PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG EKSPOSE BERITA
KRIMINAL DI MEDIA MASSA DALAM UNDANG UNDANG
NOMOR
32
TAHUN
2002
TENTANG PENYIARAN
SKRIPSI
Oleh :
RIZKY DWI PRADANA
NIM : 107043203085
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
PRESPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG EKSPOSE BERITA
KRIMINAL DI MEDIA MASSA DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Rizky Dwi Pradana
NIM: 107043203085
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. M. Asrorun Ni’am, MA NIP. 19760531200001001
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PRESPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP EKSPOSE BERITA KRIMINAL DI MEDIA MASSA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.
Jakarta, 24 Agustus 2011
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.A. NIP. 196511191993031002
2. Sekretaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. NIP. 197412132003121002
3. Pembimbing I : Dr. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA.
NIP. 19760531200001001
4. Penguji I : Dr. Jaenal Aripin, M.Ag. NIP. 197210161998031004
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta..
Ciputat, 25 Sya’ban 1432 H 26 Juli 2011 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, saya panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
segala proses penulisan menjadi mudah dan skripsi ini dapat saya selesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada suri tauladan umat Islam,
pemimpin revolusi umat Islam, baginda Nabi Muhammad SAW, beserta para
keluarganya, sahabat, para pengikutnya yang telah memberikan tuntunan menuju
jalan yang terang (ilmu pengetahuan) dengan akhlak yang mulia.
Suksesnya penulisan skripsi ini, penulis menyadari dengan segala kerendahan
hati bahwa banyak pihak yang telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi
penulis baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang terdalam kepada :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta dan pembantu Dekan I, II dan III yang telah membimbing dan
memberikan ilmu kepada penulis.
2. Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Hukum (PMH) telah memberikan pengarahan serta waktu kepada
penulis disela-sela kesibukan beliau. Dan, Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi,
(PMH) yang juga membimbing, meluangkan waktu dan mengarahkan
segenap aktivitas yang berkenaan dengan jurusan.
3. Dr. M Asrorun Ni’am Sholeh, MA selaku pembimbing penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.
4. Dr. Jaenal Aripin, M.Ag, selaku penguji I dan Dr. KH. A. Juaini Syukri, Lc.,
MA, selaku penguji II yang telah berbaik hati mengarahkan penulis.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta kepada karyawan dan staf perpustakaan yang telah memfasilitasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Yang sangat penulis cintai, hormati dan begitu banggakan Ibunda (Tati
Iryanti, S.Pd) dan Ayahanda (Djoko Suparto), Kakak (Irmal Darmawan dan
al-Qoyatus Saaqinah), Adik (Singgih Pramono dan Ummu Hani Saputri),
Paman (Ir. Muhammad Erwin, SY) yang selalu memberikan dorongan
motivasi serta doa yang tiada henti kepada Allah SWT. Dan seluruh keluarga
besar penulis.
7. Ucapan terima kasih ini khusus penulis berikan kepada nenek (Hj. Syamsiah
Rogayah) yang telah membina penulis tentang sebuah arti kehidupan dalam
berjuang, dan yang telah memperkenalkan penulis dengan huruf-huruf
hijaiyyah pertama kali.
8. Kepada kawan-kawan seperjuangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN Syarif Hidayatullah dan Pengurus
tetap mengalir dalam raga ini. Salam Perjuangan, Hidup Mahasiswa, Hidup
Rakyat Indonesia, Allahu Akbar.
9. Seluruh kawan-kawan seperjuangan di Jurusan Perbandingan Mazhab dan
Hukum (PMH) Konsenterasi Perbandingan Hukum (PH), angkatan 2007 yang
penulis cintai dan hormati. Thank’s For All, You All The Best
10.Kepada seluruh Kakak-kakak seperjuangan pengurus di LBH Pusat Advokasi
Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia dan Jakarta, terkhusus
untuk Nasrulloh Nasution, SH (Bang Acun) yang banyak membimbing
penulis dalam memberikan arti hukum dalam kehidupan, kemudian : bang
Heri, SH, bang Harry Kurniawan, SH, bang Iwan SHI, kak Syah Fitri Hani
Harahap, SH, kak Liza Elfitri, SH, Mas Rozak, SH., MH dan yang lainnya.
11.Kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Kepala Subbag Pengaduan
Ibu Dra. Sinar Ria Bellawati dan juga Assisten Ibu Sri Lilih Harjanti, atas
kerjasamanya untuk membantu penulis dalam memberikan informasi dan data
untuk sempurnanya skripsi ini.
Dan akhirnya, penulis dengan segala kerendahan hati, terhadap jasa dan
bantuan segala pihak atas kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis. Semoga mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Tangerang Selatan : 8 Ramadhan 1432 H 8 Agustus 2011 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...…... ii
DAFTAR ISI ...……… v
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN .... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 10
E. Metode Penelitian ... 13
1. Jenis Penelitian ... 13
2. Jenis Data ... 14
3. Teknik Pengumpulan Data ... 14
4. Teknik Analisis Data ... 15
5. Teknik Penulisan ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP EKSPOSE BERITA KRIMINAL DI MEDIA MASSA ... 17
A. Pengertian dan Fungsi Media Massa ... 17
1. Berita ... 18
a. Pengertian Berita ... 18
c. Nilai Berita Dalam Media Massa ... 24
d. Kategori Berita dan Unsur-Unsur Layak Berita dalam Media Massa ... 26
e. Karakteristik Ekspose Berita Kriminal ... 29
f. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kriminal ... 32
2. Media Massa ... 34
a. Cetak ... 34
b. Elektronik ... 34
c. Online ... 34
B. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal di Media Massa ... 35
BAB III PEDOMAN PERILAKU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN HUKUM ISLAM ... 37
A. Pedoman Perilaku Penyiaran dalam Undang-Undang Penyiaran 37 B. Pemberitaan Pers dan Kebebasan Pers Menurut Undang- Undang Penyiaran ………... 40
C. Pedoman Perilaku Penyiaran dalam Hukum Islam ... 46
D. Pemberitaan Pers dan Kebebasan Pers Menurut Hukum Islam . 60 BAB IV PUBLIKASI KASUS KRIMINAL OLEH MEDIA MASSA ... 80
A. Perspektif Hukum Islam ... 80
Pandangan Hukum Islam Mengenai Bingkai Etika Komunikasi Massa ... 80
C. Analisis Kaidah Sadd al-Dzari’ah dalam Etika Penyiaran ... 125
BAB V PENUTUP ... 131
A. Kesimpulan ... 131
B. Saran-Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 135
LAMPIRAN
I Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang PERS
II Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
III Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/12/2009 Tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dianugrahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani yang
memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk
yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku dalam menjalani
kehidupannya. Dengan akal budi dan nuraninya itu maka manusia memiliki
kebebasan untuk memutuskan sendiri perilaku atau perbuatannya. Di samping itu,
untuk mengimbangi kebebasan tersebut manusia memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut dengan hak asasi
manusia yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari. Pengingkaran terhadap hak tersebut
berarti mengingkari martabat manusia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau
organisasi apa pun mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi
manusia tanpa terkecuali.
Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut, tercermin dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam
batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan persamaan kedudukan dan warga negara
dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak,
lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk beribadat sesuai agama dan
kepercayaannya itu, hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.1
Dalam penjelasan di atas tersirat tentang penegasan atas pemberian kebebasan
hak asasi manusia di Indonesia tidak terkecuali dengan “Kebebasan PERS” yang
telah di jamin dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Dan pasal 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas kebebasan memiliki dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima serta menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dengan tidak memandang batas.”
Maka, dalam era reformasi sekarang ini, teknologi informasi dan penyiaran
berkembang sedemikian pesatnya. Berbagai temuan dan perkembangan Informasi dan
Teknologi (IT) yang tidak pernah terbayangkan oleh generasi manusia sebelumnya
kini berada di depan mata. Kemajuan teknologi jarak jauh seperti televisi, telepon
seluler, komputer, dan kamera yang semuannya telah dapat memanfaatkan teknologi
internet membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah sehingga, tak ada lagi
jarak pembatas di bumi ini. Semuanya dapat dijangkau tanpa harus berada di tempat
yang dikehendaki.
Dalam komunikasi, ada lima jenis media massa yang biasa dikenal sebagai
“The big of media massa”, yaitu : televisi, film, radio, majalah dan koran2. Dalam hal
1
ini media informasi yang paling berpengaruh di masyarakat dan memiliki peran besar
dalam memberikan informasi tiada lain adalah : Televisi yang merupakan Icon
pemberitaan informasi yang paling sering dijadikan oleh masyarakat selaku pemirsa
untuk menghabiskan waktu yang lama baik bersama keluarga maupun sendiri
menikmati tontonan televisi yang disajikan oleh statiun televisi swasta. Pengaruh dari
berbagai tayangan informasi yang dihadirkan tersebut tidak semuanya membawa
manfaat bagi para pemirsanya. Seperti stasiun Indosiar dengan menyajikan produk
berita khusus kriminal dengan judul acara Patroli yang ditayangkan setiap
senin-jum’at pukul 11.30 WIB.
Pengemasan tayangan kekerasan ini dibuat dengan sangat detail mengenai
penyebab suatu peristiwa yang divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar adegan
kejadian yang diperankan oleh para tersangka dan orang yang terlibat di dalam
peristiwa kriminal tersebut.3
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya. Hasil penelitian itu
menyebutkan bahwa pelaku kejahatan seperti pencurian, pembunuhan dan
pemerkosaan mencontek kejahatan yang dilakukan sebelumnya. Salah satunya,
melalui referensi dari tayangan tindak kriminalitas di televisi yang akhirnya membuat
pola imitasi di masyarakat.
2
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka Press, 1999), h.32.
3
Menurut salah satu peneliti, Catur Suratnoaji, penelitian itu dilakukan pada 13
orang narapidana yang ada di Sidoarjo dan Malang. Ke-13 narapidana itu mendapat
ilham melakukan tindak pidana dari tayangan di televisi. Mereka memodel dari apa
yang ditayangkan televisi, sebut Catur dalam pemaparannya. Sebagian narapidana itu
mengaku mendapat cara menghapus jejak atau melakukan penipuan berdasarkan apa
yang mereka lihat di televisi. Dalam pemaparannya lebih lanjut, ia juga menemukan
bahwa berita kriminal justru menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan pada
masyarakat. Karena itu, ia menyebut perlunya upaya untuk memperbaiki berita
kriminalitas yang ada saat ini.
Penelitian yang dilakukan ini memang belum mewakili sebagian besar
masalah pertelevisian. Perlu kajian lebih jauh apakah efek buruk itu semata karena
pengaruh televisi, atau juga hal lain, seperti lingkungan? Yang jelas, apapun
tayangannya, kita sendirilah yang berkemampuan untuk menyaring, mana yang baik
dan buruk.4
Kemudian juga, sebuah survei yang pernah dilakukan salah satu harian di
negara bagian Amerika Serikat menyebutkan, empat dari lima orang Amerika
menganggap kekerasan di televisi mirip dengan dunia nyata. Oleh sebab itu sangat
berbahaya kalau anak-anak sering menonton tayangan televisi yang mengandung
unsur kekerasan. Kekerasan di televisi membuat anak menganggap kekerasan adalah
jalan untuk menyelesaikan masalah.
4
http://www.andriewongso.com/awartikel-460-AW_CornerDampak_Negatif_Tayangan
Sementara itu sebuah penelitian di Texas, Amerika Serikat yang dilakukan
selama lebih dari tiga tahun terhadap 200 anak usia 2-7 tahun, menemukan bahwa
anak-anak yang banyak menonton program hiburan dan kartun terbukti memperoleh
nilai lebih rendah dibanding anak yang sedikit menghabiskan waktunya menonton
tayangan yang sama. Dua survei itu sebenarnya bisa menjadi pelajaran.
Di Indonesia suguhan tayangan kekerasan dan kriminal seperti Patroli, Buser,
TKP dan sebagainya, tetap saja dengan mudah bisa ditonton oleh anak-anak. Bahkan
tayangan program yang berbau kriminal itu terkesan sengaja diblow-up untuk
menggambarkan pada masyarakat dan atasan seakan-akan aparat betul-betul bekerja
dan berhasil mengungkap suatu kasus. Dan bukan rahasia lagi kalau ada kasus yang
berhasil diungkap oleh aparat, direkayasa ulang lagi seakan-akan penangkapan yang
ditayangkan murni bukan rekayasa. Padahal kalau saja mau jujur, kameramen televisi
tidak akan mau mempublikasikan tetapi daripada tidak dapat berita liputan, rekayasa
pun bolehlah.5
Dengan melihat aksi kejahatan yang sudah merupakan suatu fenomena yang
kompleks. Banyak aksi kejahatan yang sering kita lihat dalam kehidupan zaman
sekarang ini. Oleh sebab itu dampak dari suatu peristiwa kejahatan yang
berbeda-beda, mulai dari kejahatan yang sangat kecil sekali sampai yang besar.
Akhir-akhir ini kasus pembunuhan dengan cara di mutilasi di Indonesia seolah
terus meningkat. Bagian penelitian dan pengembangan (Litbang) koran Kompas
5
mencatat bahwa sejak Januari hingga November 2008 ada 13 peristiwa pembunuhan
dengan mutilasi di Indonesia.
“Saya memutilasi Pak Hendra karena meniru Ryan, terutama dari tayangan
televisi selain dari koran yang saya beli di angkutan kota”. (Sri Rumiyati, 48 tahun). Itulah kata-kata yang diucapkan Sri ketika diintrogasi oleh polisi berkenaan
dengan kasus pembunuhan suaminya Hendra dengan cara dipotong-potong tubuhnya
(mutilasi). Pelaku tanpa ragu menyebutkan bahwa perbuatannya mencontoh kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan sang algojo dari Jombang yang ditayangkan
televisi. Pengakuan Sri diatas seolah memperingatkan masyarakat tentang adanya
hubungan antara tayangan kekerasan di televisi dengan prilaku kekerasan di
masyarakat.
Perbuatan kekerasan yang terinspirasi oleh tayangan televisi dibenarkan baik
oleh polisi maupun dokter yang memeriksa tersangka. Komisaris Jarius Saragih, dari
kepolisian Jakarta, misalkan mengakui bahwa selama memeriksa pelaku mutilasi
mereka mengaku terinspirasi dan mencontoh tayangan televisi. Dokter ahli forensik
Mun’im Idris juga sepakat bahwa kasus mutilasi sudah ada sejak tahun 1970-an,
namun tahun ini meningkat tajam karena seringnya peristiwa ini ditayangkan
televisi.6
Fenomena acara televisi yang akhir-akhir ini amat sangat meresahkan dan
membahayakan moral generasi bangsa ini ternyata memang haruslah diperingatkan
6
agar tidak kebablasan dalam menyusun program yang menyesatkan seperti pada
tayangan kekerasan yang berbau kriminalitas. Belakangan ini tayangan berita
kriminal di televisi mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat dan sebagainya,
menyajikan tayangan-tayangan seaktual mungkin, tanpa disadari yang menyaksikan
adalah masyarakat luas dari berbagai usia mulai dari anak-anak sampai orang
kalangan orang dewasa. Apabila dicermati tayangan berita kriminal yang ditayangkan
langsung melalui layar kaca tersebut dikemas secara rapi dan dapat menjadi salah
satu rangsangan anak untuk bersikap kasar atau nakal, seperti kemungkinan ditirunya
adegan-adegan yang tidak baik dalam tayangan berita kriminal tersebut. Adanya
pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kenakalan remaja, karena
sekarang ini banyak stasiun-stasiun televisi yang menayangkan tayangan berita
kriminal seperti : Patroli (Indosiar), Sergap (RCTI), Buser (SCTV), TKP, dan lain
sebagainya.
Paul De Massenner dalam buku Here‟s the Unesco Assosiate menyatakan
News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta
minat khalayak atau pedengar. Charnley & James M. Neal menuturkan berita adalah
laporan tentang situasi, kondisi, interprestasi yang penting, menarik, masih baru, dan
kasus yang penting disampaikan kepada khalayak.7
Maraknya pengetahuan dan penemuan baru ilmu teknologi telah
menimbulkan kesesatan, kebimbangan, kegelisahan dan bahkan membahayakan
7
kehidupan manusia bila tidak dapat diimbangai dengan agama yang menuntun
manusia. Kemajuan teknologi yang rumit pada abad ini merupakan aktifitas
intelektual manusia. Ketakjuban paling baru dalam peradaban manusia abad ini
muncul ketika globalisasi teknologi informasi merusak keseluruhan aspek kehidupan
manusia bisa disaksikan lewat siaran televisi.8
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
menjadi skripsi yang kemudian diberi judul “Perspektif Hukum Islam Tentang Ekspose Berita Kriminal di Media Massa Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran”, yang kemudian disebut dengan Undang-undang Penyiaran.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah kedalam tinjauan
hukum Islam, yang dimaksud ialah fiqh sebagai usaha para fuqaha dalam menetapkan
syari’at atas kebutuhan masyarakat, kemudian terhadap ekspose berita kriminal di
media masa, yaitu televisi dalam Pasal 48 Ayat 2 dan 4 poin d didalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
Objek yang akan di teliti adalah tayangan berita kriminal Patroli yang
ditayangkan setiap hari senin-jum’at pukul. 12.30 WIB, stasiun televisi Indosiar.
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan skripsi ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
8
1. Bagaimanakah perspektif tentang hukum Islam dan Undang-undang
Penyiaran terhadap ekspose berita kriminal di media massa?
2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan
Undang-undang Penyiaran terhadap ekspose berita kriminal di media massa?
3. Adakah pengaruhnya tayangan berita kriminal terhadap pelaku tindak
kriminalitas di masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Adapun tujuan yang ingin yang dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan Undang-undang
Penyiaran tentang ekspose berita kriminal di media massa.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pandangan antara
hukum Islam dan Undang-undang Penyiaran terhadap ekspose berita
kriminal di media massa.
3. Untuk mengetahui pengaruh berita kriminal terhadap kriminalitas
yang terjadi di masyarakat.
B. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Dilihat dari akademis manfaat penulisan ini adalah dapat memberikan
tambahan khazanah keilmuan dalam bidang perbandingan hukum antara
Undang-undang dan Hukum Islam.
Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan penjelasan
kepada masyarakat luas tentang pemberitaan kriminal di media massa dalam
perbadingan hukum antara Undang-undang dan Hukum Islam.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sejauh penulis melakukan tinjauan terhadap kajian terdahulu belum
ditemukan kajian-kajian yang pembahasannya memiliki kesamaan fokus dalam
ringkasan pembahasan dengan skripsi yang akan penulis buat. Kajian-kajian yang
telah ada hanya memiliki kesamaan tema yaitu tentang Pengaruh atau Dampak dari
Tayangan Berita Kriminal di Televisi dan Kebebasan Pers dalam kajian yang berbeda
dengan penulis. Seperti yang berjudul :
“Pengaruh Tayangan Berita Kriminal di Televisi terhadap Kenakalan Remaja Pada Usia 14 – 15 Tahun (Studi Kasus Pada Siswa Kelas III SMP PUSPITA BANGSA Ciputat Tangerang).” Skripsi tersebut membahas, perbedaan yang signifikan antara siswa yang suka dan siswa yang tidak suka menyaksikan tayangan berita kriminal
terhadap kenakalan remaja. Artinya tayangan berita kriminal di televisi cukup
berpengaruh secara nyata terhadap kenakalan remaja dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap kenakalan remaja pada diri remaja tersebut memang tidak sepenuhnya
diakibatkan dari tontonan tayangan berita kriminal sehari-hari, namun besar
kemungkinan kenakalan yang ada dalam tayangan berita tersebut dapat menjadi salah
satu rangsangan siswa untuk bersikap kasar/nakal.9
9Kurniawati. “
Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul “Pencemaran Nama Baik Oleh
Media Massa (Pers) Kajian Hukum Pidana dan Perdata.” Pembahasan tentang Seorang wartawan atau jurnalis media cetak dalam melaksanakan pemberitaan harus
mentaati ketentuan-ketentuan dan yang telah diatur oleh KUHP, KUHPer, dan
ditambah UU No. 40 Tahun 1999 Tentang PERS. Pers kita pada era reformasi ini
adakalanya terlalu cepat melemparkan tuduhan, tanpa melakukan upaya serius untuk
tegaknya prinsip check and balanced. Hanya Karena seorang Jenderal berada di Bali
pada saat bom Bali meledak, sejumlah penerbit pers serta-merta menurunkan berita
yang menggiring pembaca untuk mengaitkan kedua peristiwa ini. Jelas, ini sebuah
berita yang ngawur dan wartawan yang meramunya boleh dikatakan telah
menyelewengkan makna kebebasan pers yang sesungguhnya.10
Kemudian skripsi yang membahas tentang “Kebebasan Berekspresi Dalam Dunia Pres Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif (Kontroversi Akibat Pemuatan
Karikatur Nabi Muhammad SAW).” Dalam pembahasan tersebut mengenai, Pemuatan karikatur Nabi Saw di surat kabar Jyllands-Posten, Denmark edisi 30
September 2005 yang pada mulanya dimaksudkan untuk mengilustrasikan secara
satir artikel yang membahas penyensoran diri (self-censorship) dan kebebasan
berpendapat (freedom of speech) merupakan penghinaan (liberal) bagi umat Islam.
Karena Islam melarang penggambaran Nabi Muhammad Saw untuk mencegah
Tangerang).” Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
10
Muhammad Handrio Akbarullah. “Pencemaran Nama Baik Oleh Media Massa (Pers)
pemujaan berhala. Persamaan pandangan hukum positif dengan hukum Islam tentang
kebebasan berekspresi dalam dunia pers adalah tuntutan profesionalisme yang
bertanggungjawab. Di dalam hukum Islam kebebasan pers tidak secara gamblang,
tetapi lebih kepada etika individu-individu sendiri.11
Kemudian dengan judul skripsi, “Pengaruh Tayangan Berita di Televisi
Terhadap Kenakalan Remaja (Studi Kasus di SMP DARUN NURJATI Bekasi
Utara).” Skripsi ini mengkaji Tayangan berita kriminal di televisi mempunyai pengaruh yang sedang atau cukup terhadap kenakalan remaja contohnya seperti
tawuran antara pelajar, memakai obat-obatan terlarang. Kenakalan yang ada pada diri
remaja tersebut memang tidak hanya diakibatkan dari tontonan tayangan berita
kriminal sehari-hari, namun besar kemungkinan kenakalan yang ada dalam tayangan
tersebut dapat menjadi salah satu rangsangan siswa untuk bersikap kasar atau nakal.
Itu terbukti dengan semakin banyaknya kasus-kasus kenakalan remaja dilingkungan
sekolah ada tindakan kriminalitas di dalam sekolah.12
Kemudian yang terakhir ialah dengan judul “Analisis isi berita kriminal pada
Koran Lampu Hijau (dulu Koran Lampu Merah) edisi Februari 2009” Dalam
kesimpulan skripsi tersebut tergambarkan bahwa Koran Lampu Hijau dalam
menyajikan berita-berita yang murni kriminal. Namun, dalam penulisan tersebut
11
Zaenal Muttaqin. “Kebebasan Berekspresi Dalam Dunia Pres Tinjauan Hukum Islam dan
Hukum Positif (Kontroversi Akibat Pemuatan Karikatur Nabi Muhammad SAW).” Skripsi S1 Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
12
Eka Rianti. “Pengaruh Tayangan Berita di Televisi Terhadap Kenakalan Remaja (Studi
masih banyak menggunakan kata-kata yang seronok, bombastis dan sensasional yang
juga dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap para pembacanya. Dalam
penulisan berita di Koran Lampu Hijau belum memenuhi syarat-syarat penulisan
yang baik dan benar yang sesuai dengan tatanan bahasa Indonesia dan kaidah tata
cara penulisan berita di media cetak, seperti yang dijelaskan dalam buku-buku ilmu
jurnalistik.13
Sedangkan pada skripsi ini, penulis membedakan pembahasan penelitian dari
skripsi yang sudah ada di atas dengan titik singgung yang berbeda, yaitu terkait
dampak yang ditimbulkan oleh pemberitaan media massa mengenai berita-berita
kriminal yang sering di beritakan oleh media massa setiap hari dengan menganalisis
perbandingan hukum dalam Undang-undang Penyiaran dan Hukum Islam sebagai
perbandingan yang relevan dengan kondisi sekarang dari aspek hukum.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library
research), yaitu penelitian yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan
menelusuri berbagai literatur, karena memang pada dasarnya sumber data yang
hendak digali lebih terfokus pada studi pustaka.
Penelitian ini menggunakan metode “deskriptif kualitatif”, dalam bentuk
desain deskriktif dan metode pengumpulan datanya dengan cara observasi. Deskriftif
13
menurut pengertiannya merupakan pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat14. Kualitatif adalah penelitian yang berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka,
kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang.
Penelitian deskriktif kualitatif adalah suatu penelitian yang berdasarkan
fakta-fakta atau kejadian yang tidak direkayasa dan penelitian menggunakan kata-kata atau
tulisan-tulisan ataupun gambar-gambar yang sesuai dengan fakta dan bukan
penelitian yang menggunakan angka sebagai penjelasannya.15 2. Jenis Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :
a. Data Primer
Data yang diperoleh bersumber dari studi dokumentasi dengan penelitian
kepustakaan, yakni penelitian terhadap dokumen-dokumen atau referensi dari
berbagai literatur yang dipandang mewakili (representatif) dan berkaitan (relevant)
dengan objek penelitian.
b. Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh bersumber dari literatur-literatur kepustakaan,
seperti buku-buku, majalah, internet, artikel lepas, serta sumber-sumber data lainnya
yang mempunyai relevansi dengan penulisan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
14
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003), cet ke 5,h. 54.
15
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, dalam pengumpulan data skripsi
ini, penulis menggunakan penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu :
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data dan
bahan-bahan dari berbagai literatur, misalnya : buku-buku, sumber dokumen
perusahaan, majalah, surat kabar, internet, artikel dan kepustakaan lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang bersifat deskriktif-analisis, yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah
dengan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan
menginterprestasikan data dengan tujuan memberikan gambaran yang sistematis,
akurat, faktual dan aktual mengenai “Ekspose Berita Kriminal di Media Massa
Perspektif Hukum Islam dalam Undang-Undang Penyiaran”.
5. Teknik Penulisan
Adapun dalam teknik dan penyusunan penulisan skripsi ini penulis
berpedoman pada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang disusun oleh Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai bahan pertimbangan untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini
penulisan skripsi ini, penulis menyusun melalui sistematika penulisan yang terdiri
Bab I Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, teknik
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Merupakan tinjauan umum terhadap ekspose berita kriminal di
media massa, pengertian dan fungsi media massa, pengertian
berita, media massa, pengaruh tayangan berita kriminal di
media massa.
Bab III Merupakan pedoman perilaku penyiaran perspektif undang-
undang penyiaran dan hukum Islam, pedoman perilaku
penyiaran dalam undang-undang penyiaran, pemberitaan pers
dan kebebasan pers menurut undang-undang penyiaran,
pedoman perilaku penyiaran dalam hukum Islam, pemberitaan
pers dan kebebasan pers menurut hukum Islam.
Bab IV Merupakan publikasi kasus kriminal oleh media massa,
perspektif hukum Islam, dan perspektif undang-undang
penyiaran.
Bab V Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP EKSPOSE BERITA KRIMINAL DI MEDIA
MASSA
A. Pengertian dan Fungsi Media Massa
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.
Association for Education and Communication Tecnology (AECT) mendefinisikan
media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran
informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai
benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan, beserta
instrumen yang dipergunakan, dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
dipengaruhi efektifitas program instruksional.1
Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide,
sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.2 Pengertian lain menyebutkan bahwasannya media adalah medium yang digunakan untuk membawa atau
menyampaikan sesuatu pesan dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan
suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan.3
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak.4
1
Asnawir, dan Usman, M Basyarudin. Media Pembelajaran. (Jakarta : Ciputat Pers. 2002). Cet ke-1,hal. 11.
2
Santoso S. Hamijaya. Pengertian Media. www.google.com
3
Blake and Haralsen. Pengertian Media.www.google.com
4
Media massa secara sempit diartikan sejak awal historisnya, yaitu ketika
ditemukan mesin cetak abad 15. Pengertian media massa jadi hanya terbatas pada
media cetak saja (pers). Terutama Koran dan majalah. Secara luas, media massa kini
sudah diartikan sebagai segala bentuk saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang banyak atau khalayak, baik media
cetak seperti surat kabar, majalah dan buku, maupun media elektronik seperti radio,
televisi, film, dan komputer.
Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara
komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu televisi.
Komunikasi massa media televisi bersifat periodik.5
1. Berita
a. Pengertian Berita
Istilah “berita” berasal dari bahasa sansekerta, yakni Vrit yang kemudian
masuk dalam bahasa Inggris menjadi Write, yang memiliki arti “ada” atau “terjadi”.
Sebagian ada yang menyebutnya Vritta artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”.
Vrittamasuk dalam bahasa Indonesia menjadi “berita” atau “warta”6
Menurut buku Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, seperti
ungkapan Edward Jay Friedlander dkk dalam bukunya Excelence in Reporting
menyatakan :
5
Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Media Televisi. (Jakarta : Rineka Cipta. 1996).
6
“News is what you should know that you don‟t know. News is what has happened recently that is important to you in tour daily life. News is what fascinates you, what excites you enough to say to afriend, “hey”, did you hear about…? News is what local, national, and international shaker and movers are doing to affect your life. News is the unexpected event that, fortunately or unfortunately, did happened”.7
Sedangkan menurut Micthel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III
(Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 halaman 44) menyebutkan :
“Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang
memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”.8 Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menulis, berita
adalah sesuatu yang termasuk yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat
kabar karena menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau
karena dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.9
Banyak juga para ahli lainnya yang mendefinisikan sebuah berita dengan
beragam pendapat. Dari sekian macam pengertian itu, belum ada satupun definisi
berita yang dapat dijadikan patokan secara mutlak. Namun, sebagai pegangan,
pengertian berita dapat dikemukakan seperti berikut :
7
Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2005) h. 39.
“Berita adalah apa yang harus anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang penting bagi anda dalam kehidupan anda sehari-hari. Berita adalah apa yang menarik bagi anda, apa yang cukup menggairahkan anda untuk mengatakan kepada seorang teman, “hey, apakah kamu sudah mendengar…?” Berita adalah apa yang dilakukan oleh pengguncang tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka yang untungnya atau sayangnya telah terjadi”.
8
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 2.
9
Berita ialah laporan yang terkini tentang fakta atau pendapat atau ide terbaru
yang aktual, benar, penting atau menarik bagi khalayak dan disebarluaskan melalui
media massa periodik seperti : Surat kabar, Televisi, Radio, maupun Media online
atau Internet. Kemudian menurut Djaffar H. Assegaff, “Berita adalah laporan tentang
fakta atau ide terkini yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan yang
dapat menarik perhatian pembaca entah karena ia luar biasa atau karena ia mencakup
segi-segi human interest seperti humor dan ketegangan”.10
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,
menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti
surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.11
Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik
perhatian orang. Ketentuan yang ditetapkan oleh kode etik jurnalistik pasal 5
berbunyi : “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil,
mengutamakan kecermatan dan ketetapan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini
sendiri. Tulisan berisi interprestasi dan opini wartawan agar disajikan dengan
menggunakan nama jelas penulisnya”.
Dengan demikian berita pertama-tama harus cermat dan tepat atau dalam
bahasa jurnalistik harus akurat. Selain cermat dan tepat berita juga harus lengkap
10
Djaffar Assegaff, Jurnalistik Masa Kini Pengantar ke Praktek Kewartawanan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991),h. 24.
11
(complate), adil (fair), dan berimbang (balanced). Kemudian beritapun tidak boleh
mencampurkan antara fakta dan opini atau dalam bahasa akademis di sebut objektif.12 Berita dapat dibagi ke dalam beberapa macam, tergantung dari segi
melihatnya, seperti :
1. Sifat kejadian
2. Cakupan isi berita, dan
3. Bentuk penyajian berita
Dilihat dari segi bentuk kejadiannya berita dibedakan antara berita yang
terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita yang tak terduga, seperti ledakan
bom, kebakaran, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, dan sebagainya.
Berita juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya, seperti berita langsung
(Sportnews), berita komprehensif (Comprehensive news), dan Feature.13
b. Jenis-Jenis Berita
Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu Hard
news (berita berat), Soft news (berita ringan), Investigative reports (laporan
penyelidikan). Ketiga kategori berita tersebut didasarkan pada jenis peristiwa.
1). Hard News (berita berat) artinya berita tentang peristiwa yang dianggap
penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. Berita
tersebut misalnya mengenai mulai diberlakukannya suatu kebijakan atau peraturan
12
Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya),h. 47.
13
baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang
ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan.
2) Soft News (berita ringan) seringkali di sebut dengan feature, yaitu berita yang
tidak terkait dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.
Berita-berita semacam ini seringkali menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan
dan mengherankan pemirsa. Ia juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan
ketakutan pada manusia, hewan, benda, tempat, atau apa saja yang dapat menarik
perhatian pemirsa.
3) Investigative Reports (Laporan penyelidikan) adalah jenis berita yang ekslusif.
Datanya tidak bisa diperoleh dipermukaan, tetapi harus dilakukan penyelidikan.
Sehingga penyajian berita seperti ini harus membutuhkan waktu yang lama.
Berita penyelidikan untuk media televisi akan lebih sulit dilakukan
dibandingkan dengan berita yang sama untuk media cetak. Televisi membutuhkan
gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun teknologi elektronika kini
memungkinkan untuk mengaburkan wajah orang yang diwawancarai agar dapat
terhindar dari kemungkinan bahaya atas apa yang ia sampaikan dalam wawancara
televisi.14
Salah satu persoalan kriminal yang sering muncul ke permukaan dalam
kehidupan masyarakat adalah kejahatan pada umumnya, terutama mengenai
kejahatan dengan kekerasan. Masalah kejahatan merupakan masalah abadi dalam
14
[image:32.612.109.533.72.425.2]kehidupan umat manusia. Karena ia berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakat sebelumnya selama dan sesudah abad pertengahan. Berkaitan dengan
masalah kejahatan, maka kekerasan sering merupakan perlengkapan dari bentuk
kejahatan itu sendiri.15
Di zaman sekarang ini kejahatan sudah merupakan suatu fenomena yang
kompleks yang dapat dipahami dari berbagai isi yang berbeda. Itu sebabnya dalam
keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa
kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Kriminal ataupun kriminal adalah
kegiatan berkaitan dengan kejahatan (pelanggaran hukum) yang dapat di hukum
menurut undang-undang atau pidana. Kriminalitas adalah hal-hal yang bersifat
kriminal, perbuatan yang melanggar hukum kejahatan.16
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang memperlajari tentang
kejahatan. Nama kriminologi ditemukan oleh P.Topi Hard (1830-1911) seorang ahli
Antropologi Perancis. Menurut etimologi kriminal berasal dari kata “Crimen” yang
berarti kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka
kriminologi dapat diartikan ilmu tentang kejahatan atau penjahat.17
Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai bagian ilmu pengetahuan
yang bertujuan menyelidiki sebab-sebab dan gejala kejahatan seluas-luasnya., yang
dimaksud dengan mempelajari gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya yaitu
15
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, (Bandung : PT Rafika Adimata, 2007), Cet ke-2,h. 63.
16
Topo Santoso, dan Eva Achjani, Kriminologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2006), Cet ke-1,h. 1.
17
mempelajari penyakit sosial seperti pelacuran, gelandangan, dan alkoholisme.
Sedangkan Sutherland merumuskan kriminologi sebagai seluruhan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial (a body of
knowledge regarding crime as a social phenomenon). Menurut Sutherland
kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum dan anarkis atas pelanggaran
hukum.18
Kriminologi dalam arti sempit adalah mempelajari kejahatan. Sedangkan
dalam arti luas, kriminologi mempelajari penologi (ilmu tentang tumbuh dan
berkembangnya hukuman) dan metode-metode yang berkaitan dengan kejahatan dan
masalah prevensi dengan kejahatan dengan tindakan-tindakan yang bersifat
non-punitif. Secara tegas dapat dikatakan bahwa batasan kejahatan dalam arti yuridis
adalah : tingkah laku manusia yang dapat dihukum berdasarkan hukum pidana.19
c. Nilai Berita dalam Media Massa
Dalam berita ada beberapa karakteristik instrinsik yang dikenal sebagai nilai
berita (News value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa
diterapkan, untuk menentukan layak berita (News worthy).20
Suatu peristiwa dikatakan memiliki nilai berita jika peristiwa tersebut
mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan
kedekatan, keganjilan, human interst, seks, dan aneka nilai lainnya.21
18
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, …, h. 19.
19
, Bunga Rampai Kriminologi, (Bandung : CV Rajawali, 1984), Cet ke-1,h. 5.
20
Nilai berita merupakan salah satu produk dari konstruksi yang dibuat oleh
wartawan. Setiap hari ada jutaan peristiwa, jutaan peristiwa tersebut potensial untuk
membentuk berita. Ada sebuah pertanyaan, kenapa hanya peristiwa yang diberitakan?
dan kenapa dari sisi tertentu saja ditulis oleh wartawan? semua proses itu ditentukan
[image:35.612.108.533.134.704.2]oleh apa yang disebut sebagai nilai berita.22
Table 1 Nilai Berita23
Immediacy Immediacy disebut juga timeless (waktu). Terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi.
Proximity Peristiwa yang terjadi dekat lokasinya dengan khalayak pembaca, dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang tertarik dengan berita-berita yang menyangkut kehidupan mereka, tempat tinggal mereka, dan sahabat.
Consequence Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi.
Conflik Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi, kriminal, bentrokan antar kelompok dan konflik antar negara, merupakan contoh elemen konflik dalam pemberitaan.
Oddity Peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat.
Sex Seks kerap dijadikan sutu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Tapi, seks juga bisa sebagai elemen tambahan dalam sebuah berita. Misalnya, skandal seks anggota dewan rakyat, dan skandal seks seleberitis.
Emotion Elemen ini disebut juga human interst. Elemen ini menyangkut nilai kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, humor dan tragedi.
Prominence Menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Seperti nama-nama tokoh, pemimpin politik, petuah, hidup dan hari raya.
Suspense Elemen ini merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa. Misalnya, masyarakat menunggu
21
Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, ….. h. 53.
22
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Idiologi dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS, 2002),h. 106.
23
pecahnya perang (invansi) AS ke Irak.
Progress Elemen ini merupakan elemen “Perkembangan” peristiwa
yang ditunggu-tunggu masyarakat. Misalnya, setelah terjadinya invansi AS ke Irak, masyarakat tetap menunggu bagaimana pemerintahan selanjutnya yang akan dijalankan.
d. Kategori Berita dan Unsur Layak Berita dalam Media Massa
Prinsip lain dalam proses produksi berita adalah kategori berita. Proses
produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan
mana yang penting dan mana yang tidak penting. Artinya, peristiwa itu penting dan
bernilai berita, bukan karena secara inheren peristiwa itu penting.24
Media dan wartawanlah yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga
[image:36.612.108.537.56.683.2]peristiwa penting dinilai penting. Kategori berita diantaranya :
Tabel 2 Kategori Berita25
Hard news Desain utama dari sebuah pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pendengar, atau pemirsa.
Feature news Berita feature adalah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan (pencitraan). Peristiwanya bisa jadi bukan teramat penting harus diketahui oleh masyarakat, bahkan mungkin hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu. Berita ini didesain untuk menghibur, namun tetap terkait dengan hal-hal yang menjadi perhatian pembaca. Subjek utamanya beritanya mungkin hanya mengisahkan kegemaran orang-orang, tempat bersejarah.
Sport news Berita seputar olah raga bisa masuk dalam hard news dan
feature. Memberitakan hasil pertandingan, tokoh olah ragawan dengan kehidupan pribadinya.
Social news Kisah-kisah kehidupan sosial, bisa masuk ke dalam hard news
dan feature, seperti perkawinan.
Interpretive Wartawan berupaya untuk memberikan kedalaman analisis, dan melakukan survey terhadap berbagai hal yang terkait dengan
24
peristiwa yang hendak dilaporkan.
Science Wartawan memberitakan seputar ilmu pengetahuan dan teknologi.
Consumer Para penulis adalah a consumer story, para pembantu khalayak untuk menginformasikan seputar barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Financial Wartawan memberikan fokus perhatiannya pada bidang bisnis, komersial atau investasi.
Selain kategori berita, juga dikenal adanya unsur layak dalam sebuah berita.
Tidak semua peristiwa dapat dijadikan berita oleh seorang wartawan, oleh karena itu
diperlukan unsur-unsur tertentu, peristiwa apa yang layak untuk dimuat dalam sebuah
surat kabar, diantara unsur-unsur tersebut adalah :
1. Berita harus akurat
Wartawan harus hati-hati dalam melakukan pekerjaannya mengingat dampak
yang luas yang ditimbulkan oleh berita yang dibuatnya. Mulai dari kecermatan dalam
menuliskan ejaan, baik nama, angka, tanggal, dan selalu melakukan chek and recheck
sebelum berita tersebut dipublikasikan. Akurasi berarti benar dalam memberikan
kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapai oleh penyajian
detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan oleh fakta-faktanya.
2. Berita harus lengkap, adil dan berimbang.
Keakuratan fakta tidak selalu menjamin keakuratan arti. Fakta-fakta yang
akurat dipilih atau disusun secara longgar atau tidak adil sama menyesatkannya
dengan kesalahan yang sama sekali palsu. Dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit
menghilangkan yang seharusnya ada, pembaca mungkin mendapatkan kesan yang
palsu. Yang dimaksud dengan sikap adil dan berimbang adalah bahwa wartawan
harus melaporkan apa yang sesungguhnya yang terjadi.
3. Berita harus objektif
Seorang wartawan dituntut untuk bersikap objektif dalam menulis berita.
Dengan sikap objektifnya, berita yang ia muat pun akan objektif, artinya berita yang
dibuat itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari prasangka. Lawan
objektif adalah subjektif, yaitu sikap yang diwarnai prasangka pribadi, dalam
pengertian objektif ini, termasuk pula keharusan wartawan menulis dalam konteks
peristiwa secara keseluruhan, tidak dipotong-potong oleh kecenderungan objektif.
4. Berita harus jelas dan ringkas
Berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu
tulisan yang ringkas, jelas dan sederhana. Tulisan berita harus tidak banyak
menggunakan kata-kata, harus padu dan langsung. Penulisan berita yang efektif
memberikan efek mengalir, ia memiliki warna alami tanpa berkelok-kelok atau tanpa
kepandaian bertutur yang berlebihan. Bahasa berita, ringkas, terarah dan menggugah.
5. Berita harus hangat
Peristiwa-peristiwa bersifat tidak kekal, dan apa yang nampak benar pada hari
yang segar, informasi hangat dan terbaru. Media bercerita sangat spesifik tentang
fakta waktu ini.26
e. Karakteristik Ekspose Berita Kriminal
Sekitar tahun 2001 acara kriminal yang dikemas menjadi sebuah acara yang
berisi tantang berita peristiwa-peristiwa kriminal dari berbagai penjuru tempat di
negeri ini menjadi mata acara yang hampir diproduksi oleh tv swasta di Indonesia.
Pada awalnya berita kriminal hanya menjadi salah satu isi berita dari tayangan
berbagai berita lain, namun pada perkembangannya seluruh stasiun televisi merasa
perlu untuk menyediakan tempat tersendiri untuk menayangkan berita-berita khusus
kriminal. Mengemas peristiwa kriminal menjadi sebuah berita yang disebar luaskan
melalui media memang bukan hal baru. Sebelum industri televisi marak seperti
belakangan ini, media massa cetak sudah lebih dahulu berkembang dan ada beberapa
di antaranya yang mengkhususkan diri dengan memuat berbagai berita kriminal yang
terjadi. Sebut saja misalnya Pos Kota, sebuah surat kabar harian yang terbit di Jakarta
ini merupakan media cetak yang sudah sejak tahun 70an memuat berita-berita
kriminal, dan masih banyak media harian lokal yang serupa seperti Koran Merapi,
dan Meteor. Berita kriminal yang dikemas dalam media messa cetak umumnya
menampilkan foto pelaku atau korban serta dicetak dengan halaman berwarna di
halaman pertama dan halaman terakhir. Selain berita kriminal umumnya juga disertai
dengan rubrik yang berisi tentang persoalan seksual, hal-hal ghaib, serta penuh
26
dengan iklan-iklan obat penambah daya kekuatan seksual, serta pengobatan
alternatif.27
Menurut Totok Djuroto, berita kriminal adalah berita atau laporan yang
diperoleh dari pihak kepolisian.28 Sedangkan menurut W.A. Bonger mengenai kejahatan maka yang di sebut berita kejahatan ialah berita yang bersangkutan. Dalam
hal ini yang termasuk berita kejahatan ialah hal yang aktual dan menarik perhatian
khalayak tentang perbuatan dan tingkah laku anti sosial yang memiliki kelemahan
organik dan sentimen-sentimen moral dasar.29
Dari kejahatan berupa ketidakjujuran dan kepatuhan dan sangat merugikan,
baik bagi si penderita maupun masyarakat. Hilangnya keseimbangan, ketentraman,
dan ketertiban. Perbuatan ini secara sadar akan mendapat reaksi dari negara berupa
pemberian hukuman, seperti : pembunuhan, penodongan, perampokan, pencurian,
perkosaan, dan sebagainya yang melanggar undang-undang negara.
Pada dasarnya, secara sosiologis, kejahatan merupakan suatu perilaku
manusia yang diciptakan oleh masyarakat dalam setiap kali kesempatan dan
keinginan, karena kejahatan tersebut belum tentu datang dari orang berbuat jahat, bisa
jadi karena masyarakat yang memancing (memicu) seseorang untuk berbuat jahat.
Misalnya saja wanita yang memakai perhiasaan yang berlebih-lebihan hanya untuk
pergi ke pasar, tidaklah mudah untuk menahan keinginan yang dimiliki apalagi dalam
27
http://etnojurnal.blogspot.com/2010/04/tayangan-berita-kriminal-di-televisi.html. Diakses pada tanggal 26 Juli 2011.
28
Totok Djuroto, Teknik Mencari dan Meliput Berita (Semarang : Dahara Prize, 2003),h. 6.
29
keadaan mendesak. Kejahatan dilakukan oleh penjahat memiliki motif yang beraneka
ragam. Entah itu kebiasaan yang sulit dihilangkan, seperti sekedar kecanduan untuk
berbuat kriminal meskipun dalam segi ekonomi yang dimiliki lebih dari cukup. Ada
juga karena tuntutan hidup, orang yang serba kekurangan dalam segi ekonomi dan
tidak mempunyai pekerjaan dapat melakukan tindakan kriminal.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita kriminal
adalah laporan berupa fakta terkini mengenai tindakan maupun perbuatan kriminal
atau yang melanggar hukum, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, tingkah laku yang
merugikan masyarakat dan dapat menarik perhatian umum.
Dari sisi bentuknya, berita kejahatan itu ada yang merupakan berita
pemerkosaan, berita perampokan, berita pembunuhan dan lain sebagainya. Termasuk
dalam bentuk pelanggaran peraturan dan perundang-undangan negara. Karena itu
sumber beritanya pun akan terpusat pada lembaga-lembaga hukum yang fungsinya
menyelesaikan setiap bentuk kejahatan.30
Ada beberapa penggolongan terhadap tindakan kriminal antara lain :
1. Tindak kriminal terhadap ketertiban umum diantaranya : pemerasan, pencurian, tawuran / perkelahian dan merusak barang orang.
2. Tindak kriminal terhadap nyawa orang atau badan orang. Yang termasuk kategori ini adalah pembunuhan dan penganiayaan.
30
3. Tindak kriminal atau kejahatan asusila yakni mengenai hal-hal yang
menyangkut Exses sexual seperti perzinahan, pelacuran, pemerkosaan dan
sebagainya termasuk adalah kesopanan, dan pornografi.31
kejahatan bukanlah terletak pada tingkah lakunya, melainkan pada reaksi yang
muncul terhadapnya, karena kejahatan tersebut belum tentu datang dari orang yang
berbuat jahat, bisa jadi karena masyarakat yang memancing (memicu) seseorang
untuk berbuat jahat.32 Contohnya seorang bapak yang tidak mempunyai pekerjaan sedangkan ia harus memenuhi kebutuhan keluarga seperti memberi makan anak dan
isterinya, dengan kondisi seperti itu akhirnya bapak tersebut mencuri. Tidaklah
mudah untuk menahan dengan kondisi tersebut dalam keadaan yang mendesak.
Reaksi terhadap penjahat akan menghasilkan cap sebagai penjahat. Seseorang
yang di cap sebagai penjahat dengan sendirinya akan termasuk kelompok penjahat.
Kejahatan dilakukan oleh penjahat memiliki motif yang beraneka ragam entah itu
kebiasaan yang sulit dihilangkan, seperti kecanduan untuk berbuat jahat atau berbuat
kriminal meskipun dalam segi ekonomi yang dimiliki lebih dari cukup ada juga
karena tuntutan hidup orang yang serba kekurangan dalam segi ekonomi dan tidak
mempunyai pekerjaan dapat melakukan tindakan kriminal.
f. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kriminal
Faktor timbulnya kejahatan yang ada di masyarakat di karenakan faktor
biologis, psikologis, dan sosiologis.
31
Gerson WB, Hukum Pidana dalam Teori dan Praktek (Jakarta : Pradya Paramitha, 1983), h. 138-160.
32
1. Faktor Biologis : Para tokoh genetika berargumen bahwa kecendrungan
untuk melakukan tindakan kriminal pada situasi tertentu kemungkinan dapat
diwariskan, karena terpengaruh oleh lingkungan, kerusakan otak dan sebagainya,
terhadap tingkah laku kriminal. Misalkan cendrung ingin melakukan kekerasan tanpa
sebab, senang mengumpulkan barang orang lain (koleksi) tanpa izin (klepto).33
2. Faktor Psikologis (kejiwaan) : Para psikologis mempertimbangkan suatu
variasi dari kemungkinan cacat kesadaran, ketidak matangan emosi, sosialisasi, yang
tidak memadai di masa kecil, kehilangan hubungan dengan ibu, perkembangan moral
yang lemah.34
3. Faktor Sosiologis : Secara sosiologis kejahatan merupakan suatu prilaku
manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai
macam prilaku yang berbeda-beda, akan tetapi ada di dalamnya bagian-bagian
tertentu yang memiliki pola yang sama. Keadaan ini dimungkinkan oleh karena
adanya sistem kaidah dalam masyarakat. Gejala yang dinamakan kejahatan pada
dasarnya terjadi di dalam proses dimana ada interaksi sosial antara bagian-bagian
dalam masyrakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan tentang
kejahatan dengan pihak-pihak yang memang melakukan kejahatan.35
4. Ada juga tindak kriminal yang didorong oleh konflik batinnya sendiri. Jadi
mereka mempraktekkan konflik untuk mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat
tingkah laku agresifnya, karena itu kejahatan mereka pada umumnya erat berkaitan
33
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, …, h. 26.
34
Ibid. h. 26.
35
dengan konstitusi jiwa yang galau semerawut, konflik batin dan frustasi yang
akhirnya ditampilkan secara spontan keluar begitu saja.36
2. Media Massa
Media massa pada masyarakat luas pada saat ini dapat dibedakan atas tiga
kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan media online.
1. Media Cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak
berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di
kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg
menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti Surat
kabar (koran), Tabloid, dan Majalah.
2. Media Elektronik
Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang
berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan
suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Maka
kemudian, yang disebut dengan media massa elektronik adalah Radio dan
Televisi.
3. Media Online
Media online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu
orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi para
pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online
36
menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis infromasi yang
disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan
komunikasi personal yang terkesan perorangan.37
B. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal di Media Massa
Televisi merupakan audio visual yang mempunyai kelebihan dibandingkan
media informasi lainnya. Seperti tayangan berita krminal yang didalamnya terdapat
kekerasan seperti pemerkosaan, pergaulan bebas, pemakai obat-obatan terlarang dan
pembunuhan yang menjamur di televisi kita. Semua ini sangat mempengaruhi
terhadap kehidupan di masyarakat. Misal tawuran antar pelajar, penodongan hamil
pranikah, pelecehan seksual, pembunuhan, pergaulan bebas, perampokan, dan lain
sebagainya adalah fakta yang tak terbantahkan lagi.
Yang menjadi masalah, mengapa kekerasan menjadi menu pilihan yang di
tayangkan di TV? Tak bisa dipungkiri, persaingan penyelenggara siaran di layar kaca
dalam memperebutkan kue iklan yang makin terbatas sangatlah ketat. Demikian pula
dengan pengiklanan suatu acara. Dengan durasi terbatas, kail yang dilemparkan ke
pemirsa harus bisa menohok langsung kebenak.
Kalau kita rajin memperhatikan berita yang ditayangkan di televisi, seperti
patroli, buser, fakta, sergap, dan berita-berita kriminal lainnya, tentu unsur seks dan
kekerasannya itu lebih besar porsinya. Tayangan berita ini membuat semenarik
mungkin dalam berbagai macam cara dalam mempromosikannya, sampai-sampai
37
dalam menggambarkan korban kekerasan, misalnya dengan ceceran darah atau
meng-close korban.
Kekerasan dalam program televisi dapat menimbulkan perilaku agresif pada
masyarakat/pemirsa yang ditontonnya. Karena pada dasarnya setiap manusia itu
mempunyai sifat agresif sejak lahir, sifat ini berguna dalam bertahan hidup. Ada yang
melihat, proses dari sekedar tontonan sampai menjadi perilaku perlu waktu yang
cukup panjang. Namun, merepotkan bila tontonan kekerasan sudah menjadi suguhan
sehari-hari, sehingga sudah menjadi hal yang biasa, apalagi lingkungan sekitar juga
mendukung.
Bayangkan, bila dalam sehari disuguhkan 100 adegan kekerasan berapa yang
diterima dalam seminggu, sebulan, atau setahun? Mungkinkah akhirnya menjadi
keseharian yang biasa di masyarakat. Oleh karena itu dampak atau pengaruh yang
BAB III
PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DALAM PRESPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN HUKUM
ISLAM
A. Pedoman Perilaku Penyiaran dalam Undang-Undang Penyiaran
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi,
saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberi
efek lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja memengaruhi perilaku,
bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa cepat dapat memengaruhi
sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.
Efek media massa dapat pula memengaruhi seseorang dalam waktu pendek
sehingga dengan cepat memengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu
yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu yang
lama. Hal tersebut karena efek media massa terjadi secara disengaja, namun juga ada
efek media yang diterima masyarakat tanpa disengaja.1
Maraknya tayangan kekerasan melalui media televisi, baik dengan berita
kriminal maupun dari sinetron-sinetron yang tidak mendidik, dianggap telah memberi
dampak negatif kepada pemirsanya. Berbagai berita kriminal, dianggap justru
menginspirasi dan mendorong makin maraknya tindakan kriminal lain di masyarakat.
Sementara, tontonan yang mengandung unsur kekerasan, juga ditengarai mendorong
orang berbuat yang sama.
1