• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Hortikultura Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Hortikultura Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh :

MARETSUM SIMANULLANG

127003004/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MARETSUM SIMANULLANG

127003004/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Maretsum Simanullang

Nomor Pokok : 127003004

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP

Angota Ir. Supriadi, MS

Ketua Program Studi Direktur

Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 10 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP

Anggota : 2. Ir. Supriadi, MS

3. Dr. Rujiman, SE, MA

4. Dr. H.B Tarmiji, SU

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku.

Medan, 10 Juni 2014 Penulis,

(6)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang efisien untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kajian penelitian ini meliputi komoditas unggulan sub

sektor hortikultura di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi

Sumatera Utara, 2). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara dan 3). Menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara. Data dalam

penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari

data produksi Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota tahun 2007-2012. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Hasil analisis Location Quotient komoditas sayuran basis adalah cabe besar,

kembang kol, buncis, kol/kubis, petsai/sawi, kentang, tomat dan terung ; sementara komoditas buah-buahan basis adalah jeruk siam, salak dan durian.

Hasil analisis Shift Share komoditas sayuran berdaya saing adalah bawang merah,

cabe besar, cabe rawit, tomat, terung dan buncis sedangkan komoditas buah-buahan yang berdaya saing adalah duku/langsat, pisang dan salak. Prioritas pengembangan pertama komoditas sayuran adalah cabe besar, tomat, terung dan buncis. Prioritas kedua komoditas sayuran adalah kentang dan kol/kubis. Prioritas ketiga untuk dikembangkan adalah kembang kol dan petsai/ sawi. Komoditas buah-buahan prioritas pertama untuk dikembangkan adalah buah salak, prioritas kedua adalah durian serta prioritas ketiga adalah komoditas jeruk siam.

Kata Kunci : Sub sektor Hortikultura, Komoditas Unggulan, Location Quotient,

(7)

THE ANALYSIS OF THE SUPERIOR COMMODITY OF

HORTICULTURE SUB-SECTOR IN THE PROVINCE OF

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Determining superior commodity is an early step leading to the efficient agricultural development to achieve comparative and competitive superiority. The purpose of this study including the superior commodity of horticulture sub-sector in the Province of Sumatera Utara was 1) to analyze the basic and non-basic commodity of horticulture sub-sector, 2) to analyze the commodity of horticulture sub-sector with rapid growth and good competitiveness, and 3) to analyze the superior commodity of horticulture sub-sector which can be prioritized to be developed in the Province of Sumatera Utara. The data obtained were analyzed through Location Quotient (LQ) Analysis and Shift Share Analysis.

The result of LQ analysis showed that the basis commodity of vegetables was capsicum (big chili), cauliflower, string bean, cabbage, bok choy, tomato, and eggplant, while the basis commodity of fruits was tangerine, snake fruit (salak), and durian. The result of Shift Share analysis showed that the commodity of vegetables with rapid growth and competitiveness was shallot, capsicum/big chili (cabe besar), small chili (cabe rawit), tomato, eggplant and string bean, while the commodity of fruits with rapid growth and competitiveness was lansium (duku/langsat), banana and snake fruit (salak). The commodity of vegetables which is the first priority to be developed is capsicum, tomato, eggplant and string bean; the second priority was potato and cabbage; and the third priority was cauliflower and bok choy. The commodity of fruits which is the first priority to be developed is snake fruit, ; the second priority is durian; and the third priority is tangerine.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat, kesehatan dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Komoditas Unggulan Sub

Sektor Hortikultura di Provinsi Sumatera Utara” sebagai prasyarat untuk

menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus

kepada :

1. Bapak Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc sebagai Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,SE sebagai Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP dan Ir. Supriadi, MS yang

bersedia menjadi komisi pembimbing yang telah banyak memberikan

masukan dan bimbingan yang bermanfaat sehingga penelitian tesis ini dapat

diselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA, Bapak Dr. H.B Tarmizi, SU, dan Bapak Agus

Suriadi, S.Sos, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan

(9)

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan (PWD) atas segala keikhlasannya dalam

memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

7. Bapak Ir. Heri Suliyanto, MBA, Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi

dan Sertiikasi Profesi Pertanian Kementerian Pertanian atas kesempatan

yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program

Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

8. Ibu Ir. Sri Kuntarsih, MM, Direktur Pemasaran Domestik Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian yang

telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Ayahanda Walman Simanullang dan Ibunda (Almh) Ria Br.Purba yang

telah membesarkan, mendidik, membimbing dan senantiasa mendoakan

penulis.

10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih untuk istriku tercinta

Christince Evelina Hutagalung, SP dan anak-anakku terkasih Martin

Ethan Simanullang, Nathania Cordelia Simanullang dan Reynard Theo

Efran Simanullang atas segala doa, dukungan dan pengorbanannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan

(10)

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan (PWD) Angkatan 2012 atas kebersamaan, bantuan dan

kerjasamanya selama mengikuti perkuliahan selama ini.

12. Dan pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan namanya yang telah

memberi semangat dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan (PWD) dan penyelesaian tesis ini.

Sebagai penutup, Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu Penulis mengharapkan Saran dan Kritiknya untuk

penyempurnaan tesis ini.

Medan, 10 Juni 2014 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Maretsum Simanullang dilahirkan pada tanggal 01 Maret 1972 di

Doloksanggul, Kelurahan Pasar Doloksanggul, Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara dari

orangtua Bapak Walman Simanullang dan Ibu Ria br. Purba.

Pendidikan Penulis diawali dari SD Negeri 173395 Doloksanggul tamat

tahun 1984, SMP Negeri 1 Doloksanggul tamat 1987, SMA Negeri Doloksanggul

tamat 1990 dan melanjutkan pendidikan S1 pada Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan tamat tahun

1996 serta tahun 2012 mengikuti pendidikan S2 pada Program Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan (PWD).

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Pertanian Universitas HKBP

Nommensen Medan, Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil pada

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian

Pertanian pada tahun 2001. Pada saat ini menulis adalah staf pada subdit

Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, Direktorat Pemasaran Domestik,

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura ... 18

2.3 Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikutura ... 21

2.4. Komoditas Unggulan ... 23

2.5. Teori Ekonomi Basis ... 25

2.6. Analisis Location Quotient (LQ) ... 27

2.7. Analisis Shift Share ... 28

2.8. Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.4. Model Analisis Data ... 34

3.4.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 34

3.4.2. Analisis Shift Share ... 37

(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 43

4.1.1.1. Kondisi Geografi dan Topografi ... 46

4.1.1.2. Wilayah Administrasi ... 46

4.1.1.3. Keadaan iklim dan Cuaca ... 48

4.1.1.4. Penggunaan Lahan ... 49

4.1.1.5. Jumlah Kepadatan dan Sebaran Penduduk ... 51

4.1.1.6. Potensi Hortikultura Provinsi Sumatera Utara 53 4.2. Pembahasan ... 56

4.2.1. Komoditas Hortikultura Unggulan Provinsi Sumatera Utara... 56 4. 2.1.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 56

4.2.1.1.1. Analisis LQ Komoditas Sayuran .. 57

4.2.1.1.2. Analisis LQ Komoditas Buah- Buahan ... 58 4.2.1.2. Analisis Shift Share ... 59

4.2.1.2.1. Analisis Shift Share Komoditas Sayuran ... 59 4.2.1.2.2. Analisis Shift Share Komoditas Buah-Buahan ... 64 4.2.2. Komoditas Hortikultura Unggulan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 69 4.2.2.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 69

4.2.2.1.1. Analisis LQ Komoditas Sayuran ... 70

4.2.2.1.2. Analisis LQ Komoditas Buah-Buahan ... 74 4.2.2.2. Analisis Shift Share ... 78

4.2.2.2.1. Analisis Shift Share Komoditas Sayuran ... 78 4.2.2.2.2. Analisis Shif Share Komoditas Buah-Buahan ... 86 4.2.3 . Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura ... 92 4.2.3.1. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Sayuran ... 92 4.2.3.2. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Buah-Buahan ... 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 103

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi

Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 ...…………..…..

5

1.2 Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor

Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun

2007-2012………..

6

1.3 Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan

Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012…….…..

7

4.1 Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara .…...………. 46

4.2. Penggunaan Lahan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 ... 49

4.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara ...………….……….………

52

4.4. Produksi Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun

2007-2012 ……….

54

4.5. Produksi Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Periode

Tahun 2007-2012 ………..………

55

4.6. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Tanaman

Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 …..…...

57

4.7. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Tanaman

Buah-buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………...

59

4.8. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditas Sayuran di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………..………..

(15)

4.9. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditas Buah-buahan di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………..………….

66

4.10. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Komoditas

Sayuran Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2007-2012 ………...

72

4.11. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Komoditas

Buah-buahan Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2007-2012 ……….………..

76

4.12. Hasil Perhitungan Shift Share Komoditas Sayuran

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012

79

4.13. Hasil Perhitungan Shift Share Komoditas Buah-buahan

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012

86

4.14. Analisis Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan

Sayuran Provinsi Sumatera Utara ………..………..

93

4.15. Analisis Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan

Buah-buahan Provinsi Sumatera Utara ………....

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura

Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006 – 2011 …………...

3

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ………..………. 32

4.1. Topografi dan Morfologi Provinsi Sumatrera Utara ... 45

4.2. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara ..………... 47

4.3. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara ..………. 50

4.4. Peta Basis Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara ……….……..

73

4.5. Peta Basis Komoditas Buah-Buahan Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara ..……….

77

4.6. Peta Shift Share Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara ..………

85

4.7. Peta Shift Share Komoditas Buah-buahan Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara .………..

91

4.8. Perkembangan Harga Rata-Rata di Tingkat Produsen Komoditas

Unggulan Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012

95

4.9. Perkembangan Harga Rata-Rata di Tingkat Produsen

Komoditas Unggulan Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012 …………...………..

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran Provinsi

Sumatera Utara ……….………..

109

2. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan

Provinsi Sumatera Utara ………..

110

3. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran Provinsi Sumatrera

Utara ...

111

4. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan Provinsi

Sumatrera Utara ...

113

5. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran per

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….

115

6. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan per

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….

116

7. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran per Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara ..………...…….

117

8. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan per

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..…………...…….

(18)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang efisien untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kajian penelitian ini meliputi komoditas unggulan sub

sektor hortikultura di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi

Sumatera Utara, 2). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara dan 3). Menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara. Data dalam

penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari

data produksi Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota tahun 2007-2012. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Hasil analisis Location Quotient komoditas sayuran basis adalah cabe besar,

kembang kol, buncis, kol/kubis, petsai/sawi, kentang, tomat dan terung ; sementara komoditas buah-buahan basis adalah jeruk siam, salak dan durian.

Hasil analisis Shift Share komoditas sayuran berdaya saing adalah bawang merah,

cabe besar, cabe rawit, tomat, terung dan buncis sedangkan komoditas buah-buahan yang berdaya saing adalah duku/langsat, pisang dan salak. Prioritas pengembangan pertama komoditas sayuran adalah cabe besar, tomat, terung dan buncis. Prioritas kedua komoditas sayuran adalah kentang dan kol/kubis. Prioritas ketiga untuk dikembangkan adalah kembang kol dan petsai/ sawi. Komoditas buah-buahan prioritas pertama untuk dikembangkan adalah buah salak, prioritas kedua adalah durian serta prioritas ketiga adalah komoditas jeruk siam.

Kata Kunci : Sub sektor Hortikultura, Komoditas Unggulan, Location Quotient,

(19)

THE ANALYSIS OF THE SUPERIOR COMMODITY OF

HORTICULTURE SUB-SECTOR IN THE PROVINCE OF

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Determining superior commodity is an early step leading to the efficient agricultural development to achieve comparative and competitive superiority. The purpose of this study including the superior commodity of horticulture sub-sector in the Province of Sumatera Utara was 1) to analyze the basic and non-basic commodity of horticulture sub-sector, 2) to analyze the commodity of horticulture sub-sector with rapid growth and good competitiveness, and 3) to analyze the superior commodity of horticulture sub-sector which can be prioritized to be developed in the Province of Sumatera Utara. The data obtained were analyzed through Location Quotient (LQ) Analysis and Shift Share Analysis.

The result of LQ analysis showed that the basis commodity of vegetables was capsicum (big chili), cauliflower, string bean, cabbage, bok choy, tomato, and eggplant, while the basis commodity of fruits was tangerine, snake fruit (salak), and durian. The result of Shift Share analysis showed that the commodity of vegetables with rapid growth and competitiveness was shallot, capsicum/big chili (cabe besar), small chili (cabe rawit), tomato, eggplant and string bean, while the commodity of fruits with rapid growth and competitiveness was lansium (duku/langsat), banana and snake fruit (salak). The commodity of vegetables which is the first priority to be developed is capsicum, tomato, eggplant and string bean; the second priority was potato and cabbage; and the third priority was cauliflower and bok choy. The commodity of fruits which is the first priority to be developed is snake fruit, ; the second priority is durian; and the third priority is tangerine.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB

penyediaan sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku

industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan perbaikan

pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

sektor, yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan.

Sub sektor hortikultura merupakan komoditas yang cukup potensial

dikembangkan secara agribisnis, karena punya nilai ekonomis dan nilai tambah

cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Selain fungsi ekonomi

tersebut tanaman hortikultura mempunyai nilai kalori cukup tinggi, merupakan

sumber vitamin, mineral, serat alami dan anti-oksidan, sehingga selalu diperlukan

oleh tubuh sebagai sumber pangan maupun nutrisi serta berpengaruh terhadap

pendapatan dan kesejateraan petani. Melihat manfaat dan fungsinya dapat

dikatakan hortikultura dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian

Indonesia.

Komoditas hortikultura yang mencakup tanaman buah-buahan, tanaman

sayur-sayuran, tanaman hias (florikultura), tanaman bahan obat (biofarmaka),

termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air, yang mempunyai fungsi

sayuran, bahan obat nabati, dan estetika dikenal sebagai tanaman hortikultura.

(21)

sayuran, tanaman bahan obat dan tanaman perkebunan yang keseluruhan atau

bagian dari buahnya dapat dikonsumsi dalam keadaan segar maupun setelah

diolah. Tanaman florikultura adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura

yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakaan

keindahan, keasrian, dan kenyamanan di dalam ruang tertutup dan/atau terbuka.

Tanaman hortikultura merupakan sumber pangan bergizi, estetika dan obat-obatan

yang sangat diperlukan untuk membangun manusia yang sehat jasmani dan

rohani. Keragaman fungsi dari tanaman dan produk hortikultura tersebut

merupakan potensi ekonomi yang sangat besar untuk menggerakkan roda

perekonomian yang dapat menciptakan pendapatan, peluang usaha, kesempatan

kerja, serta keterkaitan hulu-hilir dan dengan sektor lain (UU Hortikultura, 2010).

Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai

komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya

sayuran dan buah-buahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan

pangan, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang

baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh

lapisan masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sebagai konsumen

produk hortikultura yang dihasilkan petani, merupakan pasar yang sangat

potensial, dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan semakin meningkat

dalam jumlah dan persyaratan mutu yang diinginkan.

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,

sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, florikultura dan tanaman

obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala

(22)

keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan

sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan

internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar

tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri atau ekspor (Ditjen

Hortikultura, 2011).

Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui

peranan dan kontribusi subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional

adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sub sektor

hortikultura pada pembentukan PDB Nasional setiap tahunnya memberikan

peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006-2011.

(23)

Dari tabel di atas pada tahun 2006 kontribusi PDB sektor hortikultura

sebesar Rp. 76.795 Milyar menjadi Rp. 96.220 milyar pada tahun 2011 atau

terjadi rata-rata peningkatan PDB setiap tahunnya sekitar 7.78 %. Kontribusi

penyumbang PDB terbesar adalah buah-buahan sebesar Rp. 53.437 milliar,

sayuran sebesar Rp. 31.969 milliar, tanaman hias/florikultura sebesar Rp. 7.302

milliar dan biofarmaka/obat-obatan sebesar Rp. 3.512 milliar. Perkembangan nilai

PDB sub sektor hortikultura dapat dilihat pada gambar berikut.

Komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan komoditas

hortikultura yang telah mampu berkontribusi bagi pembangunan nasional dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, seperti pemenuhan gizi

masyarakat sebagai pelengkap makanan empat sehat lima sempurna, komoditas

ini juga sangat potensial dan prospektif untuk diusahakan karena metode

pembudidayaan cenderung mudah dan sederhana. Kegiatan usahatani

buah-buahan dan sayur-sayuran juga berperan besar dalam peningkatan pendapatan

masyarakat, hal ini dikarenakan komoditas tersebut memiliki nilai komersial yang

cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas yang lainnya.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra pertanian dan

merupakan salah satu penghasil tanaman hortikultura terbesar di luar pulau jawa,

bahkan dulu dikenal sebagai penyuplai sayuran dan buah utama ke negara

tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Pengembangan tanaman hortikultura di

provinsi Sumatera Utara salah satunya dilakukan melalui pengembangan

komoditas unggulan dengan pendekatan pada kawasan andalan.

Sektor pertanian merupakan sektor pengerak utama dalam perekonomian

(24)

guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Kenyataan ini bisa diihat dari

besarnya kontribusi yang diberikan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB

provinsi Sumatera Utara tahun 2012 yang mencapai 22,89 %. Nilai Produk

Domestik Regional Bruto provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2012 atas dasar

harga konstan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap

perekonomian provinsi Sumatera Utara masih tinggi namun ada kecenderungan

mengalami penurunan setiap tahunnya. Besarnya peranan sektor pertanian

terhadap kontribusi PDRB provinsi Sumatera Utara dipengaruhi mata pencaharian

sebahagian besar penduduk di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai petani.

Oleh sebab itu peningkatan sektor pertanian akan dapat meningkatkan pendapatan

sebahagian besar penduduk provinsi Sumatera Utara. Sementara kontribusi

asing-masing sub sektor pertanian terhadap sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara

dapat dilihat pada tabel 1.2.

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1. 23.91 23.83 23.78 23.62 23.22 22.89 2. 1.23 1.23 1.19 1.18 1.18 1.13 3. 23.66 22.89 22.39 21.91 20.97 20.46 4. 0.74 0.73 0.73 0.73 0.75 0.73

5. 6.57 6.68 6.77 6.79 6.92 6.95

6. 18.42 18.38 18.44 18.46 18.72 18.89

7. 9.10 9.31 9.53 9.80 10.11 10.31 8. 6.73 7.04 7.12 7.41 7.89 8.26 9. 9.63 9.91 10.05 10.09 10.25 10.37

100 100 100 100 100 100

Pertanian

No

Lapangan Usaha

Tahun

Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa

Produk Domestik Regional Bruto

Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi

(25)

Tabel 1.2. Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan

adalah adalah kedua setelah sub sektor perkebunan hal ini menandakan bahwa

jumlah produksi yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan lebih tinggi

dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Walaupun sub sektor tanaman bahan

makanan kontribusinya tidak sebesar sub sektor perkebunan namun sangat

berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara yaitu merupakan salah satu

komponen penyumbang inflasi, dengan demikian ketersediaannya serta harga

senantiasa harus terkendali.

Untuk memenuhi kebutuhan komsumsi buah dan sayur-sayuran dalam

negeri salah satu instrumentnya adalah dengan melakukan import, hal ini

dilakukan karena keterbatasan produksi dalam negeri. Tingginya importasi

produk hortikultura (sayuran dan buah-buahan) merupakan salah satu konsekuensi

dari peningkatan jumlah penduduk yang besar sehingga menjadi pangsa pasar

bagi negara lain untuk memasukkan produknya.

Maraknya impor komoditas hortikultura didalam negeri perlu disikapi

dengan bijaksana karena hal ini terkait dengan ketersediaan produksi dan

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1.

7.93

7.91

7.85

7.75

7.42

7.14

2.

9.58

9.64

9.69

9.67

9.74

9.81

3.

2.51

2.46

2.45

2.40

2.38

2.32

4.

1.37

1.33

1.31

1.21

1.15

1.12

5.

2.51

2.48

2.48

2.58

2.53

2.50

No

Sektor Pertanian

Tahun

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Peternakan dan Hasil-hasilnya

Kehutanan

(26)

kebutuhannya di dalam negeri, sehingga berdampak negatif terhadap peningkatan

produksi dalam negeri dan kesejahteraan petani sebagai pelaku produsen dan

kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi. Impor hanya perlu dilakukan apabila

benar-benar didalam negeri mengalami kekurangan sehingga dapat menjaga

keseimbangan kebutuhan konsumen di dalam negeri dan melindungi petani.

Tabel : 1.3. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan Buah-Buahan di provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2012

Sumber : Dinas Pertanian dan BPS provinsi Sumatera Utara (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan ekspor dan impor sayuran dan

buah-buahan di provinsi Sumatera Utara. Impor produk pertanian khususnya

produk hortikultura setiap di Sumatera Utara sebelum ditetapkannya sebagai pintu

masuk untuk produk hortikultura ada kecenderungan mengalami peningkatan.

Volume impor terbesar sayuran terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 41.644.828

Kg dengan nilai US $ 29.257.853 sementara untuk buah-buahan volume impor

terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar 38.682.878 Kg dengan Nilai US $

36.878.650.

Membanjirnya importasi produk hortikutura sudah sangat mengkhawatirkan

bagi produk hortikultura dalam negeri sehingga mengakibatkan anjloknya harga

Volume (Kg)

Nilai (US $)

Volume (Kg)

Nilai (US $)

1. 2007 57,166,181 23,707,985 25,990,435 21,082,959 3. 2008 43,332,526 17,421,406 26,118,352 22,570,029 3. 2009 19,056,348 7,309,358 16,533,878 5,601,614 4. 2010 14,643,003 7,839,163 20,851,457 19,290,691 5. 2011 24,834,185 18,307,029 38,682,878 36,878,650 6. 2012 41,644,828 29,257,853 29,229,863 29,168,007

No

Tahun

Impor

(27)

buah dan sayuran lokal akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor. Salah

satu instrument yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan importasi

produk hortikultura ke dalam negeri adalah dengan melakukan pembatasan

pelabuhan pintu masuk untuk produk hortikultura dari delapan pelabuhan menjadi

empat pintu masuk yang berlaku sejak 19 Juli 2012. Adapun Empat pintu masuk

yang dibuka untuk impor produk hortikultura yakni :

a. Pelabuhan Laut Belawan, Medan

b. Pelabuhan Laut Tanjung Perak, Surabaya

c. Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Makassar

d. Bandara Udara Soekarno-Hatta, Tangerang

Penetapan pelabuhan pintu masuk importasi produk hortikultura ini

disamping mempertimbangkan kebutuhan konsumen sudah selayaknya juga

mempertimbangkan dampaknya bagi petani di daerah-daerah sentra produksi

seperti provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.

Sehubungan dengan penetapan pintu masuk importasi produk hortikultura

tersebut perlu dilakukan identifikasi dan analisis terhadap komoditas hortikultura

yang menjadi basis atau unggulan di provinsi Sumatera Utara. Hal ini berguna

untuk dapat meminimalisir dampak masuknya produk impor hortikultura

terhadap produksi hortikultura dan pendapatan petani di provinsi Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan suatu daerah dapat terlaksana apabila daerah tersebut mampu

untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki seperti sumber daya alam

(28)

utama dalam pembangunan daerah, sehingga perlu kejelian dalam memanfaatkan

serta mengoptimalkan setiap potensi sumber daya alam tersebut agar dapat

memberikan manfaat yang optimal dalam pembangunan daerah.

Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh provinsi Sumatera

Utara adalah potensi di sektor pertanian, dimana sektor pertanian masih

merupakan sektor yang kontribusinya terbesar dalam PDRB. Sektor pertanian di

provinsi Sumatera Utara terdiri atas 5 sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan

makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub

sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Kelima sub sektor tersebut

menghasilkan beragam komoditas pertanian yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota

yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

Komoditas sub sektor tanaman bahan makanan terdiri dari tanaman pangan

dan hortikultura, dimana komoditas tersebut merupakan komoditas penyumbang

inflasi sehingga ketersediaan dan harganya senantiasa harus terkendali. Sub sektor

hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, florikultura dan

biofarmaka dihasilkan di masing-masing kabupaten/kota yang ada di provinsi

Sumatera Utara.

Dalam rangka meningkatkan produksi sub hortikultura di provinsi Sumatera

Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk kebijakan

pengembangan komoditas unggulan atau basis. Penentuan komoditas unggulan

adalah salah satu langkah awal dalam menuju pembangunan pertanian yang

berpijak kepada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan

(29)

Penetapan pintu masuk importasi produk hortikultura di provinsi Sumatera

Utara perlu diantisipasi juga dengan menentukan komoditas hortikultura (sayuran

dan buah-buahan) yang merupakan basis dan unggulan di provinsi Sumatera

Utara. Hal ini bertujuan agar produksi hortikultura lokal tidak akan semakin

terdesak oleh masuknya produk hortikultura impor khususnya sayuran dan

buah-buahan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Komoditas sub sektor hortikultura apakah yang menjadi komoditas basis

dan non basis di provinsi Sumatera Utara?

2. Komoditas sub sektor hortikultura apakah yang mempunyai pertumbuhan

cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara?

3. Komoditas sub sektor hortikultura manakah yang menjadi prioritas untuk

dikembangkan di provinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan daripada

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis

dan non basis di provinsi Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang

mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi

(30)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas unggulan sub sektor

hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi

Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana

penelitian di bidang pertanian khususnya komoditas hortikultura

2. Bagi Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Utara

Sebagai bahan masukan dalam rangka menentukan prioritas dan arah

pengembangan dalam pembangunan pertanian sub sektor hortikultura

khususnya sayuran dan buah-buahan ke depan.

3. Secara praktis, dapat menjadi sumbangan pemikiran serta masukan bagi

pengambil kebijakan pertanian di tingkat pusat dalam memberikan

Rekomendasi Importasi Produk Hortikultura untuk wilayah provinsi

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Rahmadani (2008).”Perencanaan Strategis Pengembangan Sub Sektor

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Tanah Datar”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengkaji sub sektor pertanian tanaman pangan dan

hortikultura sebagai sektor basis di Kabupaten Tanah Datar, Menganalisa

perkembangan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura untuk 10 tahun

mendatan dan merumuskan perencanaan strategis bagi pengembangan sub sektor

pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Metode Analisis yang digunakan

adalah Analisis Location Quoetient (LQ), Analisis Proyeksi dan Analisis SWOT.

Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan sub sektor pertanian

tanaman pangan dan hortikultura merupakan sektor basis di Kabupaten Tanah

Datar. Hasil analisis proyeksi menunjukkan perkembangan sub sektor pertanian

tanaman pangan dan hortikultura untuk 10 tahun ke depan asih mendominasi

dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanah Datar. Hasil analisis SWOT

dengan melakukan penilaian terhadap kekuatan (strength), kelemahan (weakness),

peluang (opportunity), dan ancaman (threats) maka dapat didefenisikan dan

dirumuskan berbagai isu dan strategi pada sub sektor tanaman pangan dan

hortikutura.

Baehaqi, A. (2010). “Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman

Pangan di Kabupaten Lampung Tengah”.Tujuan penelitian ini adalah untuk

(32)

Mengetahui ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman

pangan di abupaten Lampung Tengah dan Menentukan prioritas dan arahan

pengembangan komoditas unggulan tanaman panga di Kabupaten Lampung

Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Trend

Luas Lahan, Analisis Penyediaan dan Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Basis

Pangan dan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas basis tanaman pangan

yang terpilih adalah padi,ubi kayu dan jagung. Laha yang tersedia untuk

pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah seluas 134.754

ha. Sebagian besar lahan yang tersedia ini termasuk dalam kategori sesuai untuk

komoditas padi, ubi kayu dan jagung, hanya sebagian kecil saja yang termasuk

dalam kategori tidak sesuai. Untuk komoditas padi 298 ha termasuk kelas sangat

sesuai,17.377 ha kelas cukup sesuai,116.426 ha kelas sesuai argina dan 658 ha

termasuk kelas tidak sesuai. Untuk komoditas jagung 298 ha termasuk kelas sagat

sesuai, 31.928 ha kelas cukup sesuai, 101.875 ha kelas sesuai marginal dan 658 ha

tidak sesuai. Untuk komoditas ubi kayu 418 ha termasuk kelas sangat sesuai,

80.922 ha kelas cukup sesuai, 50.171 ha kelas sesuai marginal dan 324 ha tidak

sesuai.

Dari dari hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) diperoleh bahwa

masyarakat Kabupaten Lampung Tengah memilih komoditas padi sebagai

komoditas unggulan prioritas pertama, sedangkan komoditas prioritas kedua

adalah jagung dan prioritas ketiga adalah komoditas ubi kayu. Berdasarkan

beerapa pertimbangan perencanaan yang digunakan pengembangan komoditas

(33)

Trimurjo,Punggur,Kota Gaah,Padang Ratu,Seputih Agung,Terbanggi

besar,Seputih Mataram dan Way Seputih. Pengembangan Komoditas jagung

dialokasikan seluas 41.271 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan

Gunung Sugih, Seputih Raman dan Seputih Banyak. Untuk pengembanga ubi

kayu dialokasikan 38.852 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Anak

Tuha,Way Pagubuan, dan Rumbia.

Wulandari, N,I. (2010). “Penentuan Agribisnis Unggulan Komoditas

Pertanian berdasarkan nilai produksi di Kabupaten Grobogan”. Tujuan penelitian

ini adalah unrtuk menganalisis macam-macam komoditas pertanian unggulan

yang ada di Kabupaten Grobogan, dan mengkaji struktur pertumbuhan komoditas

pertanian di Kabupaten Grobogan. Metode analisis yang digunakan adalah

Location Quotient (LQ) dan Klassen Typolegi.

Hasil penelitian menunjukan komoditas unggulan sektor pertanian yaitu

jagung, kedelai, kacang hijau, kapas, kerbau, kayu jati, kayu rimba, kayu bakar,

daun kayu putih. Struktur pertumbuhan komoditas yang tergolong maju dan

tumbuh cepat tidak ada. Komoditas yang tergolong maju tapi tumbuh lambat

adalah jagung, kedele, kacang hijau, tembakau, kapas, daun kayu putih.

Komoditas berkembang cepat adalah tebu rakyat, kapuk, kerbau, kambing/domba,

itik, kayu rimba, kayu bakar, perikanan budidaya. Komoditas yang tergolong

relatif tertinggal adalah padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kelapa,

sapi, kuda, babi, ayam, kayu jati, perikanan tangkap.

Tobing, F.H.L (2011). “Perencanaan Sektor Pertanian Dalam Rangka

(34)

digunakan dalam penelitian in adalah Analisis Location Quotient (LQ) dan

analisis deskriptif.

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa komoditas unggulan sektor tanaman

pangan adalah komoditas padi sawah, pada ladang dan kacang tanah. Sedangkan

komoditas unggulan komoditas sayur-sayuran adalah sawi. Komoditas unggulan

buah-buahan adalah alpukat,nenas,dan durian. Komoditas unggulan sub sektor

perkebunan adalah kemenyaan dan kopi. Komoditas unggulan sub sektor

peternakan adalah kerbau dan babi. Komoditas unggulan sub sektor perikanan

adalah kolam sawah.

Berdasarkan hasil rata-rata nilai LQ, daerah basis komoditas unggulan padi

sawah adalah Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban dan

Muara. Sentra produksi tanaman kacang tanah adalah Kecamatan Parmonangan,

Adian Koting, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Siborongborong dan Pagaran.

Komoditas Sawi yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan,

Sipoholon, Pahae Julu, Siborongborong dan Pagaran. daerah basis untuk

komoditas durian adalah Kecamatan Parmonangan,Adian Koting, Tarutung,

Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban dan Garoga. Komoditas nenas

yang menjadi sentra produksi adalah Kecamatan Pagaribuan dan Kecamatan

Sipahutar. Komoditas kemenyan yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan

Parmonangan, Adian Koting, Tarutung, Pahae Julu, Pangaribuan dan Sipahutar.

Komoditas kopi yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan,

Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Pangaribuan, Sipahutar, Siborongborong,

Pagaran dan Muara. Untuk ternak kerbau yang menjadi daerah basis adalah

(35)

Purbatua, Pangaribuan, Siborongborong, Pagaran dan Muara. Sedangkan

perikanan sawah daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan, Adian Koting,

Pahae Julu, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborongborong dan Pagaran.

Untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten

Tapanuli Utara berbagai perencanaan strategis dilakukan yakni dengan membagi

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi beberapa sentra produksi berdasarkan

komoditas unggulan yang disesuaikan dengan potensi daerah dan kawasan yang

sesuai dengan komoditas unggulan tersebut.

Sianturi, P (2013). “Analisis Potensi Sektor Pertanian Dalam

Pengembangan Wilayah Kabupaten Dairi”. Tujuan Penelitian adalah untuk

menganalisis potensi sektor pertanian dalam perekonomian daerah Kabupaten

Dairi, untuk menganalisis sub sektor-sub sektor apakah yang menjadi basis dan

non basis dalam pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Dairi, untuk

menganalisis komoditas unggulan sektor pertanian apakah tiap-tiap Kecamatan

dalam rangka spesialisasi keunggulan perekonomian Kabupaten Dairi dan untuk

menganalisis strategi pengembangan sektor pertanian dalam pengembangan

wilayah di Kabupaten Dairi. Metode Analisis yang digunakan adalah Analisis

Location Quoetient (LQ) dan Analisis SWOT.

Hasil Perhitungan analisis LQ PDRB Kab Dairi selama periode pengamatan

2008-2011, maka sektor basis di Kabupaten Dairi adalah sektor pertanian dengan

LQ sebesar 2,656 dan sektor Jasa-jasa sebesar 1,096. Hal ini menunjukkan bahwa

sektor pertanian dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang memiliki

kekuatan ekonomi dan berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kabupaten

(36)

pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya dan sub

sektor kehutanan. Sedangkan sub sektor perikanan termasuk non basis di

Kabupaten Dairi.

Berdasarkan hasil analisis dalam rangka spesialisasi pengembangan

komoditas pertanian basis tanaman pangan di masing-masing kecamatan di

Kabupaten Dairi, adalah padi sawah di Kecamatan Sidikalang, Berangan, Sitinjo,

Parbuluan, Sumbul, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu dan

Pegagan Hilir; padi lading di Kecamatan Sidikalang, Siempat Nempu Hulu,

Siempat Nempu hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, dan Pegaggan Hilir; tanaman

jagung di Kecamatan Tigalingga, Gunung Siember dan Tambak Pinen; tanaman

kacang tanah di Kecamatan Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu,

Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Pegagan Hilir; tanaman Ubi Kayu

adalah Kecamatan Sitinjo, Sidikalang, Sumbul, Siempat Nempu Hilir, Pegagan

Hilir dan tanaman ubi jalar di Kecamatan Parbuluan, Sitinjo, Sidikalang.

Komoditas basis tanaman sayuran cabe adalah Kecamatan Sidikalang, Berampu,

Sitinjo, Silima Pungga-Pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu

Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan

Tanah Pinem; tanaman bawang merah merupakan unggulan di Kecamatan

Silalahi Sabungan; tanaman tomat adalah kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Sumbul,

Pegagan Hilir dan Tanah Pinem; tanaman kentang adalah di Kecamatan Sitinjo,

Parbuuan dan Sumbul; tanaman kubis adalah di Kecamatan Sidikalang, parbuluan

dan Sumbul. Komoditas basis untuk tanaman buah-buahan adalah nenas di

Kecamatan Sidikalang, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu;

(37)

Sitember dan Tigalingga; jeruk di Kecamatan Berampu, Parbuluan dan Sumbul;

Pepayadi Kecamatan Berampu, Sitinjo, Lae Parira, Siempat Nempu; Durian

Kecamatan Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu,

Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Pisang di Kecamatan

Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Sempat Nempu, Siempat Nempu Hulu,

Siempat Nempu Hilir, Tigalingga dan Gunung Sitember. Komoditas Basis untuk

tanaman perkebunan adalah sebagai berikut untuk tanaman gambir di Kecamatan

Sidikalang, Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu Hulu dan

Siempat Nempu Hilir; tanaman kopi robusta adalah Kecamatan Silima

Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hiir,

Tigalingga, Gunung Sitember dan Pegagan Hilir; tanaman kopi arabika di

Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul; Kemiri di

Kecamatan Tanah Pinem dan Silalahi Sabungan; tanaman karet di Kecamatan Lae

Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga,

Gunung Sitember dan Tanah Pinem; tanaman kulit manis di Kecamatan Silalahi

Sabungan, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu dan Siempat Nempu Hilir;

tanaman kakao di Kecamatan Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu,

Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember,

Pegagan Hilir dan Tanah Pinem.

2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura

Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya

agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang

(38)

dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung pertumbuhan

pendapatan nasional.

Salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam

kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Secara keseluruhan, jumlah

komoditas hortikultura ada sebanyak 323 komoditas, namun yang tercatat di

Badan Pusat Statistik (BPS) baru mencapai 90 komoditas. Ketersediaan

sumberdaya hayati yang berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak dan

ketersediaan sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi

sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan

kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan.

Pengembangan komoditas hortikultura dalam perspektif paradigma baru

tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi saja tetapi terkait juga

dengan isu-isu strategis seperti mutu, keamanan pangan dan lingkungan dalam

rangka meningkatkan daya saing dan akses pasar. Pengembangan hortikultura

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya; 1) Pelestarian lingkungan,

penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, 2) Menarik investasi

skala kecil menengah, 3) Pengendalian inflasi dan stabilisasi harga komoditas

strategis (cabe merah dan bawang merah), 4) Pelestarian dan pengembangan

identitas nasional (anggrek,jamu), 5) Peningkatan ketahanan pangan melalui

penyediaan karbohidrat alternatif, dan 6) Menunjang pengembangan sektor

pariwisata. Fokus dari pengembangan komoditas hortikultura adalah

pengembangan dan pengutuhan kawasan yang memiliki rantai pasokan (supply

(39)

Kebijakan pengembangan hortikultura yang mengacu kepada

pengembangan komoditas unggulan adalah dengan pembangunan dan

pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara

terintegrasi dengan instansi terkait, promosi dan kampanye meningkatkan

konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta

mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh

FAO (64,45 kg/kapita/tahun), peningkatan perlindungan dan pendayagunaan

plasma-nutfah nasional melalui konservasi, domestikasi dan komersialisasi.

Penanganan pasca panen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri

untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta berperan aktif dalam

meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui

pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan

mendorong perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional (Ditjen

Hortikultura, 2011).

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,

sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur,florikultura dan tanaman obat)

dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil,

menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang

tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta

potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat.

Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun

(40)

Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura

diantaranya : rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit

dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan, transportasi,

ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura

nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu

bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain (Ditjen

Hortikultura, 2011).

2.3. Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikultura

Tingginya laju importasi produk hortikutura (sayuran dan buah-buahan)

merupakan dampak dari pertumbuhan penduduk yang semakin besar. Disamping

itu pertumbuhan ekonomi masyarakat yang meningkat juga menjadi salah satu

pemicu (trigger) meningkatkan konsumsi akan produk hortikultura. Peningkatan

komsumsi hortikultura juga disebabkan ada kecenderungan perubahan komsumsi

konsumen (preferensi konsumen) menjadi komsumsi non pangan, hal ini seiring

dengan pola hidup konsumen yang mengalami perubahan ke pola hidup sehat.

Meningkatnya konsumsi masyarakat akan produksi hortikultura seperti

sayur-sayuran dan buah-buahan tidak diimbangi dengan ketersediaan produksi dalam

negeri.

Maraknya impor komoditas pertanian khususnya hortikultura (sayuran dan

buah-buahan) didalam negeri perlu disikapi dengan bijaksana terkait dengan

ketersediaan produksi didalam negeri dan kebutuhannya, sehingga berdampak

negatif terhadap peningkatan produksi didalam negeri dan kesejahteraan petani

(41)

hanya perlu dilakukan apabila memang benar-benar didalam negeri mengalami

kekurangan sehingga dapat menjaga keseimbangan kebutuhan konsumen didalam

negeri dan melindungi petani produsen.

Untuk mengendalikan laju importasi produk pertanian khususnya

hortikultura, pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrument kebijakan

sebagai amanat dari UU RI No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura yang terbit

pada tanggal 24 Nopember 2010. Beberapa instrument kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengendalikan inportasi produk hortikultura

adalah dengan mengatur tata niaganya, kebijakan tersebut antara lain dengan

menerbitkan :

a. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.

47/M-DAG/PER/8/2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia No. 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang ketentuan impor

produk hortikultura

b. Peraturan Menteri Pertanian No. 86/Permentan/OT.140/8/2013 tentang

Rekomendasi Impor Produk Hortikultura.

Pengendalian importasi produk hortikultura ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada petani, pelaku usaha dan konsumen hortikultura di dalam

negeri.

Adapun produk hortikultura yang diatur tata niaganya terdiri dari produk

segar dan produk olahan untuk bahan baku industri. Produk hortikultura segar

terdiri dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Adapun yang termasuk jenis sayuran

(42)

wortel dan cabe. Sedangkan sedangkan jenis buah-buahan adalah pisang, nenas,

jeruk, anggur, melon, pepaya, apel, durian, dan lengkeng.

2.4. Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang memiliki

peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat. Pentingnya

ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan

kabupaten/kota) didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan

kemampuan sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk memproduksi dan

memasarkan semua komoditas yang dihasilkannya relatif terbatas. Selain itu

hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing

secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi suatu

keharusan agar sumber daya pembangunan di suatu wilayah lebih efisien dan

lebih terfokus (Handewi, R. 2003).

Menurut Nainggolan, H,L. (2011) Beberapa kriteria yang dapat menjelaskan

mengenai keunggulan suatu komoditi dalam suatu wilayah yaitu : a) dikenal luas

oleh masyarakat setempat, dikelola dan dikembangkan secara luas masyarakat

setempat, b) memiliki sumbangan yang signiikan bagi perekonomian masyarakat

setempat, dapat bersaing dengan komoditi usaha lainnya, c) komoditi ini memiliki

kesesuaian secara agroekologis terutama menyangkut lokasi pengembangan, d)

komoditi ini memiliki potensi dan orientasi pasar baik domestik maupun ekspor,

e) mendapat dukungan kebijakan pemerintah terutama dukungan pasar serta

faktor-faktor pendukung seperti kelembagaan, teknologi, modal, sarana dan

(43)

Keunggulan suatu komoditas masih dibagi lagi berdasarkan keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan

keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada dan membedakannya

dengan daerah yang lain. Keunggulan komparatif ini dapat berupa sumber daya

alam, sumber daya manusia. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan

keunggulan yang dimiliki dan digunakan untuk bersaing dengan dengan daerah

lain. Dengan kata lain keunggulan kompetitif menggunakan keunggulan

komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah lain sehingga mencapai tujuannya

yang dalam hal ini adalah komoditas unggulan (Direktorat Perluasan Areal dalam

Baehaqi, A. 2010).

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi

strategis berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun

sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,kemampuan sumberdaya

manusia, infrastruktur dan kondisi sosil budaya setempat) untuk dibudidayakan di

suatu wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2003).

Penetapan komoditas unggulan berdasarkan kriteria tersebut di atas dapat

dilakukan dengan cara penentuan komoditas basis/unggulan dan penentuan

komoditas yang tumbuh cepat dan berdaya berdaya saing/kompetitif. Komoditas

basis dapat memberikan gambaran posisi strategis dari suatu komoditas.

Komoditas basis merupakan komoditas yang memiliki keunggulan dari sisi

penawaran (supply) yang ditujukan terutama untuk ekspor ke luar wilayah.

Penentuan komoditas yang tumbuh cepat dan berdaya saing merupakan komoditas

yang memiliki keunggulan dari sisi permintaan (demand) dimana komoditas

(44)

komoditas unggulan dalam hal ini adalah merupakan komoditas basis yang

tumbuh cepat dan berdaya saing/kompetitif.

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori dasar model basis ekonomi berpandangan bahwa determinan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan secara langsung dengan

permintaan dari daerah lain. Adanya permintaan terhadap barang, jasa dan

produk, merangsang pertumbuhan industri yang memanfaatkan sumber daya

lokal, baik tenaga kerja maupun material, yang kemudian akan membangkitkan

pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.

Perancang ekonomi wilayah menyarankan strategi pembangunan yang

berorientasi pada ekspor. Tingkat ekspor yang tinggi akan mendatangkan devisa

yang menjadi tambahan “darah” baru bagi kegiatan ekonomi wilayah yang

bersangkutan. Adanya kegiatan sektor ekspor, maka kegiatan non ekspor juga

secara otomatis akan meningkat untuk melayani kegiatan dan kebutuhan di sektor

ekspor. Sektor ekspor sering juga diseut sebagai sektor basis, sedangkan non

ekspor disebut sektor non basis (Setiono, D.N.S, 2011).

Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat

pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong

tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu,

pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah

tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).

(45)

keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik

Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu

sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut

secara nasional (Tarigan, R. 2007).

Menurut Bendavid-Vall dalam Sirojuzilam dan Mahalli (2010), dalam teori

basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah tergantung kepada

adanya permintaan dari luar terhadap produksi wilayah tersebut. Berdasaarkan

hal tersebut maka perekonomian wilayah dibagi menjadi sektor basis/basis ekspor

dan sektor non basis. Sektor basis yang mengekspor produksinya keluar wilayah

disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar wilayah terhadap sektor basis

maningkat, maka sektor basis tersebut berkembang dan pada gilirannya dapat

membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor non basis didalam

wilayah yang bersangkutan, sehingga mengakibatkan berkembangnya wilayah

yang bersangkutan.

Aktifitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)

dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke

wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian

sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan

efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Pendekatan basis ekonomi dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu

dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual

hasil produksinya tersebut dengan lebih efektif dan efisien. Sektor basis adalah

sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai

(46)

sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi

berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

2.6. Analisis Location Quotient (Kuesion Lokasi)

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan salah satu pendekatan yang

umum digunakan dalam model ekonomi basis untuk menentukan kegiatan basis

dan non basis. LQ dapat dipakai untuk mengukur konsetrasi relatif atau derajat

spesialisasi kegiatan ekonomi atau menentukan komoditas yang mempunyai

keunggulan dari sisi produksinya. Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung

(barang antara).

b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk

mengetahui kecendrungan.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik

apabila dilakukan dalam bentuk time –series/trend, artinya dianalisis selama

kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu

komoditas tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau

penurunan (Tarigan, R, 2007).

Dalam konsep teori ekonomi basis berpandangan bahwa pendapatan dari

ekspor merupakan penggerak utama bagi kegiatan suatu perekonomian lokal. Jika

nilai LQ untuk suatu sektor perekonomian lokal lebih besar dari satu, maka dapat

dianggap bahwa produksi lokal pada sektor yang bersangkutan relatif lebih tinggi

(47)

Menurut Lincolin, A (1999) Location Quotient (LQ) merupakan suatu

teknik yang digunakan untuk memperluas analisa Shift Share . Teknik ini sangat

membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat

selft-sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah

dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. kegiatan industri yang melayani di daerah itu sendiri maupun di luar daerah

yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.

b. Kegiatan ekonomi atau industry yang melayani pasar di daerah tersebut,

jenis industry ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.

Untuk menggolongkan setiap industry apakah termasuk industry basic atau non

basic dipergunakan metode Location QuotienT (LQ), yaitu mengukur konsentrasi

dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan

peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau

industry sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

Analisis Location Quotient (LQ) adalah salah satu alat pengembangan

ekonomi yang sederhana dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan

analisis LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan adalah penerapannya

sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.

Sedangkan keterbatasan analisis LQ adalah karena demikian sederhananya

pendekatan LQ ini, maka diperlukan data yang akurat dan valid. Disamping itu

untuk menghindari bias musiman atau tahunan diperlukan nilai rata-rata dari data

series yang cukup panjang, sebaiknya tidak kurang dari 5 (lima) tahun

(48)

2.7. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)

Analisis Shit Share merupakan salah satu model pertumbuhan ekonomi

wilayah yang bertujuan untuk mengetahui faktor penentu pertumbuhan ekonomi

wilayah tersebut. Analisis tersebut dapat mengidentiikasi peranan ekonomi

nasional dan kekhususan daerah bersangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi

wilayah bersangkutan (Sjafrizal, 2012).

Menurut Setiono, D,N,S. (2011) Shift Share merupakan metode analisis

yang cukup penting dalam studi perencanaan wilayah karena pendekatannya

menggabungkan dua hal pokok yaitu unsure spasial dan unsure sektoral yang

diterapkan dalam kerangka dimensi waktu.

Untuk mengetahui jenis-jenis komoditas hortikultura yang berkembang di

suatu wilayah (Provinsi) dibandingkan dengan perkembangan produksi komoditas

di wilayah yang lebih besar (Nasional) digunakan teknik analisis shift-share.

Analisis Shift-Share adalah juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan

berbagai sektor (komoditas) di daerah kita dengan wilayah nasional.

Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang yang

terkandung didalam struktur komoditas (sektor/ sub-sektor/ komoditas) sesuatu

daerah didalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.

Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu

daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang menamakan

model analisis ini sebagai “Industrial Mix Analysis”, karena komposisi jenis

kegiatan yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhannya di wilayah tersebut.

Artinya apakah jenis kegiatan yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk kedalam

kelompok jenis kegiatan yang secara nasional memang berkembang pesat dan

bahwa jenis kegiatan tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak (Tarigan, R.

(49)

2.8. Kerangka Pemikiran

Provin

Gambar

Gambar 1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan
Tabel 1.1. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)
Tabel 1.2. Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)
Tabel : 1.3. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan Buah-Buahan di provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran Surat Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.. Nomor: In.01/DT/KP.07.6/6564/2013 tanggal 23 September 2013 tentang Pemberitahuan Jadawal

Hasil pendugaan fungsi permintaan daging sapi dalam sistem persamaan simultan dengan prosedur autoreg menunjukkan bahwa parameter-parameter dalam fenomena ekonomi seperti harga

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam peningkatan kemampuan

diperkirakan bukan pohon yang dapat tahan pada lingkungan roof garden, hal ini ditinjau dari bentuk trikoma yang kurang mendukung pohon untuk hidup di lingkungan roof garden

Penelitian ini merupakan Eksperimen dengan metode pre and post test group desaign, untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh penambahan modified hold relaxed

Lebih lanjut arti dari kata ’ bekerja mandiri’ pada kewirausahaan ini yaitu bekerja usaha sendiri atau diartikan juga bekerja pada orang lain sebagai pegawai namun pekerjaannya

2. The provisions of paragraph 1 shall not apply to income, other than income from immovable property as defined in paragraph 2  of  Article  6,  if  the 

Irawan Soehrtono, Metode Peneltian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.. dilakukan