• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Zurrivan Purnama : Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan), 2009.

MEDAN

PENGARUH PENEMPATAN POSISI (POSITIONING)

TERHADAP CITRA MEREK (BRAND IMAGE)

PADA CLEAR MEN SHAMPOO

(STUDI KASUS : MAHASISWA S-1 REGULER FAKULTAS EKONOMI USU MEDAN)

DRAFT SKRIPSI

OLEH

ZURRIVAN PURNAMA 040502159

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Zurrivan Purnama (2009), Pengaruh Penempatan Posisi terhadap Citra Merek Shampoo Clear Men pada Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan. Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. M.Si. Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si, Dosen Pembimbing. Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si, selaku Dosen Penguji I., Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II.

Unilever membesarkan Clear sebagai shampo antiketombe. Sejumlah strategi digunakan untuk memperluas pasarnya dan mengukuhkannya sebagai market leader di pasar shampoo Indonesia. Setelah kokoh menancapkan positioning (penempatan posisi) sebagai shampoo anti ketombe, Unilever kemudian fokus menggarap segmen pria. Pada tahun 2007 Unilever mengembangkan Clear dengan masuk ke kategori men’s grooming (perawatan pria) dengan meluncurkan Clear Men.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel penempatan posisi shampoo Clear Men terhadap citra merek pada mahasiswa S-1 Reguler FE-USU Medan. Derajat kepentingan (X1), kekhususan (X2), keunggulan (X3), pesan yang tersampaikan (X4), pelopor (X5), harga terjangkau (X6) dan citra (Y) merek adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Variabel penelitian menggunakan skala pengukuran Likert dengan jumlah populasi 2491 orang dan sampel 100 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yaitu mahasiswa laki-laki FE-USU Medan yang pernah menggunakan shampoo Clear Men.

Hasil pengolahan regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17, diperoleh persamaan regresi linear berganda untuk penelitian ini sebagai berikut:

Y = 0,143 +0.021X1+0.197X2+ 0.054X3 + 0.217X4 + 0.468X5 + 0.650X6, hasil penelitian dapat diketahui melalui persamaan bahwa variabel derajat kepentingan (X1), kekhususan (X2), keunggulan (X3), pesan yang dapat dikomunikasikan (X4), pelopor (X5), harga terjangkau (X6) secara simultan berpengaruh dan signifikan terhadap citra merek (Y) shampoo Clear Men pada Mahasiswa S-1 Reguler FE-USU Medan. Melalui Uji-t (Uji parsial) diketahui bahwa variabel kekhususan, pesan yang dapat dikomunikasikan, pelopor dan harga yang terjangkau berpengaruh signifikan terhadap citra merek shampoo Clear Men. Berdasarkan

koefisien determinan diketahui variabel penempatan posisi mempengaruhi citra merek shampoo Clear Men pada mahasiswa S-1 Reguler

sebesar 53,10%, sedangkan 46,90% sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Secara parsial variabel pesan yang dapat disampaikan (X4) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap citra merek shampo Clear Men dibandingkan dengan variabel lainnya dengan nilai sebesar 3.510.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla yang senantiasa

memberikan rahmat serta kesempatan bagi kita untuk terus menghirup udaraNya

sehingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan kuliah yang diakhiri dengan

penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penempatan Posisi terhadap Citra

Merek Shampoo Clear Men terhadap mahasiswa S-1 Reguler FE-USU Medan”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat beliau,

semoga kita terus dapat mengikuti sunnah beliau.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan,

untuk itu penulis dengan rendah hati akan menerima saran dan kritik yang

membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini pula dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin Fakultas Ekonomi

dengan banyaknya melakukan pembaharuan dan kemajuan diberbagai

bidang.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MS.i selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Sumatera Utara yang secara langsung

maupun tidak langsung telah banyak membimbing penulis sehingga lebih

(4)

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang secara langsung

maupun tidak langsung telah banyak membimbing penulis sehingga lebih

termotivasi dan disiplin dalam menjalankan kegiatan perkuliahan..

4. Ibu Prof. Dr. Rismayani SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam penulisan

skripsi ini.

5. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si, selaku dosen penguji I yang

telah banyak memberi saran dan masukan kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Drs. Arlina Nurbaity Lubis, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang

telah banyak memberi saran dan masukan kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

7. Terima kasih kepada PT. Unilever Indonesia, Tbk, yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian terkait citra merek shampoo Clear

Men..

8. Terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda

Asrizal dan Ibunda Cut Fitri Hasan yang selama ini telah banyak

memberikan semua kebutuhan penulis, baik kasih sayang, pendidikan,

materi, doa dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan. Hanya Allah

yang mampu membalas segala pemberian mereka. Terima kasih buat Papa

(5)

9. Terima kasih yang tak terhingga untuk Nadya Amanda Rizki yakni adinda

tercinta yang telah banyak membantu dan memberi dukungan kepada

penulis baik moril, doa, dan motivasi.

10.Para dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

yang telah bekerja membantu lancarnya proses belajar mengajar.

11.Terima kasih kepada Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si dan bagian

kemahasiswaan yang telah memberikan izin untuk meneliti di FE-USU

Medan.

12.Para sahabat penulis : M. Iqbal Harahap, Rahmat Mulyanoor, Sidqi Rama

Zella, Musdar Yunus Lubis, Rahmatyan Mustafa, Dedi Aja, Mizan

Ahmad, Saufi Iqbal, Juni, Nafis Qurthubi, Erwin, dan lain-lain.

13.Adik-adik seperjuangan di jalan Dakwah di BP2M FE USU : Hadi

Syahputra, Dedi Zebua, Ibay, Indra Atmaja, Ardiansyah, Hasan, Halim,

Hadi Prayitno, Togi, Hendra, Dedi Kurniawan, Dody dan lain-lain.

14.Terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Medan, Agustus 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

F. Metodologi Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional Variabel ... 9

2. Identifikasi Variabel ... 9

3. Definisi Operasional Vaiabel ... 9

4. Pengukuran Variabel ... 11

5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 11

6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 24

(7)

C. Merek ... 26

D. Asosiasi Merek ... 28

E. Citra Merek ... 32

BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 34

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 34

B. Prestasi dan Penghargaan ... 36

C. Clear Men sebagai Produk PT. ULI, Tbk ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Analisis Deskriptif ... 41

1. Deskriptif Responden ... 41

2. Deskriptif Variabel ... 43

C. Pembahasan... 52

1. Uji Asumsi Klasik ... 52

a. Pengujian Normalitas ... 52

b. Pengujian Heteroskedastisitas ... 55

c. Pengujian Multikolinearitas ... 58

2. Analisis Regresi Berganda ... 59

a. Determinasi (Goodness of Fit Test) ... 59

b. Uji F (Uji Serempak/Simultan) ... 60

c. Uji-t (parsial) ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Top Brand Award 2008 ... 2

Tabel 1.2 Defenisi Operasional Variabel ... 10

Tabel 1.3 Item-Total Statistics... 14

Tabel 1.4 Validitas Instrumen ... 15

Tabel 1.5 Reliabilitas Instrumen... 16

Tabel 1.6 Reliability Statistics... 17

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 42

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jurusan ... 42

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan stambuk ... 42

Tabel 4.4 Distribusi jawaban responden variabel derajat kepentingan ... 43

Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden variabel kekhususan ... 45

Tabel 4.6 Distribusi jawaban responden variabel keunggulan ... 46

Tabel 4.7 Distribusi jawaban responden pesan yang dapat disampaikan ... 47

Tabel 4.8 Distribusi jawaban responden variabel pelopor ... 49

Tabel 4.9 Distribusi jawaban responden variabel harga terjangkau ... 50

Tabel 4.10 Distribusi jawaban responden variabel citra merek ... 50

Tabel 4.11 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 55

Tabel 4.12 Coefficients ... 58

Tabel 4.13 Collinearity Diagnostic ... 59

Tabel 4.14 Determinasi (Goodness of Fit Test) ... 59

Tabel 4.15 ANOVA ... 61

Tabel 4.16 Realibility Statistic ... 62

Tabel 4.17 Coefficients ... 64

Tabel 4.18 Perbandingan Nilai t hitung dengan t tabel ... 64

(9)

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 6

Gambar 3.1 Varian Produk Clear ... 38

Gambar 4.1 Histogram ... 53

Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regression ... 54

Gambar 4.3 Scatterplot ... 57

(10)

Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Penelitian Lampiran 2 : Data Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3 : Uji Reliabilitas I dan Reliabilitas II Lampiran 4 : Jawaban Responden

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan pasar yang semakin rumit dan kompetitif, menjadikan merek

semakin tidak bisa diabaikan dan sangat penting dalam strategi pemasaran. Merek

yang baik pada dasarnya memberikan nilai tambah bagi suatu produk yang

berakibat turut meningkatkan penjualan.

Merek akan menjadi aset manakala memiliki keunggulan diferensiasi yang

berkesinambungan. Seperti halnya aset-aset lain, merek akan terdepresiasi tanpa

investasi lebih lanjut. Apabila pihak manajemen tidak berinvestasi ulang untuk

meningkatkan kualitas, layanan, dan citra merek, maka merek bersangkutan akan

berkurang kekuatannya atau bahkan punah. Oleh karena itu, banyak perusahaan

akan mengeluarkan biaya untuk memperoleh merek yang baik dan menarik bagi

produknya.

PT. Unilever Indonesia, Tbk sebagai perusahaan penyedia consummer

goods yang mempunyai peranan penting di Indonesia melalui produk shampoonya

Sunsilk, Lifebouy dan Clear, menjadi sangat peduli dengan keberadaan merek

shampoonya. Salah satu yang menjadi kunci sukses dan kekuatan dari produk

Unilever adalah memiliki merek yang kuat melekat di benak pelanggan maupun

konsumen.

Clear dan Sunsilk berhasil meraih Top Brand Award 2008 untuk kategori

(12)

Award 2008 diberikan kepada merek-merek yang menjadi pilihan utama

masyarakat dan pelanggan. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Top brand Award 2008

Kategori Shampoo

Merek Top Brand Indeks

Sunsilk 25,4 %

Clear 25,3 %

Pantene 15,4 %

Sumber : Majalah Marketing, edisi khusus (2008)

Penghargaan terhadap merek dari PT. Unilever Indonesia, Tbk ini menjadi

bukti bahwa produk shampoo PT. Unilever Indonesia, Tbk masih menjadi Top

Mind Share, Commitment Share, serta Market Share pilihan utama masyarakat

sebagai solusi kebutuhan untuk perawatan tubuh. Penghargaan ini menunjukkan

kekuatan merek-merek PT. Unilever Indonesia, Tbk yang diwujudkan dalam hal

perilaku aktual pembelian konsumen.

Konsep penempatan posisi semakin berkembang peranannya dalam

strategi bisnis. Sebelumnya pemasar menyakini bahwa persaingan dalam merebut

pelanggan hanya terjadi setelah produk diluncurkan ke pasar. Ternyata, saat ini

persaingan telah dimulai, bahkan sebelum produk tersebut muncul ke pasaran.

Munculnya persaingan dalam merebut benak pelanggan, menjadikan konsep

tentang penempatan posisi sebagai hal yang sangat penting. Strategi positioning

yang berkenaan dengan penempatan posisi produk di benak konsumen, telah

diimplementasikan oleh banyak perusahaan besar yang produknya sukses di

pasaran.

Memasuki awal abad ke-21, produsen maupun konsumen dihadapkan

pada fenomena bisnis, yaitu ledakan produk dan ledakan informasi (Al Ries dan

(13)

dalam menetapkan strategi bisnisnya. Hal ini disebabkan setiap tahunnya jutaan

produk baru diciptakan dengan berbagai kategori produk dan merek. Sehingga,

dalam satu kategori produk saja, terdapat beberapa pesaing yang menawarkan

produk yang identik dengan tujuan merebut pangsa pasar di kategori tersebut. Hal

tersebut menyebabkan perusahaan harus mampu berlomba mendapatkan perhatian

dari konsumen dengan cara menempatkan mereknya di bagian pasar dimana

merek tersebut akan mendapatkan sambutan positif dibanding produk-produk

saingan.

Di sisi lain, ledakan informasi menyebabkan konsumen harus menentukan

pilihannya satu diantara ribuan merek yang ditawarkan melalui beragam iklan dan

media promosi lain setiap harinya. Banyaknya merek dan produk yang ada di

pasaran, membuat berbagai tawaran informasi menyerang benak pembeli. Oleh

karena itu, dari banyaknya produk di pasaran, hanya produk yang unik dan

berharga serta dikemas melalui tema iklan yang menarik, yang dapat mencuri

perhatian pelanggan dan pikiran pelanggan. Hal tersebut menjadikan konsep

penempatan posisi sebagai strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan

bisnis.

Dalam 10 tahun terakhir, Unilever membesarkan Clear sebagai shampo

antiketombe. Sejumlah strategi digunakan untuk memperluas pasarnya dan

mengukuhkannya sebagai market leader di pasar shampoo Indonesia. Setelah

kokoh menancapkan positioning (penempatan posisi) sebagai shampoo anti

ketombe, Unilever kemudian fokus menggarap segmen anak muda melalui

(14)

strategi brand extension ke kategori hair styling, dan pada tahun 2007 Clear

masuk ke kategori men’s grooming (perawatan pria). (Majalah Mix, 2008:46).

Pada tahun 2007, Clear meluncurkan inovasi terbaru shampoo Clear Men

yang khusus diciptakan untuk perawatan rambut pria. Berdasarkan riset Clear

Technology Center di Perancis, kulit pria berbeda dengan wanita dan cenderung

mudah rontok. Dengan adanya penemuan ini, Clear Technology Center

mengembangkan shampoo dengan formulasi khusus bagi pria untuk mengatasi

masalah rambut pria. Selain itu, salah satu hal yang juga melatarbelakangi Clear

mengeluarkan Clear Men Shampoo adalah karena adanya perkembangan yang

menunjukkan pria mulai menyadari pentinganya perawatan tubuh.

Inovasi yang dimunculkan Clear, dapat dinyatakan inovatif karena selama

ini belum ada produsen shampoo yang masuk ke segmen rambut khusus pria. Hal

ini disebabkan belum berkembangnya segmen pria dan ada persepsi pria tidak

perduli akan perawatan rambut. Shampoo Clear Men memposisikan dirinya

sebagai shampoo perawatan rambut khusus pria, menampilkan iklan yang

maskulin dengan menghadirkan pria sebagai ikon agar mampu menarik perhatian

kosumen pria.

Strategi penempatan posisi yang telah ditetapkan shampoo Clear Men,

diharapkan mampu menciptakan image yang kuat di benak pelanggan mengenai

shampoo Clear Men sebagai shampoo khusus pria. Oleh karena itu, peneliti

menilai perlu adanya suatu penelitian yang mencoba mengukur sejauh mana

(15)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dirumuskan

masalah sebagai berikut: sejauh mana pengaruh penempatan posisi

(positioning) terhadap citra merek (brand image) dari Shampoo Clear Men

pada Mahasiswa S-1 Reguler FE-USU Medan?.

C. Kerangka Konseptual

Menurut Hermawan (2005:62), sebuah penempatan posisi pada hakikatnya

merupakan sebuah janji yang dibuat perusahaan kepada pelanggannya. Janji ini

harus ditepati. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi janjinya merupakan

bagian yang vital dari strategi. Karena alasan inilah, penempatan posisi yang

tepat merupakan hal yang krusial bagi keberhasilan akhir produk, merek, dan

perusahan anda.

Hermawan menekankan bahwa penempatan posisi yang didukung oleh

diferensiasi yang kokoh akan menghasilkan brand integrity yang kuat. Brand

integrity yang kuat ini pada gilirannya akan menghasilkan brand image yang kuat.

Dan pada akhirnya, brand image yang kuat akan memperkuat penempatan posisi

yang telah ditentukan sebelumnya (2005:33).

Menurut Craven dalam Hasan (2008:203) bahwa ada sepuluh pendekatan

yang dapat digunakan untuk melakukan penempatan posisi, salah satunya

attribute positioning concept, yaitu pendekatan penempatan posisi yang

menonjolkan satu atau beberapa attribute, features, customer benefits yang

(16)

Pemilihan atribut yang digunakan sebagai basis penempatan posisi

didasarkan pada :

1.Derajat kepentingan (Importance)

2.Kekhususan (Distinctiveness)

3.Keunggulan (Superioritas)

4.Dapat dikomunikasikan (Communicability)

5.Pelopor (Preemptive)

6.Harga yang terjangkau (Affordability)

7.Kemampulabaan (Profitability)

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara

sistematis sebagai berikut:

Penempatan Posisi (X)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Craven, David. W (1991) dalam Hasan (2008), diolah

Citra Merek Derajat Kepentingan

Clear Anti-Dandruff Kekhususan

Keunggulan

Pesan yang dapat dikomunikasikan

Pelopor

(17)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual penelitian, dihipotesiskan sebagai

berikut: penempatan posisi (positioning) shampoo Clear Men yang terdiri dari:

derajat kepentingan, kekhususan, keunggulan, pesan yang dapat dikomunikasikan,

pelopor, harga yang terjangkau berpengaruh terhadap citra merek (brand image)

di Fakultas Ekonomi USU Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penempatan posisi shampoo Clear Men yang terdiri dari derajat kepentingan

(importance), kekhususan (distinctiveness), keunggulan (superioritas), pesan yang

dapat dikomunikasikan (communicability), pelopor (preemptive) dan harga yang

terjangkau (affordability) berpengaruh terhadap citra merek (brand image), studi

kasus: mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang diharapkan

berguna bagi penulis, perusahaan yang bersangkutan, juga bagi peneliti lain.

Adapun manfaat yang diharapkan adalah :

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan buat PT.

Unilever Indonesia, Tbk dalam mengambil keputusan dan kebijakan di

masa yang akan datang terhadap strategi penempatan posisi dalam

(18)

b. Bagi Fakultas Ekonomi, terutama Departemen Manajemen

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas penelitian di

Fakultas Ekonomi USU Medan.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk

menerapkan teori-teori dan literatur yang penulis peroleh di bangku

perkuliahan, dan mencoba membandingkannya dengan praktek yang ada

di lapangan. Dengan demikian akan menambah pemahaman penulis

dalam ilmu manajemen khususnya di bidang strategi pemasaran dan

merek.

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi

dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama

(19)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Penelitian ini dibatasi pada variabel pengaruh strategi penempatan posisi

yang dilakukan oleh PT. UNILEVER terhadap citra merek shampoo Clear Men.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (X); yang terdiri dari:

1. Derajat kepentingan (Importance) (X1).

2. Kekhususan (Distinctiveness) (X2).

3. Keunggulan (Superioritas) (X3).

4. Pesan yang dapat dikomunikasikan (Communicability) (X4).

5. Pelopor (Preemptive) (X5).

6. Harga yang terjangkau (Affordability) (X6).

b. Variabel terikat

Variabel terikat yaitu citra merek (Y).

2. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) yaitu penempatan

posisi yang terdiri dari derajat kepentingan (X1), kekhususan (X2), keunggulan

(X3), Pesan yang dapat dikomunikasikan (X4), pelopor (X5), dan harga yang

terjangkau (X6) , serta variabel terikat (Y) yaitu citra merek.

3. Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah penempatan posisi (X),

(20)

Tabel 1.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Pengukuran

Derajat kepentingan (X1)

yaitu: atribut tersebut sangat bernilai di mata sebagian besar pelanggan.

a. Mengurangi masalah rambut berminyak/ kelebihan minyak di kulit kepala anda.

b. Mengatasi masalah ketombe. c. Membantu mengurangi rambut

rontok.

d. Shampoo yang khusus diciptakan untuk perawatan rambut pria.

Skala Likert

Kekhususan (X2) yaitu: atribut tersebut memiliki kekhususan atau perbedaan yang tidak ditawarkan perusahaan lain. Bisa pula atribut itu dikemas secara lebih jelas oleh perusahaan dibandingkan oleh pesaing.

a. Salah satu shampoo yang mampu mengatasi masalah ketombe pada rambut pria. b. Salah satu shampoo yang

mampu mencegah ketombe datang kembali.

c. Salah satu shampoo yang mampu mengurangi rambut rontok pada pria.

Skala Likert

Keunggulan (X3) yaitu: atribut tersebut lebih unggul daripada cara-cara lain untuk mendapatkan manfaat yang sama. Bias pula atribut tersebut memiliki keunggulan dibanding pesaing.

a. Lebih mudah mengatasi ketombe daripada shampoo merek lain.

b. Lebih mudah mengatasi rambut rontok daripada shampoo merek lain.

c. Harganya relative lebih murah daripada shampoo merek lain .

Skala Likert

Pesan yang dapat dikomunikasikan (X4)

yaitu: atribut tersebut dapat dikomunikasikan secara sederhana dan jelas, sehingga pelanggan dapat memahaminya.

a. Kulit kepala pria berbeda dengan kulit kepala wanita. b. Kulit kepala pria lebih mudah

berketombe.

c. Rambut pria lebih mudah rontok.

d. Pria membutuhkan shampoo yang khusus untuk jenis kulit kepala pria.

Skala Likert

Pelopor (X5)

yaitu: atribut tersebut merupakan pelopor dan tidak mudah ditiru oleh para pesaing.

a. Satu-satunya shampoo khusus perawatan rambut pria. b. Pelopor untuk shampoo khusus

pria.

Skala Likert

Harga yang terjangkau (X6)

yaitu: pelanggan sasaran akan mampu dan bersedia membayar perbedaan/keunikan tersebut. Setiap tambahan biaya atas karakteristik khusus dipandang sepadan nilai tambahnya.

a. Harga shampoo Clear Men relatif murah.

b. Harga shampoo Clear Men bersaing dengan shampoo merek lain.

Skala Likert

Citra merek (Y) yaitu: serangkaian kepercayaan yang konsumen pegang atas masing-masing atribut yang istimewa dari suatu merek.

a. Shampoo untuk pria yang aktif dan ingin berpenampilan rapi. b. Shampoo yang diformulasikan

khusus untuk pria.

c. Shampoo yang cocok untuk pria.

(21)

4. Pengukuran Variabel

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu variabel derajat

kepentingan, kekhususan, keunggulan, pesan yang dapat dikomunikasikan,

pelopor dan harga yang terjangkau terhadap citra merek shampoo Clear Men.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert sebagai alat untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang

akan diuji, misalnya pada setiap jawaban akan diberikan skor. (Sugiyono,

2005:86). Dengan pembagiannya, misalnya:

1) Sangat Setuju Sekali (SSS) : diberi skor 5

2) Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

3) Setuju (S) : diberi skor 3

4) Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

5) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Pada penelitian ini responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah

kategori jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor

tertentu (5,4,3,2,1). Setiap responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total

skor. Total inilah yang ditafsirkan sebagai posisi responden dalam Skala Likert.

5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Perencanaan yang matang mutlak diperlukan untuk mendapatkan kualitas

hasil penelitian yang baik, rangkaian penelitian yang dilakukan harus baik, serta

(22)

harus dalam kondisi baik. Oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan

realibilitas.

Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan instrumen

dapat menjawab tujuan penelitian. Realibel artinya konsisten atau stabil. Agar

data yang diperoleh valid dan realibel maka dilakukan uji realibilitas

a. Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan

kriteria sebagai berikut:

a.) Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pernyataan tersebut valid.

b.) Jika r hitung negatif dan r r hitung < r tabel maka butir pernyataan tersebut tidak

valid.

c.) r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation dengan

menggunakan teknik alpha dalam SPSS 17.0.

Daftar Pertanyaan terdiri dari 21 pernyataan yang menyangkut variabel

penempatan posisi sebagai variabel bebas dan citra merek sebagai variabel terikat.

Pengujian validitas alat penelitian ini ditujukan kepada 30 responden di luar

sampel penelitian dengan R tabel untuk sampel 30 orang sebesar 0,361 dan

tingkat signifikansi 5%.

Pengujian tahap pertama terdapat 3 pernyataan tidak valid yaitu

pernyataan ke-9 yang berkaitan dengan keunggulan (X3), pertanyaan ke-15 yang

berkaitan dengan pelopor (X5) dan pertanyaan ke-17 yang berkaitan dengan harga

yang terjangkau (X6), kemudian ketiga pernyataan tersebut dikeluarkan dan

(23)

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji validitas sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi secara operasional untuk konsep yang diukur.

2. Melakukan uji coba pengukuran pada sejumlah responden.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

Interpretasi dari tabel 1.3 item total statistic, yaitu:

1. Scale mean if item deleted menjelaskan nilai rata-rata total jika variabel

tersebut dihapus, misalnya jika pernyataan (item) 1 dihapus maka rata-rata

variabel sebesar 57,47, jika pernyataan (item) 2 dihapus maka rata-rata

variabel bernilai 57,33, dan seterusnya.

2. Scale Variance if Item Deleted menerangkan besarnya variance total jka

variabel (butir) tersebut dihapuskan. Misalnya variabel (butir) item 1 dihapus

maka besarnya variance adalah sebesar 95,884, sedangkan jika variabel

(butir) item 2 dihapus adalah 91,333, dan seterusnya.

3. Correted Item-Total Correlation merupakan korelasi antar skor item dengan

skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas alat penelitian.

Nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation merupakan nilai r hitung

yang akan dibandingkan dengan r tabel untuk mengetahui validitas pada setiap

butir pernyataan. Jumlah kasus adalah 30, nilai r tabel dengan tingkat

(24)
(25)

Tabel 1.4 Validitas Instrumen

Corrected Item-Total

Correlation r-Tabel VALIDITAS

P1 .454 .361 VALID

Tabel 1.4 menunjukkan data validitas dari alat ukur penelitian dimana dari

18 pernyataan yang berkaitan dengan penempatan posisi dan citra merek memiliki

nilai r hitung pada kolom corrected item-total correlation lebih besar dari r table yang

(26)

b. Uji Realibilitas

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan

ktiteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha positif dan lebih besar dari r table maka realibel.

b. Jika r alpha negatif atau r alpha lebih kecil dari r table maka tidak realibel.

Tabel 1.5 Realibilitas Instrumen

Cronbach'Alpha

if Item Deleted Ghozali Kuncoro Reliabilitas

(27)

Tabel 1.6 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.915 18

Sumber : Hasil penelitian, 2009 (data diolah)

Ketentuan untuk pengambilan keputusan:

a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005), atau nilai Cronbach Alpha >

0,80 (Kuncoro, 2003), maka pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.

b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 (Ghozali, 2005), atau nilai Cronbach Alpha <

0,80 (Kuncoro,2003), maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Interpretasi Tabel 1.5 adalah sebagai berikut:

1. Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah

realibilitas kuesioner tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka realibel.

Jika ralpha negative dan lebih kecil dari rtabel maka tidak reliabel.

2. ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka kuesioner tersebut reliabel

sehingga dapat diteliti.

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi USU Medan, Jalan Prof.

T.M. Hanafiah , yang dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2009.

7. Populasi dan Sampel

a. Populasi.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

(28)

Tahun ajaran 2004-2008 yang berjumlah 2491 orang pengguna

shampoo Clear Men.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode judgement

sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan penilaian terhadap

beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan

maksud penelitian (Kuncoro, 2003:111), dengan kriteria bahwa

responden yang dijadikan sampel penelitian adalah mahasiswa berjenis

kelamin laki-laki dan pernah menggunakan shampoo Clear Men.

Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi, penulis menggunakan

metode Slovin (Umar, 2004:78), yaitu teknik pengambilan sampel

dimana peneliti menentukan sampel dari populasi dengan rumus:

n = N / (1+Ne2), keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang

masih dapat ditolerir.

Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel dapat ditentukan dengan

cara :

n = 2491 / (1 + 2491 x 0.12)

n = 96,14 dibulatkan menjadi 100 orang.

8. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni :

(29)

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh

dengan memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) dan melakukan

wawancara (interview).

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen

dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah,

informasi dari perusahaan ataupun internet untuk mendukung

penelitian ini.

9. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara (Interview)

Melalukan wawancara langsung kepada sampel yang dijadikan

responden.

b. Daftar pertanyaan (Questionnaire)

Memberikan daftar pertanyaan kepada sampel yang dijadikan

respoden, yaitu mahasiswa FE-USU Medan.

c. Studi dokumentasi

Mengumpulkan dan mempelajari informasi yang bersumber dari jurnal

dan artikel.

10. Metode Analisis Data

a. Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah kegiatan menyimpulkan data mentah

dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan.

(30)

relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk

analisis untuk menjadikan data mudah dikelola. Pengaturan,

pengurutan, atau manipulasi data bisa memberikan informasi deskriptif

yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam definisi masalah.

Semua bentuk analisis tersebut mencoba untuk menggambarkan

pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan

ditafsirkan secara singkat dan penuh makna (Kuncoro, 2003:172).

b. Metode analisis regresi berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengadakan prediksi nilai

dari variabel terikat yaitu citra merek (Y) dengan ikut

memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas penempatan posisi yang

terdiri dari derajat kepentingan (X1), kekhususan (X2), keunggulan

(X3), pesan yang dapat dikomunikasikan (X4), pelopor (X5) dan harga

yang terjangkau (X6), sehingga dapat diketahui pengaruh positif atau

negatif penempatan posisi terhadap citra merek shampoo Clear Men.

Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan

bantuan aplikasi software SPSS (Statistic Product and Service

Solution) 17.0 for Windows. Adapun model persamaan yang

digunakan adalah menurut Sugiyono (2005: 211), dimana:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Dimana :

Y = Citra Merek

a = konstanta

(31)

X1 = Derajat kepentingan

X2 = Kekhususan

X3 = Keunggulan

X4 = Pesan yang dapat dikomunikasikan

X5 = Pelopor

X6 = Harga terjangkau

e = term of error

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila

nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah dimana H0

ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah dimana H0 diterima. Dalam analisis regresi ada 3

jenis kriteria ketepatan, yaitu :

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji – F)

Uji–F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh positif dan

signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 : b1, b2, b3, b4, b5, b6 = 0, artinya secara bersama-sama tidak

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas

(X1, X2, X3, X4, X5, X6) yaitu berupa variabel derajat kepentingan,

kekhususan, keunggulan, pesan yang dapat dikomunikasikan,

pelopor, harga yang terjangkau berpengaruh terhadap citra merek

shampoo Clear Men, yaitu variabel terikat (Y).

Ha : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat

(32)

X4, X5, X6) yaitu berupa variabel derajat kepentingan, kekhususan,

keunggulan, pesan yang dapat dikomunikasikan, pelopor, harga yang

terjangkau berpengaruh terhadap citra merek shampoo Clear Men,

yaitu variabel terikat (Y). Kriteria Pengambilan Keputusan :

H0 diterima jika F hitung < F tabel pada = 5 %

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada = 5 %

2. Uji Signifikan Individual (Uji – t)

Uji–t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara

individual terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6)

yaitu berupa variabel derajat kepentingan, kekhususan, keunggulan,

pesan yang dapat dikomunikasikan, pelopor, harga yang terjangkau

berpengaruh terhadap citra merek shampoo Clear Men, yaitu variabel

terikat (Y).

Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6) yaitu berupa

variabel derajat kepentingan, kekhususan, keunggulan, pesan yang

dapat dikomunikasikan, pelopor, harga yang terjangkau berpengaruh

terhadap citra merek shampoo Clear Men, yaitu variabel terikat (Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada = 5 %

(33)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2

semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa

pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6) adalah besar

terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang

diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin

mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh

variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6) terhadap variabel terikat (Y)

semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk

menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel

(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Baros (2008), dengan judul “Analisis pengaruh atribut produk terhadap

pembentukan citra merek (brand image) di PT. KISS FM Medan), penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar atribut produk yang terdiri dari

kemasan acara yang ditawarkan, koleksi lagu, kualitas pemberitaan, request time,

dan kualitas penyiar mempengaruhi pembentukan citra merek PT. KISS FM

Medan. Hasil penelitian menunjukkan kelima atribut berpengaruh signifikan

terhadap terbentuknya citra merek (brand image) dan variabel yang berpengaruh

paling dominan dalam terbentuknya citra merek adalah kualitas penyiar.

Banaim (2007), dengan judul “Pengaruh Iklan Televisi terhadap

Pembentukan Brand Image Coca Cola pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip

UISU”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan TV terhadap

pembentukan brand image Coca-Cola pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

UISU. Hasil penelitian dan pembahasan menggunakan analisis deskriptif dan

model regresi linear sederhana. Hasil Penelitian menunjukkan Iklan TV memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan citra merek Coca Cola

pada mahasiswa ilmu komunikasi Fisip UISU, dengan nilai koefisien determinan

(R2) sebesar 0.660 artinya variabel iklan TV mampu memberikan penjelasan

variabel brand image sebesar 66,0% dan sisanya sebesar 34,0% dijelaskan oleh

(35)

B. Penempatan posisi

Konsep penempatan posisi : as a perceived high quality (kualitas yang

dipersepsikan melebihi harapan konsumen lebih tinggi). Gain dalam Hasan

(2008:200) menjelaskan bahwa penempatan posisi merupakan penempatan

sebuah merek di bagian pasar dimana merek tersebut mendapatkan sambutan

positif dibanding produk-produk saingan. Dengan demikian, istilah penempatan

posisi (positioning) dapat dimaknai:

1. Pernyataan tentang apa arti produk, dan bagaimana pelanggan dapat

mengevaluasinya.

2. Upaya menempatkan produk atau merek di pasar tertentu ke dalam persepsi

pembeli.

3. Usaha mencitrakan merek di pasar tertentu,dengan cara membangun persepsi

konsumen tentang keunikan atribut produk yang ditawarkan melalui program

komunikasi dan marketing mix lainnya.

4. Upaya untuk memperjelas bahwa produk tampak lebih unggul dari

merek-merek saingannya dan membuat produk lebih menarik bagi pembeli dengan

melakukan perubahan penting pada barang itu sendiri, misalnya desain,

bungkus, harga, merek, dan komunikasi pemasarannya.

Penempatan posisi dapat didefinisikan sebagai cara merancang penawaran

dan citra perusahaan sehingga menempati tempat khusus dan dihargai di benak

pelanggannya (Kotler, 2001:403). Hampir sama dengan kotler, Al Ries dan Jack

Trout (2002:3) mengatakan penempatan posisi adalah sesuatu yang anda lakukan

terhadap pikiran calon konsumen, yakni menempatkan produk itu pada pikiran

(36)

upaya menancapkan produk dan merek kita yang kokoh dan kuat di pikiran

pelanggan.

Selanjutnya, Hermawan menekankan bahwa penempatan posisi yang

didukung oleh diferensiasi yang kokoh akan menghasilkan brand integrity yang

kuat. Brand integrity yang kuat ini pada gilirannya akan menghasilkan brand

image yang kuat. Dan pada akhirnya, brand image yang kuat akan memperkuat

penempatan posisi yang telah ditentukan sebelumnya (2005:33).

C. Merek

Menurut UU merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah

“tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan

warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda

dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Definisi ini

memiliki kesamaan dengan definisi versi American Marketing Association yang

menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiator. Berdasarkan

kedua definisi ini, secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo

atau symbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah

merek (Tjiptono, 2005:2).

Menurut Keller dalam Tjiptono (2005:19) merek adalah produk yang

mampu memberikan dimensi tambahan yang secara unik membedakannya dari

produk-produk lain yang dirancang unutk memuaskan kebutuhan serupa. Merek

mencerminkan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan

kinerja produk, nama merek dan maknanya, dan perusahaan yang diasosiasikan

(37)

Lamb (2001:423) mengungkapkan bahwa ciri-ciri dari merek yang efektif,

yaitu:

1. Mudah untuk diucapkan

2. Mudah untuk dikenali

3. Mudah untuk diingat

4. Pendek/ singkat

5. Berbeda/ unik

6. Menggambarkan produk

7. menggambarkan penggunaan dari produk

8. Menggambarkan manfaat dari produk

9. Mempunyai konotasi yang positif

10. Memperkuat citra produk yang diinginkan

Whitwell dalam Tjiptono (2005:22) menerangkan pemahaman tentang

peran strategik merek tidak bisa dipisahkan dari tipe-tipe utama merek, karena

masing-masing tipe memiliki citra merek yang berbeda, yaitu:

1. Atribut brands

Atirbut brands yaitu merek yang memiliki citra yang mampu

mengkomunikasikan kenyakinan/ kepercayaan terhadap atribut fungsional

produk. Kerapkali sangat sukar bagi konsumen unutk memilki kualitas dan fitur

secara obyektif, sehingga mereka cenderung memilih merek yang dipersepsikan

sesuai dengan kualitasnya.

2. Aspirational brands

Merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli.

(38)

menggunakannya. Dalam hal ini, pengakuan sosial dan identitas jauh lebih

penting daripada sekedar nilai fungsional produk.

3. Experience brands

Merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama

(shared associations and emotions). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar

aspirasi. Kesuksesan sebuah experience brands ditentukan oleh kemampuan

merek dalam mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal.

D. Asosiasi Merek

Durianto, dkk (2004:69) asosiasi merek merupakan segala kesan yang

muncul di benak konsumen yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu

merek. Kesan-kesan yang terkait dengan merek akan semakin banyak melalui

pengalaman konsumen dengan mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin

banyaknya penampakan tersebut dalam strategi komunikasinya, ditambah lagi jika

kaitan tersebut didukung oleh suatu jaringan yang bagus. Suatu merek yang telah

mapan akan memiliki posisi yang menonjol dalam persaingan bila didukung oleh

berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang berhubungan akan

menimbulkan suatu rangkaian yang disebut dengan brand image. Semakin banyak

asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh

merek tersebut.

Tjiptono (2005:40) Brand Association adalah sebagal sesuatu yang terkait

dengan ingatan mengenai sebuah merek. Brand Association berkaitan erat dengan

Brand Image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan

(39)

semakin kuat dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan

merek spesifik. Sedangkan menurut Aaker dalam Simamora (2003:30), asosiasi

merek adalah sekumpulan entitas yang dapat dihubungkan dengan suatu merek.

Aaker dalam Rangkuti (2002:43) asosiasi merek adalah segala hal yang

berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis namun

juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih

kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi merek yang diingat konsumen dapat

dirangkai sehingga membentuk citra merek dalam benak konsumen.

a) Fungsi Asosiasi Merek

Asosiasi merek menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian

dan loyalitasnya pada suatu merek. Dalam prakteknya, didapati banyak sekali

kemungkinan asosiasi dan variasi dari asosiasi merek yang dapat memberikan

nilai bagi suatu merek, dipandang dari suatu sisi perusahaan maupun dari sisi

konsumen berbagai fungsi asosiasi merek, yaitu:

1. Membantu proses penyusunan informasi (Help Process)

Membantu dalam proses penyusunan informasi konsumen dalam

mengidentifikasikan produk.

2. Membedakan (Differentiate)

Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi usaha

pembedaan suatu merek dari merek lain.

(40)

Asosiasi merek membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi

konsumen yang dapat menjadi alasan khusus bagi konsumen untuk membeli

dan menggunakan suatu merek.

4. Perasaan positif (Create positive attitude)

Beberapa asosiasi mampu merangsang perasaan positif terhadap suatu merek.

Asosiasi merek dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman

konsumen.

5. Landasan untuk perluasan (Basis for extention)

Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan

menciptakan rasa kesesuaian antara merek dengan suatu produk atau dengan

menghadirkan alasan untuk membeli perluasan merek.

b) Acuan Asosiasi Merek

Menurut Durianto, dkk (2004:71), asosiasi-Asosiasi yang terkait dengan suatu

merek mengacu pada berbagai hal yaitu:

1) Atribut Produk (Product Attribute)

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi

posisi produk yang sering digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam ini

efektif karena atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung

diterjemahkan dalam alasan pemebelian suatu merek.

2) Atribut tak berwujud (Intangibles attribute)

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi

kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan

serangkaian atribut yang objektif.

(41)

Sebagian besar memberikan manfaat bagi konsumen maka terdapat hubungan

antara keduanya. Manfaat bagi konsumen yaitu manfaat rasional yang

berkaitan erat dengan atribut produk yang dapat menjadi bagian dari proses

pengambilan keputusan yang rasional, dan manfaat psikologis yang berkaitan

erat dengan perasaan yang timbul karena membeli atau menggunakan merek.

4) Harga relative (Relative price)

Evaluasi terhadap suatu merek di bagian kelas produk akan diawali dengan

penentuan posisi suatu merek dalam tingkat harga tertentu.

5) Penggunaan (Application)

Pendekatan ini adalah mengasosiasikan suatu merek dengan penggunaan

tertentu.

6) Konsumen (Customer)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan suatu merek dengan suatu tipe

konsumen dari produk tertentu.

7) Orang terkenal (Celebrity)

Menghubungkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat

mentransfer asosiasi yang kuat yang dimiliki artis yang terkenal.

8) Gaya hidup (Life Style)

Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi

para pelanggan suatu merek.

9) Kelas Produk (Produk Class)

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya akan mencerminkan

posisi produk.

(42)

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau mengungguli pesaing.

11)Negara (Country)

Sebuah negara dapat menjadi symbol yang kuat asalkan memiliki hubungan

yang erat dengan produk, bahan dan kemampuan.

E. Citra Merek

Brand Image dapat diartikan “the set of beliefs consumers hold about a

particular brand” (Kotler, 1997:770). Maksudnya citra merek adalah serangkaian

kepercayaan yang konsumen pegang atas masing-masing atribut yang istimewa

dari merek. Konsumen mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan merek

mengenai dimana posisi setiap merek menurut masing-masing atribut.

Kepercayaan merek membentuk citra merek atau brand image. Setiap konsumen

memiliki kesan tertentu terhadap suatu merek. Kesan dapat timbul setelah

konsumen melihat, mendengar membaca atau merasakan sendiri merek atau

produk, baik melaui TV, radio, maupun media cetak. Brand image adalah persepsi

konsumen terhadap suatu merek yang digambarkan melalui asosiasi merek yang

ada dalam ingatan konsumen.

Citra merek adalah total merek total persepsi terhadap suatu objek, yang

dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra

merek dibangun berdasarkan kesan. Pemikiran ataupun pengalaman yang dialami

seseorang terhadap suatu merek yang pada akhirnya akan membentuk sikap

terhadap suatu merek yang bersangkutan. Pada umumnya citra merek diciptakan

di kategori-kategori produk dimana kualitas produk sulit dievaluasi dan dimana

(43)

Selanjutnya, Setiadi menjelaskan bahwa image/citra adalah realitas. Oleh karena

itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan

menang (2003:182). Menurut Kotler dalam (Simamora, 2003:37), syarat merek

yang kuat adalah brand image. Namun ia mempertajam citra merek itu sebagai

posisi merek (brand position), yaitu: citra merek yang jelas berbeda unggul secara

(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Unilever Indonesia, Tbk didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai

Zeepfabrieken N.V Lever dengan akta N0. 33 yang dibuat oleh Tn. A. H. van

Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van

Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933 dan

diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan

N0.3.

Dengan akta No. 171 yanng dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi

tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia.

Dengan akta No. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S. H. tertanggal

30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk. Akta

ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No.

C2-1.049HT.01.049HT.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita

Negara No. 2620 tanggal15 Mei 1998 Tambahan N0. 39.

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Memiliki 2 pabrik besar di Indonesia yang

terletak di Cingkarang dan Rungkut (Surabaya). Pabrik di Surabaya memproduksi

produk homecare dan personal care, sedangkan di Cingkarang memproduksi es

krim, margarin, kecap, teh dan berbagai jenis makanan ringan. Saat ini PT.

Unilever Indonesia, Tbk. Memiliki 33 merek dan beroperasi pada 13 kategori

produk dan, memiliki strategi memfokuskan usaha core categories terhadap

(45)

Public di awal 1982 dan sahamnya tercatat dan diperdagangkan di bursa efek

Indonesia (Jakarta dan Indonesia).

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Saat ini dipimpin oleh Maurits Daniel

Rudolf Lalisang sebagai direktur utamanya. Tahun 2004 Nihal Kaviratne dari

India menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Maurits Lalisang yang

sebelumnya menjabat sebagai direktur corporate relations. Maurits Lalisang

adalah orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Presiden Direktur PT.

Unilever Indonesia, Tbk.

Produk PT. Unilever Indonesia, Tbk. sangat terkenal, setiap hari

masyarakat memiliki kemungkinan menggunakan produk ini. Perusahaan ini

memilki 2 kekuatan, yaitu:

1. Mempunyai dasar yang kuat dalam pasar lokal dan pengetahuan yang baik

dalam budaya lokal.

2. PT. Unilever Indonesia, Tbk. merupakan bisnis kelas dunia yang menguasai

pasar internasional dan mampu melayani semua tingkatan masyarakat.

Ada 3 divisi yang menjadi bidang usaha PT. Unilever Indonesia, Tbk, yaitu:

1. Makanan (food)

Akuisisi yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk. dalam bidang

makanan pada tahun 2000 menjadikan perusahaan ini memimpin dalam kategori

masak-memasak. PT. Unilever Indonesia, Tbk. menjadi pemimpin pasar dalam

kategori margarine dan produk lain. Merek yang dihasikan PT. Unilever

(46)

2. Perawatan Rumah (Homecare)

Produk Homecare yang dihasilkan PT. Unilever Indonesia, Tbk. yang

menjadi pemimpin pasar sangat dikenal luas masyarakat, antara lain: Rinso, Surf,

Molto, Domestos Nomos, Sunlight.

3. Perawatan Tubuh (Personal Care)

PT. Unilever Indonesia, Tbk. mengeluarkan produk untuk perawatan

tubuh yang mungkin hampir setiap hari kita gunakan, antara lain: Pepsodent,

Dove, Sunsilk, Clear, Dove, Lux. Pond’s, Citra.

B. Prestasi dan Penghargaan

1.Meraih penghargaan dari majalah Investor sebagai perusahaan Emiten terbaik

dengan piagam yang bertajuk ‘Investor Awards: Best Listed Companiest 2009.

penghargaan ini diberikan kepada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang mencatat return dan net operating margin terbaik

selama satu tahun.

2.Menjuarai empat kategori dari delapan kategori dalam lomba Ing Griya 2008

yang diadakan Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) di Batam.

Empat pengahargaan yang diraih PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah untuk

kategori Website, Poster, Annual report, dan In House Magazine (Majalh

Internal).

3.Mendapatkan dari Hero Group (Giant, Hero Supermarket dan Guardian and

Starmart), dengan kategori merek terkenal (Famous Brand 2008).

4.Meraih tujuh Platinum IBBA Award 2008, untuk merek Sunlight (kategori

(47)

cair), Lifebouy (kategori sabun padat), Sunsilk (kategori shampoo), Pond’s

(kategori pemutih wajah) dan Citra (kategori H&B Lotion). Penghargaan ini

diberikan kepada brand yang telah lima tahun berturut-turut menjadi pilihan

utama konsumen.

5.Mendapatkan penghargaan dalam ajang Marketing Excellence Award, pada

tanggal 10 Juli 2008 di London. Pond’s Indonesia memenangkan penghargaan

untuk kategori “Optimal retail deployment and execution in the delivery of

value share”.

6.Dua pabrik Unilever Indonesia mendapatkan penghargaan Proper Award 2008

dari kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pabrik Cingkarang dan Rungkut,

dinilai sebagai pabrik yang mengelola lingkungan kerja dan lingkungan sekitar

dengan baik. Selain itu, kedua pabrik tersebut juga aktif membuat

program-program yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

7.Memperoleh penghargaan Internasional sebagai “The Best Corporate Social

Responsibilty Program in Asia-Australia-New Zealand” pada acara The 2008

International Business Award. Penghargaan ini dicapai karena Unilever

Indonesia mampu menggerakkan program pengembangan petani kedelai hitam.

8.Unilever Indonesia meraih penghargaan International Stevie® Awards 2007

untuk kategori Best Communications Team dalam ajang kompetisi tahunan

International Business Awards (IBA).

C. Clear Men sebagai Produk PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Clear telah diluncurkan di Indonesia sejak tahun1975. alasan utamanya

(48)

anti-ketombe terbesar di Indonesia, salah satu kinerja luar biasa Clear adalah

karena iklim tropis Indonesia yang mengakibatkan kelembaban, membuat

ketombe menjadi masalah umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, timbul

daya tarik besar unutk menggunakan shampoo anti ketombe.

Clear dengan Vita-ACE nya telah terbukti selama bertahun-tahun

menyajikan produk anti ketombe yang bermutu tinggi. Di Indonesia, Clear

mempunyai 4 varian produk, yaitu:

Gambar 3.1 Varian Produk Clear

Sumber: www.unilever.com

1. Clear Anti-Dandruff, shampoo yang dipakai anak muda untuk mengatasi

ketombe dan melindungi kulit kepala.

2. Clear Men, shampoo yang digunakan khusus untuk pria dalam mengatasi

masalah ketombe, rambut berminyak dan rambut mudah rontok.

3. Clear Styling Gel, gel (cairan kenyal) khusus untuk menata bentuk rambut.

4. Clear Hair Cream, krim khusus untuk rambut, agar penampilan rambut lebih

rapi dan teratur.

Clear pada tahun 2007, meluncurkan inovasi Clear Men Shampoo yang

secara khusus diciptakan untuk perawatan rambut pria. Inovasi Clear ini semakin

mengerucutkan segmen pasar dalam persaingan antar produsen shampoo.

(49)

meluncurkan shampoo khusus segmen perawatan rambut wanita, dan Lifebouy

yang meluncurkan shampoo khusus keluarga dan anak-anak.

Clear Men dihadirkan dalam dua varian, yaitu:

1.Clear Men Activsport, yaitu shampoo yang mengandung formula anti ketombe

dan oil control yang membantu mengurangi kelebihan minyak di kulit kepala

sekaligus melindungi dari ketombe.

2.Clear Men Hairfall Decrease, yaitu shampoo yang mengandung formula anti

ketombe dan pelembab unutk menguatkan rambut serta melindungi dari

ketombe.

Berdasarkan riset Clear Technology Center di Perancis, kulit pria berbeda

dengan wanita dan cenderung mudah rontok. Dengan adanya penemuan ini, Clear

Technology Center mengembangkan shampoo dengan formulasi khusus bagi pria

untuk mengatasi masalah rambut pria. Selain itu, salah satu hal yang juga

melatarbelakangi Clear mengeluarkan Clear Men Shampoo adalah karena adanya

perkembangan yang menunjukkan pria mulai menyadari pentinganya perawatan

(50)

BAB IV

a. All requested variables entered.

Model Summary a. Predictors: (Constant), X6, X1, X4, X3, X2, X5

ANOVAb

a. Predictors: (Constant), X6, X1, X4, X3, X2, X5 b. Dependent Variable: Y

(51)

B. Analisis Deskriptif 1. Deskriptif Responden

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan

dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh

responden penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur

dalam Skala Likert untuk menanyakan pengaruh variabel penempatan posisi yang

mempengaruhi citra merek. Variabel terikat yaitu citra merek terdiri dari 3 butir

pernyataan, sedangkan variabel bebas yaitu penempatan posisi yang

mempengaruhi varibel terikat terdiri dari 6 subvariabel yaitu deajat kepentingan,

kekhususan, keunggulan, pesan yang mudah dipahami, pelopor, dan harga

terjangkau.

Variabel derajat kepentingan sebagai X1 terdiri dari 4 pernyataan, variabel

kekhususan terdiri dari 3 pernyataan, variabel keunggulan terdiri dari 3

pernyataan, variabel pesan yang mudah dipahami terdiri dari 4 pernyataan,

variabel pelopor terdiri dari 2 pernyataan, dan variabel harga terjangkau terdiri

dari 2 pernyataan. Kuesioner penelitian ini disebarkan kepada 100 orang

responden pengguna shampoo Clear Men pada mahasiswa S-1 Reguler FE-USU

Medan.

a. Karakteristik responden berdasarkan Usia

Mahasiswa S-1 reguler FE-USU yang dijadikan sebagai responden, dapat

dilihat pada Tabel 4.1, menunjukkan bahwa dari 100 responden yang diambil

pada penelitian ini, responden yang paling banyak berusia 21 tahun, dengan

(52)

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

b. Karekteristik responden berdasarkan Jurusan yang diambil

Tabel 4.2, menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti, persentase

yang paling tinggi berdasarkan jurusan adalah jurusan Manajemen sebesar 41

responden atau sebesar 41%.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

c. Karakteristik bersarkan Stambuk Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(53)

Tabel 4.3, menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti, persentase yang

paling tinggi berdasarkan stambuk adalah stambuk 2005 sebesar 36 orang, atau

sebesar 36%.

2. Deskriptif Variabel

Berikut adalah penjelasan secara deskriptif persentase hasil penelitian dari

pengaruh penempatan posisi terhadap citra merek, dengan variabel-variabel yang

diteliti terdiri derajat kepentingan, keunikan, keunggulan, pesan yang dapat

dikomunikasikan, harga yang terjangkau dan pelopor. Tanggapan responden

diberi skor sebagai berikut:

a. sangat setuju sekali : diberi skor 5

b. sangat setuju : diberi skor 4

c. setuju : diberi skor 3

d. tidak setuju : diberi skor 2

e. sangat tidak setuju sekali : diberi skor 1

a. Derajat kepentingan terhadap citra merek Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Derajat Kepentingan (X1)

Tanggapan STS TS S SS SSS Total

Item No. F % F % F % F % F % 100

1 0 0 10 10% 41 41% 43 43% 6 6% 100

2 0 0 0 0 36 36% 50 50% 14 14% 100

3 0 0 1 1% 36 36% 49 49% 14 14% 100

4 0 0 5 5% 44 44% 41 41% 10 10% 100

(54)

Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa :

1. Pada pernyataan 1 tentang peranan penting Clear Men dalam mengatasi

rambut berminyak terdapat 10 responden yang menjawab tidak setuju dengan

persentase 10%. Jumlah responden menyatakan setuju sebesar 41 orang atau

41%, kemudian responden yang menjawab sangat setuju sebesar 43 orang

atau 43%, responden yang menyatakan sangat setuju sekali sebesar 6 orang

atau 6 %, dan sangat tidak setuju tidak ada.

2. Pernyataan 2 yang berkaitan dengan peranan penting Clear Men dalam

melindungi rambut dari ketombe dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab setuju 36 orang responden yaitu 36%, kemudian responden yang

menjawab sangat setuju 50 orang atau 50%, responden yang menjawab sangat

setuju sekali sebesar 14 atau 14%, jawaban tidak setuju dan sangat tidak

setuju tidak ada.

3. Item pernyataan nomor 3 yang berkaitan dengan peranan penting Clear Men

dalam mengurangi rambut rontok menjelaskan bahwa responden yang

menjawab tidak setuju terdapat 1 orang dengan persentase sebesar 1%.

Responden yang menjawab setuju 36 orang yaitu 36%, responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 49 orang dengan persentase 49%,

responden yang menjawab sangat setuju sekali sebanyak 14 orang dengan

persentase 14% dan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada.

4. Item pernyataan nomor 4 berkaitan dengan peranan penting Clear Men dalam

perawatan rambut pria dapat dijelaskan dari tabel bahwa responden yang

menjawab tidak setuju sebesar 5 orang dengan persentase 5%, responden yang

(55)

sangat setuju 41 orang yaitu 41%, responden yang menjawab sangat setuju

sekali yaitu 10 orang atau 10%, dan yang menjawab sangat tidak setuju tidak

ada.

Penjelasan dari tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyatan

yang berkaitan dengan variabel derajat kepentingan lebih banyak direspon dengan

jawaban setuju dan sangat setuju oleh responden dalam penelitian ini, namun tetap

terdapat responden yang menjawab tidak setuju dengan persentase yang kecil dan

sangat tidak setuju tidak ada.

b. Kekhususan terhadap citra merek Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden tentang Kekhususan (X2)

Tanggapan STS TS S SS SSS Total

Item No. F % F % F % F % F % 100

1 0 0 19 19% 51 51% 53 53% 0 0 100

2 0 0 21 21% 12 12% 56 56% 2 2% 100

3 2 2% 13 13% 62 62% 12 12% 11 11% 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa :

1. Pada pernyataan 1 tentang kemampuan Clear Men dalam mengatasi rambut

berketombe terdapat 19 responden yang menjawab tidak setuju dengan

persentase 19%. Jumlah responden menyatakan setuju sebesar 51 orang atau

51%, kemudian responden yang menjawab sangat setuju sebesar 53 orang atau

53%, jawaban sangat tidak setuju dan sangat setuju sekali tidak ada.

2. Pernyataan 2 yang berkaitan dengan kemampuan Clear Men dalam mencegah

ketombe datang kembali dapat diketahui bahwa responden yang menjawab

(56)

menjawab setuju 12 orang atau 12%, responden yang menjawab sangat setuju

sebesar 56 atau 56%, responden yang menjawab sangat setuju sekali sebesar 2

orang atau 2%, jawaban sangat tidak setuju tidak ada.

3. Item pernyataan nomor 3 yang berkaitan dengan kemampuan Clear Men

dalam mengurangi rambut rontok menjelaskan bahwa responden yang

menjawab sangat tidak setuju terdapat 2 orang dengan persentase sebesar 2%.

Responden yang menjawab tidak setuju 13 orang atau 13%, responden yang

menjawab setuju sebanyak 62 orang dengan persentase 62%, responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang dengan persentase 12%,

responden yang menjawab sangat setuju sekali sebesar 11 orang atau 11%.

Penjelasan dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyatan

yang berkaitan dengan variabel kekhususan lebih banyak direspon dengan

jawaban setuju oleh responden dalam penelitian ini, namun tetap terdapat

responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan persentase

yang kecil.

c. Keunggulan terhadap citra merek Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Keunggulan (X3)

Tanggapan STS TS S SS SSS Total

Item No. F % F % F % F % F % 100

1 0 0 0 0 35 35% 55 55% 10 10% 100

3 0 0 10 10% 58 58% 32 32% 0 0 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa :

1. Pada pernyataan 1 tentang keunggulan Clear Men dalam mengatasi rambut

Gambar

Gambar 4.3 Scatterplot ................................................................................
Tabel 1.1 Top brand Award 2008
Gambar 1.1 Sumber : Craven, David. W (1991) dalam Hasan (2008), diolah Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 1.2  Definisi Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait