• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SISTEM BEREGU BAGI ANGGOTA GERAKAN PRAMUKA (STUDI DI KWARTIR CABANG KOTA MALANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA SISTEM BEREGU BAGI ANGGOTA GERAKAN PRAMUKA (STUDI DI KWARTIR CABANG KOTA MALANG)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pandangan dan kesan sementara, bahwa Indonesia saat ini sedang terpuruk dalam berbagai bidang, hal tersebut membawa pengaruh pada masyarakat yang paling bawah khususnya pemuda dan remaja. Pendapat semacam itu lumrah diucapkan berbagai elemen masyarakat sebagai reaksi atas dominasi pemerintahan orde baru disegala bidang kehidupan masyarakat yang meliputi ekonomi,politik sosial dan budaya. Situasi dan ketenangan masyarakat menjadi terusik, nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah dengan ditandai berbagai unjuk rasa berbagai elemen masyarakat menuntut keadilan disemua aspek kehidupan.

Sistem Pendidikan Nasional terguncang oleh adanya policy para elit politik yang sering menimbulkan banyak tafsir dan polemik. Pada hakekatnya pembelajaran, pendidikan, pembinaan kepada generasi muda harus tetap konsisten dan berjalan dengan baik. Hal ini mengetuk hati para cendekia-cendekia, pendidik, tokoh masyarakat dan orang tua yang masih cinta damai, cinta kemerdekaan, cinta kasih sayang, cinta budi pekerti luhur, memberikan yang terbaik untuk keselamatan generasi bangsa dari kehancuran moral.

▸ Baca selengkapnya: melakukan gerakan beregu membutuhkan

(2)

saja,perilaku negatif yang terdiri dari mengucilkan diri dari masyarakat (eksklusivisme), lebih mementingkan diri sendiri (egoistik), dan tidak punya rasa hormat kepada yang lebih tua masih menjadi sebuah keniscayaan.

Dalam situasi saat ini, jika ada seorang anak seragam coklat tua – coklat muda berbuat negatif dapat dipastikan jika pramuka yang menjadi pelakunya, namun jika ada sekelompok anak atau remaja yang berseragam putih-biru atau putih abu-abu berbuat tidak baik, misalnya tawuran, menumpangmobil bak terbuka, unjuk rasa, berbuat onar dan lain sebagainya yang mendapat predikat negatif adalah Lembaga Pendidikan (SLTP atau SMU). Saat ini masih banyak masyarakat yang tidak puas karena aspirasi mereka belum banyak yang tertampung. Sejalan dengan situasi yang bergulir pada masa sekarang dan masa yang akan datang, tentunya akan ada pergeseran nilai dan paradigma dalam pendidikan dengan pengelolaan yang lebih modern. Masyarakat menghendaki pengembangan pendidikan, yaitu pendidikan haruslah berorientasi pada realita yang ada dalam masyarakat.

(3)

Sedangkan pendidikan informal adalah model pendidikan yang tertua di dunia, karena pendidikan ini utamanya adalah pendidikan dari keluarga oleh keluarga untuk keluarga dan pendidikan kekeluargaan yang dapat dilakukan kapan saja dimana saja. Pendidikan kedua adalah pendidika formal di sekolah, akademik dimulai dari pra sekolah (TK/play group) sampai Pendidikan Tinggi. Dengan norma-norma tertentu, yakni adanya pendidik, peserta didik (murid), kurikulum, lembaga dan sarana prasarana.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti dari Unsur Gerakan Pramuka bersama Departemen Pendidikan Kebudayaan, Gerakan Pramuka adalah satu-satunya pendidikan non formal yang paling memiliki sejumlah persyaratan dan peralatan yang hampir menyamai pendidikan formal, karena di dalamnya terdapat adanya kurikulum yang disebut Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka Garuda (SPG). Ada pendidik (Pembina) yang dinyatakan sebagai Pembina Mahir, mulai Mahir Dasar – Kegiatan Pengembangan – Mahir Lanjutan – dan berakhir pada Kegiatan Pemantapan, untuk dapat dikukuhkan sebagai Pembina Mahir, bahkan ada Pendidikan yang paling tinggi dalam Gerakan Pramuka yaitu Pendidikan Pelatih (Trainer Leader) yang dididik lewat Kursus Pelatih Dasar, dengan masa pengabdian minim tiga tahun kemudian dilanjutkan ke Kursus Pelatih Lanjutan.

(4)

sampai tingkat nasional, kegiatan tersebut merupakan kegiatan non formal. Sedangkan kegiatan informal, seperti halnya, kursus-kursus pembina pramuka mahir, kursus-kursus pelatih, karang pamitran, LPK bagi anggota pramuka baik penggalang maupun penegak.

Gerakan Pramuka mendidik para remaja sejak usia 7 sampai 25 tahun secara berkesinambungan yang dikelompokkan dalam Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, selain itu terdapat pula wadah yang merupakan pembinaan penyaluran hobi-bakat-minat yang biasa disebut dengan Satuan Karya. Disinilah keinginan, aspirasi, pemuda/remaja dikembangkan karena di usia 17 sampai 25 tahun semacam “Self Gouvermental” diberikan kepada kelompok tersebut.

Ide lahirnya Kepramukaan (Scouting) adalah dari seorang pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Darat dari Inggris bernama Lord Boden Powell pada Tahun 1908. Tahun 1920 pada konferensi Kepramukaan sedunia di Olympia Inggris, Boden Powell dinobatkan sebagai Chief Scout of The World (Bapak Pandu/Pramuka Sedunia). Pendidikan budi pekerti, menjadi sebuah nilai yang ditanamkan oleh Boden Powell dalam buku Revering to Success yang kemudian diterjemahkan kedalam bukuberbahasa Indonesia berjudul Mengembara Menuju Sukses atau Bahagia.

(5)

pendidikan terhadap anggota pramuka dari tingkat pemuda sampai pemuda dewasa.

Persoalan yang terjadi saat ini bahwa paradigma perilaku sosial memusatkan perhatian kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Lingkungan disini terdiri dari bermacam-macam obyek sosial dan obyek non sosial. Prinsip yang menguasai antara hubungan individu dengan obyek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek non sosial. Singkatnya hubungan antara individu dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non sosial dikuasai oleh prinsip yang sama. Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Perlu disadari bersama bahwa setiap manusia atau bahkan masyarakat, selama hidupnya selalu mengalami perubahan, baik perubahan yang bersifat sangat cepat maupun perubahan yang cukup lambat. Perubahan di dalam masyarakat bisa bersifat demografis yang meliputi antara lain kesempatan kerja yang tersedia, kesempatan menambah pendapatan, maupun budaya yang antara lain adalah keresahan sosial, konflik (benturan, integrasi sosial dan kelestarian nilai-nilai sosial dan sebagainya).

(6)

kegiatan-kegiatan yang dapat merubah perilaku anak menjadi baik (positif), yaitu lewat kegiatan non formal ataupun informal. Kegiatan-kegiatan tersebut akan dapat merubah sikap atau perilaku seseorang jika dilakukan dengan baik, karena sikap merupakan perwujudan psikologi, Daniel J. Mueller dalam Eddy Soewardi mengatakan jika sikap adalah suatu bangun psikologis (1992:2). Perubahan sikap atau perilaku dapat terealisasi jika kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara kontinyu. Hal ini dapat terlaksana jika terdapat suatu lembaga yang menangani dalam bidang kegiatan non formal maupun informal misalnya Gerakan Pramuka.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat salah satunya disebabkan oleh adanya kelembagaan baru yang berada di tengah-tengah atau di lingkungan masyarakat yang selanjutnya dapat merubah perilaku sosial bagi remaja. Dalam konteks ini, kelembagaan yang dimaksud tentunya adalah Gerakan Pramuka yang berada di tengah-tengah atau di lingkungan masyarakat. Keberadaan Gerakan Pramuka yang berada di lingkungan masyarakat tersebut tentu dapat mendorong terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat. Perubahan sosial tersebut dapat dengan cepat dirasakan oleh sebagian masyarakat.

(7)

perubahan, misalnya saja perubahan perilaku, perubahan sikap dan perilaku anak terhadap pembinanya, gurunya dan teman-temannya. Dengan perubahan perilaku dan perubahan sosial tersebut akan berpengaruh kepada semakin banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan juga mengarah pada kegiatan-kegiatan anarkhis jika hal tersebut tidak terpenuhi secara maksimal.

Oleh karena itu, keberadaan sebuah Gerakan Pramuka di tengah-tengah masyarakat pada umumnya berpengaruh terhadap pola kehidupan dalam masyarakat khususnya remaja. Pengaruh itu menciptakan unsur-unsur kebudayaan yang universal. Sebagaimana diungkapkan Soekanto (1995), bahwa saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or chanel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan yang umumnya merupakan lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan sebagainya. Juga dikatakan oleh George Ritzer, bahwa kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku. Dengan kata lain kebudayaan adalah tingkah laku yang terpola. Dengan bersandar pada uraian di atas, penulis melakukan pendalaman terkaitrealitas sosial yang terjadi pada Gerakan Pramuka di wilayah Kota Malang.

B. Rumusan Masalah

(8)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna dari sistem beregu bagi anggota Gerakan Pramuka di Kwartir Cabang Kota Malang. Lebih dari itu, penelitian ini juga berusaha untuk mengeksplorasi perilaku soaial anggota pramuka yang berada di daerah Kwartir Cabang Kota Malang.

2. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menyusun Government Policy (Kebijakan pemerintahan), khususnya yang berkaitan

(9)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TESIS

MAKNA SISTEM BEREGU BAGI ANGGOTA

GERAKAN PRAMUKA

(STUDI DI KWARTIR CABANG KOTA MALANG)

Diajukan sebagai prasyarat memenuhi gelar akademik S-2

oleh :

HERI SUNARKO

NIM : 08250001

JURUSAN MAGISTER SOSIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

(10)

MAKNA SISTEM BEREGU BAGI ANGGOTA GERAKAN PRAMUKA

(STUDI DI KWARTIR CABANG KOTA MALANG)

TESIS

Program Studi Sosiologi

Diajukan Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sosiologi

Diajukan oleh: HERI SUNARKO

NIM : 08250001

PROGRAM PASCASARJANA

(11)
(12)
(13)
(14)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya. Tesis dengan judul “ MAKNA SISTEM BEREGU BAGI ANGGOTA

GERAKAN PRAMUKA “ ( Studi di Kwartir Cabang Kota Malang ) dapat diselesaikan.

Tujuan penelitian tesis ini adalah sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Strata 2 (S-2) pada Program Studi Magister Sosiologi pada

Program Pasca Sarjana Universitas Muhamadiyah Malang.

Dengan selesainya tesis ini, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

memberikan arahan, bimbingan, petunjuk serta motivasi dalam proses

3. Ibu Dr. Vina Salviana DS., M.Si, Ketua Program Magister Sosiologi Pasca

Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, sekaligus Pembimbing II.

4. Bapak Prof. Dr. M. Mas’ud Said, MM.Ph.D., Pembimbing Utama, yang telah

banyak memberikan koreksi, arahan dan petunjuk dalam penulisan ini.

5. Bapak Dr. Sugeng Puji Leksono, M.Si, Penguji, yang telah banyak

memberikan koreksi dan arahan dalam penulisan ini.

6. Bapak Drs. Oman Sukmana, M.Si, Penguji, yang telah banyak memberikan

koreksi dan arahan dalam penulisan ini.

7. Segenap Dosen Program Magister Sosiologi Pasca sarjana Universitas

Muhammadiyah Malang beserta segenap Tata Usaha Program Pasca Sarjana

Universitas Muhammadiyah Malang.

8. Kak. Drs. Imam Buchori, M.Si, Sekretaris Kwartir Cabang Kota Malang, atas

bantuan ijin penelitian dan data Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota

(15)

9. Kakak-kakak Korps Pelatih Kwartir Cabang Kota Malang, yang telah banyak

memberikan dukungan dalam penulisan tesis ini.

10. Adik-adik Pramuka Dewan Galang beserta Pembina Pangkalan SMP Negeri 5

Kota Malang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan wawancara.

11. Ibunda Sunari, yang telah memberikan doa restu dan dukungan dengan penuh

kasih saying tanpa mengenal batas waktu.

12. Istriku Dra. Mimin Hariani, anakku Hafidz dan Hanifah yang telah

memberikan banyak inspirasi serta energy tiada batas dalam penulisan tesis ini

dari awal hingga akhir.

13. Sahabatku Mas Dosen Hutri Agustino, S.Sos, M.Si dan Mas Guru Harmaji,

S.Pd. M.Si, atas kesetiakawanan dan keikhlasan tiada batas yang sudah teruji

dalam memberikan motivasi serta dukungan dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya, hanya kehadirat Allah SWT. Penulis berdoa semoga kebaikan

mereka semua diterima Allah SWT serta dilipatgandakan pahalanya.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat diharapkan, untuk kesempurnaan

tesis ini. Penulis yakin orang lain ( Pembaca ) adalah sosok yang tepat untuk

mengetahui kekurangan yang ada dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan

berguna bagi penambahan khasanah pengetahuan khususnya untuk kemajuan

Gerakan Pramuka di Kota Malang dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Salam Pramuka !!

Malang, 3 Juli 2012

(16)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 26

B. Sumber Data ... 27

C. Subyek Penelitian... 27

D. Instrument penelitian... 28

E. Pengumpulan Data... 29

F. Penegasan Konsep ... 30

G. Pengolahan dan Analisis Data... 31

(17)

BAB IV.PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Historisitas Pramuka Kota Malang... 34

B. Nilai-Nilai yang harus dikembangkan dalam Kegiatan Pramuka...40

C. Perilaku Anggota Pramuka Kota Malang dan Dinamika Dalam Upaya Internalisasi Nilai Dalam Gerakan Pramuka... 47

D. Internalisasi Dalam Pelatihan Pramuka Penggalang: Makna Sistem Beregu Dalam Pelatihan Pramuka... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 63

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Kwarnas Gerakan Pramuka . 2010. UU No. 12 Tahun 2010. Tentang Gerakan Pramuka.

Kwarnas Gerakan Pramuka. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumahtangga Gerakan Pramuka.

Asy’ari, Sapari Imam, Sosiologi Kota dan Desa, Surabaya: Usaha Nasional, 1993.

Bendix, Reinhard, Developing Nation: Quest for a Model, Jakarta: C.V. Rajawali, 1980.

Berg, Bruce L., Qualitative Research Methods for the Social Sciences, Boston: Pearson International Edition, 2006.

Berger, Peter L., (ed)., Kebangkitan Agama, Menantang Politik Dunia, Jogjakarta: Penerbit Ar-Ruzz, 2003.

_________., Langit Suci, Agama sebagai Realitas Sosial, Jakarta: LP3ES, 1991.

_________., Piramida Kurban Manusia; Etika Politik dan Perubahan Sosial, Jakarta: LP3ES, 2004.

__________., Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, Jakarta: LP3ES, 1990.

__________,. & Hansfried Kellner, Sosiologi Ditafsirkan Kembali, Esei tentang Metode dan Bidang Kerja, Jakarta: LP3ES, 1985.

Bleicher, Josef, Hermeneutika Kontemporer: Hermeneutika sebagai Metode, Filsafat, dan Kritik. Yogyakarta: Fajar Pustaka, Februari 2007.

Budiman, Arief, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Callinicos, Alex, Menolak Postmodernisme, Yogyakarta: Resist Book, 2008.

Campbell, Tom, Tujuh Teori Sosial; Sketsa, Penilaian, dan Perbandingan, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Friedman, Thomas L., Memahami Globalisasi, Lexus dan Pohon Zaitun, Bandung: Penerbit ITB, 2002.

(19)

Andri BOB Sunardi, BOYMAN Ragam Latih Pramuka , Bandung : Penerbit

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia, 1983.

Lauer Robert H., Perspektif tentang Perubahan Sosial, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

Long, Norman, An Introduction to the Sociology of Rural Development, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1977.

Magnis-Suseno, Franz, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan ke-Dua Puluh Dua, Februari 2006.

Poespowardojo, Soejanto, Strategi Kebudayaan, suatu Pendekatan Filosofis, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Pontoh, Coen Husain, Akhir Globalisasi, dari Perdebatan Teori Menuju Gerakan Massa, Jakarta: C-BOOKS, 2003.

Prabowo, Gutheng, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2001.

Raho, Bernard, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan kelembagaan dimaksudkan agar kelompok sasaran memiliki kemampuan dalam hal: (1) mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) menaati keputusan yang

program aplikasi persediaan barang dagangan pada CV. Anugerah Bersama Banjarmasin yang telah dibuat:. a)

Bekantan (Nasalis larvatus) adalah maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan.Sebaran dan kondisinya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum didata.Penelitian bertujuan

Dasar pengambilan keputusan uji t berdasarkan nilai signifikansi (Sig), apabila nilai probabilitas signifikan (Sig) < 0.05, maka satu variabel independen merupakan penjelas

Kementerian Luar Negeri sebagai Atase Kehutanan pada Kedutaan Besar RI di Tokyo Pada Sub Direktorat Penilaian Kinerja Industri dan Pemasaran Hasil Hutan, Direktorat Bina Pengolahan

Bahan pengisi ditambahkan untuk mendapatkan berat yang diinginkan. Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria:1) Harus nontoksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari

Meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,40 persen selama Juni 2016, secara umum dipengaruhi oleh kenaikan nilai tukar tiga subsektor meliputi tanaman

Orangtua yang lain dapat menerima anaknya yang merupakan autis walaupun awalnya juga mengalami kesulitan yang sama seperti orangtua lain yang mempunyai autis, karena