• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Multigrade Class, Pendidikan Agama Kristen, sekolah dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Multigrade Class, Pendidikan Agama Kristen, sekolah dasar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

84 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8

Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Multigrade Class

(studi kasus di SDN 1 Adimulyo Singosari Malang) Siani Listio

Febrianus Kurnia Yusianto Email: Febri.yusi@gmail.com

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan sistem multigrade class. Penelitian ini didesain menggunakan pendekatan Studi Kasus (Case Study) untuk menemukan gambaran pola yang terkait dengan fenomena dan mengindentifikasi hubungan-hubungan yang memengaruhi fenomena. Jenis kajiannya adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case study) yang ditempuh karena keinginan peneliti untuk memahami kasus dalam seluruh kekhususan dan aspek kesederhanaannya. Paradima penelitian yang dibangun adalah kerangka pikir konstruksi sosial, yaitu berupaya memahami individu dan dunia tempat mereka bekerja. Hasil penelitian menemukan bahwa pelaksanaan PAK dalam Multigrade Class di SDN 1 Ardimulyo Singosari Malang mengidentifikasi dua permasalah utama dalam pembelajaran multigrade class di SDN 1 Adimulyo Singosari Malang, yaitu manajemen pengelolaan kelas rangkap dan karakteristik pelajaran PAK. Selanjutnya kedua permasalahan tersebut dapat dirinci menjadi empat hal, yaitu: (1) pembelajaran dilakukan pada saat jam pulang sekolah antara jam 11.00-12.00. Alokasi waktu ini tidak sesuai dengan jumlah jam seharusnya dimiliki pembelajaran PAK yakni 2 jam pelajaran (90 menit), (2) kelas dibagi dalam dua kelompok, kelas kecil (kelas 1-3) dan kelas besar (kelas 4-6). Pembagian ini hanya untuk pemberian tugas, dalam penyampaian materi baik kelas kecil maupun kelas besar mendapat materi yang sama, (3) penyampaian materi tidak efektif dalam kelas kecil, karena guru cenderung fokus kepada kelas besar, dan (4) karakteristik PAK memiliki tingkatan pengetahuan yang berbeda-beda sehingga sulit dilaksanakan dalam kelas berbeda dengan materi yang sama.

Kata kunci : Multigrade Class, Pendidikan Agama Kristen, sekolah dasar

Sistem pendidikan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut biasanya meliputi komponen yang terlibat dalam pendidikan, di antaranya: kompetensi guru, kualitas tenaga kependidikan, mutu pendidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, managemen pendidikan, metode dan strategi pembelajaran (Fauzi, 2012). Tujuan utama dilakukannya perubahan dalam sebuah sistem pendidikan adalah peningkatan mutu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan baik di tingkat lokal, nasioanal, maupun global (Mulyana, 2006: 4). Dari keseluruhan komponen yang terlibat dalam sistem pendidikan, menurut Mulyana (2006: 7) adalah kualitas pendidik, karena hasil pembelajaran bergantung pada kemampuan guru dalam mendesain dan

(2)

85 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8 melaksanakan pembelajaran. Oleh karenanya, guru dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan dinamika perkembangan kurikulum, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntutan kebutuhan lokal, nasional, dan global. Namun, fakta yang terjadi tidak hanya masalah kompetensi guru yang diklaim masih belum memenuhi standar kualifikasi, tetapi juga rasio kebutuhan guru dibanding dengan jumlah yang ada masih belum memenuhi kebutuhan, di samping juga penyebarannya yang tidak merata.

Khusus wilayah Kabupaten Singosari Malang, terdapat 428 guru sekolah dasar, sementara jumlah sekolah dasar negeri 49 sekolah, sekolah dasar swasta 6 sekolah dan madrasah ibtidaiyah ada 13 sekolah. Masalah lain yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah sebaran jumlah siswa sekolah dasar yang beragama Kristen di Kabupaten Songosari ada 102 siswa, namun untuk tingkat sekolah dasar negeri di Singosari tidak disediakan guru Pendidikan Agama Kristen karena jumlah guru yang beragama Kristen hanya ada tiga orang, yaitu satu orang guru SMK merangkap guru Agama Kristen, satu orang mahasiswa yang membantu mengajar agama Kristen dan satu orang guru kelas yang beragama Katolik merangkap sebagai guru agama Kristen. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai macam problematika dalam pelaksanaan pemebelajaran Pendidikan Agama Kristen di Kabupaten Singosari Malang.

Hal yang menarik adalah adanya Multigrade Class di SDN 1 Ardimulyo Kecamatan Singosari Malang. Sekolah tersebut melakasanakan Pendidikan Agama Kristen pada satu hari tertentu secara bersamaan, yaitu pada hari Jumat dan Sabtu. Hari Jumat yang diikuti oleh 11 anak dari kelas yang berbeda. oleh karenanya penelitian ini dilakukan dengan fokus untuk mengetahui bagaimana manajemen yang dilaksanakan oleh SDN 1 Adimulyo Singosari Malang. Manajemen yang dimaksud meliputi pengelolaan waktu, pembagian kelompok, penyampaian materi, metode, dan sistem evaluasi pelaksanaan PAK multigrade Class.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kaulitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menemukan gambaran yang terkait dengan fenomena dan mengindentifikasi hubungan-hubungan yang memengaruhi fenomena. Jenis kajiannya adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case study) yang ditempuh karena keinginan peneliti untuk memahami kasus dalam seluruh kekhususan dan aspek kesederhanaannya. Paradima

(3)

86 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8 penelitian yang dibangun adalah kerangka pikir konstruksi sosial, yaitu berupaya memahami individu dan dunia tempat mereka bekerja. Lokasi penelitian adalah SDN 1 Ardimulyo yang beralamat di Jalan Raya Ardimulyo yang merupakan jalan utama menuju Surabaya -Malang. Terletak di Desa Ardimulyo, Kecamatan Singosari, kode pos 65153 telp. 450160, Kabupaten Malang.

Sumber Data

Sumber data adalah tempat untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Sugiyono, 2013; 308). Sember data primer pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel sumber data primer

No Nama Responden Kode Jenis kelamin Usia Jabatan

1 Marliah, M,Pd.K M Perempuan 50 th Pengawas PAK

2 Bambang Hermanto,

M.A

BH Laki-laki 54 th Pengawas PAK

3 Sulisetyaning

Rahayu,M.Pd

SR Perempuan 56 th Kepala Sekolah

SDN Ardimulyo I

4 Kristiana Ani, S.Ag KA Perempuan 44 th Guru PAK, Guru

Agama Katholik, guru Kelas 2 SDN

1 Ardimulyo

Teknik Pengumpulan Data

Observasi dilakukan oleh peneliti ketika berada dalam kegiatan penelitian. Peran peneliti sebagai observer partisipatif karena peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang atau kelompok yang sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data. Wawancara dilakukan kepada informan dengan menggunakan tiga jenis wawancara, yaitu: (1) wawancara terstruktur dengan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban yang telah disediakan. Para responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data pencatatnya, (2) wawancara semi terstruktur untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dengan meminta pendapat dan ide-ide informan, dan (3) wawancara yang

(4)

87 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8 tidak terstruktur (unstructured interview), adalah wawancara yang bebas tanpa menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permaslahan yang akan ditanyakan. Data dokumen juga diambil dalam berbagai bentuk yang dianggap mendukung data- data lainnya.

Teknik Analisa dan Uji Keabsahan Data

Analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan. Aktifitas dalam analisis data, menggunakan teknik reduksi data, display dan verifikasi. Langkah analisa menggunakan model L. R. Gay, yaitu melakukan identifikasi tema dari data yang dikumpulkan secara induktif dari tema-tema yang besar menjadi tema-tema kecil, kemudian dibuat kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun hasilnya. Sedangkan interpratasi memggunakan interpetasi ruang dan waktu model Kridalaksana, yaitu konteks yang berupa aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, pengetahuan yang sama antara pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara (Hamzah, 2019). Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik member checking, yaitu melakukan pengecekan temuan bersama partisipan demi keakuratan temuan. Kegitan tersebut dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan. Dilakukan pula external audit, untuk menghindari bias atas hasil temuan dengan melakukan cek silang dengan seseorang di luar penelitian, yaitu seorang pakar budaya dan seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat yang memiliki kapasitas terhadap permasalahan yang diteliti (Creswell, 2009).

HASIL PENELITIAN

Hasil interpretasi mengidentifikasi dua permasalah utama dalam pembelajaran multigrade class di SDN 1 Adimulyo Singosari Malang, yaitu manajemen pengelolaan kelas rangkap dan karakteristik pelajaran PAK. Selanjutnya kedua permasalahan tersebut dapat dirinci menjadi empat hal berikut:

1. Pembelajaran dilakukan pada saat jam pulang sekolah antara jam 11.00- 12.00. Alokasi waktu ini tidak sesuai dengan jumlah jam seharusnya dimiliki pembelajaran PAK yakni 2 jam pelajaran (90 menit).

(5)

4-88 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8 6). Pembagian ini hanya untuk pemberian tugas, dalam penyampaian materi baik kelas kecil maupun kelas besar mendapat materi yang sama.

3. Penyampaian materi tidak efektif dalam kelas kecil, karena guru cenderung fokus kepada kelas besar.

4. Karakteristik PAK memiliki tingkatan pengetahuan yang berbeda-beda sehingga sulit dilaksanakan dalam kelas berbeda dengan materi yang sama.

PEMBAHASAN

1. Pentingnya Manajemen Multigrade Class

Multigrade Teaching sama artinya dengan mengajar di mana satu guru menginstruksi murid dari berbagai umur, tingkat dan kemampuan di saat yang bersamaan. Metode ini berbeda dengan monograde teaching di mana murid- murid di tingkat yang sama diterima dan disamakan dalam hal umur dan kemampuan. Ciri khas pembelajaran ini, guru dalam waktu bersamaan menghadapi dua atau lebih tingkatan kelas yang berbeda, bisa dalam satu ruangan atau lebih. Menurut Wardhani (1998), MGT merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih dalam saat yang sama dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. (Hendikawati, 2008: 57)

Pembelajaran kelas gabungan atau juga disebut Pembelajaran Kelas Rangkap atau dalam istilah lain yaitu multigrade Teaching adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. (Djalil Dkk, 2014: 4). Wing (2015:1) menjelaskan bahwa multigrade teaching “teaching

classes of students not only of different ages and abilities but also at different grade levels”. Mengajar kelas rangkap-mengajar kelas adalah siswa tidak hanya dari usia dan

kemampuan yang berbeda tetapi juga pada tingkat kelas yang berbeda.

Hasil penelitian menemukan bahwa guru mengalami kesulitan dalam pengelolaan mata pelajaran yang harus dipelajari secara bersamaan dengan level kelas yang berbeda. berdasar pada argumen efektititas dan efisensi dalam pembelajaran, seharunya guru cukup membuat satu program saja untuk kelas yang berbeda dengan tujuan dan hasil yang berbeda untuk kelompok yang berbeda. Bukan masalah kurikulumnya, tetapi rangkaian peningkatan tantangan dalam pembelajaran, sehingga akan terpenuhi kebutuhan siswa masing- masing kelas. Hal lain yang bisa dilakukan

(6)

89 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8 adalah guru cukup membuat satu jadwal yang terpadu (integrated), tidak perlu ada jadwal untuk tiap-tiap kelas secara berbeda-beda.

Mengelola pembelajaran di ruangan kelas rangkap dapat menggunakan strategi pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran berkelompok. Pembelajaran berkelompok merupakan cara yang paling efektif untuk menerapkan pembelajaran yang terpusat kepada siswa karena lewat berkelompok akan dapat terpenuhi kebutuhan siswa. Mengelompokan siswa memungkinkan mereka mengerjakan tugas yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan pembelajaran terpusat pada siswa bukan pada guru. Pendapat tersebut didukung oleh Lynne Hill (2005: 12) mengemukakan bahwa ada sejumlah strategi klassikal sangat efektif jika digunakan dalam pembelajaran kelas rangkap. Selanjutnya Katz (1992) mengembangkan tiga jenis model kelas rangkap, yaitu (1) combined grades, dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak, (2) continuous progress, kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi di mana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dan (3) mixed

age/multiage grouping, yaitu proses pembelajaran dan praktek kurikulum

memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur. 2. Pentingnya Strategi Pengelolaan Isi Pelajaran

Menurut Hendrikawati (2008; 60) guru harus memahami strategi pembelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran yang bermanfaat untuk kelas rangkap dan memilih satu strategi untuk diujicobakan dalam praktik mengajar. Guru harus dapat membuat kegiatan-kegiatan dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda, berdasarkan tema yang sama. Terlebih dahulu guru harus menyusun materi pelajaran secara bertingkat sesuai tingkatan kelas. kemudian membuat materi pembelajaran mandiri yang dirancang untuk siswa agar siswa belajar dan bekerja dalam grup mereka sendiri, dengan cara tersebut guru dapat memantau kemajuan siswa selama pembelajaran dan proses belajar mengajar dapat berlangsung lancar serta dinamis. Menurut Lynne Hill (2005: 8- 9) strategi tersebut dapat memberi kesempatan pada siswa untuk berasosiasi dan berkerja sama dengan siswa lainnya sesuai dengan keterampilan, kemampuan, minat, kepribadian dan umur, memperluas hubungan dan pengalaman sosial bagi siswa, mendorong pengembangan keterampilan sosial, siswa membentuk persahabatan berdasarkan hal lain selain umur dan siswa yang lebih tua dapat membantu siswa yang

(7)

90 | J u r n a l S T I P A K M a l a n g V o l u m e 1 N o 2 D e s e m b e r 2 0 1 8 lebih muda untuk belajar. Menurut Aria Djalil (2014;8) strategi pengelolaan yang tepat pada kelas rangkat dapat untuk memenuhi asas quantity (jumlah) dan equity (pemerataan), yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Dengan jumlah guru yang di miliki saat ini, dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar (quantity).

SIMPULAN

Penelitian ini menyimpulalkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Problematika pembelajaran kelas rangkap Pendidikan Agama Kristen di SDN 1 Adimulyo Singosari Malang, mengidentifiksdi dua madsalah pokok, yaitu majemen dan strategi pengeloaan isi pembelajaran.

2. Tawaran solusinya adalah pengembangan model manajemen Katz (1992) mengembangkan tiga jenis model kelas rangkap, yaitu (1) combined grades, dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak, (2) continuous progress, kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi di mana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dan (3) mixed age/multiage grouping, yaitu proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur.

3. Strategi pengelolaan isi dengan cara membuat kegiatan-kegiatan dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda, berdasarkan tema yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Djalil, Aria Dkk. 2014, Pembelajaran Kelas Rangkap. Semarang: UniversitasTerbuka Hill, Lynne. 2005. Panduan Pembelajaran Kelas Rangkap, UNESCO/UNICEF

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R & D, Bandung, Alfabetha

Wing, Clive 2015 Practical Tips for Teaching Multigrade Classes, Inclusive Learning

Friendly Environments. UNESCO Bangkok.

Hendikawati, Putriaji, 2008, Multigrade Teaching: Upaya Mengatasi Masalah

Pendistribusian Guru yang Tidak Merata di Indonesia. Surabaya. Lembaran

Ilmu Pendidikan jilid 37, UNNES.

Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kualitatf. Rekonstruksi Pemikiran Dasar. Malang: Literasi Nusantara.

Creswell, Jhon W. Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Edisi Ketiga Terjemah Ahmad Fawaid 2012, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Gambar

Tabel sumber data primer

Referensi

Dokumen terkait

Setelah Abu Bakar menjadi khalifah Rasulullah s.a.w yang pertama, beliau telah mengambil tindakan yang tegas, yaitu memberontak dari Islam (Murtad), lalu

4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.1 Maret 2001 Pengertian, Fungsi dan Aspek Otomotif.. Otomotif adalah kendaraan, yang berfungsi sebagai suatu

Maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan atau dapat dikatakan bahwa komisaris independen, kepemilikan manajerial, kualitas auditor,

Jumlah usaha dan atau kegiatan skala kecil yang menghasilkan air limbah (baik air limbah proses maupun air limbah

Format formal lebih mengarah pelaksanaannya kepada hukum positif, tetapi masyarakat adat lebih kepada hukum atas dirinya sendiri atau dikenal dengan karma

Forest Spider of South East Asia: With a revision of the sac and ground spiders (Araneae: Clubionidae, Corinnidae,.. Liocranidae, Gnaphosidae, Prodiodomidae and

Salah satu upaya yang dapat dicapai adalah pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang operasional khususnya dalam teori antrian, dengan pengambilan keputusan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)