• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukti Ketiadaan Naskh dalam Al-Qur’an (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bukti Ketiadaan Naskh dalam Al-Qur’an (4)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

22 25 RABIULAWAL - 9 RABIULAKHIR 1432 H

K H A Z A N A H

14. Ayat 41 At-Taubah [9]:

“Berangkatlah kamu baik dalam ke-adaan merasa ringan ataupun merasa berat.”

Menurut as-Siyutiy, ayat ini dinasakh oleh ayat 91 At-Taubah [9]

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi ber-jihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan”.

Makna ayat yang pertama adalah umum, sedang ayat yang kedua adalah khusus, hanya ditujukan kepada orang buta, orang yang lemah dan orang sakit. Mereka diperbolehkan tidak berangkat berperang, sebab tidak mungkin Allah membebani orang yang tidak mempunyai kemampuan.

Ar-Raziy dalam tafsirnya, Mafatihul-Gaib, menyatakan, para ulama telah sepakat bahwa ayat pertama itu diturunkan pada waktu Perang Tabuk, dan telah disepakati pula bahwa Nabi Muhammad saw membiarkan para wanita dan beberapa orang laki-laki tetap tinggal di rumah. Ini memberikan pengertian bahwa kewajiban berperang itu bukanlah wajib ‘ain, melainkan fardlu kifayah. Dengan pertimbangan inilah ia menetapkan bahwa tidak ada nasakh pada ayat tersebut. (ar-Raziy, Mafatihul-Gaib, t.t. IV, hlm 566). Sebenarnya hubungan antara kedua ayat tersebut bukanlah mengenai nasikh dan mansukh, melainkan mengenai takhsis al-’am (membatasi dalil yang bersifat umum dengan dalil yang bersifat khusus).

15. Ayat 3 An-Nur [24]:

“Laki-laki yang berzina tidak menga-wini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”.

Menurut as-Siyutiy, ayat tersebut telah dinasakh oleh ayat 32 An-Nur [24]:

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan”.

Ayat yang pertama berbentuk khabari-yah (berita), tetapi mengandung makna la-rangan. Yaitu, bahwa wanita yang berzina dan telah diketahui umum dan wanita musyrik, tidak boleh dinikahi oleh laki-laki yang berzina atau musyrik pun tidak boleh menikah kecuali dengan wanita yang ber-zina atau wanita musyrikah, sebab kedua orang tersebut tidak menghendaki kehor-matan, melainkan hanya untuk melam-piaskan nafsu birahinya.

Ar-Raziy dalam tafsirnya menjelaskan, sebagian ulama berpendapat bahwa ayat pertama itu dinasakh oleh ijma’, tetapi ulama lainnya mengatakan, pendapat tersebut sangat lemah, sebab menurut usul fiqih, ijma’ itu tidak dapat dinasakh dan tidak dapat pula menasakhkan, dan ijma’ yang terjadi sesudah perselisihan pendapat, tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. Padahal masalah nasakh terhadap ayat tersebut sudah didahului oleh adanya perbedaan pendapat antara Abu Bakar, Umar dan Aliy. Jelaslah bahwa ayat pertama itu tidak dapat dinasakh oleh ayat kedua.

16. Ayat 52 Al-Ahzab [33]:

“Tidak halal bagimu mengawini pe-rempuan-perempuan sesudah itu dan ti-dak boleh pula mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain).

Menurut as-Siyutiy, ayat tersebut dina-sakh oleh ayat 50 Al-Ahzab:

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan maskawinnya.”

Jika diteliti dengan cermat, maka kedua ayat tersebut tidaklah bertentangan. Ayat yang kedua menjelaskan bahwa Allah telah menghalalkan istri-istrinya, sedang ayat yang pertama menjelaskan bahwa Allah melarang Nabi saw menikah lagi (sesudah sembilan istri) dengan wanita lainnya serta melarang Nabi saw mentalak istri-istrinya dan menggantikannya dengan yang lain. Maka jelaslah, orang yang mengatakan adanya nasakh pada ayat tersebut tidak mempunyai alasan yang kuat.

17. Ayat 12 Al-Mujadilah [58]:

“Hai orang-orang yang beriman, apa-bila kamu mengadakan pembicaraan khu-sus dengan Rasul hendaklah kamu me-ngeluarkan sedekah (kepada orang mis-kin) sebelum pembicaraan itu.”

Menurut as-Siyutiy, ayat itu dinasakh oleh ayat 13 Al-Mujadilah [58]:

“Apakah kamu takut akan (menjadi

PROF DRS SA’AD ABDUL WAHID

Bukti Ketiadaan Naskh dalam Al-Qur’an (4)

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

(2)

23 SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 96 | 1 - 15 MARET 2011

K H A Z A N A H

miskin) karena kamu memberikan sede-kah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”

Ayat yang kedua, sebenarnya meru-pakan penjelasan terhadap ayat yang per-tama, bahwa “sedekah itu tidaklah harus berupa harta, melainkan dapat juga berupa amal shalih, seperti shalat, zakat dan ibadah lainnya. Jelaslah bahwa tidak ada kontra-diksi antara kedua ayat tersebut, maka pen-dapat yang mengatakan adanya nasakh pada ayat tersebut, sama sekali tidak ber-alasan.

18. Ayat 11 Al-Mumtahanah (60):

“Dan jika seseorang dari istri-istrimu lari kepada orang-orang kafir, lalu kamu mengalahkan mereka maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari istrinya itu mahar sebanyak yang telah mereka ba-yar.”

Menurut as-Siyutiy, ayat tersebut telah dinasakh oleh ayat ganimah (41 Al-Anfal). Sebenarnya kedua ayat tersebut tidak bertentangan dan dapat dikompromikan. Ayat yang pertama mengenai pemberian mahar kepada para suami yang istrinya lari ke daerah kafir. Sedang ayat kedua menjelaskan tentang pembagian ghanimah (harta rampasan perang). Jelaslah bahwa tidak ada nasakh pada ayat tersebut.

19. Ayat 1 sampai dengan ayat 4 Al-Muzzammil [73]:

“Hai orang yang berselimut (Muham-mad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari se-perdua itu sedikit, atau lebih dari sese-perdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan

perlahan-lahan.”

Menurut as-Siyutiy, ayat tersebut telah dinasakh oleh ayat yang terakhir dari surat Al-Muzzammil, yaitu ayat 20:

“Sesunggunya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) se-golongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran ma-lam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an, Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sa-kit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat, tunai-kanlah zakat dan beritunai-kanlah pinjaman ke-pada Allah pinjaman yang baik”.

Ayat yang pertama (1-4 Al-Muzzam-mil) ditujukan kepada Nabi saw, memerin-tahkan agar mendirikan shalat pada seba-gian malam yaitu kurang lebih seperdua-nya, dan menjelaskan bahwa sebab di-wajibkannya.

Adapun ayat yang kedua memberikan penjelasan bahwa Nabi saw telah melak-sanakan perintah Allah itu, demikian pula para sahabat. Juga menjelaskan sebab-sebab yang meringankan para sahabat, yaitu: sakit, bepergian dan tugas perang. Oleh karena itulah para sahabat cukup membaca yang mudah dari Al-Qur’an.

Keringanan tersebut hanya untuk para sa-habat, maka jelaslah bahwa ayat pertama itu tidak dinasakh, melainkan tetap berlaku bagi Nabi saw.

20. Ayat 115 Al-Baqarah(2):

“Maka kemana pun kamu mengha-dap, di situlah wajah Allah.”

Menurut as-Siyutiy, ayat ini dinasakh oleh ayat qiblah, yaitu ayat 144 Al-Baqarah [2].

Rasyid Ridha dalam tafsirnya menje-laskan, ayat yang pertama, menurut seba-gian ulama, diturunkan mengenai shalat sunnah dalam perjalanan yang tidak disya-ratkan menghadap kiblat. Sedang ulama lainnya berpendapat bahwa ayat ini menge-nai orang yang berusaha menghadap k-iblat, tetapi ternyata salah arah, maka sha-latnya tetap sah. (Rasyid Ridha, a/-Manar,

1373 H., hlm. 434).

Dengan demikian, ayat tersebut terle-pas dari ketentuan-ketentuan shalat fardlu bagi orang yang tidak dalam perjalanan, maka di luar shalat fardlu, diperbolehkan menghadap ke mana saja dalam memo-hon kepada Allah SwT.

Adapun ayat mengenai kiblat, menje-laskan bahwa shalat fardlu pada waktu tidak dalam perjalanan wajib menghadap ke arah kiblat.

Jelaslah bahwa ayat yang pertama itu tidak dinasakh, melainkan tetap muhka-mah, dan dapat dijadikan sebagai hujjah.

5. Kesimpulan

1. Para ulama telah sepakat dan membe-narkan atas terjadinya nasakh dalam tiga kitab, Taurat, Injil dan Al-Qur’an se-bab syari’at Allah selalu berkembang dan disempurnakan. Maka sebagian syari’at yang telah ditetapkan dalam Kitab Taurat telah dinasakh dan disempurnakan oleh Injil, demikian pula sebagian syari’at yang telah ditetapkan dalam Injil telah dinasakh dan diperbaharui serta disempurnakan oleh Al-Qur’an.

2. Adapun nasakh dalam satu kitab, yaitu Al-Qur’an, setelah diadakan penelitian oleh para ulama, ternyata tiada satu pun ayat yang telah dinasakhkan, me-lainkan semuanya adalah muhkamah. Sebab, Al-Qur’an merupakan hidayah dan rahmat bagi seluruh alam dan merupakan mu’jizat yang kekal hing-ga akhir zaman.l

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Macam Mulsa Organik memberikan dampak postif bagi pertumbuhan tanaman karena dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban dan mempertahankan ketersediaan

Regresi logistik ordinal adalah suatu analisis regresi yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel respon yang berskala ordinal.. Metode

Terlihat pada Tabel 4.52 bahwa grafik Cusum selalu memberikan pendeteksian tercepat dan terbaik daripada grafik EWMA dengan berbagai nilai λ pada tingkat

Sehingga dibutuhkan media dan sarana komunikasi yang akurat, cepat, efisien dan hemat biaya dalam mendukung kelancaran bisnis dan operasional kerja.Salah satu media

Dengan adanya sistem Informasi penerimaan berkas badan usaha pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) provinsi Maluku utara bisa membantu user dalam

Refleksi ini dilakukan bersama dengan observer. Observer yang dimaksud adalah rekan guru yang mengajar di SMK NU 1 Adiwerna. Melalui refleksi ini peneliti dapat melihat

Asri (2017) juga meneliti paving block porous dengan menggunakan batu andesit hasil pemecahan batu di lokasi stone crusher di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten

Bahwa pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2015 sekira pukul 13.00 WIB terdakwa menghubungi saksi korban melalui handphone yang mana saat itu terdakwa mengatakan