• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIPLOMASI QATAR MELALUI GELARAN MOTO GRAND PRIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DIPLOMASI QATAR MELALUI GELARAN MOTO GRAND PRIX"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

S K R I P S I

DIPLOMASI QATAR MELALUI GELARAN MOTO GRAND PRIX

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1 Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

Fitriyani

08260011

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Fitriyani NIM : 08260011

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Diplomasi Qatar Melalui Gelaran Moto Grand Prix

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, Sc

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Fitriyani NIM : 08260011

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Diplomasi Qatar Melalui Gelaran Moto Grand Prix

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Rabu

Tanggal : 27 Februari 2013

Tempat : Lab. Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si Penguji I ( )

2. Helmia Asyathri, S.IP Penguji II ( )

3. Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si Penguji III ( )

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fitriyani

Tempat Tanggal Lahir: Ternate, 13 April 1991

NIM : 08260011

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul: Diplomasi Qatar Melalui Gelaran Moto Grand Prix

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian lembar pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 27 Februari 2013 Yang menyatakan,

(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Fitriyani

2. NIM : 08260011

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata-1 (S1)

7. Judul Skripsi : Diplomasi Qatar Melalui Gelaran Moto Grand Prix

8. Pembimbing : I. Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si II. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, Sc

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Tanggal Paraf Keterangan Tanggal Paraf Keterangan

8 Desember 2011 ACC Judul 8 Desember 2011 ACC Judul

11 Mei 2012 ACC Proposal 11 Mei 2012 ACC Proposal

26 Januari 2013 ACC Bab II 31 Januari 2013 ACC Bab II

26 Januari 2013 ACC Bab III 31 Januari 2013 ACC Bab III

26 Januari 2013 ACC Bab IV 31 Januari 2013 ACC Bab IV

(6)

vi

Karya kecil ini dipersembahkan teruntuk:

Halil Djumat Abubakar, S.E

Dra. Rosmina Turuy, M.Pd.I

Muhammad Faisal Halil, S.T

(7)

vii

“Education is everywhere you look…”

(8)

viii

Fitriyani, 2013, 08260011, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional. Diplomasi Qatar Melalui Gelaran Moto Grand Prix, Dosen Pembimbing I: Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si; Pembimbing II: Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, Sc.

ABSTRAKSI

Qatar, sebuah negara kecil yang menyandang predikat sebagai negara dengan pendapatan per kapita tertinggi didunia berkat tingginya produksi minyak dan gas alamnya. Namun perlu di ingat bahwa posisi geografis Qatar menyebabkan mereka miskin sumber daya kecuali untuk sumber migas. Untuk itu diperlukan strategi diplomasi tepat bagi Qatar untuk membangun posisi tawar negaranya didunia internasional. Adapun salah satu upaya tersebut adalah melalui perumusan strategi peningkatan sektor-sektor vital, termasuk olahraga. Salah satu contoh konkritnya adalah melalui gelaran Moto GP yang secara rutin diselenggarakan dalam kurun waktu beberapa terakhir di sirkuit internasional Losail. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai teknik analisis dan memilih metode deskriptif analitik sebagai jenis penelitian, yang mana penelitian yang dilakukan menggambarkan dan menganalisis kebijakan serta kepentingan pemerintah Qatar melalui gelaran Commercialbank Grand Prix. Hasilnya menunjukkan bahwa lewat penyelenggaraan kejuaraan balap Moto GP, Qatar berupaya untuk meningkatkan posisi tawarnya dimata dunia serta sebagai salah satu sumber diversifikasi ekonomi. Selain itu, ajang balap Moto GP juga dijadikan sebagai salah satu upaya untuk memperlihatkan imej Qatar yang modern dan liberal sekaligus menangkis stereotip yang berkembang terkait regionalnya yang tidak stabil.

Kata Kunci: Diplomasi, Moto Grand Prix, Qatar, Olahraga, Internasional.

Malang, 27 Februari 2013 Penulis,

F i t r i y a n i Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(9)

ix

Fitriyani, 2013, 08260011, University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Science, Department of International Relations. Qatar’s Diplomacy Through Moto Grand Prix, Advisor I: Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si; Advisor II: Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, Sc.

ABSTRACT

Qatar, a small state has been labeling as the highest per capita income’s state in the world due to their high production of oil and natural gas. But they had lack of another resources but oil and gas, due to the geographical position. Therefor, they need more diplomatic strategy to establish more bargaining position. As one of these efforts is through strategies to improve vital sectors, including sports. One of them is through the Qatar Moto Grand Prix event which held within the last few years in Losail international circuit routinely. This study uses a qualitative method of analysis and descriptive method as a kind of research, which means that the research describes and analyzes the policies and interests of the Qatari government through the Commercialbank Grand Prix. The results demonstrated that through the implementation of Moto GP championship, Qatar seeks to improve its bargaining position as well as a backup source of diversifying economic. In addition, Moto GP was also used as an instrument to show the brand new image of a modern and liberal Qatar and at the same time to fending off a growing stereotype about their unstable regional.

Keyword: Diplomatic, Qatar Moto Grand Prix, Sports, Small State.

Malang, February 27th 2013 Writer,

F i t r i y a n i Knowing,

First Advisor Second Advisor

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis skripsi ini dengan judul Diplomasi Qatar Melalui Gelaran Moto Grand Prix sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1 (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala nikmat tak terhitung hingga detik ini, yang tak pernah meninggalkan penulis dalam keadaan apapun. 2. Bapak Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah beserta para dosen dan seluruh karyawan/staf/pegawai Universitas Muhammadiyah Malang atas bantuan yang diberikan selama penulis mengikuti studi.

3. Bapak Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing I sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional dan Ibu Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, Sc, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.

(11)

xi

5. Halil Djumat Abubakar, S.E dan Dra. Rosmina Turuy, M.Pd.I, orangtua terbaik di dunia, serta kedua saudara terhebat, Muhammad Faisal Halil, S.T dan Fajriah Halil yang telah banyak memberikan cinta, kasih sayang, dukungan serta pengorbanan yang tak henti baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

6. Keluarga besar di Ternate yang sudah banyak memberikan motivasi, doa dan dorongan, terlebih ketika penulis merantau di Malang.

7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional UMM angkatan 2008 yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Geng Power Rangers, (Darna, Kiki, Mega, Monik, Nilam, Nita, Nizar)

atas setiap momen kebersamaan yang terjalin begitu indah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, dan semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya. Amin.

Malang, 27 Februari 2013 Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

1.3 Landasan Konseptual ... 6

1.4 Penelitian Terdahulu ... 15

1.5 Tujuan Penelitian ... 20

1.6 Manfaat Penelitian ... 21

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 21

1.6.2 Manfaat Praktis ... 21

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 21

1.7.1 Batasan Waktu ... 21

1.7.2 Batasan Materi ... 21

1.8 Tipe Penelitian ... 22

1.9 Metode Penelitian... 22

1.9.1 Metode Pengumpulan Data ... 22

1.9.2 Level Analisis Data ... 23

1.10 Argumen Dasar ... 24

1.11 Sistematika Penulisan ... 24

BAB II DIPLOMASI QATAR SEBAGAI SMALL STATE 2.1 Profil Umum Qatar ... 27

2.2 Politik & Pemerintahan Qatar ... 30

2.3 Pertumbuhan Ekonomi di Qatar ... 33

2.4 Diplomasi Qatar di Dunia Internasional ... 37

2.4.1 Hubungan Bilateral Qatar di Regional ... 37

2.4.2 Hubungan Bilateral Qatar Non-Regional ... 42

2.4.3 Diplomasi Publik Qatar ... 44

BAB III QATAR MOTO GRAND PRIX 3.1 Diplomasi dan Olahraga ... 50

3.2 Moto Grand Prix ... 53

3.2.1 Sejarah Moto GP ... 53

(13)

xiii

3.2.3 Organisasi Moto GP ... 57

3.2.4 Sponsor Resmi Moto GP ... 59

3.3 Pra-Pelaksanaan Moto GP Qatar ... 60

3.3.1 Penandatanganan Kontrak ... 60

3.3.2 Pembangunan Sirkuit Internasional Losail ... 62

3.4 Kerjasama dan Sponsor Moto GP Qatar ... 65

A. Commercialbank Qatar ... 65

B. Media Siar (Al-Jazeera) ... 67

C. Musco Lighting ... 68

3.5 Penyelenggaraan Moto GP Qatar ... 70

3.6 Penghargaan ... 73

3.6.1 IRTA Best Grand Prix 2008... 73

3.6.2 Circuit of the Year 2009 ... 75

BAB IV KEBIJAKAN & KEPENTINGAN QATAR DALAM GELARAN MOTO GRAND PRIX 4.1 Diplomasi Olahraga Qatar... 76

4.2 Strategi Qatar dalam Penyelenggaraan Moto GP ... 79

4.2.1 Pembentukan Qatar Tourism Authority ... 79

4.2.2 National Development Strategy 2011-2016 ... 81

4.2.3 Sports Sector Strategy (SSS) ... 84

4.3 Kepentingan Qatar Melalui Gelaran Moto GP ... 87

4.3.1 Meminimalisir Persepsi Negatif ... 87

4.3.2 Upaya Nation Branding ... 88

4.3.3 Upaya Diversifikasi Ekonomi ... 90

4.3.4 Sarana Promosi Budaya ... 92

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 95

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 Nation Brand Index (NBI) Hexagon ... 14

GAMBAR 1.2 Korelasi Nation Branding ... 14

GAMBAR 1.3 Alur Pemikiran Penelitian ... 23

GAMBAR 2.1 Ekspor LNG Qatar Tahun 1997-2009 ... 35

GAMBAR 3.1 Logo Moto Grand Prix ... 54

GAMBAR 3.2 Peresmian Agreement Moto GP Qatar ... 61

GAMBAR 3.3 Perpanjangan Kontrak Moto GP Qatar ... 61

GAMBAR 3.4 Sirkuit Internasional Losail ... 62

GAMBAR 3.5 Tampak Sirkuit Losail Pada Malam Hari ... .64

GAMBAR 4.1 Struktural Umum QND 2030 ... 84

(15)

xv

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Posisi Penelitian ... 19

TABEL 1.2 Sistematika Penulisan ... 24

TABEL 2.1 Silsilah Garis Keturunan Emir Qatar ... 30

TABEL 2.2 Daftar 10 Negara Terkaya Versi Forbes Tahun 2010 ... 36

TABEL 3.1 Susunan Dewan QMMF ... 71

TABEL 3.2 Hasil Balapan Perdana Moto GP Qatar ... 71

TABEL 3.3 Hasil Podium Moto GP Qatar Musim 2004 - 2011 ... 72

TABEL 4.1 NDS 2011 - 2016 Sector Report ... 83

(16)

98

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Assad, Muhammad (2011). Notes From Qatar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Braveboy, Jacqueline Anne (2008). Small States in Global Affairs: The Foreign Policies of the Caribbean Community. London: Palgrave Macmillan.

C. Plano, Jack and Olton, Roy (1982). The International Dictionary, 3rd Edition. Terj. Wawan Juanda, England: Clio Press Ltd.

Colbert C. Held (1989). Middle East Patterns, Places, Peoples and Politics. London: West View Press.

Frankel, Joseph (1970). The National Interest. London: MacMillan.

Hey, Jeanne A. K (2003). Small State in World Politics: Explaining Foreign Policy Behaviour. Boulder: Lynne Rienner Publisher.

Hilma, Fieke (2009). Upaya Qatar Menjadi Penyelenggara MotoGP (Sebuah Tinjauan Diplomasi Budaya), Yogyakarta: Publikasi UMY.

Mas’oed, Mohtar (1990). Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

Mehran Kamrava (2011). The Modern Middle East: A Political History Since The First World War. Berkeley and Los Angeles: University of California Press.

Melissen, Jan (ed.) (2005). The New Public Diplomacy, Soft Power in International Relations. Hampshire: MacMillan.

Restiana, Nana (2009). Diplomasi Publik China dalam Olimpiade Beijing 2009. Malang: UMM Press.

S. Markovits, Andrei & Rensmann, Lars (2010). Gaming the World: How Sports Are Reshaping Global Politics and Culture. New Jersey: Princeton University Press.

Sanusi, Bachrawi (1985). Minyak Bumi Mengubah Ekonomi Dunia. Ind-Hil Co. Singh, Bilveer (1999). The Vulnerability of Small State Revisited: A Study of

Singapore’s Post-Cold War Foreign Policy. Yogyakarta: Gajah Mada

(17)

99

Artikel dan Jurnal

Anholt, Simon (2005). Three Interlinking Concepts: Intellectual Property, Nation Branding and Economic Development. WIPO International Seminar on Intellectual Property and Development, Geneva.

Fang, Ying (2010). Branding The Nation: Towards A Better Understanding. London: Brunel University.

F. Cooper, Andrew & Momani, Bessma (2010). Qatar and Expanded Contours of Small State Diplomacy. University of Waterloo.

Mark King, John. Nation Branding: Coverage and Perceptions of Qatar in Major World Newspapers. East Tennessee State University.

Peterson, J.E. (2006). Qatar and the World: Branding for a Micro-State. The Middle East Jurnal.

Qatar National Development Strategy 2011 - 2016, (Towards Qatar National Vision 2030). Qatar General Secretariat for Development Planning. Doha: Gulf Publishing and Printing Company.

Qatar National Vision 2030 (2008). General Secretariat For Development Planning: Qatar University.

Rockower, Paul (2008). Qatar’s Public Diplomacy. PubD 599.

Sports Lighting: Speed Lighting (2008). Panstadia Journal, Volume 14 Issue 4.

Sports Strategy Sector 2011-2016 (2011). Qatar Olympic Committee.

Sumpena (2009). Ekonomi Politik Qatar. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Syekh Yusuf.

Wildermuth, Norbert (2005). Defining the ‘Al-Jazeera Effect: American Public Diplomacy at a Crossroad. In Media Res.

Situs Website

2022 FIFA World Cup Awarded to Qatar. FIFA.com. http://www.fifa.com/newscentre/news/newsid=1344500/index.html

Abraham, George. Qatar is Diplomatic Heavy-Hitter. Al-Jazeera. http://www.aljazeera.com/focus/2008/07/200872164735567644.html

(18)

100

Anholt Simon. Nation Brand Index (NBI) Hexagon. 2005. http://www.gfkamerica.com/imperia/md/images/gfkcustomresearch/nbi_hex agon.jpg

Background Note: Qatar. http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/5437.htm

Barcelona Announce Agreement With Qatar Foundation As Sponsor. http://www.totalbarca.com/2010/news/barcelona-announce-agreement-with-qatar-foundation-as-sponsor

Brand Qatar - To B or not to be?. Nation Branding. http://nation-branding.info/2011/05/18/brand-qatar

Commercialbank Grand Prix of Qatar.

http://www.motogp.com/en/events/Qatar/2012

F. Worth, Robert CF. Qatar: Playing All Sides, Is a Nonstop Mediator. New York Times. http://www.spiegel.de/international/0,1518,471382,00.html

Governing Bodies.

http://www.motogp.com/en/MotoGP+Basics/Governing_Bodies

Greenfield, Beth. The World’s Richest Countries. Forbes Magazine.

http://www.forbes.com/sites/bethgreenfield/2012/02/22/the-worlds-richest-MotoGP™ Basics, History. http://www.motogp.com/en/MotoGP+Basics/history

Moto GP™ Sponsors. http://www.motogp.com/en/sponsors

Musco Lights Largest Sports Lighting Project in the World.

http://oskaloosa.com/local/x681402501/Musco-Lights-Largest-Sports-Lighting-Project-in-the-World

Profil Negara Qatar. www.kbridoha.com/library/ProfilNegaraQatar_0406.pdf

(19)

101

Qatar Amir: Peaceful Nuclear Technology is Iran's Right, Qatar-Iran Politics. http://www.arabicnews.com/ansub/Daily/Day/060502/2006050204.html

Qatar Motor and Motorcycle Federation.

http://www.qmmf.com/index.php?page=qatar-motor-and-motorcycle-Qatar: Small Country, Big Ideas (Oil and Clever Diplomacy Win Friends and

Influence). http://www.economist.com/node/11506776?story_id=11506776

Qatar to Host MotoGP.

http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/motorsport/motorbikes.stm

Qatar to Host First - Ever Night Grand Prix In 2008. Dorna Press Release. http://www.roadracingworld.com/news/article/?article=30090

Qatar Invests in the Suburbs. http://www.lefigaro.fr/flash-eco/2011/12/09/97002-20111209FILWWW00464-un-fonds-qatari-pour-les-banlieues.php

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai ilmu hubungan internasional pastilah tidak terlepas dengan subyek yang disebut dengan diplomasi. Secara harfiah diplomasi dapat diartikan sebagai upaya-upaya pendekatan (approach) yang dilaksanakan baik oleh individu, kelompok maupun negara terhadap obyek yang dituju untuk mencapai suatu tujuan kepentingan tertentu. Untuk ruang lingkup negara sendiri, diplomasi adalah praktik pelaksanaan politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain yang mengedepankan seni berunding/bernegosiasi. Kegiatan dan proses berdiplomasi pada hakikatnya dilakukan untuk mencapai national interest suatu negara karena secara alamiah semua negara di dunia ini memiliki kepentingan nasional yang berbeda-beda.

Secara umum proses diplomasi yang berlangsung mempunyai pola interaksi government to government, non-government to government, government to non-government dan non-government to non-government. Idealnya, pola

(21)

2

diplomat ataupun utusan resmi negara. Bentuk diplomasi yang awalnya berupa diplomasi resmi yang bersifat konvensional, kini telah berkembang dan berimbas pada bentuk-bentuk diplomasi lain yang lebih bersifat tidak kaku dan fleksibel.

Salah satu bentuk diplomasi yang diperhitungkan keberadaannya belakangan ini adalah diplomasi melalui event olahraga. Diplomasi bentuk ini dianggap efektif karena tidak hanya melibatkan para pemerintah dan decision makers suatu negara, tetapi juga pada prosesnya merangkul masyarakat banyak.

Menurut salah satu pengamat olahraga Indonesia, Thomas Koten, ada banyak cara dan momentum untuk melakukan diplomasi politik. Tetapi dalam olahraga, diplomasi politik sesungguhnya begitu nyata dan terasa langsung manfaatnya.1

Olahraga dalam perjalanannya menjadi salah satu subyek yang menarik untuk di telaah. Hal ini dikarenakan olahraga mempunyai segmen yang jamak dan luas, tidak hanya pada masyarakat, kelompok tetapi juga negara. Event olahraga baik yang berbasis nasional maupun internasional tidak hanya berkutat pada aspek sportifitas semata, namun telah menjalar pada aspek politik, keamanan, sosial budaya serta ekonomi. Olahraga dianggap sebagai salah satu sarana yang potensial dalam hubungannya dengan kegiatan diplomasi. Sebut saja event seperti Piala Dunia (World Cup), Olimpiade dan SEA Games. Ketiga nama tersebut diatas adalah event olahraga bertaraf internasional yang tingkat prestisiusnya tergolong tinggi. Sudah barang tentu setiap negara yang mewakilinya akan berupaya untuk meningkatkan image melalui event-event olahraga tersebut.

1

(22)

3

Karena dalam perhelatan akbar olahraga juga melibatkan beberapa bahkan banyak negara, maka proses diplomasi itu mau tidak mau akan membuka cakrawala baru bagi semua pihak dalam suatu masyarakat bangsa.

Event olahraga juga acapkali dijadikan sebagai jembatan kepentingan nasional bagi negara-negara yang terlibat didalamnya. Adapun salah satu cara yang bisa dilakukan oleh negara adalah dengan menjadi host/tuan rumah penyelenggara event. Keberhasilan penyelenggaraan event pastilah akan berdampak pada pembentukan persepsi dan penciteraan negara tersebut di mata dunia. Melalui penyelenggaraan itu pula, negara-negara menyalipkan kepentingan-kepentingan nasionalnya, baik itu politik, ekonomi, sosial budaya, ataupun keamanan.

Tak jarang melalui olahraga, berbagai pihak menggunakannya sebagai sarana legal untuk mengatasi konflik yang terjadi baik antar individu maupun antar bangsa di dunia. Hal ini lantaran olahraga mampu menjadi pengikat tali persahabatan dan solidaritas antar manusia. Belum lagi kemajuan ekonomi yang diperoleh sebagai bias dari perhelatan event-event olahraga; mulai dari sponsor, penjualan berbagai produk olahraga, penambahan devisa, keuntungan penjualan tiket, pengembangan pariwisata dan lain-lain.

(23)

4

pabrikan motor kelas dunia. Moto GP juga dijadikan sebagai ajang unjuk gigi baik bagi para pabrikan motor dari seluruh dunia maupun pembalapnya secara individu. Pabrikan motor dunia yang terdaftar dalam kejuaraan Moto GP antara lain Yamaha, Honda, Ducati, Suzuki dan Kawasaki. Penyelenggaraan Moto GP yang telah berlangsung sejak tahun 1949 ini tak ayal menjadi magnet tersendiri bagi para investor untuk terlibat berinvestasi didalamnya. Fenomena ini mengundang banyak negara untuk berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri sebagai venue penyelenggara event tahunan ini, termasuk diantaranya negara kecil inti Arab di Timur Tengah yaitu Qatar.

Pada tahun 2003, Komisi Grand Prix Internasional resmi menunjuk Qatar sebagai salah satu host penyelenggara Moto GP terhitung dari kalender musim balap 2004. Kesepakatan itu diambil setelah Presiden Federasi Motor Qatar (QMMF), Nasser bin Khalifa al-Atiyya menandatangani persetujuan dengan kepala eksekutif Dorna2, Carmelo Ezpeleta, yang merupakan salah satu organisasi anggota Komisi Grand Prix selama lima musim untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan MotoGP yang ditindaklanjuti dengan pembangunan sirkuit internasional Losail di Doha, Qatar.3

Pada musim balap perdananya tahun 2004 Qatar menjadi host bersama 12 negara lainnya, yakni Australia, Belanda, Italia, Afrika Selatan, Republik Ceko, Malaysia, Spanyol, Jepang, Perancis, Jerman, Inggris, Portugal dengan jumlah 16 race. Menariknya, Qatar merupakan negara Inti Arab pertama yang menjadi host

2

Dorna adalah salah satu organisasi yang berada dibawah bendera penyelenggara balapan MotoGP. Dapat dikatakan Dorna adalah promotor kejuaraan MotoGP yang bertanggung jawab terhadap kualitas event serta mengurusi sponsor event

3

(24)

5

MotoGP dan satu-satunya negara Timur Tengah diantara sebagian besar negara Eropa yang bertindak sebagai penyelenggara kejuaraan Moto GP selain Malaysia dan Jepang.

Sejatinya bukanlah tanpa alasan mengapa Qatar terpilih menjadi host kejuaraan Moto GP. Negara Qatar sendiri merupakan salah satu negara kecil yang berada di kawasan Inti Arab, Teluk Persia Timur Tengah. Dibawah pemerintahan monarkhi emir Sheikh Hamad bin Khalifah Al Thani yang dibangun sejak tahun 1995, Qatar bertransformasi menjadi negara yang lebih modern dan liberal serta menciptakan citera yang beda dari persepsi negara Timur Tengah yang selama ini ada. Walaupun dengan jumlah mayoritas penduduk beragama Islam, pemerintahan Qatar tetap membuka diri tehadap orang-orang Barat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya ekspatriat Eropa yang sengaja datang dan bekerja di sektor perminyakan di Qatar. Artinya dari segi keamanan, bisa dikatakan Qatar adalah negara yang relatif aman jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangganya.

Dalam kegiatan diplomasinya, Qatar yang notabene terhitung sebagai salah satu negara yang secara geografis dan administratif relatif kecil harus berupaya ekstra untuk memaksimalkan potensi yang mereka punya. Beruntung Qatar adalah salah satu negara yang begitu kaya akan hasil minyak bumi dan gas alam (migas) di dunia. Negara ini mungkin terhitung kecil secara administratif karena luasnya yang hanya 11.437 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa (United Nations, 2010).4 Namun Qatar ternyata menyimpan berjuta potensi sumber daya alam yang melimpah, terutama minyak bumi dan gas alam.

4

(25)

6

Walaupun perekonomian mereka masih berfokus pada sektor migas, namun Qatar sekarang telah mulai mengembangkan sektor swasta non-migas, seperti dalam bidang pariwisata dan olahraga.

Dengan tingkat keamanan dan perekonomian itu pula, maka Komisi Moto Grand Prix Internasional tidak segan menunjuk Qatar sebagai host kejuaraan Moto GP. Langkah utama yang diambil Qatar dalam pelaksanaan GP Qatar diantaranya adalah pembuatan sirkuit yang layak dan berstandar internasional. Pembuatan sirkuit internasional Losail yang berlokasi di pinggir Kota Doha memakan waktu yang relatif cepat yakni hanya satu tahun dengan menghabiskan biaya yang tidak sedikit yakni sebesar USD $58 juta US dollar atau sekitar 521 milyar rupiah.5 Akan tetapi jumlah estimasi angka itu bukanlah menjadi hambatan bagi Qatar jika dibandingkan dengan pemasukan yang diterima, apalagi angka itu sebanding dengan hasil yang diperoleh oleh Qatar karena sirkuit Losail Doha sukses menjadi pioneer penyelenggara balap malam hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan pokok utama permasalahannya yaitu bagaimana diplomasi Qatar melalui gelaran Moto Grand Prix?

