito,(2000) mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang Gerak Pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
8 b. Rentang Gerak Aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
c. Rentang Gerak Fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan.
2.1.3 Manfaat Mobilisasi
Manfaat mobilisasi bagi ibu pasca seksio sesarea adalah :
Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan
bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
Dengan bergerak akan merangsang peritaltik usus kembali normal. Aktifitas
ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu
merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat
pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa
sehat dan bias merawat anaknya dengan cepat.
Mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya thrombosis dan
tromboemboli dapat dihindari. Menurut (Gallagher, 2004) walaupun pada
kembali bergerak sangat disarankan bagi para ibu pasca seksio sesarea.
Operasi dan anastesi menyebabkan pneumonia sehingga sangat penting untuk
mobilisasi.
Mobilisasi dapat meningkatkan fungsi paru-paru semangkin dalam nafas
yang ditarik, semangkin meningkat sirkulasi darah. Hal tersebut memperkecil
resiko pembentukan gumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan
menolong saluran pencernaan agar mulai bekerja lagi. Dalam 6-8 jam tenaga
medis akan menolong ibu untuk melakukan mobilisasi seperti duduk ditempat
tidur, duduk di bagian samping tempat tidur, dan mulai berjalan jarak pendek,
Semangkin cepat ibu bisa bergerak kembali proses menyusui dan merawat
anak juga semangkin mudah.
2.1.4 Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan
baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal
dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh
darah yang terbuka.
Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini
akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga
menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. Menurut (Fundamental,2006)
Seorang ibu jika tidak melakukan mobilisasi dapat mengganggu fungsi
10
protein, katidak seimbangan dan elaktrolit, ketidak seimbangan kalsium,dan
gangguan pencernaan.keberadaan proses infeksius pada pasien yang tidak
melakukan mobilisasi mengalami peningkatan BMR (Basal Metabolik Rate)
diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka. Demam dan
penyembuhan luka meningkatkatkan kebutuhan oksigen seluler. Pada ibu
yang tidak melakukan mobilisasi juga terjadi penurunan sirkulasi volume
cairan, penggumpalan darah pada ekstermitas bawah, dan penurunan respon
otonom. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan penurunan aliran balik vena,
diikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada tekanan darah.
Seorang ibu juga beresiko terjadi pembentukan trombus, trombus adalah
akumulasi trombosit, fibrin, faktor- faktor pembekuan darah dan elemen sel-
sel darah yang menempel pada bagian anterior vena atau arteri, kadang-
kadamg menutup lumen pembuluh darah.
2.1.5 Mobilisasi Dini pada Ibu post partum normal
Persalinan merupakan proses yang sangat melelahkan oleh karena itu ibu
tidak dianjurkan langsung turun dari ranjang karena dapat menyebabkan
pingsan akibat sirkulasi yang belum berjalan baik. Karena sehabis melahirkan
ibu merasa lelah, dan harus beristirahat. Pergerakan dilakukan dengan miring
kanan atau kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Biasanya pada 2 jam post partum ibu sudah bisa turun dari tempat tidur
dan melakukan aktifitas seperti biasa. Mobilisasi dilakukan secara bertahap
mulai dari gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakakan kaki. dan
ranjang dan berdiri atau bisa pergi kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam
tubuh akan berjalan dengan baik.
2.1.6 Mobilisasi Dini pada Ibu post partum seksio sesarea
Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini akan dijelaskan
tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :
Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah
baring dulu. Mobilisasi dini yang bias dilakukan adalah menggerakkan
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelanggan
kaki, mengangkat tumit, menenangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki.
Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah thrombosis dan trombo emboli.
Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).
Hal- hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam mobilisasi dini :
a. Janganlah terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa
menyebabkan ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau
memiliki penyakit jantung. Apabila mobilisasinya terlambat juga dapat
menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh, aliran darah, serta
terganggunya fungsi otot.
b. Ibu post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap.
c. Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan
mobilisasi dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi dalam tubuh
12
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani
jantung.
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi a) Faktor Fisiologis
Apa bila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko
terjadi gangguan, tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada
kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di alami.
Sistem endokrin, merupakan produksi hormon –sekresi kelenjar, membantu
mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti: respons terhadap stres
dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, homeostasis ion,
dan metabolisme energi. Ketika cedera atau stres terjadi, sistem endokrin
memicu serangkaian respons yang bertujuan mempertahankan tekanan darah
dan memelihara hidup. Sistem endokrin berperan dalam pengaturan
lingkungan internal dangan mempertahankan keseimbangan natrium,
kalium,air, dan keseimbangan asam- basa. Sehingga sistem endokrin bekerja
sebagai pengatur metabolisme energi.
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik:
metabilisme karbonhidrat, lemak dan protein, ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit, ketidak seimbangan kalsium dan ngangguan pencernaan.
keberadaan infeksius pada klien imobilisasi mengalami peningkatan
diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka (Perry dan potter, 2006).
Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai
bukan sebuah diagnosis, yang menandakan adanya suatu komplikasi serius
(Cunningham dkk, 2005).
Perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefenisikan sebagai
kehilangan darah lebih dari 1000 ml. dalam hal ini perdarahan terjadi akibat
kegagalan mencapai hemoestasis di tempat insisi uterus maupun pada
placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian besar
penyebab terjadinya perdarahan pasca bedah. Ada beberapa keadaan yang
menjadi predisposisi terjadinya atoni uteri, yaitu distensi dinding rahim yang
berlebihan (kehamilan ganda, polihidramnion atau makrosomia janin),
pemajangan masa persalinan dan grandemultiparitas.
Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit,universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individual terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bias disamakan satu dengan yang lainnya.
a. Pengukuran Intensitas Nyeri
Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara objektif
misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat
diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang hanya bias
mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku klien. Klien
kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya
tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna
dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu.
14
diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya
nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien.
Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk
menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri yang
dirasakan dengan menggunakan skala numeric 0-10 atau skala yang serupa
lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. Cara
mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri.
Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan numeric
yaitu :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
1-6 : Nyeri sedangh : Secata obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat terkontrol : secara obyektif klien terkadang tidak
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul.
b. Faktor Emosional
Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas). Ansitetas
merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu
diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan (Fundamental, 2006)
1) Tingkat Kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2001) yaitu:
a) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
b) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.
Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
16
c) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu
cfenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain.semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi keteganggan. Individu tersebut memrlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
d) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya.
Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Panik mencakup dioragnisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan
dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan dan kematian. Gejala-gejala tersebut dapat
dilihat pada table berikut:
Tingkat
Kecemasan Tanda Fisik Intelektual
Sosial dan atau tidak ada tahanan pada
tidak ada usaha
situasi, merasa
kuat dan merasa
puas. arti. Kontak mata dipertahankan, suara tenang dan intonasi baik
sesuatu yang tak
terduga atau hal
yang negatif
Tingkah laku
spontan.
Perasaan positif
dan nyaman,
percaya diri dan
puas. Aktifitas
menyendiri.
Kecemasan Sedang (+2)
Sistem saraf simpatis aktif : Tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, pernafasan
meningkat. Sistem saraf simpatis aktif : tekanan darah meningkat, kesan perhatian dan ketertarikan
terpusat pada diri
18
h. Rasa percaya
diselingi rasa
takut. Harga diri
rendah
darah ke otot
meningkat, agitasi,
dan tempat. hilang, mual. Efek Verbal : gagap, sepat, nada suara meningkat, berbicara putus-putus, ragu-ragu. Ekspresi wajah : Kontak mata sedikit, gerakan mata rata/menatap, menggeretakkan gigi, rahang kaku.
c. Faktor perkembangan
Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas (Potter, 2006).
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan.
d. Faktor Psikososial
Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual sensori, dan
sosiokultural. Perubahan emosional paling umum adalah depresi,
20
koping. mengidentifikasi efek imobilisasi yang lama pada pisikososial
klien. Orang yang cenderung depresi atau suasana hati yang tidak
menentu beresiko tinggi mengalami efek psikososial selama tirah
baring atau imobilisasi (perry dan potter, 2006).
2.2. Konsep Post Partum
2.2.1 Pengertian Post Partum Normal
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perkukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009).
2.2.2 Tahapan Post Partum
Adapun tahapan- tahapan (Post partum /Puerperium) adalah:
1. Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puernium Intermedial: Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puernium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinaan
2.2.3 Tujuan Asuhan Post Partum:
- Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
- Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeksi masalah,
mongobati atau merujuk billa terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
- Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan sebagai berikut:
a. Kunjungan pertama: waktu 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya adalah:
Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia utari.
d. Pemberian ASI awal.
e. Memberikan supervesi kepada ibu bagaimana teknik melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f.Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi untuk 2
jam pertama.
Kunjungan kedua, waktu : 6 hari setelah persalinan, Tujuannya adalah:
22
b. Evaluasi adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda
adanya penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan
asuhan pada bayi.
f. Kunjunga ketiga, waktu : 2 minggu setelah persalinan,tujuannya
adalah Sama seperti kunjungan hari ke enam.
Kunjungan ke empat, waktu : 6 minggu setelah persalinan, tujuannya
adalah: Menayakan penyulit- penyulit yang ada, memberikan
konseling untuk KB secara dini (Suherni, 2009)
2.2.4 Penanganan/Tindakan yang baik untuk ibu pada asuhan post partum normal
Kebersihan Diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air, pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,dari depan
kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehati ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air
- Sarankan ibu untuk menggaanti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau diseterika
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kapada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat
- Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
- Saranka ibu untuk kembali ke kegiatan- kegiatan rumah tangga biasa
perlahan- lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, Memperlambat proses
Involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, Menyebabkan depresi
dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Latihan
- Diskusikan pentingnya mengembalikan otot- otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
- Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
24
- Dengan tidur telentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada:
Tahan satu sampai 5, Refleks dan ulangi 10 kali.
- Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot- otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
- Mulai dengan megerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakkan sebanyak 30
kali (Sarwono, 2002).
2.3 Seksio Sesarea 2.3.1 Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono,
2002 : 536).
Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara
2.3.2 Istilah Seksio Sesarea a. Seksio Sesarea Primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul
sempit.
b. Seksio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan),
bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus gagal, baru dilakukan
seksio sesarea.
c. Seksio Sesarea Ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Seksio Sesarea Histerektomi
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio
sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Seksio Sesarea Poro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat (Mochtar, 2000).
2.3.3 Indikasi
a. Dalam persalinan ada bebera factor yang menentukan keberhasilan suatu
persalinan, yaitu passage (jalan lahir). Passenger (janin), power (kekuatan
26
satu factor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan
lancer bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan
ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba, 1999).
b. Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang
lebih lama akan menimbulkan bahaya pervaginam tidak mungkin dapat
dilakukan dengan aman. Berdasarkan laporan mengenai indikasi
terbanyak di Negara-negara maju seperti : Norwegia diperoleh hasil
bahwa indikasi terbanyak untuk seksio sesarea adalah Distosia 3,6%
diikuti oleh presentasi bokong 2,1%, gawat janin 2,0%, riwayat seksio
sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7% dari 12,8% kasus seksio
sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).
c. Di Skotlandia diperoleh bahwa Distosia sebagai indikasi seksio sesarea
terbanyak yaitu 4,0% sedangkan riwayat seksio sesareasebelumnya 3,1%
gawat janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam
14,2% kasus seksio sesarea. Riwayat seksio sesarea sebelumnya
merupakan indikasi terbanyak dari 10,7% kasus seksio sesarea yang
terjadi di Swedia yaitu3,1% diikuti oleh Distosia dan presentasi bokong
yang masing-masing berkisar 1,8% sedangkangawat janin hanya 1,6%
dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya
merupakan indikasi terbanyak dari 23,6% kasusu seksio sesarea yang
terjadi yaitu 8,5%, dan Distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong
2.3.4 Macam-macam indikasi dilakukannya seksio sesarea 1) Placenta previa sentralis dan lateralis
2) Panggul sempit
3) Disproporsi sefalo pelvic
4) Ruptur uteri mengancam
5) Partus lama
6) Partus tak maju
7) Distosia serviks
8) Pre eklampsi dan Hipertensi
9) Malprsentasi janin
28 BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. KerangkaKonsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori
(Nursalam, 2008).
Kerangka konsep ini dilihat untuk melihat adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan
seksio sesarea di RSU H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.
Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan sebagai berikut:
Faktor-faktor
- Cemas (ansietas)Faktor perkembangan - Umur
- Paritas
3.2.Defenisi Operasional No
Variabel Defenisi
Operasinal Alat ukur Hasil Ukur
Skala
32 BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio
sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu-ibu post partum normal dan post partum secsio
sesarea yang telah melakukan mobilisasi dini Berdasarkan jumlah ibu post partum
normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang kisaran pada bulan
Agustus sampai dengan Oktober 2012 sebanyak 40 orang.
4.2.3 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Tehnik
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto
(2006) total sampling adalah tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasinya
kurang dari 100, dimana dari seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
Sampel dari seluruh populasi sebanyak 40 orang.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran
pada Tanggal 10 Agustus sampai 8 oktober tahun 2012. Lokasi ini dipilih karena
mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio
sesarea. pada wilayah ini khususnya di RSU.H. Abdul Manan Simatupang
Kisaran memungkinkan peneliti untuk lebih mudah mendapatkan sampel yang
memadai sesuai dengan kriteria penelitian.
4.4Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari PSIK FK
USU untuk mendapatkan persetujuan diadakannya penelitian. Setelah mendapat
persetujuan, peneliti mengadakan penelitian dengan menekankan masalah etik.
Kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
dilakukannya pengumpulan data. Apabila calon responden bersedia, maka
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika
calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung dan peneliti
tetap akan menghormati keputusan responden tersebut. Penelitian ini tidak
menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden , baik resiko fisik mau
pun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidential),
dijaga dengan cara menuliskan inisial pada instrumen dan hanya menuliskan
nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang
diberikan, Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk
34 4.5 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa kuesioner dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan
pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:
Kuesioner data demografi mencakup umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas
dan koesioner faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu
post partum normal dan secsio sesarea dengan pertanyaan faktor fisiologis
nomor 1- 4 dan faktor psikosasial nomor 16-20 Untuk kuesioner dalam
bentuk pernyataan ini dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak menggunakan
skala Guttman Jika pernyataan positif setiap jawaban Ya (1) dan jawaban
Tidak (0). Jika penyataan negatif setiap jawaban Ya (0) dan jawaban Tidak
(1).
Dan pada pertanyaan faktor kecemasan dan nyeri menggunakan skala
Likert pada skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang
dialaminya. Pada penilaian ini dikategorikan sebagai berikut :
Angka : 0 - 25% : Tidak sama sekali
Angka : 26 - 50% : Ringan tapi tidak mengganggu
Angka : 51 - 75% : Sedang tidak menyenangkan
4.6Validitas dan Reabilitas instrumen 4.6.1 Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebuah instrumen dikatakan
valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur
menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain secara sederhana dapat
dikatakan bahwa sebuah instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat ukur untuk
mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini menggunakan
validasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal adalah validasi isi yang
telah dikonsultasikan kepada dosen yang ahli dibidang maternitas. Validasi
eksternal adalah instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari
instrumen tersebut sesuai dengan data variabel. Pengukuran validitas dalam
penelitian ini menggunakan proses komputerisasi dengan jumlah responden 20
orang.
4.6.2 Uji realibilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dengan catatan bahwa
perhitungan realibilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang sudah
memiliki validitas (Notoatmodjo, 2010). Reabilitas adalah suatu uji yang
dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Penelitian ini
36
diantaranya pemberian instrumen hanya dilakukan sekali dengan bentuk
instrumen kepada satu subjek studi.
Uji reabilitas telah dilakukan terhadap 20 ibu post partum normal dan secsio
sesarea. Hasil yang didapat melalui program statistik dengan mengguanakan
komputerisasi koesioner ini terdiri dari 3 variabel yaitu Variabel faktor fisiologis
dengan nilai crobach alpa 0,791,faktor emosional 0,774 dan faktor psikososial
0,781 Maka reabel pada instrumen penelitian ini adalah 0,782 dan instrumen pada
penelitian ini dinyatakan talah realiabel karena nilai tersebut lebih besar dari
0,632, hal ini berarti instrumen telah reliabel (Notoadmodjo, 2006).
4.7 Pengumpulan data
Metode yang dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian pada institusi (Program Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara) kemudian surat permohonan izin yang diperoleh di ajukan ke
lokasi penelitian (RSU H.abdulmanan Simatupang Kisaran). Setelah mendapatkan
izin dari Rumah Sakit peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.
Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan
sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden peneliti selanjutnya
menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat serta proses pengisian
kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dan
meminta responden untuk menandatangani informed consent. Bila calon
responden bersedia, maka penelitian dilakukan. Responden diberi kesempatan
untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang kurang jelas.
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembar
dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian instrumen yaitu
instrumen yang pertama berupa data demografi dan yang kedua faktor-faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio sesarea.
Kuesioner tentang data demografi meliputi inisial nama, umur,suku, pendidikan,
pekerjaan,paritas. Kuesioner yang kedua berisi tentang faktor- faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio.
4.8Analisa Data
Pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada
ibu post partum normal dan secsio sesarea diidentifikasi dengan mendeskripsikan
distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpul
dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif untuk
faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini. Dimana data diperiksa terlebih dahulu
atau diediting, untuk memeriksa apakah pernyataan dan kuesioner telah diisi
sesuai petunjuk. Setelah di beri kode atau coding terhadap pernyataan yang telah
diajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa
data yang terkumpul dengan menentukan bahwa persentase jawaban dari setiap
responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data kedalam komputer dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi yang
38 BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan di uraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan
tentang faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea di Rumah Sakit Umum H.Abdulmanan Simatupang
Kisaran. Penelitian ini dilaksanakan selama Agustus sampai dengan Oktober
dengan jumlah reponden 40 orang. Responden pada penelitian ini adalah ibu post
partum normal dan secsio sesarea.
5.1.1 Karateristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase karateristik responden berdasarkan data Demografi di rumah Sakit Umum H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.
Pada tabel 1 dapat terlihat karakteristik responden berdasar.kan Agama
mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 22 orang(55%),berdasarkan Suku
responden mayoritas suku Jawa sebanyak 18 orang(45,0%),berdasarkan
pendidikan responden mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 26 orang
(65,0%), berdasarkan pekerjaan responden mayoritas bekerja sebagai IRT yaitu 24
orang (60%).
5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal Dan Secsio Sesarea
5.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum
Normal Dan Secsio Sesarea Dapat Dilihat Dari Faktor Fisiologis.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor fisiologis pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran
Post partum normal Post partum Sc
F % Jumlah F % Jumlah
Tabel 2 diatas diketahui bahwa distribusi Frekuensi faktor- faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini berdasarkan faktor fisiologis pada ibu post partum
normal mayoritas suhu tubuh responden tidak demam yaitu 19 orang (95%),
40
yaitu 10 orang (50%) dan dilihat dari nyeri mayoritas responden mengalami
nyeri sedang yaitu 10 orang (60%) sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea
mayoritas suhu tubuh responden tidak demam yaitu 17 orang (85%),Dilihat dari
perdarahannya mayoritas responden hanya mengalami perdarahan sedikit yaitu
14 orang (70%) dan dilihat dari nyeri mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu 14
orang (70%).
5.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea dilihat dari faktor emosional
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan faktor kecemasan pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.
Post partum normal Post partum Sc
F % Jumlah F % Jumlah
Kecemasan ringan 8 40 20 4 20 20
Kecemasan Sedang 12 60 16 80
Kecemasan berat 0 0 0 0
Tabel 3 diatas diketahui bahwa distribusi Frekuensi faktor- faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini berdasarkan faktor Emosional pada ibu post
partum normal mayoritas responden memiliki kecemasan Sedang yaitu 12 orang
(60%), dan hanya 8 orang (40%) responden mengalami kecemasan ringan
sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea mayoritas responden memiliki
kecemasan sedang yaitu 16 orang (80%) dan hanya 4 orang (20%) responden
5.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Dilihat Dari Faktor
Perkembangan
Tabel.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Perkembangan Pada Ibu Post Partum Normal dan Secsio Sesarea Di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran
Post partum normal Post partum Sc
F % Jumlah F % Jumlah
Tabel 4. diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi faktor- faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini berdasarkan faktor perkembangan pada ibu post
partum normal mayoritas responden berumur 20-35 tahun yaitu berjumlah 10
orang (50%), dan minoritas berumur < 20 tahun hanya berjumlah 3 orang (15%)
dan Dilihat dari paritas mayoritas responden multigravida yaitu berjumlah 11
orang (55%) dan minoritas Primigravida hanya berjumlah 3 orang (15%)
sedangkan pada ibu post partum secsio sesarea mayoritas responden berumur > 35
tahun yaitu berjumlah 8 orang (40%), dan minoritas berumur < 20 tahun hanya
berjumlah 5 orang (25%) dan dilihat dari paritas mayoritas responden
Multigravida yaitu berjumlah 8 orang (40%) dan minoritas responden hanya
42
5.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea dilihat dari faktor psikososial
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan faktor Psikososial pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.
Post partum normal Post partum Sc Dukungan keluarga F % Jumlah F % Jumlah
Ada 20 100 20 20 100 20
Tidak Ada 0 0 0 0
Tabel 5 diatas diketahui bahwa Distribusi frekuensi faktor- faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal mayoritas responden
yaitu berjumlah 20 orang (100%) mendapat dukungan dari keluarga sedangkan
pada ibu post partum secsio sesarea mayoritas responden yaitu berjumlah 20
orang (100%) mendapat dukungan dari keluarga, Dilihat dari seluruh responden
pada ibu post partum normal dan secsio sesarea yaitu berjumlah 40 orang (100%)
mendapatkan dukungan dari keluarga setelah persalinan.
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan faktor–faktor yang
mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di
RSU. H.Abdulmanan Simatupang Kisaran dengan jumlah responden 40 orang dan
telah didapatkan kriteria responden berdasarkan faktor fisiologis, faktor
emosional, faktor perkembangan, dan faktor psikososial adalah sebagai berikut :
5.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor fisiologis
Setelah penelitian dilakukan diperoleh hampir seluruh ibu post partum normal
dan secsio sesarea yang mampu melakukan mobilisasi dini dilihat dari faktor
Menurut Cunningham dkk (2005) Demam puerperalis didefinisikan sebagai
peningkatan suhu mencapai 38,5oC pada ibu post partum normal dan pasca seksio
sesarea dan demam merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang
menandakan adanya suatu komplikasi yang serius.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat hampir dari seluruh responden suhu
tubuhnya dalam keadaan normal hal ini juga dikarenakan petugas menjalankan
tugasnya dengan benar atau sesuai prosedur sehingga responden mampu
melakukan mobilisasi dini dengan baik.
Terkait faktor fisiologis perdarahan mayoritas ibu post partum normal dan
secsio sesarea yang mampu melakukan mobilisasi dini hanya mengalami
perdarahan sedikit atau seluruh responden tidak mengalami perdarahan pada ibu
post partum normal dan seksio sesarea sehingga responden dapat melakukan
mobilisasi dini dengan baik.
Menurut Kasdu (2003) Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik
sehingga fundus uterus akan keras, maka resiko perdarahan abnormal dapat
dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang
terbuka. Mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan luka perineum
tetapi juga memulihkan kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat.
Mobilisasi dini atau gerakan sesegera mungkin bisa mencegah aliran darah
terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena
dalam (deep vein trombosis) dan menyebabkan infeksi.
Terkait faktor fisiologis pada Nyeri mayoritas ibu post partum normal dan
secsio sesarea mengalami nyeri sedang. Dari hasil pengukuran intensitas nyeri
44
mengalami nyeri pada skala 4-6 dengan intensitas nyeri sedang dan 14 orang
(35,0%) responden berada pada skala 1-3 dengan intensitas nyeri ringan dan
hanya 2 orang responden berada pada skala 7-9 dengan intensitas nyeri berat
terkontrol.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perry dan Potter (1993), Cara
mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri.
Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan skala numerik
yaitu : 0, Tidak nyeri. 1-3, nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik. 4-6 nyeri sedang yang secara obyektif klien
mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 nyeri berat
terkontrol yang secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi. 10 nyeri sangat berat tidak terkontrol dimana Pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul.
Dari hasil penelitian ini mayoritas responden berada pada keadaan
nyeri Sedang yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
sehingga responden masih mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik.
5.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor emosional
Pada ibu post partum normal dan secsio sesarea yang mampu melakukan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas
responden berada pada kecemasan sedang dan pada responden tidak ada yang
mengalami kecemasan berat pada ibu post partum normal dan seksio sesarea.
Menurut Stuart (2001) kecemasan ringan yang berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan
individu menjadi waspada. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Dan responden mampu
melakukan mobilisasi dini karena pada kecemasan ringan dan sedang ini
individu hanya sekedar berwaspada terhadap persalinannya dan terhadap luka
secsionya.
5.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor Perkembangan
Pada ibu post partum normal dan secsio sesarea yang mampu melakukan
mobilisasi dini dilihat dari faktor perkembangan yaitu mayoritas responden
dari rentang umur 20-35 Tahun
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
mayoritas responden dari rentang umur 20 – 35 tahun yaitu 17 orang (42,5%)
dan dari rentang umur >35 tahun yaitu 15 orang (37%) dan dari rentang umur
> 20 hanya 8 orang (20,0%).
Menurut Chi, dkk (2007), kelompok ibu yang berumur 20-35 tahun
angka kematian ibu rendah dibandingkan ibu berumur kurang dari 20 tahun
dan dibanding ibu berumur > 35 tahun atau lebih. Usia ibu sangat
berpengaruh terhadap proses reproduksi,Dalam kurun waktu reproduksi sehat
46
20-35 tahun,dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani
fungsinya.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu yang berada pada rentan
umur 20-35 tahun dan seluruh responden dapat melakukan mobilisasi dini
dengan baik .
Terkait faktor perkembangan paritas ibu post partum normal dan
secsio sesarea yaitu mayoritas Multigravida.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari
paritas mayoritas responden multigravida yaitu 19 orang (47,5%) dan 13
orang (32,5%) responden yaitu scundigravida sedangkan 8 orang (20,0%)
responden pada primigravida dan seluruh paritas mampu melakukan
mobilisasi dini dengan baik.
Menurut penelitian Chi, dkk (2007) Angka kematian ibu primigravida
lebih tinggi dibandingkan dengan multigravida.
5.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobiisasi dini pada ibu post partum
normal dan secsio sesarea dilihat dari Faktor psikososial
Pada pasien post partum normal dan secsio sesarea yang mampu melakukan
mobilisasi dini dari faktor psikososial yaitu mayoritas responden berdasarkan
psikososial berjumlah 40 orang (100,0%) mendapat dukungan dari keluarga.
Menurut Perry dan Potter (1993),Seseorang yang cenderung depresi atau
suasana hati yang tidak menentu beresiko tinggi mengalami efek psikososial
selama tirah baring atau imobilisasi. Oleh karna itu sangat penting dukungan
BAB 6
KESIMPULAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan data hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan dan saran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio sesarea di Rumah Sakit
Umum H.Abdulmanan Simatupang Kisaran.
6.1 Kesimpulan
Mobilisasi dini dapat dilakukan ibu post partum normal dan secsio sesarea
di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran pada ibu post partum normal dengan
berdasarkan faktor fisiologis mayoritas responden tidak demam 19 orang (95%),
perdarahan sedikit (normal) 10 orang (50%) dan hanya mengalami nyeri sedang
10 orang (60%) dan pada ibu post partum secsio sesarea berdasarkan faktor
fisiologis mayoritas responden tidak demam 17 orang (85%), perdarahan sedikit
(normal) 14 orang (70%) dan hanya mengalami nyeri sedang 14 orang (70%).
Berdasarkan faktor emosional pada ibu post partum normal dan secsio
sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran, pada ibu post partum normal
mayoritas responden mengalami kecemasan sedang 12 orang (60%),dan pada ibu
post partum secsio sesarea mayoritas responden mengalami kecemasan sedang 16
orang (80%).
Berdasarkan faktor perkembangan, pada ibu post partum normal dan
secsio sesarea di RSU.H.Abdulmanan Simatupang Kisaran, pada ibu post partum
normal mayoritas responden berada pada umur 20-35 tahun dengan paritas
48
secsio sesarea mayoritas responden berada pada umur >35 tahun dengan paritas
multigravida yaitu 8 orang (40%).
Berdasarkan faktor psikososial mayoritas responden pada ibu post partum
normal yaitu berjumlah 20 orang (100%) dan pada ibu post partum secsio sesarea
yaitu berjumlah 20 orang (100%) di RSU.H. Abdulmanan Simatupang Kisaran,
mayoritas responden mendapatkan dukungan dari keluarga.
6.2 Saran
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas perlu
diberikan penekanan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan secsio sesarea sehingga perawat
dapat memberi informasi yang benar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini.
6.2.2 Praktek Keperawatan
Diharapkan agar praktek keperawatan dapat menggali informasi terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal
dan secsio sesarea sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan
asuhan keperawatan tentang mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan
secsio sesarea
6.2.3 Penelitian Keperawatan
Sebagai rekomendasi, sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post partum normal
6.2.4 Rumah Sakit
Diharapkan agar para petugas kesehatan memberikan pendidikan
kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu post
33
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, (2010)
Bobak, L.J. ( 2004a ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta : EGC.A
Carpernito. (2000).Perawatan Pasca Seksio Caesaria dibuka pada situs
Dewi, Yusmiati. (2007). Operasi CaesarPengantar dari A Sampai Z, Jakarta : Edsa Mahkota.
Ekokartini, Blogspot. Com/2012/05/ Mobilisasi- Post – Partum. Html
Gallagher, C.M. (2004). Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga.
Henriati, (2010). Gambaran Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Seksio Sesarea, Karya Ilmiah, Universitas Sumatra Utara: Medan
Kasdu, D.A (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara.
Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6 Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam (2000). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo Soekijo, (2010), Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Oxorn, H. ( 2003 ), Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Potter, Perry, (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
35 Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum
Normal dan Sectio Sesarea di Rumah Sakit Umum H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2012
Oleh :
Nur Khairani Hutapea
Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisassi dini pada ibu post partum normal dan sectio sesarea di RSU H. Abdul
Manan Simatupang Kisaran. Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan
pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan
pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan
dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Partisipasi saudara dalam penelitian ini
bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada
sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan
saudara menandatangani kolom dibawah ini.
Peneliti Tanggal :
No. Responden : Responden