• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Metoda Penelitian Kesehatan Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab 2 Metoda Penelitian Kesehatan Ilmiah"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 2

METODE ILMIAH DALAM PENELITIAN

KESEHATAN

P

ENDAHULUAN

Penelitian kesehatan adalah cara sistimatik yang mengikuti prinsip-prinsip dasar dalam mengumpulkan bukti penting (data dan informasi) untuk menjawab permasalahan kesehatan dan menginvestigasi lebih mendalam tentang isu-isu kesehatan. Penelitian harus dilakukan secara sistimatik karena penelitian mengikuti proses yang mempunyai urutan-urutan sesuai aturan tertentu dalam melakukan penelitian. Dalam rangkaian proses penelitian yang baku, maka penelitian dimulai dengan perencanaan penelitian dan berakhir pada interpretasi hasil dan kesimpulan penelitian yang kemudian akan menentukan rencana penelitian berikutnya. Penelitian juga mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, yaitu menggunakan tata cara menjawab masalah penelitian menurut kaidah ilmiah yang telah diterima para ilmuwan, termasuk dalam menggali lebih jauh tentang isu kesehatan. Aturan atau prinsip-prinsip itulah yang tercakup dalam ilmu metodologi penelitian.

Tujuan utama pada bab ini ialah menjelaskan kharakteristik pokok dalam melakukan penelitian ilmiah. Penekannanya ialah pada aspek metodologi sebagai alat untuk melakukan penelitian terapan kesehatan dan memperoleh bukti terbaik dalam memecahkan masalah kesehatan. Tujuan khusus pada bab ini ialah:

(2)

2

2. Menguraikan beberapa isu yang mendasar tentang kegiatan metode ilmiah kaitannya dengan penelitian,

3. Menguraikan kegunaan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam bidang kesehatam, dan

4. Mendiskusikan metode penelitian ilmiah dibidang kesehatan.

M

ETODOLOGI

I

LMIAH DAN

K

EILMUAN

Perawatan pasien memerlukan serangkaian ketrampilan tertentu, yang dalam melakukan tindakan medisnya memerlukan justifikasi dari

batang kei‘’uan ”r“fesi tertentu, yaitu i‘’u ked“kteran. Batang

keilmuan kedokteran dilandaskan pada metodologi pengobatan yang susuai dengan aturan tertentu. Secara umum, metodologi adalah prosedur sistimatik melakukan aktifitas keilmuan dengan aturan-aturan tertentu. Dalam kontek ini beberapa aturan tertentu tersebut, antara lain mencakup:

1. Bagaimana seharusnya keilmuan tertentu itu ditemukan? 2. Dalam bentuk apakah keilmuan itu akan disampaikan?

3. Bagaimana kebenaran sejati (truth) atau validitas keilmuan itu seharusnya ditetapkan?

Sebelum membahas metode ilmiah dibidang kesehatan secara mendalam, ada baiknya dibicarakan terlebih beberapa konsep dasar keilmuan secara umum, sehingga kita dapat membandingkan antara metodologi penelitian ilmu kesehatan dan ilmu-ilmu lainnya.

OT O R I T A S A T A U KE WE N A N G A N

(3)

3

seseorang yang memiliki otoritas, atau kewenangan tertentu. Misalnya Saudara sebagai mahasiswa, maka Saudara seringkali harus menerima teori tertentu dan harus menganggap teori tersebut benar karena dosen anda mengatakan apa yang dijelaskan kepada Saudara dikatakan yang benar. Untuk memperoleh otoritas seseorang memerlukan pengakuan atau gelar tertentu. Misalnya seorang dosen memperoleh gelar profesor atau seorang klinisi mendapatkan gelar konsultan. Karena gelar atau pengakuan tersebut, apa yang mereka katakan biasanya langsung dianggap benar dan tidak diperdebatkan lagi. Kita sering melihat seorang klinisi konsultan sedang melakukan pemeriksaan di bangsal kemudian menjelaskan kepada residen tentang kondisi pasien dan pengobatan apa yang perlu diberikan. Tidak ada seorangpun dari mereka membantah penjelasan tersebut karena pendekatan ilmiah secara otoritas, semua pernyataan konsultan dianggap benar oleh residen.

(4)

4

AL A S A N SE C A R A LO G I S (R E A S O N I N G)

Pada umumnya penggunaan alasan secara logis (reasoning) akan cenderung menuju kebenaran ilmiah yang sejati. Pada penggunaan pendekatan ilmiah cara ini, bilamana reasoning diterapkan secara benar, maka kesimpulannya dapat dipastikan benar. Namun sebaliknya apabila reasoning sudah salah maka kesimpulan juga tidak benar. Sebagai contoh

marilah kita ambil keadaan berikut tentang tatanan pernyataan logis (syllogism):

1. Semua penderita penyakit kanker paru-paru adalah laki-laki 2. Seseorang dengan inisial X adalah menderita kanker paru-paru 3. Jadi penderita dengan inisial X adalah laki-laki

Secara logis kesimpulan 3 dapat dijamin kebenarannya, apabila syllogism dari pernyataan fakta (premis) 1 dan 2 adalah benar. Dari contoh syllogism ini dengan jelas menggambarkan kepada kita bahwa:

penggunaannya secara formal (tanpa harus mengkaitkan isi pernyataannya) akan sangat lemah, apabila kita tidak memeliki cara untuk meyakinkan bahwa premis dapat dijamin kebenaran yang sesungguhnya (truth). Misalnya, pada contoh diatas kesimpulan 3 jelas tidak dijamin kebenarannya karena premis nomer 1 tidak dijamin mutlak kebenarannya. Banyak penderita kanker paru-paru berjenis kelamin perempuan, yaitu sebagai akibat metastase kanker ganas dari organ lainnya, misalnya dari kanker ovarium. Lainnya halnya apabila contoh diatas adalah tentang kanker leher rahim dan jenis kelamin adalah perempuan, maka kesimpulan butir 3 akan selalu benar. Hal ini karena rahim hanya dimiliki oleh perempuan. Jadi ada jaminan kebenaran fakta (premis) sebelum kesimpulan diambil.

(5)

5

demikian, penggunaannya memerlukan fakta (premis) yang kuat agar hasilnya memiliki kebenaran sejati. Oleh karena itu, pada berbagai penerapan metode ilmiah, pendekatan logika dan matematika saja seringkali menjerumuskan karena premis awalnya tidak tepat. Untuk itu, tindakan atas dasar fakta yang benar atau lebih populer disebut evidence based practice, sangat diperlukan. Disamping itu, seperti diuraikan pada

pengantar bagian 1 buku ini, penelitian kualitatif memiliki peran tersendiri dalam ikut menjelaskan logika yang dipakai dari sudut pemahaman subyek penelitian, budaya dan tatanan sosial yang berlaku di lingkungannya.

IN T U I S I

Penemuan pengetahuan baru (new knowledge) acapkali diperoleh secara tiba-tiba dari dalam diri sesorang dan timbul dari alasan diluar alam sadarnya (without concious reasoning). Kebenaran sejati (truth) didasarkan pada kejelasan berdasarkan pengalaman dan rasa kebenaran yang ada dalam perasaan atau emosinya. Sebagai contoh, apabila Saudara menangani penderita tanpa menunjukkan tanda-tanda keberhasilan, maka acapkali Saudara merasa tahu dengan pasti bagaimana mengganti terapi yang harus dilakukan. Suatu waktu pengalaman semacam ini akan menjadi teori baru dalam praktek kedokteran. Sayangnya, meskipun intuisi yang paling kuat sekalipun seringkali terbukti salah karena fakta yang sudah dilupakan dan sangat membosankan berkata lain, atau tidak mendukung intuisi tersebut. Bahkan Newton pernah menyatakan: kekesalan seorang ilmuwan yang memuncak seringkali terjadi apabila hipotesis yang bagus dirusak oleh fakta yang aneh (a beautiful hypotesis is destroyed by an ugly fact).

(6)

6

pasca melahirkan dan angka kematian ibu pasca melahirkan di rumahsakit tempat ia bekerja. Dia berpendapat bahwa infeksi tersebut akibat para dokter dan mahasiswa yang menolong persalinan baru saja melakukan otopsi tetapi belum mencuci tangan dengan benar. Pada tahun 1848, Dr. Semmelwies memperkenalkan prosedur antiseptik di bangsalnya dan diikuti oleh penurunan angka infeksi wanita pasca melahirkan. Namun demikian, kolega di rumahsakitnya merasa tersinggung karena dokter dianggap sebagai penyebab penyakit infeksi pasca persalinan. Dr. Semmelwies kemudian dipecat dari rumahsakit

te’”at dia bekerja dan dikuci‘kan dari ’asyarakat ”r“fesi ked“kteran

sampai dengan meninggal dalam kondisi yang mengenaskan.

Dari sudut pandang ilmu pengtahuan modern, ternyata pemikiran Dr. Semmelwies adalah benar sedangkan intuisi koleganya salah. Otoritas, logika, dan intuisi memiliki tempat tersendiri dalam perawatan dan penelitian kesehatan. Secara umum, metode ilmiah dapat diperbandingkan dengan metode lainnya, yaitu menekankan perlunya bukti-bukti tertentu. Apa yang tergolong bukti ilmiah dan apa arti bukti ilmiah tersebut adalah suatu hal komplek yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya dalam buku ini.

M

ETODE

I

LMIAH DAN

P

AHAM

P

OSITIFISME

(7)

7

menantang ajaran pemikiran kuno (medieval), termasuk kepada ahli-ahli ilmu pengetahuan alam yang sudah terkenal, Galileo, Newton dan Harvey dengan usulan model-model baru dibidang ilmu pengetahuan alam. Pemikiran baru tersebut memiliki 3 elemen pokok:

Empirisme. Suatu pemikiran bahwa penelitian haruslah didasarkan atas

hasil obeservasi dan pengetahuan yang diverifikasi dengan bukti.

Determinasi. Suatu pemikiran bahwa kejadian di bumi ini harus

didasarkan pada hukum dan penyebab yang tetap. Tujuan penelitian ialah menemukan aturan dan penyebab yang tetap tersebut.

Skeptisisme. Suatu pemikiran bahwa setiap proposisi atau pernyataan,

meski berasal dari orang yang berwewenang, terbuka untuk dianalis dan dikritik.

Ciri pokok ilmu pengetahuan terletak pada metodologi penelitian yang dipakai. Ilmu pengetahuan bukanlah hanya sekedar kumpulah berbagai pengetahuan, tetapi merupakan pengetahuan yang disusun berdasarkan penerapan metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah memiliki sistem dan prosedur secara sistimatik yang dijadikan dasar dalam melakukan penelitian ilmiah. Persaratan melakukan metode ilmiah terletak pada kemampuan analisis dan menjelaskan secara logis tentang fenomena atau kondisi yang diteliti. Prosedur dan tata-cara melakukan metode penelitian ilmiah selalu diperbaharui secara terus-menerus karena para ilmuwan selalu berusaha untuk mencari cara-cara terbaru dan yang lebih baik dalam melakukan observasi, pengambilan kesimpulan hasil, generalisasi, dan metode analisis. Karena metodologi penelitian berkembang terus menerus, maka pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah akan menjadi cara baru dalam melakukan penelitian ilmiah berikutnya.

(8)

8

dengan mendefinisikan dan menggambarkan apa yang telah diketahui

tentang subjek yang akan dite‘iti. Untuk itu di”er‘ukan ”eninjauan

kembali literatur dan analisis informasi yang telah dihasilkan dari berbagai penelitian sebelumnya. Pertanyaan penelitian yang dikembangkan oleh peneliti harus dihasilkan dari proses review literatur yang telah dipublikasikan, meskipun intuisi dan pengalaman peneliti sangat mempengaruhi proses tersebut. Selain itu, pertanyaan penilitian juga dapat timbul dari masalah-masalah yang dihadapi dari kehidupan sehari-hari, program pelayanan di lapangan, dan pertanyaan yang menantang dari penemuan teknologi-teknologi baru.

Setiap pertanyaan penelitian harus dipikirkan dengan cermat tentang implikasi proses pelaksanaan penelitian. Pertanyaan penelitian juga perlu dipertajam sehingga terfokus pada pertanyaan penelitian yang mungkin bisa dijawab. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa masalah penelitian umumnya tidak mungkin dijawab dengan satu kali penelitian saja. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan tersebut kemudian perlu dinyatakan dalam satu atau beberapa hipotesis, yang jawabannya akan menjadi dasar dalam menyusun suatu teori baru. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang dirumuskan oleh peneliti. Perkembangan proses penelitian dimulai dengan mencermati pertanyaan penelitian yang akan di teliti dan disaring sedemikian rupa agar sesuai dengan hipotesis yang dapat diuji. Dalam melakukan penelitian, beberapa pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan dengan cermat, antara lain:

1. Rancangan penelitian: apakah rancangan penelitian yang terbaik untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut?

(9)

9

4. Berapakah jumlah subjek penelitian yang diperlukan? 5. Metode statistik apakah yang akan digunakan?

6. Akankah jawaban penelitian tersebut bermanfaat dalam mengembangkan teori baru dibidang kesehatan?

7. Apakah hasil penelitian bermanfaat bagi pelayanan kesehatan secara langsung?

Gambar 1.1: Penelitian ilmiah untuk menjelaskan kebenaran fakta Gambar 1.1 adalah skema rangkaian proses penelitian yang bersifat sirkuler untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan lebih baik. Kekuatan suatu penelitian tergantung pada relevansi dari pertanyaan penelitian yang dihasilkan. Peneliti mungkin menggunakan satu atau beberapa cara untuk menentukan manfaat akhir (ultimate worth) dari suatu penelitian. Beberapa aspek penting dalam metodologi antara lain: --desain penelitian, --pemilihan subjek (sampling), --pendefinisian variabel-variabel penelitian, --teknik-teknik pengumpulan data, --analisis dan

Kebenaran Sejati di Alam Semesta

Kebenaran Hasil Penelitian

Fenomena yang menarik untuk diteliti

Pertanyaan Penelitian

Populasi Sasaran

Rencana Penelitian

Variabel Opersional

Populasi Sampel

Penelitian Aktual

Pengukuran Aktual

Subjek Aktual

(10)

10

interpretasi data yang dihasilkan. Penyusunan kesimpulan dalam penelitian dan dampaknya pada pemahaman teori yang sudah dipakai saat ini merupakan langkah akhir dari sebuah penelitian yang sangat penting artinya dalam menuntun kemajuan keilmuan.

Dalam penerapan metode ilmiah, diperlukan pemahaman cara berfikir yang jelas dan logis agar hasilnya dapat dipakai oleh beberapa pihak, baik ilmuwan atau praktisi. Definisi yang jelas tentang istilah-istilah, klasifikasi, metode ilmiah dalam menarik kesimpulan, sampling, pengukuran, dan teknik statistik yang dipakai harus dipahami oleh pengguna hasil penelitian karena metodologi tersebut merupakan instrumen pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu, sifat kritis yang rasional adalah menjadi ciri pokok dalam bekerja secara ilmiah. Elemen-elemen utama dalam metode ilmiah tersebut akan diperkenalkan secara ringkas dalam bab ini dan akan diperdalam dalam bab-bab berikutnya.

MA S A L A H PE N E L I T I A N

Masalah penelitian yang utama dan pertama adalah signifikansi dari masalah tersebut. Pemecahan terhadap masalah penelitian tersebut harus memiliki nilai tertentu dalam ilmu pengetahuan, dan atau nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pemecahan masalah penelitian akan menyumbangkan teori baru dalam memahami patofisiologi infeksi HIV, atau memberikan bukti ilmiah baru tentang cara-cara pencegah

(11)

11

Banyak masalah penelitian ilmiah sudah diketahui sejak lama, namun belum dapat dipecahkan dengan baik. Hal ini karena cara untuk memecahkan masalah tersebut belum diketemukan. Sebagai contoh, perkembangan biologi molekuler, stuktur materi genetik, prinsip sintesa protein dan pengaturan aktifitas genetik diperlukan terlebih dahulu sebelum masalah perkembangan biologi manusia diketahui dengan benar. Bagaimana telur yang sudah dibuahi kemudian berkembang menjadi makhluk multiseluler yang lengkap dalam bentuk janin? Teknologi seringkali dikembangkan dari riset-riset dasar, namun informasi dapat mengalir dari arah yang sebaliknya. Dengan alat atau teknologi baru seringkali masalah yang telah ada kemudian dapat dipahami lebih baik. Misalnya, dengan ditemukannya mikroskop elektron, bukan hanya pemahaman masalah biologi seluler yang mengalami kemajuan pesat, tetapi juga penemuan-penemuan penyakit virus baru berkembang dengan pesat. Namun demikian, mengembangkan teknologi dengan orientasi pengembangan peralatan saja tidak menguntungkan, bahkan akan cenderung terjadi pemborosan sumberdana apabila tidak diarahkan pada masalah ilmiah yang harus dipecahkan.

