ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA
RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI
ERNA SULISTYONINGSIH
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Erna Sulistyoningsih
ABSTRAK
ERNA SULISTYONINGSIH. Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S dan MUHAMMAD SYAMSUN.
Salah satu produk pertanian untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Permintaan brokoli di Indonesia tahun 2010 sebesar 101 205 ton, tahun 2011 sebesar 113 491 ton, tahun 2012 sebasar 135 837 ton dan tahun 2013 sebesar 145 079 ton (BPS 2013). PT Sayuran Siap Saji merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran brokoli. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis rantai pasok brokoli di perusahaan, menganalisis elemen-elemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli dan menganalisis setiap sub-elemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph. Interpretive Structural Modeling adalah metode yang digunakan untuk melihat keterkaitan antar sub-elemen di dalam satu sub-elemen. Rantai pasok terdiri dari petani, perusahaan dan restoran. Elemen yang teridentifikasi adalah pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Pada pembentukan
canonical matrix dan digraph, sebagian besar sub-elemennya termasuk dalam sektor IV yaitu sektor independent yang berarti sub-elemen yang masuk ke dalam sektor ini menjadi sub-elemen kunci dan setiap perubahan harus dikaji secara hati-hati.
Kata kunci: brokoli, ISM, rantai pasok
ABSTRACT
ERNA SULISTYONINGSIH. The analysis on several elements that give impact toward broccoli supply chain at PT Sayuran Siap Saji. Supervised by ALIM SETIAWAN S and MUHAMMAD SYAMSUN.
One of the agricultural products that is improved in Indonesia is broccoli. The demand of broccoli in Indonesia is 101 205 tons (2010), 113 491 tons (2011), 135 837 tons (2012) and 145 079 tons (2013) (BPS 2013). PT Sayuran Siap Saji is one of the company that works on the production and marketing of broccoli. The aim for this research is to analyze the supply chain of broccoli at the company, to analyze the elements that influences the broccoli supply chain and to analyze the sub-elements that involve on each element of broccoli supply chain by observing the formation of canonical matrix and digraph. Interpretive Structural Modeling is a method used to see the correlation on each sub-element at one element. The supply chain consists of farmer, company and restaurant. The element that identified is doer, need, problem, changes, aim, indicator, activity and affected segment. On the formation of canonical matrix and digraph, most of the sub-elements in included to sector IV which is independent sector that means those elements are the key elements and every change matters on the sub-element will be described carefully.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA
RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji
Nama : Erna Sulistyoningsih
NIM : H24100108
Disetujui oleh
Alim Setiawan S, STP MSi Pembimbing I
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP MM Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah rantai pasokan, dengan judul Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP MSi selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku dosen pembimbing kedua. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor. Kepada pihak perusahaan yang telah membantu selama proses pengumpulan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Kerangka Pemikiran 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 3
Populasi dan Sampel 3
Jenis dan Sumber Data 4
Pengolahan dan Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Gambaran Umum Perusahaan 6
Rantai Pasok Brokoli 8
Identifikasi Elemen dan Sub-Elemen 9
Analisis Elemen dan Sub-Elemen pada Brokoli 11
Implikasi Manajerial 20
SIMPULAN DAN SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
DAFTAR TABEL
1 Identifikasi elemen dan sub-elemen 10
DAFTAR GAMBAR
1 Pesanan ( ) dan pengiriman ( ) brokoli pada perusahaan 1
2 Kerangka pemikiran 3
3 Skema sistem rantai pasok 8
4 Skema rantai pasokan pertanian 9
5 Rantai pasok brokoli 9
6 Pembuatan level partitioning elemen pelaku 11
7 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen pelaku 11 8 Pembuatan level partitioning elemen kebutuhan 12 9 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kebutuhan 12 10 Pembuatan level partitioning elemen kendala 13 11 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kendala 14 12 Pembuatan level partitioning elemen perubahan 14 13 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen perubahan 15 14 Pembuatan level partitioning elemen tujuan 16 15 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen tujuan 16 16 Pembuatan level partitioning elemen indikator 17 17 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen indikator 17 18 Pembuatan level partitioning elemen aktivitas 18 19 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen aktivitas 18 20 Pembuatan level partitioning elemen segmen terdampak 19 21 Pembentukan canonical matrix dan digraph segmen terdampak 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian 24
2 Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji 30
3 Pembentukan SSIM dan RM elemen pelaku 30
4 Pembentukan SSIM dan RM elemen kebutuhan 31
5 Pembentukan SSIM dan RM elemen kendala 32
6 Pembentukan SSIM dan RM elemen perubahan 33
7 Pembentukan SSIM dan RM elemen tujuan 34
8 Pembentukan SSIM dan RM elemen indikator 35
9 Pembentukan SSIM dan RM elemen aktivitas 36
10 Pembentukan SSIM dan RM elemen segmen terdampak 37
11 Implikasi manajerial rantai pasok brokoli 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Salah satu produk pertanian untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Permintaan brokoli di Indonesia semakin meningkat dari tahun 2010 sebesar 101 205 ton, tahun 2011 sebesar 113 491 ton, tahun 2012 sebasar 135 837 ton dan tahun 2013 sebesar 145 079 ton (BPS 2013).
Brokoli (Brassica oleracea) merupakan sayuran yang memiliki kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi. Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: produk mudah rusak, budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, kualitas bervariasi dan bersifat kamba. Bibit brokoli yang dipilih adalah Bejo zaden yang memiliki umur panen 9–10 minggu setelah tanam. Brokoli jenis ini dipilih oleh perusahaan karena sesuai dengan keinginan konsumen jika dilihat dari kepadatan bunganya (Ditjen Horti 2007).
Pesanan brokoli di perusahaan, tahun 2010 mencapai 7 621 kg, tahun 2011 mencapai 9 134 kg, tahun 2012 mencapai 10 108 kg sedangkan pada tahun 2013 mencapai 12 983 kg. Terjadi peningkatan dalam pesanan brokoli dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
Gambar 1 Pesanan ( ) dan pengiriman ( ) brokoli pada perusahaan
(Koordinator Bidang Komersial PT Sayuran Siap Saji 2013)
Analisis elemen-elemen rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis dalam kondisi ketidakpastiaan. Manajemen rantai pasokan memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan dengan baik. Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai persediaan bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam manajemen rantai pasokan yaitu pemasok, manufaktur, distributor, ritel, dan konsumen (David et.al. 2000 dalam Indrajit dan Djokopranoto 2006). Interpretive Structural Modeling (ISM)
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
2010 2011 2012 2013
2
merupakan alat analisis yang dapat mengidentifikasi hubungan antar sub-elemen dari setiap elemen yang membentuk suatu sistem. Menggunakan alat analisis ISM juga akan mengetahui bagaimana keterkaitan antara level didalam rantainya. Oleh sebab itu dengan manajemen risiko yang baik, maka diharapkan risiko dalam rantai pasok brokoli dapat dikelola sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh serta meningkatkan keunggulan kompetitif brokoli (Saxena 1992).
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah rantai pasok pada brokoli di PT Sayuran Siap Saji Kab. Bogor, Jawa Barat? (2) Apa sajakah elemen-elemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli? (3) Bagaimanakah hubungan setiap sub-elemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji Kab. Bogor, Jawa Barat (2) Menganalisis elemen-elemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli (3) Menganalisis setiap sub-elemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak yang terlibat dalam rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji.
METODE
Kerangka Penelitian
3 Sayuran Siap Saji merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran brokoli. Semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam bisnis brokoli menyebabkan perusahaan berupaya untuk meningkatkan daya saing. Interpretive Structural Modeling (ISM) digunakan untuk memecahkan masalah dan menganalisis elemen-elemen sistem. Adapun kerangka penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2013–Januari 2014. Pengambilan data melalui wawancara pakar dari PT Sayuran Siap Saji yang berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134 Kecamatan Megamendung, Bogor.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh anggota rantai pasok dari brokoli. Responden penelitian antara lain adalah perwakilan dari anggota primer (ahli) pada PT Sayuran Siap Saji, seperti koordinator bidang produksi, koordinator
Analisis Rantai Pasok Brokoli
Identifikasi Elemen dalam Rantai Pasok Brokoli
Identifikasi Sub-Elemen dalam Rantai Pasok Brokoli
Analisis Pelaku
Analisis Kebutuhan
Analisis Kendala
Analisis Perubahan
Analisis Tujuan
Analisis Indikator
Analisis Aktivitas
Analisis Segmen Terdampak
Analisis Prioritas Menggunakan ISM (Intrepretive Structural Modeling)
4
bagian divisi umum, koordinator bidang komersial dan koordinator bidang umum yang masing–masing berjumlah 1 orang.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lansung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan pelengkap data primer yang diperoleh dari studi literatur dan data dari perusahaan.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh yang dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode ISM, sehingga dapat diperoleh gambaran yang berupa karakteristik pakar, serta dapat menentukan elemen-elemen yang menjadi pertimbangan di dalam rantai pasok brokoli.
Interpretive Structural Modeling (ISM)
Interpretive Structural Modeling (ISM) pertama kali diusulkan oleh J. Warfield pada tahun 1973 merupakan proses belajar dengan bantuan alat yang memungkinkan individu-individu atau kelompok untuk mengembangkan peta hubungan yang kompleks antar berbagai elemen yang terlibat dalam situasi yang kompleks. Ide dasarnya adalah menggunakan ahli yang berpengalaman dan pengetahuan praktis untuk menguraikan sistem yang rumit menjadi beberapa sub-sistem (elemen). ISM sering digunakan untuk memberikan pemahaman dasar situasi yang kompleks, serta menyusun tindakan untuk memecahkan masalah (Gorvett dan Liu 2007). ISM juga berguna untuk menganalisis elemen–elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hirarki. Langkah-langkah identifikasi hubungan antar sub-elemen (Indrawanto 2009) adalah:
1. Identifikasi elemen-elemen sistem.
Elemen-elemen sistem dan sub-elemennya sistem diidentifikasi dan didaftar. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui penelitian, brainstorming atau lainnya. 2. Penetapan hubungan kontekstual antar elemen.
Hubungan kontekstual antar elemen atau sub-elemen ditetapkan sesuai dengan tujuan dari permodelan.
3. Pembentukan structural self interaction matrix (SSIM).
5 a. Simbol V untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ei terhadap elemen Ej, tetapi tidak sebaliknya.
b. Simbol A untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ej terhadap elemen Ei, tetapi tidak sebaliknya.
c. Simbol X untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas secara sektor balik antara elemen Ei dengan elemen Ej d. Simbol O untuk menyatakan tidak adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas antara elemen Ei dan elemen Ej 4. Pembentukan reachability matrix (RM)
Matriks ini adalah matriks biner hasil konversi dari SSIM. Aturan konversi dari SSIM menjadi RM adalah:
a. Jika sektor dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 0 b. Jika sektor dalam SSIM adalah A, maka nilai Eij = 0 dan nilai Eji = 1 c. Jika sektor dalam SSIM adalah X, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 1 d. Jika sektor dalam SSIM adalah O, maka nilai Eij = 0 dan nila Eji = 0
Matriks RM awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan indirect reachability, yaitu kondisi dimana jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1. Eij adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap elemen Ej. Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai driver power (DP) dan nilai
dependence (D). Berdasarkan nilai DP dan D, elemen-elemen dapat diklasifikasikan kedalam 4 sektor, yaitu:
a. Sektor autonomous yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah. Elemen-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
b. Sektor dependent yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D tinggi. Elemen yang masuk dalam sektor ini elemen yang tidak bebas dalam sistem dan sangat tergantung pada elemen lain.
c. Sektor linkage yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D tinggi. Elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada elemen tersebut akan berdampak pada elemen lainnya dan yang pada akhirnya akan kembali berdampak pula pada elemen tersebut. d. Sektor independent yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D rendah.
Elemen yang masuk dalam sektor ini dapat dianggap sebagai elemen bebas. Setiap perubahan dalam elemen ini akan berimbas pada elemen lainnya sehingga elemen-elemen dalam sektor ini juga harus dikaji secara hati-hati. 5. Pembuatan level partitioning.
Elemen-eleman diklasifikasikan kedalam level yang berbeda dari struktur ISM yang akan dibentuk. Dua perangkat diasosiasikan dengan setiap elemen dalam sistem, yaitu reachability set (Ri) yang merupakan set elemen-elemen yang dapat dicapai oleh elemen Ei, dan antecedent set (Ai) yang merupakan set elemen-elemen dimana elemen Ei dapat dicapai.
6. Pembentukan canonical matrix dan diagraph
6
Membangkitkan ISM dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen sektor. ISM memberikan deskripsi yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem beserta alur hubungannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PT Sayuran Siap Saji berdiri tahun 1984 dan didirkan atas prakarsa dari bapak Tatang Hadinata yang pada awalnya adalah seorang pengusaha konstruksi. Kegiatan berawal dari kegemaran pemilik sekaligus pimpinan perusahaan terhadap tanaman. Tatang Hadinata merupakan seorang otodidak di bidang pertanian dan memulai segalanya dari nol. Saat awal pendirian, perusahaan ini bernama PT Saung Mirwan dan sejak tahun 2012 perusahaan berganti nama menjadi PT Sayuran Siap Saji. Awalnya perusahaan tersebut memiliki empat orang staf dan beberapa karyawan harian mulai menanam melon di atas lahan terbuka. Daerah yang pertama kali dijadikan lahan adalah daerah Sukamanah.
Selanjutnya pada akhir tahun 1985, perusahaan menyewa lahan sekitar tujuh hektar di daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lahan tersebut ditanami dengan bawang putih. Penanaman berbagai jenis sayuran juga dilakukan pada tempat yang sama. Usaha tersebut terus berkembang selama tiga tahun, akan tetapi pada tahun terakhir mengalami penurunan. Kemudian pemimpin perusahaan memutuskan untuk mengembalikan usaha di sekitar Desa Sukamanah. Tahun 1988, perusahaan melakukan perubahan dalam pola usahanya dari cara tradisional di lahan terbuka menjadi hidroponik dalam green house (rumah kaca). Sistem irigasi yang digunakan di dalam green house tersebut adalah drip irrigation (irigasi tetes) yang digunakan untuk memproduksi paprika, cabe jepang (shisito), timun jepang, tomat dan melon. Hasil percobaan penggunaan teknik baru tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga penanaman terus meningkat (SSJ 2012).
Visi PT Saung Mirwan adalah menjadi salah satu leader di bidang agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Sedangkan misinya antara lain:
1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar.
2. Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan.
3. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan.
4. Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis.
7 bertugas untuk mengurus segala keperluan direktur. Direktur utama mempunyai beberapa staf ahli yaitu Information Technology (IT) yang memberikan informasi serta masukan dalam pengambilan keputusan, Quality Assurance (QA) yang memberikan masukan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi standar serta Research and Development (R&D) yang bertugas untuk mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap inovasi produk dan penelitian untuk produksi. Terbagi 3 divisi utama, yaitu divisi umum, divisi komersil dan divisi produksi. Tiga divisi ini dibagi lagi kedalam beberapa sub divisi yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer serta dibantu oleh beberapa kepala bagian dan kepala seksi. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Perusahaan memproduksi berbagai jenis sayuran yang terdiri dari sayuran dataran rendah dan dataran tinggi, seperti: cabe, brokoli, caisim, wortel, selada, paprika hijau, kubis, jamur, kol, bunga, sawi putih dan bawang bombay. Kegiatan utama yang dilakukan perusahaan adalah:
1. Memproduksi berbagai jenis sayuran segar yang dibudidayakan di dalam
green house secara hidroponik dan sayuran segar yang dibudidayakan di lahan terbuka.
2. Memproduksi sayuran segar dalam kemasan.
3. Memproduksi sayuran fresh cut (sayuran siap masak) yang mempunyai kecenderungan besar akan menjadi produk pilihan di masa datang.
4. Memproduksi stek (bibit) bunga krisan, bunga pot krisan dan bunga potong krisan.
Sebagian kegiatan produksi dilakukan oleh para petani mitra di lahan mereka masing-masing. Produk fresh cut merupakan sayuran atau buah segar atau kombinasi keduanya yang secara fisik telah dirubah dari bentuknya semula tetapi tetap dalam keadaan segar. Produk fresh cut dijamin bersih, aman dan sehat karena melewati proses yang merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi dan pengawasan mutu yang konsisten. Berikut ini adalah urutan proses produk fresh cut (SSJ 2012) antara lain:
1. Sayuran atau buah dipanen dari kebun, diangkut oleh mobil pendingin dan disimpan ditempat penampungan berpendingin (chiller).
2. Setelah itu produk-produk ini akan melewati proses trimming (memangkas) untuk membuang bagian-bagian yang tidak perlu seperti lembaran paling luar, tangkai/bonggol, kulit dan lain-lain, kemudian dicuci dengan air yang suci hama dan telah didinginkan.
3. Produk yang telah dikupas tersebut selanjutnya dimasukkan ke mesin pemotong, pengiris atau dipotong/diiris dengan tangan dalam bentuk yang sesuai dengan permintaan.
4. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan ukurannya, potongan atau irisan seragam.
5. Produk yang telah diiris atau dipotong dicuci dengan cermat sebanyak dua sampai tiga kali dengan menggunakan air yang suci hama dan telah didinginkan.
6. Selanjutnya produk yang telah dicuci tersebut dikeringkan sebelum dimasukkan dalam kemasan untuk kesegarannya.
8
menggunakan sistem jual putus dan hanya memasuki supermarket tertentu saja, seperti: Hero, Club the Store, Diamond, Papaya, Ranch Market, 7eleven serta beberapa restoran seperti Mc. Donald, KFC, Bakmie Gajah Mada, D’Crepes dan Burger King. Pihak-pihak yang ingin menjadi pelanggan perusahaan harus membuat suatu perjanjian kerjasama. Terkait dengan pembayaran, selama tiga bulan pertama dilakukan pembayaran secara cash and delivery. Selang waktu pembayaran adalah 7-30 hari. Setelah tiga bulan menjadi pelanggan perusahaan, perusahaan melihat bagaimana perkembangan dari pelanggan baru tersebut dari sisi permintaan, kontinuitas dan pembayaran. Hal tersebut dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan kerjasama selanjutnya.
Rantai Pasok
Rantai pasokan merupakan suatu sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pasokan terdiri dari berbagai jaringan organisasi-organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai hubungan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang dengan sebaik-baiknya serta menekankan pada pasokan bahan baku (Vorst, 2004). Para manajer senior menyadari bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh aliran barang dari hulu (pemasok) sampai hilir (pengguna akhir) secara efisien dan efektif yang sejalan dengan aliran informasi. Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel dan konsumen akhir/pelanggan. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 3.
Gambar 3 Skema sistem rantai pasok (Vorst 2004)
9
Gambar 4 Skema rantai pasokan pertanian (Vorst 2004)
Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di perusahaan masing-masing. Pada konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto 2006). Rantai pasok brokoli di perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5 Rantai pasok brokoli
Pada rantai pasok brokoli terdapat lima orang petani yang menjual brokoli di perusahaan dengan harga Rp 10 000/kg (crop). Oleh perusahaan, brokoli dijual kepada 150 store restoran Bakmie Gajah Mada yang terletak di Jakarta dengan harga Rp 30 000/kg (sudah dikemas).
Identifikasi Elemen dan Sub-elemen
Berdasarkan hasil studi, elemen-elemen yang mempengaruhi distribusi rantai pasok brokoli terdapat delapan elemen yaitu pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Urutan tingkatan elemen disesuaikan dengan tingkat kepentingan oleh pakar (Hardjanto 2006). Setiap elemen mempunyai lima sub-elemen dan dapat dilihat pada Tabel 1.
Petani
Petani
Petani
Petani
Petani
10
Tabel 1 Identifikasi elemen dan sub-elemen No Elemen Sub-elemen
2 Kebutuhan Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal Pembangunan sarana–prasarana yang terkait Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli Penyediaan modal untuk petani
Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu 3 Kendala Kemampuan modal petani yang terbatas
Penurunan kualitas brokoli
Proses pengiriman tidak tepat waktu
Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian 4 Perubahan Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas 5 Tujuan Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan Peningkatan kesejahteraan petani
6 Indikator Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal Gagal panen terjadi antara 30%-40%
Peningkatan permintaan ketika long weekend
7 Aktivitas Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir Processing brokoli
Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
8 Segmen terdampak
Pemilik lahan Pemda setempat
11
Keterangan: A. Perusahaan B. Lembaga keuangan C. Petani
D. Pemda setempat E. Perguruan tinggi Independent Linkage
Autonomous Dependent
Analisis Elemen dan Sub-elemen pada Brokoli
Hasil analisis dari beberapa elemen tersebut setelah diuji menggunakan
Interpretive Structural Modeling (ISM) adalah: 1. Elemen pelaku
Hubungan kontekstual antar elemen dalam elemen pelaku adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-sub-elemen pelaku yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen pelaku menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 3) sedangkan model struktural dari elemen pelaku ditunjukkan pada Gambar 6. Sub-elemen petani menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen pelaku tersebut dapat melakukan perannya dengan baik, maka perusahaan, perguruan tinggi dan pemda setempat juga akan melakukan perannya dengan baik. Proses pemenuhan keempat sub-elemen pelaku tersebut juga berpengaruh positif terhadap lembaga keuangan.
Gambar 6 Pembuatan level partitioning elemen pelaku
Gambar 7 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen pelaku Klasifikasi sub-elemen pelaku berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 7) menempatkan sub-elemen perusahaan dan petani berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen pelaku tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen pelaku lainnya. Tetapi timbulnya pelaku ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen pelaku lainnya. Sub-elemen pelaku pemda setempat dan perguruan tinggi berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya kedua pelaku tersebut sangat didorong oleh timbulnya
sub-Lembaga keuangan
Perusahaan Perguruan
tinggi
Pemda setempat
12
Keterangan:
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
B. Pembangunan sarana-prasarana yang terkait C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan
brokoli
D. Penyediaan modal untuk petani
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
Independent Linkage
Autonomous Dependent
elemen pelaku lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-sub-elemen lainnya. Sub-sub-elemen pelaku lembaga keuangan berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
2. Elemen kebutuhan
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen kebutuhan adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen kebutuhan yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen kebutuhan menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 4) sedangkan model struktural dari elemen kebutuhan ditunjukkan pada Gambar 8. Sub-elemen peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli dan penyediaan modal untuk petani menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, maka pembangunan sarana–prasarana yang terkait dan pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu akan terpenuhi. Proses pemenuhan keempat sub-elemen kebutuhan tersebut juga berpengaruh positif terhadap pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal.
Gambar 8 Pembuatan level partitioning elemen kebutuhan
Gambar 9 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kebutuhan Klasifikasi sub-elemen kebutuhan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 9) menempatkan sub-elemen peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli dan penyediaan modal untuk petani berada pada sektor independent. Hal ini berarti
Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
Pembangunan sarana-prasarana yang terkait
Penyediaan modal untuk petani Peningkatan hubungan
kerjasama penjualan brokoli
13 kedua sub-elemen kebutuhan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen kebutuhan lainnya. Tetapi timbulnya kebutuhan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen kebutuhan lainnya. Sub-elemen kebutuhan pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal dan pembangunan sarana–prasarana yang terkait berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya sub-elemen kebutuhan lainnya. Tetapi tidak atau sedikit akan mempengaruhi timbulnya sub-elemen kebutuhan lain. Sub-elemen kebutuhan pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
3. Elemen kendala
Hubungan kontekstual antar elemen dalam elemen kendala adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-sub-elemen kendala yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen kendala menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 5) sedangkan model struktural dari elemen kendala ditunjukkan pada Gambar 10. Sub-elemen penurunan kualitas brokoli menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen kendala tersebut dapat teratasi, maka kemampuan modal petani terbatas juga akan teratasi. Tidak hanya itu saja, proses pengiriman tidak tepat waktu dan ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan juga dapat teratasi. Proses pemenuhan keempat sub-elemen kendala tersebut juga berpengaruh positif terhadap permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian.
Gambar 10 Pembuatan level partitioning elemen kendala
Klasifikasi sub-elemen kendala berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 11) menempatkan sub-elemen kemampuan modal petani yang terbatas dan penurunan kualitas brokoli berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen kendala tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen kendala lainnya. Tetapi timbulnya kendala ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen kendala lainnya.
Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
Proses pengiriman tidak tepat waktu
Kemampuan modal petani terbatas
Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
14
Keterangan :
A. Kemampuan modal petani yang terbatas
B. Penurunan kualitas brokoli
C. Proses pengiriman tidak tepat waktu D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak
sesuai dengan pesanan
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
Independent Linkage
Autonomous Dependent
Gambar 11 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kendala Sub-elemen kendala ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan dan permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen kendala ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya kendala sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen kendala lain. Sub-elemen kendala proses pengiriman tidak tepat waktu berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
4. Elemen perubahan
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen perubahan adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen perubahan yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen perubahan menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 6) sedangkan model struktural dari elemen perubahan ditunjukkan pada Gambar 12. Sub-elemen menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus dan penanganan pasca panen sesuai dengan
good material handling menjadi dasar bagi elemen lainnya. Apabila sub-elemen perubahan tersebut dapat tercapai, maka perubahan sistem pemasaran dari
business to customer menjadi business to business dan sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas juga akan tercapai. Proses pemenuhan keempat sub-elemen perubahan tersebut juga berpengaruh positif terhadap menciptakan petani yang memiliki nilai tambah.
Gambar 12 Pembuatan level partitioning elemen perubahan
Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling Menghasilkan brokoli yang
memiliki kualitas bagus
15
Independent Linkage
Autonomous Dependent
Gambar 13 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen perubahan Klasifikasi sub-elemen perubahan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 13) menempatkan sub-elemen menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus dan penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling serta sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas berada pada sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen perubahan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen perubahan lainnya. Tetapi timbulnya perubahan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen perubahan lainnya. Sub-elemen perubahan sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya perubahan tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen perubahan lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen perubahan menciptakan petani yang memiliki nilai tambah berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen perubahan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya perubahan sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen perubahan lain. 5. Elemen tujuan
Hubungan kontekstual antar elemen dalam elemen tujuan adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-sub-elemen tujuan yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen tujuan menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 7) sedangkan model struktural dari elemen tujuan ditunjukkan pada Gambar 14. Sub-elemen peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen tujuan tersebut dapat tercapai, maka peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar serta peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan juga akan tercapai. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani juga dapat tercapai. Proses pemenuhan keempat sub-elemen tujuan tersebut juga berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani.
Keterangan :
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business C. Penanganan pasca panen sesuai dengan
good material handling
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
16
Keterangan :
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
E. Peningkatan kesejahteraan petani Independent Linkage
Autonomous Dependent
Gambar 14 Pembuatan level partitioning elemen tujuan
Gambar 15 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen tujuan Klasifikasi sub-elemen tujuan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 15) menempatkan sub-elemen peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli, peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar serta peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan berada pada sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen tujuan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen tujuan lainnya. Tetapi timbulnya tujuan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen tujuan lainnya. Sub-elemen tujuan peningkatan kualitas dan pengetahuan petani serta peningkatan kesejahteraan petani berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya kedua sub-elemen tujuan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya tujuan sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen tujuan lain.
6. Elemen indikator
Hubungan kontekstual antar elemen dalam elemen indikator adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-sub-elemen indikator yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen indikator menghasilkan tabel
Peningkatan kesejahteraan petani
Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
17
Keterangan :
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
D. Gagal panen terjadi antara 30%-40% E. Peningkatan permintaan ketika long
weekend Independent Linkage
Autonomous Dependent
RM (terlampir di Lampiran 8) sedangkan model struktural dari elemen indikator ditunjukkan pada Gambar 16. Sub-elemen gagal panen terjadi antara 30%-40% dan peningkatan permintaan ketika long weekend menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen indikator tersebut dapat tercapai, maka brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan dan pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun juga akan tercapai. Proses pemenuhan keempat sub-elemen indikator tersebut juga berpengaruh positif terhadap brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal.
Gambar 16 Pembuatan level partitioning elemen indikator
Gambar 17 Pembuatan level partitioning elemen indikator
Klasifikasi sub-elemen indikator berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 17) menempatkan sub-elemen gagal panen terjadi antara 30%-40% dan peningkatan permintaan ketika long weekend berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen indikator tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen indikator lainnya. Tetapi timbulnya indikator ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen indikator lainnya. Sub-elemen indikator pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun dan brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen indikator ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya indikator sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen indikator lain. Sub-elemen indikator brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan
Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai
dengan harga pokok penjualan
Peningkatan permintaan ketika long weekend
Gagal panen terjadi antara 30% - 40%
18
Keterangan:
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir
D. Processing brokoli
E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
Independent Linkage
Autonomous Dependent
harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
7. Elemen aktivitas
Hubungan kontekstual antar elemen dalam elemen aktivitas adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-sub-elemen aktivitas yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen aktivitas menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 9) sedangkan model struktural dari elemen aktivitas ditunjukkan pada Gambar 18. Sub-elemen pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-sub-elemen aktivitas tersebut dapat terlaksanakan, maka adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali, penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir dan penanganan brokoli yang disesuaikan dengan
good material handling juga akan terlaksanakan. Proses pemenuhan keempat sub-elemen aktivitas tersebut juga berpengaruh positif terhadap processing brokoli.
Gambar 18 Pembuatan level partitioning elemen aktivitas
Gambar 19 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen aktivitas
Processing brokoli
Adanya forum group discussion selama 3
bulan sekali
Penyediaan jasa transportasi dari hulu
ke hilir
Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good
19 Klasifikasi sub-elemen aktivitas berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 19) menempatkan sub-elemen pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani, adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali serta penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir berada pada sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen aktivitas tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen aktivitas lainnya. Tetapi timbulnya aktivitas ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen aktivitas lainnya. Sub-elemen aktivitas penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya pelaku tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen pelaku lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen aktivitas processing brokoli berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen aktivitas ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya aktivitas sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen aktivitas lain.
8. Elemen segmen terdampak
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen segmen terdampak adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen segmen terdampak yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen segmen terdampak menghasilkan tabel RM yang (terlampir di Lampiran 10) sedangkan model struktural dari elemen segmen terdampak ditunjukkan pada Gambar 20. Sub-elemen pemilik lahan dan pemda setempat menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen segmen terdampak tersebut dapat bekerjasama dengan baik, maka pengusaha/UKM disektor pertanian dan gapoktan juga akan bekerjasama dengan baik. Proses pemenuhan keempat sub-elemen segmen terdampak tersebut juga berpengaruh positif terhadap pengusaha/UKM disektor informal.
Gambar 20 Pembuatan level partitioning elemen segmen terdampak
Klasifikasi sub-elemen perubahan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 21) menempatkan sub-elemen pemilik lahan berada pada sektor independent. Hal ini berarti sub-elemen segmen terdampak tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen segmen terdampak lainnya. Tetapi timbulnya segmen terdampak ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen segmen terdampak lainnya.
Pengusaha/ UKM disektor informal
Pengusaha/ UKM disektor pertanian
Pemda setempat Pemilik lahan
20
Keterangan: A. Pemilik lahan B. Pemda setempat
C. Pengusaha/UKM disektor pertanian D. Pengusaha/UKM disektor informal E. Gapoktan
Independent Linkage
Autonomous Dependent
Gambar 21 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen segmen terdampak
Sub-elemen segmen terdampak pemda setempat berada pada sektor linkage
yang berarti timbulnya segmen terdampak tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen segmen terdampak lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen segmen terdampak pengusaha/UKM disektor pertanian dan gapoktan berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen segmen terdampak ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya segmen aktivitas sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-sub-elemen segmen terdampak lain. Sedangkan sub-elemen pengusaha/UKM disektor informal berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial dari elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing brokoli agar meningkatkan pendapatan di perusahaan. Jika dilihat dari elemen pelaku petani, kesejahteraan petani ditentukan oleh kualitas brokoli yang dihasilkan. Jika kualitasnya bagus, maka keuntungan penjualan brokoli semakin meningkat. Selain itu diperlukan juga penanganan sesuai dengan good material handling agar masa panen brokoli tepat waktu.
21 peningkatan permintaan brokoli. Perusahaan juga melibatkan segmen terdampak yaitu pengusaha/UKM disektor informal. Elemen aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya adalah melakukan forum grup discussion, penyediaan transportasi, processing brokoli serta penanganannya. Agar keuntungan semakin meningkat dan sesuai dengan target pencapaian penjualan berokoli, perusahaan harus meningkatkan hubungan kerjasama penjualan brokoli serta menciptakan SDM yang berkualitas sehingga proses pengiriman dapat tepat waktu.
Jika dilihat dari elemen pelaku perguruan tinggi dan pemda setempat, pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor petanian hulu dibutuhkan. Tetapi dengan adanya elemen perubahan seperti menciptakan petani yang memiliki nilai tambah, perguruan tinggi dan pemda setempat menetapkan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan petani serta produktivitas brokoli. Elemen aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani sehingga perguruan tinggi tersebut mengikuti forum grup discussion selama 3 bulan sekali. Selain itu pelatihan dan penyuluhan lebih intensif terkait dengan permintan brokoli yang semakin meningkat ketika long weekend.
Jika dilihat dari elemen pelaku lembaga keuangan, penyediaan modal untuk petani dibutuhkan guna untuk membantu dalam produktivitas brokoli. Lembaga keuangan juga menetapkan sebagai elemen segmen terdampak adalah gapoktan. Gapoktan tersebut dapat mengelola koperasi sehingga dapat menyediakan pinjaman dengan bunga rendah. Hal tersebut bertujuan untuk meringankan pinjaman petani akan modal yang dibutuhkan. Beberapa keterkaitan pada sub-elemen dapat dipaparkan menjadi faktor peningkatan daya saing brokoli yang dapat diimplementasikan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji terdiri dari petani, perusahaan, dan restoran.
2. Elemen yang teridentifikasi untuk dikaji dan mempengaruhi rantai pasok brokoli adalah pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak.
22
Saran
Saran tindak lanjut dari penelitian ini adalah:
1. PT Sayuran Siap Saji sebaiknya melakukan kerjasama tidak hanya dengan restoran Bakmie Gajah Mada saja. Hal tersebut dapat bertujuan untuk meningkatkan keuntungan baik perusahaan maupun petani brokoli.
2. Adanya pengelolaan koperasi secara intensif oleh gapoktan untuk meminimalkan biaya pengeluaran sepeti pupuk, pestisida dan alat pertanian. Selain itu, dengan adanya koperasi dapat memberikan pinjaman kepada petani yang memiliki keterbatasan modal dengan bunga yang rendah.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang elemen-elemen yang berpengaruh terhadap rantai pasok brokoli khususnya dalam rangka melihat hubungan antar sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lainnya sehingga setiap elemen akan memiliki keterkaitan lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aini H. 2013. Analisis Risiko Rantai Pasok Kakao di Indonesia dengan Metode
Analytic Network Process dan Failure Mode Effect Analysis Terintegrasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Analysis. Maryland (US): The John Hopkins University Press
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Produksi Sayuran dan Buah-Buahan Semusim di Indonesia 1997-2013. Jakarta (ID): BPS
[Ditjen Horti] Direktorat Jendral Hortikultura. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Holtikultura. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi Kementrian Pertanian
Gorvett R, Liu N. 2007. Intrepretative Structural Modeling of Interactive Risks, Enterprise Risk Management Symposium.Society of Actuaries [internet]. [diunduh 2014 Mar 18];10(6):23-26.Tersedia pada:
https://www.ermsymposium.org
Hardjanto. 2006. Model Struktural Sistem Usaha Kayu Rakyat.Manajemen Hutan Tropika [internet]. [diunduh 2014 Feb 4];12(2):57-68.Tersedia pada:
https://www.journal.ipb.ac.id
Indrajit R, Djokopranoto. 2006. Konsep Manajemen Supply Chain. Jakarta (ID): PT Grasindo
Indrawanto C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi Menggunakan
Intrepretative Structural Modeling.Informatika Pertanian [internet]. [diunduh
2014 Jan 24];18(1):20-38. Tersedia pada:
https://www.digilib.litbang.deptan.go.id
Koordinator Bidang Komersial PT Sayuran Siap Saji. 2013. Rekap Pesanan dan Pengiriman Brokoli PT Sayuran Siap Saji 2010-1013. Bogor (ID)
23 Riwanti W. 2011. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli (Studi Kasus : PT Agro Lestari Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Saxena J. 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Elemen Using Intrepretative Structural Modeling System. System Practice [internet]. [diunduh 2014 Mar 3];12 (6):651-670.Tersedia pada:
https://www.emeraldinsight.com
[SSJ] Sayuran Siap Saji. 2012. About [Internet]. [diunduh 2014 Jun 22].Tersedia pada: https://www.sayuransiapsaji.com.
Suryani E. 2010. Analisis Pemilihan Pemasok Brokoli pada PT XYZ dengan Menggunakan Prosess Hierarki Analitik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
24
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA
RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI
Pengantar
Kuesioner ini disusun untuk menganalisis elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji
Kuesioner ini semata–mata ditujukan untuk keperluan ilmiah dan penyelesaian tugas akhir studi, oleh karena itu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak akan berkaitan dengan penilaian kinerja anda dan akan dirahasiakan.
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap, jujur, dan sesuai dengan keadaan sebenarnya agar informasi ilmiah yang disajikan nantinya dapat dipertanggungjawabkan
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terimakasih. Nama : Erna Sulistyoningsih
Nrp. : H24100108
Departemen : Manajemen Program Sarjana IPB Email : erna.sulistyoningsih@gmail.com
EXPERT SURVEY
Nama Responden : ………... Jabatan Responden : ………... Alamat Responden : ………...
………...
………...
25 Lampiran 1 (Lanjutan)
Analisis dan Strukturisasi Elemen Kunci
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH
PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP
SAJI
Pedoman umum
Analisis elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji terdiri atas 8 (delapan) elemen, yaitu:
1. Pelaku 2. Kebutuhan 3. Kendala 4. Perubahan 5. Tujuan 6. Indikator 7. Aktiitas
8. Segmen terampak
Setiap elemen terdiri dari sub-elemen yang mempunyai hubungan kontekstual. Penyusunan Struktur setiap Elemen bertujuan untuk mengidentifikasi sub-elemen kuncinya. Saudara dimohon untuk memberikan pendapat terhadap hubungan kontekstual antar sub-elemen dari setiap elemen yang telah diidentifikasi.
Tata cara pengisian kuesioner
Terdapat 5 sub-elemen yang telah dirumuskan dan saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang hubungan kontekstual (tingkat dukungan) antar sub-elemen yang dibutuhkan dalam rangka analisis elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji dengan mengisi pada sel matrik hubungan kontekstual pelaku dengan :
V : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i mempengaruhi terpenuhinya sub-elemen ke- j, dan sub-elemen ke- j tidak mempengaruhi terpenuhinya sub-elemen ke-i.
A : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i tidak mempengaruhi elemen ke- j, dan elemen ke- j mempengaruhi terpenuhinya sub-elemen ke-i.
X : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i dan sub-elemen ke-j saling mempengaruhi.
26
Lampiran 1 (Lanjutan)
1. Hubungan kontekstual sub-elemen pelaku terhadap sub-elemen pelaku
Sub – Elemen PELAKU ke-i
Sub - Elemen PELAKU ke-j
A.
2. Hubungan kontekstual sub-elemen kebutuhan terhadap sub-elemen kebutuhan
Sub – Elemen KEBUTUHAN ke-i
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j
A.
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
B. Pembangunan sarana–prasarana yang terkait C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan
brokoli
D. Penyediaan modal untuk petani
27 Lampiran 1 (Lanjutan)
3. Hubungan kontekstual sub-elemen kendala terhadap sub-elemen kendala
Sub - Elemen KENDALA ke-i
Sub - Elemen KENDALA ke-j
A.
A. Kemampuan modal petani yang terbatas B. Penurunan kualitas brokoli
C. Proses pengiriman tidak tepat waktu
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
4. Hubungan kontekstual sub-elemen perubahan terhadap sub-elemen perubahan
Sub – Elemen PERUBAHAN ke-i
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j
A.
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
28
Lampiran 1 (Lanjutan)
5. Hubungan kontekstual sub-elemen tujuan terhadap sub-elemen tujuan
Sub - Elemen TUJUAN ke-i
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
A.
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga
keuangan
E. Peningkatan kesejahteraan petani
6. Hubungan kontekstual sub-elemen indikator terhadap sub-elemen indikator
Sub – Elemen INDIKATOR ke-i
Sub - Elemen INDIKATOR ke-j
A. perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar
lokal
29 Lampiran 1 (Lanjutan)
7. Hubungan kontekstual sub-elemen aktivitas terhadap sub-elemen aktivitas
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-i
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
A.
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir D. Processing brokoli
E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
8. Hubungan kontekstual sub-elemen segmen terdampak terhadap sub-elemen segmen terdampak
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-i
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-j
C. Pengusaha/UKM disektor pertanian D. Pengusaha/UKM disektor informal
30
Lampiran 2 Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji
Lampiran 3 Pembentukan SSIM elemen pelaku
Sub – Elemen PELAKU ke-i
Sub - Elemen PELAKU ke-j
A.
Pembentukan RM elemen pelaku
Sub – Elemen PELAKU ke-i
Sub - Elemen PELAKU ke-j
31 Lampiran 4 Pembentukan SSIM elemen kebutuhan
Sub – Elemen KEBUTUHAN ke-i
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j
A.
C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli 1 O V
D. Penyediaan modal untuk petani 1 O
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor
pertanian hulu 1
Pembentukan RM elemen kebutuhan
Sub – Elemen KEBUTUHAN ke-i
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk
daerah/lokal 1 0 0 0 0 1 1
B. Pembangunan sarana–prasarana yang terkait 1 1 0 0 0 2 2 C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan
brokoli 1 0 1 0 1 3 3
D. Penyediaan modal untuk petani 1 1 0 1 0 3 3
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor
pertanian hulu 0 1 0 0 1 2 2
32
Lampiran 5 Pembentukan SSIM elemen kendala
Sub - Elemen KENDALA ke-i
Sub - Elemen KENDALA ke-j
A.
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan
pesanan 1 V
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target
pencapaian 1
Pembentukan RM elemen kendala
Sub – Elemen KENDALA ke-i
Sub - Elemen KENDALA ke-j
A.
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai
dengan pesanan 0 0 0 1 1 2 2
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan
target pencapaian 0 0 0 0 1 1 1
33 Lampiran 6 Pembentukan SSIM elemen perubahan
Sub – Elemen PERUBAHAN ke-i
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j
A.
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas
bagus 1 V X V O
B. Sistem pemasaran dari business to customer
menjadi business to business 1 A X X
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good
material handling 1 V O
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah 1 A
E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas 1
Pembentukan RM elemen perubahan
Sub – Elemen PERUBAHAN ke-i
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j
A.
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki
kualitas bagus 1 1 1 1 0 4 3
B. Sistem pemasaran dari business to
customer menjadi business to business 0 1 0 1 1 3 2
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan
good material handling 1 1 1 1 0 4 3
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai
tambah 0 1 0 1 0 2 1
E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang
jelas 0 1 0 1 1 3 2
34
Lampiran 7 Pembentukan SSIM elemen tujuan
Sub - Elemen TUJUAN ke-i
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
A.
C.Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar 1 A V
D.Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan 1 O
E.Peningkatan kesejahteraan petani 1
Pembentukan RM elemen tujuan
Sub – Elemen TUJUAN ke-i
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
A.
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas
brokoli 1 1 0 1 1 4 4
B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani 0 1 0 0 1 2 2 C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan
pasar 1 0 1 0 1 3 3
D. Peningkatan bantuan permodalan oleh
lembaga keuangan 0 1 1 1 0 3 3
E. Peningkatan kesejahteraan petani 0 0 0 0 1 1 1
35 Lampiran 8 Pembentukan SSIM elemen indikator
Sub – Elemen INDIKATOR ke-i
Sub - Elemen INDIKATOR ke-j
A. perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
1 V O O A
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun 1 O A V
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar
lokal 1 A A
D. Gagal panen terjadi antara 30% - 40% 1 O
E. Peningkatan permintaan ketika long weekend 1
Pembentukan RM elemen indikator
Sub – Elemen INDKATOR ke-i
Sub - Elemen INDIKATOR ke-j
A. ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
1 1 0 0 0 2 2
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5
tahun 0 1 0 0 1 2 2
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran
dan pasar lokal 0 0 1 0 0 1 1
D. Gagal panen terjadi antara 30% -
40% 0 1 1 1 0 3 3
E. Peningkatan permintaan ketika long
weekend 1 0 1 0 1 3 3
36
Lampiran 9 Pembentukan SSIM elemen aktivitas
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-i
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
A.
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi
dalam meningkatkan pengetahuan petani 1 X O V V
B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan
sekali 1 O O V
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir 1 V X
D. Processing brokoli 1 X
E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good
material handling 1
Pembentukan RM elemen aktivitas
Sub – Elemen AKTIVITAS ke-i
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
A. berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
E. Penanganan brokoli yang disesuaikan
dengan good material handling 0 0 1 1 1 3 2