• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling Multifucer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling Multifucer"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

UJI VARIASI KOMODITAS TERHADAP KAPASITAS ALAT

PADA PENGGILING MULTIFUCER

SKRIPSI

OLEH :

FADLY ELSYAH PASARIBU

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI VARIASI KOMODITAS TERHADAP KAPASITAS ALAT

PADA PENGGILING MULTIFUCER

SKRIPSI

FADLY ELSYAH PASARIBU 080308062/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar proposal penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ainun Rohanah, STP, M.Si

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

FADLY ELSYAH PASARIBU: Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling MultiFucer, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.

Penggilingan dilakukan untuk menghaluskan atau menepung bahan pangan menjadi bubuk dengan tingkat kehalusan tertentu agar lebih mudah diolah menjadi produk lain. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kapasitas alat terhadap berbagai variasi komoditas pada penggiling multifucer dengan menggunakan komoditi sorghum, kedelai, dan beras sebagai komoditi yang akan diuji untuk mengetahui kapasitas efektif alat, persentase bahan tidak tertampung, dan efisiensi alat.

Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat 19,48 kg/jam untuk sorghum, 12,22 kg/jam untuk kedelai dan 24,35 kg/jam untuk beras. Persentase bahan tidak tertampung adalah sebesar 7,33 % untuk sorghum, 6,66 % untuk kedelai dan 4,16 % untuk beras. Persentase efisiensi alat adalah sebesar 92,66 % untuk sorghum, 93,33 % untuk kedelai dan 95,83 % untuk beras.

Kata kunci : Multifucer, Sorghum, Kedelai , Beras.

ABSTRACT

FADLY ELSYAH PASARIBU: Effect of Type of Commodity on the Capacity of Multifucer Roller, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.

Milling is done to powder food with a certain level of refinement to be more easily processed into other products. This study was conducted to test the capacity of the equipment using several commodities in multifucer grinder. Sorghum, soybeans, and rice were commodities to be tested to determine the effective capacity, the percentage of material not accommodated, and efficiency of the equipment.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Fadly Elsyah Pasaribu dilahirkan di Medan pada tanggal 03 Januari 1989 dari ayah Drs.Syahwir Pasaribu dan ibu Nani Eliani Nasution. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Plus Muhammadiyah Medan dan pada tahun 2008 lulus seleksi masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian masuk SPMRM. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkulihan, penulis aktif dalam Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Universitas Sumatera Utara, dan pernah mengikuti Agriculture Technology Moeslem (ATM).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sawit Langkat, Langkat, Sumatera Utara pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu.

Adapun skripsi ini berjudul Uji Variasi Komoditas terhadap Kapasitas Alat pada Penggiling Multifucer yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing serta kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis.

Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Medan, Juni 2013

(6)

DAFTAR ISI

Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Bahan dan Alat Penelitian ... 20

Metode Penelitian... 20

Proses Penggilingan ... 25

Pengaruh Beda Jenis Variasi Komoditas ... 26

Kapasitas Efektif Alat ... 27

Persentase Bahan yang Tidak Tertampung ... 29

Efisiensi Alat ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

Kesimpulan ... 30

Saran ... 31

(7)

DAFTAR TABEL

No.

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Data pengamatan hasil penelitian... 30

2. Data kapasitas efektif alat ... 31

3. Data Parameter Bahan yang Tidak Tertampung ... 32

4. Data Efisiensi Alat ... 33

5. Flowchart penelitian ... 34

6. Gambar alat ... 35

7. Gambar Proses Penelitian ... 37

8. Spesifikasi alat multifucer ... 41

9. Pemeliharaan dan keselamatan kerja ... 43

10. Perbedaan multifucer dengan penggiling burr mill ... 45

11. Gambar teknik tampak depan... 46

12. Gambar teknik tampak samping... 47

(9)

ABSTRAK

FADLY ELSYAH PASARIBU: Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling MultiFucer, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.

Penggilingan dilakukan untuk menghaluskan atau menepung bahan pangan menjadi bubuk dengan tingkat kehalusan tertentu agar lebih mudah diolah menjadi produk lain. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kapasitas alat terhadap berbagai variasi komoditas pada penggiling multifucer dengan menggunakan komoditi sorghum, kedelai, dan beras sebagai komoditi yang akan diuji untuk mengetahui kapasitas efektif alat, persentase bahan tidak tertampung, dan efisiensi alat.

Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat 19,48 kg/jam untuk sorghum, 12,22 kg/jam untuk kedelai dan 24,35 kg/jam untuk beras. Persentase bahan tidak tertampung adalah sebesar 7,33 % untuk sorghum, 6,66 % untuk kedelai dan 4,16 % untuk beras. Persentase efisiensi alat adalah sebesar 92,66 % untuk sorghum, 93,33 % untuk kedelai dan 95,83 % untuk beras.

Kata kunci : Multifucer, Sorghum, Kedelai , Beras.

ABSTRACT

FADLY ELSYAH PASARIBU: Effect of Type of Commodity on the Capacity of Multifucer Roller, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.

Milling is done to powder food with a certain level of refinement to be more easily processed into other products. This study was conducted to test the capacity of the equipment using several commodities in multifucer grinder. Sorghum, soybeans, and rice were commodities to be tested to determine the effective capacity, the percentage of material not accommodated, and efficiency of the equipment.

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di negara maju, pemanenan dan penanganan pasca panen dengan alat mekanis sudah banyak diterapkan. Menurut Satuhu (1996), penanganan pasca panen dengan alat mekanis ini dilakukan untuk memanfaatkan waktu yang seefisien dan seefektif mungkin serta untuk meningkatkan pendapatan sektor pertanian. Sedangkan untuk buah yang mempunyai bentuk beraturan seperti cacao

dan kopi, penggilingan (grinding) biasa dilakukan dengan alat mekanis.

Menurut Pantastico (1993), banyak petani di Indonesia tidak melakukan penggilingan pada buah yang dihasilkan sebelum dipasarkan. Penggilingan (grinding) pada umumnya hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul. Hal ini sesuai dengan literatur Tim Karya Tani Mandiri (2010), yang mengatakan bahwa penggilingan dengan alat mekanis belum banyak dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan keterbatasan jumlah alat yang ada pada petani. Sehingga harga jual yang diperoleh petani kurang menguntungkan, padahal apabila dilakukan akan meningkatkan pendapatan. Selain penting sebagai tempat dan sarana untuk memperoleh kesempatan kerja.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1,7 % per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia. Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan dengan kesenjangan yang semakin melebar (Hutapea dan Mashar, 2009).

(11)

memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil pertanian tersebut.

Penggunaan alat mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Dalam meningkatkan mutu produk ada hal yang perlu diperhatikan yaitu mengenai penanganan pasca panen, dimana kehilangan hasil atau mutu saat ini dirasakan cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut sangat diperlukan usaha-usaha perbaikan, diantaranya melalui penanganan atau penerapan teknologi pasca panen yang bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan mutu komoditi dan menekan tingkat kehilangan secara kuantitatif dan kualitatif. Salah satu komponen yang menentukan penanganan teknologi pasca panen yaitu penggunanan alat-alat pasca panen, misalnya alat penggiling multifungsi grinder.

(12)

Tujuan Penelitian

Menguji pengaruh variasi komoditas terhadap kapasitas efektif alat, persentase bahan yang tidak tertampung, dan efisiensi alat.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat penggiling.

3. Masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan terutama petani shorgum, kedelai, dan beras.

Batasan Masalah

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Shorgum

Sorgum adalah salah satu tanaman yang kuat dan mampu bertahan pada iklim yang ekstrim lebih dari tanaman serelia lain. Sorgum dapat bertahan pada

bermacam-macam temperatur dari 15,50 C - 40,50 C, dengan curah hujan sekitar 35-150 cm pertahunnya (Thakur, 1980). Menurut hasil penelitian, lahan yang

cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah: suhu optimum 230-300 C, kelembaban relatif 20% - 40% dan suhu tanah ± 250 C ketinggian ≤ 800 m dpl (Deptan , 2012).

Jagung dengan sorgum dibedakan pada bunga jantan dan betina berada pada ujung tangkai. Malai dapat lepas dan terbuka, dan relatif tebal. Sekitar 95 % bunga sorgum menyerbuk sendiri (Metcalfe and Elkins, 1980). Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe and Elkins, 1980).

Tanaman sorgum mirip dengan jagung. Di Indonesia, biji sorgum dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum, oncer (Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum, degem, kumpay (Sunda), wataru hamu garai, gandum (Minangkabau) (Duljapar, 2000).

(14)

dikembangkan dilahan marginal. Seluruh bagian tanaman memiliki nilai ekonomis. Selain budidaya yang mudah, sorghum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang, industri alkohol, bahan baku etanol (Pustaka Deptan, 2012).

Tanaman sorghum dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Class : Monocotyledonae (berkeping satu) Ordo : Poales

Family : Graminaceae Genus : Sorghum

Species : Sorghum bicolor L. (Duljapar, 2000).

Kandungan nutrisi sorgum juga sangat tinggi dibandingkan bahan pangan lain sehingga dapat digunakan sebagai subtitusi beras. Kandungan gizi 100 gr biji sorgum: Kalori 332 kal, Protein 11 gr, Lemak 3,30 gr, Karbohidrat 73 gr, Air 11,20 %, Serat 2,30 %, kalsium 28 mg, Posfor 287 mg, Besi 4,40 mg (Sirappa, 2003).

(15)

(pengondisian). Pada tahap cleaning, sorghum dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti debu, biji-biji lain selain sorghum (seperti biji jagung, kedelai), kulit sorghum, batang sorghum, batu-batuan, kerikil kontaminan tersebut harus dipisahkan dari sorghum sebelum proses penggilingan. Penggunaa substansi logam yang terdapat pada sorghum. Kontaminan kecil memerlukan perlakuan khusus untuk memisahkannya dari sorghum.

Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan yang meliputi proses

breaking, reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan endosperma dari lapisan sel aleuron atau lapisan kulit. Diawali dengan proses breaking, endosperma dihancurkan menjadi partikel-partikel dalam ukuran yang seragam dalam bentuk bubuk seukuran tepung. Tahap penggilingan selanjutnya adalah proses reduction, yaitu endosperma yang sudah dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu, untuk selanjutnya diayak untuk dipisahkan dari bran dan pollard. Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperpollard, pellet, dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik.

Kedelai

(16)

memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat besar, mencapai jutaan ton setiap tahunnya (Adisarwanto, 2005).

Kedelai juga merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di Indonesia. Sedang rata-rata hasil per hektarnya di Indonesia masih rendah dibanding beberapa negara penghasil kedelai lainnya. Untuk meningkatkan hasil kedelai per satuan luas dan produksi kedelai di Indonesia diperlukan pemanfaatan teknologi penanganan pasca panen tanaman kedelai (Suprapto, 1985).

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan semakin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Masuknya kedelai ke Indonesia diduga dibawa oleh para imigran Cina yang mengenalkan beberapa jenis masakan yang berbahan baku biji kedelai.

(17)

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis : Dycotyledone (berkeping dua) Ordo : Rosales Sekam secara anatomi disebut(bagian yang ditutupi) dan yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk denga terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari :

-

kulit.

-

-

(18)

endospermia. Beras biasa yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras. Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam. Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam. Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak. Bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek

, 2012).

Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadika Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapis

tepungrice bran). Bagia

(19)

sebagai salah satu sumber pangan bebas (Wikipedia, 2012).

Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang berwarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandunga

Tepung beras adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji beras yang bersih dan baik. Pelepasan kulit luar biji yang cukup sulit dapat diatasi dengan menggunakan mesin penyosoh padi.Proses pembuatan tepung beras adalah biji beras disortasi kemudian disosoh. Proses sortasi untuk menggolongkan bahan atas tingkat kebagusan dan keseragaman serta untuk memisahkan bahan dari benda asing. Sedang penyosohan bertujuan untuk melepaskan kulit, sehingga yang tersisa hanya endosperma saja. Kulit memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga harus dipisahkan karena dapat menyebabkan tekstur tepung menjadi kasar dan tidak sesuai.

Beras sosoh lalu dibuat tepung dengan melakukan penggilingan. Penggilingan merupakan proses pengecilan ukuran dengan gaya mekanis menjadi beberapa fraksi ukuran yang lebih kecil. Alat penggilingan yang

(20)

(grinder dan ultra fine grinder). Hasil penggilingan kemudian diayak untuk memisahkan bagian kulit dan serat-seratnya.

Pengayakan (Mesh)

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan dipakai untuk skala laboratorium (Idrial, 1987).

Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak (Idrial, 1987).

Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedangkan yang di atas ukuran atau yang besar (oversize) atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), pada mesin penghalus tipe Burr mill dipasang ayakan 200 mesh.

Ayakan dibuat dari logam, pelat logam yang berlubang-lubang, tenunan kain dan sebagainya. Logam yang digunakan adalah besi, besi tahan karat, tembaga, nikel dan perak. Ukuran lubang ayakan antara 4 inci sampai 400 mesh, tapi ayakan yang sangat halus (100 – 150 mesh) jarang digunakan. Ukuran lubang ayakan yang digunakan tergantung dari ukuran bahan yang akan diayak (Idrial, 1987).

(21)

mengalir dari atas ke bawah. Pengayakan bahan yang kasar atau besar dapat dilakukan dengan mengalirkan bahan di atas permukaan ayakan yang berdiri tetap (statis), tapi pengayakan partikel yang halus, permukaan ayakan harus digerakkan (bergetar) biasanya dilakukan dengan silinder ayakan yang berputar pada sumbu horizontal atau dengan ayakan datar yang digoncang, diputar, atau digetarkan dengan mekanik atau listrik (Idrial, 1987).

Mengayak berarti memisahkan suatu bahan dengan menuangkannya melalui ayakan sehingga didapat butir-butir dengan berbagai daerah ukuran (kelas-kelas butir) atau biasa disebut proses klarifikasi. Dalam proses pengayakan, bahan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bahan kasar yang tertinggal dan bahan yang lebih halus yang lolos melalui ayakan. Nilai efisiensi mesin ini menunjukkan nilai penyimpangan atau perbandingan antara jumlah bahan yang lolos dalam kenyataan dan jumlah bahan yang lolos secara teoritik (Idrial, 1987).

Semakin halus bahan yang diayak, semakin cepat terjadinya penyumbatan lubang ayakan. Oleh sebab itu pada ayakan umumnya dipakai alat perlengkapan pembantu dalam bentuk sikat, rol, bola karet atau potongan- potongan karet. Dilihat dari bahannya, proses penghancuran atau pengecilan ukuran bahan dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses pengecilan ukuran untuk bahan padat dan proses pengecilan ukuran untuk bahan cair. Pada proses pengecilan ukuran untuk bahan padat dikenal berbagai macam istilah, misalnya pemotongan, penggilingan, penggerusan, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bahan cair dikenal proses emulsifikasi atau atomisasi (Idrial, 1987).

(22)

pada kopi, penggilingan cokelat, perajangan bahan yang akan disuling (minyak atsiri), pemotongan pada pengolahan karet remah dan lain sebagainya. Penghancuran bahan padat dilakukan secara mekanis yaitu membaginya atau memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara diretak atau diremuk. Mekanismenya adalah bahan ditekan oleh gaya mekanis dari mesin penghancur, penekanan awal masuk ke tengah sebagai energi desakan (Wirakartakusumah, 1992).

Apabila suatu bahan yang seragam dipecahkan, setelah penggilingan pertama ukuran bahan yang dihasilkan akan sangat bervariasi, yaitu dari yang berukuran kasar sampai halus. Dalam penerapannya, waktu juga berpengaruh dalam proses penghancuran bahan, dan terlihat bahwa bahan akan retak pada tingkat tekanan yang rendah apabila tekanan itu berlangsung cukup lama. Bentuk, ukuran, kerapatan, gravitasi spesifik, kekerasan merupakan beberapa sifat fisik hasil pertanian yang penting diperhatikan dalam proses penghancuran untuk mendesain suatu mesin penghancur (Wirakartakusumah, 1992).

Motor Listrik

(23)

Motor asinkron IEC berbasis metrik

NEMA berbasis imperial horse

power (HP) maupun kiloWatt (kW). Pada motor listrik tenaga listrik dirubah menjadi tenaga mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan merubah tenaga listrik menjadi bahwa kutub dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama, tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Motor listrik kemudian akan menggerakkan piringan penggiling untuk menggiling.

Motor listrik dapat digolongkan menjadi dua golongan sesuai dengan sumber arus listrik, yaitu motor listrik arus searah atau DC dan motor listrik arus bolak-balik atau AC. Motor listrik AC yang kecil banyak dipakai pada peralatan rumah tangga misalnya alat cukur, alat kecantikan, alat dapur, dan sebagainya. Sedangkan motor listrik yang besar banyak digunakan pada kompresor, penggiling jagung, dan alat-alat bengkel atau pabrik. Dasar utama yang menyebabkan motor berputar ialah reaksi antar kutub magnet. Kutub yang senama tolak - menolak dan kutub yang tak senama tarik - menarik. Reaksi medan magnet listrik pada stator dan medan magnet penghantar yang dialiri arus listrik (Hartanto, 1997).

(24)

tidak mudah mengubah putarannya. Namun motor listrik memiliki kekurangan yakni, motor listrik ini membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya sangat terbatas oleh panjang kabel, kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya maka beratnya akan menjadi besar, secara umum biaya listrik motor listrik ini lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak dan untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat (Soenarta, 2002).

Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :

1. Dapat disesuaikan, motor listrik dapat digunakan dihampir setiap lokasi termasuk di dalam air.

2. Otomatis, motor listrik dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.

3. Rapi, sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besar secara bersama-sama.

4. Dapat dipercaya, motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami gangguan.

5. Ekonomis dan efisien, motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %.

6. Perawatan mudah, jika melindungi dari debu dan kotoran, motor listrik hanya membutuhkan sedikit perawatan.

7. Tenang, motor listrik secara umum lebih tenang dari pada mesin yang dijalankan.

(25)

9. Mudah dioperasikan, tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk mengoperasikan motor listrik.

(Cooper, 1992).