Sir Peter Medawar dan Sir Frank MacFarlane Burnet sebagai pemenang bersama hadiah nobel bidang fisiologi pada tahun 1960

’engatakan bahwa: sain ada‘ah seni untuk ’e’ecahkan ’asa‘ah

(science is the art of soluble). Oleh karena itu, kita harus menemukan cara-cara yang definitif untuk menolak atau menerima penjelasan sementara terhadap pemecahan masalah penelitian yang dipercayai sebagai jawaban yang benar (hipotesa kerja). Untuk itu, kita harus berusaha melalui berbagai cara untuk melihat kelemahan hipotesa kerja yang diajukan. Kalau perlu peneliti harus bersifat kritis terhadap hipotesa kerja yang diajukannya sendiri, sehinga pada akhirnya hasil penelitiannya tidak ’engundang ”ertanyaan k‘asik: ka‘au sudah

(12)

12

kesenjangan atau ga” antara a”a yang seharusnya dan fakta yang ada,

tetapi harus melihat manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan. Disinilah kita mengenal manfaat penelitian secara ilmiah dan manfaat penelitian dalam praktis atau terapan.

Dalam masalah penelitian terapan, seperti halnya di bidang kesehatan masyarakat, masalah penelitian harus diarahkan untuk kepentingan masyarakat. Demikian pula masalah penelitian kesehatan hasilnya harus memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan bagi umat manusia. Pada prinsipnya, penting atau tidaknya suatu masalah penelitian harus dilandasi adanya kesenjangan pengetahuan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya terjadi. Penelitian dilakukan untuk menjawab tentang timbulnya kesenjangan tersebut, mengapa terjadi perbedaan antara fakta yang ada dan apa yang seharusnya terjadi. Untuk menyederhanakan hal ini, marilah kita lihat masalah penelitian yang sangat sederhana. Setelah memperoleh suplement zat besi selama kehamilan, seharusnya kadar haemoglobin dalam darah ibu yang hamil tersebut akan meningkat dengan nyata. Namun fakta yang dikeluhakan dari kasus-kasus dilapangan sebagian menunjukkan bahwa setelah memperoleh suplemen zat besi selama 2 minggu kadar haemglobin ibu hamil tidak naik, atau justru menurun. Disini terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya dan fakta yang terjadi. Bisa jadi, ibu-ibu yang hamil tersebut diduga menderita infestasi cacing gelang (askariasis) dalam ususnya. Dengan lain kata ada jawaban sementara (hipotesis) yang dapat diajukan untuk menjelaskan fakta tersebut, mengapa tidak sesuai dengan teori yang seharusnya? Hal ini bisa menjadi masalah penelitian karena terjadi kesenjangan antara teori dan kenyataan. Namun penting atau tidaknya masalah penelitian, juga harus didasarkan pada implikasi dari hasil penelitian tersebut. Dalam hal

ini harus da”at ’enjawab ”ertanyaan k‘asik: ka‘au sudah terbukti ‘a‘u ’au a”a (so-what paper)? Dalam contoh suplementasi zat besi tersebut,

(13)

13

naiknya kadar haemoglobin, maka upaya membasmi askariasis akan meningkatkan efektifitas pemberian suplemen zat besi bagi ibu hamil.

Apabila tidak ditemukan fakta yang mengalami kesenjangan dari teori, maka hal tersebut tidak dapat dijadikan masalah penelitian ilmiah. Contoh klasik, peneliti yang mempertanyakan: apakah sesudah disuntik zat besi kadar dalam darahnya akan naik? Ini adalah bukan masalah penelitian! Serupa mempertanyakan apakah habis minum hilang dahaga. Kalau habis minum masih dahaga terus, maka barulah perlu diteliti, mengapa fakta tidak sesuai dengan teori? Tetapi harus dikejar manfaatnya, kalau sudah terjawab permasalahnya, dipertanyakan hasilnya untuk apa? Apakah ada implikasi dari penemuan tersebut secara keilmuan atau secara praktis?

Contoh lain misalnya, vaksin diare rotavirus sudah terbukti efektif untuk mencegah anak diare agar tidak perlu masuk rumah sakit karena dehidrasi berat. Namun masih belum diketahui apakah vaksin tersebut kurang efektif bila diberikan kepada bayi-bayi yang memperoleh air susu ibu dalam jangka lama seperti yang terjadi di Asia? Mengapa? Jawaban sementara (hipotesis) karena kemungkinan air susu ibu dalam usus akan mengurangi efektifitas vaksin rotavirus. Kemungkinan lain karena jenis flora usus bayi-bayi di Asia berbeda dengan bayi-bayi di Amerika dan Eropa ditempat vaksin tersebut diuji sehingga kemungkinan mengganggu efektifitas vaksin rotavirus di pada bayi-bayi di Asia.

(14)

14

pengetahuan yang dinyatakan sebagai pertanyaan atau masalah penelitian. Selain itu, penelitian harus bermanfaat atau memberikan kontribusi dalam membangun teori serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari (praktis). Suatu penelitian yang tidak ada manfaatnya bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan tidak perlu dilakukan, walaupun penelitian tersebut memberikan hasil kepuasan atau nilai kredit (credit point) bagi penelitinya.

HI P O T E S I S

Hipotesis adalah pernyataan yang bertujuan untuk menghubungkan antara variabel-variabel atau faktor-faktor sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (masalah penelitian). Faktor-faktor yang biasa diperhatikan dibidang penelitian kesehatan, terutama dibidang epidemiologi adalah: 1) ciri dari seseorang, 2) tempat, dan 3) waktu. Sebagai contoh dari ciri seseorang ialah berkaitan dengan: --usia, --jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pendapatan, status sosial, dan --faktor-faktor perilaku lainnya, yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian (faktor risiko). Faktor-faktor yang berkaitan dengan tempat adalah: --lingkungan tempat tinggal, --kondisi rumah, --tempat kerja, dan

–jenis tempat tinggal, apakah di perdesaan ataupun di perkotaan. Sedangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu adalah waktu dalam hitungan jam, hari, bulan, musim, tahun, dan lain-lain.

(15)

15

Hipotesis dibedakan menjadi dua jenis, jaitu: hipotesis nol (null) dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak ada perbedaan di antara kelompok yang dibandingkan, sedangkan hipotesis alternatif adalah menyatakan keadaan sebaliknya, yaitu adanya perbedaan diantara kelompok yang dibandingkan tersebut. Mengacu pada contoh diatas, hipotesis nol adalah: ”eng“batan ta’iflu mencegah terjadinya kematian akibat penyakit flu burung , sedangkan hi”“tesis

a‘ternatifnya ia‘ah: ”eng“batan ta’if‘u tidak da”at mencegah kematian akibat penyakit flu burung Tergantung bukti-bukti ilmiah yang ada sebelumnya maka hipotesis tidak harus sesederhana seperti dalam contoh tersebut diatas. Namun demikian, ciri penting dari hipotesis penelitian adalah faktor (variabel) yang dipertanyakan dalam penelitian harus jelas (dapat didefinisikan dengan tepat), dapat diamati, dan dapat diukur arah hubungannya. Dalam contoh diatas pencegahan kematian akibat flu burung dapat diukur dari angka kematian fatal (case fatality rate), atau percentase kematian diantara dua kelompok yang dibandingkan.

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Hipotesis agar menjadi jelas dan spesifik, maka harus

diajukan da‘a’: a) k“ndisi bebas-ni‘ai atau tidak di‘andasi “‘eh keinginan-keinginan tertentu selain pertimbangan ilmiah belaka, dan b) dapat dipertanggung jawabkan melalui pengujian dengan metode penelitian yang ada. Hipotesis akan menentukan faktor-faktor (variabel-variabel) apa saja yang akan diamati dalam suatu penelitian. Langkah awal penentuan hipotesis penelitian adalah menetapkan hasil (outcome) penelitian dan variabel atau faktor yang akan digunakan dalam menyusun rangkain kalimat hipotesis. Berdasarkan penelitian sebelumnya, observasi, pengalaman, atau intuisi adalah modal dasar bagi peneliti dalam membangun hubungan yang logis melalui kerangka teori penelitian.

(16)

16

prinsipnya, dengan memanipulasi faktor-faktor ini, peneliti dapat mengamati pengaruh dari faktor tersebut terhadap hasil pengamatan. Melalui pemilihan variabel yang mewakili hasil penelitian, pengamatan penelitian difokuskan pada variabel terikat (dependent variable), yaitu variable yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat disebut variabel bebas (independent variable). Mengacu pada contoh obat tamiflu dan kematian karena flu burung, maka yang disebut dengan variabel terikat (dependent variable) adalah kematian akibat flu burung, sedangkan variabel bebasnya (independent variable) ialah pengobatan tamiflu.

Pada penelitian yang sifatnya eksperimental, variabel bebasnya dikendalikan oleh peneliti. Pada contoh diatas, siapa saja yang akan diberikan tamiflu dapat dikendalikan/ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian observasional, peneliti tidak dapat mengendalikan variabel bebas, tetapi benar-benar hanya dapat mengamati variabel bebas dan tidak dapat mengendalikannya. Dalam kontek ini, peneliti hanya mengukur perbedaan antar intensitas atau kekuatan variabel bebas dalam kaitannya dengan variabel tergantung.

(17)

17

tentang perilaku seks yang sehat bagi para pekerja seksual? Bagaimana mengukur perubahan perilaku seksual? Bagaimana pula mengukur tingkat intervensi melalui pemberiaan pengetahuan tentang perilaku seks yang sehat? Apakah pengaruhnya dapat dipisahkan dengan berbagai intervensi serupa yang berasal dari sumber lain? Bagaimana membedakan pengaruh dari berbagai sumber intervensi yang terjadi dalam periode yang sama, atau pada periode sebelumnya? Tentunya pada kasus ini lebih sulit dibanding dengan contoh sebelumnya, yaitu dalam pengobatan flu burung.

(18)

18

tidaknya PSK cukup tepat sebagai ukuran dari variabel tergantung. Namun demikian apabila masalah penelitian adalah terkait dengan penularan IMS, maka pemakaian kondom pada saat memberikan pelayanan sangat tepat sebagai ukuran untuk memotong transmisi virus kepada pasangannya (horizontal transmission). Masalah masih akan timbul dalam mengkur variabel tergantung, yaitu: apakah pemakaian kondom dapat diukur dari hasil wawancara dengan PSK saja? Idealnya adalah ditemukan kondom bekas ditempat pelayanan PSK. Itupun ternyata masih kurang tepat untuk mengukur penggunaan kondom. Akibat dari beberapa pria langganan PSK benar-benar menolak pemakain kondom, maka meskipun terdapat sampah kondom belum tentu kalau alat tersebut dipakai secara tepat. Misalnya, apakah kondom tidak dilepas selama berhubungan dengan pasangannya? Ternyata dari beberapa rumor yang beredar mengindikasikan bahwa kondom tersebut dilepas ditengah jalan, sehingga efek perlindungannya terhadap penularan IMS tidak sempurna. Disinilah peneliti harus selalu kembali kepada masalah penelitian yang diajukan, sehingga kesederhanaan pengukuran variabel tidak menjadi satu-satunya pertimbangan dalam penelitian. Penelitian yang bertujuan memantau berhentinya perempuan berganti-ganti pasangan akan berbeda dengan penelitian yang memantau upaya pencegahan penularan penyakit IMS (termasuk HIV dan AIDS), meskipun secara konseptual adalah upaya untuk mengarahkan perlikau seks yang sehat.

(19)

19

TE O R I

Beberapa hipotesis dapat disatukan ke dalam teori-teori yang akan dapat menjelaskan fenomena secara lebih umum. Teori-teori ilmiah merupakan penjelasan yang penting tentang fenomena alam. Sebuah teori biasanya muncul bersamaan atau berhubungan dengan observasi-observasi lain melalui berbagai sumber dan cara yang berbeda. Sebagai contoh adalah bukti efektifitas antibiotik terhadap penyakit infeksi yang dapat dilihat secara bersamaan dari bukti-bukti mikrobiologi, fisiologi sel, dan hasil pengobatan secara klinis. Jadi dalam hal ini hipotesis secara mikrobiologis, fisiologi sel, dan uji klinik akan mengarah pada kesimpulan yang sama. Persoalannya ialah, bagaimana bilamana salah satu hipotesis tidak konsisten, atau bahkan berlawanan dengan hasil yang diharapkan? Haruskah peneliti menolak hipotesis yang sudah sejalan dengan teori? Jawaban ini akan diuraikan pada bab berikutnya, yaitu tentang teori membangun kerangka sebab akibat dalam penelitian (causation theory).

Pengetahuan ilmiah dibangun dengan membentuk konsep-konsep secara teoritis untuk menggambarkan fenomena alam. Konsep-konsep ini kemudian dirangkai kedalam rangkaian teori. Ciri penting teori ilmiah

ada‘ah ”enggunaan bahasa dan ‘“gika yang benar. F“r’u‘asi k“nse”

adalah penting untuk: –komunikasi yang lebih efektif, –klasifikasi atau generalisasi, dan –membentuk kisi-kisi suatu teori. Teori ilmiah menjelaskan dan menentukan penyebab-penyebab terjadinya sesuatu fenomena kejadian (outcome) dan memberikan latar belakang untuk memprediksi fenomena apa yang akan terjadi. Beberapa teori adalah dalam bentuk model-model, yang secara matematis atau fisik menggambarkan bagaimana teori-teori tersebut berjalan.

(20)

20

yang baik dari penjelasan secara deduktif. Hampir semua hukum-hukum mekanika, termasuk aliran darah manusia berkaitan pula dengan hukum gravitasi.

Sayangnya, tidak semua penjelasan ilmiah tergolong deduktif. Beberapa penjelasan ilmiah adalah tipe probalistik, yaitu bahwa terdapat peluang yang tinggi dari suatu kejadian karena ada kondisi-kondisi tertentu yang meningkatkan peluang kejadian tersebut. Sebagai contoh, seorang wanita yang kawin usia muda dan berganti-ganti pasangan akan meningkatkan probabilitas terjadinya kanker leher rahim. Dibalik teori ini sesungguhnya dapat dikaitkan dengan fakta konkrit, yaitu: risiko yang lebih besar untuk mengidap HPV (human papilloma virus) bagi perempuan-perempuan dengan kawin usia muda dan berganti-ganti pasangan . Padahal HPV telah terbukti sebagai penyebab utama kanker leher rahim.

Bukti-bukti yang telah lama terkumpul dan terakumulasi menjadi peluang untuk mengoreksi konsep-konsep ilmiah yang telah ada sebelumnya. Hal ini akan mendorong untuk mengkaji kemungkinan ketidak-cukupan teori-teori yang telah ada untuk menjelaskan kejadian-kejadian dan fenomena-fenomena baru. Sebagai contoh adalah penyebab terjadinya tukak lambung oleh karena infeksi Heliobacter pylori. Ternyata teori selama ini untuk menjelaskan tukak lambung tidak pernah dikaitkan dengan infeksi bakteri di dalam lambung. Contoh lain ialah peranan air susu ibu (ASI) sebagai bahan nutrisi bagi bayi dalam rangka memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi, yang akhir-akhir ini lebih banyak digali kepentingannya untuk perlindungan kekebalan tubuh bayi. Karena terkumpulnya bukti-bukti baru, perubahan teori akan terjadi, yaitu ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi ASI untuk perlindungan kekebalan tubuh. Inilah yang

(21)

21

melakukan perubahan pemikiran yang mendasari kepentingan praktis sehari-hari yang telah berjalan cukup lama.

IN D U K S I

Pernyataan yang timbul dari hasil observasi menjadi dasar dalam menjelaskan ilmu pengetahuan. Contohnya adalah pernyataan tentang

”enisi‘in untuk ’erawat ”neu’“nia . Observasi dimulai dari beberapa pasien dan kemudian hasilnya digeneralisasikan kepada khalayak umum. Proses ini disebut proses induksi.

Dalam proses induksi, peneliti mulai menghubung-hubungkan beberapa observasi dengan teliti, dan menyusun ide-ide dan hipotesis yang dapat diuji dari observasi tersebut. Bahkan peneliti menguji asumsi dasar dari berbagai observasi tersebut agar dapat mengkaitkan satu fenomena dengan fenomena lainnya. Selain itu, peneliti menyusun hipotesis melalui proses deduksi, yaitu menyusun ide-ide baru dari teori umum yang dijadikan dasare menyusun hipotesis baru yang akan diuji. Hipotesis diuji dengan mengumpulkan dan menganalisis data.

Dalam prakteknya, seseorang memiliki pemikiran sebuah hipotesis baru akan dikaji dari data dengan pendekatan deduktif. Apabila hipotesis ditolak, seseorang menyusun teori yang lebih baik dari data yang diperoleh serta menggunakan pendekatan induktif untuk memperbaiki teori. Hipotesis tidak selalu dapat diterima atau ditolak dari data yang dikumpulkan. Beberapa data dapat mendukung sebagian hipotesis yang diajukan, sebagian sama sekali tidak mendukung, atau bahkan bertolak belakang. Peneliti kemudian perlu melakukan perbaikan terhadap hipotesis yang diajukan untuk dikaji ulang dengan data baru.

DE D U K S I

(22)

22

teori atau model-’“de‘ yang ’enentukan hubungan sebab-akibat yang diterima sebagai dalil dari suatu teori.

Penjelasan deduktif dan probalistik adalah komponen penting dalam menyusun ilmu pengetahuan secara ilmiah. Komponen lainnya ialah kemampuan prediksi menggunakan teori yang ada. Ketika prediksi pengetahuan adalah kurang sempurna, prediksi tersebut menghasilkan teori yang tidak tepat. Dasar dari prediksi dalam ilmu pengetahuan adalah logika. Logika yang paling sederhana adalah ketika X menyebabkan Y, kemudian ada kondisi dimana X ada, maka dapat diprediksi bahwa Y akan terjadi.

Kombinasi antara penjelasan dan prediksi dengan logika yang mendasari pengetahuan ilmiah, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pernyataan E ’enetapkan fenomena tertentu yang akan dijelaskan oleh kondisi tertentu. Contohnya, malnutrisi umumnya terjadi setelah menderita campak yang parah.

2. Seku’”u‘an ”ernyataan A1…hingga…An menjelaskan kondisi

yang relevan dan berhubungan secara kausalitas dengan fen“’ena yang diga’barkan “‘eh E . Da‘a’ c“nt“h kasus campak ini, pernyataan yang mungkin dibuat adalah:

a. Selama menderita campak yang parah, peradangan lapisan mukosa (membrane mucus) mulut akan terjadi dan membuat aktifitas makan dan menelan terasa begitu sakit.

b. Semua penyakit yang berat disertai anorexia.

(23)

23

3. Sekumpulan pernyataan generalisasi dari L1…hingga…Ln

ada‘ah ku’”u‘an dari ”ernyataan bahwa apabila apa yang digambarkan oleh ”ernyataan A1…hingga…An

terjadi, maka keadaan yang digambarkan oleh E terjadi.

Dalam contoh kasus campak dan malnutrisi tersebut dapat dikatakan bahwa pada campak yang berat, bilamana telah terjadi beberapa kondisi seperti apa yang digambarkan pada butir nomer 2 di atas maka bayi akan menderita malnutrisi berat.

SA M P L I N G, O B S E R V A S I, D E S K R I P S I D A N P E N G U K U R A N

Sampling dibahas secara mendalam pada Bagian 2 pada Bab 3. Karena alasan-alasan praktis yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasan sumber dana penelitian, sampel dari target populasi seringkali tidak dapat mewakili dengan baik. Padahal akurasi hasil penelitian tergantung: apakah sampel dapat mewakili target populasi secara keseluruhan? Observasi yang diperoleh dari sampel kemudian diringkas dan dikuatkan oleh observasi lainnya sehinga menjadi dasar-dasar pengetahuan ilmiah yang faktual.

(24)

24

Walaupun instrumen-instrumen adalah penting dalam semua penelitian ilmiah, elemen-elemen kuncinya adalah pada akurasi dan reliabilitasnya. Faktor sampling, observasi, dan pengukuran adalah sumber kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul dalam penelitian sehingga kesalahan tersebut dapat menyesatakan kesimpulan suatu hasil penelitian. Ada dua jenis kesalahan, yaitu, random (acak) dan sistematis. Kesalahan random dapat memberikan hasil kesimpulan yang salah, karena memiliki peluang kesalahan (bias) kekedua arah, yaitu meningkatkan atau menurunkan peluang. Sumber variasi yang tidak diketahui dapat menimbulkan penyimpanga hasil sampel atau pengukuran. Kesalahan sistematis menimbulkan distorsi dari temuan-temuan yang bersifat bias. Dalam penelitian, kemungkinan terjadinya kesalahan (peluang atau bias) dalam sampling dan pengukuran perlu dihindari secara cermat agar penarikan kesimpulan penelitian tidak mengalami kesalahan. Kenyataan menunjukkan bahwa karena berbagai alasan, sampel dapat berbeda dengan apa yang direncanakan. Demikian juga dengan hasil pengukuran seringkali tidak sama dari apa yang diajukan dalam rencana penelitian. Perbedaan antara rencana penelitian dan hasil penelitian yang sebenarnya dapat menimbulkan kesalahan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan.

OB S E R V A S I T E R K E N D A L I

(25)

25

Yang dimaksud variabel bebas adalah faktor penyebab yang diasumsikan menentukan kondisi variabel terikat (contohnya yaitu faktor merokok penyebab penyakit jantung koroner). Variabel kontrol membantu tujuan analisa, apakah hubungan yang diamati antara variabel bebas dan terikat adalah benar-benar terjadi, ataukah mungkin karena pengaruh-pengaruh faktor lain yang mempengaruhi variabel bebas dan terikat secara bersamaan.

Menegakkan hubungan antara dua variabel atau lebih perlu memperhatikan keterkaitan nilai-nilai variabel satu sama lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat berubah positif (jika Nilai-nilai dari suatu variabel meningkat, maka nilai yang berkaitan dengan variabel-variabel tersebut juga meningkat), atau berubah negatif (jika nilai suatu variabel meningkat, maka nilai variabel yang berkaitan menurun). Besarnya perubahan menjadi tolok ukur keterkaitan antara satu variable dengan variabel lainnya, atau dikenal dengan kovariasinya (covariate).

VA L I D I T A S

(26)

26

sampai saat ini, termasuk kemampuan untuk generalisasinya kepada masyarakat luas, memerlukan perkiraan kenyataan yang terjadi sebenarnya di dunia yang lebih luas. Ketaatan dan penuh kehati-hatian terhadap metode ilmiah yang dipilih akan meningkatkan kesahihan (validity) hasil penelitian.

Ada empat aspek validitas yang berhubungan dengan empat jenis kesimpulan:

Validitas statistik berkaitan dengan apakah kesimpulan yang

diambil adalah tepat atau benar. Kesalahan-kesalahan terjadi berhubungan dengan kurang memenuhinya besar sampel dan bersumber pada penggunaan tes statistik yang tidak tepat. Penelitian mungkin menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan diantara dua variabel, meskipun dalam kenyataannya sesungguhnya ada hubungan yang jelas. Atau, kesimpulannya adalah bahwa mungkin ada hubungan, namun tidak ada suatu hubungan dalam kenyataannya. (Ini berarti sebagai kesalahan tipe I dan tipe II, dan konsep yang lebih jauh dijelaskan dalam Bagian 3 Bab 4). Semua ini biasanya terjadi antara lain karena besar sampel yang tidak memadai (terlalu kecil), sehingga kekuatan (power) untuk mengambil kesimpulan sangan lemah.

Validitas internal adalah kegoyahan yang terjadi ketika desain penelitian gagal untuk mengontrol faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menutupi hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. Fenomena ini disebut sebagai bias karena confounding.

Validitas dalam kaitannya dengan konsep-konsep yang tertuang

didalam hipotesis. Seperti yang telah didiskusikan, penelitian adalah

(27)

27

Validitas luar atau eksternal. Validitas ini berkaitan dengan

kemampuan hasil penelitian untuk dapat digeneralisasikan pada kondisi (setting), populasi, dan waktu lainnya. Validitas luar dikuatkan dengan perhatian yang teliti terhadap sampling dan desain penelitian. Kemampuan generalisasi tergantung validitas hasil penelitian. Suatu hasil penelitian dengan dasar-dasar yang lemah (tidak pasti) dalam hal pengambilan sampel tidak akan pernah menghasilkan kesimpulan yang valid untuk digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar. Bermanfaat atau tidaknya hasil penelitian terutama adalah terletak dalam hal generalisasi dari temuan-temuan, atau informasi yang diperoleh tentang subjek-subjek dalam penelitian tersebut.

Semua aspek-aspek validitas tersebut diatas adalah penting, karena kemampuan generalisasi hasil terhadap kondisi dan populasi lain hanya memungkinan ketika validitas internal dan eksternal cukup tinggi (Gambar. 1.2.).

Gambar 1.2: Validitas Internal dan Eksternal

ME N A R I K KE S I M P U L A N

Pada tingkat yang paling dasar, peneliti berusaha untuk mengambarkan dan menjelaskan kenyataan dengan melakukan 4 langkah penelitian:

Validitas Eksternal

Populasi Sampel

Target Population

Penelitian

Populasi Penelitian

Pengukuran

Kelompok 1 Kelompok 2 Validitas Internal

Generalisasi

(28)

28

1. mengambil contoh dari sebagian kenyataan yang ada (sampling sebagian dari kenyataan),

2. melakukan pengukuran dari sampel, 3. menganalisis hasil pengukuran, dan 4. menginterpretasikan hasil.

Pada langkah 1 dan 2, peneliti pertama-tama hanya mencoba mempelajari sebuah sampel dari kenyataan yang lebih besar, dan langkah kedua kemudian mempelajari karakteristik (variabel) yang telah didefinisikan secara operasional dan diambil dari variable-variabel dari sampel populasi yang telah terkumpul.

Pada langkah ke 3, peneliti melakukan analisis data yang telah dikumpulkan. Pada langkah 4, peneliti bergerak mundur dari dunia yang lebih luas menuju kesimpulan atas dasar hasil penelitian dari sampel ke arah variabel-variabel yang telah didefinisikan secara operasional. Dari kesimpulan yang didasarkan pada variable penelitian, peneliti bergerak mundur sampai dengan konsep-konsep yang terkandung di dalam hipotesis dan teori. Kemudian dengan kesimpulan penelitian yang dapat ditarik selanjtnya peneliti bergerak menuju kepentingan populasi yang lebih besar (inferensi kepada populasi yang lebih luas). Ada empat jenis kelompok kesimpulan yang biasa dianut, yaitu kesimpulan statistik, sebab-akibat, konsep dalam hipotesis, dan beberapa kondisi lainnya. Secara ringkas diuraikan sebagai berikut:

Kesimpulan statistik. Kerangka sampling seharusnya mewakili semua

(29)

29

adalah hal yang sudah diterima dengan baik didalam dunia ilmu pengetahuan. Dengan demikian setiap penelitian tidak perlu mengikut sertakan populasi penelitian secara keseluruahan (sensus), tetapi cukup menarik sampel yang mewakili dan tidak bias. Seperti halnya metode sampling yang memiliki legimitasi dan keabsahan tertentu, ukuran sampel sangat menentukan kepastian terhadap kesimpulan yang akan diambil. Semakin besar ukuran sampel maka semakin tinggi keyakinan kita dalam dalam pengambilan kesimpulan dari sampel untuk mewakili populasi penelitian yang sebenarnya. Karena pentingnya ukuran besar sampel maka harus diberikan perhatian khusus dalam merancang atau mendesain suatu penelitian.

Kesimpulan sebab akibat. Penelitian secara observasional (tidak

terkendali) akan menghasilkan bukti-bukti ilmiah untuk menguji sebab-akibat yang lebih lemah dibanding dengan penelitian terkendali (eksperimen). Hal ini karena di alam semesta, sejumlah pengaruh faktor-faktor lain juga berjalan secara bersamaan dengan pengaruh variabel bebas yang diteliti. Pada kenyataannya, hal ini tidak bisa dikontrol sebelumnya. Sebagai contoh ialah pengaruh merokok terhadap penyakit stroke. Selain merokok, faktor-faktor lainnya seperti tekanan darah, olah raga, diet, dan gaya hidup juga mempengaruhi terhadap hasil akhir (outcome). Faktor-faktor tersebut dalam penelitian observasional tidak dapat dikendalikan.

(30)

30

risiko, tetapi justru mengurangi risiko buruk. Contohnya ialah untuk melihat pengaruh buruk rokok maka peneliti tidak diperbolehkan (tidak etis) memberikan intervensi agar sampel melakukan merokok. Namun demikian, masih menjadi kebiasaan pada penelitian eksperimen pada manusia bahwa peneliti memotivasi agar sampel penelitian tidak merokok, sehingga ada kelompok yang menolak dan kelompok yang menerima untuk berhenti merokok. Dengan adanya dua kelompok ini maka peneliti dapat membandingkan pengaruh pengurangan merokok pada hasil penelitian (outcome) yang diinginkan.

Desain penelitian menjadi penentu utama keabsahan dalam membuat kesimpulan tentang hubungan sebab-akibat . Di antara dua kategori besar dari desain eksperimen dan non-eksperimen, ada berbagai variasi rancangan penelitian yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri dalam pengambilan kesimpulan perihal hubungan sebab-akibat tersebut.

Kesimpulan terhadap konsep-konsep dalam hipotesis. Konsep-konsep

(31)

31

pernafasan paling sering terjadi pada anak-anak, maka kejelasan definisi (diagnosa) kedua penyakit infeksi tersebut harus dibakukan terlebih dahulu. Ketika hasil penelitian dianalisis, k“nse” ”er‘indungan terhada”

infeksi dikaji sesuai konsep yang diajukan dalam kerangka teori, sehingga kesimpulannya sesuai dengan konsep yang diajukan sebelumnya.

Kesimpulan terhadap beberapa kondisi lainnya. Penerapan hasil

temuan terhadap populasi, tempat, dan waktu lainnya yang berbeda dengan situasi pada saat penelitian dilakukan akan tergantung dari bagaimana penelitian tersebut dilakukan. Pada penelitian observasional, umumnya sampel penelitian cukup besar dan pemilihannya dilakukan secara random, sehingga dianggap dapat mewakili target populasi. Dengan sampel besar dan ditarik secara acak, maka generalisasi hasil penelitian terhadap target populasi dapat dilakukan secara langsung. Akan tetapi, generalisasi terhadap tempat dan waktu yang lain adalah tidak sesederhana itu.

(32)

32

dapat diperkecil dengan cara memperbaiki rancangan penelitian, cara-cara pengumpulan data dan tahap analisis hasil penelitian.

VE R I F I K A S I/F A L S I F I K A S I

Setelah data dikumpulkan, peneliti memutuskan apakah temuan-temuan ini konsisten dengan hipotesis atau tidak. Teori-teori ilmiah tidaklah selalu benar karena teori tersebut ditentukan atas dasar penjelasan dari bukti-bukti ilmiah yang ada. Bukti-bukti ilmiah tersebut hari demi hari akan bertambah sejalan dengan perkembangan ilmiah yang terjadi dalam disiplin ilmu tersebut. Perkembangan ilmiah adalah upaya untuk mengurangi kesalahan teori yang telah ada, sehingga lebih mampu untuk memprediksikan kejadian-kejadian di alam semesta ini dengan akurasi yang lebih tepat. Oleh karena itu, untuk menghilangkan keraguan, hasil eksperimen dan hasil penelitian kemudian dikaji lebih jauh apakah benar-benar dapat ditolak atau diterima (verifikasi/falsifikasi). Jika hipotesis dapat di salahkan (falsifikasi), maka peneliti akan mengembangkan sesuatu hipotesa baru lainnya. Jika hipotesis tidak dapat disanggah (verifikasi), maka peneliti sebaiknya tetap curiga terhadap penemuannya dengan melakukan pengujian lanjut dengan cara-cara lain untuk memfasilitas proses falsifikasi yang lebih jauh lagi. Semua ini tujuannya adalah untuk menyaring hasil penelitian yang benar-benar teruji.

(33)

33

K

ONTROVERSI

M

ETODE

I

LMU

P

ENGETAHUAN

:

P

OST

-P

OSITIFISME

Uraian sebelumnya bukanlah satu-satunya interpretasi metode ilmu pengetahuan. Malahan banyak alasan mengapa pada pertengahan abad ke XX padangan positifisme ilmu pengetahuan mendapat tantangan baru.

Pertama, metode ilmiah adalah serangkaian aturan yang diciptakan

dan diterapkan oleh ahli filsafat dan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah tidak memiliki kebenaran yang abadi, namun berupa konvensi atau kesepakatan bersama yang dianggap dapat bermanfaat dalam melakukan penelitian ilmiah. Oleh sebab itu, bukan hanya isinya, tetapi juga metode ilmiah terbuka pada kritik, perdebatan dan perubahan.

Kedua, interpretasi tentang isi metode ilmu pengetahuan adalah

aktifitas yang biasa dilakukan oleh ahli filsafat dan epistomologi. Dalam menggali kerangka konsep yang berbeda (realisme, instrumentalisme, anarkisme, indealisme dan lain-lain) tentang ilmu pengetahuan dan keadaan secara nyata, ahli filsafat menciptakan debat berkepanjangan tentang sifat metode ilmiah.

Ketiga, dengan semakin canggihnya ilmu pengetahuan maka merubah

metode dan cara-cara kita melihat alam sekitar kita. Sebagai contoh, teori

quantu’ dan re‘ativitas ’enantang te“ri ‘a’a tentang cara-cara mekanistik, seperti pandangan realitas mirip cara-kerja jam (clokwork-like view of reality). Berikut adalah beberapa aspek penting pandangan metode ilmu pengetahuan post-positifisme.

KE T E R G A N T U N G TE O R I P A D A HA S I L PE N G A M A T A N

(34)

34

Hasil pengamatan dan fakta sangat tergantung teori (theory-doses) yang mendasarinya, karena data apa yang akan dikumpulkan dan dibuang sangat tergantung pemahaman teori dari peneliti. Sebagai contoh, pada saat merekam gambaran arus listrik di dalam otak (EEG) pada penderita epilepsi, persepsi dokter dituntun oleh teori aktifitas arus listrik di dalam otak dan kondisi patologis yang biasa terjadi pada otak. Disamping itu dokter perlu tahu cara kerja EEG sehingga mampu mendeteksi bilamana terjadi kesalahan teknis atau alat pada saat merekan otak penderita. Dalam hal ini, dokter ahli penyakit saraf dapat melihat EEG tersebut dengan mudah bilamana ada bukti gambaran spesifik sebagai indikasi menderita epilepsi. Sebalikanya, bagi orang awam gambaran EEG hanya dilihat sebagai garis-garis lenggak-lenggok dan naik turun tanpa memimiliki arti apapun. Masalah ini akan dibahas dalam bab yang akan datang pada saat membahas isu tentang reliabilitas dan validitas.

VA L I D I T A S PE N D E K A T A N IN D U K S I

Filsafat ilmu mempertanyakan validitas logika suatu pernyataan umum yang didasarkan pada obervasi dari beberapa sampel penelitian. Setiap observasi sebagai bukti ilmiah teridiri dari pernyataan observasi yang tidak terbatas jumlahnya (infinite number), sementara pernyataan umum (universal statement) menetapkan angka yang tak terbatas jumlahnya dari setiap kemungkinan ini. Bagaiman validitas logika induksi ini?

Sebagai contoh adalah obat penisilin yang diberikan pada 100,000 penderita gonorhea telah berhasil menyembuhkan penderita. Hal ini tidak berarti ada jaminan kebenaran sejati (truth) dari pengambilan kesimpulan logika secara universal bahwa penisilin menyembuhka

(35)

35

hal yang baru, atau bukti imiah yang tidak konsisten dengan bukti ilmiah sebelumnya mungkin dapat terjadi sehingga menjadi tantangan dalam mengeneralisasi suatu teori kedepan. Oleh karena itu, ada ahli falsafah ilmu yang mengatakan bahwa hipotesis tidak selalu harus dibangun atas dasar proses induksi, akan tetapi dapat berasal dari setiap sumber, asalkan dapat menunjukkan implikasi hipotesis dapat ditolak atas dasar bukti empiris.

AP A K A H KO M P O N E N FA L S I F I K A S I?

(36)

36

buku ini, penentuan hasil akhir penelitian (outcome) sangat tergantung dari pola konsistensi secara umum dari hasil penelitian terhadap teori yang dijadikan dasar dalam penelitian.

I

LMU

P

ENGETAHUAN DALAM

K

ONTEK

B

UDAYA

Salah satu aspek penting dalam faham post-positifisme adalah pengakuan bahwa nilai-nilai kehidupan menjadi salah satu bagian yang integral dari penelitian ilmiah (scientific inquiry). Penelitian ilmiah dilakukan pada manusia dengan kondisi sosial tertentu, yang juga memiliki tujuan hidup pribadi serta nilai-nilai dalam kehidupannya. Manusia pada prinsipnya bukanlah binatang, tetapi makluk yang memiliki budaya tertentu. Oleh karena itu, formulasi metodologi penelitian kesehatan memerlukan pertimbangan aspek sosial dan kondisi didalam individu tersebut, yang terkait dengan aktifitas ilmiah pada saat melakukan penelitian kesehatan. Dalam hal ini, peneliti perlu melihat nilai-nilai sosial dan pertimbangan etika dalam merancang dan melakukan penelitian.

Perlu difahami bahwa pengajuan teori dan hipotesis baru adalah hasil kreatifitas peneliti dan bukan secara otomatis sebagai hasil aplikasi proses induksi dari bukti-bukti baru yang terkumpul. Atas dasar ini, penjelasan ilmiah yang dilakukan oleh peneliti kesehatan dipengaruhi secara tidak kentara oleh kondisi budaya dimana berada dan bekerja.

(37)

37

dasar munculnya lesi atau tidak berfungsinya organ tubuh manusia. Peran petugas kesehatan adalah mengidentifikasi sumber lesi atau ketidak seimbangan klinis fungsi tubuh dan melakukan pemeriksaan untuk mengkoreksi masalah yang timbul. Penderita relatif lebih pasif dalam proses ini karena penderita harus tunduk pada putunjuk dan rekomendasi dari petugas kesehatan. Dalam mode‘ ked“kteran , penelitian kesehatan yang tepat adalah penelitian yang secara teknis dapat meningkatkan efektifitas pengobatan sehingga petugas kesehatan lebih kredibel petunjuknya kepada pasien karena lebih ampuh. Di negara Timur, termasuk China dan Indonesia, selain model-model kedokteran tersebut terdapat pula model lain, seperti dalam hal pengobatan tradisional dan akupuntur.

Model kedokteran di Negara Barat masih akan tetap menjadi acuan dalam praktek kedokteran dan penelitian kesehatan dimasa yang akan datang. Namun demikian, akhir-akhir ini banyak yang mulai

’e’”ertanyakan genera‘isasi ’“de‘ ked“kteran karena bebera”a

alasan berikut.

Pertama, akhir-akhir ini terdapat perubahan peran dan fungsi berbagai

profesi kedokteran, seperti perawat, fisioterapis, ahli kelaianan bicara dan lain-lain profesi kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Mereka bukan lagi sebagai petugas kesehatan tambahan, tetapi melakukan tindakan pencegahan, pemeriksaan dan terapi serta rehabilitasi secara langsung. Meskipun pada kenyataannya, perspektif dan praktek pr“fesi ini re‘atif berbeda dengan ’“de‘ ked“kteran dan memerlukan pendekatan teori dan penelitian yang berbeda. Dengan semakin banyaknya pendidikan formal terhadap profesi-profesi tersebut di sekolahan dan universitas, maka meningkatkan kesempatan untuk

(38)

38

Kedua, setalah tahun 70-an sampai sekarang, terjadi peningkatan

pembiayaan kesehatan yang meroket akibat penemuan-penemuan teknologi kedokteran yang canggih dan mahal serta semakin banyaknya spesialisasi dan superspesialisasi yang memerlukan pendidikan dengan biaya yang lebih besar. Upaya untuk mengurangi pembiayaan kesehatan, telah dilakukan berbagai pendekatan, termasuk:

a. Meningkatnya fokus perhatian pada aspek pencegahan penyakit, termasuk anggaran untuk kampanye hidup sehat, skrening penyakit kanker, diet, olahraga dan lain-lain

b. Upaya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembiayaan pada strategi pengobatan saat ini, misalnya melalui peningkatan komunikasi antara klinisi dan pasien, atau mengurangi ketakutan pasien sehingga lebih taat pada pengobatan melalui pendekatan teknik-teknik psikologik, dan

c. Meningkatkan peran kelompok pendukung dan pusat kesehatan yang dikelola oleh masyarakat sendiri serta melibatkan individu dalam menangani masalah kesehatan mereka sendiri.

Ketiga, pendekatan pencegahan dan pendidikan memerlukan pandangan

yang sedikit berbeda tentang klien dan profesi yang terlibat dibanding

dengan ’“de‘ ked“kteran . Oleh karena itu, diperlukan penelitian-penelitian tentang gaya hidup (life-style) masyarakat kaitannya dengan perilaku individu, kesehatan dan kesakitan serta kondisi umum sosial-ekonomi.

(39)

39

sangat kuat dalam penelitian tentan tubuh manusia dan aspek-aspek teknis perawatan kesehatan.

P

RAGMATISME

:

K

OMBINASI

P

ENGGUNAAN

M

ETODE

K

UANTITATIF DAN

K

UALITATIF

Tidak semua ilmuwan kesehatan sependapat tentang gagasan untuk mengkombinasikan secara logik antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Perbedaan pendapat tersebut dapat didekatkan setelah ada pengertian bahwa kedua metode diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, seperti dalam hal pelayanan dan perwatan kesehatan.

Pragmatisme adalah suatu sistim filosofi yang menghindari spekulasi tentang ketidak jelasan abstraksi dengan mendefinisikan sesuatu atas dasar cara kerjanya. Dalam buku ini kami menganut pandangan pragmatisme, yaitu pemecahan masalah kesehatan melalui penekanan kombinasi cara-cara kuantitatif dan kualitatif.

Pengenalan pendekatan biopsikososial mengundang pertanyaan, bagaimana menggabungkan berbagai jenis metodologi penelitian yang relevan dalam penelitian kesehatan? Kita memandang pasien dengan dua kerangka pikir yang berkaitan. Pertama, penderita dilihat sebagai malfungsi sistim biologis, dan kedua, sebagai person (individu), --yaitu hidup dalam tatanan sosial yang juga berusaha menangani masalah kesehatan diri mereka sendiri.

(40)

40

variabel untuk menjelaskan terjadinya penyakit, atau memberikan intervensi atau pengobatan untuk mengilangkan variabel sebagai indikator penyakitnya. Pengobatan disini merupakan aplikasi teknis dalam teori ilmu pengetahuan, yaitu pengamatan kesudahaan (outcome) penyakit dan efektifitas pengobatan yang dilihat dalam kondisi terkendali.

Pandangan yang kedua ialah pandangan tentang pendekatan kualitatif atau interpretatif dalam penelitian kesehatan. Pasien perlu dilihat sebagai individu atau makluk sosial yang berusaha memahami dirinya sendiri secara subyektif dari pengalaman hidupnya serta alasan-alasan terhadap perbuatannya dalam hal-hal tertentu. Teori dikembangkan untuk menjelaskan sifat dan perekembangan tentang pandangannya secara personal, dan menjelaskan tindakan terapi yang bagi penderita memiliki nilai atau arti tersendiri.

Sebagai contoh adalah pada kasus penderita kanker berikut. Pada pendekatan jenis penelitan yang pertama, --metode kuantitatif--, pasien diobservasi menggunakan instrumen-instrumen secara kuantitatif yang relevan, misalnya diukur besarnya tumor, lokasi, dan seberapa jauh penyebaran ke organ tubuh lainnya. Mempertimbangkan sifat penyakit kanker saat ini, beberapa teknik pengobatan seperti pembedahan, radioterapi, kemoterapi terkait dengan ukuran-ukuran kuantitatif tersebut. Sedangkan prognosanya dapat dilihat dari sejauh mana tindakan tersebut dapat mengendalikan faktor-faktor berikut, seperti: tingkat nyeri yang diderita, turunnya berat badan, dan kelangsungan hidup setelah tindakan dilakukan.

(41)

41

hal ini seringkali terdapat konflik kepentingan, ialah nilai-nilai yang bersumber pada penderita dan pemberi pelayanan (klinisi).

Sebagai contoh umum adalah pemberian kemoterapi secara agresif dan radikal pada penderita kanker. Dari sudut pandang klinisi, tindakan radikal dengan pembedahan, kemoterapi dan radiasi mungkin lebih baik karena akan meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Namun dari sisi pasien dan keluarga, dengan tindakan tersebut penderitaan pasien sangat berat, sehingga menurunkan kualitas hidup penderita segera setelah dilakukan tindakan. Bahkan penderita sendiri yang seringkali tidak setuju untuk dilakukan tindakan tersebut karena takut penderitannya akan membebani keluarga mereka. Jadi dalam praktek dan penelitian klinik diperlukan integrasi bukti-bukti secara kuantitatif dan kualitatif untuk meningkatkan efektifitas perawatan kesehatan.

Meskipun terdapat perbedaan bagaimana ilmuwan memecahkan masalah penelitian ilmiah, Gambar 1.3 dan 1.4 berikut adalah prosedur umum dalam menyusun rencana penelitian (proposal) kuantitatif. Uraian dalam buku ini akan mengacu beberapa komponen dalam melakukan prosedur diatas, yaitu mencakup antara lain: penyusunan pertanyaan penelitian, perencanaan, rancangan penelitian, pengumpulan data, organisasi dan presentasi data, data analisis, interpretasi dari hasil penelitian, dan publikasi penelitian. Namun mengingat antara rencana penelitian dan kegiatan pelaksanaan penelitian seringkali tidak sama, maka buku ini akan menekankan beberapa hal pokok yang sekiranya harus dilalui dengan benar dan konsisten.

P

ENELITIAN DAN

P

RAKTEK

K

LINIS

(42)

42

menggunakan alat-alat yang mahal dan tim peniliti yang besar. Namum metodologi ini berlaku pula bagi semua jenis penelitian untuk menjawab segala bentuk pertanyaan dalam berbagi kondisi.

Penelitian terapan dibidang kesehatan difokuskan pada isu-isu prevalensi penyakit, manfaat dan akurasi alat diagnosa penyakit, dan efektivitas terapi pada penyakit tertentu. Penelitian terapan dilakukan untuk memproduksi hasil penelitian yang bermanfaat bagi kelompok profesi yang bekerja dibidang kesehatan.

(43)

43

R

INGKASAN

Ada beberapa metode yang umum dipakai dalam meneliti, menyatakan, dan menegakkan pengetahuan tertentu. Salah satunya ialah metodologi pengetahuan ilmiah yang menjadi pondasi dalam menentukan validitas diagnosa dan intervensi klinis dalam perawatan kesehatan modern. Metodologi pengetahuan ilmiah menerapkan aturan-aturan dan beberapa konvensi (kesepakatan) yang baku, sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan yang valid. Aturan-aturan tersebut terutama menyangkut bagaimana cara melakukan pengamatan dan menyusun kerangka teori serta hipotesa yang akan diajukan dan dievaluasi melalui penelitian.

(44)

44

Diagram1.3. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang penelitian, yaitu melalui langkah-langkah berikut:

Pertanyaan penelitian

Apakah yang akan menjadi pertanyaan penelitian ? Fenomena apakah yang diteliti dari subjek penelitian?

Latar belakang penelitian Mengapa pertanyaan itu penting?

Rancangan penelitian

Bagaimana penelitian akan dilaksanakan?

Subjek Penelitian

Siapa subjeknya? (sampling)

Bagaimana mereka akan dipilih? (kriteria inklusi dan eksklusi)

Variabel-variabel Penelitian

Pengukuran-pengukuran apa yang akan dilakukan? (variabel-variabel deskriptif, prediktif, dan outcome)

Kontrol kualitas

Bagaimana cara mengkaji akurasi informasi?

Persoalan-persoalan Statistik

(45)

45

Menulis protokol penelitian

Suatu versi yang diperluas dari hal diatas. Hal ini merupakan dokumen utama yang digunakan untuk perencanaan dan petunjuk selama

berbagai fase penelitian.

Petunjuk manual operasional

Kriteria dan instruksi, prosedur khusus, kuisioner dan hal-hal lain yang serupa sehingga semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian akan

(46)

46

Diagram 1.4: Tahapan dalam menyusun proposal penelitian kesehatan

 Pre-test atau studi pilot

 Sumberdaya Manusia

(47)

47

DAFTAR ISI

Bab 2 ... 1

Metode Ilmiah dalam penelitian kesehatan ... 1

Pendahuluan ... 1

Metodologi Ilmiah dan Keilmuan ... 2

Otoritas atau Kewenangan ... 2

Alasan Secara Logis (reasoning) ... 4

Intuisi ... 5

Metode Ilmiah dan Paham Positifisme ... 6

Masalah Penelitian ... 10

Hipotesis ... 14

Teori ... 19

Induksi ... 21

Deduksi ... 21

Sampling, observasi, deskripsi dan pengukuran ... 23

Observasi terkendali ... 24

Validitas ... 25

Menarik Kesimpulan ... 27

Verifikasi/falsifikasi ... 32

Kontroversi Metode Ilmu Pengetahuan: Post-Positifisme ... 33

Ketergantung Teori pada Hasil Pengamatan ... 33

Validitas Pendekatan Induksi ... 34

Apakah Komponen Falsifikasi? ... 35

Ilmu Pengetahuan dalam Kontek Budaya ... 36

Pragmatisme ... 39

Penelitian dan Praktek Klinis... 41

Gambar

Gambar 1.1: Penelitian ilmiah untuk menjelaskan kebenaran fakta
Gambar 1.2: Validitas Internal dan Eksternal

Referensi

Dokumen terkait

mendamaikan kedua belah pihak dengan cara mempertemukan para pihak untuk mediasi. Ketua Pengadilan Agama Rengat Bapak Drs. Muhdi Kholil, SH., M.A., M.M juga menyampaikan

Praktik mengajar terbimbing adalah praktik mengajar dimana praktikan masih mendapat arahan saat proses pembuatan komponen pembelajaran oleh guru pembimbing yang

yang terjual atau bagian atau bagian dari pendapata dari pendapatan. Penent Penentuan bauran uan bauran penju penjualan memungk alan memungkinkan inkan untuk mengkonversi

Tahap yang pertama adalah pengambilan data pengujian layanan keamanan hasil provisioning SBC terhadap serangan DOS, tahap yang kedua adalah pengambilan data

Peneliti melakukan penelitian dengan menyebar dua skala sekaligus, yaitu skala kenakalan remaja dan dukungan keluarga yang ditujukan kepada siswa-siswi SMP Negeri

Pembelajaran kelas gabungan atau juga disebut Pembelajaran Kelas Rangkap atau dalam istilah lain yaitu multigrade Teaching adalah suatu bentuk pembelajaran

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan kasih karuniaNya tesis yang berjudul “ NILAI KEGIGIHAN HIDUP SEORANG WANITA DALAM

Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan kata lain