1.3 Landasan Konseptual

Untuk menjelaskan fenomena sebagaimana tergambar pada latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka peneliti menggunakan konsep niche diplomacy,

5

(26)

7

national interest dan nation branding sebagai bahan pijakan untuk

menggambarkan judul penelitian yang diangkat.

1.3.1 Konsep Niche Diplomacy

Konsep niche diplomacy pada dasarnya sering dikaitkan dengan upaya negara-negara yang notabene kecil (small state) baik secara power, geografis maupun jumlah penduduk untuk memainkan peran di panggung internasional. Lebih lanjut, dalam perkembangannya konsep diplomasi niche juga merujuk pada negara-negara yang cukup berpengaruh dan mempunyai kapabilitas cukup untuk memainkan peran di dunia internasional namun tetap tidak cukup kuat untuk memaksakan suatu solusi. Konsep ini dipaparkan sebagai salah satu bentuk diplomasi publik baru yang berkembang belakangan ini.

Ukuran small state seringkali di indikatorkan dengan kombinasi dari jumlah wilayah kekuasan secara hitungan geografis, jumlah populasi yang sedikit, rendahnya pendapatan per kapita, serta rendahnya kemampuan dan kapasitas militer yang dimiliki oleh negara.6 Pengukuran kategori small state berdasarkan jumlah penduduk pun terdiri dari beberapa kriteria jumlah. United Nations Institute for Training and Research menetapkan melalui studinya, bahwa yang

disebut dengan small state adalah negara-negara yang memiliki populasi penduduk dibawah satu juta.7

J.E. Peterson dalam tulisannya yang berjudul Qatar and the World: Branding for a Micro State, menjelaskan bahwa ada perbedaan antara micro-state

6

Bilveer Singh, The Vulnerability of Small State Revisited: A Study of Singapore‟s Post-Cold War Foreign Policy. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1999, hal. 1-2

7

(27)

8

dan small-state. Namun tolak ukur dari penentuan keduanya masihlah sangat rentan dan ambigu.8 Belum ada kesepakatan yang pasti akan bagaimana satu negara dalam dikatakan masuk dalam micro-state ataupun small state. Beberapa faktor yang sering digunakan adalah jumlah populasi, ukuran luas wilayah, dan faktor political power.

“Undoubtedly, the most widely used definition is population size. But the question arises of where to put the cut-off point. Some observers would draw the line at one million people, others at three million, and still others at five million. The one million figure seems to be the most common definition and has been accepted by the United Nations. Such a definition would mean that approximately 40 independent sovereign territories around the world would fit into this category.”9

Kemudian ada beberapa ahli yang mengidentifikasikan perbedaan small state dan micro state dengan indikator lain. Micro state merujuk pada negara-negara dengan small power yang ke-eksistensiannya masih sangat rentan dan bergantung pada negara lain. Rothstein menjelaskan bahwa:

“A small power is a state which recognizes that it can‟t be obtain security

primarily by use of its own capabilities, and that is must rely

fundamentally on the aid of the others.”10

(28)

9

masih mengandalkan kerjasama dengan negara Barat, terutama di bidang industri. Selain milik negara, kebanyakan pabrik-pabrik migas di Qatar adalah pabrik gabungan antara Amerika Serikat, beberapa negara Eropa dan beberapa perusahaan Jepang. Amerika Serikat sendiri adalah pemasok utama peralatan untuk produksi migas Qatar, sehingga perusahaan-perusahaan milik Amerika Serikat memiliki peran tersendiri dalam pengembangan sektor hidrokarbon. Selain itu Amerika Serikat hadir sebagai penjamin keamanan Qatar yang bisa dilihat dari intensitas kerjasama peningkatan keamanan di kawasan Teluk. Keberlangsungan negara ini pun sangat mengandalkan para ekspatriat asing dan imigran yang sebagian besar adalah pelaku penggerak ekonomi di Qatar.

Dengan tingkat keterbatasan power terbatas yang dimiliki, Qatar tentu saja membutuhkan adanya dukungan dari negara atau pihak yang lebih besar. Akibat dari kelemahan itu pula, jika dibandingkan dengan negara-negara besar, small state lebih mengaplikasikan sikap low profile serta meminimalisir resiko atas negaranya.

Adalah seorang Gareth Evans11 yang memberikan istilah niche diplomasi ini. Menurut Evans yang juga pernah menjabat sebagai menteri luar negeri Australia, istilah ini merujuk pada spesialisasi dimana suatu negara mampu menghasilkan keuntungan yang bernilai ekonomis tinggi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya12. Konsep diplomasi jenis ini menurut Evans lagi, dimanfaatkan sebagian besar untuk kepentingan politik negara tersebut.

11

Alan K. Henrikson, Niche Diplomacy in the World Public Arena: the Global „Corners‟ of Canada and Norway, dalam Jan Melissen (Ed.), The New Public Diplomacy. Hampshire: MacMillan. 2005

12

(29)

10

Kemampuan diplomasi dalam konsep ini tergantung pada pilihan kebijakan yang akan dikembangkan. Implikasi utama dari istilah niche ini adalah bahwa keuntungan suatu negara mungkin berdasarkan kompetensi khusus ataupun produk yang unik, bisa berupa lokasi, tradisi maupun kombinasinya. Evans selanjutnya menjelaskan bahwa:

“It is sometimes possible for a country to do very well by doing good. To

support „good‟ works, to perform „good‟ deeds, to use „good‟ words, and

to project „good‟ images can pay off in terms of international prestige, and

in even more practical expressions of others‟ appreciation. A country can

become known, admired, and also rewarded for its „goodness‟ – which becomes a kind of niche in itself.”13

Terletak di regional Timur Tengah yang tidak stabil dan sarat akan perselisihan ternyata menjadi suatu keuntungan bagi Qatar. Tanpa melupakan label sebagai small state, mereka secara low-profile menunjukkan itikad baik untuk berusaha meminimalisir persepsi buruk tentang regionalnya dengan upaya untuk membuka keran kerjasama internasional dan mulai mengambil peran dalam kegiatan-kegiatan bertaraf internasional yang tak lain adalah dengan tujuan agar masyarakat global dapat melihat Qatar serta regional Timur Tengah secara umumnya dari sudut pandang yang berbeda. Memanfaatkan kelimpahan sumber daya migas dan keberhasilan ekonominya yang meningkat pesat dalam kurun beberapa tahun terakhir, Qatar menggunakannya sebagai senjata utama untuk memainkan peran di panggung internasional. Modal plus ini kemudian ditindak lanjuti dengan menjadi tuan rumah di berbagai event, baik dalam lingkup regional maupun internasional.

13

(30)

11

1.3.2 Konsep National Interest

Secara alamiah, setiap negara di dunia tentulah memiliki kepentingan nasional masing-masing dan berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dalam pendefinisiannya, H. J. Morgenthau melalui karyanya, Politic Among Nations, membangun konsep abstrak mengenai kepentingan nasional, yang dianggapnya sebagai sarana sekaligus tujuan politik internasional. Lebih lanjut jika diterjemahkan dalam pengertian yang lebih spesifik, konsep kepentingan nasional adalah dimana negara-bangsa harus bisa mempertahankan integritas sosialnya/identitas fisiknya, mempertahankan rezim ekonomi dan politiknya, serta memelihara norma-norma etnis, relijius, linguistik dan sejarah atau identitas kulturalnya.14 Mengutip konsep kepentingan nasional yang lain, dijelaskan oleh Jack C. Plano dan Roy Olton dengan batasan sebagai berikut.

”Kepentingan nasional adalah tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum dan merupakan unsur yang menjadi kebutuhan vital bagi negara untuk mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, kemandirian, keutuhan wilayah, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi.”15

Dengan menggunakan konsep kepentingan nasional diatas, peneliti melihat bahwa dalam penyelenggaraannya, MotoGP Qatar ini membawa misi kepentingan nasional tersendiri bagi Qatar. Keputusan untuk melibatkan diri dalam penyelenggaraan GP Qatar pasti telah dianalisis dan dikalkulasi sebelumnya oleh pemerintah dan para pembuat kebijakan. Dari bidang ekonomi

14

H.J Morgenthau, Politics Among Nations (A. Knopf, 1987) dalam Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES. 1990, hal. 143-144

15

(31)

12

misalnya, sangat terlihat jelas bahwa dalam pelaksanaannya Moto GP menjadi magnet bagi banyak investor asing didalamnya. Keterlibatan pabrikan motor yang datang dari seluruh dunia serta sponsor-sponsor internasional merupakan daya tarik utama bagi para investor. Pemasukan devisa negara juga datang dari penayangan langsung, penjualan tiket, merchandise, sekaligus menggeliatkan sektor bisnis domestik.

Sesuai dengan esensi dari diplomasi publik, secara politik Qatar berbicara atas nama regionalnya dengan menunjukkan itikad baik untuk membuka diri terhadap dunia internasional melalui gelaran-gelaran bertaraf global. Secara otomatis dengan berdatangannya wisatawan serta investor asing, Qatar bisa memanfaatkannya untuk memperlihatkan bahwa tidak hanya negaranya adalah negara yang aman untuk dikunjungi, tetapi sekaligus memperbaiki stereotip

regional Timur Tengah yang ’menakutkan’ yang telah berkembang secara lama.

1.3.3 Konsep Nation Branding

Mencari dan menemukan ceruk telah menjadi dasar untuk mempertahankan kelangsungan bagi negara dalam pasar global tidak hanya untuk menarik pariwisata dan investasi masuk, tetapi juga sebagai sumber kebanggaan nasional bagi warganya dan instrumen politik bagi pemerintah untuk membangun hubungan bilateral di tingkat internasional. Salah satu konsep yang dipakai dalam penelitian ini untuk menunjukkan fenomena tersebut diatas adalah nation branding.

Nation branding adalah proses dimana imej suatu negara dapat dibuat,

(32)

13

meningkatkan reputasi negara di mata internasional. Nation branding berkaitan dengan citra keseluruhan negara di panggung internasional yang meliputi dimensi politik, ekonomi dan budaya. Subjek ini relatif baru tetapi terus berkembang sejalan dengan kompleksnya isu-isu dalam kajian hubungan internasional. Dalam perkembangannya terdapat beberapa perbedaan definisi oleh beberapa ahli yang menunjukkan perbedaan dalam fokus nation branding, antara lain:

1. Untuk membentuk identitas nasional. (Olins, 1999)

2. Untuk meningkatkan daya saing bangsa. (Anholt, 2007; Lee, 2009)

3. Untuk merangkul politik, budaya, bisnis dan kegiatan olahraga. (Jaffe dan Nebenzahl, 2001)

4. Untuk mempromosikan kepentingan ekonomi dan politik di dalam negeri dan luar negeri. (Rendon, 2003; Szondi, 2007)

5. Untuk mengubah, memperbaiki atau meningkatkan citra/reputasi suatu negara. (Gudjosson, 2005; Fan, 2006, 2008b, 2009)16

Simon Anholt, salah satu tokoh pencetus nation branding, menciptakan suatu indeks pengukur nation branding, yang dinamakannya nation brand index (NBI). NBI ini sendiri adalah konsep pengukuran persepsi global suatu negara di beberapa dimensi (ekspor, pemerintahan, investasi dan imigrasi, warisan budaya, penduduk, pariwisata) yang digambarkan secara heksagonal.17

16

Ying Fang, Branding The Nation: Towards A Better Understanding. London: Brunel University. 2010

17

(33)

14

Gambar 1.1

Nation Brand Index (NBI) yang dikenalkan oleh Simon Anholt18

Nation branding pada dasarnya adalah untuk menyelaraskan citra bangsa dengan kenyataan. Hal ini sangat penting bagi negara-negara yang telah melakukan perubahan dramatis dalam politik, ekonomi dan sistem sosial. Apa yang menjadi fokus dari nation branding adalah citera dan reputasi bangsa. Citera bangsa didefinisikan oleh masyarakat global, persepsi mereka dipengaruhi oleh stereotip, liputan media serta pengalaman pribadi. Seperti halnya sebuah merek komersial, citra suatu negara dapat dikemas ulang, direposisi dan dikomunikasikan secara profesional. Hubungan antara identitas nasional, nation branding dan citera bangsa dapat diringkas sebagai berikut:

Gambar 1.2

Korelasi Antara Identitas Nasional, Nation Branding dan Citera Bangsa19

18

NBI, <http://www.gfkamerica.com/imperia/md/images/gfkcustomresearch/nbi_hexagon.jpg> diakses pada 2 Maret 2013

19

Ying Fang, Op.Cit.

National identity (Self perception)

Nation branding (Nation brand identity)

Nation’s image

(34)

15

Terkait konsep diatas, peneliti menemukan bahwa pemerintah Qatar begitu concern pembentukan citera dan identitas bangsa. Beberapa indikator bisa dilihat

dari upaya menemukan ceruk alternatif non-migas, antara lain melalui keberadaan Qatar Tourism Authority (QTA) yang bertugas untuk mempromosikan pariwisata

Qatar di dunia global; Al Jazeera yang terpilih sebagai brand yang paling berpengaruh ke-5 di dunia pada tahun 2004; Qatar Foundation, yang didirikan pada tahun 1995 oleh Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani yang mengkhususkan pada pendidikan, penelitian dan kesejahteraan masyarakat. Kemudian dalam sektor perdagangan, ada RasGas, Qatar National Bank dan Qatar Petroleum yang membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan Qatar untuk

mengambil tempat dalam arena bisnis internasional.20

1.4 Penelitian Terdahulu

Terdapat banyak penelitian terdahulu yang memaparkan tentang diplomasi, dan salah satu diantaranya yang membahas tentang konsep niche diplomacy adalah buku The New Public Diplomacy; Soft Power in International Relation21. Dalam pemaparannya disalah satu bab, Alan K. Henrikson secara umum mengemukakan bahwa diplomasi niche adalah salah satu bentuk baru upaya diplomasi publik yang dilakukan oleh negara, terutama negara-negara yang terhitung sebagai small state melalui upaya mengedepankan keunikan negara tersebut, baik itu berupa kompetensi khusus, produk yang unik, tempat/lokasional maupun tradisionalnya.

20

Nation Branding. Brand Qatar - To B or not to be?, <http://nation-branding.info/2011/05/18/brand-qatar> diakses pada 2 Maret 2013

21

(35)

16

Dalam tulisannya Henrikson mengambil contoh negara Kanada untuk menjelaskan konsep niche diplomasi ini. Menurut beberapa sumber, bisa dikatakan bahwa Kanada adalah negara tempat lahirnya diplomasi niche. Secara lokasional, Kanada adalah negara dengan luas daratan terbesar kedua di dunia dan berbatasan langsung dengan Amerika Serikat. Faktor geografis ini tentunya menguntungkan Kanada, seperti statement seorang diplomat Kanada bahwa hubungan diplomasi antara Kanada dengan Amerika Serikat membuat iri negara lain di dunia.22 Kanada juga merupakan negara yang sangat gencar dalam berdiplomasi, terutama diplomasi publik. Salah satu upaya konkritnya dalam proses diplomasinya adalah melalui keterlibatan mereka menjadi kontributor misi perdamaian dan kontibutor utama bantuan ke negara miskin dan negara-negara berkembang.

Kemudian ada juga Norwegia yang dijadikan contoh dalam niche diplomacy ini terkait dengan keterikatan mereka dengan Nobel Perdamaian; intens

terlibat dalam aksi-aksi kemanusiaan global; donatur untuk negara-negara miskin; serta sebagai fasilitator broker perdamaian karena dianggap sebagai negara kecil yang tidak mengancam, layaknya Qatar. Namun ada perbedaan scope dimana Norwegia terlibat dalam mediasi konflik secara global, sedangkan Qatar disisi lain lebih memfokuskan pada wilayah regionalnya di Timur Tengah serta Afrika Utara.

Selain itu ada beberapa karya tulis tentang diplomasi negara melalui event olahraga, masih dengan objek penelitian yang sama, yaitu skripsi dari Fieke

22

(36)

17

Hilma23, seorang alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Ilmu Hubungan Internasional dengan judul Upaya Qatar Menjadi Penyelenggara MotoGP (Sebuah Tinjauan Diplomasi Kebudayaan), tahun 2009. Dalam

penelitiannya tersebut, peneliti mengemukakan bahwa dalam upayanya menjadi penyelenggara Moto Grand Prix, Qatar menggunakan dan memanfaatkannya sebagai salah satu strategi diplomasi budaya. Si peneliti juga menjelaskan bahwa diplomasi kebudayaan dalam kasus Qatar digunakan sebagai instrumen potensial untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat peradaban negara Qatar itu sendiri. Pendayagunaan aspek budaya dalam politik luar negeri Qatar melalui pemanfaatan dimensi kebudayaan, termasuk didalamnya ideologi, politik, ekonomi, pertahanan keamanan dan lain-lain dalam percaturan masyarakat internasional.24

Adapun yang menjadi hal pembeda antara penelitian kali ini dengan telaah pustaka diatas terletak pada perbedaan kacamata sudut pandang dan pemilihan konsep. Pada penelitian terdahulu diatas, penelitinya lebih menitikberatkan pada bagaimana Qatar menggunakan penyelenggaraan MotoGP sebagai salah satu strategi diplomasi budayanya. Diplomasi budayanya ini yang kemudian menurut peneliti bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional Qatar, yang peneliti sebutkan dalam argumen dasar penelitiannya berupa welfare (kesejahteraan) serta prestige (status). Sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti lebih memfokuskan

pada bagaimana kebijakan-kebijakan yang disusun oleh pemerintah Qatar dalam

23

Fieke Hilma, Upaya Qatar Menjadi Penyelenggara MotoGP (Sebuah Tinjauan Diplomasi Budaya), Yogyakarta: Publikasi UMY. 2009

24

(37)

18

sektor non-migas, serta bagaimana bentuk-bentuk national interest Qatar itu dilihat dari kacamata diplomasi publik niche.

Selanjutnya peneliti juga mengambil telaah pustaka yang lain sebagai pembanding dengan kesamaan pola diplomasi negara melalui event olahraga yakni skripsi dari mahasiswi jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang, Nana Restiana (2009) dengan judul Diplomasi Publik China dalam Olimpiade Beijing 2008. Secara umum, argumen dasar yang

dipaparkan peneliti dalam penelitiannya adalah bahwa melalui Olimpiade Beijing 2008, China melancarkan diplomasi publiknya untuk memperlihatkan keberhasilan ekonomi yang telah diraihnya pasca reformasi dan era keterbukaan sekaligus membendung persepsi negatif mengenai negaranya.25

Penelitian ini memiliki kesamaan pola walaupun dengan variabel serta objek yang berbeda. Keterlibatan China dalam Olimpiade Beijing memiliki keberadaan yang sama dengan Qatar dalam penyelenggaraan Moto GP, walaupun dalam hal ini China sebagai negara yang besar dan Qatar sebaliknya. Alasan peneliti memilih telaah pustaka ini adalah berangkat pada asumsi bahwa pada dasarnya, setiap negara-bangsa didunia pastilah memiliki kepentingan-kepentingan nasional yang ingin dicapai, termasuk juga Qatar. Titik kesamaan kedua negara ini terletak pada bagaimana upaya diplomasi yang mereka lancarkan, dimana dalam hal ini melalui event olahraga untuk membentuk persepsi negara yang positif kepada dunia internasional. Peneliti berasumsi bahwa secara

25

(38)

19

substansi telaah pustaka diatas relatif sama dan sejalan dengan penelitian kali ini, walaupun dengan variabel dan fokus objek yang berbeda.

(39)

20

4. Fitriyani / Diplomasi Qatar Melalui Gelaran small state, dalam hal ini Qatar. Qatar bertindak sebagai umum dan Qatar secara khusus dari kacamata yang berbeda;

(40)

21

mengetahui strategi dan kepentingan nasional dibalik penyelenggaraan Moto GP Qatar.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat ditarik dari penelitian ini dibagi atas dua, yaitu manfaat teoritis serta manfaat praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas studi kajian hubungan internasional dalam konteks diplomasi serta memperkaya khazanah konteks kawasan Timur Tengah, khususnya Qatar.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru tentang posisi Qatar dalam percaturan internasional, serta dalam penelitian ini keterlibatan Qatar sebagai salah satu host penyelenggara Moto Grand Prix yang dilihat dari frame diplomasi niche.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Batasan Waktu

Dalam penelitian ini peneliti membatasi waktu penelitian dari tahun 2004 hingga tahun 2012. Tahun 2004 sendiri adalah tahun dimana Komisi Grand Prix Internasional menunjuk Qatar sebagai salah satu tuan rumah penyelenggara MotoGP.

1.7.2 Batasan Materi

Adapun pembatasan materi dalam penelitian ini dimaksudkan agar

(41)

22

yang dibahas pada penelitian ini lebih memfokuskan pada seputar

penyelenggaraan GP Qatar, kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan

event olahraga internasional, serta bagaimana Qatar menggunakan dan

memanfaatkan keterlibatannya dalam Moto GP sebagai sarana diplomasi.

1.8 Tipe Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Variabel independen atau unit analisa adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan tingkah laku dari variabel dependen, sedangkan sebaliknya variabel dependen atau unit eksplanasi adalah variabel yang tingkah lakunya akan dianalisa, diramalkan dan diprediksi oleh variabel independen.26 Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah gelaran Moto Grand Prix, sedangkan variabel independennya adalah diplomasi Qatar. Tipe penelitian ini sendiri adalah deskriptif analitik, dimana peneliti ingin menggambarkan secara umum dan terurut diplomasi Qatar melalui penyelenggaraan Moto GP.

1.9 Metodologi Penelitian

1.9.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peniliti gunakan dalam penelitian

ini adalah metode sekunder/dokumentasi yakni melalui pencarian

data-data pendukung baik berupa buku-buku rujukan, jurnal, artikel, e-book, surat kabar maupun situs website yang berkaitan dengan judul dalam

26Mohtar Mas’oed.

(42)

23

penelitian ini yang selanjutnya disadur untuk mendukung kelanjutan

penelitian ini.

1.9.2 Level Analisis Data

Penelitian ini menempatkan Qatar sebagai unit analisa/variabel independen karena berperingkat sebagai negara yang akan dianalisis. Sedangkan Moto Grand Prix bertindak sebagai unit eksplanasi/variabel dependen karena berada pada level yang akan menjelaskan diplomasi Qatar. Adapun pendekatan yang peneliti gunakan untuk menganalisa data adalah melalui kegiatan induksionis, dikarenakan tingkat unit eksplanasinya yaitu Moto Grand Prix berperingkat sebagai sistem internasional lebih besar daripada unit analisanya yakni diplomasi Qatar. Alur pemikiran secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.3

Alur Pemikiran Penelitian Subyek:

Qatar

Obyek:

Moto Grand Prix Qatar

Locus

Penyelenggaraan Moto GP Qatar

Focus

(43)

24

1.10 Argumen Dasar

Adapun argumen dasar yang peneliti tarik dari penelitian ini antara lain adanya kepentingan Qatar dalam berdiplomasi melalui penyelenggaraan MotoGP baik itu dari sisi politik, ekonomi, keamanan serta sosial budayanya. Terkait kepentingan nasionalnya, terhitung sebagai negara kecil, Qatar bertindak sebagai perwakilan dari regionalnya dengan mengambil peran dalam berbagai kegiatan internasional dengan tujuan untuk meminimalisir persepsi negatif keamanan di kawasannya. Selain itu, dengan menjadi pihak host Moto Grand Prix diharapkan hal ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi negara serta aktor-aktor lain untuk melihat Timur Tengah secara umum dan Qatar secara khusus dari kacamata yang berbeda dan lebih modern; serta menggeliatkan industri domestik dan mendatangkan pemasukan negara sektor non-migas yang mulai dikembangkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.

1.11 Sistematika Penulisan

Dapat dideskripsikan secara garis besar rencana penelitian ini akan terbagi ke dalam beberapa bab. Secara sederhana sistematika penulisan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

BAB JUDUL PEMBAHASAN

I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Landasan Konseptual 1.4 Penelitian Terdahulu 1.5 Tujuan Penelitian 1.6 Manfaat Penelitian

(44)

25

2.2 Politik & Pemerintahan Qatar 2.3 Perekonomian Qatar

2.4 Diplomasi Qatar di Dunia Internasional

III Qatar Moto Grand Prix 3.1 Diplomasi dan Olahraga 3.2 Moto Grand Prix

3.4 Kerjasama dan Sponsor Moto GP Qatar

3.6.1 IRTA Best Grand Prix 2008

(45)

26

2009 IV Kebijakan & Kepentingan

Qatar dalam Gelaran Moto Grand Prix

4.1 Diplomasi Olahraga Qatar 4.2 Strategi Qatar dalam

Penyelenggaraan Moto GP 4.2.1 Pembentukan Qatar Tourism Authority

4.2.2 National Development Strategy 2011-2016

4.2.3 Sports Sector Strategy (SSS)

4.3 Kepentingan Pemerintah Qatar Melalui Gelaran Moto GP

4.3.1 Meminimalisir Persepsi Negatif 4.3.2 Upaya Nation Branding

4.3.3 Upaya Diversifikasi Ekonomi

4.3.4 Sarana Promosi Budaya

Gambar

Korelasi Antara Identitas Nasional, Nation Branding dan Citera BangsaGambar 1.2 19
Tabel 1.1 Posisi Penelitian
Gambar 1.3 Alur Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait