ANALISIS HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS AIR MINUM
ISI ULANG (AMIU) BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU
PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
SRI MALEM INDIRAWATI
077004020/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE
K O L A H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS AIR MINUM
ISI ULANG (AMIU) BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU
PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI MALEM INDIRAWATI
077004020/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS
AIR MINUM ISI ULANG (AMIU)
BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Sri Malem Indirawati
Nomor Pokok : 077004020
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
(PSL)
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH) Ketua
(Dr. Surya Dharma, MPH) (Drs. Chairuddin, M.Sc) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 25 Nopember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH
Anggota : 1. Dr. Surya Darma, MPH
2. Drs. Drs. Chairuddin, M.Sc
3. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D
ABSTRAK
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan KEPMENKES RI/No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Air tanah sudah tidak aman untuk dijadikan air minum karena telah terkontaminasi oleh rembesan septik tank, maupun air permukaan buangan limbah industri dan rumah tangga. Hal ini yang menjadi alasan mengapa air minum isi ulang menjadi pilihan masyarakat untuk dikonsumsi dengan harga yang murah.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di Kota Medan walaupun air tesebut telah banyak tercemar bakteri seperti dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana higiene sanitasi dan kualitas air minum di depot AMIU di Kota Medan. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode survey, rancangan cross sectional. Populasi adalah semua depot air minum yang menggunakan sumber air baku mata air pegunungan sejumlah 90 depot (data Disperindag), sampel air diambil sejumlah 30 depot dari tiga lokasi pengambilan air baku dengan parameter fisik, kimia dan biologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air dengan parameter fisik (warna, bau, kekeruhan, suhu, TDS) dan kimia (pH dan kadar besi) dari sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon memiliki kualitas yang masih memenuhi syarat kualitas air minum, namun untuk parameter mikrobiologi ditemukan cemaran pada air dari sumber air baku, dan air dari mobil tanki. Ada 5 depot yang tercemar bakteri koli pada sampel air dari galon. Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara parameter kualitas air pada sampel air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon dari semua parameter kualitas air. Ada hubungan yang signifikan antara higiene sanitasi dan kualitas mikrobiologi
Disarankan pada pengelola depot agar menerapkan higiene sanitasi sesuai dengan pedoman penyelenggaran depot serta memeriksakan kualitas air secara rutin Pihak instansi yang terkait agar memberikan pengawasan pada depot sehingga kualitas air minum di depot dapat terjaga.
ABSTRACT
Drinking water is the most important need for human being. In order to remain healthy, drinking water must meet the physical, chemical, and biological requirements set in the Regulation of Minister of Health, the Republic of Indonesia No. 907/MENKES/2002. Clean plain water for drinking is increasingly rare in urban area. Ground water is not safe for drinking because it has been contaminated by the leak of septic tanks or the industrial and household liquid waste. Therefore the inexpensive refilled drinking water is chosen by the community to be consumed.
This study is initiated by the great amount of refilled drinking water consumed by the communities of Medan although the water has been much contaminated by the bacteria as revealed in the previous studies. The purpose of this analytical descriptive survey study with cross-sectional design is to analyze the hygiene of sanitation and quality of drinking water in the AMIU depot in Medan. The population of this study were all of the 90 drinking water depots whose sources of raw materials (water) are the springs in the mountainous area, and 30 depots from different water resource locations were selected to be the samples for this study.
The result of study shows that the quality of water tested with physical parameters (color, smell, muddiness, temprature, TDS) and chemical parameters (pH and level of iron), from the water resources, the tank trucks, the processor, and from the containers still meets the requirements set for the drinking water quality, but based on the microbiological parameters, pollution is still found in the water from the raw water resourcers and from the tank trucks. There were 5 (five) depots whose water sample from the conainers were polluted by Coli-bacteria. The result of statistic test shows that there was no significant difference between the parameter of water quality for the sample water taken either from the tank trucks, from the processors, or from the containers. There was a significant relationship between the hygiene of sanitation and microbiological quality.
The depot managers are suggested to apply the hygiene of sanitation in accordance with the guidance of depot management and to routinely examine the quality of water and the related agencies are expected to control and supervise the depots to maintain the drinking water quality.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, yang merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
USU Medan.
2. Prof. Dr. Alvi Syahrin, MS, selaku Ketua Program Studi Magister
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs USU Medan.
3. Prof. Dr. Erman Munir, MSc, selaku Sekretaris Program Studi Magister
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs USU Medan.
4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Komisi Pembimbing.
5. Dr. Surya Dharma, MPH dan Drs. Chairuddin, MSc selaku Pembimbing II
dan Pembimbing III.
6. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembanding.
7. Koordinator Kopertis Wilayah I NAD-Sumut yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S-2.
8. Bang Ponci, Johan, Mbak Maya dan Pak Min yang banyak membantu penulis
selama mengikuti perkuliahan di PSL SPs USU Medan.
9. Pengelola depot AMIU di Kota Medan yang telah membantu dalam
memberikan informasi dalam pengumpulan data.
10.Teman-teman seangkatan PSL-2007 yang telah memberikan masukan dan
11.Orangtua Mahmud Sembiring (+) dan Hj. S. br Barus yang menjadi sumber
semangat dan inspirasi serta atas dorongannya yang tiada habis, serta
mertuaku Ng. Sinulingga/M br Sembiring.
12.Suamiku Sumarlin Sinulingga, yang telah banyak berkorban dan tetap
memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan
penelitian ini dan anak-anakku tercinta Salman dan Adam.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya
dan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalarn penelitian ini, karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan
tersebut.
Medan, Nopember 2009
RIWAYAT HIDUP
Sri Malem Indirawati, lahir di Medan pada tanggal 7 Agustus 1971 dari
pasangan Mahmud Sembiring (+) dan S br Barus yang saat ini berdomisili di Pancur
batu Kabupaten Deliserdang SUMUT. Merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara.
Pendidikan dasar dilalui di SD INPRES NO. 101832 Pancur Batu pada tahun
1978, kemudian pada tahun 1984 melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri I Pancur Batu. Tahun 1987 melanjutkan pendidikan menengah atas
di SMA Negeri I Pancur Batu. Pendidikan tinggi dilanjutkan di Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta program Diploma III Hyperkes dan Keselamatan
Kerja pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1993. Pada tahun 1996 melanjutkan
studi ke jenjang S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Jakarta sampai tahun 1998.
Menikah dengan Sumarlin Sinulingga pada 19 Juni 1999 dan telah dikarunia 1
orang putri dan 2 orang putra, yaitu Nabila (+) (23 Maret 2000), Salman raihan (2
Oktober 2002), serta Adam Helmi (20 Oktober 2005).
Pada tahun 2004 mengikuti ujian masuk PNS di Kopertis Wilayah I
NAD-Sumut dan diterima sebagai staff pengajar. Ditempatkan sebagai dosen dipekerjakan
di STIKes Medistra Lubuk Pakam. Kemudian pindah dpk ke STIKes Sumut Medan
pada tanggal 01 Juni 2008.
Pada tahun 2007 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan
S-2 di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana USU Medan melalui beasiswa BPPS Dikti.
Medan, Nopember 2009
DAFTAR ISI
2.4.4.Parameter Radioaktivitas……….. 13
2.8. Higiene Sanitasi Depot AMIU ……….. 16
2.8.1.Desain dan Kontruksi Depot ……… 17
2.8.2.Bahan Baku, Mesin dan Peralatan Produksi ……… 19
2.8.3.Proses Produksi ….……….. 21
2.8.4.Produk Air Minum ……….. 24
2.8.5.Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi. … 24 2.8.6.Karyawan………. 25
2.8.7.Penyimpanan Air Baku dan Penjualan ……… 26
2.9. Pencemaran Air ………. 26
2.10.Pengaruh Air terhadap Kesehatan ………. 27
2.11.Jenis Pengolahan Air ……….... 28
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.2.1. Lokasi Penelitian... 32
3.2.2. Wakt u Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel... 33
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.4.1. Data Primer ... 34
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 40
4.2. Kualitas Sumber Air Baku ... 41
4.3. Kualitas Air dari Mobil Tanki pada Depot AMIU ... 46
4.4. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran) pada Depot AMIU 48 4.5. Kualitas Air dari Galon pada Depot AMIU ... 50
4.6. Higiene Sanitasi Depot ... 52
4.7. Jenis Filtrasi dan Desinfektan ... 53
BAB 5 PEMBAHASAN ... 56
5.1. Kualitas Sumber Air Baku ... 56
5.2. Kualitas Air dari Mobil Tanki pada Depot AMIU ... 59
5.3. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran) pada Depot AMIU 63 5.4. Kualitas Air dari Galon pada Depot AMIU... 66
5.5. Penerapan Higiene Sanitasi Depot AMIU ... 70
5.6. Jenis Filtrasi dan Desinfektan ... 71
5.7. Hubungan Higiene Sanitasi Depot dengan Kualitas Mikrobiologi... 71
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 73
6.1. Kesimpulan... 73
6.2. Saran... 74
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Definisi
Operasional, Cara Ukur, Kategori dan Skala Ukur
Variabel... 35
4.1. Kualitas Sumber Air Baku Depot AMIU di Kota Medan
Tahun 2009 ... 44
4.2. Kualitas Air dari Mobil Tanki (Titik 1) Depot AMIU di Kota Medan Tahun 2009 dan Hasil Analisis Uji Beda Mean Parameter Kualitas Air... 46
4.3. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran, Titik 2) Depot AMIU di Kota Medan Tahun 2009 dan Hasil Analisis Uji Beda Mean.... 48
4.4. Kualitas Air dari Galon (Titik 3) Depot AMIU di Kota Medan
Tahun 2009 dan Hasil Analisis Uji Beda Mean... 50
4.5. Distribusi Frekuensi Depot AMIU Berdasarkan Penerapan
Higiene Sanitasi Depot di Kota Medan... 52
4.6. Distribusi Hasil Observasi Higiene Sanitasi Depot pada
Karyawan dan Pencucian Botol……….. 53
4.7. Distribusi Frekuensi Jenis Desinfectan pada Depot AMIU
di Kota Medan………. 54
4.8. Hasil Analisis Hubungan Antara Higiene Sanitasi dengan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Proses Produksi AMIU di Depot... 21
2.2. Kerangka Konsep Penelitian... 31
4.1. Lokasi Sumber Air Baku A dan B... 42
4.2. Lokasi Sumber Air Baku C... 43
5.1. Parameter TDS pada Tiga Sumber Air Baku... 57
5.2. Parameter TDS Sampel Air dari Mobil Tanki... 60
5.3. Parameter Suhu Sampel Air dari Mobil Tanki ... 60
5.4. Parameter pH Sampel Air dari Mobil Tanki ... 61
5.5. Parameter Besi Sampel Air dari Mobil Tanki ... 62
5.6. Parameter TDS Sampel Air dari Mesin Pengolahan ... 63
5.7. Parameter Suhu Sampel Air dari Mesin Pengolahan ... 64
5.8. Parameter pH Sampel Air dari Mesin Pengolahan ... 65
5.9. Parameter TDS Sampel Air dari Galon ... 66
5.10. Parameter Suhu Sampel Air dari Galon ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Distribusi Frekuensi Kualitas Air pada 3 Titik Sampel... 79
2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 88
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/
2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum 93
4. Kuesioner Pemeriksaan Fisik... 94
ABSTRAK
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan KEPMENKES RI/No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Air tanah sudah tidak aman untuk dijadikan air minum karena telah terkontaminasi oleh rembesan septik tank, maupun air permukaan buangan limbah industri dan rumah tangga. Hal ini yang menjadi alasan mengapa air minum isi ulang menjadi pilihan masyarakat untuk dikonsumsi dengan harga yang murah.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di Kota Medan walaupun air tesebut telah banyak tercemar bakteri seperti dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana higiene sanitasi dan kualitas air minum di depot AMIU di Kota Medan. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode survey, rancangan cross sectional. Populasi adalah semua depot air minum yang menggunakan sumber air baku mata air pegunungan sejumlah 90 depot (data Disperindag), sampel air diambil sejumlah 30 depot dari tiga lokasi pengambilan air baku dengan parameter fisik, kimia dan biologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air dengan parameter fisik (warna, bau, kekeruhan, suhu, TDS) dan kimia (pH dan kadar besi) dari sumber air baku, air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon memiliki kualitas yang masih memenuhi syarat kualitas air minum, namun untuk parameter mikrobiologi ditemukan cemaran pada air dari sumber air baku, dan air dari mobil tanki. Ada 5 depot yang tercemar bakteri koli pada sampel air dari galon. Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara parameter kualitas air pada sampel air dari mobil tanki, air dari mesin pengolahan dan air dari galon dari semua parameter kualitas air. Ada hubungan yang signifikan antara higiene sanitasi dan kualitas mikrobiologi
