• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zaman yang serba modern ini perkembangan di segala bidang berkembang

dengan pesatnya, termasuk didalam dunia pendidikan, baik metode dan

materinya pun berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan zaman.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya

Manusia) agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

lagi, minimalnya dapat bertahan hidup dan dapat membuka peluang

usahanya sendiri. Jika hal tersebut dikaitkan dengan tugas guru SD yang

sangat komplek, tugas tersebut diantaranya mengajar semua mata pelajaran,

salah satunya mata pelajaran IPA. Masalah yang sekarang terjadi dalam

pembelajaran mata pelajaran IPA ini berkaitan dengan metode yang

dilakukan oleh sebagian besar guru di lapangan masih didominasi oleh

pembelajaran yang masih terpusat pada guru, metode yang sering digunakan

guru adalah metode ceramah. Sehingga masih kurangnya partisipasi siswa

dalam pembelajaran. Semua potensi yang terdapat pada diri siswa

seakan-akan terpendam dalam diri siswa. Sumber daya manusia yang

berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

(2)

2

Syaifuddin (2007) dalam kajiannya mengemukakan bahwa salah satu

kelemahan sistem pendidikan di Indonesia selalu berorientasi pada input dan output, kurang memperhatikan aspek proses. Padahal, proses pembelajaran merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan hasil

pendidikan. Mulyasa (2006), standar proses adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu

satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Pembelajaran mata pelajaran IPA diharapkan adanya partisipasi aktif

siswanya, sehingga potensi yang terdapat pada siswa dapat muncul dan

berkembang. Keaktifan siswa dituntut agar dapat berkembang sesuai dengan

perkembangan usia siswa SD. Guru disini berperan sebagai pembimbing

siswanya bukan sebagai sumber informasi. Hal ini dilakukan agar

pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dan sesuai dengan kehidupan

sehari-hari. Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna tersebut guru

harus menguasai berbagai metode pembelajaran yang bersifat terpusat pada

peserta didik atau pada siswanya.

Salah satu metode yang bisa mengaktifkan siswanya adalah dengan

menggunakan alat peraga agar dalam pembelajaran yang dilakukan siswa

lebih memahami dan dapat menemukan sendiri konsep ilmu yang dipelajari.

Menurut Carin dan Sunel (dalam Renny Sofiraeni dkk, 2004) mengatakan,

bahwa pembelajaran IPA adalah suatu sistem untuk mengetahui fenomena

alam melalui kumpulan data yang diperoleh dari observasi dan percobaan.

(3)

3

kumpulan pengetahuan dan konsep ilmu saja. Dengan kata lain,

pembelajaran IPA dapat dilihat sebagai suatu proses, produk dan sikap.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh berbagai hal antara lain,

tujuan yang ingin dicapai, bahan pengajaran, metode yang digunakan,

kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan

proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran

IPA yang terdapat dalam kurikulum (Departemen Pendidikan Nasional,

2001).

Tujuan mata pelajaran IPA SD menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) adalah: 1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar dan memecahkan masalah dan membuat keputusan; 4) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.

Pembelajaran IPA tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman konsep saja,

tetapi bagaimana proses dalam pembelajaran itu menjadi lebih bermakna,

(4)

4

rasional dalam pemecahan masalah untuk menyelidiki alam sekitar, dan

mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Proses pembelajaran tidak terlepas dari ketiga ranah tersebut,

ketiganya saling terkait satu sama lain, pengetahuan yang membentuk suatu

keterampilan dan pengetahuan yang membentuk sikap logis, kritis, cermat,

kreatif dan disiplin.

Berdasarkan prasurvey yang dilakukan peneliti di SD Negeri 1 Way Muli

tentang pembelajaran IPA diperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan selama ini guru mengawali pembelajaran dengan langsung mengajak siswa mempelajari materi yang akan dilaksanakan “anak-anak kita

hari ini akan mempelajari gaya”. Pada kegiatan inti guru menyampaikan

materi dengan ceramah (konvensional) dan siswa hanya sebagai penerima,

setelah penjelasan dirasa cukup, guru menugasi siswa mengerjakan latihan.

Dilihat dari kecenderungan tersebut, guru mengawali pembelajaran tanpa

menggunakan apersepsi, tidak ada pengantar sebelum menyampaikan

materi, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang perhatian terhadap

pembelajaran. Dari data prasurvey tersebut bahwa guru masih mendominasi

pembelajaran atau pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

Berdasarkan penelusuran, data ulangan harian semester ganjil tahun ajaran

2009/2010 ketuntasan hasil belajar siswa rendah. Data lengkapnya sebagai

(5)

5

Tabel 1: Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan pelajaran IPA siswa kelas IV.

No Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan 1

Sebanyak 10 orang siswa (33,33%) telah tuntas, sedangkan 20 orang siswa

(66,67%) belum tuntas belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentidikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Masih cukup banyak siswa yang memperoleh nilai IPA dibawah KKM

yang ditetapkan (66,67 %).

2. Pembelajaran masih terpusat pada guru (guru sentris)

3. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah (konvensional).

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah

(6)

6

“Bagaimanakah penggunaan alat peraga KIT IPA dalam meningkatkan

aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa pada

kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan

melalui penggunaan alat peraga KIT IPA.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tentang peningkatan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPA melalui metode pembelajaran menggunakan alat peragasiswa

kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan

semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013 adalah sebagai berikut:

1. Manfaat secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi khasanah

Program Studi S1 PGSD dalam jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan dalam

pembelajaran IPA di jenjang Sekolah Dasar.

2. Manfaat secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa, guru,

sekolah yaitu:

a. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat memperoleh kemudahan dalam

(7)

7

b. Bagi guru dalam meningkatkan profrsionalisme, diharapkan guru

memperoleh tindakan alternatif dalam pendekatan pembelajaran IPA,

c. Bagi sekolah dalam meningkatkan mutu, akan terbantu terciptanya

sekolah yang melaksanakan pembelajaran IPA yang bermakna dan

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA

1. Pembelajaran IPA di SD

Belajar berarti mengubah tingkah laku. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Suhardiman (1988) bahwa belajar adalah mengubah

tingkah laku. Belajar akan membantu terjadinya suatu perubahan dari diri

individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya dikaitkan dengan

perubaha ilmu pengetahuan, melainkan juga berbentuk percakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian

diri. Belajar menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi

seseorang. Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan hasil belajar

sebagai rangkaian jiwa raga psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa,

ranah kognitif, afektif, dan prestasi motorik.

Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran

IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

(9)

9

pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut. Dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran

yang dialami oleh peserta didik. Ada beberapa ahli yang berpendapat

tentang pengertian belajar.

Prinsip-prinsip tersebut di atas menunjukkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah

laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisiologis atau

perubahan-perubahan pengetahuan (knowledge), kebiasaan (habit), kecakapan (skill) atau yang dikenal dengan istilah kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Jenis perubahan yang dimaksud dalam belajar ini meliputi perubahan

tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam

situasi belajar mengajar yang diberlakukan atasnya.

Pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri

seseorang. Dengan kata lain, bahwa proses belajar senantiasa merupakan

perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman yang diperoleh.

Tujuan pembelajara IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan

(10)

10

dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap

positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta

dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Holt (1991) menyebutkan cirri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu

yang berlebih, mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang

baru, dan berkreasi. Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD

tersebut, terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan

dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan

eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh

siswa sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru. Hal ini juga sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Blosser (1990), bahwa siswa SD

lebih mudah memahami IPA jika melakukan kegiatan percobaan sendiri.

Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan

keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA

dapat diketahui dari cirri-cirinya. Menurut Abdurrahman (1996:6) bahwa

(11)

11

Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu

atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan

menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,

berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung.

Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :

a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang. c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.

d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-lain.

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Supriyono, 1991:89).

Jenis kesulitan belajar menurut Amti, (1992:67) masalah belajar pada

dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan

akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang

motivasi dalam belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar

dan kehadiran di sekolah sering tidak masuk.

Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat bantuan dari guru

dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta didik dapat

melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.Implementasinya

terdiri dari kegiatan menyebutkan, mengidentifikasi, mengkategorikan, dan

membuktikan. Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini

dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran

dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, beraktivitas di

(12)

12

kerja baik berupa laporan maupun hasil eksperimen di laboratorium,

menciptakan ide, dan sebagainya.

2. Pentingnya Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan

ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam.

Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai

proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan

faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan

pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains

ditemukan.

Muslichah (2006:22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu

dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal

hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya

merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,

menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

(13)

13

bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi,

menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran

IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua

ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan

masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta,

konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat

mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian,

pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam

di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau

diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu

digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu

siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa

konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan

suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir

secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap

ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara

proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan

deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti di atas dipengaruhi oleh tujuan apa

yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA

(14)

14

Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP selain

dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang

ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar,

dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk pengembangan materi

pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus

mengacu pada kurikulum tersebut.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek

yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi

kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep

dalam KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup

materi yang terdapat dalam KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses

kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan

kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya

meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat

sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan

pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja

ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep

(15)

15

3. Optimalisasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Bagaimana seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar. Salah satu

diantaranya adalah menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan

alam sekitar, serta dapat memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang

fenomena alam. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan IPA

yaitu bahwa IPA harus mampu memberikan pengetahuan kepada siswa

tentang dunia dimana kita hidup, dan bagaimana kita sebagai makhluk

hidup harus bersikap terhadap alam.

Secara singkat, Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD

harus secara konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan

proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu sosial yang

berdasar pada IPA.

Keterampilan berpikir ini dapat berkembang pada anak selama anak diberi

kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan-keterampilan

tersebut. Dengan keterampilan-keterampilan proses IPA, yang salah satu

diantaranya adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, maka siswa

sekolah dasar dapat mempelajari IPA sebanyak-banyaknya, sesuai dengan

keinginan mereka untuk mengetahui dan mempelajari IPA tersebut selama

hidupnya.

Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka

sebaiknya pembelajaran IPA di SD menggunakan perasaan keingintahuan

(16)

16

penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk

menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan

mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui

oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untk

dilaksanakan karena langkah awal untuk menghasilkan orang dewasa yang

melek IPA adalah dengan melibatkan anak, dalam hal ini adalah

anak-anak SD secara aktif sejak dini ke dalam kegiatan IPA seperti disebutkan di

atas.Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di

sekolah, tidak hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat di

sekolah-sekolah traditional. Pentinganya peningkatan pengajaran IPA di

amanatkan dalam TAP MPR No.II/MPR/1998 tentang GBHN yang

menyatakan antara lain bahwa dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran IPA.

Dengan hal tersebut di atas jelas bahwa pengajaran IPA mendapat perhatian

besar untuk semua jenjang pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah

Dasar yang menjadi landasan begi pendidikan selanjutnya.

Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan oleh beberapa hal antara lain,

kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan

proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran

(17)

17

4. Prestasi Belajar IPA

Kata prestasi belajar memuat unsur dua kata yaitu prestasi/hasil dan belajar. Kata “prestasi” merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Inggris

achievment” yang artinya tingkat kesuksesan individu dalam

menyelesaikan tugasnya. Prestasi adalah istilah yang diambil daribahasa

Belanda Prestatie yang berarti hasil usaha. Kata prestasi dalam berbagai penggunaan selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu. Prestasi belajar

dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa

setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi

pelajaran tertentu.

Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetap dapat berupa

perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan,

ketabahan penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan sebagainya yang

menuju pada perubahan positif. Perstasi belajar menunjukkan kemampuan

siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu

pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki

pengetahuan lebih. Walaupun sebenarnya prestasi ini bersifat sesaat saja,

tetapi sudah dapat dikatakan bahwa siswa tersebut benar-benar memiliki

ilmu pada materi atau bahasan tertentu. Jadi dengan adanya prestasi

belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap,

memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik

(18)

18

Prestasi belajar memiliki beberapa kategori yakni: (1) intellectual skill, (2) Cognitif strategies, (3) Verbal Information, (4) Motor skill, dan (5) Attitudes.

1) Keterampilan Intelektual

Kemampuan ini merupakan keterampilan yang membuat seseorang

secara cakap berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan

lambang-lambang.

2) Siasat Kognitif.

Kemampuan yang mengatur cara bagaimana si pelajar mengelola

belajarnya.

3) Informasi Verbal

Kemampuan ini berupa perolehan label atau nama, fakta dan

pengetahuan yang tersusun rapi.

4) Keterampilan Motorik

Kemampuan yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmaniah secara

mulus.

5) Sikap.

Muhibin (1997:141) menyebutkan bahwa prestasi dalam pembelajaran

merupakan taraf keberprestasian siswa dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh melalui tes

(19)

19

Menurut Arikunto yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu hasil

yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan

oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,

atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya.

Pada proses pembelajaran, prestasi pembelajaran dapat diartikan sebagai

prestasi dari pembelajaran yang meliputi penguasaan, perubahan emosional,

dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dangan tes objektif maupun

tes uraian. Dengan demikian, prestasi belajar IPA adalah prestasi belajar

siswa pada test ulangan mata pelajaran IPA.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan prestasi adalah

perubahan prilaku yang relatif permanen yang diperoleh melalui

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, prestasi

pembelajaran IPA merupakan tingkat keberprestasian yang dicapai oleh

siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk

skor yang diperoleh dari prestasi tes mengenai sejumlah materi tertentu

yang telah diajarkan oleh guru. Prestasi pembelajaran adalah kemampuan

aktual yang diperoleh seseorang setelah mempelajari sejumlah mata

pelajaran pada satu jenjang program pendidikan dalam kurun waktu

tertentu, yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu, yaitu tes hasil belajar

(20)

20

B. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga disebut juga alat bantu pelajaran. Alat peraga yang digunakan

sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih

berkualitas. Menurut Heinich (1996) menyatakan bahwa keseluruhan

sejarah, media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Media

merupakan jamak dari kata medium adalah suatu saluruh untuk

komunikasi. Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah ini

kepada sesuatu yang membawa informasi ke penerima tercetak, komputer

dan instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka

membawa pesan dengan suatu maksud pembelajaran.

Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat menjadikan materi pelajaran

yang disampaikan lebih konkret sehingga mudah dicerna siswa. Alat

peraga menambah konkretnya materi pelajaran yang disampaikan guru

sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih bermakna bagi

kehidupan siswa. Karena itulah guru matematika yang dalam pembelajaran

menggunakan alat peraga akan memperoleh keuntungan sebagai berikut:

1. Siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih

termotivasi. Baik siswa maupun guru, terutama siswa menjadi

tumbuh minatnya terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.

2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan

karena itu lebih dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada

(21)

21

3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di

alam sekitar akan lebih dapat dipahami.

Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu:

1. guru sebagai pengendali siswa;

2. guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;

3. guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran;

4. guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru bermedia

( UPI, 2001:200).

Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana

digambarkan dalam diagram berikut :

menggunakan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran.

(22)

22

Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.

a. Guru sebagai pengendali siswa, disini tugas guru adalah melakukan

manajemen kelas dan mengukur kemajuan balajar siswa secara

bertahap dan berkelanjutan.

b. Guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Pembelajaran

yang dilakukan guru sedapat mungkin diupayakan menggunakan alat

peraga, hal ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang disampaikan

dapat dimengerti dan mudah dicerna oleh siswa sehingga tujuan

pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

c. Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam

pembelajaran artinya baik guru maupun media pembelajaran yang lain

dijadikan sumber belajar.

d. Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia.

Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media

perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat

peraga lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang

menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud sebagai

perangkat lunak, maupun perangkat keras (Pujiati, 2004: 3).

Menurut Elly Estiningsih, dalam Pujiati, (2004: 3). Alat peraga merupakan

media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari

konsep yang dipelajari. Alat peraga IPA adalah seperangkat benda konkret

yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang

(23)

konsep-23

konsep atau prinsip-prinsip dalam IPA Iswadji, dalam Pujiati, ( 2004: 3).

Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk

model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,

diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya

adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu

menangkap arti konsep tersebut.

2. Macam-macam Alat Peraga

Menurut Pujiati (2004: 4) alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat

peraga sederhana dan alat peraga bantuan pabrik. Pembuatan alat peraga

sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat

sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa

perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran

serta memerlukan biaya yang tinggi.

Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain; (1) media

non projektif antara lain fotografi, diagram, sajian dan model-model, (2)

media projektif antara lain slide, filmstrif, transparansi, dan computer/

proyektor, (3) media dengar seperti radio kaset, (4) media gerak seperti

vidio dan film, (5) komputer, multimedia, (6) serta media yang digunakan

untuk belajar jarak jauh ( UPI, 2001:200).

Soelarko (1995: 6) dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah

pendidikan penerangan menggolongkan macam-macam alat peraga

(24)

24

a. Gambar-gambar (lukisan), dalam IPA misalnya Zoologie

(gambar-gambar binatang), Botanie ((gambar-gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan

gambar tentang ilmu bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan)

b. Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres,

bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang.

c. Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan

dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari

bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia

3. Fungsi Alat Peraga

Alat Bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga). Fungsi dari alat

peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar

dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau

meningkatkan persepsi seseorang (Soelarko, 1995: 6).

Menurut Pujiati, (2004: 4), secara umum fungsi alat peraga adalah :

1. Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep IPA

2. Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep

3. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep IPA

dengan dunia di sekitar kita, aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.

(25)

25

memperlihatkan benda-benda tiruan seperti gambar, foto, film, patung dan sebagainya.

Kegunaan alat bantu mengajar menurut Sriyono, dalam Suprihatiningsih,

(1998: 8) :

1. Menjadikan pelajaran lebih baik 2. Menghemat waktu belajar 3. Memantapkan hasil belajar

4. Membantu siswa-siswa yang ketinggalan 5. Membangkitkan minat dan perhatian anak

6. Membantu mengatasi kesulitan dan menjelaskan hal-hal yang sulit dalam pembelajaran

7. Menjadikan pelajaran lebih konkrit

8. Menjadikan siswa pengajaran hidup, baik, menarik, dan menyenangkan

9. Mendorong anak gemar membaca, menelaah, dan berkarya

10. Bila guru tepat menggunakan alat peraga, maka akan terbentuklah kebiasaan berfikir dan menganalisa secara teliti atau tepat pada anak. 11. Melatih dan mendidik anak cermat mengamati dan meneliti sesuatu

Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar

yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses

belajar mengajar (2002: 99-100) :

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan

merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai

alat bantuuntuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar

c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan

dan isi pelajaran

d. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau

(26)

26

e. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat

proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap

pengertian yang diberikan guru

f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu belajar mengajar

Di samping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga mempunyai

nilai-nilai : Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk

berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

Dengan demikian alat bantu alat peraga yang akan digunakan peneliti dapat

menjadikan pelajaran yang lebih baik, dapat menghemat waktu belajar,

dapat memantapkan hasil belajar, dapat membantu siswa-siswa yang

ketinggalan pelajaran, dapat membangkitkan minat dan perhatian anak,

dapat membantu mengatasi kesulitan dan dapat menjelaskan hal-hal yang

sulit dalam pembelajaran, dapat menjadikan pelajaran lebih konkrit, dapat

menjadikan pembelajaran lebih hidup, baik, menarik, dan menyenangkan,

dapat mendorong anak agar menjadi gemar membaca, menelaah, dan

berkarya, dan dapat melatih dan mendidik anak cermat mengamati dan

meneliti sesuatu.

4. KIT IPA

a. Pengertian dan Jenis KIT IPA

Shadely (1994:124) berpendapat alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam

adalah kotak yang berisi alat-alat Ilmu Pengetahuan Alam. Seperangkat

(27)

27

berkesinambungan atau berkelanjutan. Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam

yang dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba

ketrampilan proses pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai alat

yang dirancang dan dibuat secara khusus ini maka dapat diartikan bahwa ”alat peraga Kit Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu sistem yang

didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu” (Berta,

1996: 40).

”Media/alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam atau loan boxes

merupakan salah satu dari media tiga dimensi”. Media tiga dimensi dapat

memberi pengalaman yang mendalam dan pemahaman yang lengkap akan

benda-benda nyata. ”Loan boxes adalah kotak yang mempunyai bentuk dan besarnya sesuai dengan keperluan”. ”Kotak ini diisi dengan item-item yang

berhubungan dengan unit pelajaran” (Hamalik, 1982: 157).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga KIT Ilmu

Pengetahuan Alam adalah kotak yang berisi seperangkat peralatan yang

digunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

yang mempunyai bentuk dan besaran sesuai dengan keperluan.

Jenis KIT IPA, antara lain :

1) KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok

siswa untuk percobaan.

2) KIT IPA untuk guru yang dibutuhkan oleh guru untuk peragaan.

3) KIT IPA, daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari lingkungan

(28)

28

b. Kegunaan KIT IPA

1) Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar

2) Untuk penekanan pada metode-metode pembelajaran interaktif.

3) Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya

manusia.

4) Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu

5) Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan

teknik di Indonesia.

6) Untuk membantu guru IPA, mempermudah persiapan pengajaran dan

memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas didasarkan pada

kurikulum 1994 yang telah disempurnakan tahun 1999.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis PTK sebagai berikut ; Apabila

dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan menggunakan Alat Peraga KIT IPA dengan

memperhatikan prosedur secara tepat, maka akan dapat meningkatkan prestasi

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat/lokasi penelitian : Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1

Way Muli Kecamatan Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan

2. Lama penelitian : 3 bulan (Maret 2012 s/d Mei 2012)

3. Waktu penelitian : Semester Genap tahun pelajaran 2011/2012

4. Subjek penelitian : Siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Muli

Kecamatan Rajabasa Lampung

Selatan (30 orang siswa).

B. Faktor Yang Diteliti

1. Peningkatan prestasi belajar IPA siswa, yang diukur melalui tes dan di

laksanakan diakhir siklus.

(30)

30

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah :

1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil obervasi terhadap

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh melalui tes dalam bentuk nilai

( angka ) pretasi hasil belajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, dan tes

pada setiap akhir siklus.

1. Observasi

Obsevasi dilakukan oleh sorang guru mitra. Observasi digunakan untuk

mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya

untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan

tindakan. Pengamatan dilakukan dengan penyapuan setiap 10 menit

selama proses pembelajaran. Data aktivitas di peroleh dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa menggunakan “√”,

Indikator yang diobservasi mencakup sebagai berikut:

a. Memperhatikan penjelasan guru

b. Bertanya /menjawab pertanyaan

c. Menggunakan alat peraga

(31)

31

2. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar/prestasi

belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga. Tes diberikan setiap akhir siklus pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah

a. Lembar Observasi

b. Lembar Tes.

F. Teknik Analisis Data

Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes pada setiap akhir

siklus pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk

mengganalisis data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut;

Data Kualitatif

a. Menghitung jumlah check list (√) pada lembar observasi berdasarkan indikator aktivitas yang telah ditentukan.

b. Menghitung jumlah check list (√) untuk semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh siswa.

c. Menghitung persentase semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh

siswa. Jika siswa melakukan lebih atau sama dengan 75% dan semua

indikator aktivitas yang ditentukan dilakukan siswa secara aktif maka

(32)

32

Indikator aktivitas siswa dinyatakan sebagai berikut :

No INDIKATOR KATEGORI

a. Penilaian hasil belajar

Nilai siswa diperoleh dengan persamaan

Keterangan :

NS = Nilai skor yang dicari atau diharapkan

SP = Skor mentah yang diperloleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa dan kinerja Guru dalam

(33)

33

b. Penilaian ketuntasan belajar

Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu

secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar individual didapat

dari KKM mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu

siswa dinyatakan tuntas dalam belajarnya jika telah mendapatkan nilai

60, sedangkan di bawah 60 dinyatakan belum tuntas. Ketuntasan

belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan

belajar menyeluruh. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

klasikal menggunakan persamaan:

Keterangan :

NP = Nilai persentase yang dicari atau diharapkan

ST = Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar

SS = Jumlah seluruh siswa dalam satu kelas

100% = Bilangan pengali tetap

G. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam siklus, yakni dilaksanakan dalam

dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu

tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap

pengamatan (observasing), dan tahap refleksi berdasarkan hasil pengamatan

(reflecting), Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur yang ∑ Siswa Tuntas (ST)

(34)

34

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali

ke langkah semula (dalam Arikunto, 2008: 16).

Gambar 2. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot (Wiraatmadja, 2007: 67)

Dalam pembelajaran siswa menggunakan alat peraga sebagai media

pembantu untuk menjawab LKS.

1. Siklus I

Materi siklus I adalah “macam-macam gaya” dan “besar kecilnya gaya”.

Materi ini diberikan dalam dua pertemuan, tahap-tahap yang dilakukan

adalah :

a. Perencanaan

1) Mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan teman

(35)

35

3) Menyiapkan lembar catatan lapangan serta menyiapkan alat peraga

yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai penunjang

aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan materi yang diberikan

4) Menyiapkan perangkat tes

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan pertama (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah arah

dan bentuk benda.

Indikator : Menjelaskan macam-macam gaya.

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Menjelaskan materi yang akan disampaikan secara garis

besar tentang gaya.

2) Menjelaskan macam-macam gaya.

3) Siswa mengerjakan Lembar Kerja yang diberikan oleh guru.

4) Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.

5) Guru menyempurnakan dan menyimpulkan hasil kerja

(36)

36

c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas

keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang

diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap

materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali

materi pelajaran yang diterimanya di rumah.

2) Pertemuan kedua (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah

arah dan bentuk benda

Indikator : Menentukan besar kecilnya gaya

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Menjelaskan Sifat gaya dengan alat peraga mendorong meja

atau pintu.

2) Guru membagikan lembar kerja kepada siswa dan guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan

hal-hal yang kurang jelas.

(37)

37

4) Guru menyempurnakan hasil kerja siswa.

c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas

keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang

diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap

materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali

materi pelajaran yang diterimanya dirumah.

c. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat

kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan refleksi berguna untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahannya. Kecenderungan

yang terjadi di analisis sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus

berikutnya. Keberhasilan yang diperoleh lebih ditingkatkan dan

kelemahan yang diperbaiki.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi siklus I. Materi siklus

II adalah sifat-sifat gaya dan gaya di dalam air. Materi ini ditentukan

(38)

38

a. Perencanaan

1) Mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan teman

sejawat atau guru mitra.

2) Membuat perangkat pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar catatan lapangan serta menyiapkan alat peraga

yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai penunjang

aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan materi yang diberikan.

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan pertama (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah

arah dan bentuk benda

Indikator : Menentukan sifat-sifat gaya.

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Menjelaskan materi yang akan disampaikan secara garis

besar tentang sifat gaya.

2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja yang diberikan oleh guru.

3) Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.

4) Guru menyempurnakan dan menyimpulkan hasil kerja

(39)

39

c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas

keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang

diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa

terhadap materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali

materi pelajaran yang diterimanya dirumah.

2) Pertemuan kedua (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah arah dan bentuk benda

Indikator : Menjelaskan gaya di dalam air.

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Mengingatkan kembali tentang sifat-sifat gaya.

2) Guru memberikan lembar kerja siswa yang diberikan siswa

dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

3) Setiap siswa menyampaikan hasil kerjanya.

(40)

40

c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas

keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang

diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa

terhadap materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali

materi pelajaran yang diterimanya dirumah.

c. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat

kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan refleksi berguna untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahannya. Kecenderungan

yang terjadi di analisis sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus

berikutnya. Keberhasilan yang diperoleh lebih ditingkatkan dan

kelemahan yang diperbaiki.

H. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

dapat dilihat dari adanya peningkatan ketuntasan nilai siswa setiap siklusnya

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas

IV di SD Negeri 1 Way Muli adalah 60. Seorang siswa dianggap tuntas

(41)

41

suatu kelas dianggap tuntas belajar jika minimal 75% dari jumlah siswa

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini maka simpulannya adalah :

Pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan menggunakan Alat Peraga KIT IPA dengan

memperhatikan prosedur secara tepat, ternyata dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

B. Saran

Saran yang perlu disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Guru kelas IV agar sedapat mungkin menggunakan alat peraga KIT IPA

dalam mengajarkan materi gaya, karena dapat meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa.

2. Guru kelas IV di SD, dapat menggunakan alat peraga KIT IPA sebagai

alat peraga dalam pembelajaran pada pokok bahasan gaya dapat

mengubah gerak dan bentuk benda.

3. Siswa kelas IV diharapkan berlatih dengan menggunakan alat peraga KIT

IPA untuk mengerjakan soal-soal latihan menentukan sehingga

memudahkan dalam menyelesaikan soal gaya dapat mengubah gerak dan

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad (1997), Pedoman Penggunaan Kit IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdikbud

Arikunto, Suharsimi12,dkk.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara. Bolgger, Anwar (2008), Keefektifan Penggunaan Kit IPA . [Google], tersedia :

http://www.anwarpgml.blogspot.com/2008/07/kampulatens.html diunduh tanggal 6 Januari 2010

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Sains. Depdiknas. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2004. Kurikulum Sekolah Dasar 2004, Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, Nana, 2004.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

(44)

ABSTRAK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh Iriyanti

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 dalam memahami konsep pembelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 melalui penerapan alat peraga KIT IPA.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa, lembar tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif untuk data aktivitas siswa dan kinerja guru menggunakan lembar pengamatan, dan analisis kuantitatif untuk data prestasi belajar dari hasil tes.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Alat Peraga KIT IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I 66,00 % (kategori cukup), siklus II 85,00 % (kategori baik). Rata-rata persentase tuntas belajar siswa 60,0% pada siklus I (kategori cukup), dan tuntas belajar siswa 91,50% pada siklus II (kategori baik sekali).

(45)

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

IRIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

IRIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Kliwonan Kecamatan Kali Bawang Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 14 Mei 1962, anak ke-3 dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mulyo Utomo dan Ibu Irul.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Banjar Harjo Kecamatan Kali Bawang Tahun 1975. Sekolah Menengah Pertama pada SMP Promasan Kali Bawang pada tahun 1979. Sekolah Menengah Atas di Sekolah Pendidikan Guru SPG Muhammadiyah Gendol Kecamatan Banjar Arum Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1982.

Diploma 2 Universitas Terbuka di UPPJJ Lampung Pokja Kalianda Lampung Selatan dari tahun 2003 sampai 2005.

Pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S-1 PGSD SKGJ (Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan).

(48)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Pembelajaran yang dilakukan oleh guru ... 21 2. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot ... 34

(49)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ……….. ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ..………... 1

B. Identifikasi Masalah ...……….. 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ………. 6

E. Manfaat Penelitian ...………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….…………... 8

A. Pembelajaran IPA …...…..………..………..……….….... 8

1. Pembelajaran IPA di SD ………... 8

2. Pentingnya Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ..………... 12

3. Optimalisasi Pembelajaran IPA Sekolah Dasar ……..…... 15

4 Prestasi Belajar IPA ………... 17

B. Alat Peraga ……… ………… 20

1. Pengertian Alat Peraga . …....……...………….……….……. 20

2. Macam-macam Alat Peraga …...………. . 23

3. Fungsi Alat Peraga …...……… 24

4. KIT IPA ... 26

C. Hipotesis Tindakan ……….………. 28

BAB III METODE PENELITIAN …...……….. 29

(50)

B. Faktor Yang Diteliti ... 29

C. Data Penelitian ……....……….…... 30

D. Teknik Pengumpulan Data …...………..…. 30

E. Instrumen Penelitian … …..……….... 31

F. Teknik Analisis Data ... 31 G. Pelaksanaan Tindakan ……….... 33

H. Indikator Keberhasilan ………... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Siklus I ... 42

2. Siklus II ... 46

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ………. 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 64 iii

(51)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Izin Penelitian ... 59

2. Surat Keterangan Penelitian ... 60

3. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 61

4. Latihan Soal IPA Siklus I ... 62

5. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal IPA Siklus I ... 63

6. Latihan Soal IPA Siklus II ... 64

7. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal IPA Siklus II ... 65

8. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar ... 66

9. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar ... 68

10. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar ... 70

11. Lembar Cacatan Lapangan Siklus I ... 72

12. Lembar Cacatan Lapangan Siklus II ... 74

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 76

14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 78

15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 80

16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 82

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 84

(52)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Pelajaran IPA siswa kelas IV ... 5

2. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus I ... 44

3. Data hasil belajar Siswa Siklus I ... 45

4. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus II ... 50

5. Data hasil belajar Siswa Siklus I ... 51

6. Hasil Analisis Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ….…... 53

7. Data Persentase Hasil Belajar Menggunakan Alat Peraga KIT IPA ... 54

(53)

MOTTO

1.

Yang biasa itu belum tentu benar, tetapi yang benar harus selalu

dibiasakan.

2.

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam

(54)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, kerena limpahan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan baik tanpa ada

kendala dan hambatan yang berarti.

Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul " Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Alat Peraga KIT IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 " adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian penelitian tindakan kelas (PTK) ini, penulis banyak dibimbing dan

diarahkan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.s., sebagai Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas lampung.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi PGSD S-1 Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., sebagai dosen pembimbing, yang selalu sabar

membimbing penulis selama menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., sebagai dosen pembahas yang membimbing penulis selama

menyelesaikan penelitian.

(55)

7. Bapak dan Ibu Dosen Pengampu Program S-1 PGSD Dalam Jabatan yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada. Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

8. Bapak Surono, S.Pd. Kepala SD Negeri 1 Way Muli, guru-guru dan staf yang telah

memberikan kesempatan, kemudahan dan fasilitas pendukung demi terlaksananya

penelitian ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa PGSD SKGJ angkatan 2010

10.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat memberikan

manfaat dan berguna bagi kita semua, khususnya bagi penulis pribadi. Amin Ya Robbal

Alamin.

Kalianda, 23 Juli 2012 Penulis

Iriyanti

(56)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji:

Penguji : Drs. Yusmansyah, M.Si. ____________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Supriyadi, M. Pd. ____________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si NIP. 196003151985031003

(57)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Iriyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013079220

Program Studi : SI PGSD SKGJ

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

JUDUL : Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Alat Peraga KIT IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang

pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan dan diterima sebagai

persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau Institut lain.

Penulis, 24 Juli 2012

Iriyanti

(58)

Judul Skripsi : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Iriyanti Nomor Pokok Mahasiswa : 1013079220 Program Studi : S1 PGSD SKGJ

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Gambar

Gambar 1: Model   Pembelajaran  yang dilakukan oleh guru (Nana
Gambar 2. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot (Wiraatmadja, 2007: 67)

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan Prestasi kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang dirinya.. dan alam sekitarnya,