ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR
HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh :
MARETSUM SIMANULLANG
127003004/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR
HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MARETSUM SIMANULLANG
127003004/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Maretsum Simanullang
Nomor Pokok : 127003004
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
Angota Ir. Supriadi, MS
Ketua Program Studi Direktur
Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
Telah diuji pada Tanggal : 10 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : 1. Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
Anggota : 2. Ir. Supriadi, MS
3. Dr. Rujiman, SE, MA
4. Dr. H.B Tarmiji, SU
PERNYATAAN
Judul Tesis
“ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR
HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku.
Medan, 10 Juni 2014 Penulis,
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR
HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang efisien untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kajian penelitian ini meliputi komoditas unggulan sub
sektor hortikultura di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi
Sumatera Utara, 2). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara dan 3). Menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara. Data dalam
penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari
data produksi Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota tahun 2007-2012. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.
Hasil analisis Location Quotient komoditas sayuran basis adalah cabe besar,
kembang kol, buncis, kol/kubis, petsai/sawi, kentang, tomat dan terung ; sementara komoditas buah-buahan basis adalah jeruk siam, salak dan durian.
Hasil analisis Shift Share komoditas sayuran berdaya saing adalah bawang merah,
cabe besar, cabe rawit, tomat, terung dan buncis sedangkan komoditas buah-buahan yang berdaya saing adalah duku/langsat, pisang dan salak. Prioritas pengembangan pertama komoditas sayuran adalah cabe besar, tomat, terung dan buncis. Prioritas kedua komoditas sayuran adalah kentang dan kol/kubis. Prioritas ketiga untuk dikembangkan adalah kembang kol dan petsai/ sawi. Komoditas buah-buahan prioritas pertama untuk dikembangkan adalah buah salak, prioritas kedua adalah durian serta prioritas ketiga adalah komoditas jeruk siam.
Kata Kunci : Sub sektor Hortikultura, Komoditas Unggulan, Location Quotient,
THE ANALYSIS OF THE SUPERIOR COMMODITY OF
HORTICULTURE SUB-SECTOR IN THE PROVINCE OF
SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Determining superior commodity is an early step leading to the efficient agricultural development to achieve comparative and competitive superiority. The purpose of this study including the superior commodity of horticulture sub-sector in the Province of Sumatera Utara was 1) to analyze the basic and non-basic commodity of horticulture sub-sector, 2) to analyze the commodity of horticulture sub-sector with rapid growth and good competitiveness, and 3) to analyze the superior commodity of horticulture sub-sector which can be prioritized to be developed in the Province of Sumatera Utara. The data obtained were analyzed through Location Quotient (LQ) Analysis and Shift Share Analysis.
The result of LQ analysis showed that the basis commodity of vegetables was capsicum (big chili), cauliflower, string bean, cabbage, bok choy, tomato, and eggplant, while the basis commodity of fruits was tangerine, snake fruit (salak), and durian. The result of Shift Share analysis showed that the commodity of vegetables with rapid growth and competitiveness was shallot, capsicum/big chili (cabe besar), small chili (cabe rawit), tomato, eggplant and string bean, while the commodity of fruits with rapid growth and competitiveness was lansium (duku/langsat), banana and snake fruit (salak). The commodity of vegetables which is the first priority to be developed is capsicum, tomato, eggplant and string bean; the second priority was potato and cabbage; and the third priority was cauliflower and bok choy. The commodity of fruits which is the first priority to be developed is snake fruit, ; the second priority is durian; and the third priority is tangerine.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat, kesehatan dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Komoditas Unggulan Sub
Sektor Hortikultura di Provinsi Sumatera Utara” sebagai prasyarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc sebagai Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,SE sebagai Ketua Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP dan Ir. Supriadi, MS yang
bersedia menjadi komisi pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan yang bermanfaat sehingga penelitian tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA, Bapak Dr. H.B Tarmizi, SU, dan Bapak Agus
Suriadi, S.Sos, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan (PWD) atas segala keikhlasannya dalam
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
7. Bapak Ir. Heri Suliyanto, MBA, Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi
dan Sertiikasi Profesi Pertanian Kementerian Pertanian atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program
Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).
8. Ibu Ir. Sri Kuntarsih, MM, Direktur Pemasaran Domestik Ditjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian yang
telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Ayahanda Walman Simanullang dan Ibunda (Almh) Ria Br.Purba yang
telah membesarkan, mendidik, membimbing dan senantiasa mendoakan
penulis.
10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih untuk istriku tercinta
Christince Evelina Hutagalung, SP dan anak-anakku terkasih Martin
Ethan Simanullang, Nathania Cordelia Simanullang dan Reynard Theo
Efran Simanullang atas segala doa, dukungan dan pengorbanannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan (PWD) Angkatan 2012 atas kebersamaan, bantuan dan
kerjasamanya selama mengikuti perkuliahan selama ini.
12. Dan pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan namanya yang telah
memberi semangat dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan (PWD) dan penyelesaian tesis ini.
Sebagai penutup, Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu Penulis mengharapkan Saran dan Kritiknya untuk
penyempurnaan tesis ini.
Medan, 10 Juni 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Maretsum Simanullang dilahirkan pada tanggal 01 Maret 1972 di
Doloksanggul, Kelurahan Pasar Doloksanggul, Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara dari
orangtua Bapak Walman Simanullang dan Ibu Ria br. Purba.
Pendidikan Penulis diawali dari SD Negeri 173395 Doloksanggul tamat
tahun 1984, SMP Negeri 1 Doloksanggul tamat 1987, SMA Negeri Doloksanggul
tamat 1990 dan melanjutkan pendidikan S1 pada Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan tamat tahun
1996 serta tahun 2012 mengikuti pendidikan S2 pada Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan (PWD).
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Pertanian Universitas HKBP
Nommensen Medan, Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil pada
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian
Pertanian pada tahun 2001. Pada saat ini menulis adalah staf pada subdit
Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, Direktorat Pemasaran Domestik,
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura ... 18
2.3 Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikutura ... 21
2.4. Komoditas Unggulan ... 23
2.5. Teori Ekonomi Basis ... 25
2.6. Analisis Location Quotient (LQ) ... 27
2.7. Analisis Shift Share ... 28
2.8. Kerangka Pemikiran ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Lokasi Penelitian ... 33
3.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 33
3.4. Model Analisis Data ... 34
3.4.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 34
3.4.2. Analisis Shift Share ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Hasil Penelitian ... 43
4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 43
4.1.1.1. Kondisi Geografi dan Topografi ... 46
4.1.1.2. Wilayah Administrasi ... 46
4.1.1.3. Keadaan iklim dan Cuaca ... 48
4.1.1.4. Penggunaan Lahan ... 49
4.1.1.5. Jumlah Kepadatan dan Sebaran Penduduk ... 51
4.1.1.6. Potensi Hortikultura Provinsi Sumatera Utara 53 4.2. Pembahasan ... 56
4.2.1. Komoditas Hortikultura Unggulan Provinsi Sumatera Utara... 56 4. 2.1.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 56
4.2.1.1.1. Analisis LQ Komoditas Sayuran .. 57
4.2.1.1.2. Analisis LQ Komoditas Buah- Buahan ... 58 4.2.1.2. Analisis Shift Share ... 59
4.2.1.2.1. Analisis Shift Share Komoditas Sayuran ... 59 4.2.1.2.2. Analisis Shift Share Komoditas Buah-Buahan ... 64 4.2.2. Komoditas Hortikultura Unggulan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 69 4.2.2.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 69
4.2.2.1.1. Analisis LQ Komoditas Sayuran ... 70
4.2.2.1.2. Analisis LQ Komoditas Buah-Buahan ... 74 4.2.2.2. Analisis Shift Share ... 78
4.2.2.2.1. Analisis Shift Share Komoditas Sayuran ... 78 4.2.2.2.2. Analisis Shif Share Komoditas Buah-Buahan ... 86 4.2.3 . Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura ... 92 4.2.3.1. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Sayuran ... 92 4.2.3.2. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Buah-Buahan ... 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
5.1. Kesimpulan ... 101
5.2. Saran ... 103
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi
Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 ...…………..…..
5
1.2 Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor
Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2007-2012………..
6
1.3 Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan
Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012…….…..
7
4.1 Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara .…...………. 46
4.2. Penggunaan Lahan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 ... 49
4.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara ...………….……….………
52
4.4. Produksi Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun
2007-2012 ……….
54
4.5. Produksi Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Periode
Tahun 2007-2012 ………..………
55
4.6. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Tanaman
Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 …..…...
57
4.7. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Tanaman
Buah-buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………...
59
4.8. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditas Sayuran di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………..………..
4.9. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditas Buah-buahan di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………..………….
66
4.10. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Komoditas
Sayuran Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2007-2012 ………...
72
4.11. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Komoditas
Buah-buahan Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2007-2012 ……….………..
76
4.12. Hasil Perhitungan Shift Share Komoditas Sayuran
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012
79
4.13. Hasil Perhitungan Shift Share Komoditas Buah-buahan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012
86
4.14. Analisis Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan
Sayuran Provinsi Sumatera Utara ………..………..
93
4.15. Analisis Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan
Buah-buahan Provinsi Sumatera Utara ………....
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura
Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006 – 2011 …………...
3
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ………..………. 32
4.1. Topografi dan Morfologi Provinsi Sumatrera Utara ... 45
4.2. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara ..………... 47
4.3. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara ..………. 50
4.4. Peta Basis Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara ……….……..
73
4.5. Peta Basis Komoditas Buah-Buahan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara ..……….
77
4.6. Peta Shift Share Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara ..………
85
4.7. Peta Shift Share Komoditas Buah-buahan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara .………..
91
4.8. Perkembangan Harga Rata-Rata di Tingkat Produsen Komoditas
Unggulan Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012
95
4.9. Perkembangan Harga Rata-Rata di Tingkat Produsen
Komoditas Unggulan Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012 …………...………..
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran Provinsi
Sumatera Utara ……….………..
109
2. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan
Provinsi Sumatera Utara ………..
110
3. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran Provinsi Sumatrera
Utara ...
111
4. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan Provinsi
Sumatrera Utara ...
113
5. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran per
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….
115
6. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan per
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….
116
7. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran per Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara ..………...…….
117
8. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan per
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..…………...…….
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR
HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang efisien untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kajian penelitian ini meliputi komoditas unggulan sub
sektor hortikultura di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi
Sumatera Utara, 2). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara dan 3). Menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara. Data dalam
penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari
data produksi Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota tahun 2007-2012. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.
Hasil analisis Location Quotient komoditas sayuran basis adalah cabe besar,
kembang kol, buncis, kol/kubis, petsai/sawi, kentang, tomat dan terung ; sementara komoditas buah-buahan basis adalah jeruk siam, salak dan durian.
Hasil analisis Shift Share komoditas sayuran berdaya saing adalah bawang merah,
cabe besar, cabe rawit, tomat, terung dan buncis sedangkan komoditas buah-buahan yang berdaya saing adalah duku/langsat, pisang dan salak. Prioritas pengembangan pertama komoditas sayuran adalah cabe besar, tomat, terung dan buncis. Prioritas kedua komoditas sayuran adalah kentang dan kol/kubis. Prioritas ketiga untuk dikembangkan adalah kembang kol dan petsai/ sawi. Komoditas buah-buahan prioritas pertama untuk dikembangkan adalah buah salak, prioritas kedua adalah durian serta prioritas ketiga adalah komoditas jeruk siam.
Kata Kunci : Sub sektor Hortikultura, Komoditas Unggulan, Location Quotient,
THE ANALYSIS OF THE SUPERIOR COMMODITY OF
HORTICULTURE SUB-SECTOR IN THE PROVINCE OF
SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Determining superior commodity is an early step leading to the efficient agricultural development to achieve comparative and competitive superiority. The purpose of this study including the superior commodity of horticulture sub-sector in the Province of Sumatera Utara was 1) to analyze the basic and non-basic commodity of horticulture sub-sector, 2) to analyze the commodity of horticulture sub-sector with rapid growth and good competitiveness, and 3) to analyze the superior commodity of horticulture sub-sector which can be prioritized to be developed in the Province of Sumatera Utara. The data obtained were analyzed through Location Quotient (LQ) Analysis and Shift Share Analysis.
The result of LQ analysis showed that the basis commodity of vegetables was capsicum (big chili), cauliflower, string bean, cabbage, bok choy, tomato, and eggplant, while the basis commodity of fruits was tangerine, snake fruit (salak), and durian. The result of Shift Share analysis showed that the commodity of vegetables with rapid growth and competitiveness was shallot, capsicum/big chili (cabe besar), small chili (cabe rawit), tomato, eggplant and string bean, while the commodity of fruits with rapid growth and competitiveness was lansium (duku/langsat), banana and snake fruit (salak). The commodity of vegetables which is the first priority to be developed is capsicum, tomato, eggplant and string bean; the second priority was potato and cabbage; and the third priority was cauliflower and bok choy. The commodity of fruits which is the first priority to be developed is snake fruit, ; the second priority is durian; and the third priority is tangerine.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan
perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB
penyediaan sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku
industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan perbaikan
pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
sektor, yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan.
Sub sektor hortikultura merupakan komoditas yang cukup potensial
dikembangkan secara agribisnis, karena punya nilai ekonomis dan nilai tambah
cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Selain fungsi ekonomi
tersebut tanaman hortikultura mempunyai nilai kalori cukup tinggi, merupakan
sumber vitamin, mineral, serat alami dan anti-oksidan, sehingga selalu diperlukan
oleh tubuh sebagai sumber pangan maupun nutrisi serta berpengaruh terhadap
pendapatan dan kesejateraan petani. Melihat manfaat dan fungsinya dapat
dikatakan hortikultura dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian
Indonesia.
Komoditas hortikultura yang mencakup tanaman buah-buahan, tanaman
sayur-sayuran, tanaman hias (florikultura), tanaman bahan obat (biofarmaka),
termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air, yang mempunyai fungsi
sayuran, bahan obat nabati, dan estetika dikenal sebagai tanaman hortikultura.
sayuran, tanaman bahan obat dan tanaman perkebunan yang keseluruhan atau
bagian dari buahnya dapat dikonsumsi dalam keadaan segar maupun setelah
diolah. Tanaman florikultura adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura
yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakaan
keindahan, keasrian, dan kenyamanan di dalam ruang tertutup dan/atau terbuka.
Tanaman hortikultura merupakan sumber pangan bergizi, estetika dan obat-obatan
yang sangat diperlukan untuk membangun manusia yang sehat jasmani dan
rohani. Keragaman fungsi dari tanaman dan produk hortikultura tersebut
merupakan potensi ekonomi yang sangat besar untuk menggerakkan roda
perekonomian yang dapat menciptakan pendapatan, peluang usaha, kesempatan
kerja, serta keterkaitan hulu-hilir dan dengan sektor lain (UU Hortikultura, 2010).
Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai
komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya
sayuran dan buah-buahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan
pangan, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang
baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh
lapisan masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sebagai konsumen
produk hortikultura yang dihasilkan petani, merupakan pasar yang sangat
potensial, dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan semakin meningkat
dalam jumlah dan persyaratan mutu yang diinginkan.
Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,
sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, florikultura dan tanaman
obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala
keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan
sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan
internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar
tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri atau ekspor (Ditjen
Hortikultura, 2011).
Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui
peranan dan kontribusi subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional
adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sub sektor
hortikultura pada pembentukan PDB Nasional setiap tahunnya memberikan
peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006-2011.
Dari tabel di atas pada tahun 2006 kontribusi PDB sektor hortikultura
sebesar Rp. 76.795 Milyar menjadi Rp. 96.220 milyar pada tahun 2011 atau
terjadi rata-rata peningkatan PDB setiap tahunnya sekitar 7.78 %. Kontribusi
penyumbang PDB terbesar adalah buah-buahan sebesar Rp. 53.437 milliar,
sayuran sebesar Rp. 31.969 milliar, tanaman hias/florikultura sebesar Rp. 7.302
milliar dan biofarmaka/obat-obatan sebesar Rp. 3.512 milliar. Perkembangan nilai
PDB sub sektor hortikultura dapat dilihat pada gambar berikut.
Komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan komoditas
hortikultura yang telah mampu berkontribusi bagi pembangunan nasional dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, seperti pemenuhan gizi
masyarakat sebagai pelengkap makanan empat sehat lima sempurna, komoditas
ini juga sangat potensial dan prospektif untuk diusahakan karena metode
pembudidayaan cenderung mudah dan sederhana. Kegiatan usahatani
buah-buahan dan sayur-sayuran juga berperan besar dalam peningkatan pendapatan
masyarakat, hal ini dikarenakan komoditas tersebut memiliki nilai komersial yang
cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas yang lainnya.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra pertanian dan
merupakan salah satu penghasil tanaman hortikultura terbesar di luar pulau jawa,
bahkan dulu dikenal sebagai penyuplai sayuran dan buah utama ke negara
tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Pengembangan tanaman hortikultura di
provinsi Sumatera Utara salah satunya dilakukan melalui pengembangan
komoditas unggulan dengan pendekatan pada kawasan andalan.
Sektor pertanian merupakan sektor pengerak utama dalam perekonomian
guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Kenyataan ini bisa diihat dari
besarnya kontribusi yang diberikan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB
provinsi Sumatera Utara tahun 2012 yang mencapai 22,89 %. Nilai Produk
Domestik Regional Bruto provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2012 atas dasar
harga konstan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap
perekonomian provinsi Sumatera Utara masih tinggi namun ada kecenderungan
mengalami penurunan setiap tahunnya. Besarnya peranan sektor pertanian
terhadap kontribusi PDRB provinsi Sumatera Utara dipengaruhi mata pencaharian
sebahagian besar penduduk di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai petani.
Oleh sebab itu peningkatan sektor pertanian akan dapat meningkatkan pendapatan
sebahagian besar penduduk provinsi Sumatera Utara. Sementara kontribusi
asing-masing sub sektor pertanian terhadap sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara
dapat dilihat pada tabel 1.2.
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1. 23.91 23.83 23.78 23.62 23.22 22.89 2. 1.23 1.23 1.19 1.18 1.18 1.13 3. 23.66 22.89 22.39 21.91 20.97 20.46 4. 0.74 0.73 0.73 0.73 0.75 0.73
5. 6.57 6.68 6.77 6.79 6.92 6.95
6. 18.42 18.38 18.44 18.46 18.72 18.89
7. 9.10 9.31 9.53 9.80 10.11 10.31 8. 6.73 7.04 7.12 7.41 7.89 8.26 9. 9.63 9.91 10.05 10.09 10.25 10.37
100 100 100 100 100 100
Pertanian
No
Lapangan Usaha
Tahun
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
Produk Domestik Regional Bruto
Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi
Tabel 1.2. Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel diatas dapat dilihat kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan
adalah adalah kedua setelah sub sektor perkebunan hal ini menandakan bahwa
jumlah produksi yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan lebih tinggi
dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Walaupun sub sektor tanaman bahan
makanan kontribusinya tidak sebesar sub sektor perkebunan namun sangat
berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara yaitu merupakan salah satu
komponen penyumbang inflasi, dengan demikian ketersediaannya serta harga
senantiasa harus terkendali.
Untuk memenuhi kebutuhan komsumsi buah dan sayur-sayuran dalam
negeri salah satu instrumentnya adalah dengan melakukan import, hal ini
dilakukan karena keterbatasan produksi dalam negeri. Tingginya importasi
produk hortikultura (sayuran dan buah-buahan) merupakan salah satu konsekuensi
dari peningkatan jumlah penduduk yang besar sehingga menjadi pangsa pasar
bagi negara lain untuk memasukkan produknya.
Maraknya impor komoditas hortikultura didalam negeri perlu disikapi
dengan bijaksana karena hal ini terkait dengan ketersediaan produksi dan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.
7.93
7.91
7.85
7.75
7.42
7.14
2.
9.58
9.64
9.69
9.67
9.74
9.81
3.
2.51
2.46
2.45
2.40
2.38
2.32
4.
1.37
1.33
1.31
1.21
1.15
1.12
5.
2.51
2.48
2.48
2.58
2.53
2.50
No
Sektor Pertanian
Tahun
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan dan Hasil-hasilnya
Kehutanan
kebutuhannya di dalam negeri, sehingga berdampak negatif terhadap peningkatan
produksi dalam negeri dan kesejahteraan petani sebagai pelaku produsen dan
kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi. Impor hanya perlu dilakukan apabila
benar-benar didalam negeri mengalami kekurangan sehingga dapat menjaga
keseimbangan kebutuhan konsumen di dalam negeri dan melindungi petani.
Tabel : 1.3. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan Buah-Buahan di provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2012
Sumber : Dinas Pertanian dan BPS provinsi Sumatera Utara (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan ekspor dan impor sayuran dan
buah-buahan di provinsi Sumatera Utara. Impor produk pertanian khususnya
produk hortikultura setiap di Sumatera Utara sebelum ditetapkannya sebagai pintu
masuk untuk produk hortikultura ada kecenderungan mengalami peningkatan.
Volume impor terbesar sayuran terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 41.644.828
Kg dengan nilai US $ 29.257.853 sementara untuk buah-buahan volume impor
terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar 38.682.878 Kg dengan Nilai US $
36.878.650.
Membanjirnya importasi produk hortikutura sudah sangat mengkhawatirkan
bagi produk hortikultura dalam negeri sehingga mengakibatkan anjloknya harga
Volume (Kg)
Nilai (US $)
Volume (Kg)
Nilai (US $)
1. 2007 57,166,181 23,707,985 25,990,435 21,082,959 3. 2008 43,332,526 17,421,406 26,118,352 22,570,029 3. 2009 19,056,348 7,309,358 16,533,878 5,601,614 4. 2010 14,643,003 7,839,163 20,851,457 19,290,691 5. 2011 24,834,185 18,307,029 38,682,878 36,878,650 6. 2012 41,644,828 29,257,853 29,229,863 29,168,007
No
Tahun
Impor
buah dan sayuran lokal akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor. Salah
satu instrument yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan importasi
produk hortikultura ke dalam negeri adalah dengan melakukan pembatasan
pelabuhan pintu masuk untuk produk hortikultura dari delapan pelabuhan menjadi
empat pintu masuk yang berlaku sejak 19 Juli 2012. Adapun Empat pintu masuk
yang dibuka untuk impor produk hortikultura yakni :
a. Pelabuhan Laut Belawan, Medan
b. Pelabuhan Laut Tanjung Perak, Surabaya
c. Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Makassar
d. Bandara Udara Soekarno-Hatta, Tangerang
Penetapan pelabuhan pintu masuk importasi produk hortikultura ini
disamping mempertimbangkan kebutuhan konsumen sudah selayaknya juga
mempertimbangkan dampaknya bagi petani di daerah-daerah sentra produksi
seperti provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.
Sehubungan dengan penetapan pintu masuk importasi produk hortikultura
tersebut perlu dilakukan identifikasi dan analisis terhadap komoditas hortikultura
yang menjadi basis atau unggulan di provinsi Sumatera Utara. Hal ini berguna
untuk dapat meminimalisir dampak masuknya produk impor hortikultura
terhadap produksi hortikultura dan pendapatan petani di provinsi Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Pembangunan suatu daerah dapat terlaksana apabila daerah tersebut mampu
untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki seperti sumber daya alam
utama dalam pembangunan daerah, sehingga perlu kejelian dalam memanfaatkan
serta mengoptimalkan setiap potensi sumber daya alam tersebut agar dapat
memberikan manfaat yang optimal dalam pembangunan daerah.
Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh provinsi Sumatera
Utara adalah potensi di sektor pertanian, dimana sektor pertanian masih
merupakan sektor yang kontribusinya terbesar dalam PDRB. Sektor pertanian di
provinsi Sumatera Utara terdiri atas 5 sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan
makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub
sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Kelima sub sektor tersebut
menghasilkan beragam komoditas pertanian yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
Komoditas sub sektor tanaman bahan makanan terdiri dari tanaman pangan
dan hortikultura, dimana komoditas tersebut merupakan komoditas penyumbang
inflasi sehingga ketersediaan dan harganya senantiasa harus terkendali. Sub sektor
hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, florikultura dan
biofarmaka dihasilkan di masing-masing kabupaten/kota yang ada di provinsi
Sumatera Utara.
Dalam rangka meningkatkan produksi sub hortikultura di provinsi Sumatera
Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk kebijakan
pengembangan komoditas unggulan atau basis. Penentuan komoditas unggulan
adalah salah satu langkah awal dalam menuju pembangunan pertanian yang
berpijak kepada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan
Penetapan pintu masuk importasi produk hortikultura di provinsi Sumatera
Utara perlu diantisipasi juga dengan menentukan komoditas hortikultura (sayuran
dan buah-buahan) yang merupakan basis dan unggulan di provinsi Sumatera
Utara. Hal ini bertujuan agar produksi hortikultura lokal tidak akan semakin
terdesak oleh masuknya produk hortikultura impor khususnya sayuran dan
buah-buahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Komoditas sub sektor hortikultura apakah yang menjadi komoditas basis
dan non basis di provinsi Sumatera Utara?
2. Komoditas sub sektor hortikultura apakah yang mempunyai pertumbuhan
cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara?
3. Komoditas sub sektor hortikultura manakah yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan di provinsi Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan daripada
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis
dan non basis di provinsi Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang
mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi
3. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas unggulan sub sektor
hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi
Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana
penelitian di bidang pertanian khususnya komoditas hortikultura
2. Bagi Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Utara
Sebagai bahan masukan dalam rangka menentukan prioritas dan arah
pengembangan dalam pembangunan pertanian sub sektor hortikultura
khususnya sayuran dan buah-buahan ke depan.
3. Secara praktis, dapat menjadi sumbangan pemikiran serta masukan bagi
pengambil kebijakan pertanian di tingkat pusat dalam memberikan
Rekomendasi Importasi Produk Hortikultura untuk wilayah provinsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Rahmadani (2008).”Perencanaan Strategis Pengembangan Sub Sektor
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Tanah Datar”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji sub sektor pertanian tanaman pangan dan
hortikultura sebagai sektor basis di Kabupaten Tanah Datar, Menganalisa
perkembangan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura untuk 10 tahun
mendatan dan merumuskan perencanaan strategis bagi pengembangan sub sektor
pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Metode Analisis yang digunakan
adalah Analisis Location Quoetient (LQ), Analisis Proyeksi dan Analisis SWOT.
Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan sub sektor pertanian
tanaman pangan dan hortikultura merupakan sektor basis di Kabupaten Tanah
Datar. Hasil analisis proyeksi menunjukkan perkembangan sub sektor pertanian
tanaman pangan dan hortikultura untuk 10 tahun ke depan asih mendominasi
dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanah Datar. Hasil analisis SWOT
dengan melakukan penilaian terhadap kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (threats) maka dapat didefenisikan dan
dirumuskan berbagai isu dan strategi pada sub sektor tanaman pangan dan
hortikutura.
Baehaqi, A. (2010). “Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan di Kabupaten Lampung Tengah”.Tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman
pangan di abupaten Lampung Tengah dan Menentukan prioritas dan arahan
pengembangan komoditas unggulan tanaman panga di Kabupaten Lampung
Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Trend
Luas Lahan, Analisis Penyediaan dan Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Basis
Pangan dan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas basis tanaman pangan
yang terpilih adalah padi,ubi kayu dan jagung. Laha yang tersedia untuk
pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah seluas 134.754
ha. Sebagian besar lahan yang tersedia ini termasuk dalam kategori sesuai untuk
komoditas padi, ubi kayu dan jagung, hanya sebagian kecil saja yang termasuk
dalam kategori tidak sesuai. Untuk komoditas padi 298 ha termasuk kelas sangat
sesuai,17.377 ha kelas cukup sesuai,116.426 ha kelas sesuai argina dan 658 ha
termasuk kelas tidak sesuai. Untuk komoditas jagung 298 ha termasuk kelas sagat
sesuai, 31.928 ha kelas cukup sesuai, 101.875 ha kelas sesuai marginal dan 658 ha
tidak sesuai. Untuk komoditas ubi kayu 418 ha termasuk kelas sangat sesuai,
80.922 ha kelas cukup sesuai, 50.171 ha kelas sesuai marginal dan 324 ha tidak
sesuai.
Dari dari hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) diperoleh bahwa
masyarakat Kabupaten Lampung Tengah memilih komoditas padi sebagai
komoditas unggulan prioritas pertama, sedangkan komoditas prioritas kedua
adalah jagung dan prioritas ketiga adalah komoditas ubi kayu. Berdasarkan
beerapa pertimbangan perencanaan yang digunakan pengembangan komoditas
Trimurjo,Punggur,Kota Gaah,Padang Ratu,Seputih Agung,Terbanggi
besar,Seputih Mataram dan Way Seputih. Pengembangan Komoditas jagung
dialokasikan seluas 41.271 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan
Gunung Sugih, Seputih Raman dan Seputih Banyak. Untuk pengembanga ubi
kayu dialokasikan 38.852 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Anak
Tuha,Way Pagubuan, dan Rumbia.
Wulandari, N,I. (2010). “Penentuan Agribisnis Unggulan Komoditas
Pertanian berdasarkan nilai produksi di Kabupaten Grobogan”. Tujuan penelitian
ini adalah unrtuk menganalisis macam-macam komoditas pertanian unggulan
yang ada di Kabupaten Grobogan, dan mengkaji struktur pertumbuhan komoditas
pertanian di Kabupaten Grobogan. Metode analisis yang digunakan adalah
Location Quotient (LQ) dan Klassen Typolegi.
Hasil penelitian menunjukan komoditas unggulan sektor pertanian yaitu
jagung, kedelai, kacang hijau, kapas, kerbau, kayu jati, kayu rimba, kayu bakar,
daun kayu putih. Struktur pertumbuhan komoditas yang tergolong maju dan
tumbuh cepat tidak ada. Komoditas yang tergolong maju tapi tumbuh lambat
adalah jagung, kedele, kacang hijau, tembakau, kapas, daun kayu putih.
Komoditas berkembang cepat adalah tebu rakyat, kapuk, kerbau, kambing/domba,
itik, kayu rimba, kayu bakar, perikanan budidaya. Komoditas yang tergolong
relatif tertinggal adalah padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kelapa,
sapi, kuda, babi, ayam, kayu jati, perikanan tangkap.
Tobing, F.H.L (2011). “Perencanaan Sektor Pertanian Dalam Rangka
digunakan dalam penelitian in adalah Analisis Location Quotient (LQ) dan
analisis deskriptif.
Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa komoditas unggulan sektor tanaman
pangan adalah komoditas padi sawah, pada ladang dan kacang tanah. Sedangkan
komoditas unggulan komoditas sayur-sayuran adalah sawi. Komoditas unggulan
buah-buahan adalah alpukat,nenas,dan durian. Komoditas unggulan sub sektor
perkebunan adalah kemenyaan dan kopi. Komoditas unggulan sub sektor
peternakan adalah kerbau dan babi. Komoditas unggulan sub sektor perikanan
adalah kolam sawah.
Berdasarkan hasil rata-rata nilai LQ, daerah basis komoditas unggulan padi
sawah adalah Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban dan
Muara. Sentra produksi tanaman kacang tanah adalah Kecamatan Parmonangan,
Adian Koting, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Siborongborong dan Pagaran.
Komoditas Sawi yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan,
Sipoholon, Pahae Julu, Siborongborong dan Pagaran. daerah basis untuk
komoditas durian adalah Kecamatan Parmonangan,Adian Koting, Tarutung,
Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban dan Garoga. Komoditas nenas
yang menjadi sentra produksi adalah Kecamatan Pagaribuan dan Kecamatan
Sipahutar. Komoditas kemenyan yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan
Parmonangan, Adian Koting, Tarutung, Pahae Julu, Pangaribuan dan Sipahutar.
Komoditas kopi yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan,
Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Pangaribuan, Sipahutar, Siborongborong,
Pagaran dan Muara. Untuk ternak kerbau yang menjadi daerah basis adalah
Purbatua, Pangaribuan, Siborongborong, Pagaran dan Muara. Sedangkan
perikanan sawah daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan, Adian Koting,
Pahae Julu, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborongborong dan Pagaran.
Untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten
Tapanuli Utara berbagai perencanaan strategis dilakukan yakni dengan membagi
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi beberapa sentra produksi berdasarkan
komoditas unggulan yang disesuaikan dengan potensi daerah dan kawasan yang
sesuai dengan komoditas unggulan tersebut.
Sianturi, P (2013). “Analisis Potensi Sektor Pertanian Dalam
Pengembangan Wilayah Kabupaten Dairi”. Tujuan Penelitian adalah untuk
menganalisis potensi sektor pertanian dalam perekonomian daerah Kabupaten
Dairi, untuk menganalisis sub sektor-sub sektor apakah yang menjadi basis dan
non basis dalam pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Dairi, untuk
menganalisis komoditas unggulan sektor pertanian apakah tiap-tiap Kecamatan
dalam rangka spesialisasi keunggulan perekonomian Kabupaten Dairi dan untuk
menganalisis strategi pengembangan sektor pertanian dalam pengembangan
wilayah di Kabupaten Dairi. Metode Analisis yang digunakan adalah Analisis
Location Quoetient (LQ) dan Analisis SWOT.
Hasil Perhitungan analisis LQ PDRB Kab Dairi selama periode pengamatan
2008-2011, maka sektor basis di Kabupaten Dairi adalah sektor pertanian dengan
LQ sebesar 2,656 dan sektor Jasa-jasa sebesar 1,096. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pertanian dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang memiliki
kekuatan ekonomi dan berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kabupaten
pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya dan sub
sektor kehutanan. Sedangkan sub sektor perikanan termasuk non basis di
Kabupaten Dairi.
Berdasarkan hasil analisis dalam rangka spesialisasi pengembangan
komoditas pertanian basis tanaman pangan di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Dairi, adalah padi sawah di Kecamatan Sidikalang, Berangan, Sitinjo,
Parbuluan, Sumbul, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu dan
Pegagan Hilir; padi lading di Kecamatan Sidikalang, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, dan Pegaggan Hilir; tanaman
jagung di Kecamatan Tigalingga, Gunung Siember dan Tambak Pinen; tanaman
kacang tanah di Kecamatan Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu,
Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Pegagan Hilir; tanaman Ubi Kayu
adalah Kecamatan Sitinjo, Sidikalang, Sumbul, Siempat Nempu Hilir, Pegagan
Hilir dan tanaman ubi jalar di Kecamatan Parbuluan, Sitinjo, Sidikalang.
Komoditas basis tanaman sayuran cabe adalah Kecamatan Sidikalang, Berampu,
Sitinjo, Silima Pungga-Pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu
Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan
Tanah Pinem; tanaman bawang merah merupakan unggulan di Kecamatan
Silalahi Sabungan; tanaman tomat adalah kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Sumbul,
Pegagan Hilir dan Tanah Pinem; tanaman kentang adalah di Kecamatan Sitinjo,
Parbuuan dan Sumbul; tanaman kubis adalah di Kecamatan Sidikalang, parbuluan
dan Sumbul. Komoditas basis untuk tanaman buah-buahan adalah nenas di
Kecamatan Sidikalang, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu;
Sitember dan Tigalingga; jeruk di Kecamatan Berampu, Parbuluan dan Sumbul;
Pepayadi Kecamatan Berampu, Sitinjo, Lae Parira, Siempat Nempu; Durian
Kecamatan Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Pisang di Kecamatan
Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Sempat Nempu, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu Hilir, Tigalingga dan Gunung Sitember. Komoditas Basis untuk
tanaman perkebunan adalah sebagai berikut untuk tanaman gambir di Kecamatan
Sidikalang, Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu Hulu dan
Siempat Nempu Hilir; tanaman kopi robusta adalah Kecamatan Silima
Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hiir,
Tigalingga, Gunung Sitember dan Pegagan Hilir; tanaman kopi arabika di
Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul; Kemiri di
Kecamatan Tanah Pinem dan Silalahi Sabungan; tanaman karet di Kecamatan Lae
Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga,
Gunung Sitember dan Tanah Pinem; tanaman kulit manis di Kecamatan Silalahi
Sabungan, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu dan Siempat Nempu Hilir;
tanaman kakao di Kecamatan Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu,
Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember,
Pegagan Hilir dan Tanah Pinem.
2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura
Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya
agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang
dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung pertumbuhan
pendapatan nasional.
Salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam
kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Secara keseluruhan, jumlah
komoditas hortikultura ada sebanyak 323 komoditas, namun yang tercatat di
Badan Pusat Statistik (BPS) baru mencapai 90 komoditas. Ketersediaan
sumberdaya hayati yang berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak dan
ketersediaan sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi
sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan
kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan.
Pengembangan komoditas hortikultura dalam perspektif paradigma baru
tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi saja tetapi terkait juga
dengan isu-isu strategis seperti mutu, keamanan pangan dan lingkungan dalam
rangka meningkatkan daya saing dan akses pasar. Pengembangan hortikultura
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya; 1) Pelestarian lingkungan,
penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, 2) Menarik investasi
skala kecil menengah, 3) Pengendalian inflasi dan stabilisasi harga komoditas
strategis (cabe merah dan bawang merah), 4) Pelestarian dan pengembangan
identitas nasional (anggrek,jamu), 5) Peningkatan ketahanan pangan melalui
penyediaan karbohidrat alternatif, dan 6) Menunjang pengembangan sektor
pariwisata. Fokus dari pengembangan komoditas hortikultura adalah
pengembangan dan pengutuhan kawasan yang memiliki rantai pasokan (supply
Kebijakan pengembangan hortikultura yang mengacu kepada
pengembangan komoditas unggulan adalah dengan pembangunan dan
pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara
terintegrasi dengan instansi terkait, promosi dan kampanye meningkatkan
konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta
mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh
FAO (64,45 kg/kapita/tahun), peningkatan perlindungan dan pendayagunaan
plasma-nutfah nasional melalui konservasi, domestikasi dan komersialisasi.
Penanganan pasca panen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri
untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta berperan aktif dalam
meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui
pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan
mendorong perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional (Ditjen
Hortikultura, 2011).
Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,
sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur,florikultura dan tanaman obat)
dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil,
menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang
tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta
potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat.
Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun
Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura
diantaranya : rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit
dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan, transportasi,
ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura
nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu
bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain (Ditjen
Hortikultura, 2011).
2.3. Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikultura
Tingginya laju importasi produk hortikutura (sayuran dan buah-buahan)
merupakan dampak dari pertumbuhan penduduk yang semakin besar. Disamping
itu pertumbuhan ekonomi masyarakat yang meningkat juga menjadi salah satu
pemicu (trigger) meningkatkan konsumsi akan produk hortikultura. Peningkatan
komsumsi hortikultura juga disebabkan ada kecenderungan perubahan komsumsi
konsumen (preferensi konsumen) menjadi komsumsi non pangan, hal ini seiring
dengan pola hidup konsumen yang mengalami perubahan ke pola hidup sehat.
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan produksi hortikultura seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan tidak diimbangi dengan ketersediaan produksi dalam
negeri.
Maraknya impor komoditas pertanian khususnya hortikultura (sayuran dan
buah-buahan) didalam negeri perlu disikapi dengan bijaksana terkait dengan
ketersediaan produksi didalam negeri dan kebutuhannya, sehingga berdampak
negatif terhadap peningkatan produksi didalam negeri dan kesejahteraan petani
hanya perlu dilakukan apabila memang benar-benar didalam negeri mengalami
kekurangan sehingga dapat menjaga keseimbangan kebutuhan konsumen didalam
negeri dan melindungi petani produsen.
Untuk mengendalikan laju importasi produk pertanian khususnya
hortikultura, pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrument kebijakan
sebagai amanat dari UU RI No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura yang terbit
pada tanggal 24 Nopember 2010. Beberapa instrument kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengendalikan inportasi produk hortikultura
adalah dengan mengatur tata niaganya, kebijakan tersebut antara lain dengan
menerbitkan :
a. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.
47/M-DAG/PER/8/2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia No. 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang ketentuan impor
produk hortikultura
b. Peraturan Menteri Pertanian No. 86/Permentan/OT.140/8/2013 tentang
Rekomendasi Impor Produk Hortikultura.
Pengendalian importasi produk hortikultura ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada petani, pelaku usaha dan konsumen hortikultura di dalam
negeri.
Adapun produk hortikultura yang diatur tata niaganya terdiri dari produk
segar dan produk olahan untuk bahan baku industri. Produk hortikultura segar
terdiri dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Adapun yang termasuk jenis sayuran
wortel dan cabe. Sedangkan sedangkan jenis buah-buahan adalah pisang, nenas,
jeruk, anggur, melon, pepaya, apel, durian, dan lengkeng.
2.4. Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang memiliki
peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat. Pentingnya
ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan
kabupaten/kota) didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan
kemampuan sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk memproduksi dan
memasarkan semua komoditas yang dihasilkannya relatif terbatas. Selain itu
hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing
secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi suatu
keharusan agar sumber daya pembangunan di suatu wilayah lebih efisien dan
lebih terfokus (Handewi, R. 2003).
Menurut Nainggolan, H,L. (2011) Beberapa kriteria yang dapat menjelaskan
mengenai keunggulan suatu komoditi dalam suatu wilayah yaitu : a) dikenal luas
oleh masyarakat setempat, dikelola dan dikembangkan secara luas masyarakat
setempat, b) memiliki sumbangan yang signiikan bagi perekonomian masyarakat
setempat, dapat bersaing dengan komoditi usaha lainnya, c) komoditi ini memiliki
kesesuaian secara agroekologis terutama menyangkut lokasi pengembangan, d)
komoditi ini memiliki potensi dan orientasi pasar baik domestik maupun ekspor,
e) mendapat dukungan kebijakan pemerintah terutama dukungan pasar serta
faktor-faktor pendukung seperti kelembagaan, teknologi, modal, sarana dan
Keunggulan suatu komoditas masih dibagi lagi berdasarkan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan
keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada dan membedakannya
dengan daerah yang lain. Keunggulan komparatif ini dapat berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan
keunggulan yang dimiliki dan digunakan untuk bersaing dengan dengan daerah
lain. Dengan kata lain keunggulan kompetitif menggunakan keunggulan
komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah lain sehingga mencapai tujuannya
yang dalam hal ini adalah komoditas unggulan (Direktorat Perluasan Areal dalam
Baehaqi, A. 2010).
Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi
strategis berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun
sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,kemampuan sumberdaya
manusia, infrastruktur dan kondisi sosil budaya setempat) untuk dibudidayakan di
suatu wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2003).
Penetapan komoditas unggulan berdasarkan kriteria tersebut di atas dapat
dilakukan dengan cara penentuan komoditas basis/unggulan dan penentuan
komoditas yang tumbuh cepat dan berdaya berdaya saing/kompetitif. Komoditas
basis dapat memberikan gambaran posisi strategis dari suatu komoditas.
Komoditas basis merupakan komoditas yang memiliki keunggulan dari sisi
penawaran (supply) yang ditujukan terutama untuk ekspor ke luar wilayah.
Penentuan komoditas yang tumbuh cepat dan berdaya saing merupakan komoditas
yang memiliki keunggulan dari sisi permintaan (demand) dimana komoditas
komoditas unggulan dalam hal ini adalah merupakan komoditas basis yang
tumbuh cepat dan berdaya saing/kompetitif.
2.5. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori dasar model basis ekonomi berpandangan bahwa determinan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan secara langsung dengan
permintaan dari daerah lain. Adanya permintaan terhadap barang, jasa dan
produk, merangsang pertumbuhan industri yang memanfaatkan sumber daya
lokal, baik tenaga kerja maupun material, yang kemudian akan membangkitkan
pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.
Perancang ekonomi wilayah menyarankan strategi pembangunan yang
berorientasi pada ekspor. Tingkat ekspor yang tinggi akan mendatangkan devisa
yang menjadi tambahan “darah” baru bagi kegiatan ekonomi wilayah yang
bersangkutan. Adanya kegiatan sektor ekspor, maka kegiatan non ekspor juga
secara otomatis akan meningkat untuk melayani kegiatan dan kebutuhan di sektor
ekspor. Sektor ekspor sering juga diseut sebagai sektor basis, sedangkan non
ekspor disebut sektor non basis (Setiono, D.N.S, 2011).
Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat
pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu,
pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah
tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).
keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional (Tarigan, R. 2007).
Menurut Bendavid-Vall dalam Sirojuzilam dan Mahalli (2010), dalam teori
basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah tergantung kepada
adanya permintaan dari luar terhadap produksi wilayah tersebut. Berdasaarkan
hal tersebut maka perekonomian wilayah dibagi menjadi sektor basis/basis ekspor
dan sektor non basis. Sektor basis yang mengekspor produksinya keluar wilayah
disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar wilayah terhadap sektor basis
maningkat, maka sektor basis tersebut berkembang dan pada gilirannya dapat
membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor non basis didalam
wilayah yang bersangkutan, sehingga mengakibatkan berkembangnya wilayah
yang bersangkutan.
Aktifitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke
wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian
sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan
efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).
Pendekatan basis ekonomi dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu
dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual
hasil produksinya tersebut dengan lebih efektif dan efisien. Sektor basis adalah
sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai
sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi
berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).
2.6. Analisis Location Quotient (Kuesion Lokasi)
Analisis Location Quotient (LQ) merupakan salah satu pendekatan yang
umum digunakan dalam model ekonomi basis untuk menentukan kegiatan basis
dan non basis. LQ dapat dipakai untuk mengukur konsetrasi relatif atau derajat
spesialisasi kegiatan ekonomi atau menentukan komoditas yang mempunyai
keunggulan dari sisi produksinya. Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung
(barang antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk
mengetahui kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik
apabila dilakukan dalam bentuk time –series/trend, artinya dianalisis selama
kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu
komoditas tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau
penurunan (Tarigan, R, 2007).
Dalam konsep teori ekonomi basis berpandangan bahwa pendapatan dari
ekspor merupakan penggerak utama bagi kegiatan suatu perekonomian lokal. Jika
nilai LQ untuk suatu sektor perekonomian lokal lebih besar dari satu, maka dapat
dianggap bahwa produksi lokal pada sektor yang bersangkutan relatif lebih tinggi
Menurut Lincolin, A (1999) Location Quotient (LQ) merupakan suatu
teknik yang digunakan untuk memperluas analisa Shift Share . Teknik ini sangat
membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat
selft-sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. kegiatan industri yang melayani di daerah itu sendiri maupun di luar daerah
yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.
b. Kegiatan ekonomi atau industry yang melayani pasar di daerah tersebut,
jenis industry ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.
Untuk menggolongkan setiap industry apakah termasuk industry basic atau non
basic dipergunakan metode Location QuotienT (LQ), yaitu mengukur konsentrasi
dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan
peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau
industry sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Analisis Location Quotient (LQ) adalah salah satu alat pengembangan
ekonomi yang sederhana dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan
analisis LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan adalah penerapannya
sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.
Sedangkan keterbatasan analisis LQ adalah karena demikian sederhananya
pendekatan LQ ini, maka diperlukan data yang akurat dan valid. Disamping itu
untuk menghindari bias musiman atau tahunan diperlukan nilai rata-rata dari data
series yang cukup panjang, sebaiknya tidak kurang dari 5 (lima) tahun
2.7. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)
Analisis Shit Share merupakan salah satu model pertumbuhan ekonomi
wilayah yang bertujuan untuk mengetahui faktor penentu pertumbuhan ekonomi
wilayah tersebut. Analisis tersebut dapat mengidentiikasi peranan ekonomi
nasional dan kekhususan daerah bersangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah bersangkutan (Sjafrizal, 2012).
Menurut Setiono, D,N,S. (2011) Shift Share merupakan metode analisis
yang cukup penting dalam studi perencanaan wilayah karena pendekatannya
menggabungkan dua hal pokok yaitu unsure spasial dan unsure sektoral yang
diterapkan dalam kerangka dimensi waktu.
Untuk mengetahui jenis-jenis komoditas hortikultura yang berkembang di
suatu wilayah (Provinsi) dibandingkan dengan perkembangan produksi komoditas
di wilayah yang lebih besar (Nasional) digunakan teknik analisis shift-share.
Analisis Shift-Share adalah juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan
berbagai sektor (komoditas) di daerah kita dengan wilayah nasional.
Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang yang
terkandung didalam struktur komoditas (sektor/ sub-sektor/ komoditas) sesuatu
daerah didalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.
Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu
daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang menamakan
model analisis ini sebagai “Industrial Mix Analysis”, karena komposisi jenis
kegiatan yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhannya di wilayah tersebut.
Artinya apakah jenis kegiatan yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk kedalam
kelompok jenis kegiatan yang secara nasional memang berkembang pesat dan
bahwa jenis kegiatan tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak (Tarigan, R.
2.8. Kerangka Pemikiran
Provin