MATA
PELAJARAN
:
FISIKA
NAMA
SISWA
:
………...
KELAS
:
………...…
TAHUN
PELAJARAN
:
...
SUKSES UJIAN NASIONAL (SUKUN)
SMA
NEGERI
9
KOTA
TANGERANG
SELATAN
SEKOLAH
MODEL
BERBASIS
PBKL
Disusun Oleh Tim MGMP Fisika
PEMERINTAH
KOTA
TANGERANG
SELATAN
DINAS
PENDIDIKAN
SMA
NEGERI
9
KOTA
TANGERANG
SELATAN
Kata Pengantar
Puji
syukur
ke
hadirat
Allah
SWT,
karena
atas
karunia,
rahmat
dan
hidayah
‐
Nya
kami
dapat
menyelesaikan
Modul
Fisika
SMA
Sukses
UN.
Modul
ini
berupa
ringkasan
materi
dan
soal
‐
soal
UN
yang
dibuat
sebagai
bahan
bagi
siswa
dalam
mengulang
materi
yang
sudah
dipelajari
di
kelas
X
sampai
kelas
XII
untuk
menempuh
Ujian
Nasional.
Semoga
modul
ini
dapat
memudahkan
dalam
proses
persiapan
siswa
menuju
Sukses
Ujian
Nasional
dan
bermanfaat
bagi
kita
semua.
Terima
kasih
kami
ucapkan
kepada
seluruh
pihak
yang
telah
membantu
dalam
menyelesaikan
modul
ini,
terutama
Ibu
Kepala
SMA
Negeri
9
Kota
Tangerang
Selatan
yakni
Ibu
Neng
Nurhemah,
M.Pd.
Kami
mengetahui
modul
ini
jauh
dari
kesempurnaan,
dan
tak
lupa
kami
memohon
maaf
atas
segala
kekurangan
dan
kekeliruan
yang
ada.
Kritik
dan
saran
yang
membangun
kami
harapkan
demi
sempurnanya
modul
ini.
Tangerang
Selatan,
Januari
2011
Tim
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar...
i
Daftar
Isi...
ii
Standar
Kompetensi
Lulusan
Mata
Pelajaran
IPA
SMA...
iii
Uraian
Materi
Fisika
SMA...
1
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2003...
79
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2004...
91
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2005...
101
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2006...
112
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2007...
121
Kunci
Jawaban
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2003
s/d
2007...
129
Pembahasan
Soal
Ujian
Nasional
Fisika
SMA
tahun
2005...
130
Daftar
Pustaka...
152
Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran IPA SMA
a.
Fisika
SMA/MA
1.
Melakukan
percobaan,
antara
lain
merumuskan
masalah,
mengajukan
dan
menguji
hipotesis,
menentukan
variabel,
merancang
dan
merakit
instrumen,
mengumpulkan,
mengolah
dan
menafsirkan
data,
menarik
kesimpulan,
serta
mengkomunikasikan
hasil
percobaan
secara
lisan
dan
tertulis
2.
Memahami
prinsip
‐
prinsip
pengukuran
dan
melakukan
pengukuran
besaran
fisika
secara
langsung
dan
tidak
langsung
secara
cermat,
teliti,
dan
obyektif
3.
Menganalisis
gejala
alam
dan
keteraturannya
dalam
cakupan
mekanika
benda
titik,
kekekalan
energi,
impuls,
dan
momentum
4.
Mendeskripsikan
prinsip
dan
konsep
konservasi
kalor
sifat
gas
ideal,
fluida
dan
perubahannya
yang
menyangkut
hukum
termodinamika
serta
penerapannya
dalam
mesin
kalor
5.
Menerapkan
konsep
dan
prinsip
optik
dan
gelombang
dalam
berbagai
penyelesaian
masalah
dan
produk
teknologi
6.
Menerapkan
konsep
dan
prinsip
kelistrikan
dan
kemagnetan
dalam
berbagai
masalah
dan
produk
teknologi
b.
Biologi
SMA/MA
1.
Merumuskan
masalah,
mengajukan
dan
menguji
hipotesis,
menentukan
variabel,
merancang
dan
merakit
instrumen,
menggunakan
berbagai
peralatan
untuk
melakukan
pengamatan
dan
pengukuran
yang
tepat
dan
teliti,
mengumpulkan,
mengolah,
menafsirkan
dan
menyajikan
data
secara
sistematis,
dan
menarik
kesimpulan
sesuai
dengan
bukti
yang
diperoleh,
serta
berkomunikasi
ilmiah
hasil
percobaan
secara
lisan
dan
tertulis
2.
Memahami
keanekaragaman
hayati
dan
klasifikasinya,
peranan
keanekaragaman
hayati
bagi
kehidupan
dan
upaya
pelestariannya.
3.
Menganalisis
hubungan
antar
komponen
ekosistem,
perubahan
materi
dan
energi,
serta
peranan
manusia
dalam
keseimbangan
ekosistem
4.
Memahami
konsep
sel
dan
jaringan,
keterkaitan
antara
struktur
dan
fungsi
organ,
kelainan
dan
penyakit
yang
mungkin
terjadi
pada
sistem
organ,
serta
implikasinya
pada
sains,
lingkungan,
teknologi
dan
masyarakat
5.
Memahami
faktor
‐
faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan,
proses
metabolisme
dan
hereditas,
evolusi
dan
implikasinya
dengan
sains,
lingkungan,
teknologi
dan
masyarakat
6.
Memahami
prinsip
‐
prinsip
dasar
bioteknologi
serta
implikasinya
pada
sains,
lingkungan,
teknologi
dan
masyarakat
c.
Kimia
SMA/MA
1.
Melakukan
percobaan,
antara
lain
merumuskan
masalah,
mengajukan
dan
menguji
hipotesis,
menentukan
variabel,
merancang
dan
merakit
instrumen,
mengumpulkan,
mengolah
dan
menafsirkan
data,
menarik
kesimpulan,
serta
mengkomunikasikan
hasil
percobaan
secara
lisan
dan
tertulis
2.
Memahami
hukum
dasar
dan
penerapannya,
cara
perhitungan
dan
pengukuran,
fenomena
reaksi
kimia
yang
terkait
dengan
kinetika,
kesetimbangan,
kekekalan
masa
dan
kekekalan
energi
3.
Memahami
sifat
berbagai
larutan
asam
‐
basa,
larutan
koloid,
larutan
elektrolit
‐
non
elektrolit,
termasuk
cara
pengukuran
dan
kegunaannya
4.
Memahami
konsep
reaksi
oksidasi
‐
reduksi
dan
elektrokimia
serta
penerapannya
dalam
fenomena
pembentukan
energi
listrik,
korosi
logam,
dan
pemisahan
bahan
(elektrolisis)
Dalam
kehidupan
sehari
‐
hari
kita
sering
berhubungan
dengan
alat
ukur
seperti
alat
ukur
berat,
alat
ukur
volume,
alat
ukur
waktu,
alat
ukur
panjang
dll.
Semua
alat
ukur
yang
ada
pasti
berkaitan
dengan
besaran,
satuan
dan
dimensi
berikut
penjelasan
singkat
mengenai
besaran,
satuan
dan
dimensi.
Besaran
adalah
sesuatu
yang
dapat
diukur
dan
dinyatakan
dengan
angka.
Besaran
dibagi
menjadi
dua
besaran
pokok
dan
besaran
turunan
Besaran
pokok
adalah
besaran
yang
satuannya
telah
ditetatapkan
terlebih
dahulu
dan
tidak
bergantung
pada
besaran
‐
besaran
lain
seperti
panjang,
massa,
dan
waktu.
Besaran
turunan
adalah
besaran
yang
diturunkan
dari
besaran
pokok
seperti
kecepatan
gaya,
percepatan,
luas,
volume,
dll.
Besaran
Pokok
Satuan
Lambang
dimensi
Panjang
Meter
[L]
Massa
Kilogram
[M]
Waktu
Sekon
[T]
Suhu
Kelvin
[
Θ
]
Kuat
arus
Ampere
[I]
Intensitas
cahaya
Kandela
[J]
Jumlah
zat
Mol
[N]
Tabel 1.2 (Besaran, satuan, dan lambang dimensi)
Dimensi
suatu
besaran
menunjukkan
cara
besaran
itu
tersusun
dari
besaran
‐
besaran
pokok.
Contoh
soal
(Menentukan
Satuan
dan
dimensi
dari
besaran
turunan)
1.
Tentukan
satuan
dan
Dimensi
dari
Gaya
∑
F
=
m.a
Gaya
=
massa
x
percepatan
Gaya
=
massa
x
jarak/
waktu
2
Satuan
gaya
=
kg
x
m
/
s
2
Dimensi
Gaya
=
[M].[L].[T]
‐2
ALAT
UKUR
Jangka
Sorong
Jangka
sorong
digunaka
untukmengukur
panjang
dengan
ketelitian
0,1
mm
atau
0,01cm.
Contoh
dibawah
ini
jangka
sorong
digunakan
untuk
mengukur
benda
dengan
ukuran
3,57
cm.
Bagian
skala
utama
menunjukkan
3,5
cm,
bagian
skala
nonius
menunjukkan
0,07
cm
jadi
hasil
pengukuran
adalah
3,57
cm.
Gambar
1.1
(Jangka
sorong
digunaka
mengukur
panjang
benda
3,57cm)
Mikrometer
Skrup
Mikrometer
skrup
digunakan
untuk
mengukur
panjang
denga
ketelitian
sampai
0,01mm
atau
0,001cm.
Angka
Penting
Angka
penting
adalah
semua
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
pengukuran,
termasuk
angka
trakhir
yang
ditaksirkan.
Aturan
–
aturan
angka
penting
1.
Semua
angka
bukan
nol
adalah
angka
penting
2.
Angka
nol
yang
terletak
diantara
dua
angka
bukan
nol
termasuk
angka
peting
3.
Angka
nol
di
sebelah
kanan
angka
bukan
nol
termasuk
angka
penting,
kecuali
jika
ada
penjelasan
lain
berupa
garis
bawahangka
terakhir
yang
masih
dianggap
angka
penting.
4.
Angk
nol
yang
terletak
disebelah
kiri
angka
bukan
nol,
baikyang
terletak
disebelah
kiri
maupun
disebelah
kanan
koma
desimal,
bukan
angka
penting.
Contoh
:
298,6
gram
mengandung
empat
angka
penting
78,007
meter
mengandung
lima
angka
penting
78940
detik
mengandung
empat
angka
penting
0,004
meter
mengandung
satu
angka
penting
Besaran
Vektor
adalah
besaran
yang
ditentukan
arah
dan
nilainya.
Contoh
:
Gaya,
Kecepatan,
percepatan.
Besaran
Skalar
adalah
Besaran
yang
hanya
ditentukan
nilainya
saja.
Contoh
:
Waktu,
Panjang,
Suhu.
Vektor
biasanya
dinotasikan
sebagai
berikut
1.
Penjumlahan
Vektor
1.a
Cara
jajaran
Genjang
Vektor
R
disebut
resultan
dari
A
dan
B,
yang
merupakan
diagonal
dari
jajaran
genjang
dengan
sisi
A
dan
B.
Resultan
Vektornya
ditulis
:
Sedangkan
besarnya
(panjangnya)
resultan
vektor
ditulis
:
Vektor
a
A
B
A
B
R
R
=
A
+
B
Cara
segi
banyak
(poligon)
Di
dalam
menjumlahkan
vektor
secara
segi
banyak,
dapat
dilakukan
dengan
cara:
Hasil
dari
penjumlahan
vektor
diatas
adalah
Uraian
vektor
Besar
resultannya
Perkalian
Dua
Buah
Vektor
Pada
vektor
ada
dua
macam
perkalian
1.
Perkalian
skalar
(titik)
Dot
Product
Pada
metode
perkalian
titik
antara
dua
buah
vektor
akan
menghasilkan
besaran
skalar.
2.
Perkalian
Vektor/Silang
(cross
product)
Perkalian
vektor/silang
antara
dua
buah
vektor
akan
menghasilkan
besaran
vektor.
A
B
C
A
B
C
R
θ
Ax
=
A
cos
θ
Ay
=
A
sin
θ
X
Y
A
Ax
Ay
R
=
A
2
+
B
2
A
.
B
=
A
.
B
cos
θ
Perkalian
vektor
(cross
product)
dapat
menggunakan
kaidah
skrup
putar
kanan
Proyeksi
vektor
a
pada
vektor
b
j
i
k
i
x
j
=
k
j
x
i
=
‐
k
i
x
k
=
‐
j
k
x
i
=
j
Panjang
proyeksi
vector
a
pada
vector
b
|c|
=
a.b
|b|
Proyeksi
vektor
a
pada
vektor
b
c
=
a.b
|b|
2.
b
a
Gerak
adalah
perubahan
posisi
atau
tempat
terhadap
suatu
titik
acuan.
Benda
dikatakan
bergerak
jika
benda
mempunyai
kecepatan.
1.
Gerak
Lurus
Syarat
benda
bergerak
Lurus
Beraturan
1.
Lintasan
benda
berupa
garis
lurus
2.
Kecepatan
benda
tetap
3.
Dalam
selang
waktu
yang
sama
menempuh
jarak
sama
Syarat
benda
bergerak
lurus
berubah
beraturan
1.
Lintasan
benda
berupa
garis
lurus
2.
Dalam
selang
waktu
sama,
perubahan
kecepatannya
tetap
3.
Mempunyai
percepatan
tetap
V
=
Vo
+
∫
a
dt
Kecepatan sesaat
Persamaan
Umum
GLBB
St
=
Vo.t
+
½
at
2
Vt
=
Vo
+
a.t
Vt
2
=
Vo
2
+
2
as
2.
Gerak
Melingkar
beraturan
Gerak
melingkar
beraturan
adalah
gerak
melingkar
dengan
besar
kecepatan
tetap,
arah
kecepatan
selalu
berubah.
Tinjauan
Gerak
Melingkar
pada
banyak
roda
3.Gerak
Parabola
Gerak
parabola
gerak
dengan
lintasan
berbentuk
parabola.
Gerak
ini
adalah
perpaduan
GLB
dan
GLBB.
ώ
ar
=
v
2/R
atau
ar
=
ώ
2R
ar
=
kecepatan
sebtripental
(putaran
/
det
2)
ώ
=
kecepatan
sudut
(putaran/det)
/rpm
(rotasi
per
menit)
1
putaran
=
2
П
radian.
R
=
jari
‐
jari
ώ
A
=
ώ
B
A
B
A
B
A
B
VA
=
VB
VA
=
VB
h H
vo
X Y
Persamaan gerak sumbu x
Vx
=
Vo
cos
ά
Sx = Vx.t
Persamaa gerak sumbu y
Vy
=
vo
sin
ά ‐ gtSy = vo sin ά.t – ½ gt2
Untuk mencapai titik tertinggi
Vy = 0, tH = (Vo sin ά)/g
h = (Vo2 sin 2ά)/2g
Untuk mencapai titik terjauh
t = 2 tH = (2 Vo sin ά)/g
x = (V02 sin 2 ά)/g
ά
Hukum
‐
hukum
pemantulan
1.
sinar
datang,
sinar
normal
dan
sinar
pantul
terletak
pada
satu
bidang
datar.
2.
sudut
datang
(
α
)
=
sudut
pantul
(
β
)
Pemantulan
pada
Cermin
Datar
Sifat
bayangan
yang
dibentuk
oleh
cermin
datar
1.
jarak
bayangan
ke
cermin
=
jarak
benda
ke
cermin
2.
tinggi
bayangan
=
tinggi
benda
3.
bayangannya
tegak
dan
selalu
maya
Pemantulan
pada
Permukaa
Seferis
Cermin
Lengkung
terdiri
dari
cermin
cekung
dan
cermin
cembung.
Persamaan
cermin
lengkung
:
S
=
Jarak
benda
ke
cermin
S
1=
Jarak
Bayangan
ke
cermin
R
=
jari
‐
jari
kelengkungan
lensa
f
=
½
Benda
dikatakan
benda
nyata
jika
membentuk
bayangan
nyata,
maka
bayangannya
selalu
terbalik.
Jika
membentuk
bayangan
maya,
maka
bayangannya
selalu
tegak.
Sinar datang
Sinar pantul
Sinar Normal
Sinar bias α
β
Benda
nyata
(didepan
cermin)
:
S
positif
Benda
maya
(dibelakang
cermin)
:
S
negative
Pembiasan
Cahaya
Pembiasan
cahaya
ialah
pembelokan
cahaya
yang
disebabkan
kecepatan
cahaya
yang
melalui
dua
medium
yang
berbeda.
Kecepatan
cahaya
diruang
hampa
adalah
3
x
10
8
selain
dipantulkan
jika
cahaya
melalui
medium
chaya
juga
dibelokkan.
Persamaan
snellius
menjelaskan
teoritis
pembiasan
sbb
:
n
1sin
i
=
n
2sin
r
Sudut
kritis
adalah
sudut
yang
terbentuk
karena
sudut
datang
dan
sudut
bias
=
90
o
hal
ini
terjadi
jika
sinar
datang
dari
zat
optik
lebih
rapat
ke
optik
kurang
rapat.
Pembiasan
Pada
Dua
bidang
Batas
Lensa
terletak
diudara
Sifat
cermin
cekung
(konkaf)
F
dan
R
positif,
bersifat
mengumpulkan
sinar
Sifat
cermin
cembung
(konveks)
F
dan
R
negatif,
bersifat
menyebarkan
sinar,
jika
benda
nyata
bayangan
selalu
nyata(di
belakang
cermin),
tegak
dan
diperkecil.
Contoh
kaca
spion.
Kekuatan
lensa
(daya
lensa)
D
(Dioptri)
=
1/f(m)
Sinar datang
Sinar pantul
Sinar Normal
Sinar bias
i
r
1/f
=
(n
‐
1)
(
1
/
R
1+
1
/
R
2)
indek
bias
lensa
Lensa(indek
bias
=
n1)
terletak
dimedium
yang
indek
biasnya
=
n
mInterferensi dan Difraksi Cahaya
Percobaan
ini
dilakukan
oleh
Young
Dari
percobaan
didapat
bahwa
garis
‐
garis
terang
didapat
dari
interferensi
2
gelombang
yang
fasanya
sama.
Garis
‐
garis
gelap
didapat
dari
interferensi
2
gelombang
yang
fasanya
berbeda.
Difraksi
adalah
pembelokkan
gelombang
melalui
rintangan
atau
celah
sempit.
Cahaya
yang
melewati
kisi
difraksi,
akan
mengalami
interferensi
pada
layar,
interferensi
yang
berbeda
‐
beda
menyebabkan
warna
‐
warna.
Warna
‐
warna
membuat
garis
terang
yang
berbeda
‐
beda
di
layar.
Alat‐alat Optik
Mata
dan
Kacamata
Jika
bayangan
tepat
jatuh
diretina,
maka
mata
dapat
melihat
benda
dengan
jelas
Apabila
mata
melihat
benda
‐
benda
dekat
maka
lensa
mata
dibuat
lebih
cembung
dan
sebaliknya
untuk
benda
jauh
lensa
mata
dibuat
lebih
cekung.
Hal
ini
dapat
terjadi
dengan
mengubah
fokus
lensa.
kisi
Mata
normal
titik
dekatnya
25
cm
Penyakit
rabun
dekat
titik
dekatnya
lebih
besar
dari
25cm
untuk
mengatasinya
harus
menggunakan
kacamata
cembung.
Penyakit
rabun
dekat.
titik
jauh
:
tidak
di
~
hal
ini
disebabkan
mata
terlalu
cembung
untuk
mengatasinya
diperlukan
lensa
cekung.
Lup
Berbentuk
lensa
cembung
tunggal.
Cara
pengamatan
dengan
lup
1.
pengamatan
tanpa
akomodasi
(mata
mengamati
benda
dalam
keadaan
relax
tanpa
akomodasi)
(perbesaran)
M
=
Sn
/
f
Sn
=
jarak
baca
normal
si
pengamat
f
=
panjang
titik
api
lup
2.
Pengamat
dengan
akomodasi
maximum.
Dalam
hal
ini
bayangan
terakhir
berjarak
sejauh
jarak
baca
normal
dari
mata
1
/
S
+
1
/
S
1
=
i
/
f
;
S
1
=
‐
S
n;
Sn
:
jarak
baca
normal
si
pengamat
Mikroskop
Terdiri
dari
dua
lensa
cembung
yaitu
lensa
obyektif
(dekat
dengan
mata)
dan
okuler
(dekat
dengan
benda)
(Perbesaran
)
M
=
(S1
Ob/
S
ob)
x
(S
n/
f
ok)
Kalor
(panas)
:
adalah
bentuk
energi
yang
dipindahkan
melalui
perbedaan
temperatur.
Panas
akan
berpindah
dari
suhu
yang
lebih
panas
ke
suhu
yang
lebih
dingin.
Satuan
kalor
adalah
kalori,
joule,
erg.
Satu
kalori
adalah
panas
yang
dibutuhkan
untuk
menaikkan
suhu
1
0C
Q
=
kalor
yang
diserap
(joule)
m
=
massa
benda
(kg)
∆
t
=
perubahan
temperature
yang
terjadi
(
oC)
c
=
kalor
jenis
benda
(joule/kg
0C)
C
=
kapasitas
kalor
(kal/
oC)
Perubahan
Zat
Kalor
Laten
Kalor
yang
dibutuhkan
untuk
merubah
bentuk
1
kg
zat
Q
=
m.L
L
=
kalor
laten
(joul/kg)
Kalor
lebur
:
kalor
yang
dibutuhkan
untuk
merubah
1
kg
zat
dari
padat
menjadi
cair
Q
=
m
c
∆
t
C
=
m
c
Wujud
Padat
Wujud
Cair
Kalor
beku
:
kalor
yang
dibutuhkan
untuk
merubah
1
kg
zat
dari
cair
menjadi
padat
Kalor
penguapan
:
kalor
yang
dibutuhkan
untuk
merubah
1
kg
zat
dari
cair
menjadi
uap
Kalor
Pengembunan
:
kalor
yang
dibutuhkan
untuk
merubah
1
kg
zat
dari
uap
menjadi
cair.
Kalor
penguapan
=
kalor
pengembunan
Perpindahan
Kalor
1.
Konduksi
Perpindahan
kalor
tanpa
disertai
perpindahan
partikel
cth
:
besi
yang
dipanaskan
H
=
K.A.
(
∆
t
/
L)
H
:
Jumlah
kalor
yang
merambat
persatuan
waktu
K
:
Daya
hantar
kalor
(koeffisien
konduksi
termal)
A
:
Luas
penampang
L
:
Panjang
∆
t
:
Beda
temperature
di
ujung
‐
ujung
benda
2.
konveksi
Perpindahan
kalor
disertai
dengan
perpindahan
parikel
contoh
:
air
yang
mendidih
karena
dimasak
H
=
h.
A.
∆
t
h
:
suatu
konstanta
yang
tergantung
pada
dimensi
dan
jenis
konveksi
3.
Radiasi
Perpindahan
kalor
tanpa
medium,
setiap
benda
panas
mengeluarkan
radiasi.
Contoh
:
Sinar
matahari.
W
=
e
σ
T
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4Q
5Q
1=
mc
1∆t
=
mc
1(t
1‐0)
c1 : panas jenis es
Q
2=
m.c
2=
mc
2 c2 : panas peleburan
Q
3=
mc
3(100
‐
0)
c3 :panas jenis air
W
:
energi
yang
dipancarkan
persatuan
waktu,
persatuan
luas
watt/m
2
σ
:
tetapan
Stepan
–
Boltzman,
yang
harganya
(5,672.10
‐8
watt/m
2K
4
T
:
Suhu
mutlak
(dalam
Kelvin)
e
:
koefisien
pancaran
emisi
(o<e
≤
1),
untuk
benda
hitam
sempurna
e
=1
Menurut
asas Black kalor
yang
diserap
=
kalor
yang
diterima
Q
serap
=
Wat
W
=
e
σ
(T
4A‐T
4B)
A
:
luas
penambang
Bola
t
:
lama
waktu
pancaran
Arus
listrik
yang
terjadi
akibat
adanya
muatan
ang
bergerak
disebut
dengan
arus
listrik
Arus
listrik
adalah
banyaknya
muatan
yang
mengalir
dalam
satu
detik
I = ∆Q / ∆t
I
:
arus
listrik
yang
mengali
(Ampere)
Q
:
Muatan
listrik
(Coloumb)
t
:
Waktu
(detik)
Q
=
muatan
tiap
elektron
x
jumlah
elektron
Hukum
Ohm
Besarnya
arus
listrik
yang
mengalir
pada
suatu
penghantar,
berbanding
lurus
dengan
beda
potensial
diantara
kedua
ujung
penghantar,
dan
dipengaruhi
oleh
jenis
penghantarnya
I = V / R
V
:
Beda
potensial
(Volt)
R
:
Hambatan
Penghantar
Rangkaian
Seri
dan
paralel
R
seri
R
total
=
R
1+
R2
+
R
3V
AB
=
V
1+
V
2+
V
3I
1=
I
2=
I
3V1
=
I
1R
1,
V
2=
I
2R
2,
V
3=
I
3R
3
R
parallel
I/R
total=
1/R
1+
1/R
2+
1/R
3V
AB=
V
1=
V
2=
V
3Besar
Penghantar
pada
sebuah
penampang
R
=
ρ
.
l
/
A
ρ
:
hambatan
jenis
penghantar
l :
Panjang
penghantar
A
:
luas
penampang
penghantar
Pengaruh
Temperatur
pada
hambatan
jenis
kawat?
ρ
t
=
ρ
o(1+
α
∆T)
ρ
t :hambatan
jenis
pada
temperatur
T
0C
(
Ω
m)
ρ
o
:
hambatan
jenis
pada
temperatur
mula
‐
mula
(Ω
m)
α
:
koefisien
temperatur
(
oC
‐1)
∆T : Perubahan temperatur (
oC)
Pengaruh
Temperatur
pada
hambatan
jenis
kawat?
R
t
=
R
o(1+
α
∆T)
R
t
:
Hambtan
pada
temperatur
T
oC(
Ω
)
R
o
:
Hambatan
pada
temperatur
mula
‐
mula
(
Ω
)
Hukum
Kirchof
I
∑
I
masuk
=
∑
I
keluar
Hukum
Kirchof
II
∑
V
=
0
Energi
Listrik
dan
Daya
Listrik
P
=
V.I
W
=
P.t
W
=
I.V.
∆t
W
:
Energi
Listrik
(joule/kwh)
I
:
Arus
Listrik
∆
t
:
Selang
waktu
Kaitan
Kalor
dan
Energi
Listrik
W
=
Q
=
mc
∆t
Q
:
Energi
kalor
(joule)
m
:
massa
(kg)
c
:
kalor
jenis
(Jkg
‐1oC
‐1)
∆
T
:
kenaikan
suhu
(
oC)
Alat
Ukur
Listrik
Amperemeter
:
alat
untuk
mengukurarus
listrik
Voltmeter
:
Alat
untuk
mengukur
beda
potensial
/
tegangan
listrik
Pemasangan
amperemeter
diseri
dengan
sumber
dan
beban,
sedangkan
pemasangan
voltmeter
diparalel
dengan
bagian
yang
ingin
diukur.
berikut
metode
pengukuran
menggunakan
voltmeter
dan
amperemeter.
Bab 1. PERSAMAAN GERAK
==
persamaan
yang
menyatakan
hubungan
antara
jarak
atau
kedudukan
benda
,
kecepatan,
percepatan
dan
waktu.
A.
Gerak
Lurus
Posisi Titik Materi
Besaran vektor : besaran yang memiliki nilai dan arah.
¾
Posisi titik materi pada bidang dapat dinyatakan dengan persamaan vektor : r = x
i
+ y
j
¾
Titik (partikel) da pat berpindah dan perpindahannya dapat ditentukan dengan :
Δ
r
=
r2
–
r1
Δ
r
=
Δ
x
i
+
Δ
y
j
¾
besarnya
perpindahan
:
|
Δ
r|
=
(
∆
x
)
2+
(
∆
y
)
2
Kecepatan
Titik
Materi
Kecepatan adalah perubahan posisi (
∆
r) per waktu (t)
Kecepatan
rata
‐
rata
:
v
=
=
1 2 1 2
1
-t
r
-r
Persamaan
kecepatan
rata
–
rata
:
v
=
v
x
i
+
vy
j
Posisi
titik
dapat
ditentukan
ddari
kecepatan,
yatu
:
r
=
ro
+
∫
v
dt
Besar
kecepatanya
:
|v|
=
Kecepatan
sesaat
:
lim
v
=
lim
Δt → 0 Δt →0
Percepatan
titik
Materi
percepatan adalah perubahan kecepatan (
∆
v) per waktu (t)
Percepatan
rata
‐
rata
:
a
=
Persamaan
percepatan
rata–rata
:
a
=
a
x
i
+
ay
j
kecepatan
titik
dapat
ditentukan
dari
percepatan,
yatu
:
v
=
vo
+
∫
v
dt
Percepatan
sesaat:
lim
a
=
lim
Δt → 0 Δt →0
_
∆
r
∆
v
B. Gerak Parabola
Dua
jenis
gerak
dalam
parabola
:
1.
Gerak
Lurus
beraturan
(GLB)
untuk
arah
horizontal
(sumbu
x)
2.
Gerak
Lurus
Berubah
Beraturan
(GLBB)
untuk
arah
vertikal
(sumbu
y)
y V
Y= 0
V = V
XV
OYV
Oα
0 V
OXH’
X
Kecepatan
saat
t
(waktu)
detik
:
VX
=
VO
cos
α
VY
=
VO
sin
α
–
gt
Besar
kecepatanya
:
v
=
√
vx
2
+
vy
2
Arah
kecepatan
terhadap
sumbu
x
:
tan
α
=
=
Waktu
mencapai
titik
tertinggi
t
=
Tertinggi
sumbu
y
(tinggi
maksimum)
tinggi
saat
t
detik
h
max
=
y
=
vo
sin
α
.t
–
½
g.t
2
Jarak
terjauh
sumbu
x
:
Jarak
saat
t
detik:
X
max
=
y
=
vo
cos
α
.t
C.
Gerak
Melingkar
Hubungan
kelajuan
linier
dengan
kecepatan
sudut
adalah
:
ω
=
ω
=
=
2
Л
f
v
as
w
=
ω
=
kecepatan
sudut
(rad/s)
R
v
=
kecepatan
linier
(m/s)
V
yV
Osin
α
– gt
VO
sin
α
g
Vo2
sin
2α
2 g
Vo2
sin 2
α
g
∆θ
∆
t
v
=
ω
R
2Л
T
θ
2–
θ
1o
Percepatan
sentripental
:
R
R
v
a
S=
=
ω
2
o
Gaya
sentripental
:
Fs
=
m
.
R
v
2
=
m
ω
2
R
o
Percepatan
sudut
rata
–
rata
=
α
=
t
∆
∆
ω
=
1 2 2 1
t
t
−
−
ω
ω
o
Percepatan
sesaat
:
α
=
lim
t
∆
∆
ω
=
dt
d
ω
=
dt
d
2θ
o
Menentukan
kecepatan
sudut
dari
percepatan
sudut
:
ω
t
=
ω
O
+
∫ α
dt
Gerak
Melingkar
=>
gerak
periodik
yang
berulang
setiap
selang
waktu
tertentu.
Contohnya
:
gerang
berayun
bandul
jam
dinding
,
putaran
bumi
pada
porosnya
dalam
waktu
1
hari,
dan
gerak
vertikal
teratur
pada
pegas
yang
diberi
beban.
T
(periodik)
=>
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
melakukan
1
putaran
(detik)
f
(frekuensi)
=>
jumlah
putaran
yang
dapat
dilakukan
dalam
1
detik
(detik
‐1
atau
Hz)
Hubungan
T
dan
f
:
T
=
Sudut
yang
ditempuh
dalam
waktu
t
:
θ
=
t
=
2
Л
f
Besar
simpangan
sumbu
x
dan
y
:
=
A
ω
cas
(
ω
t
+
θ
0)
a
=
–
A
ω
2
sin
(
ω
t
+
θ
0)
Periodik
pada
gerak
harmonik
pegas:
T
=
2
Л
k
m
Æ
m
=
massa
benda;
k
=
tetapan
pegas
Periodik
pada
gerak
harmonik
benda
berayun:
T
=
2
Л
g
l
Æ
l
=
panjang
tali
;
g
=
gaya
gravitasi.
–
∆t → o
1
f
2Л
T
Bab 2. GAYA
A. Hukum-Hukum Newton
o
Hukum
I
Newton
(Hukum
Inersia):
Ö
Jika
gaya
total
pada
subuah
benda
adalah
nol,
benda
akan
selalu
diam
atau
selalu
bergerak
pada
garis
lurus
dengan
kecepatan
konstan.
Ö
Inersia/kelembaman
:
kecenderungan
sebuah
benda
mempertahankan