• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.3. Kualitas Air dari Mesin Pengolahan (Kran) pada Depot AMIU 63

Kualitas fisik air dari sampel mesin pengolahan (kran) seperti yang diuraikan pada Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari semua depot yang dianalisa menunjukkan hasil parameter kualitas fisik seluruhnya masih memenuhi persyaratan air minum. Dari ketiga sumber air baku untuk parameter fisik, bau, kekeruhan, dan rasa bernilai sama. Parameter fisik untuk TDS mg/l relatif sama, dengan range 133.41

– 136.80 mg/l seperti pada Gambar 5.6 di bawah ini. TDS tertinggi dijumpai pada sumber air baku A dan terendah pada C.

Gambar 5.6. Parameter TDS Sampel Air dari Mesin Pengolahan

Namun jika kita membandingkan hasil analisa TDS pada air dari mobil tanki dan mesin pengolahan menunjukkan hasil yang menurun, hal ini terjadi akibat adanya proses filtrasi pada mesin pengolahan air.

131 132 133 134 135 136 137 138 A B C

SUMBER AIR BAKU

T D S (m g /l )

Parameter suhu juga menunjukkan hasil yang relatif tidak jauh berbeda seperti pada Gambar 5.7. Suhu tertinggi dijumpai pada sumber air baku C dan terendah pada sumber air baku A.

Gambar 5.7. Parameter Suhu Sampel Air dari Mesin Pengolahan

Semua parameter fisik dari mesin pengolahan berada di bawah baku mutu, air sudah dapat diminum dan memenuhi syarat-syarat kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

Hasil analisa kualitas kimia air juga memenuhi syarat-syarat air minum. Hal ini disebabkan kemungkinan mesin pengolahan air, proses filtrasi, penggantian alat filtrasi masih terkondisi dengan baik serta penggunaannya masih dalam jangka waktu layak pakai. Hasil dari ketiga sumber air baku untuk parameter besi adalah sama namun untuk suhu relatif sama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.8 di bawah ini. 27.140 27.16 27.180 27.200 27.2227.24 0 27.26 27.280 27.300 27.320 27.340 A B C

SUMBER AIR BAKU

S

U

H

Gambar 5.8. Parameter pH Sampel Air dari Mesin Pengolahan

Parameter pH tertinggi dijumpai pada sumber air baku A dan terendah pada sumber air baku C.

Pada sampel air dari mesin pengolahan tidak ditemukan cemaran bakteri hal ini kemungkinan disebabkan proses desinfeksi yang ada pada semua depot masih dalam kondisi baik, peralatan sterilisasi/desinfeksi masih dalam masa efektif membunuh kuman dan alat filtrasi yang digunakan juga dalam kondisi baik sehingga bakteri dapat tersaring. Semua depot menunjukkan hasil analisa bakteri 0 mg/100ml dan dari hasil uji statistik terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kualitas air dari mesin pengolahan.

Hasil analisa secara statistik dengan menggunakan uji Kruskall Wallis didapatkan nilai p lebih besar dari á = 0,05 untuk masing-masing parameter pada kualitas air pada mobil tanki menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, ini

6.88 6.90 6.92 6.94 6.96 6.98 7.00 7.02 A B C

SUMBER AIR BAKU

p

berarti bahwa seluruh parameter kualitas air minum yang diuji baik kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi menunjukkan tidak ada perbedaan.

5.4. Kualitas Air dari Galon pada Depot AMIU

Kualitas fisik dari sampel air pada galon depot AMIU seperti pada Tabel 4.4 di atas menunjukkan hasil parameter kualitas fisik seluruhnya masih memenuhi persyaratan air minum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Dari ketiga sumber air baku untuk parameter fisik, bau, kekeruhan, dan rasa bernilai sama, namun untuk parameter TDS ada perbedaan seperti pada Gambar 5.9 di bawah ini.

Gambar 5.9. Parameter TDS Sampel Air dari Galon

TDS tertinggi dijumpai pada sumber air baku C dan terendah pada sumber air baku B. 131.0 131.5 132.0 132.5 133.0 133.5 134.0 134.5 135.0 135.5 A B C

SUMBER AIR BAKU

T D S ( m g /l )

Parameter fisik untuk suhu juga menunjukkan ada perbedaan dari sampel air galon berdasarkan sumber air baku seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Suhu tertinggi dijumpai pada sumber air baku A dan terendah pada sumber air baku C.

Gambar 5.10. Parameter Suhu Sampel Air dari Galon

Pengukuran kualitas kimia pada sampel air dari galon menunjukkan hasil parameter PH dengan kisaran rata-rata 6,8 – 6,9 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.11 di bawah ini. Parameter pH tertinggi dijumpai pada sumber air baku A dan terendah pada sumber air baku C.

27.10 27.20 27.30 27.40 27.50 27.60 27.70 27.80 A B C

SUMBER AIR BAKU

S

U

H

Gambar 5.11. Parameter pH Sampel Air dari Galon

Parameter kadar besi dengan rata-rata 0,1 mg/L masih di bawah baku mutu 0,3 mg/L. Hal ini kemungkinan disebabkan mesin pengolah air, proses filtrasi masih terjaga dengan baik. Demikian juga dengan kualitas mesin dan proses pergantian alat filtrasi serta penggunaannya masih dalam jangka waktu sesuai masa pakai didukung juga oleh kandungan besi pada sumber air baku masih dalam taraf memenuhi persyaratan air minum dan bahan-bahan yang digunakan pada proses pengolahan terbuat dari bahan food grade.

Dalam penelitian ini semua parameter kualitas fisik dan kimia masih memenuhi persyaratan kualitas air minum. Hasil yang sama adalah penelitian Bambang (2005) terhadap 31 sampel air dari depot dengan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi ditemukan bahwa untuk parameter TDS (Total Dissolved Solid), suhu dan pH memenuhi standard kriteria Kepmenkes namun terdapat 7 (22,5%) depot yang tercemar bakteri.

6.88 6.90 6.92 6.94 6.96 6.98 7.00 7.02 A B C

SUMBER AIR BAKU

p

Hasil kualitas mikrobiologi air dari galon ditemukan 5 depot (16,7%) (lihat Lampiran Tabel 24-26) tercemar bakteri di mana kandungan Total Coliform

berkisar dari 2 – 9.6 Jml/100ml. Kontaminasi bakteri kemungkinan terjadi karena higine sanitasi yang buruk pada galon yang dibawa oleh pelanggan dan proses sterilisasi/desinfeksi yang tidak sempurna. Sebelum diisi galon yang dibawa pelanggan harus dicuci dan dibilas pada bagian dalam hingga bersih. Pembilasan dilakukan dengan air dari kran dan disterilkan, pengisian harus dilakukan dalam ruang yang tertutup dan steril. Berdasarkan lembar observasi higiene sanitasi umumnya operator depot AMIU (100%) belum mengikuti pelatihan tentang higiene sanitasi depot sehingga berdasarkan pengamatan peneliti pada saat pencucian tidak melakukan proses sterilisasi kembali dan tidak melakukan pembilasan terakhir dengan air dari kran air hasil proses. Pada saat mengisi galon, tangan dari operator sering terbilas dengan air dari kran setelah itu langsung menutup galon. Kemungkinan kontaminasi berasal dari operator dan galon yang tidak dicuci dan dibilas dengan sempurna. Pada beberapa depot sudah menyediakan alat pencuci galon otomatis. Hasil penelitian dengan purposive sampling terhadap populasi depot AMIU di Semarang ditemukan 34% depot tercemar bakteri (Ferawaty, 2004) demikian juga dengan hasil penelitian di Kota Bogor terhadap 27 depot ditemukan 2 (7%) depot tercemar bakteri (Pratiwi, 2007). Kontaminasi bakteri total coliform ini banyak ditemukan pada penelitian beberapa depot di kota-kota lain di Indonesia. Hasil Sidak Dinas Kesehatan Jakarta Barat pada Januari 2009 yang lalu menemukan 384 sampel dari depot AMIU yang tercemar E. Coli. Hasil Pengujian kualitas 120 sampel AMIU

dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Denpasar) mengindikasikan bahwa ada perbedaan dalam karakteristik air baku, teknologi produksi, dan proses operasi serta pemeliharaan yang diterapkan di depot AMIU. Sekitar 16% persen dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coloform hal ini mengindikasikan buruknya kualitas depot air minum isi ulang (Suprihatin, 2002).

Dokumen terkait