DATA DIRI
Nama : Iwan Setiawan
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 13 November 1988 Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Golongan Darah : A
Alamat : Kp. Burujul Jl. Negla No. 33
RT/RW 006/012 Kec. Margaasih Kab. Bandung
Telepon : 085722255692
Email : one_arsitektur2008@yahoo.com
Nim : 1.04.08.005
Jurusan : Arsitektur
Tema
ADAPTIF TERHADAP MASYARAKAT
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER X TAHUN 2011/2012
Sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
Iwan Setiawan
104 08 005
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
SAUNG ANGKLUNG UDJO
Tema
ADAPTIF TERHADAP MASYARAKAT
Oleh :
Iwan Setiawan
104 08 005
Disetujui Oleh :
Bandung, 18 Maret 2013
Dosen Pembimbing
Dr. Andi Harapan S., S.T., M.T. NIP. 4127 70 12 0 Ketua Jurusan
Dhini Dewiyanti Tantarto, Ir., M.T. NIP. 4127 70 12 010
Pimpinan Sidang
IWAN SETIAWAN – 104 08 005
membuat Tugas Akhir berupa desain dan laporan.
Selama penyusunan Tugas Akhir berupa desain dan laporan tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang
menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan data dan sebagainya. Oleh karena
sebagai ungkapan rasa bangga dan ta’dzim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Allah SWT.
Ibu Dhini D. Tantarto, ST., MT yang telah memberikan arahan yang baik hingga
terselesaikanya Tugas Akhir ini.
Dr. Andi Harapan S., S.T., M.T. yang telah membimbing pengawasan selama tugas
akhir ini berlangsung.
Ibu dan Ayah yang telah mendukung dan memberikan masukan – masukan dan doa.
Teman – teman yang membantu dan mendukung hingga terselesaikanya Laporan Kerka Praktik ini.
Team work Golden Section yang telah banyak membantu dan dukungannnya.
Defi Andri, Muda Rustiandi, Tirza Rumondang, Yulianti Karim Maryam dan Golden
Section yang telah membantu dalam pengerjaan maket dan dukungannya.
Akhirnya, penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga
IWAN SETIAWAN – 104 08 005
iv
pahala yang sempurna dan berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Amin.
Bandung, Maret 2013
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 iii
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 iv
4.1.2. Ruang yang perlu ditambahkan ... 27
4.1.3. Peraturan dan Standar Perancangan ... 28
4.2 Analisis Kondisi Lingkungan ... 31
4.2.1. Pengelompokan zona yang berorientasi dengan tapak 35 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar ... 50
BAB IV DESAIN PERANCANGAN 6.1 Identitas Proyek ... 71
6.1.1 Peta Situasi ... 71
6.2 Desain Perancangan ... 72
6.2.1 Desain Perancangan Tapak ... 73
6.2.2 Desain Perancangan Bangunan ... 74
6.2.2.1 Desain Atap ... 74
6.2.2.2 Desain Badan Bangunan ... 75
6.2.3 Desain Perancangan Gate dan Side Entrance... 75
6.2.4 Perspektif Suasana eksterior lingkungan ... 78
6.2.5 Perspektif Suasana eksterior dalam tapak . 80 DAFTAR PUSTAKA 86
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 iii
DAFTAR PUSTAKA
1. Reid GW. 1996. Grafik Lansekap (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. 216hal. 2. Neufert, Ernst (1996), Data Arsitek Jilid 1, Trans Sunarto Tjahjadi, Jakarta :
Erlangga.
3. Neufert, Ernst (1996), Data Arsitek Jilid 1, Trans Sunarto Tjahjadi, Jakarta : Erlangga.
4. Hakim R, Utomo H. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:Prinsip- Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 250hal. 5. Frick, Herinz. IlmuKonstruksi Bangunan Bambu, Yogyakarta : Penerbit
Kanisius, 2004. 166 halaman.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 1
sangat beraneka ragam, diantaranya adalah seni tari, seni karawitan, dan upacara
adat. Pada umumnya Kesenian tradisional umumnya hanya ditampilkan pada
hajatan dan acara besar kedaerahan. Sehingga memunculkan kerapuhan dan dan
kehilangan budaya.
Dalam upaya melestarikan kesenian Jawa Barat, Pemerintah rutin
mengadakan acara yang menampilkan beragam kesenian Jawa Barat. Acara
tersebut umumnya diadakan di tempat – tempat umum, seperti kawasan Monumen Perjuangan Rakyat, Alun – alun Ujung berung, kawasan Dago Car Free day, dan tempat umum lainnya.
Lokasi penyelenggaraan event ini biasanya tidak menetap, karena kota
Bandung tidak memiliki tempat untuk memfasilitasi kesenian tradisional. Meskipun
hingga saat ini kegiatan kesenian, seperti seni tari masih ada, namun kegiatan
kesenian di kawasan ini sudah tidak seramai dahulu.
Bandung memiliki satu tempat pelestarian kesenian Jawa Barat yang
bernama Saung Angklung Udjo, yang merupakan tempat pelestarian salah satu
kesenian Jawa Barat yaitu kesenian angklung. Di tempat ini pengunjung dapat
melihat pertunjukkan angklung, cara bermain angklung, hingga workshop
pembuatan angklung. Saung Angklung Udjo sudah sangat terkenal hingga
mancanegara akan tetapi tempat ini lebih banyak diminati oleh wisatawan
mancanegara dibandingkan dengan wisatawan lokal. Salah satu penyebabnya
adalah kurang tertatanya fasilitas dan daya dukung lingkungan sekitar yang kurang
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 2
Untuk itu perlu dilakukan penataan fasilitas dan kawasan untuk mewujudkan
fasilitas seni yang layak dan memberikan input positif bagi masyarakat.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari perancangan ini adalah untuk :
- Melestarikan, pemberdayaan, pengembangan, dan pemanfaatan seni dan budaya dari keberagaman kebudayaan Bangsa Indonesia.
- Menghasilkan desain saung angklung udjo sesuai dengan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan
- Menjadikan saung angklung udjo sebagai pusat kebudayaan sunda.
1.3. Masalah Lingkungan dan Perancangan fasilitas Saung Angklung Udjo
Sedangkan Pembagian aspek masalah yang sangat berpengaruh terhadap
perancangan Redesain Saung Angklung Udjo adalah sebagai berikut :
Aspek-Onsite
- Fungsi ruang – ruang pendukung kurang efektif
Penglolaan fungsi – fungsi bangunan yang terdapat di Saung Angklung Udjo banyak yang mempunyai fungsi bangunan yang merangkap (
bangunan double fungsi ), sehingga sering terjadi penumpukan dan
croosing pada fungsi-fungsi ruang yang bukan seharusnya berada di ruang tersebut.
- Alur sirkulasi sangat tidak efektif
Sirkulasi pengunjung
Pergerakan-pergerakan sirkulasi pengunjung sangat tidak efektif dengan
sering terjadinya crossing antara pengelola dan pengunjung , pengunjung juga tidak diarahkan untuk dapat menikmati indahnya
ruang-ruang terbuka dan ruang-ruang yang sudah disediakan pengelola
Saung Angklung udjo tetapi pengunjung hanya diarahkan langsung
pada theater.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 3
Pergerakan sirkulasi pengelola kurang terkonsep dengan baik sehingga
sirkulasi pengelola sering terjadi crossing dengan pengunjung, pengelola tidak bisa secara langsung mencapai kantor tempat pengelola
bekerja.
- Kebutuhan ruang kurang mendukung
Kebutuhan ruang yang terdapat di Saung Aangklung Udjo kurang tercipta
dengan baik sehingga bangunan yang tercipta kurang terpenuhi dengan
baik untuk pengelola.
- Pemanfaatan lahan kurang efektif
Aspek-Neighberhood
- Kurangnya kepedulian pengelola terhadap masyarakat dalam mengelola potensi potensi yang terkandung dalam masyarakat.
Pengelola Saung Angklung Udjo terlalu egois dalam mengelola Objek
wisatanya sehingga masyarakat di sekitar Saung Angklung Udjo kurang
mendapat perhatian sehingga potensi-potensi yang terdapat dimasyarakat
tidak terkelola, potensi tersebut dapat menjadi pendapatan untuk Objek
Wisata dan pendapatan untuk masayarakat itu sendiri.
