• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadirnya Layar Kaca Pertama Di Sumatera Utara: Studi Kasus Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan, Dalam Pembangunan Informasi (1970-1990)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hadirnya Layar Kaca Pertama Di Sumatera Utara: Studi Kasus Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan, Dalam Pembangunan Informasi (1970-1990)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ADIRNYA LAYAR KACA PERTAMA DI SUMATERA UTARA: STUDI KASUS STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI ) MEDAN, DALAM PEMBANGUNAN INFORMASI ( 1970-1990 )

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan :

O L E H

Nama : EDWIN JUNI MANSSEN SIHOMBING NIM : 020706024

Dosen Pembimbing,

Drs. H. Wara Sinuhaji, M. Hum NIP: 131460523

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

HADIRNYA LAYAR KACA PERTAMA DI SUMATERA UTARA: STUDI KASUS STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) MEDAN, DALAM PEMBANGUNAN INFORMASI (1970-1990)

Yang diajukan oleh :

Nama : EDWIN JUNI MANSSEN SIHOMBING NIM : 020706024

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing,

Drs.H. Wara Sinuhaji, M.Hum tanggal ……… NIP : 131460523

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap, SU tanggal ………. NIP : 131284309

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

HADIRNYA LAYAR KACA PERTAMA DI SUMATERA UTARA : STUDI KASUS STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) MEDAN, DALAM PEMBANGUNAN INFORMASI (1970-1990)

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan :

O L E H

NAMA : EDWIN JUNI MANSSEN SIHOMBING NIM : 020706024

Pembimbing,

Drs. H. Wara Sinuhaji, M. Hum NIP : 131460523

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Lembar Persetujuan Ketua

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Departemen Ilmu Sejarah Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, SU NIP : 131284309

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Sastra USU Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA. Ph. D NIP : 132098531

Panitia Ujian :

NO. Nama Tanda Tangan

1. ………... ( ... )

2. ………. ( .………... )

3. ………. ( ……… )

4. ………. ( ……… )

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis menghaturkan segala hormat dan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, sebab tanpa kemurahan-Nya semua ini tidaklah terlaksana.

Adalah menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyusun skripsi guna menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana. Untuk memenuhi syarat tersebut diatas penulis mengangkat sebuah permasalahan yang ditulis menjadi sebuah skripsi, yang berjudul :

HADIRNYA LAYAR KACA PERTAMA DI SUMATERA UTARA : STUDI KASUS STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) MEDAN,

DALAM PEMBANGUNAN INFORMASI (1970-1990)

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan berbagai sumber yang relevan dengan penelitian. Disamping itu penulis melakukan wawancara dengan orang-orang yang mengetahui penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis. Kendala yang dihadapi selama penulisan ini adalah susahnya mencari nara sumber yang masih hidup pada saat Stasiun TVRI Medan pertama sekali berdiri yaitu pada tanggal 9 Desember 1970, dan nara sumber yang masih bertempat tinggal di Medan.

(7)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terkhususnya bagi mahasiswa jurusan ilmu sejarah yang mungkin ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai Stasiun TVRI Medan.

Medan, Maret 2008 Penulis

(8)

Abstraksi

(9)

DAFTAR ISI

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ……… 12

2.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara ……….. 12

2.1.1 Letak Geografis ………... 12

2.1.2 Kondisi Alam ………... 14

2.1.3 Demografi ……… 16

2.2 Latar Belakang Historis Sumatera Utara ………. 23

BAB III SEJARAH TELEVISI DI INDONESIA DAN PEMBERITAAN DI SUMATERA UTARA ………... 26

TVRI dan Orientasinya ……… 26

Televisi Swasta di Indonesia ………... 29

RCTI ………... 31

SCTV ……….. 33

TPI ………... 34

An-TEVE ……… 35

(10)

BAB IV STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI)

MEDAN ………. 41

4.1 Sejarah Berdirinya Stasiun TVRI Medan ……….... 41 4.2 Struktur Organisasi dan Sistem Pengelolaan

Stasiun TVRI Medan ……….. 46 4.3 Program Acara pada Stasiun TVRI Medan ………... 51 4.4 Peranan Stasiun TVRI Medan

Terhadap Masyarakat Sumatera Utara ………... 57 4.4.1 Siaran TVRI Menunjukkan

Identitas daerah Sumatera Utara ………... 59 4.4.2 Stasiun TVRI Medan Pendukung Pembangunan

di Sumatera Utara ………... 61 4.4.3 Stasiun TVRI Medan dalam Peningkatan

Mutu Pendidikan di Sumatera Utara ………... 65

BAB V KESIMPULAN DAN

SARAN………... 67

- DAFTAR PUSTAKA ……… 71 - DAFTAR INFORMAN

(11)

Abstraksi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia menjadi bagian dari kehidupan sosial, harus berkomunikasi dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat informasi tentang sekitarnya, negara, dan bahkan peristiwa tingkat internasional dari orang lain dan kemudian memberikan informasi tersebut kepada orang yang lain lagi. Manusia akan menentukan sikap dan tindakan yang sesuai dengan fenomena yang terjadi dengan menggunakan informasi sebagai latar-belakangnya.1

Sebelum Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan dibangun, masyarakat memperoleh informasi aktual melalui mass media yaitu surat kabar dan majalah. Masyarakat juga memperoleh informasi melalui media elektronik yang hanya mengeluarkan gelombang suara, disebut dengan radio. Untuk wilayah Sumatera Utara publikasi informasi semakin lengkap dengan dibangunnya stasiun pemancar siaran televisi yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun Medan.

(13)

Pembangunan Stasiun TVRI Medan adalah rencana dan perjuangan dari pemerintah Sumatera Utara yaitu: unsur TNI, Pemerintah Daerah, DPRD Sumatera Utara, dan P.N Pertamina, yang menggabungkan diri kedalam satu wadah kepanitiaan “Yayasan Pembangunan TVRI Sumatera Utara” pada tanggal 27 Juni 1967 yang dipimpin oleh Letkol Wahid Lubis dan Ketua Harian adalah Letkol Ridwan Hutagalung. Tujuan dari pembentukan ini adalah panitia yang bertugas dalam pencarian dana pembangunan dan dana untuk pembelian sejumlah alat penyiaran.

Sejumlah pinjaman yang diusahakan oleh panitia akhirnya terkumpul, yaitu sebesar US $ 40.000 dari Ibnu Sutowo pimpinan P.N Pertamina.2

Setelah menyelesaikan masa percobaan selama 45 hari dengan siaran pemutaran Film Cerita, maka peralatan TVRI dinyatakan berhasil, sehingga TVRI

Dana yang terkumpul ini segera direalisasikan untuk pembelian peralatan pemancar berkapasitas 75 Watt dan peralatan studio sederhana. Panitia juga melakukan peminjaman kepada P.N Pertamina untuk dana pendirian gedung-gedung dan menara pemancar.

Bekerja secara intensif selama 45 hari berupa pemasangan Broadcasting Eguipment, Air Conditioning System dan Lighting System (perlengkapan penyiaran dan tower) untuk studio Medan, sehingga tanggal 9 Desember 1970 Stasiun TVRI Medan menyiarkan program pertamanya, dengan jangkauan siarannya diperkirakan meliputi: Kisaran, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan, dan Langsa, atau dengan radius siaran mencapai 150 Km dari pusat pemancar yang berada Medan.

1

(14)

sudah memulai program penyiarannya setiap hari. Program acara yang ditayangkan Stasiun TVRI Medan sejak tahun 1970 hingga tahun 1975, hanyalah acara yang disusun di Medan sendiri. Pada babakan ini hubungan antara TVRI pusat dengan TVRI yang ada di daerah hanyalah bidang materi siaran.

Pokok siaran selama lima tahun tanpa menggabungkan diri dengan TVRI pusat, Stasiun TVRI Medan memfokuskan dirinya menyiarkan berbagai informasi dan acara yang bernuansa kedaerahan. Acara yang ditayangkan dari TVRI merupakan program yang bertujuan sebagai pendorong proses pembangunan dengan menyuguhkan antara aspirasi rakyat kepada pemerintah dan demikian sebaliknya menyampaikan program pembangunan dari pemerintah kepada masyarakat. Fungsi siaran yang ditujukan sebagai penyambung antara pemerintah dan masyarakat ataupun menghubungkan masyakat dengan masyarakat lainnya diharapkan menjadi pendorong proses perubahan sosial dari masyarakat keterbelakangan informasi semakin terjawab.

Kondisi masyarakat yang semakin kritis dan membutuhkan informasi yang lebih variatif dan mengglobal (lebih beragam dan luas) memaksa pihak TVRI harus mencari program dan cara baru bagaimana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut akan informasi-informasi berita yang lebih bagus lagi. Bukti masyarakat Sumatera Utara kekurangan informasi terlihat dari beberapa anggota keluarga di Sumatera Utara, terutama yang tinggal di daerah pesisir Sumatera Utara seperti Kabupaten Asahan, Kotamadya Tanjung Balai, dan sebagian kabupaten Langkat lebih memilih siaran yang disalurkan dari negara tetangga Malaysia sebagai alasannya adalah karena siaran TV Malaysia lebih mudah

2

(15)

ditangkap hanya dengan menggunakan antena biasa tanpa “Booster”.3

Program acara Stasiun TVRI Medan semakin lama semakin didominasi oleh siaran dari TVRI pusat. Bagaimana hubungan antara Stasiun TVRI Medan dengan TVRI Pusat setelah bergabung dengan Stasiun TVRI Medan akan dijawab dalam pembahasan skripsi ini nantinya, sebab persentase siaran lokal semakin kecil diganti dengan siaran dari TVRI Pusat. Peningkatan persentase siaran tersebut adalah: tahun 1983-1986 perbandingan siaran pusat dengan lokal adalah 32% (siaran lokal) dan 68% (siaran nasional), kemudian untuk tahun 1986/1987 perbandingannya adalah 30% (siaran lokal), dan 70% (siaran Pusat), untuk tahun 1987 hingga 1989 meningkat menjadi 29% (untuk siaran lokal) dan 71% untuk Di samping itu program yang disiarkan lebih variatif (beragam).

Mengatasi permasalahan ini, yaitu dengan cara mewujudkan siaran yang berorientasi sosial ditambah dengan orientasi TVRI, maka sejak tahun 1976 Stasiun TVRI Medan memasukkan program acara yang disiarkan dari stasiun pusat Jakarta. Acara yang disiarkan secara nasional ini diharapkan dapat memulihkan perhatian masyarakat Sumatera Utara terhadap siaran yang ditayangkan Stasiun TVRI Medan. Beberapa acara nasional tersebut antara lain: Berita Nusantara, Berita Nasional, Dunia Dalam Berita, Berita Terakhir, Negeri Tercinta Nusantara, Cintaku Negeriku, Siaran Pedesaan, Saluran Siaran Minggu Pagi/Hiburan, Film Cerita.

3

Booster adalah alat untuk memperbesar gelombang yang diserap dari udara.

Wawancara dengan Wahid Lubis (Pimpinan Yayasan Pembangunan TVRI Medan), Medan, 13

(16)

siaran Pusat, pada babakan terahir penelitian ini yaitu tahun 1989-1990 persentase siarannya adalah 21% (siaran lokal) dan 79% (siaran TVRI Pusat).4

Pada periode tahun 1989 sampai tahun 1990, TVRI menciptakan program acara baru yaitu program “siaran terpadu”

5

Kegiatan penyiaran adalah kegiatan yang berkaitan dengan merangkai sejumlah acara dan menyiarkannya, disamping itu dalam bidang pemberitaan wartawan (reporter) harus pergi kelapangan untuk meliput laporan yang akan ditayangkan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses ini adalah kegiatan yang . Program ini adalah proses penyamaan antara siaran daerah dengan pusat. Program siaran terpadu juga menambah jam tayang TVRI dalam setiap harinya, yaitu 60 menit di buka lebih awal dari hari sebelumnya, dan akan tutup lebih lambat 35 menit dari hari sebelumnya.

Program acara yang ditayangkan dalam acara TVRI pusat melalui pemancar Stasiun TVRI Medan merupakan program acara yang ditujukan sebagai salah satu acara yang dapat mempererat hubungan antar daerah yang ada di Indonesia, dan acara ini menayangkan bagaimana realita sosial masyarakat Indonesia. Program yang bernuansa nasional ini diharapkan menjadi perekat nasional dan berorientasi sosial.

Hadirnya suatu pemancar siaran televisi diharapkan akan memberikan beberapa hal yang berubah dalam suatu masyarakat, sebab media menjadi salah satu faktor pendorong manusia melakukan programnya. Siaran televisi belum tentu semuanya bernilai positif bagi masyarakat terutama di negara Indonesia yang penuh dengan keberagaman etnis maupun agama.

4

(17)

memerlukan pembiayaan yang sangat besar. Dalam bidang peralatan penyiaran juga menggunakan peralatan yang harganya tergolong mahal, demikian juga gaji pegawai yang bekerja di TVRI juga membutuhkan biaya yang besar.

Menjelang tahun 1990-an berbagai siaran swasta semakin banyak dengan ciri khas yang berbeda. Program acara swasta yang didominasi oleh acara hiburan dan acaranya lebih mengglobal dibuka di Medan dan seluruh Indonesia dengan pemakaian antena parabola. Kehadiran televisi swasta ini menjadi faktor pendorong menuju persaingan terhadap rasa simpatik masyarakat. Sedangkan siaran TVRI pada dasarnya menyusun programnya sesuai dengan program pemerintah.

Kehadiran layar kaca di Sumatera Utara telah memberikan peningkatan publikasi informasi dan hiburan kepada masyarakat Sumatera Utara. TVRI Medan sebagai Pemancar Pertama di Sumatera Utara (pertama di luar pulau Jawa) adalah hal yang menarik untuk dikaji dari perspektif sejarah. Mengetahui fungsi dan peranan TVRI dalam membentuk masyarakat yang informatif menjadi salah satu faktor ketertarikan di penulis untuk memilih permasalahan ini menjadi sebuah kajian dalam penulisan skripsi sebagai tugas akhir, di Departemen Ilmu Sejarah. Judul yang menjadi topik dari penelitian ini adalah “HADIRNYA LAYAR KACA PERTAMA DI SUMATERA UTARA : STUDI KASUS STASIUN TVRI MEDAN DALAM PEMBANGUNAN INFORMASI (1970-1990)”. Faktor lain yang melatar-belakangi penulis memilih TVRI sebagai objek penelitian adalah lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh penulis.

5

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah latar-belakang didirikannya stasiun pemancar TVRI Medan serta peranannya dalam membangun masyarakat informatif yaitu masyarakat Sumatera Utara yang diuraikan berdasarkan kronologi perjalanan penyiaran TVRI selama 20 tahun. Untuk mempermudah memahami permasalahan penelitian ini maka Penulis mespesifikasikan beberapa pokok pertanyaan yang akan dikaji dalam penelitian, yaitu:

1. Apa tujuan dan latar-belakang didirikannya stasiun pemancar TVRI Medan?

2. Bagaimana sistem pengelolaan Stasiun TVRI Medan?

3. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan penyiaran Stasiun TVRI Medan dalam mewujudkan masyarakat informatif?

(19)

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui:

1. Tujuan dan latar-belakang didirikannya stasiun pemancar TVRI Medan.

2. Sistem pengelolaan Stasiun TVRI Medan.

3. Usaha-usaha yang dilakukan penyiaran Stasiun TVRI Medan dalam mewujudkan masyarakat informatif

Penulis mengharapkan hasil penelitian memberikan manfaat kepada pembaca yaitu:

1. Memberikan wawasan tentang sejarah penyiaran di Sumatera Utara khususnya siaran TVRI.

2. menambah literatur tentang penulisan sejarah Pers, khususnya literatur tentang pertelevisian di Sumatera Utara.

3. Menjadi sebuah karya tulis (skripsi), sebagai persyaratan Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah.

1.4 Tinjauan Pustaka

Buku yang menguraikan latar belakang didirikannya Stasiun TVRI Medan dan kontribusinya terhadap perkembangan informasi di Sumatera Utara tidak ada sama sekali, sebab penulisan tentang permasalahan ini baru pertama kali dilakukan oleh penulis.

(20)

pendekatan ilmu Jurnalistik dan pendekatan Ilmu Komunikasi. Dua pendekatan ini dianggap sesuai untuk mengkaji tentang Mass Media.

Siaran televisi merupakan salah satu kemajuan teknologi informasi yang menjadikan informasi yang sifatnya mengglobal6. Masyarakat bisa memperoleh suatu berita dari tempat yang jauh disertai dengan suara dan juga gambar ketika suatu peristiwa terjadi sehingga mereka lebih mudah memahami dan meyakini sebuah peristiwa. Wawan Kuswandi, dalam bukunya yang berjudul; Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Terhadap Media Televisi, menjelaskan munculnya teknologi media massa berlatar-belakang dari peningkatan kebutuhan masyarakat akan informasi7

Membahas tentang peran dan fungsi TVRI, tidak bisa lepas dari permasalahan Pers, Jurnalistik, proses pemberitaan dan juga program acara. Buku karangan Hikma Kusuma Ningrat dan Purnama Kusumaningrat yang berjudul; Jurnalistik, Teori Dan Praktek, menjelaskan Manusia menyampaikan informasi kepada orang lain, megetahui apa yang terjadi disekitarnya, di negaranya, maupun yang terjadi pada tingkatan internasional, sebagai latar-belakang manusia melakukan tindakan membutuhkan seperangkat media. Pers juga akan memperingatkan orang banyak tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi

. Dengan hadirnya media televisi, maka masyakat tidak harus menjumpai seseorang untuk mendapatkan informasi. Mereka cukup membuka televisi dan menyaksikan tayangan peristiwa dari lapangan. Itulah fungsi siaran televisi.

8

6

Wawan kuswandi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta: Aneka Cipta. 1996, hlm. 1

7

Ibid., hlm. 5

8

Hikma Kusumaningrat, dan Purnama Kusumaningrat, op. cit., hlm. 27

(21)

Stasiun TVRI Medan mengelompokkan jenis acara yang ditayangkan dalam setiap harinya sebelum tahun 1990 sebagai berikut: berita Penerangan sebesar 25%, Pendidikan/Agama sebesar 22%9

• Heuristik, yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber data yang sesuai

dengan permasalahan penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpul data adalah metode dokumenter dan metode wawancara.

, Drama/Budaya sebesar 17% dan acara yang lainnya sebesar 26%. Persentase program acara yang selalu disiarkan Stasiun TVRI Medan ini akan dianalisis untuk mengetahui arah dan gerak program acara dari TVRI kepada masyarakat Sumatera Utara.

Dari beberapa buku yang dipakai, penulis berharap akan dapat mempermudah penelitian ini.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat desikriptif analitis, dimana penulis pertama-tama akan menguraikan latar-belakang sejarah Stasiun TVRI Medan, hingga bentuk dan usaha yang dilakukan terhadap program acara yang sifatnya berorientasi sosial, yaitu rakyat Sumatera Utara.

• Metode dokumenter yaitu mengumpulkan berbagai sumber tertulis

sebanyak banyaknya yang berkaitan dengann permasalahan penelitian seperti buku, surat kabar, majalah dan hasil laporan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini.

• Metode wawancara dan observasi partisipasi penelitian akan menjadi

pendukung kepada penelitian ini. Penulis melakukan metode wawancara

9

(22)

disebabkan oleh peristiwa dan permasalahan masih tergolong sejarah yang kontemporer, dimana pelaku dan orang yang mengetahui tentang Stasiun TVRI Medan masih bisa diwawancarai.

Hasil pencarian terhadap bukti tertulis dan wawacara akan diseleksi melalui kritik sumber baik kritik intern, maupun kritik ekstern dengan tujuan mendapatkan data yang akurat. Setelah itu akan dilakukan interprestasi terhadap data-data yang sudah dipilih, yang akan diteruskan ketahap historiografi atau tahap penulisan.

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara

Penelitian Sejarah tidak lepas dari pengamatan tentang kehidupan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan pengamatan bagaimana kondisi alam yang akan dikaji. Dengan mengamati bagaimana gerakan yang dilakukan oleh manusia, dalam hal ini adalah kebudayaan, sistem sosial ekonomi, dan juga bagaimana organisasi sosial pada saat itu cukup membantu menjelaskan bagaimana kehidupan manusia.

Latar belakang lain dari pengamatan terhadap kehidupan sosial masyarakat adalah untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara budaya masyarakat dengan kegiatan dan program acara yang ditayangkan oleh Stasiun TVRI Medan, sebab program yang ditayangkan oleh media komunikasi merupakan proses sosial dan segala tindakan manusia dan sekitarnya.

Kajian sosial budaya dan lingkungannya yang dimaksud dalam hal ini adalah wilayah Sumatera Utara, sebagai wilayah siaran yang dijangkau oleh TVRI Medan, dan daerah konsentrasi dari liputan yang dilakukan oleh Stasiun TVRI Medan, antara lain:

2.1.1 letak geografis

(24)

besar perairan, yakni Lautan Hindia dan juga Selat Malaka yang mana setelah merdeka diganti namanya dengan Samudera Indonesia dan Selat Sumatera10

Persiapan dalam rangka pembentukan daerah Sumatera Utara yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggaraan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara atau disingkat dengan P4SU, yang dibentuk berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri RIS 1 Agustus 1950 No.13/9/19, maka yang menjadi daerah Sumatera Utara meliputi Daerah Aceh, Tapanuli, dan Sumatera Timur. Yang menjadi dasar dari pembentukan provinsi ini diatur dengan UU No. 5 tahun 1950, disahkan tanggal 15 Agustus 1950

.

11

- Bagian Utara berbatasan Selat Malaka, dan Samudera Hindia atau Samudera Indonesia.

.

Daerah-daerah yang menjadi bagian dari Sumatera Utara terdiri terdiri dari beberapa kabupaten. Daerah Aceh mempunyai 7 kabupaten, 21 kewedanaan, 106 kecamatan (kenegerian). Sedangkan luas keseluruhannya adalah 55.550 KM. Sumatera Timur yang pada awalnya adalah daerah Negara Sumatera Timur (NST), meliputi 6 kabupaten, 24 kewedanaan, 107 kecamatan, dan satu kota besar yaitu Medan, dengan luas total adalah 60.322 KM. wilayah Tapanuli meliputi: 4 kabupaten dan 64 kecamatan, dan total luasnya adalah 39.077 KM.

Batas-batas daerah Sumatera Utara adalah:

- Sedangkan Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Tengah. - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

- Sebelah Barat, Sumatera Utara berbatasan dengan Samudera Hindia (Samudera Indonesia )

10

Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam

(25)

Daerah Sumatera Utara terbagi menjadi dua propinsi, yang masing-masing berdiri sendiri. Hal ini ditetapkan pada UU No. 26 Tahun 1956, pada tanggal 7 desember 1956, setelah DPRD dan juga masyarakat Aceh meminta supaya Daerah Aceh bediri sendiri menjadi propinsi yang lepas dari Sumatera Utara.12

Daerah propinsi Sumatera Utara dan juga Aceh, merupakan daerah yang menjadi daerah layanan dari siaran Stasiun TVRI Medan. Dibeberapa daerah ini pihak dari TVRI membangun beberapa siaran relaynya untuk menerima siaran yang dipancarkan langsung dari Pemancar Transmisi yang ada di Medan.

2.1.2 kondisi alam

(26)

Maka, daerah Sumatera Utara tergolong daerah yang mudah ditumbuhi tanaman. Dengan kondisi alam yang banyak musim hujan, dan didukung dengan daratan yang luas, sangat memungkinkan masyarakat untuk bertani dan juga membuka lahan perkebunan.

Berlatarbelakang wilayah Indonesia secara keseluruhan diapit oleh dua benua dan juga dua musim. Pada musim panas angin bertiup dari Australia melalui nusantara yang terjadi pada bulan-bulan april sampai oktober, sedangkan pada musim panas di selatan yaitu dari bulan Oktober sampai April, maka yang terjadi adalah musim penghujan. Daerah Sumatera Utara pada kususnya dilalui oleh angin musim tersebut. Sedangkan angin yang datang dari India dan Afrika juga memberikan pengaruh terhadap kekuatan angin yang terjadi di daerah Sumatera Utara, oleh sebab itu. Angin lokal yang terjadi di wilayah ini adalah angin yang berhembus dari laut dan juga darat, angin lembah dan juga angin pegunungan.

Sedangkan kecepatan angin, di Sumatera Utara, tidak sama dengan di masing-masing daerah. Untuk daerah Medan dan sekitarnya, kecepatan angin adalah 1,3 meter perdetik, dan untuk april mencapai 1,4 meter dalam satu detik. Sedangkan Naga Huta, dan sekitarnya, kecepatan angin adalah 2,2 meter dalam satu detik. Bulan Juli, kecepatan angin mencapai 2,7 meter dalam satu detik. Dan Saribu Dolok, kecepatan angin mencapai 2,4 meter dalam satu detik, sedangkan dalam bulan Agutus kecepatan angin adalah 2,7 meter dalam satu detik.

(27)

antara 7° (derajat celcius). Suhu ini terjadi sekitar pantai. Pada daerah pegunungan, berkisar antara 10° (derajat celcius).

2.1.3 Demografi

Ada beberapa suku asli yang jumlahnya dominan di Sumatera Utara. Suku-suku ini mendiami daerah tertentu dan mempunyai budaya yang juga berbeda. Suku-suku tersebut adalah: Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola, Pakpak Dairi, dan juga Nias. Suku-suku tersebut telah hidup di Sumatera Utara dengan jangka waktu yang sudah lama. Sehingga menempati daerah yang tertentu sebagai pusat budaya mereka.

etnis Melayu

Suku Melayu Sumatera Timur yang bermukim di daerah Langkat berbatasan dengan Aceh, sedangkan di ujung lain berbatasan dengan Siak. Dalam Sejarah pengelompokan terhadap daerah yang ditempati Melayu ini disebut dengan Aru. Nama ini dipakai sejak zaman ekspedisi Majapahit keluar Jawa13

Etnis Melayu yang berada di Sumatera Timur, mempunyai bahasa dan juga Budaya yang dicirikan dengan sebutan Sumatera Timur. Sebutan ini sudah sangat lama dan tidak dapat diragukan lagi. Masyarakat Melayu adalah masyarakat yang dominan pemeluk agama Islam. Dari latarbelakang inilah maka budaya Melayu terlihat dengan ciri budaya yang berbasis Islam

.

14

Sesuai dengan masa lalu Melayu, maka daerah-daerah yang di tempati oleh suku Melayu terbagi atas beberapa daerah. Yakni daerah Langkat yang

.

13

(28)

mencakup daerah Tamiang, daerah Deli, daerah Serdang, daerah Asahan, daerah Batubara, dan daerah Labuhan batu (Bila, Kualuh, Panei, dan kota Pinang).

etnis Karo

Masyarakat Karo pada dasarnya tinggal di daerah Karo. Daerah-daerah yang dimaksud adalah, Tanah Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu. Daerah Karo pada bagian barat berbatasan dengan Aceh Tenggara, di sebelah Timur bebatasan dengan daerah Simalungun, di daerah Selatan berbatasan dengan Toba dan juga daerah Dairi, di sebelah Utara berbatasan dengan Langkat Hulu dan juga Deli Hulu.

Dalam bahasa Karo, sebutan untuk tempat tinggal atau perkampungan disebut dengan Kuta. Didalam kuta rumah tersusun dengan berhadap-hadapan yang ditengahnya adalah jalan. Mereka membuat bangunan Jambur, yang digunakan sebagai tempat melangsungkan pesta dan juga musyawarah (Runggu)15

Simalungun adalah nama dari Etnis Simalungun, yang juga adalah daerah yang di tempati oleh etnis tersebut. Luas dari daerah Simalungun berkisar antara 4.399 Km², dengan ketinggian antara 300 m sampai dengan 1.200m dari permukaan laut. Kesatuan yang terkecil dalam pemerintahan tradisional di

.

etnis Simalungun

14

Pemerintah Daerah Tingkat I sumatera utara, op. cit., hlm. 23

15

(29)

Simalungun adalah Huta. Huta didirikan oleh kelompok marga tertentu yang akhirnya menjadi raja di daerah tersebut secara turun-temurun. Sebagai sebutan kepada penguasa tersebut adalah “Kepala Huta”. Dalam masyarakat Simalungun, filsafat adat yang dipakai adalah “Habonaron do Bona” yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang berpandangan benar, berniat benar, berbicara benar, berbuat benar, berpenghidupan benar, berperhatian benar dan memusatkan pemikiran yang benar. Sedangkan dalam bidang adat, maka kekerabatan disebut: “Tolu sahundulan, Lima saodoran (tungku nalima)16

1. Sanina Sapanganonkon (saudara satu kakek) yaitu:

2. Tondong (Tuan Na Adong = tuan yang nampak) yaitu paman 3. Anak Boru (penggilan saudara perempuan)

4. Tondong ni tondong (saudara laki – laki dari nenek) 5. Boru ni Boru (anak dari saudara perempuan)

Semua kesatuan kumpulan ini disebut dengan “Martondong Na Maranak Boru”. Selain bagian dari yang sudah disebut, masih ada lagi bagian dalam susunan kekerabatan etnis Simalungun. Yaitu Anak Boru Jabu, dan Anak Boru Sanina. Sedangkan yang dimaksud dengan Tolu Sahundulan: tiga unsur kerabat untuk bermusyawarah yang merumuskan acara adat dan membantu suhut (penyelenggara adat atau tuan rumah), di antaranya adalah Sanina Sapanganonkon, Tondong dan Anak Boru. Sedangkan bagian Lima Sa Odoran adalah: lima unsur kerabat yang bekerja sama dengan warga sekampung (Hasoman Sahuta), dalam melaksanakan acara adat.

16

(30)

etnis Batak Toba

Batak Toba pada awalnya berasal dari Tapanuli Utara, yang sekarang telah terbagi dalam empat kabupaten. Dengan etnis yang sama. Yaitu Batak Toba. Daerah tersebut adalah: Tapanuli Utara, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Adat istiadat Batak Toba sangat dipegang teguh dalam kehidupan masyarakat sampai sekarang dalam kehidupan baik dalam agama maupun dalam pergaulan hidup setiap hari. Ada satu benang suci pengikat kesatuan Batak Toba yang kuat sampai sekarang yaitu terdapat tiga ciri kebersamaan diantaranya:

2. Susunan genealogisnya dan pembagian atas marga, yakni suku yang patrinial (mengikuti garis keturunan bapak) dan juga exogan (kawin diluar marga)

3. Agama suku yang memuja nenek moyang serta roh-roh

4. Pengaruh kebudayaan India, yang sudah masuk seribu tahun yang lalu. Sistem pertanian orang Batak dan juga aksara mereka serta banyak tata cara budaya yang lama berasal dari kebudayaan India. Pengislaman yang datang pada abad 13 dan 14, tidak menyentuh orang Batak, tetapi pengaruh India menjadi sebuah budaya yang kekal di pegang terus.

etnis Mandailing dan Angkola.

(31)

Angkola, dan juga Sipirok. Pada dasarnya terdapat persamaan dengan ketiga Etnis tersebut. Tetapi. Angkola tidak mau disebut sebagai suku Mandailing17

Pembentukan pemerintahan tradisional di Angkola Sipirok didasarkan kepada adat. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang seperti yang digaris dalam adat didaerah ini, dijalankan aturan-aturan ditengah masyarakat yang dinamakan dengan “Ruhut” dan “Batik”. Dalam tataran masyarakat yang masih kecil, maka yang memimpin Ruhut, dan juga Batik, dijalankan oleh Mora. Mora diberi wibawa sebagai Panggonggom (yang memegang) atau yang menjalankan pemerintahan maka dibuat umpama sebagai matahari yang tetap bersinar dan menerangi segalanya yang tidak boleh ditentang, dan kalau ditatap terus menerus, maka akan menjadi penderitaan

.

Sebelum Belanda menguasai Mandailing, maka sistem pemerintahan yang sudah ada di Mandailing sudah bersifat demokratis. Pengertian ini terlihat pada mekanisme pemerintahan, yang melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan masyarakat. Dua macam raja yang dikenal dalam pemerintahan tradisional Mandailing. Yaitu Raja Panusun Bulung, dan Raja Pamusuk. Raja Panusun Bulung adalah raja yang membawahi urusan adat, dan juga berfungsi sebagai tokoh yang membawahi beberapa tokoh Raja Pamusuk. Sedangkan raja Pamusuk, adalah raja yang membawahi urusan penyelenggaraan pemerintah dalam Huta.

etnis Angkola Sipirok

18

Raja pamusuk yang diambil dari sipukka huta (sipembuka kampung), seorang anak laki-lagi yang paling tua. Tugas dari pamusuk adalah membantu

(32)

dari Mora, dalam menjalankan tugasnya di daerah yang lebih kecil. Sebab Mora tidak cukup lagi dalam mengatur rakyatnya. Sedangkan raja selalu diambil dari laki-laki, sedangkan perempuan hanya bisa menduduki jabatan sebagai ketua.

etnis Dairi

Wilayah Dairi adalah wilayah yang disebut dengan tanah “Tanah Pakpak”, yang didiami suku Bangsa Pakpak dan juga bahasanya adalah bahasa Pakpak. Letak daerah Dairi termasuk daerah pedalaman di Sumatera Utara. Yang saat ini bukan lagi suku Dairi yang tinggal di daerah ini, tetapi suku Batak Toba, Nias, Karo, Simalungun, Mandailing dan suku lainnya yang membentuk perkampungan sesuai dengan sub Etnis masing-masing19

Kepemimpinan adat tradisional dalam adat Dairi disebut dengan “raja Ikuten/Suak/Takal Aur dan Partakki”. Sebagai pengertian dari istilah ini adalah: pemimpin yang menjadi penguasa negeri atau “Kepala Negeri”. Partakki mempunyai wewenang dalam menentukan segala kebijakan di daerah yang di pimpinnya. Yang menjadi pemimpin adalah mereka yang mempunyai kharisma, baik yang mempunyai pengetahuan adat, dan juga kemampuan lainnya. Dan untuk membantu pertakki dalam menjalankan tugasnya, maka dibentuklah struktur kerja, yang dinamakan dengan Sulung Silima

.

20

1. Parisang-isang (sipukka Huta)

yaitu:

2. Perekur-ekur (siampun-ampun) 3. Partulan tengah (sindiruang) 4. Parpunsa Ndiadap (sindiruang)

19

(33)

5. Parbetkken (boru)

etnis Nias

Sistem pemerintahan Etnis Nias dibagi atas dua bagian besar yakni: Ori atau negeri, sebagai tingkat tertinggi yang dikepalai oleh Sanuhe (sesepuh) dengan sebutan Tuhenori. Sebagai kekuasaan dari Ori adalah beberapa kampung yang disebut dengan Banua yang terikat dengan sistem adat. Sedangkan yang kedua disebut dengan Sanuhe, yang memimpin satu banua saja. Mereka disebut Salawa21

Pada tahun 1950 wilayah Sumatera Utara yang dikenal sekarang ini, masih bergabung dengan Negera Sumatera Timur (NST) atau yang dikenal dengan Negera Indonesia Timur (NIT). Hal ini segera berubah setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah sesuai dengan ketetapan Dewan Menteri 8 Agustus 1950 atau No. 20 tahun 1950, yang berisi tentang pembentukan daerah-daerah propinsi.

.

Organisasi dalam pemerintahan di Nias terdiri dari 12 orang yaitu: Sanuhe (sebagai pejabat tertinggi), Tambalina (adalah wakil tuhenori), fahandrona sebagai sekretaris merangkap sebagai juru bicara dalam Ori. Dan pangkat yang petinggi lainnya adalah: Sidaofa, Sidalima, Sidaono, Sidafitu, Sidawalu, Sidasiwa, Sidafulu, Sifelezara, Sifelendua. Lembaga ini juga berfungsi sebagai lembaga adat, berupa tata tertib masyarakat, dan juga hukum yang berlaku dalam masyarakat Nias.

2.2 Latar Belakang Historis Sumatera Utara

20

(34)

Pemerintah pusat segera membentuk panitia yang dinamakan dengan Panitian Pembentukan Propinsi Sumatera Utara atau disingkat dengan P4SU, sesuai dengan ketetapan No. DR. 13/9/19 tanggal 1 Agustus 1950, dengan susunan panitianya adalah sebagai berikut:

- R. Sarimin Reksodiharjo : Anggota merangkap Ketua

- Tk. Daudsyah : Anggota

- Binanga Siregar : Anggota - Raja Kaliamsyah Sinaga : Anggota. Kelompok ini ditugaskan untuk mengadakan:

- Persiapan dalam melaksanakan pembentukan propinsi Sumatera Utara yang meliputi daerah Aceh, Tapanuli dan daerah Sumatera Timur

Membagi Propinsi Sumatera Utara menjadi 17 daerah yaitu Aceh 7 kabupaten, Tapanuli 4 kabupaten dan Sumatera Timur 6 kabupaten.22

21

Ibid., hlm. 45-45

22

Pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam Lintasan

Sejarah, Medan: Pemerintahan Daerah Sumut. 1993. hlm. 332

Keputusan ini mengakhiri status Sumatera Utara dari bagian Negara Sumatera Timur. Sumatera Utara secara sah menjadi bagian dari propinsi adalah saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1950 menggantikan Peraturan Pemerintah No. 8 Desember 1949, yang menyebutkan bahwa wilayah Sumatera Utara terbagi atas dua Propinsi.

(35)

- Persatuan yang berabad-abad itu jangan dipecah ke dalam pemerintahan yang baru.

- Dengan segala potensi yang ada dalam lingkungan persamaan Historis, Geografi, Teknologi, Psikologi, Politik, agama, dan Pendidikan. Pemerintah Aceh mengusulkan untuk hal-hal tersebut pemerintah pusat memegang peranan yang paling penting, hal ini diusulkan untuk mengejar ketertinggalan yang sudah jauh untuk daerah tersebut.

- Aceh bukan menyisihkan dirinya dari saudara-saudara yang lain, dan tetap setia terhadap pemerintah pusat, cinta pada saudara-saudara yang lain.23

Lepasnya Exresiden Aceh dari Propinsi Sumatera Utara, maka Ex wilayah Residen yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Utara adalah tinggal dua wilayah Residen yaitu Tapanuli dan daerah Sumatera Timur dengan jumlah kebupaten sebanyak 10 kabupaten yang pembagiannya adalah Sumatera Timur sebanyak 6 Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,

Tujuan pokok dari permintaan ini adalah sebagai upaya dalam pengejaran terhadap ketertinggalan Aceh dari daerah-daerah yang lainnya. Dengan meminta menjadi propinsi, maka daerah Aceh akan lebih di perhatikan oleh pemerintah pusat. Maka aceh akan cepat mengalami perkembangan, seperti yang dicita-citakan segenap masyarakat Aceh.

Usaha masyarakat Aceh dalam menempuh pembentukan propinsi sendiri semakin kuat, sehingga pada tahun 1980 Aceh menjadi propinsi sendiri tanpa ada hubungan lagi dengan pemerintahan Sumatera Utara.

23

(36)

Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Barat Utara. Untuk wilayah Tapanuli jumlah kabupatennya adalah 4 kabupaten yaitu, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Sibolga.

(37)

BAB III

SEJARAH TELEVISI DI INDONESIA DAN PEMBERITAAN

DI SUMATERA UTARA

3.1 Televisi Republik Indonesia dan Orientasinya

Pemancar siaran Televisi yang sah milik bangsa Indonesia dan yang pertama didirikan adalah Televisi Republik Indonesia atau sering disingkat dengan TVRI. Proses pendirian dari TVRI dan modal awalnya dibebankan kepada perbelanjaan negara, oleh sebab itulah program dan tujuan dasar didirikannya pemancar Televisi Republik Indonesia adalah untuk kepentingan negara dan bangsa.

Dengan latarbelakang yang kuat akhirnya terwujudlah pendirian stasiun pemancar siaran televisi di Jakarta, dan ini tidak luput dari peranan pemikiran yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia I Ir. Soekarno, dengan menugaskan menteri penerangan Maladi untuk berkonsentrasi mendirikan pemancar selama periode tahun 1952.

Persiden Ir. Seokarno beranggapan bahwa pembangunan yang direncanakannya ini dapat menjadikan Indonesia sebagai wilayah mercusuar, oleh karena itu harus dilakukan dengan pembangunan-pembangunan yang gemilang. Cara yang paling efektif untuk mengajak masyarakat terlibat dalam pembangunan ini adalah melalui agitasi informasi. Siaran televisi dianggap paling efektif untuk hal itu. Hal inilah yang memotifasi presiden melaksanakan program pembangunan stasiun pemancar televisi tersebut.

(38)

pemancar sejak tahun 1952. Pembangunan stasiun pemancar ini direncanakan sampai sepuluh tahun. Waktu yang cukup lama ini juga dijadikan pemerintah sebagai alat publikasi dan ajakan kepada masyarakat supaya menggunakan media televisi dalam memperoleh informasi.

Pada tahun 1962 pembangunan pemancar televisi pertama di Indonesia sudah dimulai. Melalui siaran Televisi Republik Indonesia yang baru terbit, pemerintah mengkampanyekan masyarakat agar mendukung pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menuju kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini TVRI diharapkan dapat menjadi alat pemersatu bangsa, juga sebagai alat pendukung untuk perkembangan wawasan kita secara umum dan juga sebagai penambahan informasi dalam dunia pendidikan bagi masyarakat Indonesia.

Bersamaan halnya dengan pelaksanaan Sea Games, tahun 1962 yang diadakan di Indonesia, menjadi pemacu bagi masyarakat mengetahui apa yang terjadi dalam pelaksaan Sea Games. Masyarakat segera memiliki media televisi untuk menonton acara menarik yang disiarkan langsung oleh TVRI sebagai moment yang sangat berarti bagi TVRI.

Latar belakang lain yang mengharuskan pembangunan TVRI segera dilaksanakan bertepatan dengan perayaan HUT Republik Indonesia, 17 Agustus 1962. dijadwalkan Presiden akan berpidato dengan disiarkan langsung melalui media televisi untuk membangkitkan semangat rakyat turut membangun bangsa Indonesia.

(39)

ditayangkan akan menjadi pendukung terhadap media tersebut. Seperti halnya dengan media televisi di Amerika Serikat, ditujukan sebagai perlawanan terhadap Komunisme, Negara Rusia mendirikan stasiun pemancar untuk perlawanan terhadap Liberalisme dan meningkatkan Nasionalme lewat acara-acara yang ditayangkan. Televisi Republik Indonesia berbeda dengan tujuan yang dibentuk oleh kedua negara tersebut, yaitu bertujuan sesuai dengan isi keputusan Presiden Republik Indonesia No. 27 Tahun 1963, yang bunyinya adalah:

“Televisi Nasional Indonesia yaitu Televisi Republik Indonesia memiliki fungsi sebagai sebuah instrument komunikasi dalam kerangka pembangunan mental, spiritual dan fisik sebagai bagian dari proses pembangunan bangsa Indonesia, khususnya pembagunan manusia Indonesia. Peran yang paling utama dari televisi adalah peran sosial”24

Upaya pemerintah dalam sosialisasi media televisi adalah bekerja sama dengan pihak swasta. Pemerintah menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan televisi asal Jerman yang bermerek Sharp. Perusahaan ini memberikan penjualan televisi yang murah bagi rakyat, dan sebagian ada yang diberikan secara

Sama seperti pembangunan media informasi sebelum TVRI dibangun, misalnya Radio Republik Indonesia (RRI), merupakan media yang digunakan pemerintah mempublikasikan hal-hal yang membangunan bagi masyarakat. Sebagai televisi pertama maka otoritas pemerintah terhadap media ini tergolong sangat besar.

(40)

cuma-cuma. Program ini hanya dilakukan pertama-tama di pulau Jawa, karena kekuatan pemancar saat itu hanya baru mampu diterima di Pulau Jawa, sedangkan wilayah yang lainnya belum bisa menerima siaran Televisi Republik Indonesia.

Sebelum Indonesia memiliki siaran pemancar televisi sendiri, masyarakat sering memanfaatkan siaran-siaran luar negeri. Untuk itu setelah TVRI mulai melakukan penyiarannya maka pemerintah mulai membatasi siaran-siaran luar negeri masuk ke Indonesia. Latar belakang pemerintah menekankan penggunaan siaran Berita Dalam Negeri yang disiarkan oleh TVRI stasiun pusat Jakarta adalah karena nuansa yang disiarkan oleh TVRI adalah nuansa nasional, sedangkan siaran lain belum tentu memberikan sebuah didikan terhadap orientasi budaya Nasional.

Melihat siaran TVRI pusat dengan orientasi lokal, maka banyak daerah di Indonesia mulai meniru pembukaan penyiaran di daerah propinsi masing-masing, seperti yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sumatera Utara beserta pihak swasta, telah membangun pemancar televisi untuk wilayah Sumatera Utara yang bertempat di Medan tahun 1970.

3.2 Televisi Swasta di Indonesia

Perkembangan kehidupan masyarakat seiring perkembangannya dengan perkembangan teknologi dalam masyarakat. Dalam melakukan komunikasi dengan sesamanya, manusia selalu menggunakan peralatan yang lebih cepat. Selain itu untuk menyampaikan peristiwa yang sifatnya adalah informasi umum

24

(41)

lebih tepatnya disampaikan dengan menggunakan media, baik media massa dan lebih efektif dengan menggunakan media elektronik.

Gerakan perubahan teknologi selalu mengarah terhadap perkembangan, tanpa pernah mengalami kemunduran. Dimulai dari Surat Kabar sebagai media biasa, hingga Radio, Televisi, dan media yang lebih cepat lainnya. Globalisasi media massa semakin memacu perkembangan ini. Seperti perkembangan siaran Televisi yang semakin lama semakin beragam.

Hadirnya televisi – televisi swasta pertama sekali di negara maju menunjukkan seakan tidak adanya ketertutupan permasalahan yang ada di berbagai negara seperti televisi swasta asal Amerika Serikat yaitu Home Box Office (HBO), Tele-Communication Incoorporation siaran televisi swasta dari Cina Business News Network Ltd, memberikan kesempatan kepada banyak negara untuk mendapatkan program siaran yang semakin mengglobal dan bernilai pangsa pasar.25

25

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Terhadap Media Televisi), Jakarta: Rineka Cipta. 1994. hlm. 33

Demikian halnya di Indonesia, pemberian kesempatan kepada pengusaha dalam membuka pertelevisian di Indonesia oleh mantan Presiden Republik Indonesia Soeharto, menjadikan siaran Televisi menjadi salah satu peluang bisnis di Indonesia.

(42)

Faktor lain yang membuat masyarakat tidak memprotes terhadap kehadiran siaran televisi swasta ini dilatar belakangi oleh siaran yang ditayangkannya adalah bernilai pasar. Siaran TVRI tergolong sebagai siaran bernuansa nasional dan ditentukan oleh pemerintah tanpa ada campur tangan pihak lain, sedangkan televisi swasta yang ada di Indonesia memberikan siaran sesuai dengan orientasi sosial (kebutuhan sosial) seperti misalnya Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan Andalas Televisi (AN-TEVE).

3.2.1 Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)

Hasil dari kebijakan pemerintah dalam memberikan peluang terhadap pengusaha (deregulasi pertelevisian atau swastanisasi) dalam membuka Televisi swasta di Indonesia diakhir tahun 1980-1990, maka muncullah Televisi swasta yang memberikan keuntungan pada berbagai pihak.

Selain membuka peluang kerja yang besar, maka pertelevisian semakin melengkapi masyarakat akan kebutuhan siaran. Sebagai alternative pertama hadir adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia yaitu tahun 1988 dan ditetapkan sebagai tayangan resmi masyarakat pada tahun 1989. RCTI ditunjukan sebagai tayangan yang ikut serta dalam pencerdasan bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus mendidik.

(43)

tayangan iklan keseluruhan mencapai 20%, hal inilah yang menyebabkan Televisi ini lebih bersifat ekonomis.26

Kepemilikan saham pada pemancar RCTI adalah kerja sama antara PT Bimantara Citra sebanyak 69,82 % dan sisanya dimiliki oleh Rajawali Wira Bakti Utama dengan porsi 30,18%. Dana ini dialokasikan pada pembangunan pemancar sejak tahun 1987 yang berjumlah 30 stasiun pemancar di Indonesia, dan dari perhitungan yang dilakukan oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia bahwa tahun 1990an siaran RCTI sudah disaksikan oleh penduduk Indonesia dengan jumlah 45 juta pemirsa di seluruh Nusantara.

Dana pertama untuk pembangunan pemancar siaran RCTI mencapai dana 120 miliar Rupiah dan pada tahun 1990 modal RCTI sudah mencapai 140 miliar, dan dalam satu tahun yaitu tahun 1990an RCTI sudah mampu mengambil keuntungan sebesar 100 milyar Rupiah. Keuntungan ini didapat dari periklanan yang sangat mahal. Dimana tarif iklan 18.30-20.30 dalam 30 detik telah mencapai 9-13 juta Rupiah, sedangkan dalam satu hari periklanan yang ditayangkan melalui RCTI sangat besar.

27

Sebagai Televisi swasta, maka RCTI masih melakukan hubungan dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai siaran Pemerintah, yaitu dengan

(44)

malakukan siaran bergabung dengan lama tayangan mencapai 20% dari keseluruhan siaran. Hal inilah yang membuat televisi swasta harus membayar pajak kepada Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai televisi pemerintah.

3.2.2 Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV)

Setelah RCTI mengudara pada tahun 1988, maka pemancar Satu lagi Televisi swasta yaitu Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) turut meramaikan siaran pertelevisian di Indonesia. Dalam waktu yang sangat singkat, yaitu beberapa bulan setelah melakukan siaran, maka pemancar SCTV sudah dapat diterima oleh sebagian besar kota yang ada di Indonesia. Hal ini membuat pamor SCTV segera besar di Indonesia.

Perusahaan Televisi swasta ini pada tahun 1989, sempat mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini diakibatkan dari peralatan yang dimiliki oleh SCTV tergolong sangat lengkap. Seperti pembangunan 20 pemancar relay, dimana setiap stasiun relay berkekuatan 1 kilowatt, setiap stasiun dilengkapi dengan perangkat TVRO (Television Recaiver Only) berfungsi sebagai penerima satelit melalui parabola, pemancar VHF, monitoring serta VCR (Vidio Casette Recorder), sehingga satu stasiun berkekuatan 2 dan 5 kilowatt.

(45)

jam unggulan ke tiga 3-6 juta dan untuk prime time pukul 19.30 – 21.00 mencapai 18 juta.28

Dalam pencarian dana, TPI sama dengan siaran Televisi swasta lainnya, dengan cara memanfaatkan jasa iklan. Tarif yang ditentukan oleh TPI untuk satu periode iklan dengan waktu yang ditentukan telah mancapai 17 juta pada waktu jam unggulan, sedangkan waktu yang tidak tergolong unggulan harga yang ditentukan oleh pihak TPI hanya 1 juta Rupiah. Dengan waktu tayang yang sangat

3.2.3 Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)

Pengusaha dalam negeri tidak mau ketinggalan dalam membuka perusahaan Televisi swasta di Indonesia. Siti Hardyanti Rukmana, putri dari mantan Presiden Soeharto membuka penyiaran swasta dengan modal utama berasal dari PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia menjadi Televisi swasta ketiga di Indonesia.

Saat peresmian Televisi Pendidikan Indonesia, pihak TPI memulai kerjasama dengan TVRI sebagai televisi pemerintah. Tujuan ini adalah sebagai cara menjalin kerja sama untuk menjadikan siaran sebagai media yang mendidik bagi masyarakat. TPI adalah Televisi Swasta yang terikat dengan UU No. 2/1989 yang tujuan pokoknya adalah sebagai media pendidikan di Indonesia.

Siaran TPI saat pertama-tama mengudara saling kerja sama dengan penyiaran TVRI terutama dalam jam tayang. TVRI lebih banyak mengudara pada sore hingga malam hari, sedangkan Televisi Pendidikan Indonesia mengudara pada pagi hingga siang hari menggantikan posisi TVRI yang sedang istirahat.

28

(46)

banyak untuk iklan, maka TPI mampu menyedot dana dari periklanan sebesar 180 milyar untuk tahun 1993.

3.2.4 Andalas Televisi (AN-TEVE)

Andalas Televisi atau AN-TEVE merupakan penyiaran yang dimiliki oleh PT. Cakrawala Televisi yang dipimpin langsung oleh Bakrie. Tidak jauh beda dengan dengan siaran yang diproduksi televisi swasta lainnya, AN-TEVE dominant berbasis ekonomi.

Peringkat yang paling bawah pada era 1990an dipegang oleh AN-TEVE, hanya memiliki kemampuan pemancar 1 kilowatt, sedangkan televisi yang lainnya adalah, TVRI mencapai 20 kilowatt, TPI mencapai 20 kilowatt, RCTI mencapai 60 kilowatt, dan SCTV mencapai 55 kilowatt.

Untuk wilayah Jawa, masyarakat yang memperoleh siaran AN-TEVE harus menggunakan antena UHV, berbeda dari siaran televisi lainnya. Karena latar belakang ini masyarakat sangat jarang yang menggunakan siaran tersebut.

(47)

3.3 Sejarah Singkat Pemberitaan di Sumatera Utara Sebelum Berdirinya Stasiun TVRI Medan

Perkembangan Pers yang bertujuan sebagai Media pemberitaan di Sumatera Utara selalu bergerak kearah perkembangan sesuai dengan situasi nasional. Pers memberitakan segala kondisi yang terjadi di Sumatera Utara dan juga yang terjadi di luar Sumatera Utara. Pers menjadikan informasi menjadi hal yang mengglobal.

Untuk mendapatkan sejumlah keterangan yang terjadi di suatu tempat yang sangat jauh dari tempat, ataupun peristiwa yang sama sekali tidak kita tahu maka melalui Pers kejadian yang sebenarnya akan kita peroleh. Media akan menghantarkan peristiwa tersebut kehadapan kita.

Pekerjaan sebagai media informasi telah lama dilakukan oleh Pers di seluruh penjuru dunia, termasuk di Sumatera Utara, sebelum Stasiun TVRI Medan berdiri. Surat Kabar telah mengawali pekerjaan penyebaran informasi ini sejak penjajahan Belanda di Sumatera Utara.

Masa pendudukan Belanda di Sumatera Utara, media yang sangat berkembang adalah suarat kabar. Surat kabar pertama yang mengawali pemberitaan di Sumatera Timur dinamakan dengan Deli Courant. Perusahaan surat kabar Belanda ini menjadi bahan tiruan bagi penerbitan surat kabar untuk wilayah Sumatera Timur.

(48)

membaca surat kabar ini adalah kelompok pengusaha yang mengerti bahasa Belanda, bukan semua kalangan masyarakat.

Kelompok nasionalis segera mempelajari bagaimana proses pembuatan berita dan juga menerbitkan surat kabar, maka pada babakan selanjutnya surat kabar yang bernuansa nasional segera lahir yang dinamakan dengan Surat Kabar Pewarta Deli. Surat kabar ini membuat berita yang ditujukan untuk kalangan nasional sebagai perlawanan terhadap surat kabar asing yang hanya memberikan berita hanya dari satu sudut yaitu kepentingan para pengusaha.

Akibat yang sering dialami oleh para wartawan dan kelompok penerbit lainnya adalah tekanan dari pihak kolonial, baik berupa penghentian terhadap surat kabar, memukul hancur mesin cetak yang mencetak surat kabar tersebut. Seperti yang dialami Pewarta Deli saat dipimpin oleh Mr. Iwa Kusuma sumantri yang dibuang ke Indonesia Timur akibat dari perlawanan yang dilakukan lewat surat kabar dengan Belanda.

Puncak dari penderitaan surat kabar terjadi saat penjajahan Jepang di Indonesia, ketika pasukannya menduduki Medan sejak tahun 1942. surat kabar tidak boleh terbit walaupun dalam bahasa atau dari kelompok manapun. Hal ini terjadi di awal penjajahannya.

(49)

Selain surat kabar, sistem pemberitaan lewat radio juga mulai dilakukan. Pemancar radio yang bebas dari deteksi Jepang dan penjajahan Belanda adalah Radio Rimba Raya, yang berada di hutan Aceh. radio ini sengaja didirikan di tengah hutan yang bertujuan menghilangkan jejak dari kekejaman masa penjajahan.

Peran yang paling besar dari pemancar radio Rimba Raya adalah berita Proklmasi dan berita kekalahan Jepang kepada Sekutu lewat bom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, pada tahun 1945. para kelompok penjajah mendapat sejumlah informasi dari siaran luar negeri yaitu Australia, dan diberitakan lagi lewat Radio Rimba Raya kepada masyarakat Sumatera Utara dan Aceh. Tentunya yang dapat menerima informasi ini adalah masyarakat yang memiliki pesawat radio.

Pada masa kemerdekaan, pers juga sempat mengalami gangguan kelancaran, lewat kedatangan sekutu kembali ke Sumatera Utara. Surat Kabar Waspada yang diterbitkan oleh Muhammad Said bersama istrinya Ani Idrus melakukan perlawanan terhadap surat kabar milik Belanda dengan bahasa Pers. Surat Kabar Waspada menjadi sasaran kemarahan dari pasukan Belanda (setelah serah terima kepada sekutu bulan Oktober 1946).

(50)

penghancuran dan perusakan terhadap kantor-kantor berita juga beserta isinya, seperti mesin-mesin cetak yang mencetak surat kabar tersebut dengan pandangan sepihak tanpa memperhatikan kesalahan yang dilakukan oleh Belanda sendiri. Surat kabar yang selalu dibredel oleh pasukan Belanda tidak mampu membuat Surat Kabar Waspada berhenti dan menyerah, dan bahkan Surat Kabar Waspada selalu maju tanpa mengenal kata berhenti dan menyerah terhadap setiap rintangan yang ada.

Pengalaman pahit itupun telah berlalu, setelah pengakuan kedaulatan. Maka peran-peran terhadap gejolak sosial yang datangnya dari dalam negara Indonesia sendiri seperti peristiwa pembubaran Negara Sumatera Timur, Pemberontakan Maluddin Simbolon dan GAM tahun 77, membuat Surat Kabar Waspada secara terbuka melakukan perlawanan lewat pemberitaan.

Dengan adanya tindakan seperti itu maka semakin membuat Surat Kabar Waspada menjadi lebih maju dan berkembang dengan cepat, sehingga secara lambat-laun dapat membuat masyarakat semakin mengurangi kebutuhannya akan penggunaan radio.

Salah satu contoh radionya adalah Radio Republik Indonesia, ada beberapa hal yang membuat masyarakat lebih banyak meminati surat kabar dari pada siaran radio sebagai sumber informasinya yaitu:

• Sinyal siaran radio susah didapatkan apabila berada di daerah-daerah,

• Masyarakat belum banyak yang memiliki pesawat radio karena harganya

yang mahal dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya,

(51)

• Surat kabar isi beritanya bisa dibaca berulang kali dan lebih lengkap, dan

• Masyarakat lebih mudah mendapatkan surat kabar.

(52)

BAB IV

STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) MEDAN

Dalam perjalanannya media informasi selalu mengalami perkembangan, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sebab sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat luas. Buta informasi maka kita akan kehilangan segalanya dan tidak bisa mengikuti zaman sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Urutan dari pemberitaan bisa digolongkan unik dan menarik, yaitu mulai dari pemberitaan hanya dengan tulisan dan kadang bergambar yaitu surat kabar, sampai kepada radio yang hanya suara dan akhirnya sampai ke Televisi yang menyaksikan informasi secara life (Hidup).

Seiring dengan perkembangan medianya, maka masyarakat juga semakin mudah mendapatkan informasi. Kelompok masyarakat hanya tinggal menunggu dan duduk di kursi pada pagi hari maka surat kabar, suara radio dan siaran televisi yang terlihat hidup akan menjelaskan apa yang sedang terjadi di luar sana.

Perkembangan televisi juga terus meningkat dari satu siaran yaitu TVRI menjadi beberapa siaran yang ditambah oleh kelompok televisi swasta lainnya. Bahkan televisi sampai ke berbagai daerah yang tergolong pelosok seperti yang dilakukan Stasiun TVRI Medan sejak tahun 1970.

(53)

bahwa di Medan siaran-siaran luar negeri dapat diterima yaitu siaran yang dipancarkan dari Bangkok dan siaran dari Malaysia.

Dengan tertangkapnya siaran yang dipancarkan oleh negara tetangga ke Medan, maka Wahid Lubis mendirikan beberapa tempat untuk menonton siaran yang ditayangkan langsung dari luar negeri. Melihat masyarakat yang sangat gemar dengan menonton maka Wahid Lubis merencanakan akan memprakarsai pendirian pemancar Televisi di Medan. 29

Bersama dengan sejumlah pejabat daerah yang bergerak dalam media massa Wahid Lubis merencanakan akan membentuk kepanitiaan yang bertugas dalam pendirian pemancar Televisi di Medan, dan hal ini terwujud dengan dibentuknya “Yayasan Pembangunan TV Sumatera Utara” sejak tanggal 27 Juni 1967. Mereka yang tergabung kedalam kepanitiaan ini merupakan gabungan dari berbagai unsur pemerintahan.30

Program yang masih terlaksana oleh panitia sampai 6 Januari 1969 adalah berhasil mendapatkan pinjaman dari Pemerintah Daerah Sumatera Utara (Pemda) Sumut sebanyak U$ 20.000. Panitia bekerja secara cepat, tanpa menunggu waktu Setelah melakukan pertemuan, maka kepanitiaannyapun tersusun yang mempercayakan kepada Kolonel CHB. Wahid Lubis sebagai Ketua, Kolonel CHB Ridwan Hutagalung sebagai sekretaris dan Letkol CHB Hoesin sebagai bendahara. Pekerjaan yang pertama yang akan dilakukan oleh panitia ini adalah pencarian dana guna untuk pembangunan stasiun pemancar.

29

Wawancara dengan Wahid Lubis, Medan, 28 September 2007.

30

(54)

yaitu pengalokasian dana tersebut untuk pembelian satu unit peralatan pemancar dengan kekuatan 75 watt dari perusahaan elektronik asal Jepang.31

31

Wawancara dengan Drs. Irwan Effendy, Medan, 16 Oktober 2007.

Pelengkapan pertama yang dibeli oleh perusahaan ini adalah peralatan studio sederhana. Pembelian pertama panitia hanya mendapatkan peralatan Studio tanpa modal untuk pemasangan, maka untuk itu panitia mencari donatur lain untuk mendapatkan modal guna mendirikan bangunan-bangunan dan untuk biaya pemasangan peralatan stasiun pemancar televisi tersebut.

Akibat lobi yang dilakukan oleh panitia terhadap pihak swasta yang ada di Sumatera Utara, maka P.N. Pertamina terbuka memberikan sumbangannya kepada panitia yang direncanakan sebagai modal dalam pembangunan gedung-gedung penyiaran. Maka dalam waktu beberapa bulan pekerjaan mendirikan bangunan tergolong lancar, hal ini tidak bisa lepas dari dana yang cukup dari P.N. Pertamina.

Pembangunan ternyata membutuhkan banyak pelengkapan, baik pemancar, gedung, dan peralatan diesel lainnya. Setelah mencukupi beberapa bagian dari peralatan pemancar, maka panitia mengalami kesulitan dalam pencarian dana untuk selanjutnya, maka panitia berhenti sejenak, untuk memikirkan sumber-sumber dana yang dapat digali.

(55)

Raja Inal Siregar selaku Gubernur Sumatera Utara menunjuk Brigjen. TNI Leo Lapulisa sebagai pimpinan proyek pembangunan Stasiun TVRI Medan, yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Militer II/Bukit Barisan. Dalam waktu dekat pimpinan proyek segera melaksanakan program kontrak terhadap peralatan TV dari Jepang yang bernama Toyo Menka LTD dari Tokyo, Jepang.

Pemerintah melakukan kerjasama dengan perusahaan untuk melaksanakan training pemakaian peralatan yang dilakukan langsung di perusahaan ternama Toyo Menka LTD Jepang. Disini Raja Inal Siregar selaku Gubernur Sumatera Utara memberangkatkan beberapa utusan dari instansi yang ada di Sumatera Utara yaitu

1. Senior Engineers dari Jakarta selama 3 bulan yaitu - JPH Simanjuntak

- Suryanto

- Ronald Kasakeyan

2. Senior Engineer dari PN. Pertamina Sumatera Utara - Ir. Kundrad

3 Yunior Engineer selama 2 bulan, yang berangkat sejak tanggal 22 April 1970. - Letnan. CBH Munaf Yus Hubdam – II

- Letnan CBH Ishak Sulaiman dari Kowilhan-I - Amirullah dari PN. Pertamina Unit I Medan 4. Kelompok Trainers

(56)

- Mayor CBH Sularno

- Drs Panjaitan dari pemerintahan daerah Sumatera Utara - Ir Gunarno dari Elnusa/Pertamina dan

- Ir. Sembiring dari TVRI Pusat.32

32

Dikutip dari Arsip Stasiun TVRI Medan.

Pengiriman sejumlah operator dan yang akan mengelola Stasiun TVRI Medan berjalan lancar. Para engineer yang diberangkatkan ternyata bisa menguasai secara cepat program pelayanan dan cara kerja pemancar Televisi. Sebagai siaran percobaan maka tanggal 11 November 1970, On-Air di studio TVRI dilakukan yang pertama kalinya.

Sebagai peresmian dari pembukaan Stasiun TVRI Medan maka panitia memberikan kesempatan langsung kepada Presiden RI bersama dengan Ibu Negara Ibu Tien Soeharto yang melakukan pengguntingan pita sebagai tanda dimulainya operasi dari Stasiun TVRI Medan.

Guna menguji ketahanan alat-alat yang baru dibeli dari perusahaan Jepang tersebut, maka selama 45 hari peralatan pemancar ini dioperasikan dengan acara pemutaran Film yaitu dimulai sejak tanggal 11 November sampai 27 Desember 1970. program ini berjalan baik tanpa ada kerusakan pada peralatan yang baru ini, maka untuk selanjutnya acara di TVRI disesuaikan dengan jadwal penyiaran.

(57)

Siaran yang akan ditayangkan dalam TVRI disesuaikan dengan kebijakan pemerintah, hal ini membuktikan bahwa pemancar Televisi Republik Indonesia adalah Media elektronik milik pemerintah.

4.2 Struktur Organisasi dan Pengelolaan Stasiun TVRI Medan

Televisi Republik Indonesia adalah televisi milik pemerintahan daerah Sumatera Utara, maka segala aktivitas dan tujuan dari Stasiun TVRI Medan disusun bekerjasama dengan pihak pemerintah. Penerimaan para staff yang bekerja pada penyiaran ini merupakan anggota dari pegawai negeri yang diterima dengan proses seleksi.

Sebagai kedudukan yang ada di Stasiun TVRI Medan, maka seorang menjabat sebagai kepala stasiun yang berasal dari pegawai negeri sipil. Kepala stasiun menjabat sebagai pusat pengelola paling tinggi yang ada di Medan. Jabatan lain yang bekerja setiap harinya hingga TVRI selalu menayangkan program acara ada 8 tingkatan jabatan dengan masing-masing bidang yang dikelolanya.

(58)

Lima bagian yang telah diuraikan diatas, bekerja di kantor penyiaran TVRI, bukan dilapangan. Kelompok kerja yang posisinya setelah bagian kantor adalah kelompok operasional, yang terjun kelapangan sesuai dengan kegiatan yang dibidangi masing-masing dan saling melakukan kerjasama antar satu sama lain.

Kelompok operasional dalam TVRI terdiri dari lima bidang kerja lengkap dengan bagian masing-masing sub, yaitu :

1. Seksi Siaran : bagian yang bertugas dalam pengadaan siaran, peningkatan mutu siaran melalui pemilihan materi siaran, meningkatkan kemampuan yang bertugas dalam pengelola siaran, penambahan peralatan dan peningkatan kemampuan pengisi acara. Pada bagian Seksi Siaran perlu menjalin kerja sama dengan Instansi pemerintah terkait, badan-badan swasta, sanggar-sanggar musik dan kelompok masyarakat untuk pencarian sumber-sumber acara. Untuk lebih memperjelas sumber siaran maka seksi siaran membentuk sub seksi yaitu:

- Bidang Pendidikan, Agama, dan Olah Raga. Bagian ini mengelola acara-acara yang akan ditayangkan di TVRI sesuai dengan kelompok kerja masing-masing.

- Pada kelompok kedua yang dibawahi oleh seksi siaran adalah sub Budaya dan Agama.

(59)

- Bagian yang keempat adalah sub bagian fasilitas siaran yang bertugas mengatur durasi dari satu acara dan sub kerja yang kelima adalah pelengkap acara dan penyiar.

- Kelompok kelima ini akan bertugas menyiapkan program acara dalam satu hari dan menyiarkan acara tersebut.

2. Bidang operasional yang kedua adalah Seksi Pemberitaan. Sejak Stasiun TVRI Medan beroperasi, pihak TVRI telah mempersiapkan 10 personil untuk pengadaan berita pada setiap harinya. Berita ini dikumpul dari peristiwa lokal, sebab selama lima tahun Stasiun TVRI Medan hanya meliput wilayah Sumatera Utara sebagai sumber berita. Seksi siaran bekerja berdasarkan keputusan Direktorat Televisi No. 58/KPTS/DIR/TV/1986, yang menjelaskan bahwa seksi siaran bertugas untuk melakukan peliputan dan penyiaran acara dan penerangan baik Berita Daerah maupun Berita Nasional.

Sub seksi pada Bidang Pemberitaan adalah: - Sub seksi Berita

- Sub seksi Reportase

- Sub seksi Siaran Olah Raga

- Sub seksi Produksi Berita dan Dokumentasi - Sub seksi Administrasi Pemberitaan.33

Paket acara siaran yang terangkum oleh seksi Pemberitaan Stasiun TVRI Medan dalam lima tahun periode adalah Berita Daerah, Sumatera Utara

33

(60)

Membangun, Varia Desa, Monitor Pembangunan, Fokus Kita, Pelangi Kehidupan, Gema Olah Raga dan Aneka Peristiwa.

4. Seksi Tehnik Studio. Seksi ini bekerja untuk pelayanan operasi dengan menggunakan perangkat lunak yang ada pada tempat melakukan rekaman. Seksi Teknik Studio harus bekerja dengan serba hati-hati, karena seksi ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran program acara yang akan diterima pemirsa pada layar televisinya.

Sama seperti bidang yang lainnya, maka seksi ini mempunyai lima sub dari setiap seksi, seksi studio juga membagi lima sub kerja yaitu,

- Operasi Studio, - Operasi Apparatus, - Operasi Ob Vans, - Perbaikan Peralatan - Tehnik Studio.

Seksi tehnik produksi akan melakukan penjagaan pada peralatan perekam pada saat rekaman terhadap perangkat lunak pada bagian Tehnik Producer, Tehnical, Director, Vidio Operator, Switcher, Audio Operator, Camerramen, Lighting Operator, V.T.R Operator, Thelecin Operator, Master Control Operator, Technical Operator, Administrasi Operator.

(61)

Setiap melakukan program acara hiburan ataupun salah satu kegiatan yang sudah terencana, maka pihak TVRI menyiapkan kelompok kerja yang mengurusi soal prasarana baik di studio maupun gedung-gedung pertunjukan yang akan diliput oleh pihak TVRI. Kelompok kerja yang dimaksud adalah sub kerja yang bertugas dalam merawat gedung, kelompok kerja yang mengurusi listrik dan disel sebagai sumber tegangan, kelompok yang mengurusi kondisi ruangan yaitu seperti alat pendingin dan alat penetral suhu dalam ruangan, kelompok yang melakukan perawatan terhadap laboratorium Film dan administrasi yang menangani perlengkapan dan prasarana.

5. Seksi Transmisi

Untuk menyampaikan acara, maka pemancar akan menyampaikannya kepada seksi transmisi yang kedudukannya berada pada pemancar transmisi. Sub-sub kerja yang menempati kelompok operasi ini adalah:

- Sub sie operasi pemancar,

- Sub sie yang bertugas untuk prasarana menara untuk melihat ganguan yang datang ke menara, dan akan diserahkan kepada - Sub sie perbaikan pemancar yang bertugas memperbaiki

peralatan pemancar yang rusak,

- Sub sie yang bertugas memeriksa dan menyeleksi suku cadang alat-alat yang akan diganti.

(62)

berada pada posisi sub bagian tata usaha, yang tugasnya adalah pemimpin dalam bidang operasi dan peralatan.34

Latar belakang lain yang menyebabkan TVRI hanya menerima Berita Daerah dan menyebarkannya kepada masyarakat yang ada di Sumatera Utara Dengan memanfaatkan kelompok kerja yang diuraikan sebelumnya maka TVRI akan berjalan setiap harinya.

4.3 Program Acara pada Stasiun TVRI Medan

Pada periode awal berdirinya TVRI, kelompok kerja yang tergabung dalam organisasi TVRI masih tetap melakukan pencarian dana, untuk mlengkapai peralatan-peralatan kecil yang dibutuhkan oleh TVRI. Guna menutupi kekurangan ini, maka TVRI sebagai milik negara akan ditanggung oleh negara.

Segala biaya yang dipergunakan oleh TVRI, sejak beroperasi tahun 1970, dikembalikan kepada pendapatan dan belanja daerah, kerena itulah maka TVRI harus bekerja keras untuk kepentingan daerah. Tugas pokok yang harus dikerjakan oleh TVRI adalah ikut membangun Sumatera Utara dengan memberitakan segala aktivitas yang terjadi di Sumatera Utara.

Program acara TVRI merupakan hasil dari realita yang terjadi di Sumatera Utara. Sejak tahun 1970 sampai tahun 1975 Stasiun Televisi Republik Indonesia Medan memfokuskan program acara khusus meliput segala aktivitas sosial, budaya, politik, dan dari aktivitas lain yang terjadi di Sumatera Utara, tanpa menambah berita dari luar Sumatera Utara.

34

Referensi

Dokumen terkait