BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman yang serba modern ini perkembangan di segala bidang berkembang
dengan pesatnya, termasuk didalam dunia pendidikan, baik metode dan
materinya pun berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan zaman.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya
Manusia) agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
lagi, minimalnya dapat bertahan hidup dan dapat membuka peluang
usahanya sendiri. Jika hal tersebut dikaitkan dengan tugas guru SD yang
sangat komplek, tugas tersebut diantaranya mengajar semua mata pelajaran,
salah satunya mata pelajaran IPA. Masalah yang sekarang terjadi dalam
pembelajaran mata pelajaran IPA ini berkaitan dengan metode yang
dilakukan oleh sebagian besar guru di lapangan masih didominasi oleh
pembelajaran yang masih terpusat pada guru, metode yang sering digunakan
guru adalah metode ceramah. Sehingga masih kurangnya partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Semua potensi yang terdapat pada diri siswa
seakan-akan terpendam dalam diri siswa. Sumber daya manusia yang
berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
2
Syaifuddin (2007) dalam kajiannya mengemukakan bahwa salah satu
kelemahan sistem pendidikan di Indonesia selalu berorientasi pada input dan output, kurang memperhatikan aspek proses. Padahal, proses pembelajaran merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan hasil
pendidikan. Mulyasa (2006), standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Pembelajaran mata pelajaran IPA diharapkan adanya partisipasi aktif
siswanya, sehingga potensi yang terdapat pada siswa dapat muncul dan
berkembang. Keaktifan siswa dituntut agar dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan usia siswa SD. Guru disini berperan sebagai pembimbing
siswanya bukan sebagai sumber informasi. Hal ini dilakukan agar
pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dan sesuai dengan kehidupan
sehari-hari. Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna tersebut guru
harus menguasai berbagai metode pembelajaran yang bersifat terpusat pada
peserta didik atau pada siswanya.
Salah satu metode yang bisa mengaktifkan siswanya adalah dengan
menggunakan alat peraga agar dalam pembelajaran yang dilakukan siswa
lebih memahami dan dapat menemukan sendiri konsep ilmu yang dipelajari.
Menurut Carin dan Sunel (dalam Renny Sofiraeni dkk, 2004) mengatakan,
bahwa pembelajaran IPA adalah suatu sistem untuk mengetahui fenomena
alam melalui kumpulan data yang diperoleh dari observasi dan percobaan.
3
kumpulan pengetahuan dan konsep ilmu saja. Dengan kata lain,
pembelajaran IPA dapat dilihat sebagai suatu proses, produk dan sikap.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh berbagai hal antara lain,
tujuan yang ingin dicapai, bahan pengajaran, metode yang digunakan,
kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran
IPA yang terdapat dalam kurikulum (Departemen Pendidikan Nasional,
2001).
Tujuan mata pelajaran IPA SD menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) adalah: 1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar dan memecahkan masalah dan membuat keputusan; 4) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
Pembelajaran IPA tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman konsep saja,
tetapi bagaimana proses dalam pembelajaran itu menjadi lebih bermakna,
4
rasional dalam pemecahan masalah untuk menyelidiki alam sekitar, dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Proses pembelajaran tidak terlepas dari ketiga ranah tersebut,
ketiganya saling terkait satu sama lain, pengetahuan yang membentuk suatu
keterampilan dan pengetahuan yang membentuk sikap logis, kritis, cermat,
kreatif dan disiplin.
Berdasarkan prasurvey yang dilakukan peneliti di SD Negeri 1 Way Muli
tentang pembelajaran IPA diperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini guru mengawali pembelajaran dengan langsung mengajak siswa mempelajari materi yang akan dilaksanakan “anak-anak kita
hari ini akan mempelajari gaya”. Pada kegiatan inti guru menyampaikan
materi dengan ceramah (konvensional) dan siswa hanya sebagai penerima,
setelah penjelasan dirasa cukup, guru menugasi siswa mengerjakan latihan.
Dilihat dari kecenderungan tersebut, guru mengawali pembelajaran tanpa
menggunakan apersepsi, tidak ada pengantar sebelum menyampaikan
materi, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang perhatian terhadap
pembelajaran. Dari data prasurvey tersebut bahwa guru masih mendominasi
pembelajaran atau pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
Berdasarkan penelusuran, data ulangan harian semester ganjil tahun ajaran
2009/2010 ketuntasan hasil belajar siswa rendah. Data lengkapnya sebagai
5
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan pelajaran IPA siswa kelas IV.
No Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan 1
Sebanyak 10 orang siswa (33,33%) telah tuntas, sedangkan 20 orang siswa
(66,67%) belum tuntas belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentidikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Masih cukup banyak siswa yang memperoleh nilai IPA dibawah KKM
yang ditetapkan (66,67 %).
2. Pembelajaran masih terpusat pada guru (guru sentris)
3. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah (konvensional).
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah
6
“Bagaimanakah penggunaan alat peraga KIT IPA dalam meningkatkan
aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa pada
kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan
melalui penggunaan alat peraga KIT IPA.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tentang peningkatan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA melalui metode pembelajaran menggunakan alat peragasiswa
kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan
semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013 adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi khasanah
Program Studi S1 PGSD dalam jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan dalam
pembelajaran IPA di jenjang Sekolah Dasar.
2. Manfaat secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa, guru,
sekolah yaitu:
a. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat memperoleh kemudahan dalam
7
b. Bagi guru dalam meningkatkan profrsionalisme, diharapkan guru
memperoleh tindakan alternatif dalam pendekatan pembelajaran IPA,
c. Bagi sekolah dalam meningkatkan mutu, akan terbantu terciptanya
sekolah yang melaksanakan pembelajaran IPA yang bermakna dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
1. Pembelajaran IPA di SD
Belajar berarti mengubah tingkah laku. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Suhardiman (1988) bahwa belajar adalah mengubah
tingkah laku. Belajar akan membantu terjadinya suatu perubahan dari diri
individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya dikaitkan dengan
perubaha ilmu pengetahuan, melainkan juga berbentuk percakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian
diri. Belajar menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi
seseorang. Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan hasil belajar
sebagai rangkaian jiwa raga psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi
manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa,
ranah kognitif, afektif, dan prestasi motorik.
Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran
IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator
9
pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran
yang dialami oleh peserta didik. Ada beberapa ahli yang berpendapat
tentang pengertian belajar.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menunjukkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah
laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisiologis atau
perubahan-perubahan pengetahuan (knowledge), kebiasaan (habit), kecakapan (skill) atau yang dikenal dengan istilah kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Jenis perubahan yang dimaksud dalam belajar ini meliputi perubahan
tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam
situasi belajar mengajar yang diberlakukan atasnya.
Pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri
seseorang. Dengan kata lain, bahwa proses belajar senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman yang diperoleh.
Tujuan pembelajara IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan
10
dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Holt (1991) menyebutkan cirri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu
yang berlebih, mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang
baru, dan berkreasi. Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD
tersebut, terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan
dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan
eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh
siswa sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Blosser (1990), bahwa siswa SD
lebih mudah memahami IPA jika melakukan kegiatan percobaan sendiri.
Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan
keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
dapat diketahui dari cirri-cirinya. Menurut Abdurrahman (1996:6) bahwa
11
Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu
atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung.
Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :
a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang. c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.
d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-lain.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Supriyono, 1991:89).
Jenis kesulitan belajar menurut Amti, (1992:67) masalah belajar pada
dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan
akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang
motivasi dalam belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar
dan kehadiran di sekolah sering tidak masuk.
Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat bantuan dari guru
dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta didik dapat
melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.Implementasinya
terdiri dari kegiatan menyebutkan, mengidentifikasi, mengkategorikan, dan
membuktikan. Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini
dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran
dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, beraktivitas di
12
kerja baik berupa laporan maupun hasil eksperimen di laboratorium,
menciptakan ide, dan sebagainya.
2. Pentingnya Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan
ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam.
Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya
verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai
proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan
faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains
ditemukan.
Muslichah (2006:22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu
dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya
mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal
hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya
merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,
menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,
13
bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi,
menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran
IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua
ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta,
konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.
Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat
mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian,
pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam
di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau
diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu
digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu
siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa
konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan
suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir
secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap
ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara
proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan
deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti di atas dipengaruhi oleh tujuan apa
yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA
14
Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP selain
dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang
ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk pengembangan materi
pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus
mengacu pada kurikulum tersebut.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek
yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi
kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,
pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep
dalam KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup
materi yang terdapat dalam KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses
kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya
meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat
sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja
ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep
15
3. Optimalisasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Bagaimana seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar. Salah satu
diantaranya adalah menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan
alam sekitar, serta dapat memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang
fenomena alam. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan IPA
yaitu bahwa IPA harus mampu memberikan pengetahuan kepada siswa
tentang dunia dimana kita hidup, dan bagaimana kita sebagai makhluk
hidup harus bersikap terhadap alam.
Secara singkat, Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD
harus secara konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan
proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu sosial yang
berdasar pada IPA.
Keterampilan berpikir ini dapat berkembang pada anak selama anak diberi
kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan-keterampilan
tersebut. Dengan keterampilan-keterampilan proses IPA, yang salah satu
diantaranya adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, maka siswa
sekolah dasar dapat mempelajari IPA sebanyak-banyaknya, sesuai dengan
keinginan mereka untuk mengetahui dan mempelajari IPA tersebut selama
hidupnya.
Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka
sebaiknya pembelajaran IPA di SD menggunakan perasaan keingintahuan
16
penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan
mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui
oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untk
dilaksanakan karena langkah awal untuk menghasilkan orang dewasa yang
melek IPA adalah dengan melibatkan anak, dalam hal ini adalah
anak-anak SD secara aktif sejak dini ke dalam kegiatan IPA seperti disebutkan di
atas.Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di
sekolah, tidak hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat di
sekolah-sekolah traditional. Pentinganya peningkatan pengajaran IPA di
amanatkan dalam TAP MPR No.II/MPR/1998 tentang GBHN yang
menyatakan antara lain bahwa dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran IPA.
Dengan hal tersebut di atas jelas bahwa pengajaran IPA mendapat perhatian
besar untuk semua jenjang pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah
Dasar yang menjadi landasan begi pendidikan selanjutnya.
Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan oleh beberapa hal antara lain,
kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran
17
4. Prestasi Belajar IPA
Kata prestasi belajar memuat unsur dua kata yaitu prestasi/hasil dan belajar. Kata “prestasi” merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Inggris
“achievment” yang artinya tingkat kesuksesan individu dalam
menyelesaikan tugasnya. Prestasi adalah istilah yang diambil daribahasa
Belanda Prestatie yang berarti hasil usaha. Kata prestasi dalam berbagai penggunaan selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu. Prestasi belajar
dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi
pelajaran tertentu.
Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetap dapat berupa
perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan,
ketabahan penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan sebagainya yang
menuju pada perubahan positif. Perstasi belajar menunjukkan kemampuan
siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu
pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki
pengetahuan lebih. Walaupun sebenarnya prestasi ini bersifat sesaat saja,
tetapi sudah dapat dikatakan bahwa siswa tersebut benar-benar memiliki
ilmu pada materi atau bahasan tertentu. Jadi dengan adanya prestasi
belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap,
memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik
18
Prestasi belajar memiliki beberapa kategori yakni: (1) intellectual skill, (2) Cognitif strategies, (3) Verbal Information, (4) Motor skill, dan (5) Attitudes.
1) Keterampilan Intelektual
Kemampuan ini merupakan keterampilan yang membuat seseorang
secara cakap berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan
lambang-lambang.
2) Siasat Kognitif.
Kemampuan yang mengatur cara bagaimana si pelajar mengelola
belajarnya.
3) Informasi Verbal
Kemampuan ini berupa perolehan label atau nama, fakta dan
pengetahuan yang tersusun rapi.
4) Keterampilan Motorik
Kemampuan yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmaniah secara
mulus.
5) Sikap.
Muhibin (1997:141) menyebutkan bahwa prestasi dalam pembelajaran
merupakan taraf keberprestasian siswa dalam mempelajari materi pelajaran
di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh melalui tes
19
Menurut Arikunto yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan
oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,
atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya.
Pada proses pembelajaran, prestasi pembelajaran dapat diartikan sebagai
prestasi dari pembelajaran yang meliputi penguasaan, perubahan emosional,
dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dangan tes objektif maupun
tes uraian. Dengan demikian, prestasi belajar IPA adalah prestasi belajar
siswa pada test ulangan mata pelajaran IPA.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan prestasi adalah
perubahan prilaku yang relatif permanen yang diperoleh melalui
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, prestasi
pembelajaran IPA merupakan tingkat keberprestasian yang dicapai oleh
siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh dari prestasi tes mengenai sejumlah materi tertentu
yang telah diajarkan oleh guru. Prestasi pembelajaran adalah kemampuan
aktual yang diperoleh seseorang setelah mempelajari sejumlah mata
pelajaran pada satu jenjang program pendidikan dalam kurun waktu
tertentu, yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu, yaitu tes hasil belajar
20
B. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga disebut juga alat bantu pelajaran. Alat peraga yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih
berkualitas. Menurut Heinich (1996) menyatakan bahwa keseluruhan
sejarah, media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Media
merupakan jamak dari kata medium adalah suatu saluruh untuk
komunikasi. Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah ini
kepada sesuatu yang membawa informasi ke penerima tercetak, komputer
dan instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka
membawa pesan dengan suatu maksud pembelajaran.
Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat menjadikan materi pelajaran
yang disampaikan lebih konkret sehingga mudah dicerna siswa. Alat
peraga menambah konkretnya materi pelajaran yang disampaikan guru
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih bermakna bagi
kehidupan siswa. Karena itulah guru matematika yang dalam pembelajaran
menggunakan alat peraga akan memperoleh keuntungan sebagai berikut:
1. Siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih
termotivasi. Baik siswa maupun guru, terutama siswa menjadi
tumbuh minatnya terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan
karena itu lebih dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada
21
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di
alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu:
1. guru sebagai pengendali siswa;
2. guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;
3. guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran;
4. guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru bermedia
( UPI, 2001:200).
Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana
digambarkan dalam diagram berikut :
menggunakan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran.
22
Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Guru sebagai pengendali siswa, disini tugas guru adalah melakukan
manajemen kelas dan mengukur kemajuan balajar siswa secara
bertahap dan berkelanjutan.
b. Guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Pembelajaran
yang dilakukan guru sedapat mungkin diupayakan menggunakan alat
peraga, hal ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang disampaikan
dapat dimengerti dan mudah dicerna oleh siswa sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
c. Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam
pembelajaran artinya baik guru maupun media pembelajaran yang lain
dijadikan sumber belajar.
d. Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia.
Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media
perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat
peraga lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang
menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud sebagai
perangkat lunak, maupun perangkat keras (Pujiati, 2004: 3).
Menurut Elly Estiningsih, dalam Pujiati, (2004: 3). Alat peraga merupakan
media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari
konsep yang dipelajari. Alat peraga IPA adalah seperangkat benda konkret
yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang
konsep-23
konsep atau prinsip-prinsip dalam IPA Iswadji, dalam Pujiati, ( 2004: 3).
Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk
model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,
diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya
adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu
menangkap arti konsep tersebut.
2. Macam-macam Alat Peraga
Menurut Pujiati (2004: 4) alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat
peraga sederhana dan alat peraga bantuan pabrik. Pembuatan alat peraga
sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat
sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa
perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran
serta memerlukan biaya yang tinggi.
Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain; (1) media
non projektif antara lain fotografi, diagram, sajian dan model-model, (2)
media projektif antara lain slide, filmstrif, transparansi, dan computer/
proyektor, (3) media dengar seperti radio kaset, (4) media gerak seperti
vidio dan film, (5) komputer, multimedia, (6) serta media yang digunakan
untuk belajar jarak jauh ( UPI, 2001:200).
Soelarko (1995: 6) dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah
pendidikan penerangan menggolongkan macam-macam alat peraga
24
a. Gambar-gambar (lukisan), dalam IPA misalnya Zoologie
(gambar-gambar binatang), Botanie ((gambar-gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan
gambar tentang ilmu bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan)
b. Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres,
bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang.
c. Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan
dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari
bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia
3. Fungsi Alat Peraga
Alat Bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga). Fungsi dari alat
peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar
dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau
meningkatkan persepsi seseorang (Soelarko, 1995: 6).
Menurut Pujiati, (2004: 4), secara umum fungsi alat peraga adalah :
1. Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep IPA
2. Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep
3. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep IPA
dengan dunia di sekitar kita, aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.
25
memperlihatkan benda-benda tiruan seperti gambar, foto, film, patung dan sebagainya.
Kegunaan alat bantu mengajar menurut Sriyono, dalam Suprihatiningsih,
(1998: 8) :
1. Menjadikan pelajaran lebih baik 2. Menghemat waktu belajar 3. Memantapkan hasil belajar
4. Membantu siswa-siswa yang ketinggalan 5. Membangkitkan minat dan perhatian anak
6. Membantu mengatasi kesulitan dan menjelaskan hal-hal yang sulit dalam pembelajaran
7. Menjadikan pelajaran lebih konkrit
8. Menjadikan siswa pengajaran hidup, baik, menarik, dan menyenangkan
9. Mendorong anak gemar membaca, menelaah, dan berkarya
10. Bila guru tepat menggunakan alat peraga, maka akan terbentuklah kebiasaan berfikir dan menganalisa secara teliti atau tepat pada anak. 11. Melatih dan mendidik anak cermat mengamati dan meneliti sesuatu
Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar
yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses
belajar mengajar (2002: 99-100) :
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan
merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai
alat bantuuntuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar
c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan
dan isi pelajaran
d. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau
26
e. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap
pengertian yang diberikan guru
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar
Di samping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga mempunyai
nilai-nilai : Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk
berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
Dengan demikian alat bantu alat peraga yang akan digunakan peneliti dapat
menjadikan pelajaran yang lebih baik, dapat menghemat waktu belajar,
dapat memantapkan hasil belajar, dapat membantu siswa-siswa yang
ketinggalan pelajaran, dapat membangkitkan minat dan perhatian anak,
dapat membantu mengatasi kesulitan dan dapat menjelaskan hal-hal yang
sulit dalam pembelajaran, dapat menjadikan pelajaran lebih konkrit, dapat
menjadikan pembelajaran lebih hidup, baik, menarik, dan menyenangkan,
dapat mendorong anak agar menjadi gemar membaca, menelaah, dan
berkarya, dan dapat melatih dan mendidik anak cermat mengamati dan
meneliti sesuatu.
4. KIT IPA
a. Pengertian dan Jenis KIT IPA
Shadely (1994:124) berpendapat alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam
adalah kotak yang berisi alat-alat Ilmu Pengetahuan Alam. Seperangkat
27
berkesinambungan atau berkelanjutan. Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam
yang dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba
ketrampilan proses pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai alat
yang dirancang dan dibuat secara khusus ini maka dapat diartikan bahwa ”alat peraga Kit Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu sistem yang
didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu” (Berta,
1996: 40).
”Media/alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam atau loan boxes
merupakan salah satu dari media tiga dimensi”. Media tiga dimensi dapat
memberi pengalaman yang mendalam dan pemahaman yang lengkap akan
benda-benda nyata. ”Loan boxes adalah kotak yang mempunyai bentuk dan besarnya sesuai dengan keperluan”. ”Kotak ini diisi dengan item-item yang
berhubungan dengan unit pelajaran” (Hamalik, 1982: 157).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga KIT Ilmu
Pengetahuan Alam adalah kotak yang berisi seperangkat peralatan yang
digunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
yang mempunyai bentuk dan besaran sesuai dengan keperluan.
Jenis KIT IPA, antara lain :
1) KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok
siswa untuk percobaan.
2) KIT IPA untuk guru yang dibutuhkan oleh guru untuk peragaan.
3) KIT IPA, daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari lingkungan
28
b. Kegunaan KIT IPA
1) Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar
2) Untuk penekanan pada metode-metode pembelajaran interaktif.
3) Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya
manusia.
4) Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu
5) Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan
teknik di Indonesia.
6) Untuk membantu guru IPA, mempermudah persiapan pengajaran dan
memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas didasarkan pada
kurikulum 1994 yang telah disempurnakan tahun 1999.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis PTK sebagai berikut ; Apabila
dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan menggunakan Alat Peraga KIT IPA dengan
memperhatikan prosedur secara tepat, maka akan dapat meningkatkan prestasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat/lokasi penelitian : Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1
Way Muli Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan
2. Lama penelitian : 3 bulan (Maret 2012 s/d Mei 2012)
3. Waktu penelitian : Semester Genap tahun pelajaran 2011/2012
4. Subjek penelitian : Siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Muli
Kecamatan Rajabasa Lampung
Selatan (30 orang siswa).
B. Faktor Yang Diteliti
1. Peningkatan prestasi belajar IPA siswa, yang diukur melalui tes dan di
laksanakan diakhir siklus.
30
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah :
1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil obervasi terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh melalui tes dalam bentuk nilai
( angka ) pretasi hasil belajar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, dan tes
pada setiap akhir siklus.
1. Observasi
Obsevasi dilakukan oleh sorang guru mitra. Observasi digunakan untuk
mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya
untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Pengamatan dilakukan dengan penyapuan setiap 10 menit
selama proses pembelajaran. Data aktivitas di peroleh dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa menggunakan “√”,
Indikator yang diobservasi mencakup sebagai berikut:
a. Memperhatikan penjelasan guru
b. Bertanya /menjawab pertanyaan
c. Menggunakan alat peraga
31
2. Tes
Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar/prestasi
belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga. Tes diberikan setiap akhir siklus pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
a. Lembar Observasi
b. Lembar Tes.
F. Teknik Analisis Data
Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes pada setiap akhir
siklus pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengganalisis data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut;
Data Kualitatif
a. Menghitung jumlah check list (√) pada lembar observasi berdasarkan indikator aktivitas yang telah ditentukan.
b. Menghitung jumlah check list (√) untuk semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh siswa.
c. Menghitung persentase semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh
siswa. Jika siswa melakukan lebih atau sama dengan 75% dan semua
indikator aktivitas yang ditentukan dilakukan siswa secara aktif maka
32
Indikator aktivitas siswa dinyatakan sebagai berikut :
No INDIKATOR KATEGORI
a. Penilaian hasil belajar
Nilai siswa diperoleh dengan persamaan
Keterangan :
NS = Nilai skor yang dicari atau diharapkan
SP = Skor mentah yang diperloleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa dan kinerja Guru dalam
33
b. Penilaian ketuntasan belajar
Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu
secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar individual didapat
dari KKM mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu
siswa dinyatakan tuntas dalam belajarnya jika telah mendapatkan nilai
60, sedangkan di bawah 60 dinyatakan belum tuntas. Ketuntasan
belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan
belajar menyeluruh. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
klasikal menggunakan persamaan:
Keterangan :
NP = Nilai persentase yang dicari atau diharapkan
ST = Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
SS = Jumlah seluruh siswa dalam satu kelas
100% = Bilangan pengali tetap
G. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam siklus, yakni dilaksanakan dalam
dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu
tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap
pengamatan (observasing), dan tahap refleksi berdasarkan hasil pengamatan
(reflecting), Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur yang ∑ Siswa Tuntas (ST)
34
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali
ke langkah semula (dalam Arikunto, 2008: 16).
Gambar 2. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot (Wiraatmadja, 2007: 67)
Dalam pembelajaran siswa menggunakan alat peraga sebagai media
pembantu untuk menjawab LKS.
1. Siklus I
Materi siklus I adalah “macam-macam gaya” dan “besar kecilnya gaya”.
Materi ini diberikan dalam dua pertemuan, tahap-tahap yang dilakukan
adalah :
a. Perencanaan
1) Mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan teman
35
3) Menyiapkan lembar catatan lapangan serta menyiapkan alat peraga
yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai penunjang
aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan materi yang diberikan
4) Menyiapkan perangkat tes
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan pertama (2x35 menit)
Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah arah
dan bentuk benda.
Indikator : Menjelaskan macam-macam gaya.
a) Kegiatan awal
1) Apersepsi dan aktivitas
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan inti
1) Menjelaskan materi yang akan disampaikan secara garis
besar tentang gaya.
2) Menjelaskan macam-macam gaya.
3) Siswa mengerjakan Lembar Kerja yang diberikan oleh guru.
4) Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.
5) Guru menyempurnakan dan menyimpulkan hasil kerja
36
c) Kegiatan akhir
1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas
keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang
diberikan.
3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
materi.
4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali
materi pelajaran yang diterimanya di rumah.
2) Pertemuan kedua (2x35 menit)
Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah
arah dan bentuk benda
Indikator : Menentukan besar kecilnya gaya
a) Kegiatan awal
1) Apersepsi dan aktivitas
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan inti
1) Menjelaskan Sifat gaya dengan alat peraga mendorong meja
atau pintu.
2) Guru membagikan lembar kerja kepada siswa dan guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas.
37
4) Guru menyempurnakan hasil kerja siswa.
c) Kegiatan akhir
1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas
keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang
diberikan.
3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
materi.
4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali
materi pelajaran yang diterimanya dirumah.
c. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan refleksi berguna untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahannya. Kecenderungan
yang terjadi di analisis sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus
berikutnya. Keberhasilan yang diperoleh lebih ditingkatkan dan
kelemahan yang diperbaiki.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi siklus I. Materi siklus
II adalah sifat-sifat gaya dan gaya di dalam air. Materi ini ditentukan
38
a. Perencanaan
1) Mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan teman
sejawat atau guru mitra.
2) Membuat perangkat pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar catatan lapangan serta menyiapkan alat peraga
yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai penunjang
aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan materi yang diberikan.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan pertama (2x35 menit)
Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah
arah dan bentuk benda
Indikator : Menentukan sifat-sifat gaya.
a) Kegiatan awal
1) Apersepsi dan aktivitas
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan inti
1) Menjelaskan materi yang akan disampaikan secara garis
besar tentang sifat gaya.
2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja yang diberikan oleh guru.
3) Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.
4) Guru menyempurnakan dan menyimpulkan hasil kerja
39
c) Kegiatan akhir
1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas
keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang
diberikan.
3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi.
4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali
materi pelajaran yang diterimanya dirumah.
2) Pertemuan kedua (2x35 menit)
Kompetensi dasar : Menjelaskan bahwa gaya dapat mengubah arah dan bentuk benda
Indikator : Menjelaskan gaya di dalam air.
a) Kegiatan awal
1) Apersepsi dan aktivitas
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan inti
1) Mengingatkan kembali tentang sifat-sifat gaya.
2) Guru memberikan lembar kerja siswa yang diberikan siswa
dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
3) Setiap siswa menyampaikan hasil kerjanya.
40
c) Kegiatan akhir
1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas
keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang
diberikan.
3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi.
4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali
materi pelajaran yang diterimanya dirumah.
c. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan refleksi berguna untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahannya. Kecenderungan
yang terjadi di analisis sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus
berikutnya. Keberhasilan yang diperoleh lebih ditingkatkan dan
kelemahan yang diperbaiki.
H. Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
dapat dilihat dari adanya peningkatan ketuntasan nilai siswa setiap siklusnya
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas
IV di SD Negeri 1 Way Muli adalah 60. Seorang siswa dianggap tuntas
41
suatu kelas dianggap tuntas belajar jika minimal 75% dari jumlah siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini maka simpulannya adalah :
Pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan menggunakan Alat Peraga KIT IPA dengan
memperhatikan prosedur secara tepat, ternyata dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
B. Saran
Saran yang perlu disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Guru kelas IV agar sedapat mungkin menggunakan alat peraga KIT IPA
dalam mengajarkan materi gaya, karena dapat meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa.
2. Guru kelas IV di SD, dapat menggunakan alat peraga KIT IPA sebagai
alat peraga dalam pembelajaran pada pokok bahasan gaya dapat
mengubah gerak dan bentuk benda.
3. Siswa kelas IV diharapkan berlatih dengan menggunakan alat peraga KIT
IPA untuk mengerjakan soal-soal latihan menentukan sehingga
memudahkan dalam menyelesaikan soal gaya dapat mengubah gerak dan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad (1997), Pedoman Penggunaan Kit IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdikbud
Arikunto, Suharsimi12,dkk.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara. Bolgger, Anwar (2008), Keefektifan Penggunaan Kit IPA . [Google], tersedia :
http://www.anwarpgml.blogspot.com/2008/07/kampulatens.html diunduh tanggal 6 Januari 2010
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Sains. Depdiknas. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2004. Kurikulum Sekolah Dasar 2004, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana, Nana, 2004.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
ABSTRAK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh Iriyanti
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 dalam memahami konsep pembelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 melalui penerapan alat peraga KIT IPA.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa, lembar tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif untuk data aktivitas siswa dan kinerja guru menggunakan lembar pengamatan, dan analisis kuantitatif untuk data prestasi belajar dari hasil tes.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Alat Peraga KIT IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I 66,00 % (kategori cukup), siklus II 85,00 % (kategori baik). Rata-rata persentase tuntas belajar siswa 60,0% pada siklus I (kategori cukup), dan tuntas belajar siswa 91,50% pada siklus II (kategori baik sekali).
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh
IRIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh
IRIYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di desa Kliwonan Kecamatan Kali Bawang Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 14 Mei 1962, anak ke-3 dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mulyo Utomo dan Ibu Irul.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Banjar Harjo Kecamatan Kali Bawang Tahun 1975. Sekolah Menengah Pertama pada SMP Promasan Kali Bawang pada tahun 1979. Sekolah Menengah Atas di Sekolah Pendidikan Guru SPG Muhammadiyah Gendol Kecamatan Banjar Arum Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1982.
Diploma 2 Universitas Terbuka di UPPJJ Lampung Pokja Kalianda Lampung Selatan dari tahun 2003 sampai 2005.
Pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S-1 PGSD SKGJ (Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan).
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model Pembelajaran yang dilakukan oleh guru ... 21 2. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot ... 34
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ……….. ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ..………... 1
B. Identifikasi Masalah ...……….. 5
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ………. 6
E. Manfaat Penelitian ...………... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….…………... 8
A. Pembelajaran IPA …...…..………..………..……….….... 8
1. Pembelajaran IPA di SD ………... 8
2. Pentingnya Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ..………... 12
3. Optimalisasi Pembelajaran IPA Sekolah Dasar ……..…... 15
4 Prestasi Belajar IPA ………... 17
B. Alat Peraga ……… ………… 20
1. Pengertian Alat Peraga . …....……...………….……….……. 20
2. Macam-macam Alat Peraga …...………. . 23
3. Fungsi Alat Peraga …...……… 24
4. KIT IPA ... 26
C. Hipotesis Tindakan ……….………. 28
BAB III METODE PENELITIAN …...……….. 29
B. Faktor Yang Diteliti ... 29
C. Data Penelitian ……....……….…... 30
D. Teknik Pengumpulan Data …...………..…. 30
E. Instrumen Penelitian … …..……….... 31
F. Teknik Analisis Data ... 31 G. Pelaksanaan Tindakan ……….... 33
H. Indikator Keberhasilan ………... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
1. Siklus I ... 42
2. Siklus II ... 46
B. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ………. 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 64 iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Izin Penelitian ... 59
2. Surat Keterangan Penelitian ... 60
3. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 61
4. Latihan Soal IPA Siklus I ... 62
5. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal IPA Siklus I ... 63
6. Latihan Soal IPA Siklus II ... 64
7. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal IPA Siklus II ... 65
8. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar ... 66
9. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar ... 68
10. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar ... 70
11. Lembar Cacatan Lapangan Siklus I ... 72
12. Lembar Cacatan Lapangan Siklus II ... 74
13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 76
14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 78
15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 80
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 82
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Pelajaran IPA siswa kelas IV ... 5
2. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus I ... 44
3. Data hasil belajar Siswa Siklus I ... 45
4. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus II ... 50
5. Data hasil belajar Siswa Siklus I ... 51
6. Hasil Analisis Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ….…... 53
7. Data Persentase Hasil Belajar Menggunakan Alat Peraga KIT IPA ... 54
MOTTO
1.
Yang biasa itu belum tentu benar, tetapi yang benar harus selalu
dibiasakan.
2.
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, kerena limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan baik tanpa ada
kendala dan hambatan yang berarti.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul " Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Alat Peraga KIT IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 " adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Lampung.
Dalam penyelesaian penelitian tindakan kelas (PTK) ini, penulis banyak dibimbing dan
diarahkan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.s., sebagai Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas lampung.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi PGSD S-1 Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., sebagai dosen pembimbing, yang selalu sabar
membimbing penulis selama menyelesaikan penelitian.
6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., sebagai dosen pembahas yang membimbing penulis selama
menyelesaikan penelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengampu Program S-1 PGSD Dalam Jabatan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
8. Bapak Surono, S.Pd. Kepala SD Negeri 1 Way Muli, guru-guru dan staf yang telah
memberikan kesempatan, kemudahan dan fasilitas pendukung demi terlaksananya
penelitian ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa PGSD SKGJ angkatan 2010
10.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat memberikan
manfaat dan berguna bagi kita semua, khususnya bagi penulis pribadi. Amin Ya Robbal
Alamin.
Kalianda, 23 Juli 2012 Penulis
Iriyanti
MENGESAHKAN
1. Tim penguji:
Penguji : Drs. Yusmansyah, M.Si. ____________________
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Supriyadi, M. Pd. ____________________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si NIP. 196003151985031003
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Iriyanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013079220
Program Studi : SI PGSD SKGJ
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
JUDUL : Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Alat Peraga KIT IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang
pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan dan diterima sebagai
persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau Institut lain.
Penulis, 24 Juli 2012
Iriyanti
Judul Skripsi : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Iriyanti Nomor Pokok Mahasiswa : 1013079220 Program Studi : S1 PGSD SKGJ
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing