• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN Faktor Determinan Perilaku Keluarga Berncana (KB) Dengan Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN Faktor Determinan Perilaku Keluarga Berncana (KB) Dengan Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN

JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ANDRIAS HERU PURWANTO J410120032

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN

JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Abstrak

Pria memiliki peran untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan Metode Operasi Pria (MOP). Hal ini disebabkan karena sebagian perempuan mengalami ketidakcocokan dalam penggunaan kontrasepsi. KB MOP juga memiliki banyak kelebihan, dari segi biaya untuk melakukan KB MOP relatif murah, dan KB ini pun aman, cepat, dan bisa digunakan seumur hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Determinan Perilaku KB Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini adalah observasi dengan desain penelitian case control, populasi pada penelitian ini 90 responden 60 kelompok kasus dan 30 kelompok kontrol, dengan menggunakan analisis penelitian uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP (p=0,060), sikap dengan perilaku KB MOP (p=0,001), dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP (p=0,000). Faktor Determinan Perilaku Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar yang paling berpengaruh adalah dukungan keluarga.

Kata kunci :Keluarga Berencana (KB), Metode Operasi Pria (MOP), Kontrasepsi, Kontrasepsi Pria

Abstract

Men have a role to use contraception with Operation Method Man (MOP). This was proven because the majority of women experience a mismatch in the use of contraception. KB MOP also has many advantages, in terms of cost to MOP KB relatively inexpensive, and KB was also secure, fast, and can last a lifetime. This study aims to determine Determinant factor Behaviour KB Operating Method Man (MOP) In District Jenawi Karanganyar. This study was observational with case control study design, population in this study 90 respondents 60 cases and 30 controls, by using research analysis chi-square test. The results showed that there was a relationship between knowledge and behavior KB MOP (p = 0.060), attitude and behavior of KB MOP (p = 0.001), family support with behavioral KB MOP (p = 0.000). Determinant factor Behaviour Operation Method Man (MOP) In District Karanganyar Jenawi most influential was family support.

(6)

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kelima di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta jiwa. Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2013).

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor dapat menurunkan angka kelahiran. Semakin tinggi prevalensi penggunaan alat kontrasepsi, maka akan semakin rendah angka fertilitasnya. Alat kontrasepsi

digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) yang berstatus menikah dan istri berusia 15 sampai 49 tahun untuk tujuan penundaan kehamilan, penjarangan kehamilan dan pembatasan (stopping) kehamilan (BKKBN, 2013). Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes RI, 2014).

Menurut hasil Susenas 2015, prevalensi pengguna kontrasepsi atau Contraceptive Prevalensce Rate (CPR) di Indonesia tahun 2015 sebanyak 76,29%. Angka tersebut lebih rendah daripada CFR Jawa tengah yaitu 79,64%. Persentase pemakaian kontrasepsi modern di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 61,26% dimana angkat tersebut lebih tinggi jika dibandingkan CFR cara modern di Indonesia yaitu 58,99%. Adapun peserta KB pria yang ada hanya mencapai sekitar 1,27%. Sementara Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia tahun 2015 sebanyak 2,29%, sedangkan TFR di provinsi Jawa Tengah sebanyak 2,26% dimana angka tersebut lebih rendah daripada TFR Indonesia (BKKBN, 2015).

(7)

menggunakan alat kontrasepsi masih sangat kecil. Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan (Kemenkes RI, 2014). Data BKKBN 2015 menunjukkan pada tahun 2015 sebanyak 0,27% peserta KB baru menggunakan MOP yang merupakan metode kontrasepsi pria (BKKBN, 2015).

Pria yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB, tidak akan termotivasi untuk berperan serta dalam menggunakan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2015, pelayanan peserta KB baru di

Kabupaten Karanganyar sebanyak 2,49% (22.988 jiwa). Peserta KB hormonal sebanyak 1,94% (17.875 jiwa), sedangkan peserta KB non hormonal sebanyak 0,55% (5.113 jiwa) dimana 0,59% (30 jiwa) diantaranya merupakan peserta MOP (BP3AKB Kab. Karanganyar, 2015). Peserta KB di Kecamatan Jenawi tahun 2016 hingga bulan Juni sebanyak 15,72% (4388 jiwa) dan 5,17% (227 jiwa) diantaranya merupakan peserta KB MOP.

Tujuan penelitian ini Mengetahui faktor determinan perilaku KB Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain studi case control, yang menilai hubungan paparan dan penyakit dengan cara menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol secara retrospektif (Azwar dan Prihartono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria usia subur yang sudah menikah baik pengguna alat kontrasepsi maupun yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di wilayah Kecamatan Jenawi tahun 2016.

Jumlah sampel kelompok kasus pada penelitian ini yakni sebanyak 60.

(8)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Gambaran tentang umur responden diketahui bahwa sebagian besar umur responden berumur <44 tahun, pada kelompok kasus (yang tidak menggunakan KB MOP) sebanyak 31 orang (51,7%), pada kelompok kontrol (yang menggunakan KB MOP) sebanyak 17 orang (56,7%). Untuk rata-rata umur responden adalah 44 tahun dan umur termuda adalah 30 tahun

sedangkan umur yang paling tua adalah 74 tahun. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,654 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,817 pada (95% CI=0,338-1,975) melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Terkait dengan karakteristik pendidikan digambarkan pada kelompok kasus diketahui sebagian besar responden memiliki pendidikan SD dan SMP sebayak 41 orang (68,3%) pada kelompok kasus begitu pula pada kelompok kontrol sebanyak 21 orang (70,0%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,872 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,925 pada (95% CI= 0,357-2,395) melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Dalam hal pekerjaan sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebanyak 56 orang (93,3%) pada kelompok kasus sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang (96,7%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,515 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=2,071 pada (95% CI=0,221– 19,394) melewati angka 1, berarti pekerjaan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Tingkat pendapatan responden dapat dilihat bahwa sebagian besar

(9)

uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,600 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR= 0,643 pada (95% CI=0,122–3,395) melewati angka 1, berarti pendapatan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Gambaran banyaknya jumlah anak responden diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki jumlah anak ˃ 2 pada kelompok kasus sebanyak 34 orang (56,7%) sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (63,3%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value

sebesar 0,545 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku KB MOP. Nilai OR= 1,321 pada (95% CI=0,3536– 3,253) melewati angka 1, berarti jumlah anak bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP.

Untuk karakteristik dukungan keluarga responden pada kelompok kasus (yang tidak KB MOP) diketahui bahwa sebagian besar mendapat dukungan keluarga lemah dari keluarga yaitu sebanyak 49 orang (81,7%), sedangkan pada kelompok kontrol (yang menggunakan KB MOP) sebagian besar dukungan keluarganya kuat. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V adalah 0,743 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat kuat (0,600-0,799). Nilai OR= 129,182 (95% CI=15,851–1052,798) sehingga dapat diartikan bahwa dukungan keluarga yang lemah dapat mencegah atau menghalangi perilaku KB MOP sebesar 129 kali.

Terkait dengan pengetahuan responden digambarkan bahwa pada kelompok kasus (yang tidak KB MOP) sebagian besar memiliki pengetahuan

(10)

antara variabel bebas dan variabel terikat lemah (0,200-0,399). Nilai OR= 4,333 (95% CI=1,686–11,138) sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan yang rendah menyebabkan tidak bersedianya para akseptor KB untuk menggunakan KB MOP sebesar 4 kali.

Karakteristik sikap responden didapatkan gambaran bahwa pada kelompok kasus (yang tidak KB MOP) sebagian besar memiliki sikap yang kurang baik sebanyak 46 orang (76,7%) sedangkan pada kelompok kontrol (KB MOP) sebagian besar memiliki sikap yang baik. Berdasarkan uji statistik

didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V adalah 0,601 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat kuat (0,600-0,799). Nilai OR=21,357 (95% CI=6,364–71,677) sehingga dapat diartikan bahwa seorang pria yang memiliki sikap kurang baik dapat mencegah perilaku KB MOP atau tidak mau melakukan KB MOP sebesar 21 kali.

Dari hasil pembahasan diatas adapun karakteristik responden yang berhubungan dengan perilaku penggunaan KB MOP ada tiga variabel yaitu dukungan keluarga, pengetahuan, dan sikap. kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini. Hasil dari analisis variabel yang berpengaruh terdapat pada tebel 1 dan hasil dari analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 2.

Table 1. Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah Anak, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Sikap dengan Perilaku KB Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

Umur Kasus Kontrol p

Value

Phi

Cram OR 95% CI

(n) (%) (n) (%)

<44 tahun 31 51,7 17 56,7

0,654 0,047 0,817 0,338-1,975 ≥44 tahun 29 48,3 13 43,3

Jumlah 60 100 30 100

Pendidikan

[image:10.595.104.529.645.758.2]
(11)

SMA PT 19 31,7 9 30,0 0,017

Jumlah 60 100 30 100

Pekerjaan

Tdk Bekerja 4 6,7 1 3,3

0,515 0,069 2,071 0,221-19,394

Bekerja 56 93,3 29 96,7

Jumlah 60 100 30 100

Pendapatan

Rendah 54 90,0 28 93,3

0,600 0,055 0,643 0,122-3,395

Tinggi 6 10,0 2 6,7

Jumlah 60 100 30 100

Jumlah anak

≤ 2 anak 26 43,3 11 36,7

0,545 0,064 1,321 0,536-3,253

˃ 2 anak 34 56,7 19 63,3

Jumlah 60 100 30 100

Dukungan keluarga

Lemah 49 81,7 1 3,3

0,000 0,743 129,182

15,851-1052,798

Kuat 11 18,3 29 96,7

Jumlah 60 100 30 100

Pengetahuan

Rendah 39 65,0 9 30,0

0,002 0,331 4,333 1,686-11,138

Tinggi 21 35,0 21 70,0

Jumlah 60 100 30 100

Sikap

Kurang baik 46 76,7 4 13,3

0,000 0,601 21,357 6,364-71,677

Baik 14 23,3 26 86,7

Jumlah 60 100 30 100

[image:11.595.109.529.105.541.2]

Analisis multivariat yang dilakukan dengan uji regresi logistik menggunakan metode “Enter” yakni metode yang digunakan bila semua variabel bebas dimasukkan sebagai variabel prediktor dengan tidak memandang apakah variabel tersebut berhubungan atau tidak terhadap variabel terikat. Jadi bila hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya besar atau kecil tetap dimasukkan.

(12)

Variabel Bebas B Sig. OR 95% CI Ket.

Dukungan keluarga -5,512 0,000 247,603 14,889-4,118E3 Signifikan

Sikap -4,064 0,001 58,234 5,485-618,252 Signifikan

Pengetahuan -2,168 0,060 8,738 0,012-1,094 Tidak signifikan

Konstanta 19,656

Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat satu variabel yang memiliki

nilai p >0,05 sehingga variabel pengetahuan dikeluarkan dari analisis. Dengan demikian, maka variabel yang berhubungan dengan perilaku KB MOP yaitu sikap (p=0,001; OR=58,234; 95% CI 5,485-618,252) dan dukungan keluarga (p=0,000; OR=247,603; 95% CI 14,889-4,118E3). Langkah selanjutnya adalah membuat persamaan regresi logistik, dengan menggunakan nilai konstanta koefisien dan OR di atas maka didapatkan persamaan regresi logistik:

Persamaan regresi logistik yang diperoleh dari hasil analisis multivariat yakni:

y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4

y = 19,656 + (-4,064) (Sikap) + (-5,512) (Dukungan keluarga)

Menurut Dahlan (2012), aplikasi dari persamaan yang diperoleh adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang untuk menderita DM tipe II dengan menggunakan rumus:

p =

Keterangan:

[image:12.595.105.542.113.267.2]
(13)

e = Bilangan natural (exponen) = 2,72

y = a + β1X1 + β2X2+ β3X3+ β4X4

Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP adalah sebagai berikut:

1. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan dukungan keluarga kuat sebesar 15,7%.

2. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap kurang baik dan dukungan keluarga kuat sebesar 9,6%.

3. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan

dukungan keluarga lemah sebesar 8,4%.

Berdasarkan nilai OR dan probabilitas dari persamaan regresi logistik di atas, diperoleh hasil yang sama bahwa faktor determinan yang mempengaruhi perilaku MOP dari urutan terbesar ke terkecil yakni dukungan keluarga dan sikap.

Pembahasan

Hubungan antara antara Umur dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda (Notoajmodjo, 2003).

Tidak adanya hubungan dalam variabel umur dapat disebabkan masih rendahnya kesadaran pria dan keluarga mengenai KB, karena keterbatasan penerimaan. Selain itu, permasalahan lain yang turut mendukung seperti peran tokoh agama yang masih kurang dan sarana pelayanan KB bagi pria yang masih terus ditingkatkan. Sehingga meskipun dalam penelitian ini banyak responden yang berusia kurang dari 40 tahun, namun banyak diantara

(14)

Hubungan antara antara Pendidikan dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi (nilai p 0,872). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Budisantoso (2009) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB vasektomi.

Hal ini kemungkinan disebabkan sebagian besar responden berpendidikan SD dan SMP. Hal ini berarti responden termasuk dalam tingkat pendidikan rendah, sehingga kemampuan memahami informasi tentang

program KB belum dapat diterima dengan lengkap dan baik. Hasil yang tidak berhubungan juga dapat dikarenakan pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan tidak hanya diputuskan oleh akseptor, tetapi juga pengaruh dari orang-orang sekitar misalnya istri, orang tua, teman, maupun tokoh yang dianggap penting seperti kepala dusun, kader kesehatan maupun petugas kesehatan di wilayah tersebut.

Hubungan antara antara Pekerjaan dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi (nilai p 0,515). Pria yang bekerja lebih cenderung memiliki interaksi sosial dengan rekan kerjanya, saling berbagi informasi termasuk diantaranya informasi mengenai penggunaan KB MOP. Hampir semua responden memiliki pekerjaan sebagai petani dan sisanya pedagang, buruh, perangkat desa, guru SD dan karyawan.

Meskipun banyak dari responden yang berstatus bekerja, namun masih ada diantara responden yang belum memiliki kesadaran untuk turut berpartisipasi dalam KB MOP. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah takut gagal dalam penggunaan KB MOP, karena di wilayah penelitian terdapat akseptor yang gagal dalam KB MOP. Hal lain yang ditakutkan adalah lemah syahwat. Sebagian besar ketakutan tersebut terjadi pada kelompok kontrol dan informasi-informasi mengenai kegagalan KB MOP dan

(15)

ketika bekerja. Sebanyak 80% responden memiliki pekerjaan sebagai petani dan sisanya pedagang, buruh, perangkat desa, guru SD dan karyawan.

Hubungan antara antara Pendapatan dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi (nilai p 0,600). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fienalia (2012) yang diperoleh hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status penggunaan kontrasepsi.

Pelayanan KB MOP di Kecamatan Jenawi diberikan secara gratis

kepada para akseptor, selain itu akseptor juga mendapatkan reward atau penghargaan dari pemerintah berupa uang tunai. Sebagian besar responden memiliki pendapatan menengah ke bawah, namun dengan adanya pelayanan KB MOP gratis tidak akan menyulitkan akseptor maupun calon akseptor dari segi ekonomi untuk ikut serta menggunakan KB MOP. Meskipun demikian, masih banyak pria di Kecamatan Jenawi yang belum menggunakan KB MOP. Tidak adanya hubungan dalam variabel ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran pria dalam partisipasi KB MOP. Selain itu, penyebarluasan informasi mengenai KB MOP lebih ditingkatkan lagi melalui sosialisasi dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat yang ada di Kecamatan Jenawi. Harapannya melalui upaya tersebut dapat meningkatkan kesadaran pria untuk turut berpartisipasi dalam KB MOP

Hubungan antara antara Jumlah anak dengan perilaku KB MOP

Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi p sebesar 0,545. Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan PUS dalam berKB adalah banyaknya anak yang dimilikinya, diharapkan

(16)

Kemungkinan tidak adanya hubungan antara jumlah anak dan perilaku MOP pada penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah anak yang dimiliki responden dalam kategori cukup (2). Sedangkan responden yang memiliki anak kurang dari 2 kemungkinan masih memiliki keinginan untuk punya anak lagi dan memutuskan untuk tidak ber-KB. Pada responden yang menggunakan KB MOP dan yang tidak menggunakan KB MOP jumlah anak hampir seimbang. Karena hanya selisih sedikit dan tidak ada perbedaan walaupun banyak responden yang memiliki anak lebih dari 2.

Hubungan antara antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi (nilai p 0,000). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni, dkk (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan metode KB pria adalah peran keluarga terdekat, seperti istri, orang tua maupun saudara. Pada penelitian ini, dukungan keluarga yang diperoleh responden terutama dari istri didapatkan karena adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri dalam pemilihan metode KB sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan.

Hubungan antara antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP

Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi (nilai p 0,002). Sejalan dengan penelitian Erliani (2014), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pada kelompok yang memanfaatkan metode operasi pria dan kelompok yang tidak memanfaatkan

(17)

Sesuai dengan Kemenkes RI (2013), pria yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB, akan termotivasi untuk berperan serta dalam menggunakan kontrasepsi. Menurut Sunaryo (2004), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour).

Hubungan antara antara sikap dengan perilaku KB MOP

Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan lebih banyak responden

memiliki sikap yang kurang baik terhadap perilaku MOP. Hal ini ditunjukkan pada kelompok kasus yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 46 orang (76,73%) sedangkan kelompok kontrol memiliki sikap baik terhadap perilaku MOP 26 orang (86,7%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada hubungan antara sikap dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi. Ini menunjukkan bahwa dengan sikap baik responden terhadap KB pria terutama tindakan metode operasi pria bisa meningkatkan pemanfaatan metode operasi pria karena sikap dapat memengaruhi seseorang untuk ber-KB atau tidak ber-KB.

Sesuai dengan penelitian BudiSantoso (2009) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi pria dalam KB. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Erliani (2014) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan sikap responden dengan pemanfaatan metode operasi pria di Kecamatan Medan Selayang. Demikian pula penelitian yang dilakukan Wahyuni, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan sikap dengan partisipasi pria dalam vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.

Analisis multivariate

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yang memenuhi syarat untuk masuk ke dalam analisis multivariat dengan nilai p < 0,25. Berdasarkan Tabel 2, setelah dilakukan uji tiga variabel secara bersama-sama dengan

(18)

OR= 58,234; 95% CI= 5,485-618,252), dan dukungan keluarga (p= 0,000; OR= 247,603; 95% CI= 14,889-4,118E3). Berdasarkan hasil tersebut, variabel pengetahuan tidak signifikan karena memiliki nilai p>0,05. Sehingga terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku KB MOP yaitu sikap (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,000).

Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa suami yang memiliki sikap baik dalam KB MOP berpeluang 58 kali menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami yang memiliki sikap kurang baik. Sedangkan

suami dengan dukungan keluarga yang kuat berpeluang 247 kali menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami dengan dukungan keluarga yang lemah.

Kedua variabel memiliki nilai p < 0,25 dan CI tidak menyinggung angka 1, maka tidak dilanjutkan analisis multivariat ke dalam model 2 karena hasilnya sama. Nilai OR yang terbesar dimiliki oleh variabel sikap. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dominan dalam perilaku KB MOP (p= 0,000; OR= 247,603; 95% CI= 14,889-4,118E3). Hasil ini menunjukkan bahwa suami yang memiliki dukungan keluarga kuat dalam KB MOP berpeluang 247 kali lebih besar menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami yang memiliki dukungan keluarga lemah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharyani dan Handayani (2010) dalam analisis multivariatnya yang menyimpulkan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam KB. Maharyani dan Handayani (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan suami dalam ber KB yang baik tidak otomatis membuat keikutsertaan suami menjadi baik pula, pada ranah pelaksanaan partisipasi suami masih banyak mempertimbangkan hal lain sebelum ikut berpartisipasi dalam KB seperti kesenjangan gender.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ekarini (2008), dalam analisis multivariatnya menyimpulkan bahwa ada pengaruh sikap KB terhadap partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (OR=5,663).

(19)

Simpulan

1) Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

2) Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

3) Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

4) Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP di

Kecamatan Jenawi.

5) Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

6) Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

7) Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

8) Ada hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi.

9) Faktor yang paling berperan dalam perilaku KB MOP di Kecamatan Jenawi adalah dukungan keluarga.

Saran

1) Bagi PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)

Petugas PLKB diharapkan dapat tetap memberikan upaya promotif berupa peningkatan intensitas penyuluhan dan upaya KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada semua masyarakat, agar masyarakat mengetahui tentang KB MOP sehingga masyarakat banyak yang mau menggunakan KB MOP.

2) Bagi Masyarakat Jenawi

(20)

kepada wanita saja karena laki-laki juga bisa melakukan KB yang lebih efektif dan efisien.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang KB MOP dan menambahkan variabel yang lebih banyak lagi. Agar dapat mengetahui apakah masih ada faktor lain yang menyebabkan orang menggunakan KB MOP seperti jarak dan akses pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. dan Prihartono. J. 2014. Metode penelitian kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara

Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Indonesia Berdasarkan Hasil Survei Social Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Prevalensi Pemakai Alat Kontrasepsi. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2015. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Budisantoso. S. I. 2009. Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di

Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia Vol. 4, no. 2.

Dewi, P.H. C. dan Notobroto, H. B. 2014. Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3. No.1 : 66-72.

Erliani, D. 2014. Determinan Pemanfaatan Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Medan Selayang. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Fienalia, R. A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. [Skripsi ilmiah]. Jakarta: Universitas Indonesia.

(21)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana Tahun2014-2015. Jakarta: Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Situasi Keluarga Bencana di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Maharyani, H. W Dan Handayani, S. 2010. Hubungan Karakteristik Suami Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jurnal KES MAS Vol. 4, no. 1 :1-75

Manuaba, I. B. G. 2000. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Gambar

Table 1. Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah Anak, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Sikap dengan Perilaku KB  Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
Tabel 2. Daftar Variabel yang  Ikut Masuk dalam Analisis Multivariat
Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat satu variabel yang memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menentukan sektor unggulan yang dimiliki oleh suatu daerah kemudian dapat diidentifikasi potensi dan peluang investasi untuk daerah tersebut.. Gambar 2.1

[r]

Mesin ini belum dilengkapi dengan beberapa komponen untuk otomatisasi, sehingga cara pemutaran telur masih dikerjakan secara manual.. Kelemahan mesin tetas konvensional ini

Untuk hasil analisis Koefisien Korelasi (r) = 0,978 yang berarti terdapat hubungan erat antara biaya promosi terhadap hasil penjualan sehingga biaya promosi yang dikeluarkan

[r]

Zainul Basri

BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

Tahap Website Analysis ini merupakan tahap dimana kita menganalisa apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna dengan mengumpulkan informasi dari pengguna, menganalisa