• Tidak ada hasil yang ditemukan

ilmu perundang undangan pemerintahan des

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ilmu perundang undangan pemerintahan des"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang dan Sekitar Undang-Undang Dasar Pemerintahan Desa

Sesuai dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negarayang bertujuan tidak saja mengadakan tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia, tetapi juga yang pentinga adalah menyukseskan pembangunan disegala bidang di seluruh Indonesia, guna mencapai cita-cita nasional berdasarkan pancasila, yaitu masyrakat adil dan makmur, baik materiil maupun sepiritual bagi seluruh rakyat Indonesia, maka perlu memperkuat pemerintahan desa agar mampu menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya, dalam pembangunan dan menyelenggarakan administarai desa yang makin meluas dan efektif.1

Sebagai landasan yang di pakai dalam penyusunan undang-undang ini adalah Pancasila. Undang-undang dasar 1945 Pasal 18 yang berbunyi: “Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengigat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa”.2

Undang-undang ini sesuai dengan undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, hanya mengatur desa dari segi pemerintahannya.3

Undang-undang ini tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum, adat istiadat, dan kebiasan-kebiasaan yang masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan sosial. Dan sekarang ungdang-undang itu dirubah pada Undang-Undangan Nomor 6 Tahun 2014.

Pebangunan desa harus terarah dan terpadu. Agar dapat terarah dan terpadu, pembangunan desa diselenggarakan berdasarkan atau menurut ketentuan, aturan standard-standard ataup pedoman-pedoman tertentu. Ketentuan-ketentuan dan sebagainany itu disebut tata desa.4 Tata desa meliputi tata ruang fisik, tata masyarakat dan tata pemerintahan desa. Suatu undang-undang mengenai pemerintahan desa pada hakekatnya adalah salah satu bentuk tata desa, yaitu Tata Pemerintahan Desa.5

1 Prof. Drs. C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, SH. Pemerintahan Daerah Di Indonesia Hukum Administrasi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Hlm, 53 2 Ibid, hlm 55

3 ibid

4 Dr. Taliziduhu Ndraha. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991. Hlm, 2

(2)

B. Pengertian Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai "a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town". Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengururs rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Derah Kabupaten.

Desa menurut H.A.W Widjaja dalam bukunya yang berjudul "otonomi desa" menyatakan bahwa desa adalah suatu kesatuan masyrakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.6

Dan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah mengartikan desa sebagai berikut:7

Pada Pasal 1 ayat (12)

Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenag untuk mengatur dan megurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.8

Dalam undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, adapaun yang dimaksud dengan desa dalam judul undang-undang ini adalah desa dan kelurahan, sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan pemerintahan desa adalah kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan pemerintah kelurahan.9

Dalam undang-undang ini yang dimaskud dengan:

6 Prof. Drs. HAW Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004. Hlm, 3

7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 8 Prof. Drs. HAW. Widjaja. Pemerintahan Desa atau Marga Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003. Hlm, 65

(3)

a) Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.10

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 ayat (1) desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebeut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat bedasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisonal yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.11

C. Susunan Organisasi dan Produk Hukum Pemerintahan Desa

Sesuai dengan undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, sesuai dengan pasal 18 tentang kewenangan desa, kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.12

Dalam Pasal 19 kewenangan desa meliputi:13

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Susunan organisasi pemerintahan desa, ketentuan pasal 200 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 menyebutkan “ dalam pemerintahan desa terdiri atas (1) pemerintah desa dan (2) Badan Permusyawaratan Desa.14

10 ibid

11 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa 12 Pasal 18

13 Pasal 19

(4)

Yang selangjutnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diatur dalam Pasal 23 menyatakan pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah desa.15 Dalam pasal 24 pemerintahan desa diselenggarakan berdasarkan asas-asas berikut:

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas:16

a. kepastian hukum

b. tertib penyelenggaraan pemerintahan c. tertib kepentingan umum

d. keterbukaan e. proporsionalitas f. profesionalitas g. akuntabilitas

h. efektivitas dan efisiensi i. kearifan lokal

j. keberagaman; dan k. partisipatif.

Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan desa terdiri atas pemerintahan desa yang meliputi Kepala Desa dan perangkat desa dan badan permusyawaratan desa (BPD).

1) Kepala Desa

Kepala desa adalah pimpinan pemerintahan desa. Kepala desa sebagai orang pertama mengemban tugas dan kewajiban yang berat, karena ia adalah penyelenggara dan penanggungjawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pemerintahan, termasuk pembinan ketentraman dan ketertiban. Disamping itu, ia mengemban tugas membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan semangat membangun yang dujiwai asas usaha bersama dan kekeluargaan.17

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.18 Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa

15 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 23 16 Pasal 24

17 Prof.Dr.H.Ateng Syafrudin,S.H. dan Dr. Suprin Na’a, S.H., M.H. Republik Desa Pergulatan Hukum Tradisonal dan Hukum Modern dalam Desain Otonomi Desa. Bandung: PT Alumni,2010. Hlm, 117

(5)

(Pilkades) oleh penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai dengan Pasal 33 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu:19

a) Bertakwa kepada Tuhan YME

b) Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah

c) Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat d) Berusia paling rendah 25 tahun

e) Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa f) Penduduk desa setempat

g) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun

h) Tidak dicabut hak pilihnya

i) Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan

j) Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

Kepala desa juga mempunyai tugas dalam pemerintahan desa, menurut pasal 26, yaitu;

Pasal 26 ayat (1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Ayat (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berwenang:

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; d. menetapkan Peraturan Desa;

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; f. membina kehidupan masyarakat Desa;

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

(6)

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Perangkat Desa

Perangkat Desa adalah aparat pembantu pemerintahan desa, perangkat desa ini terdiri atas Sekretaris Desa dan Kepala Dusun. Sekretaris Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintaha desa. Kepala Dusun adalah unsur pelaksana tugas Kepala Desa dengan wilayah kerja tertentu dalam lingkungan sesuatu desa.20

Menurut ketetuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, perangkat desa terdiri dari; sekretariat desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis.21

Perangkat desa mempunyai tugas, seperti yang tertera dalam undang-udang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Pasal 49 yaitu:22

(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. (2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala

Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota. (3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

3) Badan Permusyaratan Desa

Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa badan permusyawaratan desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.23

Pasal 55 Badan Permusyawaratan Desa mempunyai beberapa fungsi, yaitu:24

a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan

20 Prof.Dr.H.Ateng Syafrudin,S.H. dan Dr. Suprin Na’a, S.H., M.H. Republik Desa Pergulatan Hukum Tradisonal dan Hukum Modern dalam Desain Otonomi Desa. Bandung: PT Alumni,2010. Hlm, 118

21 Pasal 48 22 Pasal 49

(7)

c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.25

Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (Pasal 56 ayat (2))26

Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berberturut-turut-berturut-turut.(Pasal 56 ayat (3))27

4) Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa

Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, desa memiliki hak dan kewajiban begitu pula dengan masyarakat desa.

Dalam Pasal 67

(1) Desa berhak:

a. mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa;

b. menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa; dan c. mendapatkan sumber pendapatan.

(2) Desa berkewajiban:

a. melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa; c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan

e. memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.

Masyarakat desa juga mempunyai hak dan kewajiban dan desa sepeti dalam Pasal 68

Masyarakat Desa berhak:

meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;

(8)

memperoleh pelayanan yang sama dan adil;

menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;

memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi

Kepala Desa;

perangkat Desa;

anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau

anggota lembaga kemasyarakatan Desa.

mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban di Desa.

Masyarakat Desa berkewajiban:

membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;

mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang baik;

mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di Desa;

memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; dan

berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa.

5) Peraturan Desa

Menurut HAW. Widjaja, Peraturan Desa adalah semua peraturan desa yang ditetapkan oleh kepala desa setelah dimusyawarahkan dan telah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan desa.28Peraturan Dea sendiri telah diatur dalam Pasal 69 Undang-Undang No.6 Tahun 2014.

(9)

Khusus mengenai peraturan desa, perlu kirainya dikaji secara khusus karena hal ini dapat dijadikan instrumen untuk mendorong tumbuh dan berkembang tradisi hukum adat yang sejak masa kemerdekaan cenderung terabaikan kedudukan dan pernannya dalam upaya pembinaan hukum. Apalagi dampak penyeragaman aturan dan kebijakan pembangunan yang bersifat terpusat selama masa kemerdekaan tidak kurang merusaknya dibandingkan dengan kebijakan pemerintahan Hindia-Belanda di masa penjajaha yang menyebabkan warisan tradisi hukum adat dimana-mana mengalami pemusnahan perlahan-lahan.

Oleh karena itu, sudah saatnya peraturan Desa ini dikembangkan sebagaimana telah diperkenalkan dalam pasal 105 ayat (3) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan “Badan Perwakilan Desa bersama dengan Kepala Desa menetapkan peraturan desa”.29 Menurut ketentuan pasal 200 undang-undang No 32 tahun 2004 dalam pemerintahan daerah kabupaten atau kota dibentuk peraturan desa yang terdiri dari pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa.30

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peraturan desa (Perdes) dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama dengan Kepala desa.31

29 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Hlm, 290

30 Prof. DR. Jimly Asshiddiqie, S.H. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: sinar Grafika, 2012. Hlm, 278

(10)

DAFTAR PUSTAKA

C.S.T, Kansil dan Christine S.T Kansil. 2008. Pemerintahan Daerah di Indonesia Hukum Administrasi Daerah. Jakarta. Sinar Grafika

HAW, Widjaja. 2004. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada

HAW, Widjaja. 2003. Pemerintahan Desa atau Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Asshiddiqie, Jimly. 2011. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Asshiddiqie, Jimly. 2012 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: sinar Grafika

Ndraha, Taliziduhu. 1991 Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta: PT Bumi Aksara

Syafrudin, Ateng dan Suprin Na’a. 2010. Republik Desa Pergulatan Hukum Tradisonal dan Hukum Modern dalam Desain Otonomi Desa. Bandung: PT Alumni

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan namanya, maka aktiviti yang dijalankan menerusi kelab ini adalah berlandaskan kepada kelima-lima prinsip Rukun Negara yang bermatlamat agar ianya dihayati dan

Hasil penelitian dapat memberikan informasi untuk masyarakat tentang perspektif pemuka agama terhadap Rancangan Undang-Undang Kerukunan Umat Beragama dalam sebauh forum

Mia (2012:30)  Keramahan dan kesopanan karyawan terhadap para konsumen  Kesiap siagaan karyawan dalam membantu para konsumen  Keramahan dan kesopanan

Evaluasi perkembangan kinerja di bagian produksi memerlukan suatu pengukuran produktivitas dengan tujuan mengetahui tingkat produktivitas di bagian produksi yang

Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak

Kegiatan pembelajaran tersebut berjalan 2 jam pelajaran akan tetapi diselingi dengan pemberian reward kepada anak dan pembelajaran dilakukan sesuai dengan

Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1, Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan