• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI CACING ENDOPARASIT SALURAN

PENCERNAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SEMARANG

ULIL ALBAB

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ULIL ALBAB. Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan RADEN RORO DYAH PERWITASARI.

Kebun binatang adalah tempat beberapa spesies satwa dikumpulkan menjadi satu dalam lingkungan buatan. Eksplorasi parasit pada satwa koleksi kebun binatang perlu dilakukan untuk memonitoring penyebaran parasit antar satwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cacing endoparasit saluran pencernaan dari satwa koleksi Kebun Binatang Semarang. Metode untuk mendeteksi ada tidaknya telur cacing dalam feses menggunakan metode pengapungan dan metode pengendapan telur cacing yang ikut bersama feses. Tujuh belas (54,84 %) dari 31 jenis satwa yang diteliti di Kebun Binatang Semarang ditemukan terinfeksi parasit. Tujuh belas jenis telur cacing endoparasit ditemukan dari proses identifikasi parasit. Cacing endoparasit saluran pencernaan yang paling banyak ditemukan di Kebun Binatang Semarang yaitu Nematoda diikuti Cestoda dan Trematoda. Pada mamalia ditemukan Nematoda (Ascaris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp., dan Cooperia sp., Trichostrongylus sp., Trichuris sp., Capillaria sp.), Cestoda (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp., Diphyllobothrium sp.). Pada aves ditemukan Nematoda (Amidostomum sp., Capillaria sp.) dan Trematoda (Alaria sp.). Pada reptil ditemukan Nematoda (Rhabdias sp.). Genus Capillaria merupakan satu-satunya parasit yang ditemukan pada dua kelas berbeda yaitu mamalia dan aves.

(5)

ABSTRACT

ULIL ALBAB. Gastro-intestinal Endoparasitic Worms of Wild Captive Animal in Semarang Zoo, Indonesia. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and RADEN RORO DYAH PERWITASARI.

Zoo is the place where some animal species collected together in artificial environment. Parasites exploration in zoo needs to be done to monitoring of parasites spreading in animals zoo collection. This study aimed to explore the gastrointestinal endoparasitic worms of wild captive animals in Semarang Zoo. The flotation and precipitation methods were used to detecting presence or absence the gastrointestinal endoparasite of worm eggs in fecal samples. In Semarang Zoo there were 17 species (54.84%) out of 31 wild captive animals were found to be infected by parasites. Seventen genera of endoparasitic worms were determined after identification. The most common endoparasitic worms found in Semarang Zoo were Nematodes, followed by Cestodes and Trematodes. Endoparasitic worms found in mammals were Nematodes (Ascaris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp., Cooperia sp., Trichostrongylus sp., Trichuris sp., and Capillaria sp.), and Cestodes (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp., Diphyllobothrium sp.). Meanwhile, in aves Nematodes (Amidostomum sp., Capillaria sp.) and Trematodes (Alaria sp.) were determined. Whereas only Nematodes (Rhabdias sp.) were determined in reptiles. Capillaria was the only parasite found in mammals and aves.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

EKSPLORASI CACING ENDOPARASIT SALURAN

PENCERNAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SEMARANG

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang

Nama : Ulil Albab

NIM : G34100119

Disetujui oleh

Dr Achmad Farajallah, Msi Pembimbing I

Dr R R Dyah Perwitasari, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah parasit hewan, dengan judul Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Achmad Farajallah dan Ibu Dr Dyah Perwitasari selaku pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Tri Atmowidi selaku penguji luar. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak drh Hendrik Tri Setiawan dan Ibu drh Aniek Sus Hartati selaku dokter hewan Kebun Binatang Semarang beserta seluruh staf dan pegawai yang telah membantu selama pengumpulan sampel. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

PENDAHULUAN 1 

Tujuan Penelitian 1 

METODE 2 

Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel 2 

Metode Isolasi Endoparasit 2 

Identifikasi Endoparasit 2 

HASIL DAN PEMBAHASAN 3 

Parasit pada Mamalia 4 

Parasit pada Aves 10 

Parasit pada Reptil 11 

Penyebaran Parasit dan Potensi Zoonosis 11 

SIMPULAN DAN SARAN 12 

Simpulan 12 

Saran 12 

DAFTAR PUSTAKA 12 

(12)

DAFTAR TABEL

1. Daftar satwa Kebun Binatang Semarang dan hasil eksplorasi

endoparasit saluran pencernaannya. 3 

DAFTAR GAMBAR

1. Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Beruang madu, Harimau

benggala, dan Singa. 5 

2. Telur Toxocara sp. ditemukan pada Singa dan Harimau sumatera 5  3. Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. dan telur Capillaria sp.

dari inang Beruang madu. 5 

4. Telur Spirometra sp. dari inang Singa dan Harimau Sumatera. 6  5. Telur Taenia sp. dari inang Harimau sumatera. 6  6. Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Lutung, Owa, Kukang,

dan Binturong. 7 

7. Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. dan telur Capillaria sp.

dari inang Lutung. 8 

8. Telur-telur bertipe strongyle; telur Cooperia sp., Trichostrongylus sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp.

dari inang Beruk. 8 

9. Telur Ascaris sp. ditemukan pada inang Musang bulan. 9  10.Telur Diphyllobothrium sp. dari inang Orang utan dan telur

Hymenolepis sp. dari inang Owa.

11.Telur Taenia sp. dari inang Luwak. 9 

12.Telur Ascaris sp. dan Bunostomum sp. ditemukan pada inang

Nilgae. 10 

13.Telur Capillaria sp. dari inang Merak, Telur Amidostomum sp. dari inang Julang mas, dan telur Alaria sp. dari inang Elang

bondol. 10 

(13)

PENDAHULUAN

Kebun binatang adalah tempat beberapa spesies satwa dikumpulkan menjadi satu dalam lingkungan buatan. Ketika satwa tersebut dihadapkan pada lingkungan buatan yang sempit dan berbagai macam satwa disatukan, maka parasit akan lebih mudah pindah dari satu satwa ke satwa yang lain. Penyebaran parasit saluran pencernaan pada satwa kebun binatang sering menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan satwa (Panayotova-Pencheva 2013). Dalam kebun binatang, satwa yang dulunya terbiasa hidup dalam lingkungan yang luas akan cenderung memiliki resistensi rendah terhadap serangan parasit (Atanaskova 2011). Menurut Lim et al.(2008), penyebaran parasit pada satwa kebun binatang ditentukan oleh pola pemeliharaan, pola monitoring kesehatan, dan pengobatan. Selain itu, status kesehatan satwa di kebun binatang tergantung pada banyak faktor diantaranya adalah makanan, kondisi satwa, manajemen satwa dan kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban (Atanaskova 2011). Selain antar satwa, parasit pada satwa bisa pindah ke manusia yang dikenal dengan zoonosis atau sebaliknya (Maske et al. 1990; Chakraborty et al. 1994; Kashid et al. 2003). Sebagai salah satu tempat wisata, perpindahan parasit ke manusia akan disebarkan lebih jauh ke masyarakat luas yang bisa terjadi melalui pegawai kebun binatang atau pengunjung.

Parasit secara umum dibagi menjadi ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar atau permukaan tubuh inang, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang (Cain et al. 2011). Endoparasit sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu intraselular endoparasit dan interselular endoparasit. Intraselular endoparasit adalah endoparasit yang akan masuk dan menginvasi ke dalam sel inang, sedangkan interseluler endoparasit hidup pada sela-sela sel inang (Sibley 2004). Cacing termasuk ke dalam interselular endoparasit, dan parasit cacing umum ditemukan pada satwa koleksi kebun binatang. Cacing yang paling sering ditemukan sebagai parasit di kebun binatang adalah Nematoda kemudian diikuti Cestoda dan Trematoda (Panayotova-Pencheva 2013).

Monitoring terhadap parasit perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran parasit ke petugas kebun binatang atau ke masyarakat luas. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi endoparasit saluran pencernaan pada satwa Kebun Binatang Semarang. Hal ini sebagai langkah awal untuk melakukan monitoring terhadap parasit pada satwa kebun binatang.

Tujuan Penelitian

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel

Sampel feses diambil secara acak dari berbagai satwa koleksi Kebun Binatang Semarang pada bulan Agustus 2013, Januari 2014, dan April 2014. Feses segar diambil dari feses yang baru jatuh ke tanah atau pada beberapa hewan menggunakan teknik anal swab. Feses kemudian dibagi ke dalam tiga porsi yaitu porsi pertama adalah sampel segar, porsi kedua ditambah formalin 10%, dan porsi ketiga ditambah alkohol 95%. Porsi sampel segar digunakan untuk metode pengapungan, porsi dalam formalin 10% digunakan untuk metode pengendapan, dan porsi dalam alkohol 95% digunakan sebagai back up.

Metode Isolasi Endoparasit

Metode pengapungan

Feses segar sebanyak 10 gram digerus dengan mortar dan dicampur dengan 90 ml larutan garam jenuh sebagai larutan pengapung. Larutan garam jenuh digunakan sebagai larutan pengapung karena memiliki berat jenis lebih rendah dibanding telur cacing yang akan mengakibatkan telur mengapung di permukaan. Massa telur yang berada di lapisan atas larutan dapat diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam gelas objek untuk diamati dengan mikroskop cahaya (Whitlock 1948).

Metode sedimentasi

Feses segar sebanyak 2 gram ditambah 20 ml formalin 10% kemudian diaduk hingga homogen. Larutan disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi sebanyak 7 ml. Ethil asetat ditambahkan sebanyak 3 ml hingga larutan mencapai 10 ml. Formalin berfungsi untuk mengendapkan telur cacing dan ethil asetat berfungsi untuk mengikat debris/kotoran. Larutan diendapkan dengan sentrifugasi bertingkat hingga terbentuk tiga lapisan. Lapisan supernatan dan debris dihilangkan sedangkan endapan telur cacing diamati dengan mikroskop cahaya (Zajac dan Conboy 2011).

Identifikasi Endoparasit

(15)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 31 jenis satwa Kebun Binatang Semarang yang diteliti ada 17 jenis satwa (54,84 %) yang ditemukan terinfeksi parasit (Tabel 1). Identifikasi telur parasit menemukan ada 17 jenis telur cacing endoparasit. Pada Mamalia ditemukan Nematoda (Ascaris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp., dan Cooperia sp. , Trichostrongylus sp., Trichuris sp., Capillaria sp.), Cestoda (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp., Diphyllobothrium sp.). Pada Aves ditemukan Nematoda (Amidostomum sp., Capillaria sp.) dan Trematoda (Alaria sp.). Pada Reptil ditemukan Nematoda (Rhabdias sp.). Pengamatan sampel feses untuk mendiagnosis infeksi parasit pada hewan umum digunakan dalam kedokteran hewan. Parasit cacing memiliki karakter morfologi khusus yang jika dikombinasikan dengan pengetahuan tentang inangnya bisa menunjukan langsung secara spesifik pada spesiesnya (Zajac dan Conboy 2011).

Tabel 1 Daftar satwa Kebun Binatang Semarang dan hasil eksplorasi endoparasit saluran pencernaannya.

No. Nama Umum Nama latin Infeksi Jenis Endoparasit

Mamalia

1. Harimau Sumatra Panthera tigris

sumatranus

+++ Spirometra sp., Toxocara sp.,

Taenia sp.

2. Harimau benggala Panthera tigris tigris + Ancylostoma sp.

3. Singa Panthera leo ++ Ancylostoma sp., Toxocara sp.,

Spirometra sp.

4. Beruang madu Helarctos malayanus +++ Ancylostoma sp., Capillaria sp.,

Trichuris sp.

5. Luwak Paradoxurus

hermaphrodites

+ Taenia sp.

6. Binturong Arctistic binturong + Ancylostoma sp.

7. Musang bulan Viverricula

malaccensis

+ Ascaris sp.

8. Kukang Nycticebus caucang ++ Hymenolepys sp., Ancylostoma sp.

9. Orang utan Pongo pygmaeus + Diphyllobothrium sp.

10. Owa Hylobates moloch + Ancylostoma sp.

11. Beruk Macaca nemestrina +++ Bunostomum sp., Trichostongylus

sp., Haemonchus sp.,

Oesophagostomum sp.,

Cooperia sp.

12. Monyet ekor

panjang

Macaca fascicularis -

13. Lutung Trachypithecus

auratus

17. Nilgae Baselaphus

tragocamelus

+ Bunostomum sp., Ascaris sp.

18. Kanguru Thylogale sp. -

19. Kijang Muntiacus muntjak -

20. Gajah Sumatra Elephas maximus

sumatranus

(16)

-4

Tabel 1 (lanjutan).

No. Nama Umum Nama latin Infeksi Parasit

Aves

21. Elang hitam Ictinaetus malayensis -

22. Elang brontok Spezaetus cirrhatus -

23. Elang bondol Haliastur Indus + Alaria sp.

24. Bayan Ecloptus roratus -

25. Kakatua jambul

kuning

Cacatua galerita aruensis

-

26. Julang emas Aceros undulates + Amidostomum sp.

27. Kasuari Casuarius casuarius -

28 Merak hijau Pavo muticus + Capillaria sp.

Reptilia

29. Buaya muara Crocrodyllus porosus -

30. Ular Sanca jarring Python reticulates + Rhabdias sp.

31. Ular Sanca bodo Python molurus -

Karnivora yang ada di Kebun Binatang Semarang terdiri atas famili Felidae/ kucing-kucingan (Harimau sumatera, Harimau benggala, dan Singa) dan Beruang madu. Pada karnivora golongan kucing-kucingan yang terdapat di Kebun Binatang Semarang ditemukan telur cacing, yaitu Ancylostoma sp. pada Harimau benggala dan Singa (Gambar 1) , Toxocara sp. pada Harimau sumatera dan Singa (Gambar 2), Spirometra sp. pada Harimau sumatera dan Singa (Gambar 4), dan Taenia sp. pada Harimau sumatera (Gambar 5). Lim et al. (2008) melaporkan pada kucing-kucingan di Kebun Binatang Negara Malaysia ditemukan Toxocara cati , Spirometra sp., dan Ancylostoma sp.. Hasil penelitian ini juga menemukan Ancylostoma sp., Spirometra sp., Toxocara sp. seperti yang ditemukan oleh Lim et al. (2008). Telur cacing Toxocara sp. dan Taenia sp. umum ditemukan pada kucing-kucingan, baik di alam liar atau di kebun binatang (Tanwar et al. 1984; Maity et al. 1994; Abe dan Yasukawa 1996; Nashiruddullah dan Chakraborty 2001).

(17)

5

Gambar 1 Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Beruang madu (A), Harimau benggala (B), dan Singa (C).

Gambar 2 Telur Toxocara sp. ditemukan pada Singa (A dan B) dan Harimau sumatera (C).

Gambar 3 Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. (A) dan telur Capillaria sp. (B) dari inang Beruang madu.

(18)

6

Gambar 4 Telur Spirometra sp. dari inang Singa (A) dan Harimau Sumatera (B).

Gambar 5 Telur Taenia sp. dari inang Harimau sumatera.

Omnivora

Omnivora yang ada di Kebun Binatang Semarang terdiri atas primata (Orang utan, Lutung, Owa, Beruk, Monyet ekor panjang, Kukang) dan musang-musangan (Luwak, Binturong, Musang bulan). Dari enam jenis primata yang terdapat di Kebun Binatang Semarang diketahui lima jenis primata memiliki cacing endoparasit. Telur cestoda Diphyllobothrium sp. ditemukan pada Orang utan dan telur Hymenolepys sp. pada Kukang (Gambar 10). Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Owa, Lutung, dan Kukang (Gambar 6). Telur bertipe strongyle Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Trychostrongylus sp., Haemonchus sp., dan Cooperia sp. ditemukan pada Beruk (Gambar 8). Telur bertipe trichurid yaitu Trichuris sp. dan Capillaria sp. ditemukan pada Lutung (Gambar 7). Lim et al. (2008) melaporkan parasit yang ditemukan pada primata di Kebun Binatang Negara Malaysia adalah hookworm (Ancylostoma sp.), Trichuris sp., dan Ascaris sp.. Primata di Kebun Binatang Semarang tidak ditemukan Ascaris sp., tetapi ditemukan telur bertipe strongyle dan genus lain dari telur bertipe trichurid yaitu Capillaria sp..

Cestoda pada primata ditemukan Diphyllobothrium sp., Hymenolepis sp., disajikan dalam (Gambar 10). Infeksi Hymenolepis sp. sering ditemukan pada manusia dan primata (Zajac dan Conboy 2011). Infeksi Diphyllobothrium sp. umum ditemukan ikan dan karnivora pemakan ikan termasuk manusia (Scholtz et al. 2009). Infeksi Diphyllobothrium sp. pada primata selain manusia belum pernah dilaporkan sebelumnya, tetapi kondisi kandang yang dikelilingi kolam berisi ikan sebagai pembatas antara pengunjung dan satwa bisa menjadi tempat penyebaran Diphyllobothrium sp. ke Orang utan. Orang utan kemungkinan meminum air atau memakan ikan yang ada di kolam sehingga Diphyllobothrium sp. dapat menginfeksi Orang utan. Siklus hidup cacing parasit ini memiliki tiga inang berbeda yaitu Cyclops sp. sejenis Crustaceae, ikan, dan karnivora yang memakan ikan tersebut (Rai et al. 1996).

Telur hookworm Ancylostoma sp. ditemukan pada Owa, Lutung dan Kukang (Gambar 6). Lim et al. (2008) dan Dawet et al. (2013) melaporkan infeksi hookworm ditemukan pada primata di Kebun Binatang Malaysia yaitu pada genus Macaca, Pongo, dan Hylobates. Dawet et al. (2013) menemukan infeksi hookworm terjadi pada genus Macaca dan Chimpanze di Kebun Binatang Jos, Nigeria. Pada penelitian ditemukan hookworm pada primata genus Macaca, Tracyphitecus, dan Nycticebus di Kebun Binatang Semarang, Indonesia.

(19)

7 Telur bertipe strongyle seperti Bunostomum sp., Trichostongylus sp., Haemonchus sp., Oesophagostomum sp., Cooperia sp. belum pernah ditemukan sebelumnya terjadi Beruk atau Macaca nemestrina. Menurut Abduh (2013) dan Chrisnawaty (2008), telur bertipe strongyle seperti Oesophagostomum, Trychostrongylus, dan Strongyloides ditemukan pada inang Monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis. Telur famili Trichuriidae yaitu Trichuris sp. dan Capillaria sp. ditemukan pada Lutung. Telur famili Trichuriidae khususnya Trichuris sp. pernah dilaporkan oleh Dawet et al. (2013) pada genus Macaca dan Chimpanze di Kebun Binatang Jos, Nigeria dan Lim et al. (2008) pada genus Macaca di Kebun Binatang Negara, Malaysia.

Famili Viverridae (musang-musangan) yang terdapat di Kebun Binatang Semarang ditemukan telur cacing yaitu Taenia sp. pada Luwak (Gambar 11), Ancylostoma sp. pada Binturong (Gambar 6), dan Ascaris sp. pada Musang bulan (Gambar 9). Menurut Collon dan Patton (2012), parasit yang umum ditemukan pada Musang-musangan di kebun binatang yaitu Capillaria sp., Trichuris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Isospora sp., Paragonimus sp., Monocystis sp., dan Gnathostoma sp.. Infeksi Taenia sp. dan Ascaris sp. pada musang-musangan belum pernah dilaporkan sebelumnya dan hanya ditemukan pada penelitian ini.

(20)

8

Gambar 7 Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. (A) dan telur Capillaria sp. (B) dari inang Lutung.

Gambar 8 Telur-telur bertipe strongyle; telur Cooperia sp. (A), Trichostrongylus sp. (B), Bunostomum sp. (C), Oesophagostomum sp. (D), Haemonchus sp. (E) dari inang Beruk.

Keterangan:

dt = dinding telur

em = embrio

bp = bipolar plug

25 µm  25 µm

bp

dt

A  B

25 µm

25 µm 25 µm 

25 µm  25 µm

A B 

D  E 

Keterangan:

A = telur Cooperia sp. berbentuk ramping

B = telur Trichostrongylus sp. salah satu ujung telur meruncing

C = telur Bunostomum sp. ukuran telur lebih besar

D = telur Oesophagostomum sp. sisi samping telur tidak menggembung

E = telur Haemonchus sp. sisi samping telur menggembung

(21)

9

Gambar 9 Telur Ascaris sp. ditemukan pada inang Musang bulan.

Gambar 10 Telur Diphyllobothrium sp. dari inang Orang utan (A) dan telur Hymenolepis sp. dari inang Owa (B).

Gambar 11 Telur Taenia sp. dari inang Luwak.

Herbivora

Dari delapan jenis satwa herbivora yang terdapat di Kebun Binatang Semarang yaitu Rusa tutul, Rusa jawa, Kijang, Sapi bali, Nilgae, Kangguru, dan Gajah sumatera, hanya Nilgae yang memiliki cacing endoparasit saluran pencernaan yaitu Bunostomum sp. dan Ascaris sp. (Gambar 12). Infeksi telur bertipe strongyle seperti Bunostomum sp. umum ditemukan pada satwa ruminansia (Georgi dan Theodorides 1980; Foreyt 2001; Zajac dan Conboy 2011). Telur Ascaris sering ditemukan pada satwa liar maupun domestik, dengan ciri khusus adanya mammilated outer cost atau bentuk dinding telur yang kasar dan bergerigi (Zajac dan Conboy 2011).

25 µm 

moc = mammilated outer cost

25 µm 

(22)

10

Gambar 12 Telur Ascaris sp. (A) dan Bunostomum sp. (B) ditemukan pada inang Nilgae.

Parasit pada Aves

Dari delapan jenis burung yang terdapat di Kebun Binatang Semarang diketahui tiga burung memiliki telur cacing endoparasit yaitu Alaria sp. dari inang Elang bondol, Amidostomum sp. dari inang Julang emas, dan Capillaria sp. dari inang Merak hijau (Gambar 13). Infeksi Alaria sp. umum ditemukan pada satwa karnivora seperti anjing, kucing, ular, dan burung pemangsa (Baker 2007; Zajac dan Conboy 2011). Infeksi telur nematoda bertipe strongyle dengan dinding telur tipis seperti Amidostomum sp. umum ditemukan pada unggas dan burung liar (Zajac dan Conboy 2011). Infeksi telur Capillaria sp. umum ditemukan pada burung domestik maupun burung liar (Zajac dan Conboy 2011).

(23)

11

Parasit pada Reptil

Tiga jenis reptil yang terdapat di Kebun Binatang Semarang diketahui satu reptil terinfeksi parasit yaitu ular Sanca jaring yang terinfeksi Rhabdias sp. (Gambar 6). Telur bertipe strongyle seperti Rhabdias sp. umum ditemukan pada reptil termasuk ular (Ippen dan Zwart 1996; Rataj et al. 2011; Zajac dan Conboy 2011).

Gambar 14 Telur Rhabdias sp. (A) dan larva stage 1 (lv) dalam proses menetas (B) pada telur yang sama dari inang ular Sanca jaring.

Penyebaran Parasit dan Potensi Zoonosis

Endoparasit cacing yang diduga bisa menyebabkan zoonosis yaitu Nematoda hookworm (Ancylostoma sp.), Toxocara sp., Ascaris sp., telur bertipe trichurid, dan telur bertipe strongyle. Penyebaran telur cacing Ancylostoma sp. dan telur bertipe strongyle dilakukan melalui penetrasi larva cacing langsung melalui kulit inang (Chiodiny et al. 2003). Penyebaran telur Ancylostoma sp. dan telur bertipe strongyle pada penelitian ini terjadi pada kucing-kucingan, musang-musangan dan primata. Penyebaran parasit dari primata dan musang-musang-musangan ke pengunjung bisa terjadi, karena batas kandang dengan pengunjung tidak terlalu jauh dan pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan satwa dari batas kandang seperti memberi makan, bersentuhan tangan, dsb. Penyebaran parasit ke pegawai kebun binatang juga rentan terjadi, karena pegawai bertugas setiap hari untuk membersihkan kandang, memberi makan, memandikan satwa, dsb.

(24)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari 31 jenis satwa Kebun Binatang Semarang yang diteliti ada 17 jenis satwa (54,84 %) yang ditemukan terinfeksi parasit. Dari identifikasi telur parasit ditemukan 17 jenis telur cacing endoparasit. Parasit pada mamalia yaitu Nematoda (Ascaris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp., dan Cooperia sp. , Trichostrongylus sp., Trichuris sp., Capillaria sp.), Cestoda (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp., Diphyllobothrium sp.). Pada aves ditemukan parasit Nematoda (Amidostomum sp., Capillaria sp.) dan Trematoda (Alaria sp.). Pada reptil ditemukan parasit Nematoda (Rhabdias sp.). Pada penelitian ini hanya parasit Capillaria sp. yang ditemukan pada dua kelas yang berbeda yaitu mamalia dan aves.

Saran

Saran pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan eksplorasi telur secara kuantitatif sehingga bisa dijadikan rujukan untuk standar kesehatan satwa di kebun binatang. Metode pengkulturan telur bisa dilakukan agar konfirmasi identifikasi terhadap telur cacing menjadi lebih kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh M. 2013. Infeksi Cacing Nematoda pada Saluran Pencernaan Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis) di Matraman, Jakarta dan Taman Wisata Alam

Telaga Warna, Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Abe N, Yasukawa A. 1996. Prevalence of Toxocara spp. Eggs in sandpits of parks in Osaka city, Japan, with notes on the prevention of egg contamination by fence construction. J. Vet. Med. Sci. 59: 79–80.

Atanaskova E, Z Kochevski, J Stefanovska, G Nikolovski. 2011. Endoparasites in wild animals at the zoological garden in Skopje, Macedonia. Journal of Threatened Taxa. 3(7): 1955–1958.

Baker DG. 2007. Flynn’s parasites of laboratory animals, 2nd ed. Ames Iowa: Blackwell Publishing.

Baylis HA, Daubney R. 1922. Report on the parasitic nematodes in the collection of the zoological survey of India. Mem. Indian Mus. 7: 263-347.

Cain ML, MD Bowman, SD Hacker. Ecology 2nd edition. Sunderland (US): Sineaur Associates.

Chakraborty A, AR Gogoi, B Choudhary. 1994. Prevalence of parasitic infection in captive wild herbivores in a zoo in Assam, India. Indian Journal of Animal Science. 9: 149–152.

(25)

13 Chrisnawaty D. 2008. Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Collon CP, S Patton. 2012. Parasites of civets (Mammalia, Viveridae) in Sabah, Borneo: A coprological survey. Malayan Nature J. 64(2): 87-94.

Dawet A, Yakubu DP, Butu HM . 2013. Survey of Gastrointestinal Parasites of Non-Human Primates in Jos Zoological Garden. J Primatol. 2: 108.

Flynn RJ. 1973. Parasites of laboratory animals. Ames Iowa (US): Iowa State University Press.

Foreyt WJ. 2001. Veterinary Parasitology Reference Manual, 5th ed. Ames Iowa (US): Iowa State University Press.

Georgi JR, VJ Theodorides. 1980. Parasitology for Veterinarians, 3rd Edition. Philadelphia-London-Toronto (UK): WB Saunders Company.

Hodda M. 2011. Phylum Nematoda Cobb, 1932. In: Zhang, Z.-Q. (Ed.) Animal biodiversity: An outline of higher-level classification and survey of taxonomic richness. Zootaxa. 3148: 63–95.

Ippen R, P Zwart. 1996. Infectious and parasitic disease of captive reptile and amphibians, with special emphasis on husbandry practices which prevent or promote diseases. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 15(1): 43-54.

Kashid KP, GB Shrikhande, GR Bojne. 2003. Incidence of gastro-intestinal helminths captive wild animals at different locations. Zoos’ Print Journal. 18(3): 1053–1054.

Lim YAL, R Ngui, J Shukri, M Rohela, HR Mat Naim. 2008. Intestinal parasites in various animals at zoo in Malaysia. Veterinary Parasitology. 157: 154-159.

Maity B, G Chakraborty, KK Pradhan. 1994. Toxocariasis in Snow Leopard (Panthera uncia). Indian Veterinary Journal. 71(5): 499-501.

Maske DK, NC Bhilegaonkar, MR Sardey. 1990. Helminth parasites in zoo animals of Maharajbagh, Nagpur, Maharashtra State. Indian Journal of Animal Science. 5: 277–278.

Nashiruddullah N, A Chakraborty . 2001. Parasite of captive wild carnivores of Assam states Zoo. Intas Polivet. 2(11): 173-181.

Noble ER, Noble GA. 1961. Parasitology: The Biology of Animal Parasites. Philadelphia Pennsylvania (US): Lea and Febiger.

Panayotova-Pencheva MS. 2013. Parasites in Captive Animal: A Review of Studies in Some Europeans Zoos. Zoology Garten N. F. 82: 60-17.

Rai SK, S Uga,N Kataoka, T Matsumura. 1996. Atlas of Medical Parasitology. Kobe Japan (JP): Kyokuseisya Co Ltd.

Rataj AV, R Lindtner-Knific, K Vlahovic, U Mavri, A Dov. 2011. Parasite in pet reptiles. Acta Veterinaria Scandinavica. 53:33.

Sibley LD. 2004. Intracellular parasite invesion strategies. Science. 304: 248-253. Scholz T, HH Garcia, R Kuchta, B Wicht. 2009. Update on the Human broad tapeworm (genus Diphyllobothrium), including clinical relevance. Clinical Microbiology Rev. 22(1): 146-160.

(26)

14

Tanwar RK, LM Mittal, SN Sharma, JS Yadhaf. 1984. Parasitic gastric in an Asian Lion-a case report. Indian Journal of veterynary Medicine. 4(1): 48-49.

Whitlock HV. 1948. Some modifications of the Mc Master helminth egg counting technique and apparatus. J Counc Sci Ind Res. 21 : 177-180.

(27)

15

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1  Daftar satwa Kebun Binatang Semarang dan  hasil eksplorasi endoparasit
Tabel 1 (lanjutan).
Gambar 1 Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada  Beruang madu (A), Harimau
Gambar 6 Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada  Lutung (A), Owa (B), Kukang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak berita kematian satwa Kebun Binatang Surabaya di surat kabar Jawa Pos dengan periode yang telah

Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti tentang pembingkaian berita tentang kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya pada media on line Detik.com dan Vivanews.com

dari kebun binatang Seruling Emas dalam upaya konservasi satwa yang. dilindungi berdasarkan Peraturan

Sumber daya manusia yang mengelola Kebun Binatang Serulingmas dalam segi kualitas dan kuantitas sangat kurang, bahkan tidak sebanding dengan jumlah satwa yang menjadi tanggungjawab

Simpulan dari penelitian ini yaitu bahwa feses monyet ekor panjang yang digunakan pada pertunjukan topeng monyet di Surabaya terinfeksi telur endoparasit yaitu Ascaris

Terdapat dua jenis telur cacing yaitu Ascaridia sp dengan nilai 147,5 TTGT ditemukan pada elang brontok di PPS Cikananga dan Capillaria sp dengan nilai 1868

G Telur Cacing Spesies Tikus Rasamala Tahun Pada pen persentase keca tikus sebesar 91 telur cacing p ditemukan berju nematoda yaitu C dan Trichuris Tambang juga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak berita kematian satwa Kebun Binatang Surabaya di surat kabar Jawa Pos dengan periode yang telah