- Tidak ada Integrasi antara pengelola Saung Angklung Udjo dan pemukiman sekitar
Gambar 1.2 Ruang rangkap fungsi Sumber : Data pribadi
Gambar 1.1 Ruang rangkap fungsi Sumber : Data pribadi, diakses
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 4
Masyarakat di sekitar Saung Aangklung Udjo dan pihak pengelola Saung
Angklung Udjo tidak terjalin hubungan yang baik sehingga tidak terjadi
integrasi. Hubungan ini sangat buruk dalam sebuah konteks objek wisata
yang berada di sebuah lingkungan masayarakat.
- Masyarakat terganggu dengan kebisingan pertunjukan angklung pada malam hari.
Kenyamanan masyarakat yang berhubungan langsung dengan Objek
wisata Saung Angklung udjo sering merasa terganggu dengan adanya
pertunjukan khususnya pada malam hari. Kebisingan yang dihasilkan oleh
pertunjukan menjadi keluhan masyarakat karena masyarakat tidak
mendapat naungan dari pihak pengelola sehingga sedikit kesalahan dari
objek wisata Saung Angklung udjo akan menjadi masalah bagi pengelola
Saung Angklung Udjo.
Gambar 1.4. Gang Sumber : data pribadi, diakses
pada 09 Oktober 2013, jam 14.00 WIB
Gambar 1.5. Sungai Sumber : data pribadi, diakses
pada 09 Oktober 2013, jam 14.00 WIB
Gambar 1.6. Ruang terbuka Sumber : data pribadi, diakses
pada 09 Oktober 2013, jam 14.00 WIB
Gambar 1.7. Ruang terbuka Sumber : data pribadi, diakses
pada 09 Oktober 2013, jam 14.00 WIB
Gambar 1.6. Ruang terbuka Sumber : data pribadi, diakses
pada 09 Oktober 2013, jam 14.00 WIB
Gambar 1.5. Ruang terbuka Sumber : data pribadi, diakses
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 5
- Menata kampung di lingkungan sekitar Saung Angklung Udjo.
- Menata Pola sirkluasi di Saung Angklung Udjo dan di masyarakat sekitar - Menjadikan Saung Angklung Udjo yang berintegrasi dengan masyarakat
sekitar.
- Mengamati permasalahan-permaslahan yang tumbuh di masyarakat.
- Mengamati permasalahan-permasalahan yang tumbuh di Saung Angklung Udjo.
- Memberdayakan potensi-potensi sumber daya manusia masyarakat.
- Menciptakan hubungan yang harmonis antar Saung Angklung udjo dan masyarakat.
- Memanfaatkan ruang-ruang terbuka yang berada di masyarakat. - Kebutuhan area parkir yang besar untuk menampung pengunjung. - Penataan sirkulasi pengunjung dan pengelola.
- Penataan sirkulasi kendaraan pada area publik. - Penataan zona-zona bangunan.
1.4. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dari perancangan Redesain Saung Angklung Udjo ini
adalah sebagai berikut :
- Studi lapangan terhadap lahan proyek mencakup kondisi sekitar lahan, studi lingkungan fisik, bangunan dan suasana yang ada di sekitar tapak.
- Studi literatur tentang wisata kampung.
- Studi literatur mengenai kegiatan objek wisata .
- Membuat variabel–variabel yang akan memepengaruhi perencanaan dan perancangan meliputi antara lain perilaku, karakteristik tentang masyarakat
dan pengunjung.
- Mengamati karakteristik masyarakat di lingkungan sekitar proyek. - Mengamati kondisi-kondisi eksisting Saung Angklung udjo. - Mengamati karakteristik kampung.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 6
a. Mengelompokkan variabel–variable
Mengelompokkan variabel–variabel, seperti perilaku pengunjung dan aktivitas pemain kebutuhan dari para pemain.
b. Studi Analisa
Dengan menganalisa hasil dari survey, studi literatur, dan studi
banding untuk dijadikan sebagai acuan proses desain dan proses
perancangan.
c. Proses Desain
- Merupakan penjabaran dari semua proses diatas secara visual dan grafis kedalam bentuk gambar sketsa yang dicerminkan dan diterapkan pada
desain bangunan yang nyaman sesuai dengan karakteristik masyarakat dan
pengunjung.
1.5. Ruang Lingkup atau Batasan
Ruang lingkup dan batasan Redesain Saung Angklung Udjo meliputi fungsi-fungsi
bangunan dalam site, pengolahan lingkungan yang berada di sekitar Saung
Angklung Udjo adalah sebagai berikut :
- Fasilitas publik meliputi parkir kendaraan, Bambu Garden, dan Toilet umum. Fasilitas ini dapat digunakan oleh setiap orang khususnya pengunjung .
- Fasilitas pengelola meliputi kantor, ruang pengepakan, ruang informasi. - Fasilitas ini hanya digunakan oleh pengelola saja karena bersifat private - Fasilitas Wisata meliputi theater, Workshop, galeri, saung souvenir, G.
Penginapan, tepas, pelatihan angklung dan kesenian sunda lainnya.
Fasilitas ini dapat digunakan oleh pengunjung dan bisa dinikamti oleh
masyarakat sekitar.
- Pengolahan gang-gang di pemukiman sekitar, pengolahan area-area terbuka dan pemberdayaan SDM masyarakat.
Batasan-batasan Redesain Saung Angklung Udjo ini adalah berupa desain Saung
Angklung udjo dan pengolahan lingkungan sekitar yang hanya berdekatan dengan
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 7
Gambar 1.7. Site dan Lingkungan seitarnya
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 8
Alur Kegiatan Kebutuhan Besaran Ruang
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 9
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika laporan dari perancangan Redesain Saung Angklung Udjo ini
adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada Bab I, memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, masalah
perancangan, pendekatan, lingkup dan batasan, kerangka berpikir dalam
perancangan Redesain Saung Angklung Udjo serta sistematika dari laporan
tugas akhir.
BAB II. DESKRIPSI PROYEK DAN ANALISIS
Pada Bab II, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum, program
kegiatan, kebutuhan ruang, dan studi banding terhadap proyek sejenis.
BAB III. ELABORASI TEMA
Pada Bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan
rancangan proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya
(interpretasi tema), serta studi banding terhadap kasus yang sejenis.
BAB IV. ANALISA
Pada Bab IV, memuat tentang analisa fungsi bangunan dan analisa terhadap
kondisi lingkungan.
BAB V. KONSEP RANCANGAN
Pada Bab V, memuat proses perencanaan dan perancangan bangunan mulai
dari konsep dasar, rencana tapak (landscape), rencana fungsi bangunan utama dan fungsi fasilitas pendukung serta penyelesaian ruang luar dan
sistem utilitasnya baik bangunan maupun lansekap.
BAB VI. HASIL RANCANGAN
Pada Bab VI, memuat dan menjelaskan hasil perancangan Redesain Saung
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 10
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Data umum Proyek
Proyek perancangan Redesain Saung Angklung Udjo berlokasi di Jl. Padasuka no.
118, yang termasuk kedalam kecamatan Cibeunying Kidul, Kelurahan Pasirlayung.
Luas Lahan : 15.000 m2
KDB : 60 %
KLB : 1,2
GSB : 3,2 m
Sumber Dana : Swasta
Pemilik : Swasta ( Saung Angklung Udjo )
U
Gambar 2.1. Peta lokasi Sumber : Data pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 11
2.1.1. Fasilitas
Fasilitas yang tedapat di Saung Angklung Udjo adalah sebagai berikut :
1. Theater
2. Galeri
3. Rumah Penginapan
4. Kantor
5. Tepas
6. G. Pelatihan Angklung dan Kesenian
7. Workshop
Proyek Redesain Saung Angklung Udjo akan mewakili pendekatan dalam
melestarikan suatu kawasan dengan pola yang terintegrasi dan berkarakteristik
terhadap masyarakat dan akan menjadikan sebagai pusat kesenian tradisional
kota Bandung, Dalam perwujudannya Saung angklung Udjo akan dibuat dengan
konsep yang integrasi, tidak egois dan pemberdayaan terhadap Sumber Daya
Manusia disekitarnya. Integrated mempunyai arti kata menggabungkan, maksud
dari penggabungan adalah mengintegrasikan potensi-potensi dan kendala-kendala
di masyarakat dengan Saung Angklung Udjo dilihat dari desain tapak, karakter
masyarakat, desain pola gang-gang lingkungan sekitar dan pemanfaatan
ruang-ruang terbuka.
2.2. Program Kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang akan dipertujukan di Saung Angklung Udjo adalah
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 12
lingkungan masyarakat. Rincian dari kegiatan Objek wisata Saung angklung Udjo
adalah sebagai berikut :
Pembangunan bidang pariwisata seperti Saung Angklung Udjo dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat, dengan cara memberdayakan masyarakat. Kegiatan
pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan kontribusi yang
Gambar 2.2. Analisa kegiatan dan seni tari daerah sunda.
Pertunjukan ini berlangsung setiap hari pada sore hari.
Angklung sadaya ini melibatkan 1 group angklung dan 10 orang penari daerah ( sunda )
Pengadaan Event-event di masyarakat
Event-event yang diadakan di masyarakat berupa event yang bersifat hiburan dengan tujuan untuk mempererat hubungan antara
pengelola dengan masyarakat dan berfungsi sebagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat juga bagi pengelola SAU dalam aspek pengetahuan maupun aspek
ekonomi.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 13
cukup besar terhadap perekonomian Negara. Pengembangan kepariwisataan dan
kebudayaan di Saung Angklung Udjo memiliki arti yang sangat penting dan
strategis, karena objek wisata ini merupakan sektor andalan yang dapat
melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan daerah Sunda.
2.3. Kebutuhan Ruang
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 14
2 Galeri 80
3 Toilet Umum 108
4 Guest House 1005
5 Bambu Garden -
6 Saung-saung Souvenir 90
7 Tepas 160
8 G. Pelatihan 320
9 Souvenr Shop 150
10 Servis Area 30
11 Loading Dock 80
Kebutuhan ruang dibentuk berdasarkan kebutuhan ruang sesuai hasil analisis dan
kuesioner yang berikan kepada setiap pengunjung.
2.4. Studi Banding
Kampung Daun
Kampung Daun merupakan sebuah restoran di Bandung yang
menggunakan konsep open space karena dilihat dari penggunaan material
bentukan-bentukan masa bangunannya sangat terbuka dan suasana alam
yang sangat terasa buat pengunjung menjadi konsep utama dalam desain
lansekap Restoran Kmapung Daun.
Gambar 2.4. Pola Sirkulasi Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.5. Pola Sirkulasi Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.6. Pola Sirkulasi Sumber : Data pribadi, diakses
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 15
Kampung Sampireun
Kampung Sampireun merupakan sebuah resort di Garut yang
menggunakan konsep open space karena dilihat dari penggunaan material
bentukan-bentukan masa bangunannya sangat terasa menyatu dengan
alam.
Kampung sampireun merupakan salah satu contoh penataan resort
yang sangat friendly dengan alam juga sangat menyatu dengan manusia.
Gambar 2.7. Saung-saung tepas Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.8. Saung-saung tepas Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.9. Saung-saung tepas Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.11. Gate Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013 Gambar 2.10. Gate
Sumber : Data pribadi, diakses pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.12. Gate Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Oktober 2013
Gambar 2.13. Saung Guest House Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 Maret 2010
Gambar 2.14. Saung Guest House Sumber : Data pribadi, diakses
pada 11 2010
Gambar 2.15. Saung Guest House Sumber : Data pribadi, diakses
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 16
Dago Tea House
Dago Tea House merupakan salah satu theater yang selalu menyuguhkan
pertunjukan-pertunjukan dan kesenian Sunda dengan konsep theater
terbuka.
Gambar 2.16. Amphitheater Sumber : Data pribadi, diambil
pada 12 Oktober 2013
Gambar 2.17. Amphithaeater Sumber : Data pribadi, diambil
pada 12 Oktober 2013
Gambar 2.18. Amphitheater Sumber : Data pribadi, diambil
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 17
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian Tema
Tema yang diusung dalam perancangan Redesain Saung Angklung Udjo
adalah Adaptif terhadap Masyarakat . Pengambilan tema ini diambnil berdasarkan
kondisi lingkungan yang terjadi di Saung Angklung Udjo. Pengertian yang
mendalam pada tema ini adalah penyesuaian diri Objek wisata Saung Angklung
Udjo yang berada dimasyarakat dalam pengendalian sikap Saung Angklung Udjo
terhadap lingkungan, dalam tema ini masyarakat akan berperilaku sebagai peran
utama dimana kekuatan penuh tema ada pada masyarakat yang berorientasi
sekitar Saung Angklung Udjo.
dalam sebuah perancangan yang tidak mengesampingkan masyarakat dan
tidak mengabaikannya merupakan hal yang sangat jarang ditemui dalam proses
perancangan desain atau pembangunan bangunan karena keegoisan dari sebuah
konsultan ataupun kontraktor yang hanya memikirkan keuntungan tetapi tidak
memikirkan dampak negatif terhadap masyarakat. Pada perancangan ini yang
didasari tema adaptif terhadap masyarakat masyarakat akan ternaungi,
terberdayakan, dan masyarakat akan mejadi peran utama.
Penjabaran TEMA
a. Tidak egois
Pemahaman dari tidak egois adalah sikap dari objek wisata Saung
Angklung Udjo yang sangat peduli terhadap masyarakat dan yang
mengedepankan masyarakat dalam mengelola objek wisata dan mengolah
potensi-potensi yang ada dimasyarakat yang bisa dijadikan keuntungan
bagi masyarakat maupun pengelola Saung Angklung Udjo.
Tindak ketidak egoisan dalam perancangan redesain Saung Angklung Udjo
ini berupa penggunaan batas-batas site dengan material yang ramah
lingkungan dan memaksimalkan ruang-ruang terbuka pada tapak yang
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 18
langssung masyarakat dapat menikmati keindahan dari tapak Saung
Angklung Udjo ini.
a. Pemberdayaan
Pemahaman dari pemberdayaan adalah sikap yang ditonjolkan pengelola
Saung Angklung Udjo terhadap sumber daya manusia yang berada di
sekitar Saung Angklung Udjo, dimana pada pemberdayaan ini masyarakat
akan dilibatkan dalam kepengurusan pengelola Saung Angklung Udjo.
Pemberdayaan ini berupa :
- Staf karyawan 60 % mengambil dari masyarakat sekitar.
- Pengerajin angklung disebar pada masyarakat sebagai industri
kreatif
- Kantong-kantong parkir akan menjadikan pertumbuhan ekonomi bagi
masyarakat
b. Peduli
Peduli pada pemahaman ini adalah pemanfaatan sumber daya manusia
maupun pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diolah menjadi
barang-barang yang mempunai nilai jual yang sangat tinggi yang dapat
dikelola oleh masyarakat sehingga masyarakat yang berorientasi secara
langsung dengan saung Angklug udjo akan terbenahi baik secara moral
maupun secara ekonomi.
Gambar 3.2 pembatas site Sumber : Data pribadi
Gambar 3.3 Ruang terbuka
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 19
3.2. Interpretasi Tema
Pengambilan tema yang mengedepankan kekuatan masyarakat dan
penyesuaian sikap terhadap masyarakat akan diinterpresentasikan kedalam
konsep desian dengan beberapa karakterisitik berdasarkan analisis dan
kebutuhan. Dengan pendekatan tema ini maka akan menghasilkan hubungan yang
sangat baik antara pengelola Saung Angklung udjo dan lingkungan masyarakat
sekitar. Hubungan baik ini akan berdampak positif bagi kedua belah pihak karena
akan dengan mudah terjalin hubungan kerja sama dengan tingkat kepercayaan
yang cukup tinggi.
Masyarakat akan diberdayakan dalam pengelolaan Saung Angklung Udjo.
Pemberdayaan masyarakat akan membantu perekonomian masyarakat sehingga
dengan tema yang diusung masyarakat akan hidup sejahtera dan harmonis. Tidak
hanya masyarakatny saja ruang terbuka juga akan diolah berdasrakan kebutuhan
fungsi yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Pembenahan ini dilakukan agar
struktur ruang-ruang yang berada dimasyarakat akan terpola dengan sangat baik.
Gambar 3.4 Gang-gang Sumber : Data pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 20
3.3. Study Literatur
The Esplanade Outdoor Theatre merupakan salah satu theater terbuka yang
sangat futuristik dan merupakan arsitektur post-modern dengan sentuhan struktur
baja dengan atap tenda.
Gambar 3.6 Implementasi tema
Sumber : Data pribadi
Gambar 3.7 The Esplanade Outdoor Theatre
http://www.wherewasitshot.com/2010/12/26/ outdoor-theatre-esplanade-singapore/
Sumber : diakses 12 desember 2012, 20:55
Located : Singapore capacity : 450 seat
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 21
Theater ini merupakan theater dengan konsep yang terbuka dengan hamparan
tribun penonton yang sangat luas yang mengelilingi panggung theater, maka dari
fungsi yang terbentuk yaitu out door theater ini maka desain theater terbuka ini
dijadikan sebagai literatur pembuatan design theater Redesain Saung Angklung
Udjo.
Miller Outdoor Theatre adalah sebuah teater terbuka untuk seni pertunjukan di
Houston, Texas.Theater menawarkan berbagai hiburan profesional, termasuk
musik klasik, jazz, balet, Shakespeare, teater musik, dan film klasik, dengan
pertunjukan, dimana masyarakat umum dapat bersantai di area tempat duduk
tertutup atau menikmati pertunjukan diluar area terbuka.
Located : New York
Capaciy : 1,500 seats
Gambar 3.9 Miller OutdoorTheatre http://travel.nationalgeographic.com/travel/fr
ee-to-see/theater-us/
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 22
Located : Houston, Texas
Capaciy : 1,500 seats
Gambar 3.10 Miller OutdoorTheatre http://travel.nationalgeographic.com/travel/fr
ee-to-see/theater-us/
Sumber : diakses 12 desember 2012, 20:55
Gambar 3.10 Miller OutdoorTheatre http://travel.nationalgeographic.com/travel/fr
ee-to-see/theater-us/
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 23
BAB IV
ANALISIS
4.1. Analisis Fungsi Bangunan
Saung Angklung Udjo yang identik dengan Sunda, sehingga tipologi
bangunan yag dirancangpun menerapkan tipologi bangunan Sunda. Kondisi ini
juga terlihat pada kondisi bangunan eksisting yang ada, tetapi tidak dirancang
dengan baik secara arsitektur. tippologi fungsi bangunan yang akan dirancang
adalah bangunan rumah Sunda dengan atap julangapak dengan menambahkan
beberapa ornamen lokal, material lokal, material bambu, undakann-undakan
tangga dan beberapa ornamen lainnya.
Kondisi Saung Angklung Udjo yang begitu padat harus dirancang dengan
organisasi ruang yang baru, yang didasarkan pada pola tradisi Saung Angklung
Udjo. Selain itu juga untuk mengetahui pola atraksi dan keinginan pengunjung,
maka dibuat kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui kesenian yang disukai
pengunjung, seperti pada tabel 4.1. fungsi bangunan yang sering dikunjungi oleh
pengunjung yaitu 1). Guest house, 2). Cinderamata, 3). Workshop kerajinan
bambu, 4). Atraksi pertunjukan seni budaya, 5). Alat musik bambu , 6). Makanan
tradisional, 7) . Pelatihan seni budaya.
Tabel 4.1. Kuesioner untuk menentukan keinginan pengunjung
NO Produk Atraksi dan kesenian
yang disukai Frekuensi Keterangan
1 Guest house 1 Sebagian kecil
2 Cinderamata 10 Sebagian kecil lebih banyak
3 Workshop kerajinan bambu 6 Sebagian kecil lebih banyak
4 Atraksi pertunjukan seni budaya 20 Sebagian besar
5 Alat musik bambu 9 Sebagian kecil kebih banyak
6 Makanan tradisional 2 Sebagian kecil
7 Pelatihan seni budaya 2 Sebagian kecil
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 24
Berdasarkan Tabel 4.1. Kuesioner untuk menentukan keinginan pengunjung
pertunjukan Angklung dengan permainan alat musik angklung nya dan cideramata
yang mempunyai khas dari bambu. Sehingga kedua fungsi ini harus dirancang
denagn baik sehingga fasilitas utama yang juga akan memberikan income bagi
pemilik Saung Angklung Udjo.
Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa pengunjung sangat antusias untuk
mengunjungi atraksi Seni Budaya, maka untuk fungsi bangunan ini harus dilakukan
pembenahan pada gedung theater yang dapat menampung banyak pengunjung
dengan kualitas yang memenuhi juga pada fasillitas pendukung seperti ruang
souvenir harus dilakukan agar wisatawan senang dan akan berkunjung kembali
pada Saung angklung Udjo .
Untuk merespon hal tersebut maka fasilitas pendukung harus diperbaharui
dengan serius karena dengan meningkatnya pengunjung yang datang maka akan
meningkatnya produksi, secara tidak langsung akan berdampak pada masyarakat
yaitu dengan menambahnya Sumber daya manusia yang bekerja.
Karakteristik Wisatawan Berkunjung ke Saung angklung Udjo berdasarkan
waktu kunjungan dapat disusun berdasarkan hari kunjungan dan lama kunjungan.
Tujuannya adalah untuk mengetahi frekuensi pengunjung kesuatu fasilitas.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan penyebaran kuesioner kepada 50 orang
maka diperoleh karakterisitk wisatawan sebagai berikut :
Tabel 4.2. Wisatawan Berdasarkan Hari Kunjungan
No Hari Kunjungan
Berdasarkan tabel Tabel 4.2. terlihat bahwa pada akhir pekan pengunjung
sanagt banyak sehingga perlu ditambahkan atau perlu diberikan fungsi tambahan
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 25
Tabel 4.3. Wisatawan Berdasarkan Waktu Kunjungan
No Waktu Kunjungan Frekuensi keterangan
Pagi 4 Sebagian kecil
Siang 30 Sebagian besar
Sore 14 Sebagian kecil lebih banyak
Malam 2 Sebagian kecil
Jumlah 50
Berdasarkan Tabel 4.3. terlihat terlihat bahwa siang hari dan sore hari
merupkan waktu yang paling banyak digunakan untuk berkunjung, sehingga
perancangan lansekap dan pola ruang yang luas sangat perlu serta fasilitas parkir,
supaya tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.
Tabel 4.4. Wisatawan Berdasarkan Durasi Kunjungan
No Frekuensi waktu kunjungan Frekuensi keterangan
< 1 jam 15 Sebagian kecil lebih banyak
1-3 jam 30 Sebagian kecil lebih banyak
3-6 jama 5 Sebagian kecil
1 hari 0 Sebagian kecil
Jumlah 50
Dari Tabel 4.4. pada umumnya pengunjung banyak yang tidak terlalu lama,
mungkin disebabkan oleh tidak meratanya atraksi atau fasilitas lainnya sehingga
perlu dirancang secara terintegrasi dengan kawasan sekitar sebagai bagian yang
menyatu denga Saung Angklung Udjo.
4.1.1. Organisasi ruang eksisiting dan yang perlu ditambahkan.
Berdasarkan kondisi eksisiting organisasi ruang tersebut adalah sebagai
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 26
A. Fasilitas Utama
Performing Art and Cultural Center
Ruang serbaguna (multifunction)
- Workshop (indoor/outdoor) - Ruang kelas latihan tari
- Ruang ganti - Lobby (plaza utama)
- Pusat pelayanan informasi
- Ruang photocopy, print, dan scan
Gambar 4.1 Tata letak bangunan eksisitng
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 27
Foto-foto Kondisi bangunan eksisiting adalah sebagai berikut :
Dilihat dari gambar 4.2. merupakan fasilitas utama dari Saung Angklung
Udjo yaitiu sebuah theater dengan konsep terbuka, theater yang eksisiting dari
aspek daya tampung kurang memenuhi pengunjung. Fasili/tas-fasilitas utama yang
berada di Saung Angklung Udjo kurang mendapat perawatan seperti pada gambar
4.3, 4.4, dan 4.5. Semua fasilitas yang merupakan inti dari Saung Angklung Udjo
harus lebih terlihat menarik dan nyaman.
4.1.2. Ruang yang perlu ditambahkan :
Kapasitas Gedung Pertunjukan : 500 orang
Jumlah Karyawan Pengelola : 80 Orang
Gambar 4.2 workshop
Sumber : Data Pribadi
Gambar 4.3 Theater
Sumber : Data Pribadi
Gambar 4.4 R. Pengepakan
Sumber : Data Pribadi
Gambar 4.5 Parkir motor
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 28
Pengrajin : 30 Orang
Pemain Seni Tari, Angklung : 500 orang
G. Guest House : 8 Kamar
Lahan parkir eksisiting : 14 bis
40 Mobil pribadi
100 motor
Kapasitas yang tersedia di Saung Angklung Udjo sangat kurang memadai
kebutuhan pengunjung maupun kebutuhan pengelola maka dari itu kebutuhan
fasilitas pengunjung dan fasilitas pengelola perlu penambahan kapasitas maupun
bangunan baru seperti Galeri, kapasitas parkir motor, mobil dan kapasitas theater.
Kebutuhan dan faslitas yang terbentuk tidak hanya dibentuk didalam site
saja tetapi di lingkungan sekitar perlu dibenahi agar lingkungan dan Saung
Angklung Udjo merupakan kesatuan objek wisata yang menarik.
4.1.3. Peraturan dan Standar Perancangan :
Peraturan pemerintah kota Bandung menetapkan bahwa daerah Cibeunying
Kidul Kec. Pasirlayung yaitu lahan yang diperuntukan untuk sebuah kawasan
budidaya yang khususnya perumahan seperti pada gambar 4.6. dan gambar 4.7.
peraturan yang terkait adalah peraturan tentang koefisien lantai dasar, koefisien
luas bangunan dan fungsi bangunan.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 29
Tabel 4.6. Tata guna lahan Cibeunying Kidul
4.1.3.1.Standar Perhitungan parkir
Kebutuhan parkir sangat penting dalam sebuah kawasan wisata maupun
fungsi-fungsi bangunan lainnya. Kebutuhan parkir sering terlupakan padahal
keberadaan parkir akan mempengaruhi efektifitas dari fungsi bangunan tersebut,
maka parkir yang ada di Saung angklung Udjo akan ditambah dan direncanakan
ulang karena dilihat dari kapasitas parkir yang tersedia sangat kurang dan dari
aspek desainpun sangat kurang layak.
Perhitungan parkir dimulai dari analisis pengunjung yang datang dan
banyaknya kapastitas pengunjung pada area wisata Saung angklung Udjo untuk
yang pertama pengunjung dibagi 2 yaitu :
a. pengunjung pejalan kaki
b. pengunjung kendaraan
pengunjung kendaraan lebih banyak dari pada pengunjung pejalan kaki. Total
jumlah pengunjung :
Pengunjung kendaraan = 1000 orang
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 30
Dalam berkunjung ke wisata Saung angklung Udjo pengunjung yang datang
dengan mengendarai kendaraan dibagi lagi kedalam 2 karakter yaitu :
1. pengunjung biasa 60% pengunjung biasa (60%x 1000) = 600 orang
2. pengunjung rombongan 40% pengunjung rombongan (40% x 1000) = 400
orang
1. Pengunjung Biasa (Tidak Rombongan)
Pada karakter pengunjung yang bukan rombongan didapat dari hasil
analisis adalah 60% menggunakan mobil dan 40 % menggunakan motor,
maka kebutuhan parkir mobil adalah 40% x 600 = 480 orang.
Dari hasil jumlah pengunjung yang didapat maka dari standar kendaraan
mobil yang memuat 6 orang dalam satu mobil maka kebutuhan parkir
seluas 828 m2 dalam jumlah mobil menghasilkan jumlah 80 kendaraan
mobil. Sedangkan untuk pengunjung yang menggunakan motor adalah 360
hasil dari anslisis dan perhiungan, maka untuk kebutuhan area parkir motor
adalah 360 m2, dalam jumlah motor maka didapat 180 kendaraan motor.
2. Pengunjung rombongan :
Pada karakter pengunjung yang rombongan didapat dari hasil analisis
adalah 60% menggunakan mobil dan 40 % menggunakan motor, maka
kebutuhan parkir mobil adalah 40% x 1000 = 400 orang.
Dari hasil jumlah pengunjung yang didapat maka dari standar kendaraan
mobil yang memuat 20 orang dalam satu bis maka kebutuhan parkir seluas
450 m2 dalam jumlah mobil menghasilkan jumlah10 kendaraan bis.
3. Perhitungan Parkir Pengelola
pengelolaan Saung Angklung Udjo ini dikelola oleh kepala beserta stafnya
berjumlah 60 orang, maka kebutuhan parkirnya jika diasumsikan 60% naik
mobil dan 40% naik motor. Maka hasil yang didapat dari perhitungan dan
standar parkir dan kendaraan tersebut adalah 187 m2 unutk kendaraan
mobil dengan jumlah 18 mobil, dengan perhitungan standar satu mobil
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 31
m2 dengan jumlah 12 kendaraan motor dan luas area parkir untuk mobil box
atau mobil barang adalah 17,5 m2 dengan jumlah 3 mobil barang.
Maka total dari kebutuhan parkir yang telah dihitung adalah sebagai berikut : a. 1.
a. parkir pengunjung :
4.2. Analisis Kondisi Lingkungan
Tapak yang akan dijadikan perancangan Redesain Saung Angklung Udjo
adalah tapak yang berada disebuah kawasan pemukiman padat. Yang menjadi
pembatas dari kondisi tapak adalah pemukiman warga yang sangat padat. Kondisi
dari tapak dilihat dari lokasi cukup baik karena tapak Saung Angklung Udjo dapat
dijangkau oleh semua kendaraan bermotor dan lokasi yang berdekatan dengan
terminal Cicaheum menjadi keuntungan tersendiri yaitu dengan mudah pengunjung
mengunjungi Saung Angklung Udjo karena terminal merupakan tempat
pemberhentian kendaraan-kendaraan.
Data eksisting tapak ini adalah sebagai berikut :
Data lingkungan makro
a. Tata guna lahan
Tata guna lahan yang diperuntukan pada wilayah Cibeunying kidul
adalah sebuah kawasan Peraturan pemerintah kota Bandung menetapkan
bahwa daerah Cibeunying Kidul Kec. Pasirlayung yaitu lahan yang
diperuntukan untuk sebuah kawasan budidaya yang khususnya perumahan
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 32
b. Batsan-batasan site
Secara geografis wilayah Kota Bandung berada antara 107°36’ BT
dan 6°55’ LS dengan luas wilayah 167,45 km2 dengan batas-batas sebagai
berikut ( sumber : google.wikipediacuacakotabandung) :
Batas Utara : pemukiman warga
Batas Selatan : pemukiman warga
Batas Timur : pemukiman warga
Batas Barat : Jalan Padasuka
Lokasi Saung Angklung Udjo yang dikelilingi oleh pemukiman padat dimana
semua batasan dari tapak merupakan pemukiman warga setempat. Dari
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 33
batasan tersebut masyarakat disekitar tapak akan menjadi salah satu poin positif
dari perancangan ini. Pada gambar 4.10. bisa dilihat detail dari gambaran
batasan-batasan tapak Saung Angklung Udjo.
c. Aksessibilitas
Aksessibilitas adalah sebuah akses pencapain pada objek wisata
Saung Angklung Udjo. Pada gambar 4.11. aksessibilitasinya Saung
Angklung Udjo dapat dicapai oleh dua arah yaitu dari arah utara dan arah
selatan. Kelebihan dari Saung Angklung Udjo adalah tapak yang berdekatan
dengan salah satu terminal besar di Kota Bandung yaitu terminal Cicaheum
sehingga tata letak yang cukup strategis ini wisatawan dapat dengan
mudah mencapai objek wisata Saung Angklung Udjo. Keadaan dari tapak
yang cukup strategis ini akan berdampak sangat positif bagi Saung
Angklung Udjo karena peran utama dari akssibilitasnya cukup baik dan
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 34
dapat di akses oleh berbagai macam kendaraan dan arah. Kendaraan
umum yang yang dapat mengakses ke Saung Angklung Udjo adalah
sebuah angkot, mobil pribadi, ojeg dan bis.
d. Orientasi matahari dan putaran angin
Orientasi dari sinar matahari yang bergerak dari arah timur dan
terbenam diupuk selatan bisa dilihat dari gambar 4.12 dimana gambar
tersebut menjelaskan lebih detail tentang orientasi matahari, dengan adanya
orientasi tersebut maka desain dari bangunan akan menjadi pengaruh
utama. Orientasi matahari ini akan dimanfaatkan kedalam bentuk desain
bangunan karena cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan akan
menjadi sumber cahaya alami. Dengan ini maka cahaya alami yang masuk
akan menjadi acuan pada konsep desain. Semua yang menagndung unsur
alam akan menjadi acuan desain utama pada perancangan ini, karena
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 35
desain dari perancangan ini akan mengedepankan konsep yang
harmonisasi dengan alam dan berintegrasi dengan masyarakat dan
berintegrasi dengan alam.
Kalo dilihat dari gambar 4.12 Arah hembusan angin yang berhembus pada
bulan oktober diperhitungkan akan berhembus dari arah barat dengan
kecepatan 1.1 mps/4 km/ h / 2 m/h ( google.wikipediacuacakotabandung) :
4.2.1. Pengelompokan zona yang berorientasi dengan tapak
Analisis yang dilakukan dalam perancangan proyek tugas akhir
dengan menerapkan tema adaptif terhadap msyarakat adalah melaukan
analisis setiap lingkungan yang langsung berorientasi dengan tapak. Yaitu
lingkungan RW 6 yang terdiri dari 7 RT. Konsep analisis dari satu RW ini
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 36
adalah saya bagi kedalam 7 zona unutk mempermudah dalam
pembagiannya.
pada gambar 4.13. bisa dilihat pembagian zona lingkungan masyarakat
yang berorientasi langsung dengan tapak adalah sebagai berikut :
Zona yang berada dilingkungan masyarakat dibagi kedalam 7 zona yaitu :
masing-masing dari ketujuh zona ini memiliki potensi dan kendala yang akan
dijadikan sebagai input kedalam desain perancangan tapak Redesain Saung
Angklung Udjo.
Gambar 4.11 Pembagian Zona lingkungan Sumber : Data pribadi
- Zona A
- Zona B
- Zona C
- Zona D
- Zona E
- Zona F
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 37
Penjelasan dari ketujuh zona tersebut adalah sebagai berikut :
RT 01/ RW 06 Kel. Pasirlayung
Kec. Cibeunying Kidul
Bandung Jawa Barat
Pada gambar 4.14 merupakan keyplan untuk zona H yang merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Saung Angklung Udjo. Semua detail dan penjabaran titik
pemotretan/ penyurveyan akan diditailkan oleh gambar 4.15.
Penjabaran dan detail akan dijabarkan sebagai berikut :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 38
Pada Gambar 1) , 2) , 3) , 4) , 5) dan 6). Kondisi pada gang di zona 1 yang yang
memiliki lebar gang ckup kecil yang hanya mempunyai lebar 1,5 meter. Gang ini
hanya bisa dilewati oleh motor dan pejalan kaki saja.
Pada Gambar 6) , 7) dan 8). Kondisi lingkungan yang langsung bersebrangan
dengan jalan dan merupakan area komersil. Sudut pandang ini mempunyai potensi
yang cukup besar karena berada di daerah komersil. Pada gambar 9) merupakan
area komersil yang langsung terhubung oleh jalan Padsasuka.
RT 02/ RW 06 Kel. Pasirlayung
Kec. Cibeunying Kidul
Bandung Jawa Barat
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 39
Pada gambar 4.16 merupakan keyplan untuk zona H yang merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Saung Angklung Udjo. Semua detail dan penjabaran titik
pemotretan/ penyurveyan akan diditailkan oleh gambar 4.17 dan gambar 4.18..
Penjabaran dan detail akan dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 4. 16. Zona B Sumber : Data Pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 40
Pada Gambar 1) , 2) , 3) ,dan 4). Kondisi pada gang di zona 2 yang memiliki lebar
gang cukup besar yaitu mempunyai lebar 2-2,5 meter. Gang ini hanya bisa dilewati
oleh motor dan pejalan kaki saja.
Pada Gambar 6) , 7 , 8) dan 9). Kondisi gang pada gambar tersebut merupakan
gang yang sangat kecil sehingga pejalan kaki pun tidak merasa nyaman ketika
berjalan.
Pada Gambar 10) merupakan ruang terbuka yang cukup luas. Sedangkan pada gambar 12 merupakan area komersil.
RT 03/ RW 06 Kel. Pasirlayung
Kec. Cibeunying Kidul
Bandung Jawa Barat
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 41
Pada gambar 4.19 merupakan keyplan untuk zona H yang merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Saung Angklung Udjo. Semua detail dan penjabaran titik
pemotretan/ penyurveyan akan diditailkan oleh gambar 4.19 dan gambar 4.20.
Penjabaran dan detail akan dijabarkan sebagai berikut :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 42
Pada Gambar 1) , 2) , 3) , dan 4). Gang di zona 1 memiliki lebar gang cukup besar
yang hanya mempunyai lebar 2-2,5 meter. Gang ini hanya bisa dilewati oleh motor
dan pejalan kaki saja.
Pada Gambar 5) merupakan ruang terbuka yang cukup luas. Sedangkan Pada
Gambar 7) , 8) , 9) , dan 10). Gang di zona 3 ini memiliki lebar gang cukup besar
yang mempunyai lebar 2-2,5 meter. Gang ini hanya bisa dilewati oleh motor dan
pejalan kaki saja.
RT 03/ RW 06 Kel. Pasirlayung
Kec. Cibeunying Kidul
Bandung Jawa Barat
Gambar 4.20 Zona C Sumber : Data pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 43
Pada Gambar 1) , 2) , dan 3). Gang di zona 3 memiliki lebar gang cukup besar
yang hanya mempunyai lebar 2-2,5 meter . pada gambar 4) tumbuh sebuah
workhshop yang dikelola oleh masyarakat. Pada gambar 6) dan 7) merupakan
ruang terbuka yang berada di lingkungan masyarakat. Pada gambar 11)
merupakan jembatan penghubung yang terpisah oleh sebuah sungai. Pada
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 44
gambar 13), 14), dan 15) merupakan sebuah sungai dan ruang terbuka yang
berada di pinggir sungai.
RT 05/ RW 06 Kel. Pasirlayung
Kec. Cibeunying Kidul
Bandung Jawa Barat
Pada gambar 4.23 merupakan keyplan untuk zona H yang merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Saung Angklung Udjo. Semua detail dan penjabaran titik
pemotretan/ penyurveyan akan diditailkan oleh gambar 4.24.
Penjabaran dan detail akan dijabarkan sebagai berikut :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 45
Pada gambar diatas menjelaskan gang yang berada di zona E dari aspek karakter
gang, luasan gang dan perkerasan-perkerasan gang. Pada gambar 1) sampai
dengan 3) karakter yang tercipta pada gang tersebut adalah gang yang cukup
bersih dan bersih.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 46
Gang pada gambar 6) sampai dengan gambar 10) gang sangat potensial dengan
berorientasi pada sungai dan memiliki ruang terbuka. Pada gambar 12) merupakan
ruang terbuka yang cukup luas. Gang-gang yang tercipta dalam segi kebersihan
cukup bersih karena masyarakatnya cukup peduli dengan kebersihan
lingkungannya.
RT 06 / RW 06 Kel. Pasirlayung
Kec. Cibeunying Kidul
Bandung Jawa Barat
Pada gambar 4.25 merupakan keyplan untuk zona H yang merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Saung Angklung Udjo. Semua detail dan penjabaran titik
pemotretan/ penyurveyan akan diditailkan oleh gambar 4.26.
Penjabaran dan detail akan dijabarkan sebagai berikut :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 47
Pada gambar diatas menjelaskan gang dan ruang-ruang terbuka yang berada di
zona G dari aspek karakter gang, luasan gang, perkerasan-perkerasan gang dan
tingkat kebersihan pada gang-gang tersebut. Pada gambar 1) dan 2) merupakan
gang cukup kecil dam sempit. Ruang terbuka yang bisa dilihat pada gambar 4)
ruang terbuka tersebut berada tepat disamping sungai. Pada gambar 5) sampai
dengan 7) gang tercipta cukup besar yang bisa dilalui oleh mobil. Pada gambar
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 48
12) terlihat sebuah potensi nyata yaitu sebuah sungai dengan lebat yang cukup
besar.
Pada gambar 4.23 merupakan keyplan untuk zona H yang merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Saung Angklung Udjo. Semua detail dan penjabaran titik
pemotretan/ penyurveyan akan diditailkan oleh gambar 4.28 gambar 4.29.
Penjabaran dan detail akan dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 4.27 Zona H Sumber : Data pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 49
Pada gambar diatas menjelaskan gang dan ruang-ruang terbuka yang berada di
zona H dari aspek karakter gang, luasan gang, perkerasan-perkerasan gang dan
tingkat kebersihan pada gang-gang tersebut. Pada gambar 1) sampai dengan 5)
merupakan gang cukup kecil dam sempit. Perkerasan yang digunakan hanya
menggunakan pelesteran dan acian biasa. Pada gambar 6) gang tercipta cukup
besar yang bisa dilalui oleh mobil.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 50
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Konsep Dasar
Konsep dasar pada perancangan redesain Saung Angklung Udjo didasari
oleh permasalahan-permasalahan di sekitar site dan didalam site berupa
permasalahan batas site, kesenjangan sosial, parkir, dan penataan kawasan yang
semakin buruk. Berbagai permasalahan ini menjadi masukan utama dalam
pembentukan konsep selain permasalahan massa dan pola sirkulasi bangunan
Saung Angklung Udjo. Karena konsep utama merupakan ide/ gagasan dasar
dalam perancangan redesain Saung Angklung Udjo.
Permasalahan utama yang dikembangkan menjadi tema dan lebih
dikerucutkan menjadi sebuah konsep. Terlepas dari berbagai permasalahan yang
berkembang dimasyarakat dan dipihak pengelola tersebut pengambilan konsep
juga didasarkan pada berbagai potensi yang berada dimasyarakat dan didalam
tapak itu sendiri.
Berbagai permasalahan dan dan potensi-potensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Permusuhan antara objek wisata dan lingkungan masyarakat, yang
disebabkan oleh objek wisata yang tidak menyatu dengan masyarakat,
sehingga memberikan kesan egois dan tidak peduli terhadap
lingkungannya. Masalah ini muncul disebabkan oleh inklusifitas kawasan,
seperti adanya gerbang dan pagar yang terkesan membedakan antara
kawasan dan masyarakat.
2. Tidak termanfaatkannya potensi-potensi disekitarnya, baik potensi alam
maupun potensi masyarakat itu sendiri, misalnya diarea tersebut terdapat
sungai yang dikelilingi oleh beragam bambu, seharusnya ini dapat
dimanfaatkan sebagai potensi, selain itu warga sekitar yang mempunyai
keahlian pertukangan bambu. Potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 51
5.1.1 Konsep Utama
Konsep perancangan ini adalah integrasi desain dan pemberdayaan potensi
masyarakat dan di lingkungan site perancangan. Lima konsep gagasan adalah 1)
integrasi, 2) pemberdayaan, 3) entertainment, 4) potensi dan 5) lokalitas. Kelima
gagasan ini menjadi input terhadap desain tapak, ornamen, bentuk bangunan.
Gambaran dan penerapanya adakah seperti pada gambar 5.2
Gambar 5.1 Potensi masyarakat & dilingkungan site perancangan
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 52
5.1.2 Uraian konsep
a. Integrasi
Pemahaman dari integrasi adalah upaya untuk menggabungkan
antara lingkungan masyarakat dengan objek wisata Saung Angklung udjo
dimana dengan adanya sikap saling peduli atau sikap integrasi maka akan
tercipta hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini bisa dimanfaatkan
sebagai salah satu sistem kerjasama, baik dibidang ekonomi maupun
dibidang sosial. Sehingga keuntugan untuk masyarakat dan objek wisata
Saung Angklung Udjo dapat dirasakan oleh masing-masing pihak.
b. Pemberdayaan
Pemahaman dari pemberdayaan adalah sikap yang ditonjolkan pengelola
Saung Angklung Udjo terhadap sumber daya manusia yang berada di
sekitar Saung Angklung Udjo, dimana pada pemberdayaan ini masyarakat
akan dilibatkan dalam kepengurusan pengelola Saung Angklung Udjo.
Pemberdayaan ini berupa :
Staf karyawan 60 % mengambil dari masyarakat sekitar.
Pengrajin angklung disebar pada masyarakat sebagai industri kreatif
Gambar 5.3 Diagram Konsep
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 53
Kantong-kantong parkir akan menjadikan pertumbuhan ekonomi bagi
masyarakat
c. Entertainment
Pemahaman dari sebuah konsep yang salah satunya menggunakan
alat entertainment atau hiburan yang dikelola oleh pengelola Saung
Angklung udjo yang kemudian diberikan kepada masyarakat, fungsi dari
entertainment ini adalah untuk mempererat hubungan antara lingkungan
masyarakat dengan objek wisata Saung Angklung udjo karena dengan
diadakannya event-event yang bersifat komersil dan sosial akan tumbuh
sifat kekeluargaan antara lingkungan masyarakat dengan objek wisata
Saung Angklung udjo. Hubungan baik ini akan menghasilkan keuntungan
yang dapat dinikmati oleh pihak masing-masing dari masyarakat maupun
pihak pengelola objek wisata Saung Angklung udjo.
No Nama event
8 Program kali bersih
9 Program menanam 1000 pohon
10 Seminar Angklung
11 Live konser Angklung sadaya
12 Konser terbuka
13 Festival kaulinan budak
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 54
Event-event tersebut dibagi kedalam 3 kategori yaitu :
1. Event mingguan
2. Event bulanan
3. Event tahunan
Semua event yang dibagi kedalam 3 kategori tersebut dibagi lagi kedalam 2
karakter yaitu :
1. Karakter sosial
2. Karakter ekonomi
1. Event sosial
Event sosial ini adalah event yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai keuntungan yang berupa non material yaitu
keuntungan seperti kebersihan lingkungan, kebersihan sungai dan terjalin
hubungan kekeluargaan.
Event yang termasuk kedalam event sosial adalah :
- Konser terbuka ( Umum )
- Seminar angklung
- Program menanam 100 pohon
- Program kalli bersih
masyarakat akan mendapat keuntungan berupa material, selain keuntungan
terjalinnya hubungan kekeluargaan masyarakat juga dapat merasakan
keuntungan material.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 55
- Saung angklung
- Olah bambu
- Festival kaulinan budak
- Bazar saung Udjo
- Festival food
- Kaulinan edukasi
5.1.3. Jadwal event
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 56
d. Pelestarian
Konsep pelestraian adalah konsep yang diambil dari fungsi eksisiting
dari Saung Angklung Udjo ini adalah sebuah objek wisata yang melestarikan
dan mengembangkan kebudayaan-kebudayaan dan kesenian-kesenian
Sunda dan pelestarian alat musik yang terbuat dari bambu yaitu angklung.
Pelestarian dari sebuah kebudayaan dan kesenian merupakan hal
yang sangat sulit karena kebudayaan dan kesenian tradisional khususnya
Sunda mulai dipandang sebelah mata dan tidak diminati oleh masyarakat
karena kebudayaan barat yang dengan mudah masuk ke negara kita yang
dengan mudah dapat merubah paradigma, fashion dan kesenian.
Dengan permasalahan tersebut perancangan Redesain Saung
Angklung Udjo akan merubah secara perlahan dengan mempertunjukan
kesenian-kesenian Sunda dan wilayah yang berada di sekitar Saung
Angklung Udjo akan menjadi Kampung dengan kesenian dan kebudayaan
Sunda yang kuat.
e. Lokalitas
Tapak yang berfungsi sebagai pusat kesenian dan kebudayaan
Sunda maka bangunan yang akan dibentuk atau dibangun adalah
bangunan yang mengedepankan lokalitas Sunda yaitu bangunan yang
mempunyai material dan bentukan-bentukan lokalitas Sunda.
Bentuk lokalitas adalah sebagai berikut :
a. Bentuk atap
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 57
5.2. Rencana Tapak
5.2.1 Konsep Tapak
Perencanaan tapak dari perancangan Redesain Saung Angklung Udjo
adalah tapak yang akan difungsikan sebagai pusat kebudayaan dan kesenian
Sunda yang berada di Bandung dengan Luas lahan 1.5000 m2. Pemintakatan
penzonaan dari tapak ini diambil dari karakteristik-karakteristik setiap zona yang
berdekatan dengan tapak dan didasarkan pada peletakan tapak yang langsung
berhadapan dengan jalan utama yaitu jalan Padasuka.
Setiap bagian tapak mempunyai batas yang berbeda dan mempunyai
permasalahan dan potensi yang berbeda. Berbagai perbedaan dan potensi ini
menjadi bagian konsep perancangan yang utuh dengan pengolahan sirkulasi,
lahan dan lain-lain.
Gambar 5.5 Atap Julangapak Sumber : Data pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 58
Karakteristik setiap zona yang berdekatan tapak adalah sebagai berikut :
Penjelasan setiap zona yang terbentuk adalah sebagai berikut :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 59
1. Zona A
Zona A merupakan zona yang mempunyai luasan yang cukup kecil yang
mempunyai hubungan langsung dengan jalan Padasuka, pada Zona ini
fungsi masyarakat yang terbangun adalah fungsi ruang sebagai ruang
komersil dan fungsi ruang pemukiman masyarakat.
