• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resensi Buku Bela Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Resensi Buku Bela Negara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Bela Negara: Peluang dan Tantanan di Era Globalisasi Penulis : Dr. Agus Subagyo, S.I.P., M.Si.

Tebal Buku : 117 halaman

Penerbit : Graha Ilmu

Terbit : Januari 2015

Ukuran buku : 16 x 23

Cetakan : Cetakan I, tahun 2015

ISBN : 978-602-262-400-4

Jumlah Halaman : xii + 105 halaman

Jumlah Bab : 6 Bab

(2)

PENDAHULUAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resensi itu sendiri diartikan sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut. Resensi bermanfaat agar kita mengetahui tentang banyak hal, selain itu juga bermanfaat agar dapat melatih kita untuk membaca dan menilai suatu karya dari orang lain. Selain manfaat membaca yang menambah wawasan, membaca juga dapat membuka pemikiran kita terhadap permasalahan agar permasalahan yang kita hadapi dapat dipecahkan dengan pemikiran yang luas dan tidak terbatas.

Manfaat merensensi buku Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globaliasi ini selain kita dapat mengerti apa arti bela negara yang sesungguhnya, kita juga dapat mengerti bahwa semakin canggih dan majunya suatu negara terlebih dalam menghadapi arus globalisasi maka akan semakin banyak juga tantangan yang dihadapinya karena biasanya nilai-nilai luhur bela negara akan mudah tergerus zaman terlebih jika kita tidak bisa memilih yang mana yang baik dan yang mana yang kurang baik untuk kemajuan kita ke depannya.

(3)

ISI / SUBSTANSI BUKU 1. BAB I (Pendahuluan)

 Filosofi Bela Negara

Setiap warga negara diminta untuk selalu berpikir, bertindak, berjuang dan berupaya membela negara. Negara perlu dibela suaya tidak terancam oleh berbagai ancaman dan serangan musuh di era kapitalisme global saat ini. Setiap warga negara harus setiap saat wajib membela negara dan setiap warga negara tanpa memandang jabatan apapun wajib membela negara. Ada hubungan timbal balik antara negara dan warga negara. Negara memberikan keamanan (security) dan kesejahteraan (prosperity) kepada warga negara dan warga negara harus memberikan pembelaan kepada negara ketika negara dalam kondisi terancam oleh ancaman musuh baik langsung maupun tidak langsung.

Secara filosofis, bela negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau teori perjanjian sosial tentang terbentuknya negara. Teori kontrak sosial dinyatakan bahwa negara terbentuk karena keinginan warga negara atau masyarakat untuk melindungi hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat agar supaya terjalin hubungan yang harmonis, damai dan tentram.

Negara memiliki tujuan untuk meselaraskan kepentingan antar warga negara di tengan interaksi masyarakat. Negara pun lahir kareana adanya kesepakatan antar warga negara. Hubungan antar negara dan warga negara bersifat komplomenter.

(4)

 Regulasi Bela Negara

Dasar bela negara di Indonesia sudah temaktub dalam berbagai perundang-undangan, khususnya di dalam UUD NRI 1945.

a) Pasal 30 ayat 1: “Setiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara”.

b) Pasal 30 ayat 2: “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.

UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 diamanahkan secara jelas tentang aturan bela negara bagi masyarakat Indonesia.

a) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam peyelenggaraan pertahanan negara. b) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: - Pendidikan kewarganegaraan;

- Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

- Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan

- Pengabdian sesuai dengan profesi.

c) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Dalam regulasi hukum tentang dasar hukum pelaksanaan bela negara yang ada di Indonesia adalah:

a) Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang Konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.

(5)

c) Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.

d) Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. e) Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI. f) Amandemen UUD ’45 Pasal 30 dan Pasal 27 ayat 3.

g) Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Unsur-unsur bela negara adalah: Cinta Tanah Air, Kesadaran Berbangsa & Bernegara, Yakin akan Pancasila sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara, dan Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.

 Wacana “Wajib Militer”

Sejak tahun 2002 indonesia sudah menyiapkan RUU tentang wajib militer yang disebut dengan RUU Komcad (Komponen Cadangan). RUU Komcad ini yang wajib mengikuti wajib militer/kompoen cadangan ini adalah warga negara Indonesia yaitu: Pasal 8 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil, pekerja dan/atau buruh yang telah memenuhi persyaratan wajib menjadi anggota Komponen Cadangan. Ayat (2) mantan prajurit TNI yang telah memenuhi persyaratan dan dipanggil, wajib menjadi anggota Komponen Cadangan. Ayat (3) warga negara selain Pegawai Negeri Sipil, pekerja dan/atau buruh dan mantan prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat secara sukarela mendaftarkan diri menjadi Anggota Komponen Cadangan sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan.

Wajib militer ini berlangsung selama 5 tahun sesuai pasal 17 ayat (1) dalam RUU Komponen Cadangan (1) Anggota Komponen Cadangan wajib menjalani masa bakti Komponen Cadangan selama 5 (lima) tahun dan setelah masa bakti berakhir secara sukarela dapat diperpanjang paling lama 5 (lima) tahun.

 Wajib Militer di Negara Lain

(6)

menyandang senjata dan menjadi anggota tentara dan mengikuti pendidikan militer guna meningkatkan ketangguhan dan kedisiplinan seorang itu sendiri.

Negara-negara yang melaksanakan Wajib Militer di dunia dapat disebutkan sebagai berikut:

Mesir, Republik Cina (Taiwan), Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Rusia, Swiss, Brasil, Israel, Turki, Aljazair, dsb.

Selain negara-negara diatas, adapun negara-negara lain yang melaksanakan wamil yaitu :

No Negara No Negara

1 Angola 17 Norwegia

2 Austria 18 Beralus

3 Bolivia 19 Kazakhstan

4 Chili 20 Armenia

5 Eritrea 21 Moldova

6 Estonia 22 Uzbekistan

7 Finlandia 23 Paraguay

8 Georgia 24 Polandia

9 Iran 25 Romania

10 Korea Utara 26 Seychelles

11 Kroasia 27 Siprus

12 Kuba 28 Suriname

13 Kuwait 29 Suriah

14 Myanmar 30 Swedia

15 Thailand 31 Ukraina

16 Venezuela 32 Yunani

(7)

 Modernitas, Humanisme, dan Krisis Kemanusiaan

Proyek modernitas peradaban Barat yang dibalut oleh temali kapitalisme global dan mengangkut nilai-nilai individual-liberal serta dikemas dalam tema globalisasi sangat terasa dan kentara dalam kehidupan sosial masyarakat ketimuran.

Kisah-kisah agung modernitas yang dirajut oleh para ilmuwan barat tentang kemajuan zaman modern telah melahirkan faham humanisme, ditandai dengan pergeseran perkembangan manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk materiallis.

Dalam perkembangannya humanisme modern terbelah ke dalam dua sempalan. Pertama, humanisme seimbang atau moderat yang menjunjung tinggi keluhuran manusia, keterbukaan nilai, toleransi, universalisme dan religionalitas yang dekat dengan alam. Kedua, humanisme sekular atau anti agama. Artinya agama difahami sebagai takhayul, ilusi, candu, bentuk keterasingan manusia, dan keterikatan manusia pada irasionalitas.

Ciri dan karakteristik modernitas memiliki tiga dimensji kecendrungan yaitu: Dimensi kemanusiaan yang tidak bertuhan (humanisme), Dimensi materi yang tidak bertuhan (materialisme), dan Dimensi perilaku yang tidak bertuhan (atheisme).

 Multikulturalisme di Tengah Kultur Monolitik dan Uniformitas Global Masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik heterogen, dimana pola-pola hubungan sosial antar individu dalam masyarakat bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai (peace co-existence).

Jadi multikulturalisme merupakan suatu konsep yang ingin membawa masyarakat dalam kerukunan dan perdamaian, tanpa ada konflik dan kekerasan, meskipun didalamnya terdapat kompleksitas perbedaan.

Penetrasi globalisasi membawa tiga dampak signifikan yaitu: Pola tekanan ke atas, Pola tekanan ke bawah, dan Pola desakan ke samping.

(8)

Konsepsi multikulturalisme yang intinya menekankan pada pengakuan dan penghormatan terhadap kebhinekaan dan perbedaan sedang berhadapan secara tajam dengan isu-isu terorisme, dimana mereka tidak mengedepankan pada kebersamaan dan pluralisme, melainkan hanya menekankan pada uniformitas yang monolitik.

Melihat betapa bahayanya permasalahan terorisme di Indonesia, salah satu cara yang efektif untuk itu adalah langkah penguatan masyarakat sipil (civil society). Tujuan utama dibentuknya negara adalah kontrak sosial dengan seluruh elemen masyarakat untuk secara bersama mendelegasikan kekuasaan kepada negara untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi interaksi hak dan kewajiban antar individu dalam masyarakat.

 Sumpah Pemuda atau Pemuda di Sumpah?

Makna yang dapat kita ambil dari peringatan sumpah pemuda kali ini adalah semangat dari para pemuda Indonesia diseluruh tanah air ketika itu yang menyatakan diri untuk bersatu dalam tumpah darah bangsa Indonesia.

Namun, berbagai gejala disintegrasi bangsa harus dipahami sebagai sebuah gejala arus balik. Terdapat dua faktor yang menyebabkan gejala terjadinya arus balik yaitu: Pertama adalah semakin menguatnya fenomena etnisitas dan etnonasionalisme sempit berbasis pada primordialisme. Kedua adalah kuatnya penetrasi global yang senantiasa masuk melalui media-media tertentu diseluruh dimensi kehidupan. Momentum hari sumpah pemuda sudah seharusnya dijadikan sebagai sarana untuk refleksi sekaligus ajang untuk menjadikan pemuda disumpah; Sumpah nasionalisme atau Sumpah kebangsaan.

3. BAB III (Krisis Bela Negara)  Pendidikan Bela Negara

(9)

Pada pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi, para mahasiswa harus dibekali dan ditanamkan pendidikan bela negara. Banyak mata kuliah yang dapat menyisipikan materi bela negara kepada para mahasiswa dan tercantum dalam UU No. 11 Tahun 2012

Materi yang diajarkan dalam pendidikan bela negara harus disampaikan secara komunikatif, dialogis, dan interaktif. Bela negara adalah komponen penting dalam sebuah tegaknya negara menjadi berdaulat, adil, dan makmur. Tanpa bela negara, negara tidak akan mampu menjadin super power.

 Bela Negara di Kalangan Generasi Muda

Kunci sukses dalam bersaing di tengah arus globalisasi dan membawa nama Indonesia di tengah percaturan global adalah landasan semangat bela negara yang tinggi bagi generasi muda penerus bangsa.

Peran pemuda sangat besar dalam upaya pembelaan negara. Pentingnya pemuda ini dalam konteks negara sampai ada dagium terkenal, yakni: “siapa yang menguasai pemuda, maka ia akan menguasai masa depan suatu bangsa”.

Para muda saat ini lebih banyak terjebak pada kegiatan pragmatis jangka pendek dan terkooptasi oleh kepentingan politik elit yang menawarkan berbagai limpahan materi yang menggiurkan dan melupakan semangat bela negara.

Namun, saat ini para pemuda generasi bangsa tidak memiliki wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap para pemuda untuk dididik dan dilatih bela negara yang benar.

Kalangan pemuda sekarang ini telah tergelincir pada sikap pragmatis, hedonis, materialistis, dan apatis, sehingga jauh dari karakter pemuda yang seharusnya berkarakter, progresif, idealis, revolusioner, radikal, dan inovatif.

 Elit Politik dan Bela Negara

(10)

aturan perundang-undangan sehingga merahbirunya negerti saat ini sangat ditentukan oleh elit politik.

Posisi elit politik sebenarnya sangat berpengaruh dalam menumbuhkan semangat kebangsaan, rasa nasionalisme, dan cinta tanah air. Dalam budaya masyarakat Indonesia yang ketimuran dan memegang teguh etika moral, para elit politik tidak mampu mengembangkan budaya malu (quilt culture) dan budaya salah (shame culture).

 Empat Pilar Kebangsaan dan Bela Negara

Empat pilar kebangsaan adalah: Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Ini merupakan consensus nasional yang telah dibuat, diperjuangkan dan dipatrikan oleh para founding fathers.

Empat pilar kebangsaan merupakan jati diri bangsa Indonesia di tengah konstelasi global yang tidak dimiliki oleh negara lain selain Indonesia, dan merupakan salah satu sarana yang dapat menumbuhkembangkan semangat bela negara. Bela negara membutuhkan empat pilar kebangsaan sebagai bangunan yang kokoh.

4. BAB IV (Meneropong Bela Negara di Indonesia)  Pendahuluan

Di era reformasi saat ini, kesadaran bela negara masyarakat Indonesia sedang diuji. Maraknya konflik vertical dan horizontal yang berdimensi politik, ekonomi, dan sosial budaya menunjukkan bahwa kepentingan individu, kepentingan kelompok, dan kepentingan partai lebih ditonjolkan daripada kepentingan bangsa dan negara.

Asumsinya, semakin tinggi bela negara yang ada dalam hati sanubari masyarakat Indonesia, maka semakin rendah potensi konflik yang terjadi. Dan demikian pula sebaliknya.

 Bela Negara: Pengertian, Nilai dan Dasar Yuridis

(11)

oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara guna menghadapi ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri.

Dasar hukum bela negara adalah Pasal 27 Ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: “Bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara” dalam Pasal 30 Ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi “Bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai Komponen Utama, Rakyat sebagai Komponen Pendukung” dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B dinyatakan “Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara, sesuai dengan ketentuan yang berlaku” UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1) menegaskan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara” Pasal 9 Ayat (2) ditegaskan bahwa “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dimaksud Ayat (1) diselenggarakan melalui: Pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran, pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi.

 Indonesia: Karut Marut Bela Negara Kita

Pada aspek ideologi, bukan membela Pancasila sebagai ideologi negara, melainkan membela ideologi lain, seperti bela kapitalisme, bela liberalisme, bela komunisme, bela anarkisme, dan bela radikalisme.

Pada aspek politik, semangat membela diri dan kelompoknya tercermin dalam sikap dan perilaku seperti bela partai, bela korupsionisme, bela kleptokrasisme, bela ormas, bela LSM, bela diri, dan bela kelompok.

(12)

bisnisnya, bela kongsinya, bela perusahaannya, bela uangnya, bela investasinya, dan bela hasil korupsinya.

Pada aspek sosial budaya, sikap dan perilaku seperti bela agamanya, bela konconya, bela keluarganya, bela dinastinya, bela sukunya, bela etnisnya, dan bela daerahnya.

 Menelisik Faktor yang Mempengaruhi Bela Negara

Bela negara merupakan sebuah semangat yang bersifat dinamis, dan merupakan sebuah kesadaran diri. Ada kalanya bela negara di satu daerah lebih tinggi dibandingkan dengan bela negara di masyarakat yang lain, da nada pula bela negara orang yang satu lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lain. Tingkat kesadaran bela negara dan tingkat kualitas pemahaman bela negara antar satu pihak dengan pihak lain tentunya berbeda-beda, tergantung dari berbagai faktor. Faktor penyebab lemahnya bela negara di Indonesia antara lain:

1) Faktor ideologi, maraknya ideologi liberalisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan berbagai ideologi lain yang berbasis pada agama telah mempengaruhi pola piker dan mindset pada masyarakat Indonesia. 2) Faktor politik, kegiatan politik praktis yang seringkali dipenuhi dengan

ketegangan, konflik, kekerasan, provokasi dan mobilisasi yang tidak mengindahkan berbagai nilai dan norma ditengah masyarakat telah mendorong lemahnya bela negara.

3) Faktor ekonomi, kondisi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan yang terjadi dimasyarakat mendorong lemahnya bela negara ditengah masyarakat.

4) Faktor sosial budaya, kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang saat ini terkena virus hedonisme, konsumerisme, individualisme, dan materialisme, menyebabkan masyarakat Indonesia tidak lagi hirau dan peduli dengan semangat bela negara.

(13)

Melihat gambaran umum bela negara di Indonesia, maka sangat penting dan menjadi prioritas untuk melakukan upaya peningkatan bela negara di tengah masyarakat agar supaya tidak mudah tersulut konflik dan terprovokasi untuk melakukan aksi separatisme, radikalisme, dan terorisme.

Bela negara di masyarakat Indonesia harus ditingkatkan dengan cara membuat kebijakan yang komprehensif, holistik, dan integralistik baik dari aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan-keamanan. Pendekatan keamanan dan kesejahteraan merupakan senyawa yang harus dipegang teguh bagi para pengambil kebijakan dalam mengelola bela negara di tengah masyarakat.

5. Bela Negara di Wilayah Perbatasan  Karakteristik Masyarakat Perbatasan

Masyarakat perbatasan sangat rawan dengan berbagai pentrasi dan infitrasi asing karena secara geografis langsung bersentuhan dengan negara lain dan secara ekonomi terdapat interaksi atau interaksi ekonomi serta secara sosial kultural terdapat hubungan kekerabatan yang erat.

Karakteristik masyarakat di wilayah perbatasan di lihat dari aspek ideologi adalah masih rendahnya pemahaman terhadap ideologi Pancasila, dan masih kurang memahami empat pilar kebangsaan. Dalam aspek politik dapat digambarkan bahwa masyarakat di wilayah perbatasan sangat terkesan apatis dalam kehidupan politik dan dimanfaatkan oleh elit politik lokal. Dalam aspek ekonomi, masyarakat di wilayah perbatasan sangat memprihatinkan. Dalam aspek sosial budaya, dapat dilihat dari potret rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, masih kuatnya primordialisme, sentimen etnik, dan rawan konflik sosial. Dalam aspek pertahanan keamanan, masyarakat perbatasan sangat rawan terhadap aksi kesahatan, khususnya kejahatan transnasional (illegal fishing, illegal logging, illegal mining).

 Arti Penting Bela Negara di Perbatasan

(14)

(prosperity approach) dan pendekatan keamanan (security approach) harus selalu dikedepankan. Masalah pertahanan negara diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Terbentuknya Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) sangat diharapkan dapat mengelola wilayah perbatasan secara cepat, tepat, komprehensif dan terinegrasi sehingga mampu menghilangkan saling serang konflik kewenangan antar instansi dalam membangun wilayah perbatsan.

 Kesadaran Bela Negara di Perbatasan

Kesadaran bela negara di wilayah perbatasan sangat penting ditumbuhkan oleh berbagai pemangku kepentingan mengingat wilayah perbatasan merupakan wilayah pintu gerbang dan wajah bangsa Indonesia dalam bertatap mka atau berhadapan langsung dengan negara lain di dunia. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan di tengah masyarakat akan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya bela negara di wilayah perbatasan. 6. Agenda Besar Bela Negara ke Depan

 Sinergitas Komponen Bangsa

Bela negara merupakan modal dasar bagi bangsa Indonesia mencapai cita-cita sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD NRI 1945. Bela negara dapat pula dijadikan sebagai “filter” bagi ancaman separatisme, terorisme, dan radikalisme. Meningkatkan bela negara di seluruh lapisan komponen bangsa, maka diperlukan kerjasama, komunikasi, dan koordinasi antar stakeholder terkait.

Dalam kaitan ini, sangat penting dilakukan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan program bela negara di berbagai daerah sesuai dengan kondisi wilayah dan karakteristik masyarakatnya masing-masing.

 Membangun Benteng Terakhir Bangsa

(15)

bangsa adalah komponen TNI. TNI adalah komponen utama pertahanan negara yang dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai upaya dan gerakan yang ingin menghancurkan bangsa Indonesia. TNI merupakan komponen penting dalam struktur NKRI sebagai garda terdepan menghadapi berbagai ancaman yang muncul sangat komplek di era globalisasi saat ini. TNI dan bela negara ibarat dua sisi dari satu keping uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

 Belajar dari Sejarah

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai sejarah. Para pemuda sekarang harus ulet, gigih, arief, bijaksana, dan memiliki mental baja dalam mengisi kemerdekaan sebagaimana halnya para pahlawan nasional yang gigih dan ulet melawan penjajahan.

Bela negara merupakan salah satu contoh bagaimana aplikasi dari pentingnya belajar sejarah. Budaya malu (shame culture) dan budaya salah (quilt culture) selalu dipegang teguh oleh para pemimpin pemerintahan di negara-negara Asia Timur.

KEKUATAN & KELEMAHAN BUKU 1. Kekuatan Buku

(16)

pun membuka mata saya untuk lebih peka terhadap apa yang terjadi diluar sana dan lebih membuka saya untuk lebih peka terhadap rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Karena saya yang sebagai generasi muda pun mengakui bahwa saya belum memiliki rasa bela negara yang seperti diharapkan oleh para leluhur kita.

2. Kelemahan Buku

Menurut saya buku ini memiliki kekurangan yaitu tidak adanya gambar satupun yang terdapat dalam buku, sehingga sedikit membosankan dan membuat saya pun sempat mengantuk ketika membacanya terlalu lama. Dan didalam buku ini juga ada beberapa kesalahan dalam penulisan kata, identitas dalam buku ini juga kurang lengkap sehingga saya mengalami sedikit kesulitan ketika memperoleh data buku untuk di resensi, seperti tidak terteranya design cover dan perwajahan isi.

KONTRIBUSI BUKU TERHADAP STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

(17)

menjadi perwakilan negara di negara lain, maka sifat bela negara ini sangat dibutuhkan agar bisa membela tanah air tercinta. Disamping efek terhadap negara kita sendiri, buku ini memiliki efek terhadap negara lain. Karena memang bela negara bukan hanya penting untuk negara kita sendiri, tetapi seluruh negara dibelahan bumi manapun memerlukan bela negara untuk keutuhan dan kemajuan bangsa sendiri, seperti yang dikatakan didalam buku, jika kita tidak memiliki rasa bela negara. Negara kita tidak akan bisa menjadi negara super power dan keutuhan negara tidak akan bisa dijaga karena banyaknya tindakan separatis dan gerakan-gerakan kemerdekaan yang menurut saya sebenarnya tidak terlalu penting, mereka terlalu memperhatikan keegoisan masing-masing dan kepentingan golongan. Padahal belum tentu mereka bisa merdeka jika tidak dinaungi satu negara dan satu bangsa yang memperjuangkan mereka. Mereka tidak memikirkan dan terlalu memahami arti perjuangan dan bela negara sesungguhnya sehingga mereka menganggap bahwa itu adalah hal yang sangat sepele. Padahal jika kita ingat kembali perjuangan para pendiri negara atau founding fathers perjuangan mereka sangat tidak ternilai.

Arti bela negara itu sendiri sangat penting untuk seluruh negara, menurut saya suatu negara bisa disegani dan ditakuti oleh negara-negara lain jika memiliki rasa nasionalisme atau rasa bela negara yang sangat tinggi. Dan jika seluruh negara memiliki rasa bela negara yang tinggi maka saya yakin bahwa di dunia tidak akan ada lagi peperangan perebutan wilayah ataupun wilayah yang ingin melepaskan diri seperti banyaknya kasus pemberontakan, terorisme, dan sebagainya karena dimasing-masing negara atau masing-masing individu sudah tertanam rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama umat manusia, baik dalam perjuangan mereka atau dari aspek lainnya.

(18)

negara tetangganya itu lebih maju, sejahtera dan menguntungkan baik dari segi sosial, finansial, dan ekonomi.

Dan menurut saya ini menjadi suatu permasalahan yang sebenarnya besar dan rumit jika dibahas. Karena hal ini tidak terjadi di satu atau dua negara, banyak negara yang mengalami hal yang sama. Terlebih semakin majunya teknologi dan semakin banyaknya arus globalisasi yang tidak bisa dibendung dan tidak bisa di filter secara keseluruhan semakin membuat krisis bela negara terjadi dimana-mana.

Bela negara sebenarnya adalah masalah global, atau bisa disebut juga masalah internasional. Kenapa demikian? Karena bela negara menurut saya sendiri adalah pondasi awal untuk suatu negara membangun wilayah dan kekuatan nya masing-masing. Memang dilihat dari budaya, baik dari segi budaya barat dan segi budaya timur memiliki perbedaan yang mencolok sehingga, ketika masuknya globalisasi ke wilayah timur, maka budaya barat lah yang mendominasi. Banyak yang menganggap bahwa peradaban atau budaya barat lebih unggul dibanding budaya timur, padahal karena memiliki sejarah yang berbeda dan wilayah berbeda otomatis cara mereka menghormati dan membela negara memiliki respon berbeda masing-masing. Kita tidak bisa mengadaptasi sepenuhnya budaya barat untuk masuk ke dalam wilayah kita yaitu wilayah timur.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada praktek patoho dari barang ke uang yang di lakukan oleh masyarakat Desa Sangga Kecamatan Lambu Kabupaten Bima telah

yang menyatakan rekening tersebut dalam keadaan aktif. Verifikasi dilakukan oleh Tim Verifikasi yang dibentuk PPK berdasarkan Persyaratan Penerima Bantuan Insentif

Dan saya berkata: Kalau "naga-naga"-nya begini Saudara-saudara "naga-naga"-nya begini, pihak Belanda mengulur-ulur waktu, pihak Belanda tidak lekas- lekas

Kontribusi bagi Manajemen Pemasaran Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi yaitu membantu manajemen untuk melakukan analisa strategi pemasaran yang dilakukan khususnya

Meskipun efek lokal dari sPLA2-II pada atherosclerosis masih harus diteliti lagi, namun hasil diskusi di atas menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk mulai dilakukan penelitian

Pada karakteristik umum subjek didapatkan jumlah laki-laki yang positif delirium lebih banyak dibanding dengan perempuan, angka kejadian pada pasien pascaoperasi didapatkan

Pernyataan-pernyataan tersebut berupa, bujukan ditandai dengan menggunaan kata penting, harus, sepantasnya, dan kata kerja imperatif jadikanlah. Kata-kata sejenis juga sering

4) Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum;