• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Usahatani Kulit Manis di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Ekonomi Usahatani Kulit Manis di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

KORI MELINA BARUTU /040309012 SEP-PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Kori Melina Brutu (040309012) dengan Judul “Analisis

Ekonomi Usahatani Kulit Manis di Kabupaten Pakpak Bharat”.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 dan dibimbing oleh

Ir.A.T.Hutajulu MS, dan Ir. M. Jufri, Msi.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem

usahatani kulit manis di daerah penelitian, mengetahui besarnya

pendapatan petani usahatani kulit manis di daerah penelitian,

mengetahi kelayakan usahatani kulit manis secara ekonomi di daerah

penelitian, mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam

mengusahakan usahatani kulit manis di daerah penelitian, dan

mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam menyelsaikan

masalah dalam usahatani kulit manis di daerah penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Sensus, yaitu petani yang menananm kulit mani. Jumlah populasi

yang tercapai di Desa Parpulungan dan Desa Surung Mersada adalah

16 kk. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah sistem usahatani

kulit manis di daerah penelitian maih tergolonh sederhana atau

tradisional, adapun besarnya pendapatan petani adalah Rp.

4.730.273,44, usahatani kulit manis layak diusahakan dengan R/C

adalah 4,10 masalah yang dihadapi oleh petani adalah kurangnya

informasi dan pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya kulit

manis yang baik, dan upaya-upaya yang dilakukan oleh petani dalam

mengatasi masalah yang dihadapi adalah megadakan kerjasama

dengan petani kulit manis bahkan dengan petani didaerah lain dan

berdiskusi memecahkan setiap masalah yang menyangkut kulit manis.

(3)

Kori Melina Barutu lahir pada tanggal 29 Maret 1987 di Natal sebagai

anak ke-5 dari 9 bersaudara dari pasangan B. Barutu dan S. Barasa.

Pendidikan yang ditempuh Penulis adalah sebagai berikut

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar SDN No. 147972 Sikara-kara III Natal

dan tamat tahun 1998

2. Tahun 1998 masuk Sekolalah Lanjutan Tingkat Pertama di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 4 Natal dan tamat tahun 2001

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAN 1 Natal

Mandailing Natal dan tamat tahun 2004

4. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara di

Departemen Agribisnis dengan Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian

5. Bulan Juni 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Purba Sinombah, Kecamatan Silima Kuta, Kabupaten Simalungun

6. Bulan Mei 2009 melaksanakan Penelitian di Desa Parpulunnan dan Desa

Surung Mersada, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

Selama menjadi mahasiswa Penulis terlibat dalam Organisasi IMASEP (Ikatan

Mahasiswa sosial Ekonomi Pertanian) dan Unit Pelayanan Mahasiswa Kristen

(4)

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan kasihNya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Baik.

Adapun judul Skripsi ini “Analisis Ekonomi Kulit Manis di Kabupaten Pakpak

Bharat”. Penelitian ini dilakukan di desa Parpulungan dan Surung Mersada,

Kecamatan, Kabupaten Pakpak Bharat.

Penulis menngucapakan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Departemen Agribisnis

2. Ibu A.T.Hutajulu MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan motivai untuk mengerjakan Skripsi

3. Bapak Ir. M. Jufri, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan motivai untuk mengerjakan Skripsi

4. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Agribisnis Khususnya

di Fakultas Pertanian Umumnya

5. Bapak Kepala Desa Parpulungan dan Surung Mersada yang telah

mendukung Penulis dalam penyelesaian skripsi ini

6. Para Responden yang telah memberikan waktu dan kesempatan pada

Penulis selama penelitian untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Terimakasih terbesar Penulis ucapkan kepada Ayahanda Alm. B.Barutu dan

Ibunda S.Barasa untuk semua doa, dukungan, dan kasih sayangnya yang sungguh

(5)

2004 yang tidak disebutkan satu persatu.

Akhir kata Penulis megucapkan terimakasih untuk pembaca dan semoga

skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Segala kemulian bagi Raja atas segala

Raja.

(6)

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENNGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

Identifikasi Masalah ...5

Tujuan Penelitian ...6

Kegunaan Penelitian ...6

TINJAUAN PUSTAKA , LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ...7

Landasan Teori...14

Kerangka Pemikiran...17

Hipotesisn Penelitian...20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penellitian ...21

Metode Penarikan Sampel...21

Metode Analisis Data...22

Defenisi dan Batasan Operasional ...24

Defenisi ...24

Batasan Operasional...25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian...26

Letak dan geografis ...26

Keadaan Alam...26

Luas Wilayah, Jenis dan Penggunaan Tanah ...27

Etnis/suku...28

Perekonomian...30

(7)

Analisis Ekonomi Usahatani Kulit Manis...38

Lahan ...38

Tenaga Kerja ...38

Sarana Produksi...49

Pupuk ...49

Obat-obatan ...40

Alat-alat Pertanian...40

Produksi dan pennerimaan Usahatani kulit Manis...42

Pendapatan Bersih Petani dari Usahatani Kulit manis...42

Masalah yang dihadapi Petani dalam Usahatani Kulit Manis...44

Upaya-upaya yang dilakukan untul Mengatasi Usahatani Kulit Manis...45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...46

Saran...47

DAFTAR PUSTAKA

(8)

NO.

1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2009 2. Biaya Sarana Produksi/Petani Tahun ke 1

3. Biaya Sarana Produksi/Petani Tahun Ke-2 sampai Ke-4

4. Biaya Sarana Produksi/Petani Tahun Ke-5 sampai Ke-7

5. Biaya Sarana Produksi/Ha Pada Tahun I

6. Biaya Sarana Produksi/Ha Pada Tahun ke-2 sampai ke-4

7. Biaya Sarana Produksi/Ha Pada Tahun ke-5 sampai ke-7

8. Biaya Penyusutan/Petani Selama 8 Tahun

9. Biaya Penyusutan/Ha Selama 8 Tahun

10. Penggunaan Tenaga Kerja/Petani Pada Tahun I sampai Tahun ke-6

11. Penggunaan Tenaga Kerja/Petani Pada Tahun Ke-7 sampai Tahun ke-8

12. Penggunaan Tenaga Kerja/Ha Pada Tahun Pertama sampai Tahun ke-6

13. Penggunaan Tenaga Kerja/Ha Pada Tahun Ke-7 sampai ke-8

14. Biaya Produksi/Petani Selama 8 Tahun

15. Total Biaya Produksi/Petani selama 8 Tahun

16. Total Biaya Produksi/Ha Selama 8 Tahun

17. Biaya Produksi/Ha Selama 8 Tahun

18. Penerimaan/Petani selama 8 Tahun

19. Penerimaan/Ha selama 8 Tahun

(9)

NO Hal

1. Luas Tanaman Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan

1. Rakyat menurut Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007 ... 3

1. Luas Tanaman dan Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 ... 4

3. Jumlah Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2009 ...21

4. Metode Pengumpulan Data ...22

5. Keadaan Topografi Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 ...26

6. Jenis-jenis dan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian Tahun 2008 ...27

7. Etnis/Suku Yang Ada di Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 ...28

8. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008...28

9. Keadaan Penduduk di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 ...28

10. Disribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 ...29

11. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 ...30

12.Distribusi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 ...30

13. Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Kerajaan ...32

14. Sistem Usahatani Anjuran dan di Lapangan ...32

15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani kulit manis Tahun 2009 ...39

16. Rata-rata biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Kulit Manis di daerah Penelitian, Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 ...41

17. Biaya Produksi usahatani kulit manis di Desa penelitian, Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 ...41

(10)

20. Analisis rata-rata R/C Ratio Usahatani Kulit Manis Perpanen

(11)

NO. Hal

1. Pohon Kulit Manis ... 8

2. Daun dan Bunga Kulit Manis ... 8

3. Kulit Manis ... 9

4. Skema Kerangka Pemikiran ...19

5. Pohon kulit manis yang sudah siap dipanen ...35

6. Awal pengikisan kulit manis ...35

7. Lingkaran batang dikikis dari atas kebawah...35

8. Potong horijontal seluruh Lingkaran bawah...35

9. Potong horijontal seluruh Lingkar batang atas ...35

10.Tarik Potongan Vertikal ke Bawah...35

11.Tarik kulit yang telah diPotong sesuai ukuran ...36

12.Kulit sudah bisa dilepasdari Batang ...36

13.Kulit manis yang telah dikikis dan sudah dikuliti ...36

14.Kulit manis yang siap untuk dijemur...36

15.Kulit kayu manis yang telah di jemur sudah mulai menggulung di jemur selama 4 hari, hingga berwarna cokelat...36

(12)

NO. Hal

16.Pohon Kulit Manis ... 8

17.Daun dan Bunga Kulit Manis ... 8

18. Kulit Manis ... 9

19.Skema Kerangka Pemikiran ...19

20.Pohon kulit manis yang sudah siap dipanen ...35

21.Awal pengikisan kulit manis ...35

22.Lingkaran batang dikikis dari atas kebawah...35

23.Potong horijontal seluruh Lingkaran bawah...35

24.Potong horijontal seluruh Lingkar batang atas ...35

25.Tarik Potongan Vertikal ke Bawah...35

26. Tarik kulit yang telah diPotong sesuai ukuran ...36

27.Kulit sudah bisa dilepasdari Batang ...36

28.Kulit manis yang telah dikikis dan sudah dikuliti ...36

29.Kulit manis yang siap untuk dijemur...36

(13)

Kori Melina Brutu (040309012) dengan Judul “Analisis

Ekonomi Usahatani Kulit Manis di Kabupaten Pakpak Bharat”.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 dan dibimbing oleh

Ir.A.T.Hutajulu MS, dan Ir. M. Jufri, Msi.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem

usahatani kulit manis di daerah penelitian, mengetahui besarnya

pendapatan petani usahatani kulit manis di daerah penelitian,

mengetahi kelayakan usahatani kulit manis secara ekonomi di daerah

penelitian, mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam

mengusahakan usahatani kulit manis di daerah penelitian, dan

mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam menyelsaikan

masalah dalam usahatani kulit manis di daerah penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Sensus, yaitu petani yang menananm kulit mani. Jumlah populasi

yang tercapai di Desa Parpulungan dan Desa Surung Mersada adalah

16 kk. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah sistem usahatani

kulit manis di daerah penelitian maih tergolonh sederhana atau

tradisional, adapun besarnya pendapatan petani adalah Rp.

4.730.273,44, usahatani kulit manis layak diusahakan dengan R/C

adalah 4,10 masalah yang dihadapi oleh petani adalah kurangnya

informasi dan pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya kulit

manis yang baik, dan upaya-upaya yang dilakukan oleh petani dalam

mengatasi masalah yang dihadapi adalah megadakan kerjasama

dengan petani kulit manis bahkan dengan petani didaerah lain dan

berdiskusi memecahkan setiap masalah yang menyangkut kulit manis.

(14)

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian dapat menjawab permasalahan keterbatasan kepemilikan lahan masyarakat yang digunakan untuk pertanian. Dengan luas hutan Indonesia yang mencapai 113 juta hektar dengan komposisi hutan produksi sekitar 66,3 juta hektar, hutan lindung 33,5 juta hektar, serta hutan suaka dan wisata sekitar 20,5 juta hektar maka masalah ketersediaan lahan pertanian akan teratasi. Dalam Peraturan Pemerintah 34 tentang kehutanan, kawasan hutan produksi dan hutan lindung dapat dimanfaatkan untuk tanam- tanaman pertanian, seperti tanaman pangan dan tumbuhan obat, selama tidak mengganggu fungsi hutannya. Asalnya program rehabilitasi hutan dan lahan kritis seharusnya dapat menjadi sarana bagi pengembangan konsep diversifikasi pangan dan pertanian. Tanaman pangan selain padi yang umumnya tidak memerlukan treatment khusus lebih mudah untuk dikembangkan di daerah-daerah tersebut yang dijadikan sasaran program rehabilitasi hutan dan lahan kritis dapat diterapkan sistem ecoagroindustry, yaitu kawasan agroindustri dimana pertanian, kehutanan, peternakan, serta industri berada dalam satu kawasan

(Yudo,S.H, 2004).

(15)

merupakan upaya penghijauan. Hanya saja penanaman dan pengolahan kebun masih diserahkan kapada masyarakat sehingga pengelolaan pascapanen masih dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Bahkan tidak jarang dijumpai ada perkebunan yang dibiarkan begitu saja tanpa dipelihara dengan baik karena alasan harga jual yang rendah. Bila diperhatikan, harga jual rendah diakibatkan oleh kualitas produk yang rendah. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah dalam menggalakkan peningkatan mutu produk agar pendapatan petani meningkat

(Rismunandar, 2001).

Harga kulit manis yang dinikmati petani jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasaran internasional. Nilai tambah kulit manis juga tidah bisa mereka nikmati. Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu upaya komprehensif bersama-sama dan kontinu untuk meningkatkan nilai tambah kulit manis dan meningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya yang bisa dilakukan membangun kawasan agrotechnopark kulit manis

(http://minangkita.com/bisnis/2008/03/06/kulit manis-salah satu komoditi ekspor-penting-di sumbar/ ).

(16)

Kulit manis merupakan salah satu komoditi perkebunan rakyat yang menjadi sumber pendapatan penduduk di Sumatera Utara. Hampir semua kabupaten memiliki perkebunan rakyat kayu manis, termasuk kabupaten Pakpak Bharat

Tabel 1. Luas Tanaman Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007

No Kabupaten Luas Tanaman Jumlah (Ha)

Produksi (Ton)

TBM TM TTM

1. Mandailing Natal 629.55 10981.40 3.00 2.613.95 1.972.40 2. Tapanuli Selatan 512.25 1.037.50 427.00 1.976.75 227.87 3. Tapanuli Tengah - 12.20 - 12.20 4.03 4. Tapanuli Utara 258.00 220.00 6.81 484.81 334.32 5. Atoba Samosir 1.00 78.99 - 79.99 43.22 6. Simalungun 12.64 349.92 2.00 364.56 79.45 7. Dairi 124.00 236.00 - 360.00 323.95 8. Karo - 263.00 - 263.00 277.42 9. Deli Serdang 12.00 61.00 - 73.00 54.00 10. Langkat - 74.00 - 74.00 40.70 11. Hbg.Hasundutan 345.80 376.00 61.00 782.80 229.58 12. Pakpak Bharat - 136,72 - 136,72 274,77 13. Samosir - 3.00 - 3.00 0.95

Jumlah 1.895.24 4.829,73 499.81 7.224,78 3.862,65 BPS Provinsi Sumatera Utara 2008

(17)

Tabel 2. Luas Tanaman dan Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008

No Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kg/ Ha/Thn) KK

TBM TM JUMLAH

1 Salak 5 10 15 43,50 4,350 60 2 Kerajaan 27 23 50 78,59 4,370 82 3 STT. Jehe 20 15 35 27,75 1,850 140 4 STT. Julu 3 2,5 5,5 14,07 5,630 24 5 PGG.sengkut 2,5 3 5,40 18,56 5,120 20 6 Siempat Rube - 15,13 15,13 55,47 3,630 60 7 Tinada 2,7 8 10,70 26,83 3,350 44 Jumlah 60,2 76,63 136,72 274,77 3.537.5 430 Sumber: Dinas Kehutanan Pakpak Bharat 2009

Dari Tabel 2 diketahui bahwa daerah yang menghasilkan kulit manis terbesar itu adalah Kecamatan Kerajaan di Desa Surung Mersada dan Desa Parpulungan dengan luas lahan 50 ha dan produksi sebesar 78,59 ton. Jumlah keseluruhan tanaman kulit manis yang belum menghasilkan adalah 60,2 ha, tanaman menghasilkan adalah 76,63 ha dengan jumlah keseluruhan 136,72 ha. Dengan produksi kulit manis keseluruhan adalah 274,77 Ha. Dengan produksi rata-rata 3.537.5 kilogram per hektar dalam satu tahun. Dengan jumlah kepala rumah tangga yang mengusahakan usaha tani kulit manis di Kecamatan Kerajaan adalah 82 kepala keluarga.

(18)

maka dijemur selama kurang lebih satu minggu, tetapi apabila matahari terik maka proses penjemuran bisa dilakukan sekitar tiga atau empat hari.

Dari hasil pra survei diketahui bahwa penjualan kulit manis dilakukan di pasar kecamatan, petani membawa langsung ke pasar. Harga jual kulit manis saat ini adalah sebesar Rp.4000 per kilogram. Jika dilihat dari hasil yang diperoleh petani dengan harga jualnya, sebenarnya tidak sesuai dengan produksi yang diperoleh karena tanaman kulit manis dapat dipanen sekitar 8 tahun masa tanam baru setelah itu dipanen. Tanaman kulit manis merupakan tanaman sampingan oleh petani, karena membutuhkan waktu yang sangat lama.

1.2 Identifikasi masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas maka dirasakan perlu melakukan penelitian dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana sistem usaha tani kulit manis didaerah penelitian.

2. Berapa besar pandapatan petani usaha tani kulit manis di daerah penelitian.

3. Apakah usaha tani kulit manis layak secara ekonomi diusahakan didaerah penelitian.

4. Apa masalah yang dihadapi petani dalam mengusahakan usaha tani kulit manis di daerah penelitian.

(19)

1.2 Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka penelitian bertujuan untuk:

1. Mengetahui sistem usaha tani kulit manis di daerah penelitian. 2. Mengetahui besar pandapatan petani kulit manis didaerah penelitian.

3. Mengetahui usaha tani kulit manis layak secara ekonomi diusahakan didaerah penelitian.

4. Mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam mengusahakan usaha tani kulit manis di daerah penelitian.

5. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi petani dalam mengusahakan usaha tani kulit manis di daerah penelitian

1.3 Kegunaan penelitian

1. Sebagai informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan untuk menjadi seorang sarjana.

2. Sebagai bahan informasi pemerintah dalam mengambil keputusan dan kebijakan yang ditujukan bagi petani kulit manis sebagai penyumbang terhadap pendapatan keluarga.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kulit manis merupakan Spesies dari genus cinnamomum. Genus ini merupakan anggota dari famili lauraceane yang meliputi tumbuhan berkayu dengan bentuk daun tunggal, ordo polycarpiae, anak kelas Dialypetalae, dan kelas Dicotyledoneae (Rismunandar. F, 2001).

Taksonomi dari kulit manis (Cinnamum burmannii) yaitu:

Kindom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Laurales

Family : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmannii

(21)

yang paling harum. Di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat dari pada di dataran tinggi, tetapi di dataran yang rendah kulit yang dihasilkan kurang tebal ,dan rasanya juga agak kurang baik. Di tempat tinggi pertumbuhannya lambat, tetapi kulitnya lebih tebal, dan berkualitas lebih baik. Tanaman kayu manis menghendaki banyak hujan, merata sepanjang tahun dan lembab. Curah hujan yang dikehendaki adalah 2000 mm sampai 2500 mm tiap tahun tanpa ada bulan-bulan yang kering (http;//toiusd.multiply.com/journal/item/155/cinnamomum burmannii).

Gambar 1. Pohon kulit manis

(22)

Gambar 3. Kulit Manis

Tanaman kulit manis berupa pohon, tumbuh tegak, tanaman tinggi dapat mencapai 15 m. Batang berkayu, bercabang, warna hijau kecokelatan, daun tunggal, berbentuk lanset,ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, saat masih muda berwarna merah tua atau hijau ungu, daun tua berwarna hijau, bunga majemuk malai, muncul dari ketiak daun, berambut halus, mahkota berwarna kuning. Buah buni, warna hijau waktu muda dan hitam setelah tua. Biji kecil-kecil, bentuk bulat telur. Kulit batang mengandung dammar, lender, dan minyak asiri yang mudah larut (Syukur. C dan Hernani, 2001).

(23)

menghilangkan lapisan lendirnya. Biji-biji ini bisa dikering anginkan sebelum disemai. Bibit sirung berasal dari tunas yang tumbuh pada tunggul bekas potongan batang saat kulit manis dipanen. Biasanya pemanenan kulit manis dilakukan dengan cara pemotongan batang setinggi 5 cm sampai dengan10 cm dari atas permukaan tanah. Selang sebulan kemudian tunas-tunas akan bertumbuhan. Pada saat itulah tunggul tersebut ditimbun dengan tanah yang kaya akan humus. Selanjutnya tunas-tunas tersebut dibiarkan tetap tumbuh sampai sekitar dua tahun. Setelah itu dilakukan pemisalah sirung dari batang induknya. Bisanya disisakan satu tunas untuk tetap menjadi individu baru pada tunggul bekas potongan tersebut (http://foragri.blogsome.com /membangun-industri-kompos-komersial/)

Dalam pembudidayaan kulit manis, ada dua sistem tanam yang dapat dilakukan, yaitu sistem monokultur dan sistem tumpang sari. Pada penanaman kayu manis dengan sistem monokultur, jarak tanam yang digunakan petani biasanya rapat, dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m. Namun dengan menerapkan sistem tanam monokultur ini maka petani harus melakukan penjarangan, yaitu pada umur 6 tahun dan 10 tahun. Pada sistem tanam tumpang sari ini lahan pertanaman juga ditanami dengan jenis tanaman lain sambil menunggu tanaman pokoknya menghasilkan. Jenis tanaman yang umumnya digunakan antara lain palawija, sayur, buah, kopi, dan cengkih. Untuk penanaman sistem tumpang sari, jarak tanamannya harus lebih lebar. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah 2 m x 2 m; 2,5 m x 2,5 m; 3 m x 3 m; 4 m x 4 m; dan 5 m x 5 m. Penggunaan jarak tanam ini tergantung pada jenis tanaman lain yang akan ditanam

(24)

Persiapan awal penanaman adalah menyiapkan bibit, oleh karena bibit dapat berasal dari biji, tunas (carang), dan stek maka penyiangan bibitnya berbeda.

1. Bibit Asal Biji.

Biji yang akan ditanam sebaiknya sudah berumur 8-12 bulan di pesemaian. Bibit demikian biasanya sudah mencapai tinggi 60-80 cm. Oleh karena bibit asal biji dapat disemai di bedengan maupun di polibag maka perlakuannya berbeda.

2. Bibit Asal Tunas

Tunas yang sudah ditebang dapat ditanam dikebun setelah ditumbuhi akar. Biasanya yang tumbuh dari batang pokok sekitar 12 tunas. Namun, tidak semuanya dapat dijadikan bibit. Hanya tunas yang memiliki akar saja dapat dijadikan bibit. Agar diperoleh tunas yang baik, periksalah pertumbuhan akarnya. Selain harus memiliki akar, tunas ini pun tingginya harus sudah mencapai 50-60 cm.

3. Bibit Asal Stek

Kriteria bibit yang baik umumnya sama yaitu tidak cacat fisik atau luka, sehat, dan memiliki pertumbuhan bibit yang baik. Bibit yang sudah terserang hama atau penyakit biasanya pertumbuhannya lambat. Selain kriteria tersebut, bibit harus sudah memiliki tinggi 50-60 cm.

(25)

tinggi diperoleh dari tanaman berumur lebih dari 15 tahun. Saat panen terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua. Tanaman yang sudah berdaun demikian biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu kulit sehingga kulit mudah terkelupas. Selain dengan memperhatikan warna daun, tanda-tanda pada tanaman sebagai petunjuk bahwa kulit sudah terkelupas adalah mulai tumbuhnya pucuk baru (Rismunandar dan Farry.B, 2001).

Ada empat sistem panen yang dapat dilakukan, yaitu sistem tebang sekaligus, sistem situmbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang, dan sistem vietnam.

a. Sistem tebang sekaligus

Sistem ini sangat umum dilakukan petani kulit manis. Caranya dengan memotong langsung tanaman sehingga dekat tanah, setelah itu dikuliti. b. Sistem situmbuk

Disebut sistem situmbuk karena cara panen ini dilakukan oleh petani di daerah Situmbuk, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada sistem ini, biasanya sekitar dua bulan sebelum penebangan, kulit batang tanaman dikupas melingkar mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80 sampai 100 cm. Selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. Ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru yang dapat dijadikan bibit. c. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang

(26)

lebih tebal. Bertambahnya ketebalan kulit karena pada bekas pukulan akan terjadi memar atau keretakan pada kulit. Selanjutnya dari retakan kult tersebut akan tumbuh kalus baru sehingga pada kulit kayu terlihat pembengkakan. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti. Benda atau alat yang digunakan sebagai pemukul harusnya benda keras seperti pemukul dari kayu.

d. Sistem vietnam

Pada sistem ini dilakukan pengupasan kulit membentuk persegi panjang dengan ukuran 10 cm x 30 cm atau 10 cm x 60 cm. Pengupasan kulit ini secara berselang-seling sehingga tampak seperti gambar kotak papan catur.

(Rismunandar dan Farry.B, 2001).

Usaha tani pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usaha tani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat untuk kebutuhan komsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

(27)

usaha tani kelurga atau usaha tani swasembada. Dasar ini tidak dapat digoyahkan, sedangkan usaha taninya sendiri merupakan faktor yang variabel

(Kaslan A Tohir, 1991).

2.2 Landasan Teori

Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian besar petani kita adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistence). Hal ini berarti belum sepenuhnya betujuan untuk dijual ke pasar (market oriented) seperti halnya usaha tani di negara - negara yang telah maju (Daniel, 2002).

Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi. Usaha tani adalah kegiatan mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian. Usaha pertanian lebih diartikan sebagai suatu modal besar, dan mempunyai tenaga administrasi disamping membutuhkan atau membayar tenaga kerja lapangan. Kegiatan ini dikelola dengan tujuan utama mencari keuntungan semaksimal mungkin (Daniel, 2002).

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py

Dimana ; TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga y

(28)

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Pd = TR – TC

Dimana; Pd= Pendapatan Usaha Tani TR= Total Penerimaan TC= Total Biaya (Soekartawi, 2002).

Salah satu syarat yang harus diikuti dalam analisis ekonomi adalah bahwa harga yang dipakai didalam analisis adalah merupakan harga bayangan (Shadow Price). Penilaian harga bayangan ini berlaku baik yang diinput maupun output. Untuk menilai besar-kecilnya nilai harga bayangan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya distorsi yang berkaitan dengan lingkungan atau sistem ekonomi yang berlaku yang dalam keadaan demikian harga real belum dapat mencerminkan harga bayangan atau harga keseimbangan yang sebenarnya. 2. Adanya tujuan sosial maupun ekonomi dari maksud dilaksanakannya

proyek tersebut juga menentukan besar kecilnya harga bayangan.

Gittinger menjelaskan bahwa harga bayangan adalah harga yang terjadi dalam perekonomian yang berada dalam tingkat keseimbangan sempurna dan persaingan sempurna (Soekartawi, 1995).

(29)

beragam, dan kadang-kadang tergantung dari peneliti apakah mau memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap atau biaya variabel. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Maksud utama dari analisis ekonomi atau keuangan, untuk menetapkan apakah pengembangan dan operasional proyek agribisnis dapat sesuai, bila tidak apakah mungkin dibuat menjadi sasuai, seluruh informasi yang dikumpulkan harus dapat menjawab analisis keuangan ini. Biasanya analisis akan meneliti dua aspek dari masalah keuangan yaitu pertama: jumlah uang diperlukan untuk memberikan fasilitas bagi operasional dan jumlah sumber yang akan memerlukan uang tersebut. Kedua: kemungkinan biaya operasional dan pendapatan, likuiditas dan status pemasukan keuangan pada tahap operasional. Anlisis ekonomi diperlukan sehubungan dengan kontribusi proyek kepada situasi ekonomi secara menyeluruh dan apakah proyek agribisnis dapat melahirkan keuntungan lain untuk mengatasi penggunaan sumber yang diperlukan (Siagian, R, 1997).

Petani sebagai pelaksana produksi yang lebih besar lagi agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Adakalanya produksi yang diperoleh justru lebih kecil dan sebaliknya ada kalanya produksi yang diperoleh lebih besar. Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila usaha tani tersebut dapat memiliki kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan menjaga kelestarian usahanya.

(30)

Untuk mengetahui kelayakan usaha tani kulit manis ini dianalisis secara ekonomi dengan metode analisis R/C ini, Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan kriteria, bila R/C > 1 , maka usaha tani ini layak ; bila R/C = 1 maka usaha tani ini berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1 maka usaha tani tidak layak (Soekartawi, 2002).

Produk kayu manis digunakan untuk berbagai keperluan, baik rumah tangga maupun industri. Untuk rumah tangga, kulit manis lebih sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Sementara untuk industri digunakan sebagai bahan baku obat, kosmetik, dan industri lain. Petani merupakan sumber dari suatu produk, tanpa petani produk yang dibutuhkan tidak mungkin ada. Untuk kayu manis petani dapat diharapkan, dapat menghasilkan produk berkualitas. Kualitas produk ini sangat menentukan tujuan pasarnya (Rismunandar dan Farry. B, 2001).

2.3 Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui analisis ekonomi usaha tani kulit manis dan sumbangannya terhadap pendapatan keluarga harus diketahui terlebih dahulu petani yang akan menjadi populasi penelitian yaitu petani yang berusaha tani komoditi kulit manis. Petani kulit manis di Pakpak Bharat mempunyai luas lahan, tenaga kerja dan modal tertentu untuk mendapatkan produksi yang tinggi.

(31)

Produksi yang dilakukan petani dapat dikatakan baik apabila tingkat produktivitas petani kulit manis tinggi. Produktivitas dapat diperoleh dari pembagian antara hasil produksi kulit manis dengan luas lahan yang dikelola.

Di dalam analisis ekonomi dilihat besarnya penerimaan yang diperoleh, keuntungan atau pendapatan bersih yaitu setelah didapat penerimaan dari usaha tani kulit manis maka diketahui berapa besar sumbangannya terhadap pendapatan keluarga dimana untuk mendapatkan produksi kulit manis harus menunggu waktu kurang lebih 8 tahun, sehingga petani yang berusaha tani kulit manis harus mempunyai pendapatan diluar usaha tani kulit manis seperti menanam tanaman hortikultura (jagung, sayur-sayuran), dan tanaman keras (kopi, durian) .

Di dalam pengelolaan usaha tani kulit manis, terdapat beberapa masalah yang dihadapi, diantaranya pasar yang kurang menampung hasil kulit manis. Untuk itu harus diketahui upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.

Akhirnya pendapatan keluarga petani kulit manis dapat diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan dari usaha tani kulit manis dengan pendapatan yang berasal dari luar usaha kulit manis. Dari berbagai sumber pendapatan akan diperoleh total pendapatan keluarga dan dengan adanya pendapatan tersebut maka akan dapat menambah perekonomian keluarga dan kemungkinan keluarga tidak merasa kekurangan di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

(32)

Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

[image:32.595.119.543.159.686.2]

Keterangan : : Menyatakan hubungan

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran PETANI

USAHA TANI KULIT MANIS

TENAGA KERJA MODAL

LUAS LAHAN

PRODUKSI

PENERIMAAN

PENDAPATAN BERSIH BIAYA

PRODUKSI

HARGA

KELAYAKAN USAHA

(33)

2.4 Hipotesis penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian maka disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Sistem usaha tani kulit manis di daerah penelitian masih dilakukan secara tradisional

(34)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yakni petani yang berusaha tani kulit manis di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Daerah Penelitian ini terpilih karena merupakan salah satu sentra produksi kulit manis dan karena keterbatasan biaya dan waktu untuk meneliti. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa didaerah ini usaha tani kulit manis cukup menjanjikan yang berlokasi di daerah penelitian.

3.2 Metode Penarikan Sampel

[image:34.595.112.510.591.651.2]

Populasi responden dalam penelitian ini adalah petani yang berusaha tani. Dari jumlah populasi tersebut diambil 16 sampel penelitian yang terdiri dari dua desa yaitu desa Parpulungan dan desa Surung Mersada. Desa ini dipilih menjadi daerah penelitian karena mempunyai luas lahan tanaman yang belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan yang tinggi, dengan metode penarikan sampel dilakukan secara Sensus.

Tabel 3. Jumlah Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2009

Desa Luas Lahan (Ha) KK

TBM TM Jumlah

Parpulungan 5 6 11 11

Surung Mersada 5 3 8 5

Jumlah 10 9 19 16

(35)

3.3 Metode Pengumpulan Data

[image:35.595.115.511.277.468.2]

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekuder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar kuesioner. Data sekunder diperoleh dari informasi lembaga atau literature yang mendukung penelitian. Jenis data dan sumber data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data No Jenis Data Sumber Data

Observasi Wawancara Lain-Lain 1. Identitas

Responden

Responden √ 2. Deskripsi Wilayah Penelitian Kantor Kepala Desa √ √

3. Sistem Usahatani Kulit Manis

Responden √ √ 4. Kelayakan

Usahatani Kulit Manis

Responden √

5. Masalah yang dihadapi petani

Responden √ 6. Upaya yang

dilakukan

BPP √ √

3.4 Metode Analisis Data

Untuk masalah 1 dianalisis secara deskriptif dengan melihat sistem usaha tani kulit manis secara tradisional di daerah penelitian. Hipotesis 1 diterima apabila sistem usaha tani kulit manis masih dilakukan secara tradisional daerah penelitian.

(36)

Keterangan :

Pp = Pendapatan petani kulit manis R = Penerimaan

C = Biaya Total

Untuk melihat kelayakan usaha tani kulit manis dengan menggunakan analisis R/C. Kelayakan usaha tani dapat diuji dengan menggunakan analisis R/C dan ROI.

• R/C (Cost Ratio)

a = R/C R= Py. Y C = FC + VC

a = { (Py.y)/(FC+ VC) }

Keterangan : R = Penerimaan C = Biaya

Py = Harga Output Y = Output

FC= Biaya Tetap (fixed Cost) VC= Biaya Variabel (Variabel Cost) Apabila : R/C = 1 → usaha tidak untung dan tidak rugi R/C < 1 → usaha tidak layak

R/C > 1 → usaha layak (Soekartawi, 1995).

• ROI ( Return on Investment atau tingkat pengembalian modal)

ROI = Laba x 100 % Modal

(37)

ROI < suku bunga berlaku maka usaha tidak layak di kembangkan

Usaha tani kulit manis dikatakan layak dikembangkan bila analisis ekonomi menunjukan hasil layak, adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan dikembangkannya usaha adalah Return Cost (R/C) dan Return on Investment (ROI) (Soekartawi, 1995).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Harga pokok adalah perbandingan antara total biaya produksi dengan jumlah produksi.

2. Pendapatan bersih adalah penerimaan setelah dikurangi total biaya produksi …(Rp)

3. Analisis ekonomi adalah suatu analisis untuk menentukan kelayakan suatu usaha dikembangkan dari segi ekonomi.

4. (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan penjualan kuli manis dengan total biaya yang dikeluarkan. Usaha tani kulit manis akan menguntungkan apabila nilai R/C >1.

(38)

Batasan Operasional

Penelitian dilakukan di Desa Parpulungan dan Desa Surung Mersada Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009.

(39)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

1) Letak dan Geografis

Kecamatan Kerajaan dangan Ibukota Sukaramai adalah salah satu kecamatan diantara 8 kecamatan di daerah hukum kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara dengan luas wilayah 147,61 km2 yang terdiri dari 10 desa. Kecamatan ini terletak di bagian tengah Kabupaten Pakpak Bharat, 18 km jarak dari Kecamatan Salak ( Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat ) dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Dairi Sebelah Timur : Kecamatan Tinada

Sebelah Selatan : Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut Sebelah Barat : Kecamatan Setellu Tali Urang Jehe

2) Keadaan Alam

[image:39.595.115.507.661.737.2]

Kecamatan Kecamatan pada umumnya adalah berbukit-bukit yang terletak diantara 98.00 – 4.98.30 Lintang Utara dan 25 – 30 Bujur Timur dengan kemiringan yang bervariasi antara 700 – 1.400 m sehingga terjadi iklim hujan tropis yang dipengaruhi angin musim.

Tabel 5. Keadaan Topografi Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008

Keterangan Luas (ha)

- Datar 1.824

- Berombak 1.520

- Bergelombang 7.904

- Curam 912

- Terjal 18.240

(40)

Iklim di Kecamatan ini mempunyai musim penghujan san adakalanya musim kemarau. Pada umumnya di kecamatan ini mempunyai udara dingin hanya sebagian kecil desa yang udaranya agak panas yaitu desa Majanggut II ( Kuta Liang).

3) Luas Wilayah Jenis dan Penggunaan Tanah

[image:40.595.113.510.306.396.2]

Di Kecamatan ini terdapat berbagai jenis lahan hal ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Jenis-jenis dan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian Tahun 2008 No Jenis Penggunaan Tanah Luas

(Ha)

Persentase (%)

1. Tanah Sawah 438 2,97

2. Tanah Kering 4.172 28,26 3. Bangunan / Pekarangan 353 2,39

4. Lainnya 9.798 66,38

Jumlah 14.761 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

Pada tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk tanah Sawah seluas 438 Ha, sedangkan tanah Kering seluas 4.172 Ha, bangunan atau Pekarangan seluas 353 Ha, dan Lainnya seluas 9.798 Ha. Dengan jumlah keseluruhan adalah seluas 14.761 Ha. Dapat kita simpulkan bahwa jenis penggunaan tanah lainnya lebih besar yakni 9.796 Ha atau (66,38%), sementara penggunaan tanah kering 4.172 Ha (28,26%), dan tanah untuk sawah yaitu 438 Ha (2,97%), sedangkan lahan untuk bangunan / pekarangan adalah 353 Ha 9 2,39%).

(41)

4) Etnis / Suku

[image:41.595.112.508.195.293.2]

Adapun Etnis/suku yang ada di Kecamatan Kerajaan adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Etnis/suku yang ada di Kecamatan Kerajaan tahun 2009 No. Etnis/suku Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) 1. Batak Pakpak 1.597 85

2. Batak Toba 188 10

3. Batak Karo 37 2

4. Batak Simalungun 43 0,5

5. Lain-lain 10 2,5

Jumlah 1.879 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa suku yang paling banyak jumlah penduduknya adalah suku batak pakkpak dengan jumlah 1.597 jiwa, suku btak Toba sebanyak 188 jiwa,, batak simalungun 37 jiwa, batak simalungun 43 jiwa, dan yang paling sedikit adalah lain-lain sebanyak 10 jiwa. Dengan total keseluruhan adalah sebanyak 1.879 jiwa.

5) Keadaan Penduduk

Penduduk di daerah penelitian berjumlah 8.536 jiwa atau 1824 KK seperti tertera pada tabel 8

Tabel 8. Keadaan Penduduk di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 No Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) 1. Laki-laki 4.187 49,05 % 2. Perempuan 4.349 50,95 %

Jumlah 8.536 100 %

Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2008

[image:41.595.113.511.560.622.2]
(42)
[image:42.595.115.506.181.268.2]

Selanjutnya distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 9

Tabel 9. Disribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008

No Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. 0-4 5.789 14,10

2. 5-19 15.615 38,03

3. 20-59 16.468 40,11

4. >60 3.189 7,76

Jumlah 41.061 100

Sumber: BPS Pakpak Bharat Tahun 2009

Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-4 tahun terdapat 5.789 jiwa (14,10%), kelompok umur 5-19 tahun sebanyak 15.615 jiwa (38,03%), kelompok umur 20-59 tahun sebanyak 16.468 jiwa (40,115%), serta kelompok uumur >60 tahun sebanyak 3.189 jiwa (7,76%). Berdasarkan data di atas dapat dikemukakan bahwa penduduk menurut umur 20-59 tahun adalah penduduk yang jumlahnya paling tinggi yaitu 16.468 jiwa (40,115%). Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini memiliki tenaga kerja yang produkeif yang masih dapat menghasilkan pendapatan bagi keluarga.

[image:42.595.113.510.607.679.2]

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari Petani, PNS, Lain-lain, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata pencaharian Di Kecamatan

Kerajaan Tahun 2008

No Uraian Jumlah Penduduk (KK)

Persentase (%) 1. PNS & TNI/POLRI 111 5,91

2. Petani 1.340 71,31

3. Lainnya 428 22,78

Jumlah 1.879 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

(43)

sementara penduduk yang mata pencaharian lain 428 KK atau 22,78% dan penduduk yang bermata pencaharian PNS&TNI/POLRI sebanyak 111 KK atau 5,91%.

[image:43.595.115.506.263.347.2]

Selanjutnya gambaran penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008

No Uraian Jumlah (jiwa)

Persentase (%) 1. Tidak Sekolah 361 12

2. SD 1.520 53

3. SMP 504 17

4. SMA 505 18

JUMLAH 2.890 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

Dari tabel 11 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tidak sekolah adalah sebanyak 361jiwa (12%), dan yang SD sebanyak 1.520 Jiwa (53%), SMP sebanyak 504 jiwa (17%), sedangkan yang SMAsebanyak 505 jiwa (18). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah ini masih banyak yang bersekolah di tingkat SMP dan SMA, dan memandang pendidikan formal sangat penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang dalam menanggapi masalah dalam masyarakat.

6) Perekonomian

(44)

Kecamatan kerajaan juga memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan adalah sebagai berikut:

a. Potensi Unggulan Daerah

Di Wilayah Kecamatan kerajaan terdapat sungai yang dapat diolah untuk irigasi persawahan dan juga dapat diprgunakan sebagai pembangkit Listrik seperti saat ini sudah ada pembangkit LISTRIK Tenaga mikro Hidro (PLTMH) Kombih II di Desa Perduhapen.

b. Potensi Pariwisata

Kecamatan Kerajaan memiliki banyak potensi wisata alam antara lain: 1.Panorama (Delleng Mehembur) kilometer 14 di desa Kuta Meriah

2.Goa/Liang karing di Desa Pardomuan

3.Panorama/ Pemandian Lae Kombih di Desa Perduhapen 4.Pemandian Lae Leam di Desa Surung Mersada

5.Panorama/jampalan Kerajaan di Desa Kuta Saga.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

[image:44.595.111.508.608.683.2]

Karakteristik petani sample dalam penelitian ini terdiri dari luas lahan yang dikelola petani, umur petani, pendidikan petani, dan jumlah tanggungan keluarga, dan lama bertani dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

No Uraian Rata-rata Range

1. Luas Lahan ( Ha) 0,598125 0,08-1 2. Umur( tahun) 50,875 39-78 3. Pendidikan( Thn) 8,25 6-12 4. Pengalaman Bertani 20,625 10-33 5. Jumlah tanggungan (jiwa) 8,25 2-9 Sumber: Analisis data primer, lampiran 1

(45)

sample memiliki lahan yang cukup luas untuk dapat mengembangkan usahatani kulit manis dalam memenuhi kebutuhan keluarga petani.

Umur rata-rata petani sampel adalah 51 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani sampel tergolong pada usia produktif, sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usaha tani kulit manis.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Responden petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalakan usahataninya erat dengan pendidika formal. Lama pendidikan yang dialami petani sampel adalah rata-rata 8,25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan petani sampel setingkat SMP.

Pengalaman bertani sampel adalah rata-rata 20,625 tahun. Pengalaman bertani adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengelola usahatani.

(46)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Tanaman Kulit Manis

Beberapa kegiatan budidaya usahatani kulit manis yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian berdasarkan observasi secara langsung dan hasil wawancara yaitu sebagai berikut:

1. Pembibitan (Persemaian)

Petani yang menanam kulit manis pada umumnya memulai dengan pembibitan sebelum dilakukan penanaman di lahan. Pembibitan kulit manis tidak membutuhkan tempat khusus karena bibit tumbuh langsung di sisi pokok utama dari kulit manis. Bibit diperoleh dari biji , biji yng kering langsung menyebar disekitar pokok kulit manis, kemudian tumbuh .

2. Persiapan Lahan

Sebelum diadakan penanaman maka perlu adanya pegolahan lahan, yaitutelebih dahulu membersihkan dahulu lahan yang akan ditanam, dan pembabatan rumput-rumput liar supaya tidak mengganggu proses penanaman dan lahan tampak bersih.proses pembabatan dapat dilakukan dengan sabit, persiapan lubang dengan ukuran 1X1 meter dan jarak satu lubang tanam dengan lubang tanaman lainnya sekitar 5-7 meter, hal ini dibuat karena tanaman ini setiap tahunnya akan bertambah tinggi dan melebar kesamping.

3. Penanaman

(47)

manis tumpang sari terhadap tanaman lain seperti kopi, karet dan lain-lain. Karena hal in akan mempermudah proses pertumbuhan tanaman. Setelah tanah diolah maka bibit langsung ditanam atau dimasukakan ke tempat yang sudah disediakan.

4. Pemeliharaan, Penyiangan, Pemberantasan hama dan Penyakit Tanaman

Pemeliharaan pada tanaman sangat penting, namun khusus untuk tanaman kulit manis tidak membutuhkan perawatan khusus seperti tanaman lainnya karena tanaman ini merupakan tanaman pohon pelindung yang apabila sudah ditanam akan cepat tumbuh. Pemeliharaan tanaman kulit manis tidak membutuhkan perhatian khusus bagi petani karena tanaman kulit manis ini merupakan tanaman sampingan yang dijadikan tanaman pagar atau pembatas lahan satu petani dengan petani lainnya, pemeliharaan difokuskan pada tanaman utama yaitu kopi dan karet. Sehingga tidak membutuhkan biaya pemeliharaan dalam perhitungan usaha tani kulit man

5. Panen

(48)
[image:48.595.111.507.136.611.2] [image:48.595.114.499.138.284.2]

Gambar Tahapan Pengupasan Kulit Manis

Gambar 5. Pohon kulit manis yang Gambar 6. Awal pengikisan kulit manis. sudah siap dipanen

.

Gambar 7. lingkaran batang dikikis Gambar 8. Potong horijontal seluruh dari atas kebawah. lingkaran bawah.

[image:48.595.111.508.308.439.2] [image:48.595.114.510.500.624.2]
(49)
[image:49.595.114.508.86.209.2] [image:49.595.114.509.280.422.2]

Gambar 11. Tarik kulit yang telah di Gambar 12. Kulit sudah bias dilepas potong sesuai ukuran. dari batang.

Gambar 13. Kulit manis yang telah di Gambar 14. Kulit manis yang siap kikis dan sudah dikuliti. untuk dijemur.

[image:49.595.214.409.491.622.2]
(50)
[image:50.595.114.517.109.359.2]

Tabel 13. Sistem Usahatani Anjuran dan dilapangan

No Uraian Anjuran Keadaan dilapangan Keterangan 1. Pembibitan - Biji

- Tunas

- Anakan - Biji

Sama 3. Penanaman - Monokultur

- Sistem tumpang sari

-Sistem Tumpang Sari

Ada kesamaan 4. Pemeliharaan * Jarak tanam:

- 1,5m x1,5m - 2m x 2m - 3m x3m - 4m x 4m - 5m x 5m * Pemangkasan Rumput teratur

*Jarak tanam: - 7m x 7m *Tidak ada pemangkasan rumput

Jarak tanam berbeda

5. Panen - Sistem tebang sekaligus - Sistem Situmbuk - Sistem dipukuli ditebang - Sistem Vietnam

- Sistem tebang sekaligus

Ada kesamaan

(51)

Analisis Ekonomi Usahatani Kulit Manis

1. Lahan

Ketersediaan lahan dalam usahatani adalah faktor yang sangat penting dalam usahatani. Demikian juga dalam usahatani kulit manis, lahan juga menjadi hal yang penting diperhatikan oleh petani kulit manis. Lahan untuk tanaman kulit manis ini adalah milik sendiri. Lokasi usahatani kulit manis ada yang dekat dengan permukiman warga dan ada juga yang jauh dari pemukiman petani. Jika tanaman kulit manis ditanam dekat dengan rumah , biasanya kulit manis ditanam dalam jumlah yang sedikit dan ditanam dengan tumpang sari dengan tanaman kopi, karet, karena seperti diketahui bahwa tanaman kulit manis membutuhkan pelindung pada saat masih muda. Biasanya tanaman kulit manis sekarang ini hanya ditanam hanya sebagai pembatas arel petani saja, bukan untuk tanaman pokok. Tetapi apabila sudah berumur 3 tahun , tanaman kulit manis tidak bisa ditumpang sarikan dengan tanaman muda, karena akar tanaman kulit manis sangat rakus terhadap air, sehingga tanaman yang muda tidak bisa bertahan hidup. Sehingga petani kulit manis kewalahan apabila hanya membudidayakan kulit manis saja. Dan apabila tanaman kulit manis semakin tua maka kesuburan tanah semakin berkurang , oleh karena ini jugalah maka petani tidak memfokuskan lahannya untuk membudidayakan kulit manis.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani

(52)
[image:52.595.115.506.209.262.2]

tidak dibutuhkan terlalu banyak , tenaga kerja yang dibutuhkan adalah pada saat menanam dan panen saja, karena untuk pemeliharaan dan pemupukan tidak ada perlakuannya.

Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kulit Manis di daerah Penelitian Tahun 2009

No Jenis Pekerjaan Fisik (HKP) Nilai ( Rp) 1. Penanaman & Pemeliharaan 3.94 98,437

2. Panen 39.81 995,313

Total 43,75 1,093,750

Sumber: Data siolah dari lampiran 5a,5b dan 7a

Dari tabel 14 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam mengelola usahatani kult manis adalah berasal dari tenaga kerja dalam keluarga. Dalam setiap kegiatan usahatani yang terdiri dari pemeliharaan, pemupukan dan panen jumlah tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda. Rata-rata tenaga kerja per petani untuk penanaman dan pemeliharaa adalah 3,94 HKP dengan nilai Rp.98,437 dan kebutuhan tenaga kerja untuk panen adalah 39,81 HKP dengan nilai Rp. 995.313 . Sehingga total keseluruhan tenaga kerja adalah 43,75 HKP dengan nilai Rp. 1,093,750.

3. Sarana Produksi

a. Pupuk

(53)

Petani kulit manis di daerah penelitian ini sama sekali tidak melakukan pemupukan sama sekali. Alasannya petani sampel apabila dilakukan pemupukan maka akan mengalami kerugian yang sangat besar atau tidak sesuainya pendpatan bila dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani.

b. Obat-obatan

Obat-obatan merupakan pembasmi hama dan penyakit pada kulit manis Hama dan penyakit yang ada akan menggangu dari tanaman itu sendiri. Tanaman yang terserang hama dan penyakit juga akan menurunkan kualitas dari tanaman itu sendiri. Tapi sejauh ini petani mengatakan tanaman kulit manis itu sendiri tidak banyak membutuhkan obat-obatan karena jarang terserang hama dan penyakit yang sering dijumpai bercak putih pada batang kulit manis.

Obat-obatan pada pembudidayaan kulit manis oleh petani sampel tidak juga dipergunakan karena tanaman kulit manis merupakan tanaman hutan yang apabila sudah ditanam tidak membutuhkan perawatan khusus. Perawatan difokuskan pada tanaman utama saja seperti karet dan kopi.

c. Alat-alat Pertanian

(54)
[image:54.595.110.507.126.188.2]

Tabel 15. Rata-rata biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Kulit Manis Per Petani di daerah Penelitian, Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

No Jenis Peralatan Nilai (Rp)

1. Cangkul 11,796,88

2. Pisau 5,023.44

3. Parang 8,750

Total 25,570.31

Sumber: Analisis data primer, lampiran 4a

Tabel 15 menunjukkan rata-rata biaya penyusutan peralatan dalam usahatani kult manis untuk cangkul Rp11,796.88 untuk pisau adalah Rp 5,023.44 dan untuk parang adalah Rp. 8,750 dengan total biaya penyusutan untuk semua peralatan adalah Rp. 25,570.31. Dalam hasil penellllitian yang dilakukan bahwa di desa penelitian menyatakan tidak kesulitan memperoleh alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani kulit manis. Artinya semua peralatan yang dibutuhkan selalu tersedia di daerah penelitian.

[image:54.595.114.506.501.596.2]

Secara keseluruhan dapat disimpulkan total biaya produksi usahatani kulit manis dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Biaya Produksi Usahatani Kulit Manis di Desa Penelitian, Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

No Uraian Perpetani (Rp) Persentase (%) 1. Bibit 47,812.00 3,84 2. Penyusutan 25,570.00 2,06

3. PBB 14,500.00 1,20

4. Transportasi 64,562.50 5,20 5. Tenaga Kerja 1,090,625.00 87,70

Jumlah 1,246,195.31 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7a

(55)

4. Produksi dan Penerimaan Usahatani Kulit Manis

Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan atau merupkan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual, dalam hal ini adalah perkalian produksi kulit manis dengan harga jual kulit manis.

[image:55.595.113.505.319.370.2]

Berdasarkan hasil wawancara dari petani bahwa produksi yang diperoleh petani bervariasi, biasanya kulit manis yang dihasilkan berkisar 1Kg -10 Kg, dengan harga jual petani adalah Rp. 2.500- Rp. 4.000.,/ Kg.

Tabel 17. Rata-rat Produksi dan Penerimaan Usahatani Kulit Manis di Daerah Penelitian , Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

No Uraian Perpetani

1. Produksi ( Kg) 1,587.50

2. Penerimaan (Rp) 5,868,750.00 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 8a

Tabel 17 menunnjukkan rata-rata produksi dan penerimaan uasahatani kulit manis. Produksi yang dihasilkan sebesar 1,587.50 Kg dengan total penerimaan Rp. 5,868,750.

5. Pendapatan Bersih Petani dari usahatani Kulit Manis

(56)
[image:56.595.112.506.125.184.2]

Tabel 18. Rata-rata Pendapatan Bersih Per Petani Usahatani Kulit Manis di Daerah Penelitian , Kecamatan Kerajaan Tahun 2009

No Uraian Perpetani

1. Penerimaan ( Rp) 5,871,875.00 2. Biaya Produksi (Rp) 1,246,195.31 3. Pendapatan Bersih (Rp) 4,730,273.44 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 8a,9

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan rata-rata penerimaan tiap petani adalah Rp.5,871,875.00, dengan biaya produksi usahatani kulit manis adalah sebesar Rp. 1,246,195.31, maka pendapatan bersih yang diterima oleh petani adalah sebesar Rp. 4,730,273.44.

- R/C

Analisis kelayakan dikembangkannya usahatani sangat perlu dilakukan dalam setiap usahatani yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan. Dari analisis ini dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan bersih ynng diperoleh.

Analisis R/C ratio adalah analisis yang membandinngkan nilai penerimaan (revenue) usahatani kulit manis dengan total biaya produksi (cost) yang dikorbankan.

Untuk mengetahui nilai R/C pada usahatani kullit manis di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Analisis rata-rata R/C Ratio Usahatani Kulit Manis Perpanen Tahun 2009

Keterangan Rata-rata Penerimaan

Rata-rata Total produksi

Nilan R/C Perpanen 5.868.750 1.587,5 4,10 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 10

[image:56.595.111.508.635.673.2]
(57)

akan diperoleh keuntungan sebesar 4,10. hal ini berarti R/C ratio lebih besar dari 1 yang artinya usahatani kullit manis didaerah penelitian layak untuk dikembangkan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani kulit manis layak untuk dikembangkan dapat diterima.

-ROI

Berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui bagaimana peluang usahatani kulit manis didaerah penelitian.

Nilai ROI perpetani rata-rata perpanen sebesar 3,10 % artinya setiap penanaman modal sebesar Rp. 100 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 3,10. denagn demikian Hiipotesis yang menyatakan usahatani kulit manis adalah usahatani yang menguntungkan dapat diterima.

Nilai ROI diatas tingkat suku bunga (6,25%) menunjukkan bahwa usahatani kulit manis layak diusahakan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan usahatani kulit manis adalah usaha yang dan layak untuk diusahakan ditolak.

Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Kulit Manis

Masalah internal yang dihadapi masalah yang berasal dari petani itu sendiri menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan tanaman kulit manis. Tanaman kulit manis bukan seperti tanaman lainnya yang mudah diusahakan.

(58)

* Harga yang relatif rendah.

Harga yang relatif rendah sudah lama dirasakan oleh petani kulit manis, sehingga banyak petani yang tidak mengusahakan tanaman kulit manis ini sebagai pendapatan pokok mereka. Hingga saat ini harga kulit manis masih sebesar Rp. 3.500-Rp. 4.000/Kg. Ini menunjukkan bahwa masih kurang seimbanngnya antara biaya produksi yang dikeluarkan petani dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Apalagi masa panen kulit manis yang relatif lama, bisa dipanen pada umur 8 tahun.

Upaya –upaya yang dilakukan untuk Mengatasi Masalah Usahatani

Kulit Manis

Untuk mengatasi masalah internal yang dihadapi petani dalam mengusahakan tanaman kulit manis dengan cara petani berusaha belajar dari pengalaman kulit manis lain yannnnnnnng telah sukses sebelumnya, mereka berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama-sama yang berkaitan dengan tanaman kulit manis. Petani juga mencari informasi dari daerah lain yang berada di sekitar daerah penelitian tentang pengembangan tanaman kulit manis. Selain itu diantara petani harus mempunyai kerjasama yang baik supaya dapat saling berbagi tentang metode dan teknik budidaya tanaman kulit manis dengan demikian ada keseragaman dalam hal budidaya tanaman dan bias mempraktekkannya mulai dari penanaman hingga pemanenan tanaman.

Adapun upaya yang tetap dilakukan petani di daerah penelitian adalah : 1. Walaupun harga yang relatif rendah mereka tetap menjual kulit manis,

(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan usahatani kulit manis di daerah penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem usahatani kulit manis di daerah penelitian masih tergolong sederhana dan tradisional. Ini dapat dilihat dari petani yang berusahatani kulit manis tidak menanam kulit manis sebagai tanaman pokok tetapi menjadikan tanaman kulit manis sebagai tanaman sampingan.

2. Total pendapatan petani kulit manis perpanennya adalah Rp. 75,734,375.00 dengan rataan sebesar Rp 4,733,398.44 .

3. Nilai ROI perpetani rata-rata perpanen sebesar 3,10% artinya setiap penanaman modal sebesar Rp 100 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 3,10. Dan R/C adalah 4,10 perpanennya artinya menunjukkan bahwa dari Rp.1,00 biaya yang dikelurkan akan diperoleh keuntungan sebesar 4,10. hal ini berarti R/C ratio lebih besar dari 1 yang artinya usahatani kullit manis didaerah penelitian layak untuk dikembangkan.

(60)

5. Upaya- upaya dilakukan oleh petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani adalah mencari informasinya. Mengadakan kerjasama dengan petani kulit manis bahkan dengan petani di daerah lain dan berdiskusi memecahkan setiap masalah yang menyangkut kulit manis

Saran

A. Kepada Petani

1.Sebaiknya petani membentuk kelompok tani kulit manis, karena hal ini sangat membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani kulit manis 2. Dengan adanya kelompok tani maka petani mendapat informasi tentang

pengembangan tanaman kulit manis di Pusat Penelitian, Dinas Pertanian, sebagai sumber informasi yang lengkap dan akurat bagi petani, sehingga dari informasi yang diperoleh dapat didiskusikan dengan petani kulit manis lain sehingga bisa dipelajari secara bersama-sama dengan petani yang mengusahakan kulit manis.

B. Kepada Pemerintah

1. Pemerintah melalui Dinas Pertanian ataupun Penyuluh Pertanian sebaiknya

melakukan perhatian khusus tentang pengembangan budidaya tanaman kulit manis sehingga dapat dibuat kesimpulan tentang budidaya, kesulitan yang dihadapi petani dan akhirnya ada suatu informasi yang jelas dan akurat yang dapat dijadikan sebuah arsip bagi petani di daerah penelitian secara khusus dan Kabupaten Pakpak Bharat secara umum

(61)

Daniel, 2002; Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta.

Kaslan. A Tohir, 1991; Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia,

PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Rismunandar dan Farry B. Paimin, 2001; Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Siagian. R, 1999; Pengantar Manajemen Agribisnis, Gadjah Mada

University Press, Jakarta.

Soekartawi, 1992, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta.

Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta.

Soekartawi, 1995; Dasar Penyusunan Proyek, Pustaka Sinar Harapan Jakarta.

Suratyah. k, 2008, Ilmu Usaha tani, Penebar Swadaya, Jakarta.

Syukur. C, dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial Penebar Swadaya, Jakarta.

Yudo. S. H, dkk, 2004; Pertanian Mandiri, Penebar Swadaya, Jakarta.

(http;//toiusd.multiply.com/journal/item/155/cinnamomum burmannii).

Http://minangkita.com/bisnis/2008/03/06/ kulit manis-salah satu komoditi

(62)

1 1 48 9 9 20 M.Sendiri 2 1 41 12 6 20 M.Sendiri 3 0.25 40 6 7 20 M.Sendiri 4 0.5 78 9 7 20 M.Sendiri 5 0.25 39 12 6 10 M.Sendiri 6 0.25 53 12 4 20 M.Sendiri 7 0.25 50 6 5 15 M.Sendiri 8 0.25 59 6 6 20 M.Sendiri 9 0.08 62 12 2 10 M.Sendiri 10 0.24 44 6 4 10 M.Sendiri 11 1 63 6 4 25 M.Sendiri 12 1 45 6 6 27 M.Sendiri 13 1 63 6 6 33 M.Sendiri 14 1 62 6 5 33 M.Sendiri 15 0.5 45 6 6 20 M.Sendiri 16 1 58 12 5 27 M.Sendiri Total 9.57 814 132 88 330

(63)

Lahan Jumlah (Pokok)

Biaya (Rp)

Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

(Ha)

1 1 700 200 0 0 140,000

2 1 600 200 0 0 120,000

3 0.25 250 200 0 0 50,000

4 0.5 200 200 0 0 40,000

5 0.25 50 200 0 0 10,000

6 0.25 200 200 0 0 40,000

7 0.25 200 200 0 0 40,000

8 0.25 100 200 0 0 20,000

9 0.08 100 200 0 0 20,000

10 0.24 50 200 0 0 10,000

11 1 400 200 0 0 80,000

12 1 200 200 0 0 40,000

13 1 400 200 0 0 80,000

14 1 200 200 0 0 40,000

15 0.5 100 200 0 0 20,000

16 1 75 200 0 0 15,000

Total 9.57 3.825 3,200 0 0 765,000

(64)

Lahan Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Sampel

(Ha) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5.. 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0.08 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0.24 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 9.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(65)

Lahan Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Sampel

(Ha) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0.08 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0.24 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 9.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(66)

Lahan Jumlah (Pokok) Biaya Biaya (Rp)

Biaya (Rp) Biaya (Rp) Sampel

(Ha) (Rp)

1 1 700 200 0 0 140,000

2 1 600 200 0 0 120,000

3 0.25 250 200 0 0 200,000

4 0.5 200 200 0 0 80,000

5.. 0.25 50 200 0 0 40,000

6 0.25 200 200 0 0 160,000

7 0.25 200 200 0 0 160,000

8 0.25 100 200 0 0 80,000

9 0.08 100 200 0 0 250,000

10 0.24 50 200 0 0 41,667

11 1 400 200 0 0 80,000

12 1 200 200 0 0 40,000

13 1 400 200 0 0 80,000

14 1 200 200 0 0 40,000

15 0.5 100 200 0 0 40,000

16 1 75 200 0 0 15,000

Total 9.57 3825 3200 0 0 1,566,667

(67)

Lahan Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Sampel

(Ha) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5.. 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0.08 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0.24 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 9.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(68)

Lahan Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Pupuk Herbisida Total Sampel

(Ha) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5.. 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0.08 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0.24 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 9.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(69)

Biaya

Sampel Cangkul Pisau Parang Penyusutan

Jlh Harga Beli Per

Unit

Umur Ekonomis

Penyusutan Jumlah Harga Beli Per

Unit

Umur Ekonomis

Penyusutan Jumlah Harga Beli Per Unit Umur Ekonomis Penyusutan (Rp) Lahan

(Unit) ( Rp) (Tahun) (Rp) ( Unit) ( Rp) ( Tahun) (Rp) ( Unit) ( Rp) (Tahun) (Rp)

1 1 2 40,000 8 10,000 2 18,000 8 4,500 1 35,000 8 4,375 18,875 2 1 3 40,000 8 15,000 4 18,000 8 9,000 5 38,000 8 23,750 47,750 3 0.25 2 40,000 8 10,000 2 18,000 8 4,500 2 35,000 8 8,750 23,250

4 0.5 6 40,000 8 30,000 6 18,000 8 13,500 4 35,000 8 17,500 61,000 5 0.25 1 40,000 8 5,000 1 18,000 8 2,250 1 35,000 8

Gambar

Tabel 1. Luas Tanaman Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat               Menurut Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007
Tabel 2. Luas Tanaman dan Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat     Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008
Gambar 2.  Daun dan bunga kulit manis
Gambar 3. Kulit Manis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak di butuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu diperlukan strategi dalam dalam

Penyimpanan hari ke 0 memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah disebabkan karena pada penyimpanan hari ke 0 belum dilakukan pengemasan terhadap ayam bakar

pada pasien Bell’s palsy maka dapat diberikan terapi yang sesuai yaitu untuk penderita Bell’s palsy tingkat keparahan ringan hingga sedang terapi tunggal dengan

menyempurnakan gagasannya mengenai kelembaman dengan menyatakan dalam hokum newton pertama atau hokum kelembaman yang berbunyi “setiap benda akan tetap bergerak

Begitu pula Ibn al-As\i&gt;r al-Ka&gt;tib (W:637H) memberi arti dan makna yang sama antara dua kata tersebut. Adapun definisi tasybi&gt;h, dari sekian banyak ilmuwan yang

Hasilnya menunjukkan meskipun terdapat banyak konten acara dalam Halal Expo Japan namun bila dicermati secara lebih mendalam dan kritis dapat terlihat baik konten- konten

Penulis menilai bahwa sikap anti-rasis atau lebih tepatnya toleransi terhadap seluruh umat manusia ini merupakan sebuah bentuk dari hibridisasi atau akulturasi budaya yang

1) Bagian pertama yang muncul dalam multimedia interaktif model permainan ini adalah bagian pembuka, berupa slide berisi tulisan “multimedia interaktif model