• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH TELEVISI DI INDONESIA DAN PEMBERITAAN

DI SUMATERA UTARA

3.1 Televisi Republik Indonesia dan Orientasinya

Pemancar siaran Televisi yang sah milik bangsa Indonesia dan yang pertama didirikan adalah Televisi Republik Indonesia atau sering disingkat dengan TVRI. Proses pendirian dari TVRI dan modal awalnya dibebankan kepada perbelanjaan negara, oleh sebab itulah program dan tujuan dasar didirikannya pemancar Televisi Republik Indonesia adalah untuk kepentingan negara dan bangsa.

Dengan latarbelakang yang kuat akhirnya terwujudlah pendirian stasiun pemancar siaran televisi di Jakarta, dan ini tidak luput dari peranan pemikiran yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia I Ir. Soekarno, dengan menugaskan menteri penerangan Maladi untuk berkonsentrasi mendirikan pemancar selama periode tahun 1952.

Persiden Ir. Seokarno beranggapan bahwa pembangunan yang direncanakannya ini dapat menjadikan Indonesia sebagai wilayah mercusuar, oleh karena itu harus dilakukan dengan pembangunan-pembangunan yang gemilang. Cara yang paling efektif untuk mengajak masyarakat terlibat dalam pembangunan ini adalah melalui agitasi informasi. Siaran televisi dianggap paling efektif untuk hal itu. Hal inilah yang memotifasi presiden melaksanakan program pembangunan stasiun pemancar televisi tersebut.

Perintah dari presiden tersebut dengan segera langsung dilaksanakan oleh menteri penerangan, yaitu dengan menyediakan dana pembangunan untuk stasiun

pemancar sejak tahun 1952. Pembangunan stasiun pemancar ini direncanakan sampai sepuluh tahun. Waktu yang cukup lama ini juga dijadikan pemerintah sebagai alat publikasi dan ajakan kepada masyarakat supaya menggunakan media televisi dalam memperoleh informasi.

Pada tahun 1962 pembangunan pemancar televisi pertama di Indonesia sudah dimulai. Melalui siaran Televisi Republik Indonesia yang baru terbit, pemerintah mengkampanyekan masyarakat agar mendukung pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menuju kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini TVRI diharapkan dapat menjadi alat pemersatu bangsa, juga sebagai alat pendukung untuk perkembangan wawasan kita secara umum dan juga sebagai penambahan informasi dalam dunia pendidikan bagi masyarakat Indonesia.

Bersamaan halnya dengan pelaksanaan Sea Games, tahun 1962 yang diadakan di Indonesia, menjadi pemacu bagi masyarakat mengetahui apa yang terjadi dalam pelaksaan Sea Games. Masyarakat segera memiliki media televisi untuk menonton acara menarik yang disiarkan langsung oleh TVRI sebagai moment yang sangat berarti bagi TVRI.

Latar belakang lain yang mengharuskan pembangunan TVRI segera dilaksanakan bertepatan dengan perayaan HUT Republik Indonesia, 17 Agustus 1962. dijadwalkan Presiden akan berpidato dengan disiarkan langsung melalui media televisi untuk membangkitkan semangat rakyat turut membangun bangsa Indonesia.

Membangun sebuah media Informasi di berbagai negara yang ada di belahan dunia ini, mempunyai tujuan-tujuan pokok. Acara dan program yang

ditayangkan akan menjadi pendukung terhadap media tersebut. Seperti halnya dengan media televisi di Amerika Serikat, ditujukan sebagai perlawanan terhadap Komunisme, Negara Rusia mendirikan stasiun pemancar untuk perlawanan terhadap Liberalisme dan meningkatkan Nasionalme lewat acara-acara yang ditayangkan. Televisi Republik Indonesia berbeda dengan tujuan yang dibentuk oleh kedua negara tersebut, yaitu bertujuan sesuai dengan isi keputusan Presiden Republik Indonesia No. 27 Tahun 1963, yang bunyinya adalah:

“Televisi Nasional Indonesia yaitu Televisi Republik Indonesia memiliki fungsi sebagai sebuah instrument komunikasi dalam kerangka pembangunan mental, spiritual dan fisik sebagai bagian dari proses pembangunan bangsa Indonesia, khususnya pembagunan manusia Indonesia. Peran yang paling utama dari televisi adalah peran sosial”24

Upaya pemerintah dalam sosialisasi media televisi adalah bekerja sama dengan pihak swasta. Pemerintah menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan televisi asal Jerman yang bermerek Sharp. Perusahaan ini memberikan penjualan televisi yang murah bagi rakyat, dan sebagian ada yang diberikan secara

Sama seperti pembangunan media informasi sebelum TVRI dibangun, misalnya Radio Republik Indonesia (RRI), merupakan media yang digunakan pemerintah mempublikasikan hal-hal yang membangunan bagi masyarakat. Sebagai televisi pertama maka otoritas pemerintah terhadap media ini tergolong sangat besar.

Pembangunan pemancar Televisi harus diseiringkan dengan pembangunan masyarakat yang memiliki media Televisi. Maka pemerintah juga mendapat peran yang utama dalam hal ini.

cuma-cuma. Program ini hanya dilakukan pertama-tama di pulau Jawa, karena kekuatan pemancar saat itu hanya baru mampu diterima di Pulau Jawa, sedangkan wilayah yang lainnya belum bisa menerima siaran Televisi Republik Indonesia.

Sebelum Indonesia memiliki siaran pemancar televisi sendiri, masyarakat sering memanfaatkan siaran-siaran luar negeri. Untuk itu setelah TVRI mulai melakukan penyiarannya maka pemerintah mulai membatasi siaran-siaran luar negeri masuk ke Indonesia. Latar belakang pemerintah menekankan penggunaan siaran Berita Dalam Negeri yang disiarkan oleh TVRI stasiun pusat Jakarta adalah karena nuansa yang disiarkan oleh TVRI adalah nuansa nasional, sedangkan siaran lain belum tentu memberikan sebuah didikan terhadap orientasi budaya Nasional.

Melihat siaran TVRI pusat dengan orientasi lokal, maka banyak daerah di Indonesia mulai meniru pembukaan penyiaran di daerah propinsi masing-masing, seperti yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sumatera Utara beserta pihak swasta, telah membangun pemancar televisi untuk wilayah Sumatera Utara yang bertempat di Medan tahun 1970.

3.2 Televisi Swasta di Indonesia

Perkembangan kehidupan masyarakat seiring perkembangannya dengan perkembangan teknologi dalam masyarakat. Dalam melakukan komunikasi dengan sesamanya, manusia selalu menggunakan peralatan yang lebih cepat. Selain itu untuk menyampaikan peristiwa yang sifatnya adalah informasi umum

24

Herman, dan Wahyuni, Televisi Dan Intervensi Negara, Yogyakarta: Media Presindo, 2000. hlm. 72

lebih tepatnya disampaikan dengan menggunakan media, baik media massa dan lebih efektif dengan menggunakan media elektronik.

Gerakan perubahan teknologi selalu mengarah terhadap perkembangan, tanpa pernah mengalami kemunduran. Dimulai dari Surat Kabar sebagai media biasa, hingga Radio, Televisi, dan media yang lebih cepat lainnya. Globalisasi media massa semakin memacu perkembangan ini. Seperti perkembangan siaran Televisi yang semakin lama semakin beragam.

Hadirnya televisi – televisi swasta pertama sekali di negara maju menunjukkan seakan tidak adanya ketertutupan permasalahan yang ada di berbagai negara seperti televisi swasta asal Amerika Serikat yaitu Home Box Office (HBO), Tele-Communication Incoorporation siaran televisi swasta dari Cina Business News Network Ltd, memberikan kesempatan kepada banyak negara untuk mendapatkan program siaran yang semakin mengglobal dan bernilai pangsa pasar.25

25

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Terhadap Media Televisi), Jakarta: Rineka Cipta. 1994. hlm. 33

Demikian halnya di Indonesia, pemberian kesempatan kepada pengusaha dalam membuka pertelevisian di Indonesia oleh mantan Presiden Republik Indonesia Soeharto, menjadikan siaran Televisi menjadi salah satu peluang bisnis di Indonesia.

Wujud dari kebebasan yang diberikan oleh mantan Presiden Soeharto kepada pengusaha komunikasi adalah semakin banyaknya pertelevisian di Indonesia. pada tahun 1993 rakyat Indonesia mempunyai 5 alternatif siaran yang bisa dibuka setiap saat, dengan program acara yang sangat beragam, mulai dari hiburan, dan berita-berita aktual.

Faktor lain yang membuat masyarakat tidak memprotes terhadap kehadiran siaran televisi swasta ini dilatar belakangi oleh siaran yang ditayangkannya adalah bernilai pasar. Siaran TVRI tergolong sebagai siaran bernuansa nasional dan ditentukan oleh pemerintah tanpa ada campur tangan pihak lain, sedangkan televisi swasta yang ada di Indonesia memberikan siaran sesuai dengan orientasi sosial (kebutuhan sosial) seperti misalnya Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan Andalas Televisi (AN-TEVE).

3.2.1 Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)

Hasil dari kebijakan pemerintah dalam memberikan peluang terhadap pengusaha (deregulasi pertelevisian atau swastanisasi) dalam membuka Televisi swasta di Indonesia diakhir tahun 1980-1990, maka muncullah Televisi swasta yang memberikan keuntungan pada berbagai pihak.

Selain membuka peluang kerja yang besar, maka pertelevisian semakin melengkapi masyarakat akan kebutuhan siaran. Sebagai alternative pertama hadir adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia yaitu tahun 1988 dan ditetapkan sebagai tayangan resmi masyarakat pada tahun 1989. RCTI ditunjukan sebagai tayangan yang ikut serta dalam pencerdasan bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus mendidik.

Pemancar RCTI sama sekali berbeda dengan TVRI yang masih disubsidi oleh pemerintah dalam proses tayangannya. Pendanaan yang paling diandalkan oleh pemancar ini adalah hidup dari tayangan periklanan, dengan persentase

tayangan iklan keseluruhan mencapai 20%, hal inilah yang menyebabkan Televisi ini lebih bersifat ekonomis.26

Kepemilikan saham pada pemancar RCTI adalah kerja sama antara PT Bimantara Citra sebanyak 69,82 % dan sisanya dimiliki oleh Rajawali Wira Bakti Utama dengan porsi 30,18%. Dana ini dialokasikan pada pembangunan pemancar sejak tahun 1987 yang berjumlah 30 stasiun pemancar di Indonesia, dan dari perhitungan yang dilakukan oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia bahwa tahun 1990an siaran RCTI sudah disaksikan oleh penduduk Indonesia dengan jumlah 45 juta pemirsa di seluruh Nusantara.

Dana pertama untuk pembangunan pemancar siaran RCTI mencapai dana 120 miliar Rupiah dan pada tahun 1990 modal RCTI sudah mencapai 140 miliar, dan dalam satu tahun yaitu tahun 1990an RCTI sudah mampu mengambil keuntungan sebesar 100 milyar Rupiah. Keuntungan ini didapat dari periklanan yang sangat mahal. Dimana tarif iklan 18.30-20.30 dalam 30 detik telah mencapai 9-13 juta Rupiah, sedangkan dalam satu hari periklanan yang ditayangkan melalui RCTI sangat besar.

27

Sebagai Televisi swasta, maka RCTI masih melakukan hubungan dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai siaran Pemerintah, yaitu dengan

Sebagai media televisi swasta, maka manajemen pada perusahaan ini sama sekali tidak dipengaruhi oleh pemerintah. Hubungannya dengan pemerintah adalah sebagai mitra yang sama-sama membangun menuju masyarakat yang informatif. Tayangan yang dipancarkan melalui pemancar RCTI selalu diseleksi dengan kultur budaya yang ada di Indonesia.

26

Ibid., hlm. 39

27

malakukan siaran bergabung dengan lama tayangan mencapai 20% dari keseluruhan siaran. Hal inilah yang membuat televisi swasta harus membayar pajak kepada Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai televisi pemerintah.

3.2.2 Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV)

Setelah RCTI mengudara pada tahun 1988, maka pemancar Satu lagi Televisi swasta yaitu Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) turut meramaikan siaran pertelevisian di Indonesia. Dalam waktu yang sangat singkat, yaitu beberapa bulan setelah melakukan siaran, maka pemancar SCTV sudah dapat diterima oleh sebagian besar kota yang ada di Indonesia. Hal ini membuat pamor SCTV segera besar di Indonesia.

Perusahaan Televisi swasta ini pada tahun 1989, sempat mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini diakibatkan dari peralatan yang dimiliki oleh SCTV tergolong sangat lengkap. Seperti pembangunan 20 pemancar relay, dimana setiap stasiun relay berkekuatan 1 kilowatt, setiap stasiun dilengkapi dengan perangkat TVRO (Television Recaiver Only) berfungsi sebagai penerima satelit melalui parabola, pemancar VHF, monitoring serta VCR (Vidio Casette Recorder), sehingga satu stasiun berkekuatan 2 dan 5 kilowatt.

Perusahaan SCTV menilai bahwa persaingan adalah tujuan utama untuk mengembangkan masyarakat yang bersifat informatif dengan pembagian siaran setiap harinya adalah, untuk iklan 20%, drama 45%, Action 55%, dan acara untuk anak-anak mencapai 7 jam dalam satu minggu. Ukuran waktu tayang yang ditetapkan dalam SCTV adalah: tarif iklan bukan jam unggulan mencapai 3 juta dalam 30 detik, sedangkan iklan pada jam unggulan mencapai 6-12 juta, untuk

jam unggulan ke tiga 3-6 juta dan untuk prime time pukul 19.30 – 21.00 mencapai 18 juta.28

Dalam pencarian dana, TPI sama dengan siaran Televisi swasta lainnya, dengan cara memanfaatkan jasa iklan. Tarif yang ditentukan oleh TPI untuk satu periode iklan dengan waktu yang ditentukan telah mancapai 17 juta pada waktu jam unggulan, sedangkan waktu yang tidak tergolong unggulan harga yang ditentukan oleh pihak TPI hanya 1 juta Rupiah. Dengan waktu tayang yang sangat

3.2.3 Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)

Pengusaha dalam negeri tidak mau ketinggalan dalam membuka perusahaan Televisi swasta di Indonesia. Siti Hardyanti Rukmana, putri dari mantan Presiden Soeharto membuka penyiaran swasta dengan modal utama berasal dari PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia menjadi Televisi swasta ketiga di Indonesia.

Saat peresmian Televisi Pendidikan Indonesia, pihak TPI memulai kerjasama dengan TVRI sebagai televisi pemerintah. Tujuan ini adalah sebagai cara menjalin kerja sama untuk menjadikan siaran sebagai media yang mendidik bagi masyarakat. TPI adalah Televisi Swasta yang terikat dengan UU No. 2/1989 yang tujuan pokoknya adalah sebagai media pendidikan di Indonesia.

Siaran TPI saat pertama-tama mengudara saling kerja sama dengan penyiaran TVRI terutama dalam jam tayang. TVRI lebih banyak mengudara pada sore hingga malam hari, sedangkan Televisi Pendidikan Indonesia mengudara pada pagi hingga siang hari menggantikan posisi TVRI yang sedang istirahat.

28

banyak untuk iklan, maka TPI mampu menyedot dana dari periklanan sebesar 180 milyar untuk tahun 1993.

3.2.4 Andalas Televisi (AN-TEVE)

Andalas Televisi atau AN-TEVE merupakan penyiaran yang dimiliki oleh PT. Cakrawala Televisi yang dipimpin langsung oleh Bakrie. Tidak jauh beda dengan dengan siaran yang diproduksi televisi swasta lainnya, AN-TEVE dominant berbasis ekonomi.

Peringkat yang paling bawah pada era 1990an dipegang oleh AN-TEVE, hanya memiliki kemampuan pemancar 1 kilowatt, sedangkan televisi yang lainnya adalah, TVRI mencapai 20 kilowatt, TPI mencapai 20 kilowatt, RCTI mencapai 60 kilowatt, dan SCTV mencapai 55 kilowatt.

Untuk wilayah Jawa, masyarakat yang memperoleh siaran AN-TEVE harus menggunakan antena UHV, berbeda dari siaran televisi lainnya. Karena latar belakang ini masyarakat sangat jarang yang menggunakan siaran tersebut.

Pada tahun 1994, AN-TEVE melakukan perubahan terhadap siarannya, yaitu memberikan porsi berita luar negeri 80% kalah dengan berita lokal yang hanya mencapai 20%, dengan acara dominan menayangkan berita olah raga, musik, dan berita luar negeri serta lokal. perubahan manajemen ini memberikan perkembangan yang pesat terhadap AN-TEVE, dimana pada tahun 1994 keuntungan yang didapatkan oleh penyiaran ini dari periklanan telah mencapai 135 milyar. Tingginya peminat terhadap AN-TEVE dilatar belakangi oleh acara yang difokuskan untuk usia 16 sampai 35 tahun.

3.3 Sejarah Singkat Pemberitaan di Sumatera Utara Sebelum Berdirinya Stasiun TVRI Medan

Perkembangan Pers yang bertujuan sebagai Media pemberitaan di Sumatera Utara selalu bergerak kearah perkembangan sesuai dengan situasi nasional. Pers memberitakan segala kondisi yang terjadi di Sumatera Utara dan juga yang terjadi di luar Sumatera Utara. Pers menjadikan informasi menjadi hal yang mengglobal.

Untuk mendapatkan sejumlah keterangan yang terjadi di suatu tempat yang sangat jauh dari tempat, ataupun peristiwa yang sama sekali tidak kita tahu maka melalui Pers kejadian yang sebenarnya akan kita peroleh. Media akan menghantarkan peristiwa tersebut kehadapan kita.

Pekerjaan sebagai media informasi telah lama dilakukan oleh Pers di seluruh penjuru dunia, termasuk di Sumatera Utara, sebelum Stasiun TVRI Medan berdiri. Surat Kabar telah mengawali pekerjaan penyebaran informasi ini sejak penjajahan Belanda di Sumatera Utara.

Masa pendudukan Belanda di Sumatera Utara, media yang sangat berkembang adalah suarat kabar. Surat kabar pertama yang mengawali pemberitaan di Sumatera Timur dinamakan dengan Deli Courant. Perusahaan surat kabar Belanda ini menjadi bahan tiruan bagi penerbitan surat kabar untuk wilayah Sumatera Timur.

Surat Kabar Deli Courant, merupakan media yang sifatnya adalah sebagai kegiatan bisnis dan juga kegiatan perdagangan. Surat kabar menjadi bacaan kelompok-kelompok tertentu yang ekonominya tergolong maju. Masyarakat yang

membaca surat kabar ini adalah kelompok pengusaha yang mengerti bahasa Belanda, bukan semua kalangan masyarakat.

Kelompok nasionalis segera mempelajari bagaimana proses pembuatan berita dan juga menerbitkan surat kabar, maka pada babakan selanjutnya surat kabar yang bernuansa nasional segera lahir yang dinamakan dengan Surat Kabar Pewarta Deli. Surat kabar ini membuat berita yang ditujukan untuk kalangan nasional sebagai perlawanan terhadap surat kabar asing yang hanya memberikan berita hanya dari satu sudut yaitu kepentingan para pengusaha.

Akibat yang sering dialami oleh para wartawan dan kelompok penerbit lainnya adalah tekanan dari pihak kolonial, baik berupa penghentian terhadap surat kabar, memukul hancur mesin cetak yang mencetak surat kabar tersebut. Seperti yang dialami Pewarta Deli saat dipimpin oleh Mr. Iwa Kusuma sumantri yang dibuang ke Indonesia Timur akibat dari perlawanan yang dilakukan lewat surat kabar dengan Belanda.

Puncak dari penderitaan surat kabar terjadi saat penjajahan Jepang di Indonesia, ketika pasukannya menduduki Medan sejak tahun 1942. surat kabar tidak boleh terbit walaupun dalam bahasa atau dari kelompok manapun. Hal ini terjadi di awal penjajahannya.

Surat kabar yang terbit pada akhir penjajahan Jepang bernama Sumatera Sinbun, yang akhirnya menjadi Sumatera Baru, setelah dipegang oleh Indonesia pada akhir penjajahan Jepang di Indonesia. Awal kemerdekaan menjadikan satu langkah kebebasan baru kepada kelompok nasionalis untuk menerbitkan surat kabar.

Selain surat kabar, sistem pemberitaan lewat radio juga mulai dilakukan. Pemancar radio yang bebas dari deteksi Jepang dan penjajahan Belanda adalah Radio Rimba Raya, yang berada di hutan Aceh. radio ini sengaja didirikan di tengah hutan yang bertujuan menghilangkan jejak dari kekejaman masa penjajahan.

Peran yang paling besar dari pemancar radio Rimba Raya adalah berita Proklmasi dan berita kekalahan Jepang kepada Sekutu lewat bom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, pada tahun 1945. para kelompok penjajah mendapat sejumlah informasi dari siaran luar negeri yaitu Australia, dan diberitakan lagi lewat Radio Rimba Raya kepada masyarakat Sumatera Utara dan Aceh. Tentunya yang dapat menerima informasi ini adalah masyarakat yang memiliki pesawat radio.

Pada masa kemerdekaan, pers juga sempat mengalami gangguan kelancaran, lewat kedatangan sekutu kembali ke Sumatera Utara. Surat Kabar Waspada yang diterbitkan oleh Muhammad Said bersama istrinya Ani Idrus melakukan perlawanan terhadap surat kabar milik Belanda dengan bahasa Pers. Surat Kabar Waspada menjadi sasaran kemarahan dari pasukan Belanda (setelah serah terima kepada sekutu bulan Oktober 1946).

Kemarahan Belanda terhadap setiap surat kabar yang ada di wilayah Sumatera dapat dilihat dari beberapa tindakannya, yaitu dengan melakukan penghentian penerbitan surat kabar, penangkapan atau pembuangan terhadap mereka yang melawan pada pihak Belanda dan itu terjadi pada Mr. Iwa Kusuma Sumantri dari Surat Kabar Pewarta Deli dan tidak hanya sampai disitu saja tindakan yang dilakukan oleh Belanda. Tapi mereka juga melakukan

penghancuran dan perusakan terhadap kantor-kantor berita juga beserta isinya, seperti mesin-mesin cetak yang mencetak surat kabar tersebut dengan pandangan sepihak tanpa memperhatikan kesalahan yang dilakukan oleh Belanda sendiri. Surat kabar yang selalu dibredel oleh pasukan Belanda tidak mampu membuat Surat Kabar Waspada berhenti dan menyerah, dan bahkan Surat Kabar Waspada selalu maju tanpa mengenal kata berhenti dan menyerah terhadap setiap rintangan yang ada.

Pengalaman pahit itupun telah berlalu, setelah pengakuan kedaulatan. Maka peran-peran terhadap gejolak sosial yang datangnya dari dalam negara Indonesia sendiri seperti peristiwa pembubaran Negara Sumatera Timur, Pemberontakan Maluddin Simbolon dan GAM tahun 77, membuat Surat Kabar Waspada secara terbuka melakukan perlawanan lewat pemberitaan.

Dengan adanya tindakan seperti itu maka semakin membuat Surat Kabar Waspada menjadi lebih maju dan berkembang dengan cepat, sehingga secara lambat-laun dapat membuat masyarakat semakin mengurangi kebutuhannya akan penggunaan radio.

Salah satu contoh radionya adalah Radio Republik Indonesia, ada beberapa hal yang membuat masyarakat lebih banyak meminati surat kabar dari pada siaran radio sebagai sumber informasinya yaitu:

• Sinyal siaran radio susah didapatkan apabila berada di daerah-daerah,

• Masyarakat belum banyak yang memiliki pesawat radio karena harganya yang mahal dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya,

• Surat kabar isi beritanya bisa dibaca berulang kali dan lebih lengkap, dan

• Masyarakat lebih mudah mendapatkan surat kabar.

Media elektronik seperti radio semakin kalah dengan kehadiran Media Televisi sejak tahun 1970, walaupun radio lebih dulu hadir dibanding dengan televisi. Media televisi ini semakin membuat masyarakat lupa akan kehadiran radio sebagai salah satu media elekronik yang pernah ada dan radio juga tidak terlalu banyak memberikan kenangan terhadap para pendengarnya.

BAB IV

STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) MEDAN

Dalam perjalanannya media informasi selalu mengalami perkembangan, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sebab sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat luas. Buta informasi maka kita akan kehilangan segalanya dan tidak bisa mengikuti zaman sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Urutan dari pemberitaan bisa digolongkan unik dan menarik, yaitu mulai dari pemberitaan hanya dengan tulisan dan kadang bergambar yaitu surat kabar, sampai kepada radio yang hanya suara dan akhirnya sampai ke Televisi yang menyaksikan informasi secara life (Hidup).

Seiring dengan perkembangan medianya, maka masyarakat juga semakin mudah mendapatkan informasi. Kelompok masyarakat hanya tinggal menunggu dan duduk di kursi pada pagi hari maka surat kabar, suara radio dan siaran televisi yang terlihat hidup akan menjelaskan apa yang sedang terjadi di luar sana.

Perkembangan televisi juga terus meningkat dari satu siaran yaitu TVRI menjadi beberapa siaran yang ditambah oleh kelompok televisi swasta lainnya. Bahkan televisi sampai ke berbagai daerah yang tergolong pelosok seperti yang dilakukan Stasiun TVRI Medan sejak tahun 1970.

Dokumen terkait