2. Zona B
Zona B merupakan zona yang memiliki 2 fungsi bangunan yaitu bangunan
komersil dan bangunan pemukiman warga, Zona B sangat potensial karena
mempunyai orientasi langsung dengan jalan Padasuka. Pada zona ini
mempunyai ruang terbuka yang cukup besar dan merupakan zona yang
cukup efektif dalam pembuatan area komersil.
3. Zona C
Zona C merupakan zona yang mempunyai luasan yang cukup besar yang
mempunyai hubungan langsung dengan jalan Padasuka, pada Zona ini
fungsi masyarakat yang terbangun adalah fungsi sebagai ruang komersil
dan fungsi ruang pemukiman masyarakat. Pada zona ini sudah terbangun
salah satu warga yang mempunyai workshop untuk pemenuhan produksi
angklung di Saung Angklung Udjo.
4. Zona D
Zona D merupakan zona yang mempunyai luasan yang cukup besar yang
mempunyai hubungan langsung dengan sungai yang berada di area ini,
sungai yang ada di area ini akan menjadi potensi positif untuk input pada
perancangan tapak Saung Agklung Udjo, pada Zona ini fungsi masyarakat
yang terbangun adalah fungsi ruang sebagai pemukiman masyarakat.
5. Zona E
Zona E merupakan zona yang mempunyai luasan yang cukup besar yang
mempunyai hubungan langsung dengan sungai yang berada di area ini,
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 60
perancangan tapak Saung Agklung Udjo, pada Zona ini fungsi masyarakat
yang terbangun adalah fungsi ruang sebagai pemukiman masyarakat.
6. Zona F
Zona F merupakan zona yang mempunyai luasan yang cukup besar yang
mempunyai hubungan langsung dengan sungai yang berada di area ini,
sungai yang ada di area ini akan menjadi potensi positif untuk input pada
perancangan tapak Saung Agklung Udjo, pada Zona ini fungsi masyarakat
yang terbangun adalah fungsi ruang sebagai pemukiman masyarakat.
7. Zona G
Zona E merupakan zona yang mempunyai luasan yang cukup besar yang
hanya berfungsi sebagai pemukiman warga saja, tetapi pada zona ini warga
masyarakat setempat mempunyai keahlian dalam pemasaran sebuah
alat-alat untuk pembuatan angklung, maka pada zona G akan membantu pada
perencanaan desain tapak redesain Saung Angklung Udjo.
dari hasil pengamatan karakteristik zona yang berada disekitar site, maka
dirancang pembagian zona tapak sebagai berikut
Zona tapak dibagi kedalam 3 bagian yaitu :
a. Zona Publik sebaga
b. Zona Pengelola
c. Zona Wisata
Ketiga zona ini mempunyai fungsi yang berbeda karena masing-masing zona
mempunyai fungsi dan karakter yang berbeda, sehingga semnua karakteristik
setiap zona akan mejadi masukan dan penyempurnaan desain tapak Saung
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 61
a. Zona Publik
Zona publik merupakan zona yang bisa digunakan oleh pengunjung,
masyarakat dan pengelola karena pengelompokan dari zona publik hanya
berupa parkir pengunjung dan toilet umum .
Fungsi ruang zona publik :
1. Parkir Bis
2. Parkir mobil
3. Parkir motor
4. R. Keamanan
5. Driver Lounge
6. Toilet umum
7. Bambu garden
b. Zona Pengelola
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 62
Zona pengelola merupakan zona yang hanya bisa digunakan atau dilalui oleh
pengelola saja karena sifat atau hirarki ruang pengelola lebih private daripada
zona wisata dan zona publik.
Fungsi ruang Zona pengelola :
1 R. Informasi
pengunjung. Ruang-ruang yang terbentuk dari zona wisata ini berdasarkan
kebutuhan pengunjung dan hasil dari kuesioner dan analisis :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 63
5.2.2 Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang mendasar dari sirkulasi adalah konsep sirkulasi linier,
sirkulals linier ini merupakan konsep sirkulais sederhana karena dengan
terbentuknya sirkulasi linier ini kendaraan maupun manusia dapat dengan mudah
mencapai tujuan yang dituju.
Konsep sirkulasi terbagi kedalam 2 sirkulasi
1. Sirkulasi manusia
2. Sirkulasi kendaraan
Pemahaman dari setiap sirkulasi adalah sebagai berikut :
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 64
1. Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia terbagi kedalam 2 bagian yaitu sirkulasi manusia dalam
tapak dan sirkulasi diluar tapak. Sirkulasi manusia di lingkungan masyarakat
memakai konsep pola sirkulasi dengan memakai pola pengolahan warna dan
material pada sirkulasi atau gang yang berada di lingkungan masyarakat.
Untuk sirkulasi manusia didalam tapak mengguanakan pola sirkulasi linier
dengan maksud pengunjung yang masuk keddalam tapak dapat dengan mudah
mencapai tujuan mereka, pola sirkuasinya menggunakan material dan
penggunaan olahan warna.
2. Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan dibagi kedalam 3 bagian yaitu sirkulasi kendaraan bis,
mobil dan motor.
Gambar 5.11 sirkulasi masyarakat Sumber : Data pribadi
Gambar 5.12 sirkulasi masyarakat Sumber : Data pribadi
Gambar 5.13 sirkulasi tapak Sumber : Data pribadi
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 65
1. Sirkulasi kendaraan mobil bis diarahkan langsung ketempat parkir karena
mobil bis merupakan mobil yang cukup besar sehingga diperlukan akses
yang langsung kedlam parkir.
2. Sirkulasi kendaraan mobil diarahkan masuk kedalam zona parkir karena
mobil kecil dibutuhkan keamanan yang cukup sehingga parkir mobil lebih
aman.
3. Sirkulasi kendaraan motor diarahkan kedalam kantong parkir buat motor
yang terletak didepan zona publik karena parkir motor diperlukan kemanan
yang cukup aman.
5.2.3. Konsep ruang terbuka/ tata hijau
Tatanan hijau dalam sebuah perancangan merupakan suatu keharusan
karena di era globalisasi ini kebutuhan ruang terbuka hijau akan membantu
kenyamanan, membantu alam, dan membantu mengurangi efek global warming,
issue-issue tersebut harus dilibatkan dalam sebuah perancangan. Perancangan yang sehat dan peduli lingkungan akan mempedulikan ruang-ruang terbuka hijau
yang diperuntukan untuk penghijauan penambah oksigen.
Ruang terbuka hijau dalam perancangan redesain Saung Angklung Udjo
terdapat pada semua titik zona. Kebutuhan ruang terbuka pada proyek ini akan
menjadi poin tambah untuk sebuah perancangan tapak dimana elemen-elemen
tapak harus terwujud dalam perancangan proyek ini.
Ruang terbuka yang akan dijadikan sebagai ruang-ruang positif yaitu ruang
yang digunakan sebagai tanaman tidak hanya didesain didalam tapak saja tetapi
ruang-ruang terbuka yang berada di lingkungan masyarakat juga akan diolah
menjadi ruang terbuka hijau. Fungsi pemanfaatan ruang terbuka hijau ini adalah
kenyamanan yang akan tercipta tidak hanya didalam tapak saja tetapai
ruang-ruang terbuka diluar tapak akan terasa nyaman juga.
IWAN SETIAWAN – 104 08 005 66
5.2.4. Konsep Utilitas
Konsep utilitas dari perancangan redesain Saung Angklung Udjo ini adalah
sirkulasi drainase yang secara langsung dialirkan kearah sungai yang berada di
arah timur site, karena dilihat dari toppografi tapak tapak mempunyai kontur yang
lebih rendah kearah timur. Pada lahan tapak drainase dibentuk sesuai dengan
sirkulasi yang terbentuk yaitu disetiap sisi dari setiap sirkulasi memakai drainase
dengan lebar 50 cm untuk mengalirkan air.
Untuk utilitas air hujan pada bangunan meggunakan sebuah talang yang
terbuat dari besi plat agar air hujan yang turun dapat terorganisir secara baik,
material besi dipili karena dalam segi kekuatan talang besi lebih tahan lama
daripada talang yang terbuat dari bahan pvc.
Gambarnya adalah sebagai berikut :
Gambar 5.15 konsep ruang terbuka hijau Sumber : Data pribadi