PENGARUH MODEL
DAN KREATIVITAS
KOGNITIF TINGGI FISIKA SISWA
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
SARI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJARKOGNITIF TINGGI FISIKA SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
SARI WAHYUNI ROZI NASUTION
NIM. 8146176017
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
ii
ABSTRAK
Sari Wahyuni Rozi Nasution (NIM.8146176017). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing dan pembelajaran direct instruction, dan mengetahui apakah ada perbedaan Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas yang rendah ,serta untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan tingkat kreativitas dalam meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-postes design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Swasta Baharuddin Padangsidimpuan tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel diambil secara cluster random class.Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan kelas kontrol diajarkan dengan direct instruction. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kognitif tinggi fisika dan angket kreativitas. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa, kognitif tinggi fisika siswa pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki kreativitas yang rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa.
iii
ABSTRACT
Sari Wahyuni Rozi Nasution (NIM.8146176017). Influence Model Enquiry Guided Learning and Creativity Against High Cognitive Learning Outcomes Physics Students. Thesis. Terrain: Graduate School, State University of Medan, 2016.
The purposes of this reseach were to know was there any different of students’ physic high cognitive learning result by using Guided Inquiry and Direct Instruction learning models, to know was there any different of students’ physic high cognitive learning result that had high creativity with low creativity, and to know was there any interaction between Guided Inquiry learning model and creativity degree in increasing students’ physic high cognitive learning. This research was quasy experimental research by applying two group pretest-postes design. Population of this research was all of students at the X grade of Madrasah Aliyah Swasta Baharuddin Padangsidimpuan in 2015/2016 academic year. Sampel was taken as cluster random class and it was divided into two classes, experimental class that was taugh by using Guided Inquiry learning model and control class that was taugh by using Direct Instruction. Instruments include to the physic high cognitive test and creativity questionaires. Data in this research was analyzed by using two lines of anava. Result of this research showed that Guided Inquiry learning model was better than Direct Instruction learning model in increasing students’ physic high cognitive learning. Students’ physic high cognitive on the high creativity group was better than low creativity group, then there was any interaction between Guided Inquiry learning model and creativity degree in increasing students’ physic high cognitive learning.
v
1.2.IdentifikasiMasalah ………... 10
1.3.BatasanMasalah ……….... 11
1.4.RumusanMasalah ……….. 11
1.5.TujuanPenelitian ……….. 12
1.6.ManfaatPenelitian ………. 13
1.7.DefenisiOpresional ……… 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA... ………... 15
2.1. KerangkaTeoritis ……….. 15
2.1.1. Model Pembelajaran ... 15
2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing...……….. 17
A. Pengertian Inquiry………... 17
B. Model Inquiry Terbimbing...………... 20
C. Karakteristik Inquiry Terbimbing...………. 26
D. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry Terbimbing ... 28
E. Kelebihan dan Kelemahan Inquiry Terbimbing ... 29
F. Fase-Fase Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 34
G. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing ... 34
2.1.3. Hakikat Kreativitas ………... 43
Indikator Kreativitas... 45
2.1.4. HakikatHasil Belajar Kognitif Tinggi………... 47
2.1.5. Teori Belajar Kognitif ... 51
A. Pengertian Teori Kognitif ... 51
B. Karakteristik Teori Kognitif ... 52
C. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif ... 52
2.1.5. Penelitian Yang Relevan ...………. 54
vi
2.2.1.Kerangka Konseptual ………... 55
2.2.1.1. Perbedaan Kognitif tinggi fisika Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Pembelajaran Langsung Direct Instruction ... 55
2.2.1.2. Perbedaankognitiftinggifisikapadasiswa yang
3.7. Instrumen Pengumpulan Data... 67
3.7.1. InstrumenTes Kreativitas... ………... 67
3.7.2. InstrumenTes Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika...…….. 68
3.8. TeknikAnalisisData ………... 68
BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 75
4.1. Hasil penelitian... 75
4.1.1.Deskripsi HasilPenelitian... 75
4.1.1.1.Deskripsi Data Pretes Kognitif tinggi fisika ... 75
4.1.1.2.Deskripsi Kreativitas Siswa... 79
4.1.1.3.Uji Statistik Pretes... 80
a. uji normalitas data... 80
b. uji homogenitas data... 81
4.1.1.4 Perlakuan dalam pelaksanaanPenelitian... 82
4.1.1.5 Deskripsi Data Postes Kognitif Tinggi Fisika ... 85
4.1.1.6 Uji Statistik Postes ... 88
vii
b. uji homogenitas data ... 89
4.1.2. Pengujian Hipotesis Penelitian... 90
1. Hipotesis Pertama... 93
2. Hipotesis kedua... 93
3. Hipotesis ketiga... 94
4.2 . Pembahasan Hasil Penelitian... 100
4.2.1PerbedaanHasilKognitiftinggifisikaSiswa yangDibelajarkanDengan Model PembelajaranInquiry TerbimbingDengan Siswa yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Direct Instruction... 100
4.2.2. PerbedaanKognitiftinggifisikasiswakarenaKreativitas TinggidanKreativitasRendahpadakelasPembelajaran Direct Instructiondengan model Inquiry Terbimbing... 102
4.2.3.InteraksiAntara Model Inquiry TerbimbingdanKreativitasdalam MeningkatkanKognitifTinggiFisikaSiswa... 104
BAB KESIMPULAN DAN SARAN... 105
5.1. Kesimpulan... 105
5.1. Saran... 106
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing....……….. 25
Tabel 2.2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry terbimbing …………... 28
Tabel 2.3. Fase-fase Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 34
Tabel 2.4. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget ……….... 37
Tabel 2.5. Sembilan Peristiwa Gagne ………... 41
Tabel 2.6. Penelitian Relevan ... 54
Tabel 3.1. Two Group Pretest-Postest Design ... 60
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA ... . 61
Tabel 3.3. Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur Rumus untuk Jumlah Sampel Yang Sama ... 62
Tabel 3.4. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 74
Tabel 4.1. Nilai Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 76
Tabel 4.2. Nilai Pretes Kategori Butir Soal Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 77
Tabel 4.3. Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Per Indikator Kognitif Tinggi Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77
Tabel 4.4. Nilai Kreativitas Siswa ... 79
Tabel 4.5. Kreativitas Siswa Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 80
Tabel 4.6. Uji Normalitas Distribusi Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Distribusi Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82
Tabel 4.8. Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 85
Tabel 4.9. Nilai Rerata Postes Kategori Butir Soal Indikator Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 86
Tabel 4.10. Persentase Siswa yang Menjawab Benar per Indikator Kognitif Tinggi Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87
Tabel 4.11. Uji Normalitas Distribusi Postes Kognitif Tinggi Fisika Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 89
Tabel 4.12. Uji Homogenitas Distribusi Postes Kognitif Tinggi Fisika Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hieraki Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom Tahun 1965 ... 48 Gambar 2.2. Hieraki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom ... 49 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 66 Gambar 4.1 Hasil Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 78 Gambar 4.2 Hasil Observasi Kognitif Tinggi Fisika Siswa Setiap Pertemuan ... 84 Gambar 4.3 Hasil Lembar Kerja Siswa Setiap Pertemuan ... 85 Gambar 4.4 Hasil Postes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 87 Gambar 4.5 Grafik Nilai Rerata Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 88 Gambar 4.6 Grafik Interaksi Postes Antara Model Pembelajaran Dan Sikap
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ……… 110
Lampiran 2. Bahan Ajar Pertemuan I ………. 122
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa I ……….. 135
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ………... 143
Lampiran 5. Bahan Ajar Pertemuan II ……… 155
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa II ……… 163
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III ……….. 171
Lampiran 8. Bahan Ajar Pertemuan III ………... 183
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa III ……… 188
Lampiran 10. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisik ..……….... 197
Lampiran 11. Kisi-Kisi Tes Kreativitas ………. 201
Lampiran 12. Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 205
Lampiran 13. Lembar Validasi Kreativitas Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor ... 206
Lampiran 14. Lembar Validasi Kognitif Tinggi Fisika Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor ... 209
Lampiran 15. Tabulasi Hasil Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen ... 212
Lampiran 16. Tabulasi Hasil Pretes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Kontrol . 213 Lampiran 17. Rekap Nilai LembarKerja Siswa ... 214
Lampiran 18. Rekap Observasi Aktivitas Kognitif Tinggi Fisika Siswa ... 216
Lampiran 19. Tabulasi Hasil Data Kreativitas ... 222
Lampiran 20. Analisis Statistik Data Pretes ... 223
Lampiran 21. Tabulasi Hasil Postes Kognitif Tinggi Fisika Siswa Kelas Eksperimen ... 232
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (tercantum dalam Undang-undang No.20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 ). Berdasarkan dari tujuan
pendidikan nasional, menurut UUSPN N0. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 menyatakan bahwa “ Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” Sagala
(2003).
Pembangunan Nasional meliputi berbagai bidang, salah satunya bidang
pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan salah satu upaya dalam
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan
yang paling utama dan dominan. Proses pembelajaran ini dapat terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan, jadi belajar dapat terjadi
kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian
2
tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran yang dialami
seseorang.
Kemajuan zaman menuntut manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Setiap detik urat nadi kehidupan tidak terlepas dari penggunaan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat,
semua itu tidak terlepas dari lahirnya penemuan-penemuan baru yang mendukung
kehidupan manusia.
Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan, namun hingga kini mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam
penyelenggaraan pendidikan, perhatian terhadap makna belajar dan
pencapaiannya menjadi sangat penting dan berarti dalam pengembangan
pendidikan di masa datang. Untuk mengatasi masalah ini banyak hal yang harus
dilakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan, hal yang terpenting adalah
terletak pada kegiatan proses pembelajaran didalam kelas yang melibatkan
pendidik dan siswa karena kegiatan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dikelas yang tidak hanya berpatokan
pada penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga
mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, dan penemuan
serta pemecahan masalah. (Izaak H. Wenno, 2010). Menurut Depdiknas, Sains
adalah pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sains
merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan studi dan praktik. Sain juga
3
dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan
induksi dan hipotesis.
Pembelajaran juga menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran fisika merupakan
kegiatan pendidikan yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan
guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam mencapai kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, hal ini
disebabkan pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik (BNSP,200 ).
Rendahnya kualitas pembelajaran sains dapat ditinjau dari berbagai
kejadian atau gejala dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Banyak tingkah
laku anggota masyarakat yang menunjukkan seakan-akan belum pernah menerima
pendidikan sains, atau pendidikan sains di sekolah seakan-akan tidak ada
dampaknya dalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besar masyarakat
Indonesia (Hinduan dalam Sarwanto, 2013).
Perkembangan Sains dan Teknologi telah memberikan pengaruh terhadap
dunia pendidikan. Pendidikan sains khususnya fisika sebagai bagian dari
pendidikan pada umumnya memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya dalam menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas.
Target penting dari pendidikan khususnya pendidikan fisika adalah
mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di
menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam proses
pembelajaran bagi siswa yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah
fisika, masalah kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswa
untuk suatu profesi.
Fisika dalam pengertian sains merupakan ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari tentang benda mati. Menurut (Supeno,et al,200 ), Fisika adalah ilmu
yang paling mendasar dari semua cabang sains. Fisika berurusan dengan perilaku
dan struktur materi. Dengan kata lain, fisika adalah ilmu tentang perubahan di
alam. Mata pelajaran fisika merupakan salah satu komponen pendidikan sebab
fisika adalah salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh
setiap jenjang pendidikan, karena fisika nantinya akan menjadi dasar dalam
penguasaan teknologi. Hasil analisis konsep menunjukkan bahwa konsep pada
materi fisika mengandung atribut-atribut konsep yang abstrak, sehingga untuk
memahami karakteristik konsep ini diperlukan pemahaman tentang hukum dasar
fisika, hubungan antara sebab akibat antara besaran besaran fisika sehingga
melalui formulasi model matematik dan inferensi logika dapat dijelaskan berbagai
gejala fisika yang berkaitan dengan karakteristik setiap konsep tersebut.
Dalam batasan pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk dapat
memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan konsep
fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil pembelajaran.
seimbangnya antara konsep dan teori yang diberikan pendidik kepada siswa
dengan penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum
pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Pembelajaran
fisika bertujuan untuk menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Fisika sebagai penyusun
sains merupakan wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat
menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah,
memiliki keterampilan proses sains serta keterampilan berpikir kritis dan
kreatif. siswa yang memperoleh pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan
memiliki sikap ilmiah sebagai komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains
sebagai komponen kognitif serta memiliki hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa
sebagai komponen psikomotorik.
Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah khususnya pada fisika
pendidik sering menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan
kurangnya keterlibatan siswa menemukan suatu konsep dalam proses
pembelajaran berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat teacher-centered
pendidik hanya menyampaikan fisika sebagai produk dan siswa menghafal
informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal yang hanya
berorientasi pada penggunaan rumus dari pada pemahaman konsep-konsep fisika
sebaiknya pendidik yang mengajarkan sains seperti halnya fisika harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Siswa perlu diberikan
kesempatan dalam berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para
sendiri, pada kenyataannya yang ditemukan di lapangan, Proses pembelajaran
lebih didominasi dengan pembelajaran yang konvensional dengan menggunakan
metode ceramah. Pembelajaran yang seperti itu akan mengakibatkan siswa
kurang yakin akan pengetahuannya sendiri, sehingga hasil belajarnya rendah.
Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi
dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu fisika diterapkan di sekolah seakan-akan
tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berpikir siswa di lingkungannya. Hal
ini dibuktikan oleh hasil observasi awal peneliti dengan guru bidang studi fisika di
sekolah Madrasah Aliyah Baharuddin, yang menunjukkan bahwa selama ini
pembelajaran fisika masih berfokus pada guru belum bergeser fokus pada siswa
itu sendiri. Hal ini mengakibatkan pembelajaran hanya berfokus pada kegiatan
mengahafal konsep, sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep
fisika.
Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang telah penulis lakukan di
Madrasah Aliyah Baharuddin pada tanggal 0 Agustus 201 , penulis
mendapatkan informasi, bahwa pembelajaran fisika yang berlangsung masih
didominasi oleh guru serta kurang bervariasi, proses pembelajaran lebih sering
menggunakan model ceramah dan pembelajaran yang berlangsung masih
konvensional dengan latihan soal, sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk
memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif dan kegiatan praktikum pun
jarang dilaksanakan sehingga mengakibatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika
siswa siswa menjadi pasif dan kurang terbentuk, dimana siswa hanya mengikuti
apa yang dicontohkan guru dan kreativitas dalam diri siswa pun terhambat serta
siswa di semester ganjil 2013/201 memperoleh angka kurang memuaskan, yaitu
dengan nilai rata-rata 0 sedangkan KKM bernilai 0.
Kemampuan kognitif yang dicapai antar siswa tidak sama, ada yang
mencapai kemampuan kognitif tinggi, ada pula yang mempunyai kemampuan
kognitif rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif siswa
adalah penggunaan model pembelajaran dan tingkat kreativitas belajar fisika
siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat cocok untuk menigkatkan
dan mengembangkan kemampuan kognitif siswa karena model ini menekankan
guru untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka
mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas. Model
pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta
kualitas pembelajaran fisika.
Direct Instruction merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar yang
sudah biasa dilaksanakan oleh guru atau dengan kata lain yang paling sering
dilakukan oleh guru-guru di suatu sekolah. Secara umum pelaksanaan
pembelajaran ini adalah dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa secara lisan. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu menerima apa saja
yang dijelaskan oleh guru. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini lebih sering
menggunakan model ceramah, dimana guru lebih mendominasi proses
pembelajaran sementara siswa bersikap pasif. Sehingga dalam Direct Instruction
hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa siswa terhambat, hal ini juga disebabkan
dalam proses belajar mengajar siswa kurang berbasis eksperimen,sehingga
belajar mengajar berbasis eksperimen sangat sulit diterapkan karena dalam Direct
Instruction hanya menggunakan model caramah dan tidak berbasis pendidikan,
hal inlah yang membuat siswa kurang terampil di sekolah.
Sesuai dengan pernyataan di atas maka model pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri dengan jenis
bimbingan. Terdapat beberapa jenis inkuiri yang dapat digunakan sesuai dengan
keadaan siswa yang bersangkutan, diantaranya adalah Disc very Learning,
nteractive Dem nstrasi, uided n uiry, n uiry Lab rat rium, y thetical
n uiry. Berdasarkan keadaan siswa yang diamati di sekolah Madrasah Aliyah
Baharuddin, maka jenis inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkuiri
terbimbing, karena pada proses pelaksanaannya guru merencanakan pembelajaran
dan perumusan kegiatan.
Adapun tujuan model inkuiri terbimbing ini menurut Paul Eggen dan Don
Kauchak (2012) adalah untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya
membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang
jelas. Model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu mengacu ke penelitian yang
relevan, menurut (Sabahiyah, 2013) menyatakan bahwa model pembelajaran
inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh
terhadap pemahaman konsep IPA dan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa.
Selanjutnya menurut (Gladys, 2013) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri
terbimbing efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Struktur
dasar pelajaran inkuiri terbimbing sama bagi pembelajar dari semua tingkat
perkembangan. Akan tetapi sejumlah adaptasi akan diperlukan saat menggunakan
semakin belia siswa, semakin sedikit pengalaman mereka tentang suatu topik,
semakin besar kebutuhan akan contoh-contoh konkret berkualitas tinggi. Menurut
Munandar (200 ) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data informasi, atau unsur-unsur yang ada.
Sedangkan menurut Robert (200 ) kreativitas merupakan suatu aktivitas
kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk
permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang
menurut kegunaannya). Jahja (2011) kreativitas dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Sedangkan menurut Susanto
(2013) kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan
apa yang telah ada sebelumnya.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Brickman et al (200 ) dengan
melakukan penelitian menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada
mahasiswa non sains di University Georgia terhadap pendekatan hasil belajar
kognitif tinggi fisika siswa. Penerapan tersebut sejalan dengan defenisi dari model
pembelajaran inkuiri terbimbing, sebagaimana yang dikemukakan oleh (Sun dan
Trowbridge, 1 3) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing merupakan suatu proses menemukan dan menyelidiki
masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencakan eksperimen, mengumpulkan data,
menarik kesimpulan data dan menarik kesimpulan tentang hasil masalah. Model
pembelajaran inkuir terbimbing juga menuntut guru untuk sengaja memilih
peristiwa yang menimbulkan keheranan dan membuat siswa untuk
10
menemukan dan menjelaskan sehingga akan menghasilkan suatu pemahaman
konsep dan teori baru.
Berdasarkan defenisi inkuri terbimbing di atas, maka untuk memudahkan
dalam mewujudkan suatu proses penyelidikan yang berorientasi inkuiri,
diperlukan kegiatan praktikum dengan menggunakan alat praktikum sederhana
untuk menunjang proses pembelajaran, maka dalam penelitian ini alat praktikum
sederhana yang digunakan adalah alat optik sederhana yang dirancang oleh siswa
sendiri melalui petunjuk guru yang disajikan dalam bentuk lembar kerja siswa, hal
ini dilakukan supaya siswa lebih terampil sehingga kreativitas pada siswa dapat
muncul dan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa pun dapat terbentuk.
Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,
proses, model ataupun produk yang baru efektif yang bersifat imajinatif, estetis,
fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi, yang berdaya guna
dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah (Rachmawati, 2010).
Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika Siswa
Madrasah Aliyah Swasta Baharuddin”.
1. . Ident f kas Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi antara lain
11
2. Kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata
dan aktif.
3. Alat-alat praktikum di sekolah tidak memadai.
. Adanya perbedaan kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada mata pelajaran fisika masih
rendah.
. Proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan
pembelajarab berlangsung masih konvensional dengan latihan soal.
1. . Batasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada
1. Model pembelajaran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah nkuiri
Terbimbing.
2. Kegiatan praktikum yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengaruh
kalor, hubungan kalor terhadap suhu benda dan wujudnya.
3. Kreativitas siswa awal siswa pada tingkat tinggi dan tingkat rendah.
. Hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa.
. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu dan kalor pada
siswa kelas X semester II Madrasah Aliyah Baharuddin.
1. . Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian di
12
1. Bagaimanakah nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran direct instructi n?
2. Bagaimanakah nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing?
3. Apakah ada perbedaan antara nilai hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran direct instructi n dan model pembelajaran
inkuiri terbimbing?
. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa?
1. . Tu uan Penel t an
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian di Madrasah Aliyah Baharuddin
adalah
1. Untuk mengetahui nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran direct instructi n.
2. Untuk mengetahui nilai hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran direct instructi n dan model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
. Untuk mengetahui interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran
13
1. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai
sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi, guru, pengelolah, pengambang lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya akan menguji secara lebih mendalam tentang penerapan model pembelajaran nkuiri Terbimbing dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan
1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami masalah siswa pada pembelajaran fisika, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok. 2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta
media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika. 3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.
. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.
1. Defenisi O erati nal.
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru berperan sebagai instruktur, yang berperan sebagai pengarah saat pembelajaran berlangsung disebut nkuiri Terbimbing. (Buck et al dalam Brickman et al, 200 ).
1
dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Belajar hapalan mengacu
pada penghapalan fakta-fakta, hubungan-hubungan, prinsip, dan konsep. (Depdiknas (Yasa, 2008).
3. Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,
proses, model ataupun produk yang baru efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi, yang
berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Adapun idikator kreativitas tersebut adalah fluency, flexibility, originality, elaboration dan sensitivity. (Rachmawati, 2010).
. Hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar. Dalam penelitian ini aspek
yang di ukur adalah perubahan pada tigkat kognitifnya saja. Hasil belajar kognitif tinggi yang dimaksud adalah perubahan yang hanya mencakup bidang kognitif ranah kognitif atau kegiatan mental (otak) C3, C , C dan C .
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat Perbedaan hasil postes kognitif tinggi fisika siswa yang diberi
pembelajaran dengan model Inquiry Terbimbing dengan siswa yang diberi
pembelajaran direct instruction. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata
94,38 dan kelas kontrol memperoleh rata-rata 80,00. Model pembelajaran
Inquiry Terbimbing lebih baik dalam meningkatkan kognitif tinggi fisika
siswa siswa daripada pembelajaran direct instruction.
2. Terdapat Perbedaan hasil postes kognitif tinggi fisika siswa pada
kelompok siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi dengan kreativitas
yang rendah. Rata-rata kognitif tinggi fisika siswa kelompok siswa yang
memiliki kreativitas tinggi sebesar 84,24 sedangkan rata-rata kognitif
tinggi fisika siswa kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah
sebesar 65,00. Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kreativitas
tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas yang rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas dalam
mempengaruhi kognitif tinggi fisika siswa siswa. Model pembelajaran
Inquiry Terbimbing lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki
kreativitas yang tinggi.
107
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang
didemonstrasikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu
mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena
tersebut.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam
pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry
Terbimbing. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5
orang setiap kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam
berkeja di kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau
aktifitas siswa.
3. Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu mekreativitas siswa atau
memberikan contoh-contoh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan
jawaban “ya “ atau “tidak” karena temuan di lapangan siswa masih sulit
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press
Anderson, L. W. & Krathwhol, D.R. (2001). A Taxonomy for learning, teaching and Assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman.
Anitah, Sri, dan Yetti Supriyati (2008). Strategi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka
Arends . R.J II (2013). Learning to Teach. New York: MC Graw-Hill
Arikunto, Suharsimi (2013). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Bangun Harahap, Mara (2012). Belajar dan Membelajarkan. Diktat Perkuliahan.
BNSP. (2006).Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Brickman, P., Cara, G., Norris, A and Brittan. H. (2009). Effect of Inquiry – Based Learning on Student’s Literacy Skill and Confidence. International Jorunal For the Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 3. 2. 152-153.
Candra Sayekti, Ika, Sarwanto dan Suparmi (2012). Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Analisis dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inkuiri Vol 1. 2. 142-153.
Damari. Ari (2007). Kupas Fisika SMA untuk Kelas 1,2 dan 3. Jakarta: Wahyu Media
Dev. (1997). Journal of theacher Education.
Dimyati dan Mudjiono (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Eggen, Paul dan Don Kauchak (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta Barat: Indeks.
Jack, Gladys. U. (2013). Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concept in Chemistry: Affect on Students
108
Academic Archievement. Journal of Education and Practice. Vol. 6 (2). 11-22.
Joyce. B dan Weill. (2013). Model f Teach. 6th edition. Boston : Allyn and Bacon.
Julia Hapsari, Mahrita. (2011). paya Menigkatkan Self Confidence Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Negeri Yogyakarta.
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
NRC. (2000). Inquiry and The ational Science Education Standar A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academic Press
Rachmawati, Yeni (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta : Kencana.
Riyanto, Yatim (2012). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta : Kencana.
Rustaman, Nuryani Y (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II.
Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I.W dan Suastra. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas Gugus 03 anasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 3(3). 4-15.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Perdana Media Group
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana Perdana Media Group
Solso, Robert L. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga
Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito
109
Supeno, (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana
Suwartaya, Nugroho dan Khumaedi (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing Berefleksi Pada Materi Konduktor dan Isolator Panas. Journal of Primary Education. Vol 2(1). 3-11.
Usman, Husaini (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara