KESIAPAN GURU MERESPON
UNDANG-UNDANG NO. 14 TAHUN 2005
TENTANG GURU DAN DOSEN
(STUDI KASUS: GURU MTSN 3 PONDOK PINANG
JAKARTA SELATAN)
Oleh
IIN IMRONAH AMELIA
NIM: 203011001533
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
KESIAPAN GURU MERESPON
UNDANG-UNDANG NO.14 TAHUN 2005
TENTANG GURU DAN DOSEN
(STUDI KASUS: GURU MTSN 3 PONDOK PINANG
JAKARTA SELATAN)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
IIN IMRONAH AMELIA
203011001533
Di Bawah Bimbingan
Drs. A. Syafi’i, M.Ag
NIP: 150 268 584
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Laporan United Nation and Development Program (UNDP) Tahun 2003 menunjukkan bahwa Penurunan Indeks Pembangunan Indonesia (IPMI)
dari 0,684 menjadi 0,682 atau dari urutan 110 menjadi urutan 112 dari 175
negara.”1
Data tersebut menunjukkan bahwa rendahnya mutu pendidikan bangsa
Indonesia. Ini terjadi karena rendahnya kualitas guru sehingga tujuan
pendidikan nasional tidak dapat tercapai dengan baik.
Dalam proses pendidikan, guru memegang peranan yang sangat penting
karena berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar ditentukan olehnya di
mana ia dituntut untuk kreatif, berkompeten dan professional. Guru harus
menguasai materi yang akan disampaikan, dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan, dan lain-lain sehingga peserta didik senang belajar dan
pembelajaran pun berjalan dengan baik. Selain guru sebagai pengajar, guru
juga sebagai pendidik, motivator, administrator, evaluator, pembimbing,
inovator dan lain-lain.
Oleh karena itu, guru tidak hanya menjalankan fungsi ahli ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character building) peserta didik
secara berkelanjutan.2
Dengan demikian, menjadi seorang guru tidaklah mudah karena tugas
guru sangatlah berat. Maka dari itu, seorang guru harus mempunyai keahlian
khusus dibidangnya. Sebagaimana pendapat Moh. Uzer Usman, bahwa guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Untuk menjadi guru yang profesional, ia harus menguasai betul seluk
1
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis Atas Lahirnya UU Guru Dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 6.
2
beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya
yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan pra jabatan.3
Diduga kuat, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas
guru di semua jenjang pendidikan. Pertama, kurangnya kesadaran para guru
untuk mengembangkan profesi keguruannya sehingga guru tersebut
berpengetahuan statis, tidak kreatif dan tidak peka terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Ini menyebabkan profesionalisme guru di Indonesia masih
diragukan.
Kedua, kompetensi guru belum maksimal. Ini dapat dilihat dari data
[image:4.612.103.513.135.571.2]statistik tentang Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003, yaitu:
Tabel 1
Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003
NO Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah %
1 SD a. Layak 584.395 47,3 41.315 3,3 625.710 50,7
b. Tidak Layak 558.675 45,2 50.542 4,1 609.217 49,3 Jumlah 1.143.070 92,6 91.857 7,4 1.234.927 100,0
2 SMP a. Layak 202.720 43,4 96.385 20,7 299.105 64,1 b. Tidak Layak 108.811 23,3 58.832 12,6 167.643 35,9
Jumlah 311.531 66,7 155.217 33,3 466.748 100,0
3 SMA a. Layak 87.379 38,0 67.051 29,1 154.430 67,1 b. Tidak Layak 35.424 15,4 40.260 17,5 75.684 32,9
Jumlah 122.803 53,4 40.311 46,6 230.114 100,0 4 SMK a. Layak 27.967 19,0 55.631 37,7 83.598 56,7
b. Tidak Layak 20.678 14,0 43.283 29,3 63.961 43,3 Jumlah 48.645 33,0 98.914 67,0 147.559 100,0
SUMBER : PDIP – BALITBANG 2004
Data di atas menunjukkan bahwa 49,3 % guru SD, 35,9 % guru SMP,
32,9 % guru SMA dan 43,3 % guru SMK yang belum layak mengajar. Belum
layak di sini disebabkan kompetensi guru yang belum maksimal dan mengajar
bukan pada bidang studinya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
3
meliputi kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial
dan kompetensi kepribadian.
Ketiga, penghasilan guru yang minim sehingga tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan seperti ini, memaksa guru untuk
bekerja di luar mengajar, seperti berdagang, buruh, bertani bagi yang tinggal
di desa, bahkan ada yang menjadi tukang ojek. Oleh karena itu, waktu guru
untuk mengembangkan keahliannya seperti membaca, menulis dan lain-lain
habis untuk mencari nafkah demi kelangsungan hidupnya dan keluarganya.
Selain itu juga, perlindungan hukum bagi guru sangat tidak memadai terutama
bagi guru yang bertugas di daerah terpencil. Dan masih banyak faktor lain
yang menyebabkan rendahnya kualitas guru di Indonesia.
Asrorun Ni’am Sholeh menjelaskan bahwa secara yuridis, kita memang telah memiliki Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tetapi UU ini tidak memuat ketentuan yang mengatur guru bertugas di sekolah swasta, karena guru tidak dapat dikelompokkan dalam kelompok pekerja atau buruh perusahaan mengingat persyaratan pendidikan dan tugasnya yang sangat berbeda dengan pekerja atau buruh. Akibatnya, banyak guru yang bertugas di sekolah swasta terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak, mendapat perlakuan yang sewenang-wenang dan tidak dipenuhi hak-haknya. Begitu juga tidak ada perlindungan bagi guru yang bertugas di daerah terpencil, daerah bencana atau daerah konflik. Kita juga telah memiliki Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan secara umum, namun Undang-Undang ini tidak mengatur secara komprehensif mengenai guru.4
Selanjutnya, pemerintah juga telah menyusun Undang-Undang No.14
Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Undang-Undang ini
mengatur secara khusus berbagai aspek dari guru dan dosen baik yang
menyangkut hak maupun kewajibannya.
Dalam Undang-Undang ini menjelaskan bahwa guru akan memperoleh
jaminan kehidupan yang sejahtera, seperti selain mendapatkan gaji pokok,
guru juga mendapatkan beberapa tunjangan yaitu tunjangan yang melekat
pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan
4
maslahat tambahan misalnya tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, penghargaan bagi guru, kemudahan bagi putra-putri guru,
pelayanan kesehatan dan bentuk kesejahteraan lain Selain mendapatkan
beberapa tunjangan, guru juga akan mendapatkan jaminan perlindungan
hukum terlebih bagi guru yang bertugas di daerah terpencil. Dan juga ada
penghargaan terhadap guru yang berprestasi.
Namun itu semua dapat diperoleh, jika guru memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, seperti
yang tertera dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 8.5
Dengan demikian, perjuangan guru untuk mendapatkan hidup yang
lebih sejahtera tidaklah gampang. Ia harus memenuhi persyaratan yang
terdapat dalam UU No.14 Tahun 2005. Untuk itu, penulis tertarik dengan
masalah ini karena ingin mengetahui bagaimana kesiapan guru dalam
menghadapi UU No.14 Tahun 2005. Maka dari itu, penulis memilih judul
“Kesiapan Guru Merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen (Studi Kasus: MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta
Selatan)”. Dan penelitian ini dilakukan hanya kepada guru dikarenakan
keterbatasan kemampuan penulis.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah yang dapat dirumuskan penulis antara lain:
1. Kurangnya kesiapan profesi akademik.
2. Kurangnya kompetensi keguruan (pedagogik).
3. Kurangnya kompetensi profesional.
4. Kurangnya kompetensi sosial.
5. Kurangnya kompetensi kepribadian.
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
5
1. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, penulis tidak mungkin
untuk meneliti semua dikarenakan adanya keterbatasan waktu,
kemampuan penulis serta kemampuan metodologis penulis, maka
penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
a. Kurangnya kompetensi pedagogik
Maksudnya masih banyak guru yang belum pandai menyampaikan
materi pelajaran walaupun sudah memiliki pengalaman mengajar
yang lama.
b. Kurangnya kompetensi profesional.
Maksudnya adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam yang belum maksimal. Karena pada
kenyataannya, guru cenderung malas untuk mengembangkan
profesionalismenya. Dan di sini penulis hanya ingin mengetahui
bagaimana opini guru atau persiapan guru dalam meningkatkan
kompetensi profesionalnya.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana kesiapan guru merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen dan upaya mereka dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional?”
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan PenelitianDalam melakukan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan guru dalam menghadapi uji
kompetensi yang tertera dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen.
b. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kompetensi
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
a. Dijadikan sebagai bahan referensi dan cerminan bagi guru/calon guru
untuk lebih giat lagi dalam meningkatkan kompetensinya serta
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini.
c. Untuk menambah khazanah ilmu dan bahan penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub
pembahasan dengan sistematika penyusunan, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini meliputi Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah,
Tujuan Dan Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
, bab ini meliputi Guru Sebagaimana
Dideskripsikan Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen memuat pengertian guru,
kedudukan, fungsi dan tujuan guru, syarat-syarat menjadi
guru, hak dan kewajiban guru, organisasi profesi guru, dan
kode etik guru. Adapun Undang-undang No.14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen memuat Isi dan Penjelasan
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 serta pentingnya
Undang-undang No.14 Tahun 2005 dan kerangka berpikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini meliputi Tempat danWaktu penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan
Data dan teknik Pengolahan dan Analisa Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN, bab ini meliputi Gambaran Umum MTsN
3 Pondok Pinang Jakarta Selatan yang memuat Sejarah Berdirinya,
Tujuan serta Sarana dan Prasarana. Deskripsi, Analisis Data dan
Interpretasi Data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
Guru Sebagaimana Dideskripsikan Dalam Undang-Undang No.14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen
1. Pengertian Guru
Istilah guru tidak asing dalam kehidupan kita, karena guru
mempunyai andil yang sangat besar. Tanpa guru, tidak akan terbentuk
generasi yang berpendidikan. Maka dari itu, guru bukan hanya menerima
amanat dari orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang
yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya.
Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat
yang diserahkan kepadanya. Allah SWT., menjelaskan:
!
"#
$%&
'( )*+
,
-"/0 1'2
3*4 5
6
!7
890 1:
;</='
:7
5
>
?@
A
5 1BC
DE 2 5
1
F
0
G D
H
!I JK 5
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa : 58)6
Selanjutnya, Uzer Usman mengatakan bahwa “guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian
6
untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai
berbicara dalam bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru”.2 Hal ini senada dengan pengertian guru menurut Undang-Undang
No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu sebagaimana tercantum
dalam bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) sebagai berikut: “guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan dasar dan menengah”.3
Dari pengertian di atas, bahwa guru dituntut harus menjadi
profesional dalam arti pekerjaan atau kegiatan guru tersebut harus
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu pendidikan. Adapun tugas utama guru tidak hanya mengajar dan
mendidik, akan tetapi juga membimbing, mengarahkan, melatih dan
menilai dan mengevaluasi peserta didik secara terus-menerus. Maka dari
itu, dalam perspektif profesionalisme tidak semua orang dapat menjadi
guru.
2. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Guru
a. Kedudukan Guru
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 2 ayat (1) dan (2) secara tegas disebutkan bahwa, yaitu “guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan
perundang-undangan. Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik”.4
Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa
pekerjaan guru hanya dapat dilakukan seseorang yang mempunyai
kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
2
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya ,2003), h.5.
3
Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 83.
4
Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional
mempunyai misi untuk melaksanakan cita-cita dan tujuan dari UU
No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen itu. Cita-cita dan tujuan
Undang-Undang ini antara lain:
1) Mengangkat martabat guru dan dosen.
2) Menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen. 3) Meningkatkan kompetensi guru dan dosen. 4) Memajukan profesi serta karir guru dan dosen. 5) Meningkatkan mutu pembelajaran.
6) Meningkatkan mutu pendidikan nasional.
7) Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antardaerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi.
8) Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah, dan 9) Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.5
b. Fungsi Guru
Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005, pasal 4 bahwa
kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana termaktub
dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.
Menurut Drs. H.M. Yunus Namsa, M.Si., Undang-undang
tersebut mengandung beberapa substansi penting dalam pelaksanaan
fungsi guru antara lain:
1) Komitmen peningkatan martabat guru
Komitmen ini mengandung makna adanya kesadaran akan pentingnya guru dalam pelaksanaan tugas pembelajaran bagi peserta didik, yang diharapkan memperoleh hasil yang optimal, sebagai wujud pencapaian tujuan pendidikan nasional. Martabat guru juga menghendaki adanya jaminan yang utuh terhadap profesi guru, sehingga mampu mengatasi kebutuhan hidup guru dan keluarganya, sekaligus dapat menjamin kesejahteraan hidup di hari tua. Martabat guru yang demikian akan berdampak terhadap pelaksanaan tugas profesionalitasnya, sehinga akan
5
berkontribusi langsung ataupun tidak langsung bagi harkat dan martabat bangsa dan negara.6
Maka dari itu, jika hal tersebut ingin terwujud, guru harus
bekerja secara profesional terhadap profesi keguruannya.
2) Agen pembelajaran
Yang dimaksud guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara lain :
a) Fasilitator
Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptkan suasana kegiatan yang sedemikan rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.7
b) Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak
didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya
memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif
yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun
prestasinya di sekolah.8
c) Pemacu
Sebagai pemacu, guru harus mampu melipatgandakan potensi
peserta didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi
dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal ini penting,
karena guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan
6
M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia: Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Media Aktualisasi Pemikiran, 2006), h. 69.
7
A.M Sardiman,. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), cet. Ke-13, h. 146.
8
dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.9 d) Pemberi inspirasi
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar.10
Fungsi ini mengandung makna bahwa guru memegang peranan
yang sangat penting dalam proses pendidikan demi mencapai tujuan
pendidikan di mana seorang guru tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuannya saja, tetapi ia juga harus menjadi agen pembelajaran
yaitu sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi. Ini
semua tidak mudah untuk melakukannya karena diperlukan keahlian
khusus.
3) Mutu pendidikan nasional
Fungsi ini mengandung makna bahwa pelaksanaan tugas profesional guru, diharapkan benar-benar sesuai tujuan pendidikan nasional, tentunya dilangsungkan secara bertahap dan berkelanjutan, sejak pendidikan usia dini sampai pada pendidikan tinggi. Fungsi ini merupakan tantangan besar bagi guru, sehingga ia dituntut adanya kompetensi guru, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut agar diperjuangkan, dibina, dan dikembangkan secara terus-menerus, sesuai dengan dinamika perubahan yang terjadi, baik dinamika secara keseluruhan kehidupan manusia, baik secara lokal, nasional, regional, maupun global.11
9 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 63.
10
E. Mulyasa,Standar Kompetensi…, h. 67.
11
Dengan terpenuhi kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru tersebut diharapkan kinerja guru dapat dipertanggung
jawabkan sehingga mutu pendidikan nasional dapat meningkat
terus-menerus.
c. Tujuan Guru
Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 6 menyatakan
bahwa :
“Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, demokratis dan bertanggung jawab”.12
3. Syarat-syarat Menjadi Guru
Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk
menjadi guru harus memenuhi persyaratan, sebagaimana dalam UU No.14
Tahun 2005 pasal 8, antara lain:
a. Guru harus memenuhi kualifikasi akademik
Seorang guru harus memenuhi kualifikasi akademik yaitu
memperoleh pendidikan program sarjana atau diploma empat.
b. Guru wajib memiliki kompetensi
Guru harus memiliki kompetensi yang meliputi: (1) kompetensi
pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
(2) kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik, (3) kompetensi profesional, yaitu kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, dan (4)
kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
12
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
c. Guru harus memiliki sertifikat pendidik
Sertifikat pendidik yang dimaksud adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan guru sebagai tenaga profesional. Sertifikat
ini diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
Pemerintah.
d. Guru harus sehat jasmani dan rohani
Yang dimaksud sehat jasmani dan rohani adalah kondisi
kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental
tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat.
e. Guru harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional
4. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 14 ayat (1)
menyatakan bahwa guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial.
Yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum adalah pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup guru dan keluarganya secara wajar, baik sandang, pangan,
papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan jaminan hari tua. Karena
selain mendapatkan gaji pokok, guru juga mendapatkan tunjangan
yang melekat pada gaji, serta penghasilan berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan hak
Penghargaan ini diberikan kepada guru yang berprestasi,
berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus dan juga
bagi guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.
Dan penghargaan ini diberikan kepada guru dalam bentuk tanda jasa,
kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, dan/atau bentuk
pengharagaan lain.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta
didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundang-undangan.
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas.
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan.
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Selain mendapatkan hak, pada sisi lain guru mempunyai kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 20, meliputi:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.13
5. Organisasi Profesi Guru
Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 1 dikemukakan bahwa: “Organisasi profesi guru adalah perkumpulan
yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk
mengembangkan profesionalitas guru”.14 Lebih lanjut dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
Pasal 41
1) Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen. 2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. 3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
4) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.15
Pasal 42
Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan: a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru; b. Memberikan bantuan hukum kepada guru; c. Memberikan perlindungan profesi guru;
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan e. Memajukan pendidikan nasional.16
6. Kode Etik Guru
13
Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 93.
14
Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 84.
15
Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 103.
16
Eloknya, setiap profesi memiliki kode etik, demikian halnya guru,
seperti jabatan dokter, notaris, dan arsitek sebagai bidang pekerjaan
profesi, guru juga memiliki kode etik, yakni kode etik guru.17
Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 43, dikemukakan
sebagai berikut:
(1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru
membentuk kode etik.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika
yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
Urgensi Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
Secara keseluruhan materi yang diatur dalam Undang-Undang
No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen terdiri atas 8 Bab, 84 pasal,
dan 205 ayat yang mencakup: (1) Ketentuan Umum; (2) Kedudukan,
Fungsi dan Tujuan; (3) Prinsip Profesionalitas; (4) Ketentuan Khusus
Guru; (5) Ketentuan Khusus Dosen; (6) Sanksi; (7) Ketentuan Peralihan;
dan (8) Ketentuan Penutup.
Muhammad Surya mengatakan bahwa: Kelahirann UU tersebut memberikan secercah harapan bagi para guru dengan pesan-pesan yang tersurat dan tersirat di dalamnya berupa landasan kepastian hukum yang menjanjikan satu harapan perbaikan bagi guru di masa depan khususnya yang berkenaan dengan profesi, kesejahteraan, jaminan sosial, hak dan kewajiban serta perlindungan. Dan Undang-undang ini akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi guru dan berbagai pihak terkait khususnya pemerintah, penyelenggara pendidikan, organisasi guru, orang tua, dan masyarakat pada umumnya.18
17
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, h. 42.
18
Dengan demikian, Undang-undang ini diharapkan dapat menjamin
hak-hak guru, meningkatkan profesionalitas guru dan dapat mengatur berbagai
hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru seperti pengangkatan, penempatan,
pemindahan, pemberhentian, pembinaan, pengembangan, penghargaan dan
perlindungan terhadap guru.
1. Penjaminan Hak-hak
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Di pundaknya terpikul tanggung jawab yang sangat berat untuk
mencetak generasi penerus bangsa demi terwujudnya pendidikan nasional.
Maka dari itu, tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menanamkan
nilai serta membangun karakter peserta didik.
Dengan demikian, tugas guru sangatlah berat. Maka wajar bila
seorang guru mendapatkan jaminan terhadap hak-haknya agar dapat hidup
lebih sejahtera. Oleh karena itu, UU ini diharapkan dapat menjamin
hak-hak guru sebagai insan pendidikan yang di antaranya sebagaimana
tercantum dalam pasal 14, yaitu:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan hak
atas kekayaan intelektual.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta
didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas.
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan.
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
2. Peningkatan Profesionalitas
Drs.H. Martinis Yamin, M.Pd dalam bukunya yang berjudul
“Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia” menjelaskan bahwa:
Seorang guru dikatakan profesional jika dia memiliki keahlian, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara; “Tut wuri handayani, Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso”. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru professional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru professional rajin membaca literatur-literatur dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.19
Begitu juga dengan pendapat Prof.Dr. Sudarwan Danim dalam
bukunya yang berjudul Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Guru,mengatakan bahwa:
Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan professional atau tidak dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain.20
19
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), h. 23-24.
20
Dari pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
seorang guru yang profesional tidak hanya dapat dilihat dari tingkat
pendidikan akhirnya, tetapi juga dari kualitasnya baik penguasaan materi
pelajaran, bersosialisasi, kemampuan mengelola kelas dan lain-lain. Maka
dari itu, seorang guru harus selalu meningkatkan profesionalitasnya,
sehingga ia siap untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa yang
akan datang terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam rangka mewujudkan profesionalitas, Undang-undang ini
mempersyaratkan pemenuhan kualifikasi akademik, kompetensi, dan juga
sertifikasi serta berkemauan untuk terus-menerus meningkatkan
kemampuannya. Sebagaimana pasal 8 menegaskan bahwa “guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”.
Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa seorang guru wajib memiliki
kompetensi. Berbicara soal kompetensi, seorang guru memang diwajibkan
harus memiliki kompetensi, karena jika seorang guru tidak memiliki
kompetensi maka ia tidak akan mampu mengelola kelas, menyampaikan
materi pelajaran dengan baik, dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud kompetensi dalam Undang-Undang ini
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Dalam Undang-Undang ini, ada empat macam kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru, antara lain:
1. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Kompetensi ini meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, b. Pemahaman terhadap peserta didik,
c. Pengembangan kurikulum/silabus, d. Perancangan pembelajaran,
f. Evaluasi belajar, dan
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.21
2. Kompetensi Kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik. Kompetensi ini meliputi:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seseorang guru.
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.22
Sebagaimana firman Allah SWT.,:
/=
7
F
1 7
$ 3
;<89L M
N
OP 8LR
ST !UV'2
W'0 X7
F
8Y
Z 8 G:7
J["'
,
!I
\
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang mengharap Allah dan hari Kiamat, serta yang berzikir kepada Allah yang banyak.”(QS. Al-Ahzab : 21)23
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa seorang menjadi guru tidaklah mudah. Karena guru merupakan figur sentral bagi siswanya. Maka dari itu, seorang guru memiliki kompetensi kepribadian karena guru merupakan suri teladan bagi peserta didiknya.
3. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
21
Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru…, h. 175.
22
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan…, h. 22.
23
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk:
a. Berkomunikasi lisan danm tulisan.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.23
4. Kompetensi Profesional., yaitu kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Dari berbagai sumber yang
membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat didentifikasi
dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru
sebagai berikut:
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Mampu mengembangkan dan menggunakanberbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hail belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.24
Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi: 1) Standar isi
2) Standar proses
3) Standar kompetensi lulusan
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5) Standar sarana dan prasarana
23
Muhammad Surya Percikan Perjuangan Guru…, h.176.
24
6) Standar pengelolaan 7) Standar pembiayaan
8) Standar penilaian pendidikan
b. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang meliputi:
1) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
2) Mengembangkan silabus
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 4) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik
5) Menilai hasil belajar
6) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman
c. Menguasai materi standar, yang meliputi:
1) Menguasai bahan pembelajaran (bidang studi) 2) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan) d. Mengelola program pembelajaran, yang meliputi:
1) Merumuskan tujuan
2) Menjabarkan kompetensi dasar
3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran 4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran
e. Mengelola kelas, yang meliputi:
1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran 2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi: 1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran
2) Membuat alat-alat pembelajaran
3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran
4) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar g. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi:
1) Landasan filosofis 2) Landasan psikologis 3) Landasan sosiologis
h. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang meliputi:
1) Memahami fungsi pengembangan peserta didik
2) Menyelenggarakan ekstra kurikuler (ekskul) dalam rangka pengembangan peserta didik
3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik
1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah 2) Menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi: 1) Mengembangkan rancangan penelitian
2) Melaksanakan penelitian
3) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
k. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, yang meliputi:
1) Memberikan contoh perilaku keteladanan
2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran
l. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, yang meliputi:
1) Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik
2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik
m. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual, yang meliputi:
1) Memahami strategi pembelajaran individual 2) Melaksanakan pembelajaran individual.25
Selanjutnya, Kunandar dalam bukunya yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru mengatakan bahwa ada beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan
mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.
b. Krisis moral yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. c. Krisis sosial seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan
kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat.
d. Krisis identitas sebagai bangsa dan Negara Indonesia.
e. Adanya perdagangan bebas baik tingkat ASEAN, Asia Pasific maupun dunia.26
3. Regulasi (Pengaturan)
25
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, h. 136-138.
26
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen ini juga
menjelaskan tentang regulasi terhadap guru yang meliputi pengangkatan
dan penempatan, pemindahan, pemberhentian, pembinaan dan
pengembangan, prlidungan dan cuti. Dan berikut ini akan dijelaskan lebih
lanjut.
a. Pengangkatan dan Penempatan
Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat, mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diingininya. Ada kasus, guru yang ditempatkan di desa tertentu tidak pernah muncul, atau kalau dalam bertugas selalu berhalangan untuk hadir, yang akhirnya minta dipindahkan ke tempat yang diinginkannya. Untuk menghilangkan masalah seperti itu, maka dalam rekrutmen dan penempatan perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Asal tempat calon guru.
2) Memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil pendidikan dan seleksi.
3) Menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah.
4) Memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di daerah terpencil.
5) Memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang melanggar.
6) Memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang berasal dari daerah lain.
7) Untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota, sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan legitimasi dari pemerintah daerah. Mereka yang bukan berasal dari LPTKdapat mengambil akta mengajar atau mengambil program PGSD.27
Mengenai pengangkatan dan penempatan guru dikemukakan
dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 25 sampai dengan
pasal 27 bahwa pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara
objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dan pengangkatan dan penempatan guru pada satuan pendidikan yang
27
diselenggarakan Pemerintah atau pemerintah daerah dapat
ditempatkan pada jabatan struktural diatur dengan Peraturan
Pemerintah (PP). Saat penulisan ini, Peraturan Pemerintah Guru yang
mengatur tentang pengangkatan dan penempatan guru ini belum
disahkan oleh pemeritah, karena disebabkan ada beberapa hal yang
menghambat disahkannya PP tersebut. Padahal PP tersebut sangat
pentinmg karena merupakan implementasi UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Di samping itu juga, pengangkatan dan penempatan guru pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dilakukan oleh
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Dan bagi
tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan
pendidikan di Indonesia wajib mematuhi kode etik guru dan peraturan
perundang-undangan. Adapun mengenai pengangkatan guru honorer
sebagai calon pegawai negeri sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah
No.48 Tahun 2005.
b. Pemindahan
Undang-Undang guru dan Dosen ini juga mengatur tentang pemindahan guru yang terdapat dalam pasal 28 ayat (1) sampai dengan (5). Pasal ini menjelaskan bahwa Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dapat dipindahtugaskan antarprovinsi, antarkabupaten/antarkota, antarkecamatan maupun antarsatuan pendidikan karena alasan kebutuhan satuan pendidikan dan/atau promosi. Selain itu juga, guru tersebut dapat mengajukan permohonan pindah tugas ke tempat yang ia tuju. Dan jika
permohonan kepindahan dikabulkan, Pemerintah atau pemerintah daerah memfasilitasi kepindahan guru tersebut.
c. Pemberhentian
Undang-undang No.14 Tahun 2005 ini juga mengatur tentang
pemberhentian guru sebagaimana dikemukakan dalam pasal 30 ayat
(1) sampai dengan (5). Pada pasal ini dijelaskan bahwa ada dua bentuk
pemberhentian guru, yaitu:
1) Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai
guru karena:
a. Meninggal dunia
b. Mencapai batas usia pensiun yaitu mencapai 60 tahun.
c. Atas permintaan sendiri
d. Sakit jasmani dan atau rohani sehingga dapat melaksanakan
tugas secara terus-menerus selama 12 (dua belas) bulan atau
e. Berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
antara guru dan penyelenggara pendidikan
2) Guru diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru
karena:
a. Melanggar sumpah dari janji jabatan
b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
atau
c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1
(satu) bulan aau lebih secara terus-menerus.
Adapun Guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah
daerah yang diberhentikan dari jabatan sebagai guru, kecuali
meninggal dunia dan mencapai batas usia pensiun, tidak dengan
sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil. Dan
pemberhentian guru ini dilakukan harus sesuai dengan
perundang-undangan.
finansial sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
d. Pembinaan dan Pengembangan
Sebagaimana dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal 32 ayat (1) sampai dengan (4) dikemukakan tentang pembinaan dan pengembangan terhadap guru meliputi:
1) Pembinaan dan pengembangan profesi guru
Pembinaan dan pengembangan ini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Semuai ini melalui jabatan fungsional.
2) Pembinaan dan pengembangan karier guru
Pembinaan dan pengembangan ini meliputi: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
Adapun Pasal 33 menjelaskan bahwa kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan peraturan Menteri.
e. Penghargaan
Pemberian penghargaan terhadap guru merupakan salah satu
upaya nyata untuk memposisikan guru sebagai insan pendidikan dalam
lingkup kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara wajar, adil dan
manusiawi. Upaya ini merupakan tanggung jawab bersama semua
pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih
bermakna.28
Sebagaimana dalam pasal 36 ayat (1) dan (2), penghargaan ini
diberikan kepada guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan
bertugas di daerah khusus. Selain itu juga, guru yang gugur dalam
melaksanakan tugas di daerah khusus. Dan penghargaan ini diberikan
oleh Pemerintah, Pemerintah daerah atau masyarakat.
Selanjutnya, dalam pasal 37 ayat (1) sampai dengan (5)
dikemukakan bahwa penghargaan ini dapat diberikan kepada guru, di
samping itu juga dapat diberikan pada tingkat sekolah, tingkat
desa/kelurahan, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat
28
provinsi, tingkat nasional atau tingkat internasional. Adapun penghargaan
kepada guru dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa,
finansial, piagam, atau bentuk penghargaan lain. Dan penghargaan ini
dilaksanakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan
Republik Indonesia, hari ulang tahun provinsi, hari ulang tahun
kabupaten/kota, hari ulang tahun satuan pendidikan, hari pendidikan
nasional, hari guru nasional atau hari besar lain.
Di samping itu juga dalam pasal 38 dikemukakan bahwa
Pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai penghargaan
kepada guru yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.
f. Perlindungan
Mengenai perlindungan terhadap guru ini terdapat dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 39 ayat (1) sampai dengan (5). Undang-Undang ini menjelaskan bahwa guru akan mendapat beberapa perlindungan, di antaranya:
1) Perlindungan hukum
Perlindungan hukum yang dimaksud adalah mencakup perlindungan hukum terhadap tindakan kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
2) Perlindungan profesi
Perlindungan profesi yang dimaksud adalah mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/ pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
3) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksud adalah mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
atau satuan pendidikan. Dengan demikian, Undang-Undang ini diharapkan dapat menjamin perlindungan terhadap guru terlebih bagi guru yang bertugas di daerah khusus.
g. Cuti
Yang dimaksud cuti dalam PP RI No. 24 Tahun 1976 adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.29 Biasanya cuti yang diambil guru perempuan adalah cuti bersalin.
Mengenai cuti guru ini juga diatur dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pada pasal 40 ayat (1), (2), dan (3) yang menjelaskan bahwa guru berhak memperoleh cuti sebagaimana sesuai dengan peraturan perundang-undangan misalnya diperbolehkan cuti untuk studi. Adapun guru yang mengambil cuti untuk studi ini tetap
mendapatkan hak gaji penuh yaitu meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang meliputi tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat
tambahan. Dan ketentuan lebih lanjut tentang cuti guru ini diatur dalam peraturan pemerintah.
Kerangka Berpikir
Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting. Oleh karena itu, tugas guru tidaklah mudah dan harus memiliki keahlian khusus dan dituntut untuk menjadi tenaga profesional.
Berbicara tentang profesionalisme, guru harus senantiasa mengembangkan profesionalnya. Menurut Mohammad Nurdin,
pengembangan profesional ini tidak akan terlepas darikata kunci sebagai berikut:
1. Knowledge (Pengetahuan) 2. Ability (Kemampuan) 3. Skill (Keterampilan) 4. Attitude (Sikap Diri) 5. Habit (Kebiasaan Diri)30
Selain itu juga, dalam UU No.14 tahun 2005 pasal 32 ayat (2) bahwa pembinaan dan pengembangan profesi guru yaitu mengembangkan
29
Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 122.
30
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Dalam penulisan ini, penulis lebih berfokus kepada kompetensi professional yang harus dimiliki seorang guru. Saat ini, kompetensi
profesional guru di Indonesia masih belum maksimal. Sedangkan kompetensi profesional guru sangat berpengaruh untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian, semakin tinggi profesionalisme guru, maka semakin tinggi pula keberhasilan proses belajar mengajar sehingga tercapai pula tujuan pendidikan dan begitu pula sebaliknya.
Mengenai UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ini, penulis ingin mengetahui tingkat kesiapan guru terutama dalam hal kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Selain itu juga, penulis ingin
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan merupakan salah satu Madrasah
negeri yang berada di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Kebayoran Lama
Jakarta Selatan. MTsN 3 ini terkenal dengan kedisiplinannya yang tinggi baik
dari para guru yang berkompeten dan profesional maupun siswanya. Oleh
karena itu, banyak orang tua yang memasukkan anak mereka untuk
melanjutkan sekolah di MTsN 3 ini. Berdasarkan alasan ini, penulis
menjadikan MTsN 3 ini sebagai tempat penelitian. Adapun waktu penelitian
dari tanggal 14 s/d 17 Januari tahun 2008.
Metode Penelitian
Segala sesuatu untuk mencapai target yang diinginkan harus melalui
metode. Demikian penelitian ini juga memerlukan metode agar penelitian
memberi arah atau cara kerja. Adapun penelitian ini menggunakan metode
eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggali suatu gejala yang
masih baru.1 Penelitian ini bermaksud untuk menggali data dari reponden yaitu Guru MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan.
Selanjutnya, sebagaimana konvensi dan aturan akademik yang berlaku
di UIN Syarif Hidayatullah, penyusunan skripsi ini berdasarkan Pedoman
Penyusunan Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tahun
2007.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Penelitian
1
Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Variabel yang diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.2
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif, yaitu menggali data dari
responden. Dengan demikian, penelitian ini terdapat satu variabel, yaitu
kesiapan guru merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen.
Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan sifat-sifat hal
yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi).3 Adapun definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Kesiapan Guru Merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen adalah skor yang diperoleh dari kuesioner
mengenai kesiapan guru terutama dalam memenuhi persyaratan sebagai
guru dalam ketentuan UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Kesiapan guru di sini dalam hal kesiapan kompetensi pedagogik dan
kesiapan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh setiap guru.”
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.4 Secara sederhana, populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini,
populasinya berjumlah 53 guru.
2
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003), cet. Ke-3, h. 25.
3
Amirul hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, (Bandung : Pustaka Setia, 1998), h. 215.
4
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat
dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.5 Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30% dari populasi yaitu sebanyak
16 guru. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling atau sampel acak sederhana yaitu dengan mengundi nama-nama guru menurut nomer kodenya.
Teknik Pengumpulan Data
Salah satu tahap penting dalam proses penelitian adalah kegiatan pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian baik dari buku-buku,
majalah, surat kabar, internet dan lain-lain.
Field Research (Penelitian Lapangan) yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke objek sasaran penelitian. Adapun untuk memperoleh data-data
lapangan, penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.6 Dalam pengumpulan data, penulis terjun langsung ke lapangan dengan melihat dan mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan pembuatan penelitian ini, yakni dengan mengamati sekolah dan guru kemudian dilakukan pencatatan.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to
face) dengan maksud tertentu.7 Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada responden. Penulis melakukan wawancara
5
Nana Sudjana dan Ibrahim, penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru, 1989), h. 84.
6
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-4, h. 158.
7
dengan bidang humas yaitu Dra. Ernawati untuk memperoleh
informasi tentang kesiapan guru dalam menghadapi uji sertifikasi..
Angket
Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu.9 Secara
sederhana, angket adalah berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bentuk pertanyaan yang bersifat langsung dan tertutup. Angket ini berisi 25 butir item pertanyaan. Adapun penyebaran angket ini dilakukan untuk
mengetahui kesiapan guru MTsN 3 Pondok Pinang merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama dalam hal kesiapan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dalam menghadapi uji sertifikasi. Angket ini berisi pertanyaan tentang kesiapan guru merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pencatatan data yang dilakukan oleh penulis
tentang sejarah berdirinya MTsN 3 Pondok Pinang, data-data guru, staf
karyawan dan lain sebagainya agar penulis mendapatkan informasi secara
mendalam.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan,
sebab data yang yang diperlukan untuk mejawab pertanyaan penelitian
(masalah) dan menguji hipotesis. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus
betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data
empiris sebagaimana adanya.10
Untuk memperoleh data tentang kesiapan guru dan respon guru terhadap
UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, instrumen pengumpul data
yang digunakan berupa angket atau kuesioner.
9
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1999), h. 181.
10
Berikut kisi-kisi instrumen penelitian yang penulis susun dan
[image:38.612.100.523.121.627.2]kembangkan adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian tentang Kesiapan Guru Merespon
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan DosenNO
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator
Nomor Butir Soal
1 Kesiapan Guru 1.1 Kompetensi Pedagogik
1.2 Kompetensi
Profesional
1.1.1 Memahami peserta didik secara
mendalam.
1.1.2 Merancang pembelajaran,
termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran.
1.1.3 Melaksanakan pembelajaran
1.1.4 Merancang dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran.
1.1.5 Mengembangkan peserta didik
untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya.
1.2.1 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
1.2.2 Menguasai struktur dan
metode keilmuwan
1.2.3 Keterlibatan guru dalam
diklat.
1, 2, 3,4
5, 6, 7
8, 9, 10, 11
12, 13, 14, 15,
16, 17
18, 19
21, 22, 23,
24
25
Untuk mengelola data dalam penelitian ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh responden. Tujuan dari editing adalah mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah
diselesaikan.11
Pada tahap ini, penulis melakukan pengecekan terhadap data
yang diperoleh, khususnya pada angket yang telah diisi oleh para
responden yaitu para guru MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan.
Angket tersebut harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan
pengisian, kejelasan penulisan dan kebenaran pengisiannya, sehingga
terhindar dari kekeliruandan kesalahan. Jika ada jawaban yang
diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden
bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
Skoring
Skoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir
pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pertanyaan
dalam angket terdapat 4 butir jawaban selalu, sering, kadang-kadang
dan tidak pernah yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis
melakukan perhitungan skor rata-ratanya dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jawaban selalu (SL), diberi skor 4.
Jawaban sering (SR), diberi skor 3.
Jawaban kadang-kadang (KK), diberi skor 2.
Jawaban tidak pernah (TP), diberi skor 1.
Tabulating
Setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data tersebut
ditabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi untuk kemudian diketahui
perhitunganya. Ini memudahkan penulis dalam mengolah data yang
11
telah ada. Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi
dalam setiap item pertanyaan yang penulis kemukakan.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat
dipahami oleh penulis dan juga orang lain yang ingin mengetahui hasil
penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara
kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan apa
adanya kemudian dianalisa secara mendalam.
Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian
dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
F x 100 % N
Keterangan
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya
N = Number of Cases (jumlah frekuesi/banyaknya individu).11
Setelah didapat hasil prosentase dari angket yang disebarkan kepada
siswa, maka untuk menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian
tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut12:
11
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet.ke-15, h. 43.
12
Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung: IAIN SGD, 1984), Cet. Ke-1, h. 52.
Tabel 3
Kategori Penilaian
B. NO C. PROSENTASE PENAFSIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
100 % 90 % - 99 % 60 % - 89 % 51 % - 59 % 50 % 40 % – 49 % 20 % - 39 % 1 % - 9 % 0 %
Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Lebih dari setengah Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Sedikit sekali Tidak ada sama sekali
Selanjutnya, penulis mencari rata-rata kompetensi pedagogic dan
kompetensi professional guru MTsN 3 Jakarta Selatan untuk menentukan
tingkat kesiapan mereka menghadapi uji kompetensi. Penulis menggunakan
rumus sebagai berikut:
MX : Mean (rata-rata yang kita cari)
X : Jumlah nilai variable
N : Number of Cases (banyaknya responden)13
Adapun untuk mengetahui tingkat kesiapan guru MTsN 3 Jakarta Selatan
dari segi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional, maka penulis
menetukan kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
13
Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, h. 81. N
80 - 100 : Sangat siap
79 - 60 : Siap
59 - 40 : Kurang siap
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan
1. Sejarah BerdirinyaMTs Negeri 3 Jakarta merupakan perubahan dari PGAN Pondok Pinang Jakarta berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 16 dan SK Menteri Agama NO. 48 tahun 1978. Pada saat itu PGAN 6 tahun dibedakan menjadi 2 tingkat sebagai berikut:
a. Tingkat Tsanawiyah Negeri selama 3 tahun.
b. Tingkat PGAN selama 3 tahun
Induk Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta adalah Pendidikan
Guru Agama Negeri (PGAN) 6 tahun yang dipimpin oleh Bapak Drs. H.
Ihsan Ismail (alm) dan beliau tetap melanjutkan kepemimpinannya di
PGAN 28 Jakarta. Adapun yang memimpin MTs Negeri 3 Jakarta dari
semenjak berdirinya sampai sekarang adalah:
a. Tahun 1979 – 1986 : Drs. E. Komaruddin (Alm)
b. Tahun 1986 – 1993 : Drs. H. Lukman Hakim
c. Tahun 1993 – 1998 : H. Nur Ali, BA (Alm)
d. Tahun 1998 – 1999 : Drs. H. Toto A. Rahman
e. Tahun 1999 – 2002 : Drs. H. E. Fakih Syukri
f. Tahun 2002 – 2003 : Drs. H. Asep Saefuddin
g. Tahun 2003 – 2007 : Drs. H. M. Rachmat Syah
h. Tahun 2007 – sekarang : Drs. Budi Haerawan, M. Si.
Menempati Gedung Baru
2. Keadaan Guru dan Staf Karyawan
Dalam berlangsungnya kegiatan sekolah,