• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Persaingan Usaha dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Industri Meubel Jati Ukir di Kota Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Persaingan Usaha dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Industri Meubel Jati Ukir di Kota Bandar Lampung"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PERSAINGAN USAHA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI MEUBEL JATI UKIR DI

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh DESI WIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

Tingkat Persaingan Usaha dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Industri Meubel Jati Ukir di Kota Bandar Lampung

Oleh DESI WIYANTI

Perkembangan industri merupakan proses yang sangat baik untuk membawa suatu bangsa menuju kemakmuran. Kebutuhan masyarakat akan produk meubel sekarang tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan akan

perlengkapan rumah tangga tetapi lebih berfungsi sebagai nilai artistik dan interior dari Suatu perlengkapan rumah. Tujuan penelitian mengetahui tingkat persaingan dan kinerja serta mengetahui apakah tingkat persaingan usaha berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada industri meubel jati ukir di Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel penelitian ini, dilakukan secara random sampling dengan mengestimasi rata-rata jumlah tenaga kerja. Metode analisis yang

digunakan yaitu perhitungan pangsa pasar, konsentrasi pasar, indeks profitabilitas dan regresi sederhana.

Hasil penelitian berdasarkan perhitungan konsentrasi pasar menunjukkan bahwa tingkat persaingan pada industri meubel jati ukir adalah persaingan monopolistik, sedangkan perhitungan indeks profitabilitas menunjukkan baik karena pengrajin mampu menghasilkan keuntungan dengan rata-rata indeks profitabilitas perusahaan 49,24%. Hasil perhitungan regresi secara simultan dan parsial tingkat persaingan usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, Besarnya pengaruh tersebut adalah 53,75% atau sedangkan sisanya sebesar 46,3%% dipengaruhi faktor lain di luar persamaan regresi. Hasil korelasi (hubungan) tingkat persaingan usaha mempunyai pengaruh positif terhadap indeks kinerja perusahaan sebesar 0,733.

Kata Kunci : Struktur pasar, Konsentrasi pasar, market share, indeks profitabilitas, industri meubel jati ukir di kota Bandar Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Hipotesis ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Industri ... 16

2. Struktur Pasar dan Tingkat Persaingan ... 18

3. Perilaku Industri ... 29

4. Kinerja (Performance) ... 29

5. Pendekatan Stuktur-Perilaku-Kinerja dan Pola Hubungan ... 32

B. Tinjauan Empiris II. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 37

B. Penarikan Sampel ... 37

C. Objek Penelitian ... 39

D. Batasan Masalah... 39

(7)

ii III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Perhitungan Tingkat Konsentrasi

1. Indeks Konsentrasi ... 49

2. Indeks Herfindahl ... 49

3. Indeks Profitabilitas ... 50

4. Pengaruh Tingkat Persaingan dengan Kinerja Perusahaan ... 50

1.1 Regresi Linier Sederhana Dengan Metode Ordinary Least Square (OLS) ... 50

1.2Uji Normalitas ... 51

1.3Uji Hipotesis ... 52

1.4Uji Korelasi ... 53

B. Pembahasan Hasil Perhitungan 1. Pembahasan Tingkat Konsentrasi ... 54

2. Pembahasan Kinerja Perusahaan... 55

3. Interpretasi Hasil Pengolahan Data ... 55

4. Analisis deskriptif Tingkat Persaingan Usaha dan Kinerja Perusahaan... 56

2 SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan ... 59

2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan industri merupakan proses yang sangat baik untuk membawa suatu bangsa menuju kemakmuran. Perkembangan industri dapat memperluas lapangan kerja, menambah devisa negara, dan memanfaatkan potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Sejak krisis ekonomi tahun 1997-1998, industri manufaktur Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan sangat drastis. Banyak perusahaan yang tidak mampu meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Namun industri kecil dan menengah tetap mampu bertahan ditengah krisis tahun 1997-1998.

(9)

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Indonesia Tahun 1996, 1998, 1999, dan 2000 (unit)

Lapangan Usaha 1996 1998 1999 2000

Pertambanga dan

penggalian; 357.426 237.037 214.334 248.842 listrik, gas, dan

penyediaan air

Industri Pengolahan 2.859.304 2.179.064 2.514.816 2.598.704 Perdagangan,

Restoran, dan 9.772.431 8.547.130 8.666.569 8.650.713 Penyedia akomodasi

Transportasi,

pergudangan, dan 1.833.648 1.595.110 1.695.933 1.855.149 Komunikasi

Perantara keuangan,

real estate 1.957.822 1.415.914 1.428.389 1.627.030 , persewaan, dan jasa

lainnya

Semua sektor kecuali

sektor 16.680.631 13.975.255 14.520.041 14.980.438

Pertanian

Sumber: BPS Indonesia 2000

Dari tabel diatas dapat diketahui industri pengolahan mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 1996 sampai 1998 yaitu dari 2.859.304 pada tahun 1996 menjadi 2.179.064, namun industri pengolahan mampu meningkat secara perlahan dari tahun 1998 sampai 2000 yaitu 2.514.816 pada tahun 1999 dan 2.598.704 pada tahun 2000. Hal ini membuktikan bahwa meskipun terjadi krisis industri pengolahan pada UMKM tetap memberikan kontribusi yang cukup tinggi.

(10)

berpotensi sebagai sentra indusri adalah Provinsi Lampung. Dilihat dari letak Provinsi Lampung yang strategis yaitu sebagai jalur perdagangan antar pulau Sumatra dan Jawa sehingga Lampung berpotensi untuk mengembangkan perindustriannya baik industri besar, menengah maupun kecil. Apalagi

ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Kemajuan perindustrian di Provinsi Lampung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang juga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sumber: Diskoprindag Provinsi Lampung 2012

Gambar 1 Perkembangan Industri Provinsi Lampung (unit)

Berdasarkan gambar 1.1 perkembangan industri di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2011. yaitu pada tahun 2007 sebesar 57.548 dan pada tahun 2008 sebesar 57.587 dan seterusnya pada 2009 sampai 2011 sebesar 61.940, 62.223 dan 62.419. Industri meubel Jati Ukir masuk kedalam industri kecil menengah, dari gambar 1.1 jumlah industri kecil lebih banyak dibandingkan industri besar. Industri kecil menengah

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000

2007 2008 2009 2010 2011

jumlah industri besar

jumlah industri menengah/kecil

(11)

menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahunnnya. Peningkatan terbesar pada industri tersebut terjadi pada tahun 2010 ke 2011 yaitu sebesar 196 industri. Jumlah industri yang terus meningkat

memungkinkan terjadi persaingan yang semakin tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap masing-masing industri untuk meningkatkan keuntungannya.

Diantara 14 Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung sebagai ibukota mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien untuk meningkatkan perekonomian dan perdagangan. Perkembangan

perekonomian yang terjadi di Kota Bandar Lampung akan berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan Provinsi Lampung. Dalam meningkatkan

pembangunan perekonomian daerah, Kota Bandar Lampung harus menciptakan pembangunan yang diharapkan mampu memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sehingga mampu meningkatkan perekonomian serta memperluas penyerapan tenaga kerja.

(12)

Tabel 2 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut lapangan usaha tahun 2007-2011(%)

No Lapangan usaha 2007 2008 2009 2010 2011

1 Pertanian 5,89 6,48 6,37 6,1 5,78

2 Pertambangan dan

penggalian 0,9 0,95 0,87 0,85 0,82 3 Industri

pengolahan 17,44 19,73 22,48 22,45 22,24 4 Lisrik, gas, dan air

bersih 1.58 1,4 1,28 1,3 1,3

5 Bangunan 6,64 5,5 5,29 5,23 5,32

6 Perdagangan,

hotel dan restoran 17 15,6 13,96 13,66 13,34 7 Pengangkutan dan

komunikasi 19,82 20,2 20,53 20,6 20,7

8

Keuangan,

pesewaan dan jasa persh

14,19 14 14,8 15,92 17,22

9 Jasa-jasa 16,53 16,14 14,42 13,88 13,28

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Stastistik 2012

(13)

Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha tahun 2007-2011 (%)

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 2,95 3,95 2,06 1,92 1,96 2 Pertambangan dan

Penggalian -1,57 5,58 1,5 3,19 3,23 3 Industri pengolahan 10,47 4,91 7,54 5,22 5,44 4 Listrik, Gas dan Air

Bersih 7,36 2,98 1,46 2,57 2,72

5 Bangunan 5,69 6,21 1,37 4,63 3,46

6 Perdagangan, hotel

dan restouran 2,85 3,75 1,78 3,95 4,06 7 Pengangkutan dan

komunikasi 3,4 4,82 6,99 6,67 6,89 8 Keuangan, persewaan,

dan jasa persh 18,34 16,23 11,99 12,64 12,93

9 Jasa-jasa 1,27 5,7 4,27 3,54 3,62

PDRB 6,83 6,93 6,01 6,33 6,53

Sumber: BPS Provinsi Lampung 2012

(14)

Sumber: Diskoperindag Kota Bandar Lampung 2012

Gambar 2 Perkembangan industri Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit)

Pada gambar 1.2 perkembangan industri mengalami peningkatan dari tahun 2007-2012. Pada tahun 2008 jumlah industri sebesar 7.902, dan meningkat pada tahun 2009 yaitu menjadi 8.107, pada tahun 2010 sebesar 8.456, pada tahun 2011 sebesar 8.984 dan pada tahun 2011 dan 9.332.

Sektor industri ikut mengisi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Kota Bandar Lampung, khususnya industri pengolahan meubel jati ukir. industri pengolahan kayu jati menjadi alat-alat perlengkapan rumah tangga yang siap dipasarkan ini memiliki peluang yang cukup besar dalam

perekonomian.

Kebutuhan masyarakat akan produk meubel sekarang tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan akan perlengkapan rumah tangga tetapi lebih berfungsi sebagai nilai artistik dan interior dari Suatu perlengkapan rumah, sehingga produk meubel yang terbuat dari kayu jati menjadi salah satu produk yang

0

2008 2009 2010 2011 2012

industri besar/sedang

industri kecil

industri rumah tangga

(15)

dipilih masyarakat untuk memperindah peralatan rumah tangganya, karena selain memiliki nilai artistik dan interior yang bagus produk meubel jati ukir juga memiliki kualitas yang baik dengan ukiran-ukiran yang indah.

Pengusaha meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung berupaya melakukan strategi-strategi yang dapat mengembangkan usahanya, seperti diferensiasi produk, strategi harga dan strategi promosi, hal ini dilakukan untuk memenuhi selera konsumen dan permintaan pasar.

Pengusaha meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung juga mempunyai perkumpulan antar pengusaha meubel jati ukir dalam rangka menjalin kerjasama antar pengusaha meubel. Salah satu perkumpulan pengusaha meubel jati ukir yang berada di Kota Bandar Lampung adalah Paguyuban Pengrajin Kayu Kota Bandar Lampung (P2KBL). Perkembangan jumlah anggota pengusaha meubel jati ukir terus mengalami peningkatan,

berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari ketua P2KBL diketahui jumlah anggota Paguyuban Pengrajin Kayu Kota Bandar Lampung (P2KBL) pada tahun 2008 sebanyak 20 jiwa dan terus meningkah menjadi 30 jiwa pada tahun 2008, 50 jiwa tahun 2010, 60 jiwa tahun 2011 dan sampai juni 2012 jumlah anggota Paguyuban Pengrajin Kayu Kota Bandar Lampung (P2KBL) sebanyak 66 jiwa.

(16)

bersaing dengan industri-industri meubel yang lainnya dan meningkatkan kinerja mereka.

Terdapat tiga aspek yang menjadi kajian dalam ekonomi industri, yaitu struktur pasar (market structure), perilaku perusahaan (conduct) dalam industri dan kinerja (performance). Struktur pasar dapat ditandai dari tiga ciri yaitu jumlah perusahaan, tipe produk, dan kondisi entry. Bain dalam

Nurimansjah Hasibuan (1994) menyatakan bahwa struktur pasar adalah karakteristik pasar yang mempengaruhi sifat kompetisi dan harga di pasar. Struktur pasar juga mempengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur dan perilaku akhirnya akan mempengaruhi kinerja pasar. Hal utama dari struktur, perilaku dan kinerja adalah determinan-determinan yang membentuk struktur itu sendiri, yaitu skala ekonomi dan disekonomi.

(17)

dilihat berdasarkan indeks profitabilitas, dan peneliti sehingga dapat dihubungkan apakah tingkat persaingan berpengaruh terhadap kinerja.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diharapkan industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung mampu mengatasi tingkat persaingan yang ada sehingga kinerja perusahaan akan terus meningkat, oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul “ Tingkat Persaingan Usaha dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan pada Industri Meubel Jati Ukir di Kota

Bandar Lampung.”

B. Perumusan Masalah

Industri meubel jati ukir merupakan industri menengah. Bertambahnya peusahaan pada industri meubel jati ukir pada dasarnya ikut mempengaruhi dasar dan mekanisme pasar yang akan tercipta. Semakin bertambahnya jumlah perusahaan pada industri meubel jati ukir ikut mempengaruhi bentuk dan mekenisme pasar yang akan tercipta. Begitu pula dengan perusahaan meubel jati ukir yang telah dikelompokkan.

(18)

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana tingkat persaingan pada industri meubel jati ukir di Bandar Lampung yang dilihat dari pangsa pasar perusahaan dan konsentrasi pasar.

2. Bagaimana tingkat kinerja perusahaan industri meubel jati ukir di Bandar Lampung yang dilihat dari indek profitabilitas.

3. Mengetahui apakah tingkat persaingan usaha yang dilihat dari pangsa pasar perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada industri meubel jati ukir di Bandar Lampung.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat persaingan pada industri meubel jati ukir di

Bandar Lampung yang dilihat dari pangsa pasar dan konsentrasi pasar. 2. Mengetahui kinerja pada industri meubel jati ukir di Bandar Lampung

dengan menggunakan indeks profitabilitas.

3. Mengetahui apakah tingkat persaingan usaha berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada industri meubel jati ukir di Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Bagi peneliti penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu

(19)

bahan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang. bagi pihak lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pihak.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam lingkup kecil industri dapat dikatakan sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang homogen. Sedangkan dalam lingkup secara luas industri dapat dikatakan sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan jenis barang subtitusi dekat.

Tingkat persaingan yang terjadi pada perusahaan akan mempengaruhi

(20)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kerangka pemikiran maka hipotensis yang dapat dirumuskan yaitu:

1. Diduga tingkat kosentrasi pasar menunjukkan tingkat persaingan yang terjadi pada industri meubel jati ukir di kota Bandar Lampung adalah monopolistik.

Tingkat Persaingan 1. Pangsa Pasar

Perusahaan 2. Konsentrasi Pasar -Indeks konsentrasi -Indeks Herfindal

Industri Pengolahan Kayu

Industri Manafaktur

Industri Meubel Jati Ukir kota Bandar Lampung

Kinerja Usaha

1. Indeks Profitabilitas

(21)

2. Diduga kinerja pada industri meubel jati ukir memiliki profitabilitas yang baik sehingga kinerjanya juga baik.

3. Tingkat persaingan yang dilihat berdasarkan pangsa pasar perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan positif terhadap kinerja yang dilihat dari indeks profitabilitas.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. I. Pendahuluan

Berisi pendahuluan yang memberikan gambaran mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian dan hipotesis.

II. Tinjauan Pustaka

Merupakan bab yang berisi yang berisi tinjauan teoritik dan tinjauan empirik.

III. Metode Penelitian

Berisi metode penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitiandan sumber data, daerah penelitian, alat analisis, dan gambaran umum objek penelitian.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

(22)

V. Simpulan dan Saran

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil. Sedangkan cabang industri merupakan bagian suatu kelompok industri yang mempunyai ciri umum sama dalam proses produksi (Undang-Undang RI No.5 tahun 1984 tentang perindustrian).

(24)

Menurut Sadono Sukirno (2002) industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara umum dimana industri diartikan sebagai perusahaan yang menjalankan operasi dibidang kegiatan ekonomi yang tergolong kedalam sektor sekunder. Sedangkan yang selanjutnya adalah pengertian dalam teori ekonomi, dimana industri diartikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama dalam suatu pasar. Industri itu juga dibagi tiga yaitu industri primer, sekunder dan tersier.

Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa kegiatan industri merupakan kegiatan untuk merubah bentuk secara mekanis maupun kimia dari bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang nilainya lebih tinggi dan dikerjakan dengan mesin penggerak atau tenaga kerja yang pelaksanaanya dapat dilakukan di pabrik ataupun rumah tangga serta hasilnya dapat dijual atau digunakan sendiri. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan industri tidak terlepas dari kegiatan perusahaan.

Badan Pusat Statistik mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Dalam hal ini sektor industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

1. Industri besar, memililiki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang 2. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang 3. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang

(25)

Namun dalam teori ekonomi makro, industri mempunyai pengertian bahwa perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang sama ataupun saling menggantikan fungsinya. Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang UKM, pengertian industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 milyar atau kurang.

2. Struktur Pasar dan Tingkat Persaingan Industri

2.1 Struktur Pasar

Menurut Hasibuan (1994) pasar secara sederhana disebut sebagai pertemuan antara penjual dengan pembeli. Pengertian penjual disini telah mencakup setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan pengertian pembeli telah tergabung dalam sejumlah pembeli.

Pengertian pasar dapat dipandang secara nyata dan dapat pula secara abstrak. Secara abstrak dapat dinyatakan bahwa pasar adalah kontak ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi dalam suatu waktu, sedangkan secara nyata yang dapat dilihat pada suatu lokasi adalah terjadinya transaksi jual beli.

(26)

dan kinerja industri, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa. Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia. Struktur pasar juga menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan.

Joe S Bain dalam Nurimasjah Hasibuan (1994) mendefinisikan struktur pasar sebagai karakteristik organisasi pasar yang

mempengaruhi sifat kompentisi atau persaingan dan harga didalam pasar. Bentuk pasar dikatakan persaingan sempurna apabila ada banyak penjual dan pembeli serta produknya homogen. Apabila hanya ada satu penjual didalam pasar, maka dinamakan monopoli, namun, bila sedikit perusahaan besar mensuplai barang dipasar maka dikatakain oligopoli. Oligopoli ada dua macam, jika produknya homogen dapat dikatakan sebagai oligopoli murni, sedangkan jika produknya berbeda maka dikatakan oligopoli berbeda.

(27)

Tabel 4 Jenis Struktur Pasar Industri

Jenis Pasar Kondisi Pasar

Monopoli murni Suatu perusahaan yang memiliki 100

persen dari pangsa pasar perusahaan yang dominan

( persaingan murni)

Suatu perusahaan yang memiliki 50-100

persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat

oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar

60-100 persen, kesepakatan di antara

mereka untuk menetapkan harga relatif

mudah oligopoli longgar

Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, kesepakatan

mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin

Persaingan monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satu pun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar

Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satu pun yang memiliki pangsa pasar

Sumber : jaya 2001

1. Persaingan Sempurna

(28)

struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli dan setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar (Sukirno, 2004).

Nicolson (1999) mengatakan industri yang bersaing sempurna adalah industri yang mengikuti asumsi-asumsi berikut:

1.Terdapat sejumlah perusahaan yang masing-masing memproduksi produk yang homogen.

2.Setiap perusahaan berusaha memaksimumkan laba. 3.Setiap perusahaan adalah pengambil harga, diasumsikan bahwa tindakan setiap perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga pasar.

4.Harga diasumsikan diketahui oleh semua peserta informasi adalah sempurna.

5.Transaksi tidak memerlukan biaya, pembeli dan penjual tidak mengeluarkan biaya dalam melakukan prtukaran.

2. Oligopoli

Dalam struktur pasar oligopoli terdapat sedikit penjual yang menjual produk subtitusi (barang pengganti), artinya yang mempunyai kurva dengan elastisitas silang yang tinggi. Oleh karena itu perusahaan dalam industri tertentu hanya sedikit, maka terdapat rintangan untuk

(29)

Terdapat beberapa model perilaku industri oligopoli yang terkenal diantaranya adalah pimpinan harga, kartel, harga-ongkos rata-rata, harga batas dan Model Sylos Labini. Namun dalam struktur pasar oligopoli yang terdiri dari perusahaan yang dominan, perilakunya menjadi contoh atau indikator untuk diikuti oleh perusahaan yang lain dalam rangka menghindari risiko. Di dalam struktur pasar oligopoli yang bersaing, ketidakpastian sangatlah tinggi dan perusahaan-perusahaan kecil ataupun yang baru masuk tidak mungkin bersaing secara langsung karena itu ada beberapa perilaku yang cenderung terjadi di dalam pasar oligopoli (Hasibuan, 1994).

3. Monopoli

Pasar monopoli timbul akibat adanya praktek monopoli, yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku usaha/penjual yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.

Pasar monopoli dapat dicirikan oleh beberapa hal berikut ini, diantaranya:

1. Hanya terdapat satu penjual/produsen yang menguasai seluruh penawaran atas barang dan jasa tertentu

(30)

barang tersebut. Contoh: tidak ada barang pengganti yang bersamaan sifatnya dengan listrik, yang ada hanya barang pengganti yang berbeda sifatnya seperti gas.

3. Pasar/bidang usaha tidak dapat dimasuki oleh pihak lain 4. Penentuan harga dilakukan dan dikuasai oleh perusahaan, maka

perusahaan monopoli disebut sebagai perusahaan penentu harga (price setter).

Kekuatan monopoli membatasi perusahaan lain untuk masuk dalam pasar industri melalui kebijaksanaan harga. Kebijaksanaan harga lewat pengaturan jumlah produk yang dipasarkan dapat menimbulkan

kenaikan harga barang atau jasa, dengan begitu munculnya perlakuan harga tidak wajar.

4. Monopolistik

Pasar yang dibayangkan dalam persaingan monopolistik ini lebih mirip dengan persaingan sempurna karena dalam pasar tersebut terdapat banyak perusahaan dengan entry dan exit yang relatif mudah. Tetapi pasar tersebut berbeda, setiap perusahaan sedikit banyak mampu mempengaruhi harga karena masing-masing menjual produk yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan produk para pesaingnya.

(31)

harga barang dan jasa. Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia. Struktur pasar juga menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yang dapat dijelaskan yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi pasar (market contcentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry).

a. Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator seberapa pentingnya suatu perusahaan dalam pasar. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam

menghadapi persaingan dan sebalinya. Pangsa pasar yang besar akan menendakan kekuatan pasar yang besar sebaliknya pangsa pasar yang kecil menandakan perusahaan tidak mampu bersaing pada tekanan persaingan (Jaya, 2001).

Pangsa pasar dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan, unit produksi dan kapasitas produksi. Pada produk yang bersifat homogen biasanya pangsa pasar diukur dengan menggunakan unit atau volume

(32)

b. Konsentrasi Pasar (market contcentration)

Kosentrasi merupakan bentuk penggambaran untuk mengetahui sejauh mana suatu industri mengadakan persaingan. Struktur pasar baik pasar barang maupun pasar jasa dalam suatu tingkatan konsentrasi dapat diukur dengan tujuan mengetahui derajat oligopoli yang terjadi akibat bentuk campuran antara struktur persaingan sempurna dengan

monopoli.

Yulhiza Hanum (2004) mengatakan bahwa konsentrasi sering

digunakan sebagai rangkuman pengukuran struktur pasar dan sebagai pengukuran tidak langsung dari intensis kompetisi, yaitu konsentrasi dianggap mengukur perilaku kolusif atau inti kompetitif antar perusahaan pada suatu pasar.

(33)

2

n adalah jumlah perusahaan yang terdapat dalam industri. X adalah besaran absolut dari variabel ke-i dengan ukuran pasar total T. Indeks ini sangat sensitif terhadap andil perusahaan, semakin kecil andil yang diberikan oleh perusahaan berarti semakin kurang dalam indeks ini.

Menurut Carl Keysen dan Donald F. Turner (1959) dalam Hasibuan menyatakan bahwa untuk menyusun dua kelompok oligopoli yaitu dengan membuat batasan jumlah perusahaan yang menguasai sebagian atau seluruh penjualan. (1) adalah oligopoli dimana 8 perusahaan terbesar setidaknya menguasai pasar satu jenis industri, atau 20 perusahaan menguasai pasar sekitar 75%. (2), pasar oligopoli dimana delapan perusahaan tersebut dapat menguasai sekurang-kurangnya 33% suatu pasar industri, atau sejumlah perusahaan terbesar memegang andil setidak-tidaknya 75% dari pasaran suatu industri tertentu. Selanjutnya, untuk delapan terbesar yang menguasai pasar kurang dari 33% disebut industri tidak terkonsentrasi.

(34)

c. Tipe I (IA Dan IB), ini merupakan oligopoli penuh, yaitu tiga perusahaan terbesar menguasai sekitar 87% penawaran komoditas industri tertentu di pasaran atau 9 perusahaan menguasai 99%.

d. Tipe II, 4 perusahaan terbesar menguasai 72% penawaran atau 8 perusahaan menguasai 88%.

e. Tipe III, 4 perusahaan terbesar menguasai 61% penawaran atau 8 perusahaan menguasai 77%.

f. Tipe IV, 4 perusahaan terbesar menguasai 38% penawaran atau 8 perusahaan terbesar menguasai 45 %.

g. Tipe V, 4 perusahaan terbesar menguasai 22% penawaran atau 8 perusahaan menguasai 32% dari pasar barang industri.

Apabila 4 perusahaan terbesar menguasai hanya 3 persen tidak

remasuk dalam kategori oligopoli tetapi cenderung pada industri yang tidak terkonsentrasi (Hasibuan, 1994).

c. Hambatan Untuk Masuk (Barrier to Entry)

(35)

kecepatan pesaing baru (Jaya, 2001) . Adanya hubungan yang positif antara keuntungan dan tingkat konsentrasi merupakan halangan masuk yang besar bagi perusahaan baru. Karena dengan keuntungan yang mereka dapatkan, perusahaan-perusahaan yang ada pada industri itu berusaha untuk meningkatkan lagi konsentrasinya. Ada beberapa hal umum mengenai hambatan memasuki pasar yang mesti dipahami, yaitu :

 Hambatan-hambatan timbul dalam kombinasi pasar yang

mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalam bentuk kondisikondisi yang berubah dengan cepat.

Hambatan dibagi dalam tingkatan mulai tanpa hambatan sama sekali (free entry), hambatan rendah, sedang sampai tingkat tinggi dimana tidak ada lagijalan masuk.

 Hambatan merupakan sesuatu yang kompleks, yang masih dapat diperdebatkan oleh para ahli ekonomi.

2.2Tingkat persaingan

(36)

pasar perusahaan itu juga besar. Apabila pangsa pasar terbesar berkisar antara 20-50% maka oligopoli yang mungkin akan timbul adalah oligopoli ketat. Kekuatan pasar perusahaan-perusahaan terkemuka mungkin akan menjadi lebih kuat atau kurang dengan adanya perusahaan-perusahaan lain yang disebabkan oleh kondisi free entry. Disamping itu, perilaku harga dan keuntungan perlu dipertimbangkan dalam menilai tingkat persaingan.

Perusahaan jika memiliki pangsa pasar terbesar dibawah 20% dan kombinasi pemusatan 4 perusahaan maka beberapa bentuk persaingan efektif akan muncul meskipun hambatan masuk tinggi tetapi kesepakan yang dibuat mungkin menemui kegagalan (Jaya, 2001).

3. Perilaku Industri

Menurut teori ekonomi industri, perilaku industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya.

Perilaku industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijakan produk. Perilaku industri terbagi menjadi tiga jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga,

perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi. Dalam perilaku industri dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang

(37)

4. Kinerja (Performance)

Menurut Jaya (2001), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja industri biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. Suatu industri selalu mempunyai motivasi untuk menguasai pasar. Tujuan ini secara lebih khusus disebut performance (kinerja) industri. Tiga aspek pokok dari kinerja adalah efisiensi dalam pengalokasian sumber daya, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi (Jaya, 2002).

Kinerja ini secara ekonomi dapat dibagi menjadi tiga yaitu kinerja laba, kinerja efisiensi, dan pertumbuhan. Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri.

1. Efisiensi

(38)

yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikan nilai dari output.

2. Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga.

3. Kesinambungan Dalan Distribusi

Terdapat distribusi yang wajar (yang berkaitan dengan standar masyarakat) terhadap kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan.

4. Dimensi Lainnya

Yang termasuk dalam pengertian ini antara lain adalah kebebasan individu dalam memilih keamannan dari bahaya yang mengancam dan keanekaragaman budaya yang ada.

Menurut Hasibuan (1994:17) kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja industri antara lain kesempatan kerja,tingkat keuntungan, pertumbuhan industri, pemerataan pendapatan, dan kemampuan teknologi.

(39)

sumber keuntungan perusahaan. Dan hubungan umum antar pangsa pasar perusahaan dan derajat keuntungan perusahaan. Semakin besar pangsa pasar yang berhasil dikuasai perusahaan maka deraajat keuntungan yang diraih akan semakin meningkat. Pandangan tersebut juga diperkuat oleh Collin dan Preston dalam Hanum (2004), yang menyatakan bahwa hubungan yang positif ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi pasar menyebabkan semakin tinggi pula kekuatan pangsa pasar dan pada akhirnya mampu meningkatkan keuntungan perusahaan.

5. Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja dan pola hubungan

1. Pengertian

Pendekatan struktur-Perilaku-Knerja adalah pendekatan analisis

industri yang berdasarkan hubungan antara struktur pasar, perilaku dan kinerja industri .

Tujuan dari pengembangan pendekatan ini adalah agar dapat

mengidentifikasi struktur pasar yang mencirikan (characterise) suatu industri dan menggunakan model tersebut untuk meramalkan perilaku dan kinerja industri tanpa melakukan analisis empiris lebih lanjut, walau sebenarnya pengaruh dari struktur terhadap kinerja dapat terjadi sebaliknya, dimana kinerja mempengaruhi struktur dan perilaku.

(40)

hambatan untuk masuk dan keluar pasar, biaya, elastisitas permintaan, peubah untuk mengukur peranan impor dan struktur pasar luar negeri, kecepatan perubahan teknologi dalam industri, struktur pembeli dari produk industri, struktur penjual dari input produksi, keuntungan produk bagi pelanggan, dan modal. Peubah perilaku adalah harga, output, dan periklanan. Peubah kinerja adalah tingkat keuntungan, efisiensi alokasi input, laju pertumbuhan volume penjualan serta inovasi teknologi.

2. Pola Hubungan

Dalam kajian ekonomi industri terdapat pola hubungan antara peubah- peubahnya. Semakin terkonsentrasi struktur pasar maka suatu

perusahaan akan semakin mampu bersaing dan kinerja perusahaan akan semakin baik, dan berlaku sebaliknya, semakin rendah

konsentrasi suatu pasar maka kinerja perusahaan akan menjadi kurang baik (Jaya, 2001).

Semakin tinggi konsentrasi industri menyebabkan beberapa

perusahaan leader berusaha mempertahankan pangsa pasarnya dari ancaman pendatang baru. Sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk menurunkan harga, yang akan berdampak pada keuntungan yang akan menurun ( Hanum, 2004)

B.Tinjauan Empiris

(41)

sebelumnya. Beberapa tinjauan empiris berupa artikel penelitian yang penulis ambil diantaranya.

Tabel 5 Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Model Yg Digunakan

Tujuan Kesimpulan

Suryawati dan pakaian jadi di Provinsi DIY dan merumuskan kekuatan dan kelemahan industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY

Struktur industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY

menghasilkan angka 81,88 persen Berdasarkan estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel pengeluaran untuk bahan baku dan keluaran produksi Variabel lain yang berpengaruh dalam industri ini, analisis struktur, kinerja, dan kluster.

(42)

distribusi tenaga kerja dan nilai tambah yang tidak normal dan

(43)

perusahaan. dan kinerja pasar pada sentra industi bakpia di yogyakarta

diperoleh hasil nilai PCM tertinggi yaitu 0,71

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Analisis data dilakukan baik secara deskriptif dengan memberikan gambaran dari hasil penelitian maupun secara kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel yang saling berhubungan. Data yang digunakan data primer dan sekunder, dengan sumber yang diperoleh dari lapangan dan sumber yang terkait. Data primer yang digunakan yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Data sekunder didapatkan dari Paguyuban Pengrajin Kayu Lampung (P2KL) berupa anggota kempok P2KL, Dinas Koperasi, Perindustrian dan

Perdagangan kota Bandar Lampung (KOPERINDAG), kantor Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung dan instansi lainnya yang terkait dengan penelitian.

B. Penarikan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan secara simple Random Sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013).

(45)

Dari populasi anggota Paguyuban Pengrajin Kayu Bandar Lampung (P2KBL) yang berjumlah 66, dengan mengestimasi rata-rata tenaga kerja maka didapat jumlah sampel yang diperoleh adalah 26 ( lampiran ) dengan rumus:

(Moh. Nazir, 2003)

n = Banyaknya sampel

 =Standar Deviasi

B = Bound Of Error (kesalahan sampling). Dalam penelitian ini dianggap 5% dan D=B2/4

2. Pemilihan Anggota Sampel

(46)

C. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada unit-unit usaha meubel jati ukir yang berada di Kota Bandar Lampung yang terdaftar sebagai anggota Paguyuban Kerajinan Kayu Bandar Lampung (P2KBL).

D. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya meneliti tingkat persaingan usaha yang dilihat dan diukur dari pangsa pasar perusahaan dan konsentrasi pasar, dan apakah tingkat persaingan usaha berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan indeks profitabilitas pada industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung.

E. Metode Analisis

Analisis yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di bab I, yaitu:

1. Analisis Tingkat Persaingan

Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat persaingan dilihat dari struktur pasar yang terjadi pada industri meubel jati ukir yaitu dengan perhitungan pangsa pasar perusahaan meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung dan menghitung konsentrasi industri menggunakan Indeks

Herfindahl, Indeks Konsentrasi 8 perusahaan terbesar. Pengukuran dengan menggunakan pangsa pasar maka peubah struktur pasar yang

(47)

lainnya, yaitu kinerja usaha yang digambarkan indeks profitabilitas perusahaan.

1. Pangsa Pasar Perusahaan (Market Share)

Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur neo-klasik, landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya.

100

 

Stot Si MSi

Dimana:

msi : pangsa pasar perusahaan i (persen), si : penjualan perusahaan i (juta rupiah),

stot : Penjualan total seluruh perusahaan (juta rupiah).

2. Konsentrasi pasar

2.1 Indeks Konsentrasi

Indeks konsentrasi diukur dengan menggunakan formula:

CRn = Nilai Penjualan ‘n’ Perusahaan terbesar Nilai Penjualan Total Industri

(48)

Carl Keyson dalam Hasibuan (1994), menyatakan, bahwa:

2. Apabila 8 perusahaan terbesar menguasai sekurang-kurangnya 33% nilai penjualan di pasar disebut pasar oligopoli.

3. Apabila 8 perusahaan terbesar menguasai pasar kurang dari 33% industri tidak terkonsentrasi (pasar monopolistik).

a. Indeks Herfindahl

Dalam mengukur konsentrasi industri dapat menggunakan Indeks Herfindahl dimana dilakukan penjumlahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri, sebagai berikut:

IH = Tingkat Konsentrasi dengan pendekatan Indeks Herfindahl

n = jumlah perusahaan meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung

x = Nilai penjualan barang perusahaan rata-rata perbulan (Rp)

(49)

Batasan yang digunakan untuk persamaan herfindahl indeks adalah:

a. Jika α=1, rata-rata tingkat kekuatan pasar dalam industri termasuk ke dalam industri yang monopoli.

b. Jika 0<α<1, maka tingkat kekuatan pasar yang terjadi masuk kedalam kategori pasar oligipoli.

2. Analisis Kinerja

Untuk mengukur kinerja industri meubel jati ukir dilihat dari indeks profitabilitas. Untuk menghitung profitabilitas yaitu pendapatan dikurang biaya yang dikeluarkan, sedangkan untuk menghitung indeks

profitabilitas digunakan rumus :

1. Indeks profitabilitas  100%

C

P

Ket :

π = profitabilitas rata-rata perbulan yang dikeluarkan oleh industri meubel jati ukir

C= Biaya rata-rata perbulan yang dikeluarkan oleh industri Meubel jati ukir

2. Analisis Pengaruh Tingkat Persaingan dengan Kinerja Perusahaan

(50)

digunakan apabila variabel dependent dipengaruhi satu variabel independent.

1. Estimasi Regresi Linear sederhana Dengan Metode Ordinary Least Square (OLS)

Pengujian pangsa pasar perusahaan (X) terhadap indeks

profitabilitas (Y) dilakukan dengan mengestimasi variabel tersebut melalui regresi OLS. Sehingga dihasilkan persamaan dalam penelitian ini adalah :

Y = f(X) Dimana,

Y = Indeks Profitabilitas

X = Pangsa Pasar Perusahaan

Model ekonometrika dalam penelitian ini adalah :

Y = βo+ β1X + e

Dimana,

Y = Indeks Profitabilitas

X1 = Pangsa Pasar Perusahaan βo = Konstanta

(51)

e = error term

2. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan menggunakan metode jarque-bera dengan membandingkan probabilitas koefisien jarque-bera dengan nilai kritis α = 5%. Suatu residual dikatakan normal

apabila probabilitas koefisien jarque-bera > α = 5%.

3. Uji Hipotesis

Variabel independen (X) dikatakan mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel dependen (Y) jika secara parsial dan simultan variabel-variabel independen tersebut mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel dependen.

a. Uji t

Uji t statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Hipotesis yang digunakan :

a. Jika Hipotesis positif b. Jika Hipotesis negatif

Ho : βi ≤ 0 Ho : βi ≥ 0

Ha : βi > 0 Ha : βi < 0

Pengujian satu sisi dilakukan Jika T tabel ≥ t hitung, Ho diterima

(52)

secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika T tabel < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji F

Pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

Ho : βi = 0,

variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel independen.

Ha : βi ≠ 0,

maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Hipotesis yg digunakan adalah :

Ho diterima (tidak signifikan) jika F hitung < F tabel & Ho ditolak (signifikan) jika F hitung > F tabel. df = (n- k-1),

Dimana, K : Jumlah variabel dan N : Jumlah pengamatan.

4. Uji Korelasi

(53)

tidaknya hubungan antar variabel tersebut (variabel X dan Y) dapat diukur dengan suatu nilai yang disebut Koefisien Korelasi (r).

F. Gambaran Umum

1. Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 Km² Atau 19.722 hektar terdiri dari 13

terletak pada 50 20’ sampai dengan 50 30’ lintang selatan dan 1050 28’

sampai dengan 1050 37’ bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk

Lampung di ujung selatan pulau Sumatera. Secara administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

(54)

hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :

1. Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan

2. Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara

3. Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara 4. Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar

Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.

2. Paguyuban Pengrajin Kayu Bandar Lampung (P2KL)

Paguyuban Pengrajin Kayu Lampung (P2KBL) merupakan perkumpulan para pengrajin kayu jati ukir yang didirikan pada tahun 2008 yang diketuai oleh Bpk. Mulyono. Pada awal didirikan jumlah anggota P2KBL sebanyak 20 orang dan terus mengalami peningkatan menjadi 30 pada tahun 2009, 50 pada tahun 2010, 60 pada tahun 2011 dan 66 pada tahun 2012.

(55)
(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Berdasarkan perhitungan pangsa pasar perusahaan diperoleh

indeks konsentrasi delapan perusahaan terbesar yaitu 25,32% (>33%), sedangkan menggunakan Indeks Herfindahl didapatkan rasio sebesar IH=0,008568407 ( kisaran 0,01-0,25), maka tingkat persaingan pasar yang terjadi terhadap industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung adalah pasar persaingan monopolistik.

2. Kinerja industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung disimpulkan telah baik. Berdasarkan hasil perhitungan indeks profitabilitas pada beberapa industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung diperoleh rata-rata indeks profitabilitas sebesar 49,24%. Hal ini berarti kinerja pada industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung telah mampu

menghasilkan keuntungan dengan indikator rata-rata profitabilitas 40%.

(57)

akan mempengaruhi kinerja usaha sebesar 8,683 satuannya. Dan secara statistik variabel independen dapat menjelaskan 53,7% pembentukan indeks profitabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi (hubungan) antara pangsa pasar perusahaan (PP) dengan indeks profitabilitas (IP) pada industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung menunjukkan hubungan yang positif dengan korelasi (r) sebesar 0,733, karena t-hitung > t-tabel (5,279> 2,064) maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya antara pangsa pasar perusahaan dan indeks profitabilitas mempunyai hubungan yang positif dan signifikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Pengrajin meubel jati ukir harus memproduksi produk yang

mempunyai sifat khusus yang dapat dengan jelas dibedakan dengan produk pengrajin lain baik berupa diferensiasi fisik, misalnya kemasan, bentuk, dan desain maupun diferensiasi kualitas, karena dari hasil perhitungan pangsa pasar perusahaan dan konsentrasi pasar diketahui tingkat persaingan yang terjadi pada industri meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung adalah persaingan monopolistik, dimana pada persaingan monopolistik terdapat diferensiasi produk sehingga dapat menimbulkan kekuasaan monopoli tertentu yang timbul dari

(58)

2. Pengrajin meubel jati ukir di kota Bandar Lampung perlu melakukan kegiatan promosi, hal ini bertujuan untuk dua hal, yang pertama untuk memperoleh konsumen baru dan yang kedua, untuk mempertahankan konsumen lama agar tidak berpaling ke produsen lain sehingga pengrajin meubel jati ukir dapat meningkatkan kinerjanya .

3. Pengrajin meubel jati ukir di Kota Bandar Lampung perlu memperluas pangsa pasar dengan melakukan kebijakan non harga yaitu dengan meningkatkan kualitas, tampilan produk, dan melakukan kerjasama antar pengusaha sehingga perusahaan akan terkonsentrasi dengan baik dan mampu menghadapi tingkat persaingan yang terjadi pada industri meubel jati ukir di kota Bandar Lampung sehingga dapat

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung Dalam Angka. 2012.Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung Dalam Angka. 2012. Bandar Lampung.

Sukirno, Sadono.2002. Pengantar Teori Mikroekonomi edisi ketiga. PT. Raja Grafindo.Jakarta.

Nicholson,Walter.1999.Teori Ekonomi Mikro. Bina Rupa Aksara.Sudarsono. 1986. Pengantar Teori Mikro 1. LP35. Jakarta.

Sugiono. 1987. Statistik Untuk Penelitian Edisi 1. CV Alfabeta. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia No.9 tahun 1995 tentang UKM. Biro Humas. Jakarta.

Hanun, Yuhiza. 2004. Analisis Ekonomi Industri Farmasi Indonesia. Disertasi Universitas Gunadarma. Jakarta.

Hasibuan, Nurimansjah. 1994. Ekonomi Industri. LP35. Indonesia.

Kirana Jaya, Wihana. 2001. Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar.BPFE.Yogyakarta.

Irawan M, Suparmoko. 1999. Aspek-Aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah. PT.Pustaka LP35. Jakarta.

StatikaII. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Ghalia Indonesia.Jakarta.

Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.CV Alfabeta. Bandung.

(60)

Wulandari, Fitri.2007.Analisis Stuktur dan Kinerja Industri Kerta dan Pulp di Indonesia sebelum dan sesudah Pascakritis. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).Surakarta.Diunduh 30 November 2013.

Suryawati.2009. Analisis Stuktur Pasar dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian Jadi di DIY. STIE YKPN. Yogyakarta. Diunduh Tanggal 12 Januari 2013. Bambang Sumarna, Simon. Analisis Struktur Kinerja dan Kluser Industri Rokok

Kretek di Indonesia.UGM. Diunduh Tanggal 30 Januari 2013.

Tri, Panji, Mas’ud. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pada Sentra Industri Bakpia Yogyakarta. Universitas Brawijaya. Diunduh Tanggal 1 Maret 2013.

http://latansablog.wordpress.com/2012/05/06/pasar-persaingan-monopolistik-oligopoli/, diunduh 18 september 2013

Gambar

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Indonesia
Tabel 2 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar
Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Bandar Lampung
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif akan dapat menggerakkan orang atau sekelompok orang ke arah tujuan yang dicita-citakan, sebaliknya pemimpin yang

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara mendapatkan data melalui kuesioner adalah dengan menyebarkan kuesioner tersebut kepada sampel dan hasilnya kemudian

Mekanika kuantum selalu menggunakan pendekatan yang berbeda untuk menentukan besaran yang terkait dengan gerak partikel yaitu menggunakan fungsi gelombang untuk

dilakukan oleh guru di sekolah menurut persepsi guru sudah baik, karena menurut persepsi guru pelaksanaan proses pembelajaran sudah dilakukan sesuai tuntutan kurikulum

Ini menunjukkan bahwa “guru” sebagai suatu profesi tidak dapat dilakukan secara profesional oleh siapapun yang tidak memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan

Dengan demikian berdasarkan permasalahan diatas maka perlu diadakan pelatihan peningkatan kemampuan aritmatika bagi masyarakat umum terutama anak-anak usia sekolah,

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa persepsi siswa tentang keterampilan guru menjelaskan dan penggunaan media pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

Bagi guru yang telah milih salah satu metode tersebut harus menerapkan secara utuh semua langkah yang telah digariskan dalam metode,padahal tidak setiap metode