UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM
PEMBANGUNAN WILAYAH
(STUDI KASUS PTPN II KEBUN BANDAR KLIPPA)
SKRIPSI
Diajukan oleh:
Enny Niatta S.L.S 060501093
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Nama : Enny Niatta S.L.S
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NIM : 060501093
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)
Tanggal,
Pembimbing Skripsi
NIP. 19671111 200212 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Hari :
BERITA ACARA UJIAN
Tanggal :
Nama : Enny Niatta S.L.S
NIM : 060501093
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)
Ketua Departemen Pembimbing skripsi
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Kasyful Mahalli, SE, MSi NIP. 19730408 1998021 1 001 NIP. 19671111 200212 1 001
)
Penguji I Penguji II
(Prof. DR. Syaad Afifuddin, MSi) (Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi NIP. 19551003 198103 1 004 NIP. 19490808 198103 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Nama : Enny Niatta S.L.S
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NIM : 060501093
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)
Tanggal,
Ketua Departemen
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 19730408 1998021 1 001 )
Tanggal,
Dekan
(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 19550810 198303 1 004
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peranan perkebunan kelapa sawit dalam menambah lapangan pekerjaan, dampak pemanfaatan lahan dan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap pembangunan wilayah di Bandar Khalipah.
Penelitian ini menggunakan model analisa deskriptif. Data yang ada diproses secara sistematis, menganalisa dan menjabarkan data-data dalam bentuk penjelasan untuk memperoleh kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin luas lahan tanaman kelapa sawit akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi lokal masyarakat sekitar perkebunan yang pada gilirannya dapat terjadi pembangunan suatu wilayah.
Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, metode deskriptif digunakan untuk melakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak pemanfaatan lahan dan ekonomi lokal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan wilayah Kecamatan Bandar Khalipah.
ABSTRACT
The title of this research is “Analysis Role of Palm Oil Plantation in Regional Development (Case Study PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. This observation uses 30 respondents. The aim of this research is to know whether there are the role of plantation of palm oil in adding work field, impact exploiting of farm and role influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to regional development in Bandar Khalipah.
This research uses descriptive analysis model. Obtained data with process systematically, to analysis and formulate datas into explanation to get conclusion. Result of analysis indicate that progressively wide land of palm oil plantation will improve amount of absorbtion of labor and improve local economic of society around plantation and at last be happened regional development.
By knowing the relationship between these variables, the descriptive method is used to conduct the analysis. The analysis result shown that the influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to absorbtion of labor, impact exploiting of farm and local economic is very having an effect to regional development Bandar Khalipah district.
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia dan
pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak dan pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bantuan bimbingan, saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. DR. Syaad Afifuddin, MSi selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.
5. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi selaku dosen penguji II yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.
6. Ibu Dra. T. Diana Bakti, MSi selaku dosen wali yang telah banyak membantu penulis
selama perkuliahan.
7. Bapak Prof. DR. Lig reg reg Sirojuzilam, Msi yang selalu bersedia meluangkan
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas
Sumatera Utara yang telah mengajarkan ilmu dan memberikan dukungan selama
mengikuti perkuliahan.
9. Manajer dan karyawan pimpinan serta karyawan pelaksana PTPN II Kebun Bandar Klippa
atas bimbingan dan kerjasamanya dalam mengijinkan, memberikan dukungan dan
bantuan kepada penulis dalam melaksanakan riset skripsi ini.
10.Orang tua tercinta yaitu Bapak LB. Situmorang dan Ibunda P. br Pardede yang telah
mendidik, mengasihi dan mendukung di dalam moriil maupun spiritual dan finansial serta
kasih sayang mereka yang tak pernah terputus. Saudara-saudara kandung penulis yang
selalu memberi semangat dan doa.
11.Kawan-kawan dekat yaitu Nova, Nida, Rini, Citra, untuk kehadiran kalian sebagai
teman-teman terbaik di setiap harinya yang begitu berkesan bagi penulis.
12.Teman-teman di Departemen Ekonomi Pembangunan, khususnya angkatan ‘06 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan warna dan kebersamaan
pada setiap hari yang kita lewati bersama.
13.Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu
semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Januari 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... . 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II URAIAN TEORITIS ... 6
2.1.1 Pengertian Perkebunan ... 6
2.1.2 Perkembangan Perkebunan di Indonesia ... 7
2.1.3 Sub Sektor Perkebunan ... .8
2.1.4 Tujuan dan Peranan Perkebunan Bagi Pembangunan ………..…….... 10
2.1.5 Prospek Tanaman Perkebunan ………...…… 11
2.1.6 Tenaga Kerja ………...…….... 12
2.1.7 Lahan ………..…….. 14
2.2 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit ... 15
2.2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit ... 17
2.3 Pembangunan Wilayah ... 19
2.4 Pengembangan Wilayah ... 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 28
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 28
3.2 Populasi dan Responden ... 28
3.3 Tehnik Penarikan Sampel ... 28
3.5 Analisis Data ... 30
3.6 Definisi Operasional ……… 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ………..…………. 31
4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Bandar Khalipah ……….. 31
4.1.2 Perkembangan Penduduk ………..…….. 32
4.2 Gambaran Umum Perusahaan ……….. 32
4.2.1 Sejarah Singkat PTPN II Kebun Bandar Klippa ………. 32
4.2.2 Struktur Organisasi ………..………... 34
4.2.3 Profil Perusahaan ………..……….. 34
4.3 Analisis Hasil Penelitian ……….. 45
4.3.1 Karakterisik Responden ……….. 45
4.3.2 Peranan PTPN II Kebun Bandar Klippa Dalam Menyerap Tenaga Kerja ……… 48
4.3.3 Dampak Pemanfaatan Lahan Dalam Pembangunan Wilayah ………. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit ... 17
4.1 Struktur Umur Responden ... 45
4.2 Tingkat Pendapatan Responden ... 46
4.3 Jumlah Tanggungan Responden ... 47
4.4 Tingkat Pendapatan Responden ... 48
4.5 Komposisi Tenaga Kerja ... 50
4.6 Pencapaian Produksi ... 52
4.7 Areal Kebun Berdasarkan Wilayah ……… 54
4.8 Kondisi Areal Kebun ……….. 55
4.9 Jawaban Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Masyarakat Dipandang dari Faktor Usia ……… 57
4.10 Jawaban Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Masyarakat Dipandang dari Faktor Pendidikan ………. 58
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul
1 Questioner Penelitian
2 Data Usia, Pendapatan dan Tanggungan Responden
3 Data Jumlah Tenaga Kerja dan Luas Lahan
PTPN II Kebun Bandar Klippa
4 Peta Kecamatan Bandar Klippa
5 Peta Tanaman Kelapa Sawit
6 Struktur Organisasi PTPN II Kebun Bandar Klippa
7 Surat Izin Riset
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peranan perkebunan kelapa sawit dalam menambah lapangan pekerjaan, dampak pemanfaatan lahan dan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap pembangunan wilayah di Bandar Khalipah.
Penelitian ini menggunakan model analisa deskriptif. Data yang ada diproses secara sistematis, menganalisa dan menjabarkan data-data dalam bentuk penjelasan untuk memperoleh kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin luas lahan tanaman kelapa sawit akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi lokal masyarakat sekitar perkebunan yang pada gilirannya dapat terjadi pembangunan suatu wilayah.
Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, metode deskriptif digunakan untuk melakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak pemanfaatan lahan dan ekonomi lokal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan wilayah Kecamatan Bandar Khalipah.
ABSTRACT
The title of this research is “Analysis Role of Palm Oil Plantation in Regional Development (Case Study PTPN II Kebun Bandar Klippa)”. This observation uses 30 respondents. The aim of this research is to know whether there are the role of plantation of palm oil in adding work field, impact exploiting of farm and role influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to regional development in Bandar Khalipah.
This research uses descriptive analysis model. Obtained data with process systematically, to analysis and formulate datas into explanation to get conclusion. Result of analysis indicate that progressively wide land of palm oil plantation will improve amount of absorbtion of labor and improve local economic of society around plantation and at last be happened regional development.
By knowing the relationship between these variables, the descriptive method is used to conduct the analysis. The analysis result shown that the influence of PTPN II Kebun Bandar Klippa to absorbtion of labor, impact exploiting of farm and local economic is very having an effect to regional development Bandar Khalipah district.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan secara terus menerus yang
merupakan kemajuan dan perbaikan kearah tujuan yang ingin dicapai. Salah satu tujuan
pembangunan nasional yang digariskan dalam GBHN adalah mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional bahwa pelaksanaan pembangunan regional
harus dapat menopang keberhasilan pembangunan nasional sebagaimana pelaksanaan
pembangunan nasional, maka pembangunan regional dilakukan dengan menetapkan prioritas
pembangunan. Dasar utama untuk memilih prioritas pembangunan harus memperhatikan
spesifikasi daerah yang menyangkut potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut.
Disamping itu harus memperhatikan pemerataan pendapatan yang berhubungan dengan
kesempatan kerja masyarakat.
Prioritas sektor dalam pembangunan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi
dilihat dari kenaikan per kapita dan penciptaan lapangan kerja. Untuk mempercepat kenaikan
pendapatan per kapita penduduk dan penciptaan lapangan kerja maka dilaksanakan dengan
menetapkan sub sektor yang paling menguntungkan bagi ekonomi daerah.
Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu cara yang memungkinkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Dengan adanya kegiatan perkebunan ini dapat
mengembangkan dan meningkatkan kegiatan sumber daya manusia dan membuka lapangan
Dalam upaya pembangunan wilayah perlu dikaji apakah faktor-faktor dominan yang
mendukung terciptanya lapangan pekerjaan dan sektor-sektor ekonomi manakah yang mampu
memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Kehadiran industri sawit (Perusahaan Perkebunan Sawit) telah lama ada di Indonesia dan
tidaklah berlebihan jika Sumatera Utara mempunyai perhatian yang paling besar, karena
merupakan tempat kelahirannya di Indonesia. Perkembangan perkebunan sawit pada dewasa ini
telah menjadi milik Nusantara, karena terbukti sesuai dengan iklim Indonesia serta didukung
oleh prasyarat ketersediaan lahan luas untuk mendukung pengusahaannya.
Pembangunan perkebunan di Sumatera Utara diarahkan untuk meningkatkan kontribusi
perkebunan dalam akselerasi pemulihan ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat,
perluasan kesempatan kerja serta meningkatkan perannya dalam memperbaiki indikator ekonomi
makro. Upaya yang telah dilakukan, memberikan berbagai manfaat dan kemajuan antara lain
dalam sumbangannya terhadap pendapatan domestik bruto, pengembangan wilayah dan
konservasi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra perkebunan di Sumatera Utara.
Komoditi penting yang dihasilkan perkebunan di Kabupaten Deli Serdang adalah karet, kelapa
sawit, coklat dan kelapa. Tanaman kelapa sawit ditanam di seluruh kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang, untuk tanaman karet dan kelapa sawit sebagian besar luas tanaman dikuasai oleh swasta
sedangkan coklat oleh pemerintah.
Peranan sektor pertanian dan sub sektornya dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu
diragukan lagi, demikian pula halnya di Deli Serdang. Kabupaten ini memiliki keanekaragaman
sumber daya alam yang besar. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai datar, landai
berbagai jenis tanaman, sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi yang cukup
menjanjikan.
Adapun prioritas kebijakan kegiatan pengelolaan perkebunan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat Bandar Khalipah yaitu dengan:
1). Mengelola perkebunan yang berbasis kepada masyarakat.
2). Melakukan rehabilitasi dan peremajaan perkebunan rakyat.
3). Mengembangkan teknologi pasca panen hasil-hasil perkebunan.
Pengembangan tanaman perkebunan di Bandar Khalipah pada masa mendatang akan
menghadapi banyak tantangan. Misalnya saja karena adanya peralihan fungsi lahan, kemudian
bagaimana untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi daerah atau kondisi
alamnya sekaligus bagaimana prospek pemasaran tanaman perkebunan tersebut di masa
mendatang. Selain itu bagaimana caranya agar sub sektor perkebunan dapat memanfaatkan dan
mengelola berbagai sumber daya pembangunan yang ada, baik sumber daya alam, sumber daya
modal dan juga sumber daya manusia yang merupakan hal yang menentukan dalam
pengembangan sub sektor perkebunan di Bandar Khalipah.
Sub sektor perkebunan yang merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai
andil yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Hal ini tercermin karena sub
sektor perkebunan dari sektor pertanian yang telah menyumbang penghasilan devisa terbesar
bagi negara dan menyediakan kesempatan kerja yang besar sebagai sumber pendapatan bagi
masyarakat setempat.
PTPN II sebagai persero yang bergerak di sekitar pertanian (sub sektor pertanian) telah
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertanian secara nasional, maupun masyarakat
kesempatan kerja mulai dari pekerja kebun sampai pada pabrik pengolahan hasil pertanian.
Misalnya, industri pengolahan kelapa sawit, itu memberikan manfaat secara langsung dari PTPN
II dan secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi masyarakat sekitar dalam
mendistribusikan hasil pertanian di samping manfaat yang lainnya.
Sehubungan dengan hal-hal yang melatarbelakangi masalah tersebut di atas, penulis
tertarik untuk menulis tugas akhir ini dengan mengajukan judul “Analisis Peranan Perkebunan
Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji
dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah PTPN II berperan dalam menambah lapangan kerja di wilayah Bandar Khalipah?
2. Bagaimanakah dampak pemanfaatan lahan terhadap pengembangan wilayah Bandar
Khalipah?
3. Sejauh mana pengaruh keberadaan PTPN II terhadap ekonomi lokal masyarakat Bandar
1.3 Tujuan Penelitan
Adapun tujuan penelitan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis peranan PTPN II dalam menambah lapangan kerja di wilayah Bandar
Khalipah.
2. Menganalisis dampak pemanfaatan lahan terhadap perekonomian Bandar Khalipah.
3. Menganalisis pengaruh keberadaan PTPN II terhadap ekonomi lokal masyarakat Bandar
Khalipah.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa FE USU, terutama
bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara II Bandar Klippa dalam
mengambil keputusan.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Perkebunan
2.1.1 Pengertian Perkebunan
Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk
yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan
kelestarian sumber daya alam. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi:
a. Perkebunan Rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat
yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaannya dalam skala
yang terbatas luasnya.
b. Perkebunan Besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasil seluruhnya untuk dijual dengan
areal pengusahaannya sangat luas.
c. Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana
perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat
merupakan plasma.
d. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek (Perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang dalam
pembinaanya dilakukan pemerintah, sedangkan pengusahanya tetap dilakukan oleh
rakyat.
Sedangkan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya
holtikultura. Demikian dengan perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha
budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau,
cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit, dan kakao), dan
makanan (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis) (Syamsulbahri, 1996).
Perusahaan Perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum
yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai dengan
tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam
pemberian izin usaha perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah (BUMN)
disebut Perkebunan Besar Negara (PBN) dan perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh
swasta disebut Perkebunan Besar Swasta (PBS). (Perkebunan Kelapa Sawit, 2008).
2.1.2 Perkembangan Perkebunan di Indonesia
Pada tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun 1870 dengan
keluarnya undang-undang agrarian, pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia
menjadi lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama
mengundang pananaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha mengembangkan
produk-produk pertanian yang diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa. Setelah merdeka, Pemerintah
Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola Belanda, tepatnya sejak tahun
1957. Pada tahun 1957 pula perkebunan-perkebunan yang ada dipimpin dan dikelola oleh bangsa
Indonesia.
Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program Pembangunan Lima Tahun
(PELITA) tahap demi tahap telah memfokuskan program pembangunannya terutama dalam
peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Dan pada tahun 1992 telah berhasil
membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang
tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis
tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan
petani (Syamsulbahri, 1996).
2.1.3 Sub Sektor Perkebunan
Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.
Bangsa Indonesia dijajah karena komoditas perkebunan. Nilainya yang tinggi di masa lalu
menyebabkan hampir semua bangsa tergiur untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana
keuntungan besar diraih jaringan niaga Vernidge Oostindische Compagnie (VOC).
Perkebunan yang tersebar di Deli Serdang merupakan suatu kebanggaan bagi daerah
tersebut. Perkebunan menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan perekonomian di Deli
Serdang baik sekarang maupun sebelumnya yang berawal pada tahun 1863. Faktor wilayah
Kabupaten Deli Serdang yang sangat strategis dan mempunyai tanah yang subur serta memiliki
iklim yang sesuai, sangat mendorong bagi perkembangan pertanian dan perkebunan yang
diakibatkan karena wilayah Sumatera terletak di antara deretan bukit barisan.
Sejarah perkebunan Deli dimulai oleh Jacobus Niensuys dan para pionir, pengusaha
perkebunan yang pertama kali menggarap atau membuka wilayah perkebunan di Sumatera Utara.
Sejak awal dimulainya perkebunan ini menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang sangat
Pada saat itu tembakau yang dihasilkan merupakan produk yang sangat menguntungkan di pasar
perdagangan di Eropa yang kemudian menjadikan Deli penghasil termashyur di dunia kawasan
produksi daun pembungkus cerutu. Usaha Jacobus Niensuys terus berkembang mulai pada saat
hasil perkebunan yang dibukanya sudah mulai menampakkan hasil dan tidak banyak telah masuk
ke pasaran perdagangan Eropa yang dibuktikan sejak pada tahun 1869. Jacobus Niensuys
mendirikan perusahaan-perusahaan Deli Maatschappij yaitu suatu perseroan terbatas yang
beroperasi di Hindia Belanda. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal,
pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan
konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.
Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa.
Komoditi yang termasuk sub sektor ini adalah hasil tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun
pemerintah. Di Kabupaten Deli Serdang komoditi yang termasuk hasil perkebunan adalah karet,
kopi, kelapa sawit, coklat, kelapa, dan cengkeh. Tidak termasuk hasil atau produksi pengolahan
sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya, seperti karet, remah, gula
remah, dan lain sebaginya. Sedangkan hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomisnya dan
produk-produk di atas seperti batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa, akar dan
sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil atau produksi.
Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan, antara lain: (a) meningkatkan produksi
komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya
dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan
lahan, tenaga kerja, dan modal; (c) meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan,
dan pengusaha perkebunan; (d) meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan; (e)
meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (f) ikut membantu program
transmigrasi; (g) membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah; (h) meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber
daya manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan lingkungannya; (i) ikut
memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan nasional dan keamanan
ketertiban masyarakat. (Syamsulbahri, 1996).
2.1.4 Tujuan dan Peranan Perkebunan Bagi Pembangunan Negara
Tujuan PTPN II bagi pembangunan negara merupakan apa yang termaktub di dalam Tri
Dharma Perkebunan yang intinya sebagai berikut:
1. Penghasil devisa negara.
2. Menyediakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja (The Agent of
Development).
3. Memelihara dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam.
Dari Tri Dharma Perkebunan dapat dilihat tugas dan tantangan yang diemban PTPN II yaitu:
a. Bagaimana menghasilkan devisa yang sebesar-besarnya bagi negara agar pembangunan
nasional dapat berlanjut terus menerus.
b. Berupaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Menjadi motivator Agent Development (wahana pembangunan) bagi daerah masyarakat
2.1.5 Prospek Tanaman Perkebunan
Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai tantangan dalam
hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya
dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Tanaman perkebunan
yang merupakan komoditi terutama ditujukan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu
sumber untuk meningkatkan devisa negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan
dalam pengembangan tanaman perkebunan amatlah penting. Dari berbagai komoditi perkebunan
diusahakan baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat tidak dapat dipungkiri bahwa
selalu diarahkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tetap
memperhatikan keseimbangan antara sektor ekonomi dan lingkungan.
Kemajuan abad informasi akibat dari globalisasi akan sangat mempengaruhi prospek
pengembangan tanaman perkebunan. Perubahan-perubahan pasar luar negeri dan
peluang-peluang untuk mendukung industri dalam negeri merupakan hal yang harus mendapatkan
perhatian bagi prospek pengembangan tanaman perkebunan di Indonesia. Melihat akan potensi
yang memungkinkan bagi pengembangan tanaman perkebunan seperti ketersediaan lahan, tenaga
kerja yang cukup, teknologi yang berbeda, dan potensi pasar dalam dan luar negeri maka arah
pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang ada tersebut.
Strategi pengembangan peningkatan produksi perkebunan tidak lagi diletakkan pada
intensifikasi saja sebagai titik berat, tetapi secara simultan berwawasan diversifikasi,
intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi. Prospek pengembangan tanaman perkebuanan
mengacu pada penggunaan lahan, upaya meningkatkan produktivitas lahan tidak berbasis pada
satu macam komoditi, tetapi disesuaikan dengan potensi sumber daya alam pada setiap wilayah.
maupun harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan dengan penanaman aneka komoditi tanaman
perkebunan beresiko kerugian akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi suatu wilayah akan
menentukan jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Kenyataan ini akan
memberikan peluang pasar yang dinamik, karena akan menghindari peledakan hasil komoditi
tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar dalam negeri akan bergairah.
Secara keseluruhan volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan mempunyai peluang
besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas perkebunan yang mempunyai prospek
pasar yang bersaing.
2.1.6 Tenaga Kerja
Sumber daya manusia (human resources) mempunyai dua pengertian yaitu sebagai usaha
kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang dan jasa. SDM juga menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja artinya mampu melakukan kegiatan
yang memiliki kegiatan ekonomi, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua pengertian di atas mengandung aspek kuantitas
dalam jumlah arti jumlah penduduk yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja
yang tersedia dan diberikan untuk produksi. Kemampuan bekerja tersebut diukur dengan usia.
Penduduk yang berada dalam usia tersebut disebut tenaga kerja (man power).
Oleh karena tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja maka pengertian tenaga
berbeda, misalnya India menggunakan batas umur 14-16 tahun. Di Amerika Serikat, yang
dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 16 tahun tanpa batas umur maksimum.
Di Indonesia, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lainnya seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Batas umur minimum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. (Payaman, 1995).
Dengan demikian perkataan lain tenaga kerja tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sarana produsi
tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air,
dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
Penyediaan tenaga kerja juga sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan
tenaga kerja. Hanya penduduk yang telah mencapai umur minimum tertentu yang dapat dianggap
sebagai tenaga kerja potensial atau Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara
atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan
antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK). Semakin besar jumlah penduduk dan TPAK nya maka semakin besar pula jumlah
angkatan kerja.
Masalah produktivitas tenaga kerja juga turut serta mempengaruhi perluasan tenaga kerja.
Sedangkan masalah produktivitas itu sendiri sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan dan
kerja semakin tinggi pula tingkat produktivitas dan akhirnya akan semakin luas pula kesempatan
kerja mereka untuk memperoleh lapangan kerja atau kesempatan kerja.
2.1.7 Lahan
Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha pertanian. Penggunaan lahan sangat
tergantung kepada keadaan dan lingkungan lahan berada. Masing-masing keadaan akan
menyebabkan cara penggunaan yang berbeda yang harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik-pabrik hasil pertanian,
yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil-hasil produksi keluar.
(Mubyarto, 1989). Pentingnya faktor produksi tanah dapat dilihat dalam luas atau sempitnya
lahan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, yang akhirnya mempengaruhi
efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. (Soekartawi, 1995)
Lahan adalah salah satu dari faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Untuk perkebunan
banyak diusahakan di Sumatera (bahkan di tiga provinsi: Sumatera Utara, Riau, Jambi
mempunyai lahan seluas 1 juta ha lebih untuk perkebunan). Dengan luas lahan yang terbatas
yang telah tersedia, maka para petani pemilik perkebunan akan menyeleksi tanaman perkebunan
apa yang cocok dengan lingkungan lahan mereka dengan keuntungan yang paling baik dan
resiko yang paling sedikit. Analisis yang dilakukan hanya pendeteksian prospek pasar saja
karena hasilnya telah cukup untuk mengetahui tanaman yang berprospek cerah. (Indriani, 1996).
Pembangunan lahan secara fisik dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan, mutu,
dan penggunaan lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional
sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal ditinjau dari
Secara ekonomis, perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh naiknya nilai lahan yang
sering mengakibatkan terjadinya pemindahan pemilikan lahan dan perubahan penggunaan lahan.
Perubahan nilai lahan di suatu daerah juga banyak dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan
pembangunan di daerah tersebut. Dengan kata lain, faktor kebijaksanaan pembangunan dianggap
memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai lahan, dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan. Dalam menganalisis perkembangan wilayah sering dihadapkan pada faktor-faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan penggunaan lahan.
2.2 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit
Pada masa sebelum perang atau pada masa penjajahan (1914-1942) Indonesia merupakan
negara produsen pertama di dunia yang menghasilkan kelapa sawit dan juga mendominasi
perdagangan kelapa sawit dunia sebanyak 44%. Pada saat ini produksi masih diorientasikan pada
pemenuhan permintaan ekspor. Daerah perkebunan pada saat itu masih terpusat di pulau
Sumatera sedangkan Jawa hanya sebagian kecil saja.
Pada masa pendudukan Jepang, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurun
disebabkan perang. Banyak perkebunan kelapa sawit rusak akibat terjadinya perang.pada saat
pendudukan perang banyak rakyat yang kekurangan pangan sehingga tidak sedikit lahan yang
beralih fungsi menjadi lahan untuk penanaman tanaman pangan. Sementara lahan kelapa sawit
yang lain yang tidak dialihfungsikan menjadi kurang terawat dan produksinya menjadi menurun.
Pada masa peralihan (1958-1968) banyak negara-negara asing yang menanam saham di
perkebunan di Indonesia termasuk perkebunan kelapa sawit. Semenjak tahun 1958 mulai
dilakukan pengambilalihan perkebunan kelapa sawit. Dari perusahaan asing tersebut. Beberapa
a. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing Belanda dimulai tanggal
10 Desember 1957.
b. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing selain Belanda, yakni
Inggris, Perancis, dan Amerika dilakukan tanggal 19 Desember 1947.
c. Reorganisasi perusahaan perkebunan milik pemerintah sendiri, misalnya PNP/PTP.
Pada masa peralihan ini, banyak upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam
meningkatkan produksi kelapa sawit seperti pemupukan, pemberantasan hama bahkan
mendatangkan peralatan pengolahan tanah yang modern dari luar negeri. Upaya ini dapat
meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 dengan produksi minyak sawit
mencapai 161.000 ton .
Pada masa orde baru yaitu pada kurun Pelita I dan II didasarkan atas tujuan bersama
untuk mencapai produktivitas tinggi dengan memodernisasi teknik budidaya. Pada Pelita III
program pengembangan lebih mengarah kepada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut
diantaranya adalah upaya penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara
serta pertahanan kelestarian sumber daya alam yang dikenal dengan sebutan Tri Dharma
2.2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit, bila digolongkan secara harafiah adalah golongan tanaman penghasil minyak
nabati. Di bawah ini dapat dilihat karakteristik dari tanaman kelapa sawit.
Tabel 2.1. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit
Species Karakter
Elaeis guineesis
Tipe Deli Produksi, kualitas, daya gabung cukup baik, ragam genetik terbatas
dan agak peka terhadap hama dan penyakit tanaman.
Tipe Yangambi Produksi, kualitas yang ketahanan cukup baik, tetapi pertumbuhan
meninggi batang sangat cepat.
Tipe Lame Tahan angin kencang dan penyakit, pertumbuhan agak lambat,
produksi dan kualitas kuranag baik, keragaman kinetik cukup besar.
Tipe Nifor Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.
Tipe Angola Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.
Tipe Cameroon Produksi, pertumbuhan dan ragam genetis baik namun kualitas
tanda kurang baik.
Tipe Sabiti Serupa dengan tipe yang tadi.
Tipe Yakobouet Serupa dengan tipe Lame.
Elaeis Oleifera
Tipe Suriname Pertumbuhan sangat lambat, produksi dan kualitas tanda kurang
baik, hibridisasi dengan tipe Deli menunjukkan kombinasi yang
baik.
lebih tahan terhadap hama penyakit.
Tipe Colomba Pertumbuhan sedang, kualitas tanda lebih baik, ketahanan hama dan
penyakit dan mutu minyak baik.
Sumber: Syamsulbahri, 1996
Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3
tahun dengan usia produktif hingga 25 – 30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga
dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya
itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit
berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-500 meter di atas
permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban
tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar
2000-2500 mm setahun.
2.3 Pembangunan Wilayah
Pembangunan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan
dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan memberikan kontribusi kepada
pembangunan suatu wilayah. Konsep pembangunan wilayah adalah suatu upaya dalam
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya dengan penyeimbangan dan penyerasian
pembangunan antar daerah, antar sektor serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan
tujuan pembangunan daerah.
Tujuan pembangunan wilayah adalah untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta mampu mengurus rumah tangganya sendiri
dalam mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Pola dasar
pembangunan wilayah memberikan arah bagi pembangunan wilayah yang sedang dan akan
dilaksanakan serta sebagai pedoman bagi seluruh aparatur pemerintah dan masyarakat, maka
dituangkan ketetapan kebijaksanaan perencanaan tata ruang wilayah dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kondisi, potensi, dan kendala serta arah usaha antisipasi masa depan yang ada.
Beberapa ide pokok yang sangat penting dari pengertian pembangunan, antar lain:
1. Bahwa pembangunan merupakan suatu proses, artinya dilaksanakan secara terus menerus
dimana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu.
2. Pembangunan merupakan suatu usaha.
3. Pembangunan dilaksanakan secara terencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan
perubahan.
5. Modernitas dicapai melalui pengembangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan
terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta
administrasi.
6. Seluruh pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa secara berkelanjutan.
Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan
kesalingtergantungan dan interaksi antar sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social
system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alamnya (ecosystem).
Pada dasarnya pembangunan wilayah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama
kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti prouksi, penduduk, angkatan kerja, rasio
modal tenaga kerja dan imbalan bagi faktor (factor returns) dalam daerah dibatasi secara jelas.
Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan
adalah sangat berbeda-beda dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.
2.4 Pengembangan Wilayah
Pengertian pembangunan tidak sama dengan pengembangan. Pembangunan merupakan
suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah. Perbedaan antara pembangunan dengan
pengembangan yaitu pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengukur sesuatu
yang belum ada, sedangkan pengembangan merupakan perbaikan atau peningkatan sesuatu yang
telah ada. Namun kedua istilah ini sekarang sering dipakai untuk maksud yang sama.
Pengembangan wilayah dapat didefinisikan sebagai upaya menata ruang dan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan
Pengertian pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan,
baik yang tercakup dalam sektor pemerintahan maupun masyarakat, dilaksanakan dan diatur
dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha
sedemikian pada dasarnya bersifat meningkatkan pemanfaatan sumber daya serta meningkatkan
pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan.
Tujuan pengembangan wilayah ialah pembangunan wilayah itu sendiri dalam arti bahwa
kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor jasa. Industri dan
pertanian di segi yang paling sentral, atau paling tidak pengelolaan hasil pertanian di segi
penerimaan masyarakatnya atau di segi pengeluaran konsumsi, investasi, serta ekspor-impornya.
Disamping itu, tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang berkaitan. Di
sisi sosial ekonomis, pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas
hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan
prasarana dan pelayanan logistik, dan sebagainya. Di sisi lain, secara ekologis pengembangan
wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sebagai akibat sebagai campur
tangan manusia terhadap lingkungan.
Mengembangkan dan membangun suatu wilayah tidak bisa dilakukan secara
sendiri-sendiri berdasarkan kewenangan suatu daerah tetapi harus meliputi berbagai daerah peringgan
karena cara seperti ini akan menciptakan optimalisasi manfaat potensial ekonomi wilayah dan
akan menciptakan daya saing ekonomi yang kuat untuk wilayah tersebut. Inilah salah satu sebab
mengapa aktivitas pengembangan yang terjadi pada banyak daerah berjalan kurang
mempengaruhi pengembangan selanjutnya dan kurang menyentuh pada kepentingan
terpilah-pilah dan kurang menyentuh satu sama lain sehingga proses pengembangan berjalan secara
singkat. Dengan demikian penciptaan lapangan kerja dan pendapatan juga menjadi terbatas.
Hendaknya pengembangan wilayah tidak dijadikan sebagai sebuah proyek yang
dilakukan tergesa-gesa berdasarkan suatu pemikiran sesaat dan berjangka pendek. Berbagai
upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan suatu wilayah harus dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah
atau masyarakat setempat. Dalam pengembangan wilayah terdapat dua pendekatan yang
dilakukan, yakni pendekatan sektoral atau fungsional (yang dilaksanakan melalui departemen
atau instansi sektoral), dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau
masyarakat setempat.
Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan
penerapan masing-masing teori:
1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity).
2. Teori yang menekankan kepada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat
mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable
production activity). Penganut teori ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
3. Teori yang memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di
tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab
(responsible) dan berkinerja bagus.
4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
Salah satu teori pengembangan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced
growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah adalah proses
perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra-urban.
Pengembangan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara
optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi
dasar yang terjadi pada suatu wilayah. (Sugiharto, 2007).
Sedangkan teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak
dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan.
Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata,
tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan
sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sector.
Sektor unggulan yaitu sektor yang dapat menarik perkembangan sektor lainnya. Apabila
perkembangan antara sektor unggulan dan non-unggulan terjadi secara bersama-sama, maka
akan terjadi intensitas kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah pada suatu
wilayah. Seiring dengan peningkatan pendapatan daerah ini pada akhirnya dapat
mengembangkan suatu wilayah.
Sesungguhnya teori pembangunan terkait erat dengan strategi pembangunan, yakni
perubahan stuktur ekonomi dan pranata sosial yang diupayakan untuk menemukan solusi yang
konsisten dan langgeng bagi persoalan yang dihadapi para pembuat keputusan dalam suatu
masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul berbagai pendekatan menyangkut
terma-terma kajian tentang pembangunan. Satu diantaranya adalah mengenai isu pembangunan
wilayah. Secara luas, pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan
didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan
lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Sugiharto, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain
dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan
mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya
tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan sutu proses kontinu
sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu
wilayah.
Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan struktural. Wilayah
tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor (sector theory) dan teori tahapan
perkembangan (development stages theory). Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang
mengemukakan bahwa berkembangnya wilayah atau perekonomian nasional, dihubungkan
dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni primer (pertanian,
kehutanan, perikanan), dan tertier (perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa).
Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di
sektor primer, menningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di
sektor sekunder.
Sedangkan teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,
Fisher, Hoorver, Thompson, dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih diadopsi unsur spasial dan
sekaligus menjembatani kelemahan teori sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat
digambarkan melalui lima tahapan (Sugiharto, 2006) yakni:
Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat
perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki
oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.
Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu
meggekspor selain komoditas dominan yang diekspor sebelumnya adalah minyak bumi
mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri (metode) teknologi
penambangan (kaitan ke belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke
depan), misalnya premium, solar, dan bahan baku plastik.
Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi
wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri
memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan
ketiga ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.
Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan bahwa
wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan
barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat
diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai pengikat dan pengendali
kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan
kenaikan impor yang sangat signifikan.
Tahap kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan ini
memperlihatkan bahwa wilayah telah memberkan peran yang sangat nyata terhadap
perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang
relatif canggih, baru, efesien, dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan
dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah menjadi kompleks (economic
reciprocating system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas ekonomi lainnya.
Pada masa orde baru, segala kekuasaan atas pemerintahan dan pengelolaan sumber daya
dikuasai oleh pemerintah pusat. Sejak bergulirnya era reformasi dan demokrasi di Indonesia pada
tahun 1998, sistem pemerintahan berubah secara drastis. Kekuasaan pemerintahan dan
pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada masing-masing daerah, yang lebih dikenal
dengan sistem desentralisasi. Dengan adanya perubahan sistem tersebut, konteks pengembangan
ekonomi lokal juga mengalami perubahan secara dramatis.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pola perkembangan ekonomi nasional tidak terfokus
sehingga hal ini juga mengimbas pada pengembangan ekonomi daerah yang tidak terfokus pula.
Ini bisa dimengerti karena persoalan yang menjadi beban pemerintah sangat besar dan beragam
yang masing-masing menuntut penyelesaian segera. Padahal kapasitas fiskal negara sangat
terbatas untuk mengakomodasi semua kepentingan (persoalan) yang ada.
Dalam proses pengembangan ekonomi lokal, harus diperhatikan pula
komponen-komponen pendukung, baik dari internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi kelancaran
proses pengembangan ekonomi lokal yang diharapkan. Beberapa faktor tersebut ialah
infrastruktur dan kondisi lingkungan. Investasi di bidang infrastruktur sangat berperan besar
dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal. Akan tetapi, hati-hati dalam proses penentuan
jenis infrastruktur yang akan disiapkan untuk suatu daerah, karena harus sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Sedangkan kondisi lingkungan dalam hal
ini ialah penciptaan tools yang memudahkan proses pengembangan ekonomi lokal, seperti
penciptaan peraturan dan payung hukum, prosedur administratif, pajak, dan pungutan biaya,
Local economic dapat menjadi dasar bagi perekonomian masyarakat desa yang menjadi
ciri khasnya. Masyarakat pedesaan juga dihadapkan pada pengaruh sistem yang berlaku dalam
masyarakat tersebut, misalnya ciri kebudayaan setempat, institusi lokal setempat, dan sistem
pemasaran yang digunakan. Untuk itu dalam proses perekonomian masyarakat ada keterikatan
antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi iklim pasar yang
kekeluargaan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain, sehingga ciri ini dapat
menjadi titik balik bagi peningkatan ekonomi masyarakat, agar tidak terjadi kesenjangan antara
yang satu dengan yang lain, inilah yang mejadi karakteristik munculnya sistem ekonomi
masyarakat yang merakyat. Kearifan lokal juga menjadi suatu indikasi yang baik dalam rangka
menciptakan suatu sistem yang koordinatif dan dapat terpercaya.
Hal ini akan dapat mengindikasikan adanya kekuatan budaya masyarakat setempat yang
partisipatif, selanjutnya dalam rangka menjaga kekuatan ekonominya agar tetap terjaga pada
masyarakat ekonomi pedesaan, biasanya ada sistem "memberi dan menghasilkan" konsep ini
dapat diartikan sebagai salah satu sistem ekonomi yang memberikan keuntungan pada kedua
belah pihak. Pihak pertama adalah pemilik barang atau pemilik modal yang ingin barangnya
dijual dan pihak kedua adalah orang yang menjual dengan sistem yang lebih menarik pasar,
artinya pihak kedua melakukan suatu kegiatan yang dapat memberikan inovasi pada produk yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan
data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, metode penelitiannya
adalah sebagai berikut:
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa peranan perkebunan kelapa sawit dalam
pembangunan wilayah (studi kasus PTPN II Bandar Klippa).
3.2 Populasi dan Responden
Masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan PTPN II Bandar Klippa dan karyawan
PTPN II tersebut.
3.3 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu memilih sampel sebagai objek penelitian
dengan sengaja menurut tujuan penelitian dengan kriteria tertentu. Diasumsikan bahwa latar
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi
terhadap berbagai pihak yang ada relevansinya dengan penelitian, yang antara lain:
a. Pihak PTPN II Kebun Bandar Klippa yaitu tentang keadaan perusahaan, serta dukungan
yang telah diberikan terhadap masyarakat setempat. Wawancara yang dilakukan kepada
30 orang karyawan sudah dianggap mewakili karyawan yang bekerja di PTPN II Kebun
Bandar Klippa.
b. Masyarakat setempat, data tentang pandangan masyarakat terhadap PTPN II Kebun
Bandar Klippa, pendapatan masyarakat, jenis-jenis usaha yang dikelola dengan adanya
PTPN II.
2. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang ada kaitannya
dengan masalah skripsi ini. Sumber tersebut antara lain:
a. Dari PTPN II Kebun Bandar Klippa yaitu tentang sejarah perusahaan, struktur organisasi,
luas lahan, jumlah karyawan dan berbagai keadaan perusahaan.
b. Data dari instansi pemerintah (BPS) yaitu tentang jumlah penduduk, perkembangan
3.6 Analisis Data
Untuk menguji peranan perkebunan kelapa sawit dalam pembangunan wilayah, maka
penulis akan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode
analisis yang mengumpulkan data secara sistematis, menganalisa dan menjabarkan data-data
yang diperoleh dalam bentuk penjelasan sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan.
3.7 Definisi Operasional
1. Pembangunan wilayah adalah upaya memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal
dalam mencapai kesejahteraan masyarakat Bandar Khalipah.
2. Tenaga Kerja adalah jumlah karyawan yang bekerja pada PTPN II Bandar Klippa.
3. Lahan adalah salah satu faktor produksi yang merupakan tempat untuk melakukan
aktivitas kegiatan perkebunan di PTPN II Bandar Klippa.
4. Ekonomi lokal adalah penggunaan sumber daya-sumber daya seefisien mungkin yang ada
pada wilayah Bandar Khalipah.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Bandar Khalipah
Kecamatan Bandar Khalipah merupakan salah 1 (satu) dari 17 kecamatan yang ada di
Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun luas wilayah Kecamatan Bandar Khalipah adalah 11. 600
Ha (116 km²).
Kecamatan Bandar Khalipa berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Selat Malaka dan Selat Sumatera
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tebing Tinggi
3. Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara
4. Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Sei Rampah.
Secara administratif Kecamatan Bandar Khalipah terdiri dari 5 (lima) desa yang di
dalamnya terdapat dusun dan lorong. Potensi lahan yang dimiliki Kecamatan Bandar Khalipah
mendominasi dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan dan pertanian.
Letak Kecamatan Bandar Khalipah adalah dari Kecamatan Medang Deras (Kabupaten
Batu Bara) melebar ke Kecamatan Tanjung Beringin yang menyusuri Selat Malaka/Selat
Sumatera dan memanjang dari Pantai Selat Malaka ke Kecamatan Tebing Tinggi. Kecamatan
Bandar Khalipah terletak pada ketinggian 0 – 10 m dari permukaan laut. Sejak adanya
Bandar Khalipah sedikit identik dengan nuansa bahari, maka di daerah pesisirnya terbentang
hamparan yang pada awalnya adalah pertambakan udang namun pada saat ini telah beralih
fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.
4.1.2 Perkembangan Penduduk
Pada umumnya keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar dengan pertumbuhan
yang tinggi dianggap sebagai penghambat dalam pembangunan karena jumlah penduduk yang
besar akan memperkecil pendapatan dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan, tetapi hal ini
tergantung dari kapasitas penduduk tersebut.
Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kecamatan Bandar Khalipah mencapai 25.940
jiwa yang terdiri dari 5.709 rumah tangga dengan tingkat kepadatan penduduk 224 jiwa/ km².
4.2 Gambaran Umum Perusahaan
4.2.1 Sejarah Singkat PTPN II Kebun Bandar Klippa
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 Tahun 1968, Undang-Undang No. 9
Tahun 1973. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1971, Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
1973, maka pada tanggal 1 April 1974 didirikan Perkebunan IX (Persero) di hadapan notaris
GHS Loemban Tobing, SH sedangkan Akte Nomor 6.
Tahun 1957 : Perusahaan-perusahaan milik Belanda diambil alih
Nasionalisasi termasuk NV. Verenigde Deli
Maatchappij, cikal bakal dari perkebunan IX.
11 Januari 1958-11 November 1958 : PT Perkebunan IX merupakan NV. Verenigde Deli
Maatchappijina (NVVDM), berdasarkan UU No.
Tahun 1958 tentang nasionalisasi.
20 November 1958-31 Mei 1960 : Nama perusahaan berubah menjadi PPN baru cq.
VDN.
1 Juni 1960-31 Mei 1961 : Menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara, unit
Sumatera Utara (PP No. 29 Tahun 1960).
1 Juni 1961-30 September 1963 : Menjadi PPN Sumatera Utara-1 (kebun tembakau)
berdasarkan PP No. 143 Tahun 1961 dan lembaran
negara No. 168 Tahun 1961, tanggal 26 April 1961.
1 Oktober 1963-17 April 1968 : Berdasarkan PPN No. 30 Tahun 1963, tanggal 22
Mei 1968 dan lembaran negara No. 51 nama
perusahaan berubah menjadi PPN Tembakau Deli.
18 April 1968-30 April 1969 : Berdasarkan PP No. 14 Tahun 1968, tanggal 13
April Tahun 1968, dan lembaran negara No. 23
Tahun 1968, tanggal 13 April 1968 nama
perusahaan berubah menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) IX.
1 April 1974 s/d 1994 : Menurut PP No. 44 Tahun 1973, tanggal 6
Persero, nama perusahaan berubah menjadi
Perusahaan Persero (PT) Perkebunan-IX
diperbaharui dihadapan notaris Imah Fatimah, SH
pada tanggal 8 Maret 1985, Akte Nomor 32 (diubah
dari Akte Nomor 100, tanggal 13 Agustus 1984
dihadapan notaris yang sama).
2 Mei 1994-9 Maret 1996 : Transisi menuju penggabungan PTP II – PTP IX.
10 Maret 1996 s/d Sekarang : Resmi menjadi PTP Nusantara II (Persero).
Januari Tahun 2008 : Penggabungan Kebun Batang Kuis dan Bandar
Klippa, dengan nama Kebun Bandar Klippa.
Lokasi dan Luas Perkebunan
PTP. Nusantara II Bandar Klippa beralamat di Jl. Besar Tembung No. 4 Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan yang dilakukan oleh PTPN II Kebun Bandar
Klippa meliputi pengelolaan tiga jenis tanaman yaitu:
1. Tanaman Tembakau
2. Tanaman Kelapa Sawit
3. Tanaman Tebu
PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa memiliki luas areal perkebunan 1.837,50 Ha.
Dengan luas areal tanaman 1.659,88 Ha dan sisanya untuk kantor, gudang penyimpanan,
perumahan, tempat ibadah, dan lain-lain. Kebun PTP. Nusantara II Kebun Bandar Klippa
1. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Perkebunan Batang Kuis
2. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sampali dan Kota Medan
3. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perkebunan Saentis
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Perkebunan Marendal
4.2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan adanya hubungan kerja
sama antara pihak atasan dengan bawahan atau karyawan sekalipun perlu untuk ditingkatkan
sehingga mencapai hasil yang terbaik sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Untuk itu perlu adanya suatu struktur organisasi yang mengatur dan mengarahkan
orang-orang yang berada untuk dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. Jika dilihat
dari bentuk strukturnya maka di perkebunan PTPN II Kebun Bandar Klippa berbentuk
Organisasi Garis, dimana bawahan memberikan pertanggungjawaban atas atasannya.
Perusahaan ini dipimpin oleh seorang atasan yang berfungsi menjalankan kegiatan
manajemen. Dalam menjalankan usahanya, pihak atasan dibantu oleh karyawan yang bertugas
menjalankan rencana yang telah ditetapkan. Untuk memaksimalkan usaha karyawan ini harus
diberikan motivasi agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
Bidang atau Seksi Kerja
a. Administratur
1. Melaksanakan, mengawasi dan mengamankan semua instruktur direksi baik lisan maupun
tulisan untuk mengelola semua faktor-faktor produksi.
2. Memimpin rapat kerja staf dan mengambil keputusan terhadap semua permasalahan yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas untuk proses produksi.
3. Mengendalikan pemakaian biaya dengan jalan senantiasa membandingkan pengeluaran nyata
dengan RAB yang dihadapkan dengan kualitas dan kuantitas pekerjaan/produksi yang
dicapai.
4. Membuat job spesifikasi pegawai staf disesuaikan dengan bidang tugasnya masing-masing.
5. Memotivasi para petugas pelaksana/staf di perkebunan, agar timbul rasa tanggung jawab,
rasa peran serta turut memiliki, menuju kepada suatu tim kerja yang serasi dan langsung.
6. Mengawasi pelaksana pekerjaan pegawai staf yang dibawahinya, memberikan pengarahan
dan peningkatan disiplin kerja yang konsisten dan kontinu.
7. Mengunggulkan penerima, pengangkatan karyawan/pegawai SKU berdasarkan kebutuhan
job yang diperlukan.
b. Asisten Kamar Pilih
Tugas yang dijalankan oleh Asisten kamar pilih adalah:
1. Mengecek atau mengawasi kegiatan di gang sortasi/pemilihan agar berjalan dengan lancar
dan terjaga kebersihan di gang pemilihan.
2. Membuat dan menjalankan administrasi di gang pemilihan.
c. Asisten Afdeling
Tugas yang dijalankan oleh Asisten Afdeling adalah:
1. Menyelenggarakan penanaman kelapa sawit, meningkatkan produksi dengan cara yang
efisien dan efektif, sejak dari persiapan tanah, pengelolaan tanah, penanaman sesuai dengan
teknis yang baik.
2. Meneliti dan memeriksa pertumbuhan tanaman serta perawatan tanaman sekecil-kecilnya.
3. Mengawasi segala pekerjaan yang berhubungan dengan bidangnya di dalam afdeling, dan
mempergunakan tenaga kerja secara efektif dan efisien.
4. Memeriksa pekerjaan pegawai kerani yang diperbantukan kepadanya, menanda tangan upah
dan bon permintaan barang/bahan kebutuhan di afdeling.
d. Asisten Bangsal
Tugas yang dijalankan oleh Asisten Bangsal adalah:
1. Membantu administratur dalam menyusun RAB tentang rencana pembangunan bangsal dan
reparasi bangsal pengeringan dan mempedomani pelaksananya.
2. Menerima barang-barang yang masuk, bak mengenai mutu dan jumlah serta surat-surat
pengantar barang yang diterima.
3. Membuat bon permintaan barang yang berhubungan dengan urusan bangunan, bahan-bahan
transformasi.
4. Memeriksa jumlah karyawan dan mengisi buku asisten serta memeriksa buku mandor dari
seluruh mandor dan karyawa di bawah pengawas.