Disarankan pada pengelola depot agar menerapkan higiene sanitasi sesuai dengan pedoman penyelenggaran depot serta memeriksakan kualitas air secara rutin Pihak instansi yang terkait agar memberikan pengawasan pada depot sehingga kualitas air minum di depot dapat terjaga.
ABSTRACT
Drinking water is the most important need for human being. In order to remain healthy, drinking water must meet the physical, chemical, and biological requirements set in the Regulation of Minister of Health, the Republic of Indonesia No. 907/MENKES/2002. Clean plain water for drinking is increasingly rare in urban area. Ground water is not safe for drinking because it has been contaminated by the leak of septic tanks or the industrial and household liquid waste. Therefore the inexpensive refilled drinking water is chosen by the community to be consumed.
This study is initiated by the great amount of refilled drinking water consumed by the communities of Medan although the water has been much contaminated by the bacteria as revealed in the previous studies. The purpose of this analytical descriptive survey study with cross-sectional design is to analyze the hygiene of sanitation and quality of drinking water in the AMIU depot in Medan. The population of this study were all of the 90 drinking water depots whose sources of raw materials (water) are the springs in the mountainous area, and 30 depots from different water resource locations were selected to be the samples for this study.
The result of study shows that the quality of water tested with physical parameters (color, smell, muddiness, temprature, TDS) and chemical parameters (pH and level of iron), from the water resources, the tank trucks, the processor, and from the containers still meets the requirements set for the drinking water quality, but based on the microbiological parameters, pollution is still found in the water from the raw water resourcers and from the tank trucks. There were 5 (five) depots whose water sample from the conainers were polluted by Coli-bacteria. The result of statistic test shows that there was no significant difference between the parameter of water quality for the sample water taken either from the tank trucks, from the processors, or from the containers. There was a significant relationship between the hygiene of sanitation and microbiological quality.
The depot managers are suggested to apply the hygiene of sanitation in accordance with the guidance of depot management and to routinely examine the quality of water and the related agencies are expected to control and supervise the depots to maintain the drinking water quality.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo
(2003), sekitar 55 – 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.
Kebutuhan sehari-hari terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan
tingkatan kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah
kebutuhan akan air. Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting.
Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari,
tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum
harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun mikrobiologi.
Menurut WHO dalam Depkes (2006) beberapa data menyebutkan bahwa
volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara
maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter/orang/hari, sedangkan
di Indonesia (kota besar) sebanyak 200 – 400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah
penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Pengadaan air bersih untuk
kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi dan sebagainya harus
memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan Internasional (WHO dan
APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih
di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Kepmenkes RI No.
907/Men.Kes/SK/VII/2002 di mana setiap komponen yang diperkenankan berada
di dalamnya harus sesuai.
Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai
yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan
sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah
tidak aman dijadikan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki
septik maupun air permukaan.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK)
yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga
AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari
alternatif baru yang murah.
Air minum isi ulang (AMIU) menjadi pilihan yang lain. Air minum jenis ini
dapat diperoleh di depot-depot dengan harga sepertiga lebih murah dari produk air
minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga yang beralih
pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan air minum isi ulang bermunculan.
masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski
lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keadaan produknya.
Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan
Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan
sekitar 16% terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini mengindikasikan buruknya
kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Bakteri coliform merupakan parameter
mikrobiologis (Suprihatin, 2002). Ada indikasi bahwa ada perbedaan dalam
karakteristik air baku, teknologi produksi, atau proses operasi dan pemeliharaan yang
diterapkan di depot air minum isi ulang. Keadaan higiene sanitasi tempat bangunan
dan proses pengolahan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
sumber keberadaan bakteriologis dan kontaminasi bahan kimia pada depot air minum
isi ulang.
Medan merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia dengan jumlah
penduduk di atas 2 juta jiwa ditambah ± 566 ribu jiwa penduduk yang tidak tetap,
dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata 2,1 – 2,8 liter per orang per hari, maka
dibutuhkan sebanyak 5,5 – 7,2 juta liter per hari. Seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk maka kebutuhan akan air khususnya air minum juga semakin meningkat.
Sebagaimana diketahui, kualitas air sumur dan air sungai di Medan juga sudah
tercemar. Air tanah di Kota Medan sudah tercemar, sementara pelayanan air bersih
dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi belum menjangkau semua warga
dapat dihindari. Perkembangan bisnis depot air minum isi ulang (AMIU) berkembang
pesat namun sejauhmana keamanan AMIU bagi kesehatan masyarakat sebagai
konsumen belum diketahui baik dari segi kualitas air maupun pengelolaan di depot
AMIU.
Dinas Kesehatan Medan telah memeriksa sejumlah 170 depot AMIU dan
ditemukan 25 depot (14,7%) diantaranya positif terkontaminasi bakteri coli. Dinas
kesehatan kesulitan untuk melaksanakan pengawasan depot AMIU disebabkan
instansi ini bukan sebagai pemberi izin. Perizinan dikeluarkan oleh Disperindag,
sementara Dinas Kesehatan hanya sebagai pemberi rekomendasi Data jumlah depot
AMIU berdasarkan Disperindag adalah 90 depot yang hanya menggunakan sumber
air baku mata air pegunungan (Johana, 2009).
Masalah yang muncul akibat rendahnya mutu pengawasan adalah banyaknya
depot AMIU yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti yang diatur dalam
Kepmenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002. Berdasarkan SK Menkes tersebut definisi
air minum adalah air yang bisa langsung diminum, sedangkan AMIU lebih tepat
disebut air bersih atau air baku untuk minum yang harus diolah (dimasak) kembali
hingga layak dikonsumsi. Ada beberapa penyebab AMIU terkontaminasi diantaranya
bersumber dari air baku, wadah tempat distribusi tidak memenuhi standard higiene
dan sanitasi depot AMIU, juga proses filtrasi dan desinfektan dengan teknologi yang
rendah (Pitoyo, 2005).
Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada prinsipnya
memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk
koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan disenfeksi dimaksudkan
untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi kualitas air minum yang dihasilkan oleh proses
ini, diantaranya adalah kualitas sumber air baku, pengangkutan jenis peralatan yang
digunakan, pemeliharaan peralatan, penanganan air hasil pengolahan dan lain-lain.
Seluruh proses pengolahan air di industri besar mulai dari penyediaan air baku
sampai pengisian galon dilakukan secara otomatis dan terkontrol dan apabila ada
peralatan yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan segera. Berbeda dengan
produksi AMDK, proses pengolahan air di depot AMIU tidak seluruhnya dilakukan
secara otomatis. Hal ini diduga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan
(Pitoyo, 2005). Di samping itu banyak depot yang mengklaim bahwa sumber air baku
berasal dari mata air pegunungan dengan anggapan bahwa air permukaan tersebut
sudah terjamin kualitasnya dan sudah memenuhi persyaratan air minum.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang analisis
higiene sanitasi dan kualitas air minum isi ulang pada depot AMIU di Kota Medan
berdasarkan sumber air baku.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah bagaimana higiene sanitasi dan kualitas air minum isi ulang
1.3. Kerangka Teoritis
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana higiene sanitasi dan
kualitas AMIU pada beberapa depot AMIU di Kota Medan berdasarkan sumber air
baku yang digunakan.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi AMIU pada sumber air
2. Mengetahui penerapan higiene sanitasi depot AMIU di Kota Medan
berdasarkan format pemeriksaan fisik pedoman pelaksanaan penyelenggaraan
higiene sanitasi depot air minum.
3. Mengetahui jenis filtrasi dan desinfektan AMIU pada depot AMIU di Kota
Medan.
4. Mengetahui hubungan higiene sanitasi depot AMIU dengan kualitas fisik,
kimia dan mikrobiologi air minum di depot AMIU di Kota Medan.
1.5. Hipotesis
1. Ada perbedaan kualitas air (fisik, kimia dan mikrobiologi) pada mobil tanki
di masing-masing depot berdasarkan sumber air baku.
2. Ada perbedaan kualitas air dari mesin pengolahan di masing-masing depot
berdasarkan sumber air baku.
3. Ada perbedaan kualitas air dari galon di masing-masing depot berdasarkan
sumber air baku.
4. Ada hubungan higiene sanitasi depot air minum dengan kualitas
mikrobiologis air minum isi ulang di depot AMIU. Semakin baik higiene
sanitasi depot AMIU maka kualitas air minum isi ulang di depot AMIU
1.6. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat yang menggunakan air minum isi
ulang (AMIU) agar lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas dari
bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.
2. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran bagi pengelola depot akan
pentingnya menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala
kualitas air minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan
menggunakan sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Kep.
Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
3. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah terkait
(Dinas Kesehatan dan Disperindag) agar lebih meningkatkan pembinaan dan
pengawasan kualitas air pada depot air minum isi ulang di Kota Medan secara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah sebuah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal di atas
permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat
celcius dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius. Ahli kimia mendefinisikannya
terdiri dari dua unsur yaitu oksigen dengan dua ‘lengan’ menggandeng hidrogen
membentuk satu kesatuan disebut molekul. Setiap tetes air yang kita lihat terkandung
di dalamnya bermilyar-milyar molekul tadi yang saling tumpang-tindih, yang tidak
dapat kita lihat dengan mata kita. Indera kita hanya mampu untuk melihat wujudnya
sebagai zat cair, kita rasakan dengan tangan dan lidah seperti layaknya air, kita baui
dengan hidung sebagai salah satu tanda bahwa di dalam tubuh kita terdapat trilyunan
molekul-molekul air tersisip dihampir semua organ tubuh terutama otak, darah,
paru-paru, jantung, ginjal, otot dan hati. Yang secara total bisa dikatakan lebih dari tujuh
puluh persen bagian tubuh kita sebenarnya adalah air (Chandra, 2007).
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan manusia, dengan terpenuhinya
kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung
dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme akan terganggu dan
akibatnya akan menimbulkan kematian. Salah satu upaya pengamanan makanan dan
minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah pengawasan terhadap
komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan. Air
dari sumber air baku harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sampai air
tersebut memenuhi syarat kesehatan (Mulia, 2005).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
2.2. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi berasal dari berbagi sumber, berdasarkan
letak sumbernya air dapat dibagi sebagai berikut:
2.2.1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir.
2.2.2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi.
2.2.3. Air Tanah
Air tanah berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
alamiah. Proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke
bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air
permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain.
Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami
proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang
tahun, saat musim kemarau sekalipun. Air tanah juga mengandung zat-zat mineral
yang cukup tinggi. Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber
air yang dapat menyediakan air yang baik bagi dari segi kuantitas dan kualitas. Mata
air adalah air tanah yang banyak digunakan sebagai sumber baku bagi depot AMIU.
Air tanah merupakan sumberdaya alam yang ketersediaannya secara kuantitas
maupun kualitas sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Pertumbuhan jumlah
penduduk, industri dan pertanian menjadi penyebab peningkatan beban pencemaran
sumber-sumber air. Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan harusnya
menjadi pedoman bagi masyarakat khususnya pengguna sumberdaya alam agar
lingkungan hidup tetap terjaga keberlangsungannya (Slamet, 2007).
2.3. Air Baku
Air baku adalah air yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Standar air baku air minum yang berlaku
meliputi parameter fisik, kimia dan mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang
Pada umumnya air baku depot AMIU bersumber dari air tanah seperti mata
air pegunungan dan PDAM. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 dalam Pasal 3 menetapkan bahwa depot air minum
dilarang mengambil air baku yang berasal dari air PDAM yang ada dalam jaringan
distribusi untuk rumah tangga. Penelitian ini mengambil sumber air baku dari mata
air pegunungan.
2.4. Kualitas Air
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga, untuk air minum, air
mandi dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan
agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan air minum dapat
ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan
parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air tersebut (Mulia, 2005).
2.4.1. Parameter Fisika
Parameter fisika menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air
tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat
padat terlarut (TDS). Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer.
Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/
bahan terlarut diameter < 10 -6 dan koloid (diameter 10 -6 - 10 -3 mm) yang berupa
senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
2.4.2. Parameter Kimia
Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia an organik dan kimia organik.
Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat
reaktif, zat-zat berbahaya serta beracun serta derajat keasaman (PH). Sedangkan zat
kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida. Sumber logam dalam air dapat
berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi
dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai penyebab kehadiran logam dalam air
(Mulia, 2005).
2.4.3. Parameter Mikrobiologi
Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri coliform sebagai organisme
petunjuk. Dalam laboratorium, istilah total koliform menunjukkan bakteri koliform
yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan
parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba pathogen
di dalam air minum (Mulia, 2005).
2.4.4. Parameter Radioaktivitas
Efek radioaktivitas adalah menimbulkan kerusakan pada sel, kerusakan yang
terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan. Sinar Alpha,
Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh (Mulia,
2.5. Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
(Lampiran 2). Dalam penelitian ini sampel AMIU yang diperiksa dibatasi pada
parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan sebagai berikut:
2.5.1. Parameter Fisik
Parameter fisik meliputi suhu, jumlah zat padat terlarut (TDS). Jumlah
kekeruhan warna, rasa dan bau.
2.5.2. Parameter Kimia
a. Kimia an-organik:
1) Air raksa
2) Fluorida
3) Kromium-val.6
4) Kadmium
5) Nitrit, sbg-N
6) Nitrat, sbg-N
7) Mangan
8) Klorida
9) Besi
2.5.3. Parameter Mikrobiologi
a. E. Coli
b. Total Koliform
2.6. Air Minum dan Manfaatnya
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo
(2003), sekitar 55 – 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.
Manfaat air di dalam tubuh manusia antara lain untuk melarutkan berbagai
jenis zat yang diperlukan tubuh, mempertahankan suhu tubuh dengan cara penguapan
keringat, untuk transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk
larutan dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memegang
peranan penting dalam aktivitas manusia (Slamet, 2007).
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum isi ulang dikelola oleh depot air minum yaitu badan usaha yang mengelola air
2.7. Depot Air Minum Isi Ulang
Depot air minum isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen
(Deperindag, 2004). Prinsip pengolahan air pada dasarnya harus mampu
menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Proses
pengolahan air pada depot AMIU terdiri atas penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi.
Pertama, air akan melewati filter dari bahan silica untuk menyaring partikel kasar.
Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan bau. Tahap
berikutnya adalah penyaringan air dengan saringan berukuran 10 mikron kemudian
melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri.
Air yang keluar dari saringan 1 mikron dinyatakan telah bebas dari bau dan
bakteri, ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil dibanding tabung
penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan bakteri yang mungkin
masih tersisa dengan menggunakan sinar ultra violet, ozonisasi dan Reversed Osmosi
(Pitoyo, 2005).
2.8. Higiene Sanitasi Depot AMIU
Higiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan
faktor-faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya (Depkes, 2006).
Penilaian higiene sanitasi depot air minum didasarkan pada nilai persyaratan
sanitasi. Pedoman cara produksi yang baik depot air minum memberikan penjelasan
mengenai cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantai produksi air
minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen. Dalam lampiran
Kep Men Perindustrian dan Perdagangan RI tentang Persyaratan Teknis Depot Air
Minum dan Perdagangannya No. 651/MPP/Kep/10/2004 dimuat pedoman cara
produksi yang baik depot air minum. Pedoman ini terinci dalam bagian-bagian
sebagai berikut:
1. Desain dan konstruksi depot.
2. Bahan baku, mesin dan peralatan produksi.
3. Proses produksi.
4. Produk air minum.
5. Pemeliharaan sarana produksi dan program sanitasi.
6. Karyawan.
7. Penyimpanan air baku dan penjualan.
2.8.1. Desain dan Konstruksi Depot
Lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari
debu di sekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat
penumpukan barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang
kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik sistem saluran pembuangan air
Ruang proses produksi menyediakan tempat yang cukup untuk penempatan
peralatan proses produksi. Area produksi harus dapat dicapai untuk inspeksi dan
pembersihan di setiap waktu.
Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu
bersih. Dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna terang
dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan secara rutin
dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada keretakan.
Tempat pengisian harus didisain hanya untuk maksud pengisian produk jadi
dan harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat. Desain tempat pengisian
harus sedemikian rupa sehingga semua permukaan dan semua peralatan yang ada
di dalamnya dapat dibersihkan serta disanitasi setiap hari.
Penerangan di area proses produksi, tempat pencucian/pembilasan/sterilisasi/
pengisian galon harus cukup terang untuk mengetahui adanya kontaminasi fisik,
sehingga karyawan/personil mempunyai pandangan yang terang untuk dapat melihat
setiap kontaminasi produk. Dianjurkan penggunaan lampu yang anti hancur dan atau
lampu yang memakai pelindung sehingga jika pecah, pecahan gelas lampu tidak
mengkontaminasi produksi.
Ventilasi harus cukup untuk meminimalkan bau, gas atau uap berbahaya dan
kondensat dalam ruang proses produksi, pencucian/pembilasan/sterilisasi dan
pengisian galon. Pengecekan terhadap perlengkapan ventilasi perlu dilakukan secara
Semua bagian luar yang terbuka atau lubang harus dilindungi dengan
layar/screen, pelindung lain atau pintu yang menutup sendiri untuk mencegah
serangga, burung dan binatang kecil masuk ke dalam Depot (Depkes, 2006).
2.8.2. Bahan Baku, Mesin dan Peralatan Produksi
1. Bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang
terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjamin
mutu air baku meliputi:
a. Sumber air baku harus terlindungi dari cemaran kimia dan mikrobiologi yang
bersifat merusak/mengganggu kesehatan.
b. Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik (bau, rasa,
warna), fisika, kimia dan mikrobiologi.
Bahan wadah yang dapat digunakan/disediakan Depot Air Minum harus
memenuhi syarat bahan tara pangan (food grade), tidak bereaksi terhadap bahan
pencuci, desinfektan maupun terhadap produknya.
2. Mesin dan peralatan produksi
Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam Depot Air Minum
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Bahan mesin dan peralatan
Seluruh mesin dan peralatan yang kontak langsung dengan air harus terbuat dari
bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan tidak bereaksi dengan bahan
b. Jenis mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan dalam proses produksi di Depot Air Minum
sekurang-kurangnya terdiri dari:
1) Bak atau tangki penampungan air bak.
2) Unit pengolahan air (water treatment) terdiri dari:
a) Prefilter (saringan pasir = sand filter)
Fungsi prefilter adalah menyaring partikel-partikel yang kasar, dengan
bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.
b) Karbon filter
Fungsi karbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa
khlor dan bahan organik.
c) Filter lain
Fungsi filter ini adalah sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron, dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan tertentu.
d) Alat desinfektan (ozonisasi dan atau UV dengan panjang gelombang 254
nm 2537 A). Fungsi desinfektan adalah untuk membunuh kuman
patogen.
3) Alat pengisian.
Mesin dan alat untuk memasukkan air minum kedalam wadah (Depkes,
2.8.3. Proses Produksi
Urutan proses produksi air minum di Depot Air Minum adalah sebagai
berikut:
1. Penampungan Air Baku dan Syarat Bak Penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak
penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-
bahan yang dapat mencemari air.
Gambar 2.1. Proses Produksi AMIU di Depot
Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:
a. Khusus digunakan untuk air minum.
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman.
c. Harus mempunyai manhole.
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran.
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi.
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan
(food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki
pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam
minimal 3 (tiga) bulan sekali. Dokumen pengadaan air baku harus tersedia dalam
Depot Air Minum yang isinya antara lain adalah nama pemasok/pemilik sumber air,
jumlah air dan tanggal pengadaan.
2. Penyaringan Bertahap
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang
kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%.
Ukuran butir-butir yang dipakai ditentukan dari mutu kejernihan air yang
b.Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai sebagai penyerap, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron (Pitoyo, 2005).
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi
dengan menggunakan ozon berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon
lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah
pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan
ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang
gelombang 253 nm atau kekuatan 2537 A dengan intensitas minimum 10.000 mw
detik per cm2.
a. Pembilasan, Pancucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan
(food grade) dan bersih. Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa
konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan
sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan
menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana
dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis
kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan
sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
Catatan: Air bekas pencucian maupun bekas pembilasan tidak boleh digunakan
kembali sebagai bahan baku produksi (harus dibuang).
1). Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan
dalam tempat pengisian yang higienis.
2) Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan menutup yang dibawa konsumen dan
atau yang disediakan oleh depot air minum (Depkes, 2006).
2.8.4. Produk Air Minum
Sebelum dijual, untuk pertama kali produk air harus dilakukan pengujian
mutu yang dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau ditunjuk oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota yang terakreditasi.
Pengujian mutu air minum wajib memenuhi persyaratan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002. Pengendalian dan pengujian mutu
untuk menjamin tercapainya mutu sesuai keputusan Menteri Kesehatan yang berlaku
dengan cara mengambil sampel dari titik keluarnya air minum (pengisian).
2.8.5. Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi
a. Pemeliharaan Sarana Produksi
Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan dikenakan tindak
binatang pengerat (tikus), serangga dan binatang kecil lainnya ke dalam bangunan
proses produksi maupun tempat pengisian.
Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan bahan baku atau pun
produk akhir harus dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi teratur, sehingga tidak
menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir. Mesin dan peralatan yang
digunakan oleh Depot AMIU harus dirawat secara berkala dan apabila sudah habis
umur pakainya harus diganti sesuai ketentuan teknis.
b. Program Sanitasi
Permukaan peralatan yang kontak dengan bahan baku dan air minum harus
bersih dan disanitasi setiap hari. Permukaan yang kontak dengan air minum harus
bebas dari kerak, oksidasi dan residu lainnya.
Proses pengisian dan penutupan dilakukan secara saniter yakni dilakukan
dalam ruang yang higienis. Wadah yang dibawa oleh konsumen harus disanitasi dan
diperiksa sebelum pengisian, dan setelah pengisian, wadah ditutup dengan penutup
tanpa disegel. Wadah cacat harus dinyatakan tidak dapat dipakai dan tidak boleh diisi.
2.8.6. Karyawan
Karyawan yang berhubungan dengan produksi harus dalam keadaan sehat,
bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan
pencemaran terhadap air minum.
Karyawan bagian produksi (pengisian) diharuskan menggunakan pakaian
kerja, tutup kepala dan sepatu yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum
Karyawan tidak diperbolehkan makan, merokok, meludah atau melakukan
tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran
terhadap air minum (Depkes, 2006).
2.8.7. Penyimpanan Air Baku dan Penjualan
a. Penyimpanan Air baku
Bak penampung air baku harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade),
harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Depot air minum tidak
boleh melakukan penyimpanan air minum yang siap dijual dalam bentuk kemasan.
Dengan demikian tidak ada stok air minum dalam wadah yang siap dijual.
Penyimpanan hanya boleh dilakukan untuk air baku dalam tangki penampung.
b. Penjualan
Depot air minum tidak boleh melakukan penjualan secara eceran melalui
toko/kios/warung dan hanya diperbolehkan menjual di tempat usaha langsung kepada
konsumen yang membawa wadah miliknya sendiri atau disediakan oleh depot.
Pelaksanaan penjualan/pengisian dilakukan seperti uraian pada proses pengisian air
minum yang dimulai dari pembilasan/pencucian/sterilisasi wadah, pengisian dan
penutupan (Depkes, 2003).
2.9. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Air minum bukan air murni, meskipun bahan-bahan
masih mengandung komponen-komponen terlarut. Air minum yang tidak tercemar
tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung
bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air
tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan air minum (Ferdiaz, 1992).
2.10. Pengaruh Air terhadap Kesehatan
Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit
menular maupun penyakit tidak menular (Mulia, 2005).
Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung disebut penyakit
bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media
yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Menurut Slamet (2007) beberapa
penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya:
a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri vibrio Cholera. Gejala utamanya adalah muntaber,
dehidrasi, dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian
beras.
b. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica.
Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.
c. TypHus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus
terus-menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu
setelah infeksi.
d. Diare disebabkan oleh bakteri Coliform misalnya E. coli bersifat patogen
dengan gejala kram perut, mual dan rasa tidak enak badan.
2.11. Jenis Pengolahan Air
2.11.1.Proses Sanitasi
Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih.
2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air.
Konsentrasi sekitar 2 ppm cukup untuk membunuh bakteri. Penggunaan
kaporit akan menimbulkan bau pada air dan untuk menghilangkannya diperlukan
proses penyaringan dengan media karbon aktif.
3. Penggunaan senyawa perak.
Alternatif ini jarang digunakan. Biasanya yang digunakan adalah perak nitrat,
dengan mencampurkannya ke dalam air. Penggunaan ini biasanya untuk keadaan
memaksa, misalnya tentara pada waktu perang atau petugas survei yang harus bekerja
di tempat yang jauh dan tak ada air bersih.
4. Dengan ultraviolet.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi,
sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan
efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per
sentimeter persegi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba
bila intensitas dan waktunya cukup. Tidak ada residu atau hasil samping dari proses
penyinaran dengan UV. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara
teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV
harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel
tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).
5. Ozonisasi.
Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen,
termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan
akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak
ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif
di samping sangat aman (Widiyanti, 2004).
2.11.2.Sistem Filtrasi
Desinfeksi air minum dapat dilakukan dengan filtrasi membran. Klorinasi
tidak digunakan dalam proses pengolahan air minum, karena sisa klor dalam air dapat
menimbulkan bau yang mengganggu pada saat dikonsumsi. Penyaringan (filtrasi)
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) filtrasi dengan pasir dan 2) filtrasi membran.
Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3 mikrometer),
mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08
mikrometer), ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat
ion-ion dapat dipisahkan dengan membran “reverses osmosis”. Dengan demikian,
penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan penggunaan ultrafiltrasi
dapat memisahkan bakteri dan virus. Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan
cara koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi pasir atau membran filtrasi
(mikrofiltrasi). Bahan-bahan terlarut dapat dihilangkan dengan aerasi (misalnya Fe
dan Mn), oksidasi (misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV), adsorpsi dengan
karbon aktif atau mebran filtrasi (reversed osmosis). Proses pengolahan air minum
pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik pencemaran
fisik, kimia maupun mikrobiologis (Pitoyo, 2005). Munculnya usaha air minum isi
ulang merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan. Dengan menjamurnya
usaha tersebut, yang diperlukan adalah pengaturan berupa standar produk dan
prosesnya. Dengan begitu bukan hanya pihak konsumen yang terlindungi tetapi juga
2.12. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Sumber Air Baku :
Parameter Fisik, Kimia dan Mikromikrobiologi
Air Baku :
Mata Air Pegunungan (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002)
Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Kepmenkes RI
N0.907/MENKES/SK/VII/2002
Hygiene Sanitasi Depot AMIU :
- Sumber Air Baku - Pengangkutan - Proses Filtrasi dan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan survei yang bersifat deskriptif analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian di mana
variabel-variabel yang diukur dan diobservasi dilakukan sekaligus pada waktu yang sama
(Arikunto, 2006). Penelitian ini dalam pembahasannya melihat hubungan satu
keadaan dengan keadaan lainnya yang bersifat sesaat pada satu waktu dan tidak
diikuti dalam satu kurun waktu tertentu. Higiene sanitasi depot merupakan variabel
independen yang mempengaruhi kualitas air minum sebagai variabel dependen pada
penelitian ini.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan sebagai lokasi depot AMIU dan
daerah Sibolangit sebagai lokasi sumber air baku untuk depot AMIU. Kota Medan
dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa di Kota Medan telah
banyak berdiri depot air minum isi ulang. Tahap observasi dan analisa kualitas
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran
daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, konsultasi dengan pembimbing,
pelaksanaan penelitian, analisa data samapai dengan penyusunan laporan akhir.
Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Pebruari sampai dengan
Juli 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yaitu seluruh unit
usaha depot AMIU yang berada di wilayah penelitian dengan sumber air baku dari
mata air pegunungan. Dari data survei awal diperoleh jumlah depot AMIU di Kota
Medan yang memiliki izin sejumlah 90 depot (Disperindag, 2008). Penelitian ini
menggunakan kriteria minimal sampel sejumlah 30 depot AMIU yang dikumpulkan
secara random sampling dari seluruh depot AMIU. Pengambilan sampel sejumlah 30
(tiga puluh) depot AMIU dari 3 (tiga) sumber air baku mata air pegunungan yang
berlokasi di Sibolangit berdasarkan pada jumlah sampel minimal dan keterbatasan
dana. Untuk menarik sampel dari populasi peneliti menggunakan alokasi proporsional
dengan rumus:
n = N1 x n1 ∑N
N1 = Jumlah populasi dari sumber air baku ∑N = Jumlah populasi seluruhnya
Pengambilan sampel sebanyak 30 untuk suatu penelitian berbentuk cross
sectional dianggap sudah mewakili sampel kajian. Penentuan jumlah sampel untuk
suatu unit analisis perlu jumlah diantara 20 – 50 subyek. Selanjutnya dikatakan
bahwa jumlah sampel yang sesuai tergantung kepada tujuan penelitian dan keadaan
subyek yang dikaji. Namun demikian, jumlah sampel sebanyak 30 telah diterima
umum sebagai jumlah sampel minimum sekiranya analisis statistik tertentu akan
digunakan (Borg dan Gall, 1979 dalam Dahlan, 2004).
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan adalah data dari hasil pengukuran kualitas air
dengan cara pengambilan air sampel pada sumber air baku, air dari mobil tanki, air
dari mesin pengolahan, dan air dari galon. Data primer tentang penerapan higiene
sanitasi depot AMIU dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan
wawancara dengan pemilik atau penanggung jawab depot AMIU. Data kualitas air
baku dan air minum di depot AMIU diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan baik dari Dinas Kesehatan Kota Medan tentang
data pemeriksaan depot AMIU dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Medan tentang data jumlah depot yang diberi ijin yang menggunakan hanya sumber
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Kategori dan Skala Ukur Variabel
Variabel Defenisi Operasional Cara dan Alat
Ukur
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran untuk higiene sanitasi dan kualitas air adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran kualitas air sumber air baku dan air minum di depot dilakukan
dengan melihat hasil pemeriksaan di laboratorium dengan kategori memenuhi
syarat dan tidak memenuhi syarat berdasarkan Kepmenkes RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum.
2. Pengukuran higiene sanitasi depot AMIU dilakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi dengan skala ordinal meliputi dua kategori
baik dan buruk dengan scoring. Jawaban “ya” diberi nilai satu (1) dan
jawaban tidak diberi nilai nol (0). Jumlah seluruh pertanyaan adalah 30 soal.
a. Baik apabila hasil observasi memiliki total skor > 70% dari pertanyaan
yang tersedia.
b. Buruk apabila hasil observasi memiliki total skor < 70% dari pertanyaan
yang tersedia.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
1. Persiapan
d. Studi pendahuluan, dilakukan untuk memperoleh data awal tentang depot
air minum isi ulang dan kualitas hasil produksi dari Dinas Kesehatan dan
e. Mengurus surat izin penelitian sebagai kelengkapan administrasi, surat
izin digunakan untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data
di lapangan.
f. Menentukan sampel, ini dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan
peneliti, baik dari segi waktu maupun biaya dalam penelitian.
g. Menyiapkan angket lembar observasi sebagai instrumen yang akan
digunakan untuk memperoleh data tentang higiene sanitasi depot air
minum.
h. Menghubungi laboratorium tempat pemeriksaan kualitas air dengan surat
permohonan kesediaan pemeriksaan sampel.
2. Pelaksanaan
a. Melakukan pengambilan sampel air pada sumber air baku dan pada depot
air minum isi ulang serta membawa ke laboratorium untuk segera
dilakukan pemeriksaan. Pengambilan sampel air dilakukan secara
bertahap.
b. Melakukan pemeriksaan sampel air di laboratorium.
c. Menyampaikan lembar observasi kepada pengelola depot di wilayah Kota
Medan.
3. Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air yang akan digunakan untuk pemeriksaan kualitas
fisik dan kimia dilakukan dengan menggunakan botol aquades. Pengambilan