Puli (Pulley)

Menurut Stolk dan Kros (1981), pulley dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas 35 m/det). Menurut Smith dan Wilkes (1990) dalam menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau rantai yang dibelitkan di sekeliling puli (pulley) atau sproket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter Dp

dan puli yang digerakkan n2 dan diameternya dp, maka perbandingan putaran

dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

p

S = adalah kecepatan putar pulley (rpm) D= adalah diameter pulley (mm)

(26)

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

Sabuk-V

Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari satu poros ke poros lainnya, baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putarannya dinaikkan maupun diperlambat, searah dan kebalikannya. Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekitar alur pulley yang berbentuk V pula. Menurut Daryanto (1984), transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan.

Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomotif, mesin pertanian, alat kedokteran, mesin kantor, dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya selip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap. Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, agar cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.

(27)

koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-V lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2004).

Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :

1. Regangan sabuk pada pulley.

2. Gesekan antara sabuk dan pulley.

3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley. 4. Kecepatan sabuk

(Pratomo dan Irwanto, 1983).

Menurut Daywin et al (2008), kelemahan dari sabuk-V adalah tidak dapat digunakan pada jarak yang panjang dan tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah. Sedangkan kelebihan sabuk-V adalah sebagai berikut:

- Rasio kecepatan yang tepat tidak pernah dipertahankan. - Selip yang terjadi tidak lebih dari 1-2 %.

- Efisiensi penyaluran daya (dengan mengabaikan kehilangan daya pada bantalan shaft) berkisar 97-99 %.

- Mampu meredam beban mendadak, tidak memerlukan pelumasan - Tidak berisik

- Dapat dioperasikan pada kecepatan linear lebih dari 5000 rpm

Model Alat Penggiling yang Sama

Penggiling Fuller

(28)

suatu sumbu. Bila tangan-tangan ini berputar semakin cepat, maka semakin besar pula gaya sentrifugal yang terjadi pada peluru terhadap lintasan gilingnya. Menurut Pratiwi (2011), biasanya hasil giling dari penggiling semacam ini sangat halus, sehingga pengeluaran hasil gilingnya ditiup oleh udara dari lintasan giling dan ditangkap oleh sebuah penampung. Penggiling ini sering dipakai untuk membuat arang bubuk dan semen.

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : sorghum, kedelai, beras, ayakan (mesh), puli (pulley). Adapun alat-alat yang digunakan adalah : penggiling

multifucer, meteran, obeng, kunci l, stopwacth, perlengkapan menyangrai, kalkulator, komputer, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL), dengan non faktorial yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu :

(K1) = Sorghum

(K2) = Kedelai

(K3) = Beras

(30)

Model rancangan yang digunakan Yij = µ + Ti + Σij

Dimana :

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = nilai tengah umum.

Ti = pengaruh perlakuan ke-i.

Σij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Komponen Alat

Penggiling multifucer ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu : 1. Kerangka alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 55 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 62 cm.

2. Miller (penggiling)

Miller adalah komponen utama yang berfungsi sebagai penghancur biji. Alat ini terdiri dari dua buah piringan yakni piringan berputar (rotator) dengan piringan yang diam (stator). Piringan penggiling ini berputar searah dengan arah putaran motor listrik.

3. Mesh

(31)

4. Hopper

Hopper berfungsi sebagai wadah untuk memasukkan bahan yang akan digiling. Dimensi hopper 18 cm x 17 cm (atas), pada bagian mengecil 7cm x 5cm (bawah).

5. Motor listrik

Motor listrik berfungsi sebagai sumber penggerak untuk menggerakkan setiap komponen alat multifucer ini. Pada alat ini digunakan motor listrik berkekuatan 1,5 HP dengan putaran 1280 rpm.

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pengujian alat adalah : 1. Diatur ayakan alat sebesar 250 mesh.

2. Ditimbang bahan yang akan digiling sebanyak 1 kg.

3. Dihidupkan motor listrik dengan menghubungkan steker motor listrik pada sumber arus listrik.

4. Dimasukkan bahan ke dalam lubang pemasukan (hopper) secara bertahap. 5. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menggiling bahan.

6. Dihitung kapasitas efektif alat yang digiling dalam hitungan kg per jam, dihitung persentase bahan yang tidak tertampung, dan dihitung efisiensi alat. 7. Langkah 2 sampai langkah 6 diulangi sebanyak 3 kali ulangan, untuk

(32)

Parameter yang Diamati

Kapasitas Efektif Alat (kg/jam)

Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat bahan yang digiling terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penggilingan.

Kapasitas alat =

Persentase Bahan Tidak Tertampung (%)

Pengukuran persentase bahan yang tidak tertampung dilakukan dengan pengamatan secara visual hasil penggilingan. Setelah penggilingan dilakukan pemisahan atau penyortiran biji yang rusak secara mekanis yang ditandai dengan biji yang tidak tergiling dan ukuran yang lebih besar. Ditimbang hasil gilingan yang tidak tertampung, setelah itu dihitung persentase bahan yang tidak tertampung. Persentase bahan yang tidak tertampung dapat dihitung dengan rumus:

Persentase bahan tidak tertampung =

(kg)

Efisiensi alat dapat diketahui dengan membagi kapasitas efektif yang diperoleh alat terhadap kapasitas efektif alat secara teoritis, atau dapat dituliskan dengan rumus:

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Penggilingan

Proses penggilingan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membersihkan dan menyortir sorghum, kedelai, serta beras. Pembersihan dilakukan dengan cara menampih bahan dan memisahkannya dari bahan-bahan yang rusak atau tidak layak pakai.

Bahan yang siap untuk digiling selanjutnya dimasukkan ke dalam hopper. Hopper pada alat ini berfungsi untuk memasukkan bahan ke saluran penggiling dan memiliki daya tampung 1 kg. Selanjutnya bahan akan diteruskan pada saluruan penggiling yang terbuat dari bahan baja. Pada saluran penggiling ini, bahan akan jatuh ke bagian penggiling (miller). Pada bagian penggiling terdapat piringan berputar (rotator) di mana pada piringan tersebut terdapat 6 buah mata penggiling dengan sudut 1200 yakni 3 buah mata giling berbentuk persegi L dan 3 buah mata giling berbentuk silinder. Mata penggiling yang digunakan pada alat ini mengunakan dengan jenis baja HSS (High Speed Steel). Alat ini bekerja seperti piringan yang berputar dimana biji masuk ke dalam hopper akan turun menuju saluran dan masuk ke dalam miller (Penggiling) yang akan dihancurkan oleh piringan berputar (rotator) dengan piringan yang diam (stator) yang digerakkan oleh elektromotor. Setelah itu menuju ke penampungan bahan akhir.

(34)

bahan aluminium. Bahan yang tergiling ditandai dengan bentuknya yang berbentuk tepung bahan tersebut kemudian ditampung pada wadah hasil penggilingan.

Pengaruh beda jenis variasi komoditas

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara umum diperoleh bahwa beda jenis variasi komoditas terhadap kapasitas efektif alat (kg/jam), persentase bahan tidak tertampung (%), efisiensi alat (%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Beda Jenis Variasi Komoditas Perlakuan

Kapasitas Persentase Bahan Persentase Efektif Alat Yang Tidak Tertampung Efisiensi Alat

(Kg/Jam) (%) (%)

K1 19.48 7.33 92.66

K2 12.22 6.66 93.33

K3 24.35 4.16 95.83

Keterangan : K1= Shorghum, K2= Kedelai, K3= Beras

Tabel 1 menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 24.35 kg/jam, terendah pada perlakuan K2 yaitu sebesar 12.22 kg/jam. Sedangkan persentase bahan yang tidak tertampung tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 7.33 %, terendah terdapat pada perlakuan K3 yaitu 4.16 %. Dan persentase Efisiensi Alat tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 95.83 %, terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu 92.66 %.

(35)

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh dengan mambagi banyaknya bahan yang digiling pada alat penggiling multifucer

terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat.

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa variasi komoditas memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian Least Significant Range (LSR) pada pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 2.

Tabel 2. Pengujian variasi komoditas terhadap kapasitas efektif alat

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 24,35 kg/jam dan terendah pada perlakuan K2 yaitu sebesar 12,23 kg/jam.

(36)

Gambar 1.Hubungan beda variasi komoditas terhadap kapasitas efektif alat (kg/jam).

(37)

Persentase Bahan yang Tidak Tertampung (%)

Persentase bahan yang tidak tertampung diperoleh dengan perbandingan berat bahan yang tidak tertampung terhadap berat total bahan dikali 100%.

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukan bahwa uji variasi komoditas alat penggiling multifucer memberikan pengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang tidak tertampung. Sehingga pengujian duncan Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Efisiensi Alat (%)

Efisiensi Alat diperoleh dengan perbandingan berat bahan akhir terhadap berat bahan awal dikali 100%.

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Uji variasi komoditas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat, dan berbeda tidak nyata terhadap persentase bahan yang tidak tertampung.

2. Kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 24,35 kg/jam dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 yaitu 12,23 kg/jam.

3. Persentase bahan yang tidak tertampung teringgi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 7,33% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 4,16%.

4. Persentase efisiensi alat tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 95,83% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 92,66%.

5. Semakin kecil ukuran bahan maka kapasitas efektif alat dan persentase efisiensi alat semakin besar, sedangkan untuk persentase bahan yang tidak tertampung semakin kecil, demikian sebaliknya.

(39)

Saran

1. Saran Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk meningkatkan kapasitas kerja alat dan kesempurnaan alat multifucer dengan menggunakan diameter rotator dan stator yang berbeda.

2. Perlu dicari solusi pada saluran pemasukan (hopper) agar bahan yang akan digiling tidak terbuang/tercampak keluar guna mengurangi persentase bahan tidak tertampung.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Cooper EL. 1992. Agricultural Mechanics.Fundamentals and Applications 2nd Edition. The United State of America: Delmar Publisher Inc.

Daryanto. 1984. Dasar – Dasar Teknik Mesin. Jakarta: Bina Aksara. Daryanto. 2000. Fisika Teknik. Jakarta : Rineka Cipta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat., 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Deptan. 2012.Bertanam Shorgum Duljapar, K. 2000. Budidaya dan Prospek bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Hartanto. 1997. Mekanisasi Tanaman Pangan. CV Bakti Aksara. Bengkulu.

Hutapea J. dan A.Z Mashar. 2009 . Ketahanan Pangan dan Teknologi produktiviitas menuju kemandirian pertanian Indonesia.

Idrial. 1987. Peralatan Pengolahan Hasil Pertanian. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mabie HH and F.W. Ocvirk. 1967.Mechanics and Dynamic of Machinery. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Majalah Pangan Vol.19 No. 4 Desember 2010.Pangan Media Komunikasi dan Informasi. Divisi R &D Perum Bulog. Hal 374.

Metcalfe D.S and D.M. Elkins. 1980. Crop Productions. Principles and practices. Fourth Edition. Macmillan Publishing Co.,Inc. New York.

Pantastico ERB. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan

Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Komeriyani, penerjemah. Yogyakarta : UGM Press.

Pratiwi I. 2011. Ukhty Indah Energi. Sentrifugasi and size ruduction [serial online]

Pratomo, M dan Irwanto., 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

(41)

Sirappa M.P. 2003. Rospek pengembangan tanaman sorgum di Indonesia sebagai Komoditas alternatif bahan pangan pangan dan Industri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5.

Smith HP. dan Wilkes, L.H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta : UGM Press.

Stolk J dan C. Kross. 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Jakarta: Erlangga. Soenarta N dan S. Furuhama. 2002. Motor Serbaguna. Jakarta: Pradnya Paramita. Suastawa IN. 2008. Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Pertanian. Bagian Teknik

Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sukirno. 1999. Mekanisasi Pertanian. Yogyakarta : UGM Press.

Sularso dan K. Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradya Paramitha.

Thakur C. 1980. Scientific Crop Production. Vol 1. Food Crops. Metropolitan Book Co.Pvt.Ltd. New Delhi

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budi Daya Tanaman Kopi. Penerbit Nuansa Aulia. Bandung.

Wikipedia. 2012. Beras Wirakartakusumah, A. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Intstitut

(42)

Lampiran 1.Data pengamatan hasil penelitian Variasi

Komoditas Ulangan Kapsitas Persentaase Persentase Efektif Bahan yang Efisiensi

Alat Tidak tertampung Alat

(kg/jam) (%) (%)

K1 I 19.15 6.00 94.00

II 19.80 8.00 94.00

III 19.49 8.00 92.00

Total 58.44 22.0000 278

Rataan 19.48 7.33333 92.6667

K2 I 15.19 6 94

II 10.81 8 92

III 10.68 6 94

Total 36.68 20 280

Rataan 12.2267 6.66667 93.3333

K3 I 24.03 7 93

II 26.52 1.5 98.5

III 22.52 4 96

Total 73.07 12.5 287.5

(43)

Lampiran 2. Data kapasitas efektif alat (kg/jam)

Analisis Sidik Ragam Kapasitas Efektif Alat

(44)

Lampiran 3. Data Parameter Bahan yang Tidak Tertampung

Analisis Sidik Ragam Bahan yang Tidak Tertampung

(45)
(46)

Lampiran 5. Flowchart penelitian

Tidak

Ya Mulai

Pembersihan biji

Pemilihan biji

Penimbangan biji

Penggilingan biji

Pengujian beda komoditi

Layak

Data: 1. Kapasitas

efektif alat. 2. Persentase

bahan yang tidak tertampung. 3. Efisiensi alat. Analisis Data

Selesai

(47)

Lampiran 6. Gambar alat

Gambar 1. tampak depan

Gambar 2. tampak belakang

(48)

Gambar 4. tampak samping kanan

(49)

Lampiran 7. Gambar Proses Penelitian

Gambar 6. Sorghum sebelum digiling

Gambar 7. Kedelai sebelum digiling

(50)

Gambar 9. Sorghum setelah digiling ulangan I

Gambar 10. Sorghum setelah digiling ulangan II

(51)

Gambar 12. Kedelai setelah digiling ulangan I

(52)

Gambar 15. Beras setelah digiling ulangan I

Gambar 16. Beras setelah digiling ulangan II

(53)

Lampiran 8. Spesifikasi alat multifucer

Rotator (piringan berputar)

Diameter : 14 cm

Tebal : 1 cm

Terdiri : 6 buah mata giling (3 bentuk persegi L, 3 silinder)

Stator (piringan statis)

Diameter : 13 cm

Tebal : 1 cm

Terdiri : 16 buah mata giling (bentuk persegi 1,8x1,8 cm)

(54)

Kapasitas efektif

(55)

Lampiran 9. Pemeliharaan dan keselamatan kerja

Tujuan pemeliharaan

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat multifucer tipe disk mill agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama. Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat multifucer, maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai - Menghindari kerusakan yang lebih berat

- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik - Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Pemeliharaan bagian-bagian alat

Tabel 8. Pemeliharaan bagian-bagian alat multifucer

No Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1.

- Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur - Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang

dapat merusak sabuk

- Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari

pulley motor listrik pada pulleypiringan pengiris - Hindari memasukkan bahan yang terbuat dari logam. - Dibersihkan setiap selesai digunakan

- Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

(56)

keselamatan kerja

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Keselamatan kerja pada alat multifucer dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Keselamatan alat

- Hindari memasukan bahan yang keras seperti sejenis logam karena dapat menyebabkan mata penggiling rusak.

- Hindari motor listrik dari terkena bahan-bahan cair agar tidak terjadi korsleting listrik.

2. Keselamatan operator

(57)

Lampiran 10. Perbedaan multifucer dengan penggiling burr mill

Tabel 9. Perbedaan multifucer tipe disk mill dengan penggiling burr mill

Perbedaan Disk Mill Burr Mill

Dimensi 55 cm x 13 cm x 62 cm 70 cm x 58 cm x 40 cm

Kapasitas alat 19,48 kg/jam(sorghum), 12,22

kg/jam(kedelai), 24,35kg/jam(beras)

10-60 kg/jam

Ayakan 250 mesh 250 mesh

RPM 1280 rpm 1400 rpm

Pulley 1:3 -

Daya 1,5 Hp, 1,1 Kw 1-1,5 Hp, 6-9 Kw

Komoditi Sorghum (K1), Kedelai (K2), Beras (K3) Kopi

Kelebihan Multifungsi, Ramah lingkungan Kapasitas tinggi

(58)
(59)
(60)

Gambar

Gambar Alat Penggiling Pusingan (Fuller)
Tabel 1. Pengaruh Beda Jenis Variasi Komoditas
Tabel 2. Pengujian variasi komoditas terhadap kapasitas efektif alat
Gambar 1.Hubungan beda variasi komoditas terhadap kapasitas efektif alat  (kg/jam).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diawali pada siklus I yang melalui empat tahp, yakni tahap perencanaan dimulai dengan merancang RPP dan instrumen pembelajaran untuk mendukung

Input data dengan cara import melalui Excel lebih dianjurkan untuk data yang tidak lengkap atau nama taraf faktor yang jumlah karakternya tidak sama untuk

Penelitian ini masih merupakan penelitian sitotoksisitas awal terhadap material non dental glass fiber menggunakan sel fibroblas sehingga masih perlu dilakukan penelitian

[r]

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pemodelan retakan akibat ledakan dengan menggunakan validasi data dari lintas bidang keilmuan untuk dimanfaatkan tidak hanya

Judul Penelitian : Identifikasi Jenis Tanaman Obat yang Digunakan Sebagai Bahan Pembuatan Minyak

Serangan dengan tangan yang dinilai adalah serangan yang masuk pada sasaran; menggunakan teknik serangan dengan tangan (dalam bentuk apapun); bertenaga dan mantap, tanpa

Minyak Karo merupakan obat tradisional suku Karo yang terbuat dari campuran rempah-rempah yang dicampur dengan minyak kelapa.. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis