• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan bersumberdaya Masyarakat di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan bersumberdaya Masyarakat di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

613 Ind p

P'EDOMAN P'ENY'ElENGGARAAN

UPAYA KES'EHATAN

B'ERSUMB'ERDAYA MASYARAKAT

DI DESA DAN K'ElURAHAN

SIAGA AKTIF

.-IS-,I

Q - Q ""

I

P-N

on

I dt .. {II-. .. .. . ­­­­­....­. oLV<l

9 1. T

( l r . iセセ N@ セ N@

__

J.o/f

Opt 0 rj •.. ••. . .

1+.. _

(" 3

iセ@

to

l<ementerian l<esehatan Berkerjasama dengan

Pokjanal Oesa dan l<elurahan Siaga Aktif Tingkat Pusat

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Dengan rahmat dan karunia Tuhan yang Maha Esa yang diberikan ke-pada  kita  sehingga  penyusunan  "Pedoman  Penyelenggaraan  Upaya  Kesehatan  Bersumberdaya  Masyarakat  Pemberdayaan  (UKBM)  di  Desa  dan  Kelurahan Siaga  Aktif" dapat terlaksana  dan diselesaikan. 

Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan dalam penyelengaraan  dan  pengembangan  UKBM  sebagai  upaya  pemberdayaan  masyarakat  bidang  kesehatan  serta  jenis  kegiatan  dan  penyelenggaraan  UKBM  bagi pemangku  kepentingan terkait di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/  Kota . 

Dala m menyusun  pedoman  ini, berbagai  pihak telah dilibatkan untuk  memberikan kontribusi dan masukan mengingat pengembangan, pem-binaan dan  penyelenggaraan berbagai  UKBM  di  masyarakat  memerlu-kan  integrasi dan koordinasi lintas program dan  lintas sektor sehingga  menjadi daya  ungkit terhadap pembangunan  kesehatan masyarakat. 

Mengingat bahwa  banyak sekali  variasi  dan  bentuk UKBM  di  masyara-kat,  sehingga  dalam  Pedoman  Penyelenggaraan  Upaya  Kesehatan  Bersumberdaya  Masyarakat  Pemberdayaan (UKBM)  di  Desa  dan 

Kelu -rahan  Siaga  Aktif ini belum  mengakomodirn  pemecahan  masalahnya . 

Oleh  karena  itu  masukan,  saran  serta  penyempurnaan  dari  berbagai  pihak sangat kami  harapkan. 

Semoga  pedoman  ini  dapat memberikan  manfaat dan  kami  ucapkan  terimakasih  kepada  semua  pihak  yang  terlibat  dalam  penyusunan  buku  ini . 

Jakarta,  September 2014   Kepala  Pusat Promosi Kesehatan  

Kementerian Kesehatan  RI  

dr.  Lily S.  Sulistyowati, MM 

PE"OOMAN PENY'ELENGGAnflAf4 (UJ(9M) 01 D£S:.ttI  0"""1  KElUR 4HAN SIAGA AKllF

(5)
(6)

DAFTAR lSI

Kata Pengantar Kepala Pusat Promosi Kesehatan iii  

Daftarlsi v

Bab I.  Pendahuluan 

A Latar Belakang 1

B. Dasar Hukum 3

C. Tujuan 4

Bab II. UKBM sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat  Bidang Kesehatan 

A Pengertian Pemberdayaan Masyarakat 5

B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 6

C. Pengertian UKBM 6

D. Tujuan UKBM 7

E. Lingkup kegiatan UKBM 8

F.

Penyelenggara UKBM 8

Bab III. Kegiatan UKBM 

A.Pas Kesehatan Oesa 11

B. Pas Pelayanan Terpadu 13  

C Pas Lanjut Usia 16  

O. Pas Pembinaan Terpadu Penyaklt Tida k Menular 17  

E. Pas Upaya Kesehatan Kerja 19  

F. Pa s Malaria Oesa 22

G. Pas TB Oesa 23

H. Pas Kesehatan Pesantren 24

Bab IV. Penyelenggaraan UKBM  

A Konsep Dasar Penyelenggaraan UKBM 28  

B. Manajemen ARRIF 29

C. Pendekatan . Strategi, dan Sistim Kerja Penyelenggaraan UKBM 42

D. Metoda Pemberdayaan 43  

(7)

E. Pelaksanaan Kegiatan UKBM 44

F. Langkah Pembentukan 63

G. Peran Pemangku Kepentingan 65

1. Pemerintah Pusat 65

2. Pemerintah Provinsi 65

3 Pemerintah Kab/Kota 66

4 Puskesmas 66

5 Kepala Desa atau Penanggungjawab setempat/lokal 66

6. Kader pelaksana 67

H. Pembiayaan UKBM 67

Bab V. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan UKBM

A Pelaksana 69  

B. Tahapan Pelaksanaan 69

Clndikator Keberhaslian 70

(8)

AS 

T

PENDAHUlUAN

A.

LATAR BELAKANG 

Oi akhir abad ke 20 yang lalu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memutuskan agenda besar pembangunan di seluruh dunia yang kemudian dikenal sebagai Millenium Development Goals (MOG'S) yang terdiri dari 8 (delapan) butir agenda, tiga di antara-nya mengenai bidang kesehatan, yaitu •

1. Reduce Child Mortality(pengurangan kematian Anak Balita),

2. Improve Maternal Health (perbaikan kesehatan Ibu),

3. Combat HI V/A IDS, Malaria And Other Disease (peperangan

terha-dap HIVjAIOS, Malaria, dan penyakit-penyakit lainnya) .

Terkait dengan hal ini, UU NO.17Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, menegaskan bahwa salah satu yang harus dipenuhi untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing maka pembangunan sumber daya manusia, yang ditandai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perlu ditingkatkan. Salah satu unsur penting bagi peningkatan IPM adalah derajat kesehatan.

Oalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuan pembangunan kesehatan, yang dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Oalam hubungan ini, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem

PEDOMAN P[NVElEHGGARAI\N rUKDM, 

1

(9)

Kesehatan Nasional, yang diartikan sebagai sistem pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya Artlnya , pegelolaan kesehatan tidak hanya menjadi tanggung Jawab pemerintah, tetapi Juga menuntut peran serta masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Masyarakat sebagai subyek sekaligus obyek pengelolaan UKBM pada umumnya seringkali menghadapi banyak keterbatasan kemampuan, baik yang menyangkut kesadaran, pengetahuan, dan ketrampilannya tentang kesehatan yang memerlukan pemberdayaan. Pemberdayaan ini menjadi penting karena pada akhirnya masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatan, baik yang dialaminya maupun yang dialami keluarga dan komunitas. Ketika masyarakat berdaya maka penanganan masalah kesehatan akan lebih efektif, efisien, dan tepat guna.

Oleh karena itu, Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya atas kesehatan . Perjalanan pemerintah dalam mendorong masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan masyarakat yang sehat tampaknya menjadi acuan dan inspirasi untuk menghidupkan kembali partisipasi aktif masyarakat di bidang kesehatan melalui proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan .

Lebih lanjut, Menteri Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 1529/MENKES/SK/X/20l0 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan keluarga Siaga Aktif, yang bertuJuan untuk percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah, serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri sehingga derajat kesehatannya meningkat

Terkait dengan hal ini, pengembangan UKBM, kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan . Upaya dimaksud dalam rangka meningkatkan penca-paian tahapan atau strata desa dan kelurahan siaga aktif, dari pratama, madya, purnama dan akhirnya ke mandiri.

"EMENTERIAN "ESEHATAN REPU8l1K INDONESIA

REkERJ" sjャッmaoengBBセ@ POK1ANAI. OFSA DAN
(10)

Sehubungan dengan pengembangan UKBM, Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar Di Pos Pelayanan Terpadu.

Adapun yang menjadi fokus kegiatannya, meliputi: 1) Pembinaan Gizi

2) Kesehatan Ibu dan Anak

3) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

5) Kesehatan Lanjut Usia 6) Bina Keluarga Balita (BKB)

7) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

8) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 9) Kesehatan Reproduksi Remaja

10) Peningkatan Ekonomi Keluarga

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 mor  125,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  No-mor  4437)  sebagaimana  telah  diubah  terakhir dengan  Undang-Undang  Nomor  12  Tahun  2008  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2008  Nomor  59,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor 4844); 

2.   Undang­Undang  Nomor  17  Tahun  2007  tentang  Rencana  Pem-bangunan Jangka  Panjang Nasional Tahun 2005­2025 (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2007  Nomor  33,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor 4700); 

3.   Undang­Undang  Nomor  36  Tahun  2009  tentang  Kesehatan  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Tahun  2009  Nomor 144·,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor 5063);  4   Peraturan  Pemerintah  Nomor  38  Tahun  2007  tentang 

Pemba- gian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Dae-rah  Provinsi,  dan  Pemerintah  Daegian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Dae-rah  Kabupaten/Kota  (Lemba-ran  Negara  Republik Indonesia Tahun  2007 Nomor 82,Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor4737); 

5.   Peraturan  Presiden  Nomor  72  Tahun  2012  tentang  Sistem  Ke-sehatan  Nasional; 

6.   Peraturan Menteri Kesehatan  No . 741/Menkes/SK/2010 Tentang 

(11)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabu-paten/Kota ; 

7  Peraturan  Menteri  Oalam  Negeri  No ,  19  Tahun  2011  Tentang  Pengintegrasian Layanan Sosial  Oasar Oi  Pos  Pelayanan Terpadu;  8,   Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor 2269 /Menkes/Per /X1/2011  tentang  Pedoman  Pembinaan  Perilaku  Hidup  Bersih  dan  Sehat  (Berita  Negara  Republik Indonesia Tahun  2011  Nomor 755);  9   Peraturan  Menteri Kesehatan  Republik Indonesia  No , 65  Tahun 

2013  Tentang  Pedoman  Pelaksanaan  dan  Pembinaan  Pember-dayaan  Masyarakat Bidang Kesehatan, 

10 , Keputusan  Menteri  Kesehatan  No , 1529/MENKES/ SK/2010  Ten-tang Pedoman  Umum Pengembangan Oesa  dan  Kelurahan Siaga  Aktif; 

C. TUJUAN

Memberikan  acuan  dalam  penyelenggaraan  dan  pengembangan  UKBM sebagai upaya pemberdayaan masyarakat  bidang kesehatan  serta jenis kegiatan dan penyelenggaraan UKBM bagi  pemangku ke-pentingan  terkait baik di  tingkat Pusat,  Provinsi, Kabupaten/Kota , 

kemei\iヲaiaセ@ kESEHArAN rHセubャiセ .HOOHeSIA

4

ae"ERIA SAM A DENGAN POKIANAL DESA DAN 

(12)

8AB 

II

PENGEMBANGAN

UPAYA KESEHATAN

BERSUMBERDAYA

MASYARAKAT

(UKBM)

A. P'ENG'ERTIAN P'EMB'ERDAYAAN MASYARAKAT

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian

community development (pembangunan masyarakat) dan

community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat). Tahap selanjutnya muncul istilah community driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau pembangunan yang digerakkan masyarakat. Pembangunan yang digerakkan masyarakat didefinisi-kan sebagai kegiatan pembangunan yang diputusdidefinisi-kan sendiri oleh warga komunitas dengan menggunakan sebanyak mungkin sumber daya setempat.

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengiden-tifi kasi masa la h yang d i hadapi, potensi ya ng dim i I iki, merencana ka n dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat .

Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif, dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif (berpartisipasi) dalam kegiatan dan program

(13)

kesehatan. Ditinjau dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan masyarakat serta fasilitator (pemerintah dan non-pemerintah) dalam pengambilan keputusan , perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian ke-giatan dan program kesehatan serta memperoleh manfaat dari keikut-sertaannya dalam rangka membangun kemandirian masyarakat .

Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal yang saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor eksternal dalam proses pemberdayaan masyalrakat adalah pendampingan oleh fasilitator pemberdayaan masya-rakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu menyelenggarakan UKBM secara mandiri dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

B. TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang ke-sehatan, secara  umum  ditujukan pada  meningkatnya kemandirian  masyarakat  dan  keluarga  dalam  bidang  kesehatan,  sehingga  ma-syarakat dapat memberikan  andil  dalam  meningkatkan derajat ke-sehatannya . 

Secara  khusus  pemberdayaan  masyarakat  bidang  kesehatan  ditu -jukan pada: 

1.  meningkatnya pengetahuan  masyarakat dalam 

bidang kesehat-an ; 

2.  meningkatnya  kemampuan  masyarakat  dalam  pemeliharaan  dan  peningkatan derajat kesehatannya sendiri; 

3  meningkatnya pemanfaatan fa silitas pelayanan  kesehatan  oleh  masyarakat;  

4  terwuJudnya  kelembagaan  UKBM .  

C_ PENGERTIAN UKBM

(14)

Untuk itu, UKBM sebagai salah satu wujud nyata partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan, yang berbasis pada potensi sumberdaya yang tersedia dan atau dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

Terkait dengan pengertian UKBM, terdapat beberapa konsep yang perlu dipahami, yaitu sebagai berikut:

1. Sumberdaya Masyarakat, yang meliputi :

a. Sumberdaya manusia yang berupa warga masyarakat yang diharapkan partisipasinya sebagai penyedia sarana/ prasarana, pengelola dan pelaku kegiatan, serta penerima manfaat perlingkatan kese-hatan masyarakat

b. Sarana/prasarana fisikyangdiperlukan bagi terselenggaranya peningkatan kesehatan masyarakat

c. Modaljuang, yang diperlukan bagi terselenggaranya pening-katan kesehatan  masyarakat 

d.   Kelembagaan,  yang  berupa  kelompok/organisasi ,  budaya  (nilai­nilai  perilaku,  norma,  kebiasaan),  da n  aturan­aturan  yang  dipatuhi  masyarakat  setempat  yang  bermanfaat  bagi  terselenggaranya  peningkatan kesehatan  masyarakat 

2.   Penerima manfaat, meliputi: 

a.   Warga  masyarakat beserta  segenap anggota  keluarganya.  b.   Kelompok keluarga (DASAWISMA) 

c.   Kelompok  masyarakat,  Generasi  Muda  (Karang  Taruna),  Kelompok  Perempuan  (PKK),  dan  Kelompok  Sosial/Masya-rakat yang lain 

d.   Tokoh  Masyarakat dan atau Tokoh  Potensial yang lain  e.  Organisasi  Kemasyarakatan ,  Organisasi  Profesi,  Lembaga 

Swadaya Masyarakat, dll 

3.  Pelaku  atau  Fasilitator, yaitu  pribadi atau  individu yang  berasal  dari  (dalam  dan  atau)  masyarakat,  yang  diharapkan  dapat  mem beri kan penda m pi ngan da n memfasilitasi terselenggara nya  peningkatan  kesehatan masyarakat. 

D. TUJUAN UKBM

Pengembangan  UKBM  bertujuan  untuk  menyadarkan,  meng-gerakkan,  dan  mengembangkan  partisipasi  masyarakat  untuk  berswadaya  secara  mandiri  untuk  berinisiatif  mengembangkan 

PE OOMAN PENYElEN GGARAAN (UKOM)

(15)

dan mengelola upaya pemeliharaan kesehatan keluarga dan masyarakatnya secara berkelanjutan .

Melalui UKBM, masyarakat dibiasakan untuk menyadari bahwa masalah kesehatan adalah masyarakat mereka sendiri yang harus pecahkan sendiri bersama-sama segenap warga masyarakatnya, dengan atau tanpa dukungan pihak luar (pemerintah atau LSM)

E. LINGl<UP l<EGIATAN U1<BM

Kegiatan utama dari UKBM adalah pemeliharaan kesehatan keluarga dan masyarakatnya , baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu, melalui UKBM, masyarakat juga terus-menerus melakukan proses belajar bersama untuk meningkatkan pengetahuan , sikap, dan keterampilannya dalam menangani masalah-masalah kesehatan.

Oalam UKBM juga perlu dikembangkan kegiatan produktif yang hasllnya dapat digunakan untuk pengelolaan UKBM, pengumpulan dana sehat, dan kegiatan pendukung pemeliharaan kesehatan yang lain (perbaikan gizi keluarga, kesehatan lingkungan, dll).

F. PEMBINA Ul<BM

Pembina UKBM sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Men-teri Oalam Negeri No. 140/1508/Sj Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Fo-rum Oesa dan Kelurahan Siaga Aktif Oaerah, ditujukan Gubernur, Bupati dan Walikota. Kelompok Kerja Operasional Oesa dan Ke-lurahan Siaga Aktif dibentuk di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota , serta Forum Oesa dan Kelurahan Siaga Aktif yang dibentuk di tingkat Kecamatan , dan Oesa/Kelurahan

1. Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) 

Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Oesa atau Kelurahan Siaga yang selanJutnya disebut POKjANAL Oesa atau Kelurahan Siaga adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mem-punyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/penge-lolaan Oesa atau Kelurahan Siaga Aktif yang berkedudukan di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

セf NヲNiisniャGaiah@ I\tSEHAIAN REP UBlIK INOONES rA

8

bヲkセrja@ SAMA DENGAN poセianal OES"A OAN

(16)

2.  Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif 

a. Forum Desa atau Kelurahan Siaga Aktif tingkat kecamatan adalah adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/ pengelolaan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif yang berkedudukan di Kecamatan.

b. Forum Desa atau Kelurahan Siaga Aktif tingkat Desa/ Kelurahan adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/

pengelolaan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif yang

berkedudukan di Desa atau Kelurahan.

3.  Pengelola Desa atau Kelurahan Siaga Aktif 

Pengelola Desa atau Kelurahan Siaga Aktif, adalah sekelompok anggota masyarakat dan organisasi kemasyarakatan lainya yang dipilih bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk men-gelola  kegiatan  yang  ada  di  Desa  atau  Kelurahan  Siaga  Aktif,  berkedudukan di desa  atau kelurahan. 

Terkait  dengan  Penyelenggara  UKBM  tersebut,  proses  pemben-tukan,  organisasi,  maupun  tugas  POKJANAL  dan  Forum  Desa  dan Kelurahan Siaga Aktif  telah diatur dalam Surat Edaran Men-teri Dalam  Negeri  No. 140/1508/SJ Tahun 2011  tersebut. 

(17)
(18)

B

BIll 

JENIS KEGIATAN UKBM

Oalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini, telah tumbuh dan berkembang berbagai upaya kesehatan ber-sumberdaya  masyarakat (UKBM) 

Oalam  Bab  ini, bahasan  tentang UKBM akan  dipusatkan pada:  1)  Pas  Kesehatan  Oesa  (Paskesdes) 

2)  Pelayanan Terpadu  (POSYANOU)  3)  Pas  Lanjut Usia  (POS  LANSIA)  4)  Kelampak Pemakai Air (POKMAIR) 

5)  Pas  Pembinaan Terpadu  PTM  (POSBINDU  PTM)  6)  Pas  Upaya  Kesehatan  Kerja  (POS  UKK) 

7)  Pas  Malaria Oesa  (POSMALOES)  8)  Pas  TB  Desa 

9)  Pas  Keseha ta n Pesa n tren (Pas kes tren) 

A.

POS KESEHATAN DESA (POSKESDES)

1. PENGERTIAN

Paskesdes,  singkatan  dari  Pas  Kesehatan  Desa,  adalah  UKBM  yangdibentukdi desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan  pelayanan  kesehatan  dasar  bagi  masyarakat  desa.  Paskesdes  dibentuk sebagai sarana  kesehatan yang merupakan pertemuan  antara upaya  masyarakat dan dukungan Pemerintah. Paskesdes  juga  merupakan  kaardinatar  segala  UKBM  yang  ada  di  suatu  desa  atau kelurahan. 

2. TUJUAN

a.  Tujuan  umum 

Mewujudkan masyarakat sehat yang siaga terhadap masalah  kesehatan. 

b.   Tujuan khusus 

Terselenggaranya  desa  dan  kelurahan  siaga  aktif  dengan  adanya  pelayanan  kesehatan  dasar yang dekat masyarakat  Memberdayakan  masyarakat  agar  dapat  mandiri  di  bidang  kesehatan . 

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. 

(19)

Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terha-dap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan

3. FUNGSI

Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan . Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan .

Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan. Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa .

Sebagai langkah awal dalam upaya pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif

4. MANFAAT

a. Bagi Masyarakat Desa

Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada . Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau (secara geografis).

b. Bagi Kader

Kader mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan. Kader mendapatkan kebanggaan bahwa dirinya lebih berkarya bagi warga desanya.

S. TEMPAT

Poskesdes berada di tingkat desa, kelurahan, nagari, atau sebutan lainnya bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa . Poskesdes dapat berlokasi di gedung Polindes, balai pertemuan desa, atau gedung mandiri yang diupayakan dengan pembiayaan swadaya masyarakat, donatur, atau fasilitasi pemerintah

6. KEGIATAN

Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang dilaksanakan di Poskesdes adalah :

(20)

b. Pelayanan kesehatan untuk Ibu menyusui, c. Pelayanan kesehatan untuk Anak

d. Penemuan dan penanganan penderita penyakit

B. POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)

1. PENGERTIAN 

POSYANDU adalah salah satu UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB.

POSYANDU mulai dlkembangkan pada tahun 1985 berdasarkan Surat Keputusan Bersama : Mendagri/ Menkes/kepala BKKBN . Masing-masing Nomor 23 tahun 1985, nomor 21/Men.Kes/lnstB./ IV/1985, dan nomor 112/HK-0l1/A/1985 tentang penyelenggaraan POSYANDU.

2.  TUJUAN 

a. Tujuan Umum

menunjang mempercepat penurunan angka kematian Ibu, Bayi dan Balita di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat

b. Tujuan Khusus

meningkatnya peran masyarakat dan lintas sektor dim penyelenggaraan upaya kesehatan dasar terutama terkait penurunan AKI dan AKB, serta meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar utk menurunkan AKI dan AKB.

3.  SASARAN 

Bayi; Balita; Ibu hamil, Ibu melahirkan , Ibu nifas dan Ibu menyusui; Pasangan Usia Subur (PUS)

4.   FUNGSI POSYANDU 

Wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB

(21)

S.  KEGIATAN 

a. Kegiatan Utama

Kesehatan Ibu dan Anak, antara lain penyuluhan kesehatan, pemeriksaan Ibu hamil, Bayi dan Balita; Keluarga bereneana,antara lain penyuluhan KB, pelayanan kontrasepsi (kondom dan pi I);

Gizi, antara lain penyuluhan gizi dan ASI, penimbangan bayi dan balita, pemberian vitamin A;

Imunisasi, antara lain imunisasi dasar Bayi, imunisasi Ibu hamil (oleh petugas Puskesmas);

Pemberantasan Diare, antara lain penyuluhan PHBS, pemberian Oralit

b. Kegiatan Tambahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar Di Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), kegiatan di POSYANDU diintegrasikan dengan kegiatan sosial dasar lain, yang meliputi :

Pembinaan Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kesehatan Lanlut Usia Bina Keluarga Balita (BKB)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pereepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpeneil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial;

Kesehatan Reproduksi Remaja Peningkatan Ekonomi Keluarga

6.  MANFAAT 

a Masyarakat dapat dengan mudah mendapat info dan pelayanan kesehatan dasar, mendapat bantuan profesional terkait KIA, efisiensi mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain;

b. Kader, Toma dan Pengurus Posyandu mendapat info terkini terkait KIA, mewuJudkan aktualisasi diri dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait KIA; ( Dapat mengoptimalisasi fungsi puskesmas, dapat lebih

iHemエZNイ[Zイ{rヲセn@ ... エZUャZZセaエan@ Rfl-lUUlIk INDONESIA

1 4 

REKERJA SAM'" オengaセ@ セokjanaloesa@ DAN
(22)

3

4

5

6

8

spesifik membantu masyarakat, meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana;

d. Sektor Lain dapat lebih spesifik membantu masyarakat untuk pemecahan masalah sektor terkait KIA;

7.   LOKASI  PELAKSANAAN 

Oi setiap desa/kelurahan/nagari, bila mungkin di setiap RW, dusun atau sebutan lain yang sesuai. Sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau masyarakat. contoh : di rumah warga, halaman rumah balai desa/kelurahan, balai RW/RT/ dusun, mall, dll.

8.  WAKTU  PELAKSANAAN  POSVANDU 

Posyandu buka satu kali dalam sebulan dengan hari dan waktu sesuai dengan kesepakatan. Namun, jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebu lan.

9 .  TINGKAT PERKEMBANGAN POSVANDU 

Oalam pengembangannya, Posyandu terbagi menjadi 4 tingkatan sesuai dengan capaian indikatornya

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

Frekuensl < 8 >8 >8 >8

Pen imbangan

Rerata Tugas <5 .. 5 ",5 .. 5

Kader

Rerata < 50 % <50% ", 50% >:50%

Cakupan DIS

Cakupan < 50% <50% ..50% >: 50%

Kumulatlf KIA"

Cakupan ( 50 % < 50% セUP@ % .. 50%

Kumulatif KB

Cakupan <50 % <50% ", 50 "10 250%

Kumulatlf Imunisasi

7 Program + +

Tambahan

Cakupan Dana < 50 % ( 50% ( 50 % ",50%

Sehat

(23)

C.

pセs@ LANJUT USIA (POS LANSIA)

1.  PENGERTIAN 

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia (POS LANSIA) adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejah-teraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. Dalam praktek, POSYANDU Lan-jut Usia merupakan salah satu program yang pengembangan melalui pemberdayaan POSYANDU Terintegrasi.

2 . SASARAN 

POS LANSIA, merupakan upaya untuk menjaga, merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan bagi Kelompok Lanjut Usia yang dimulai dari pra lansia (45-59 tahun) dan lansia yang berusia 60 tahun ke atas)

3 . KEGIATAN 

Mengukur tingkat kemandirian lansia melalui pemeriksaan kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental emosional, penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan Index Massa Tubuh (IMT), kegiatan Pemeriksaan sederhana (tekanan darah, gula darah, HB dan urine), pemberian vitamin, dan lain - lain, kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan), senam, pemberian informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain -lain sesuai kebutuhan)

4. LOKASI 

Tidak harus mempunyai gedung khusus melainkan bisa

BBemeGセイeriah@ KE51:HAtAH A.EPUULI;.mOONI:.SI.. 

1

6

BEKERJA SAMA DENGAN POKJANAL DESA DAN
(24)

menempati yang sudah disepakati oleh masyarakat atau di Posyandu yang ada.

5.  WAKTU 

Kegiatan Pos Lansia dilaksanakan minimal 1 bulan sekali

atau lebih sesuai dengan kesepakatan masyarakat, kegiatan dilakukan dengan dampingan oleh petugas kesehatan.

D. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular  (POSBINDU PTM) 

1. PENGERTIAN 

POSBINDU PTM merupakan suatu bentuk kegiatan Promosi

Kesehatan untuk meningkatkan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular guna menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular secara terpadu, komprehensif dan terintegrasi dengan melibatkan stakeholder, masyarakat dan pemerintah .

POSBINDU PTM merupakan peran serta masyarakat dalam

melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor

resiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,

dan periodik Faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol , pol a makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, Obesitas, stres, Hipertensi, Hiperglikemi, Hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseli ng kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayana kesehatan dasar. Kelompok

PTM Utama adalah Diabetes Melitus (OM), Kanker, penyakit

Jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit Paru Obstruktif kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

2.  TUJUAN 

a. Tujuan Umum

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor resiko.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan dukungan kebijakan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pencegahan faktor risiko Penyakit Tidak Menular;

p{domセn@ PENi[lCNG"ARAAN (UI<.S J

(25)

Meningkatkan aksi nyata dari berbagai komponen di masyarakat dalam pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait perilaku tidak merokok, aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi sayur dan buah dalam upaya pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masya-rakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko PTM.

3.  SASARAN 

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas

4.   WAKTU  PENYELENGGARAAN 

Posbindu PTM diselenggarakan sebulan sekali, bila diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama sarasehan dan lainnya

5.   LOKASIPELAKSANAAN 

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olahraga, pertemuan organisasi politk maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada

Dapat dilaksanakan di salah satu rumah warga, balai desa/ kelurahan, salah satu kiosdi pasar, salah satu ruangperkantoran/ klinik perusahan, ruang khusus di sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan tempat ibadah.

6.  KEGIATAN 

Dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan disebut sistem 5 meja, namun dalam situasi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

(26)

a. Penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara

seder-hana  tentang  riwayat PTM pada  keluarga  dan  diri  peserta, 

aktifitas fisik,  merokok, kurang makan  sayur dan  buah,  potensi  terjadinya  cedera  dan  kekerasan  dalam  rumah  tangga,  serta  informasi  lainnya  yang  dibutuhkan  untuk identifikasi  masalah  kesehatan  berkaitan dengan terjadinya PTM; 

b.   Pengukuran  berat  badan,  tinggi  badan,  Indeks  Massa  Tubuh(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan  darah; 

c.   Pemeriksaan  fungsi  Paru  sederhana; 

d.   Pemeriksaan gula darah bagi  individu sehat;  e.   Pemeriksaan  kolesterol total dan  trigliserdia  f.   Pemeriksaan  IVA (Inspeksi Visual Asam  Asetat) 

g.   Pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan  tes amfemin urin  bagi  kelompok pengemudi  umum 

h.  Konseling dan  penyuluhan 

I.  Aktifitas fisik dan  atau olahraga  bersama  

j  Rujukan  ke  fasilitas layanan  kesehatan  dasar  

7.   PELAKU  KEGIATAN 

Dilakukan  oleh  kader  kesehatan  yang  telah  ada  atau  beberapa  ora ng da ri  masi ng ma isng kelom pok/orga nisasi/lembaga/tempa t  kerja  yang  bersedia  menyelenggarakan  Posbindu  PTM,  yang  dilatih  secara  khusus  dibina  dan  difasilitasi  untuk  melakukan 

pemantauan faktor resiko PTM di  masing maisng kelompok atau 

organisasinya. 

t .  POS UPAYA KtStHATAN KtRJA (POS UKK)  1.   PENGERTIAN 

Pos  UKK  adalah  wadah  dari  serangkian  upaya  pemeliharaan  kesehatan  pekerja  yang  terencana,  teratur  dan  berkesi-nambungan  yang  diselenggarakan  dari,  oleh  dan  untuk  masyarakat  pekerja.  Pos  UKK  adalah  bentuk  UKBM  yang  memberikan  pelayanan  kesehatan  dasar  (primary  health  care)  bagi  masyarakat  pekerja  terutama  pekerja  informal  Pos  UKK  dibentuk  untuk  meningkatkan  kesehatan  pekerja  sehingga  dapat meningkatkan produktivitas kerja. 

2 .  TUJUAN 

a.  Tujuan  Umum 

(27)

b. Tujuan Khusus

meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja , untuk menolong dirinya sendiri, meningkatnya pelayanan kesehat-an  kerja  yang  dilaksanakkesehat-an  oleh  kader,  masyarakat  pekerja,  dan  tenaga  kesehatan  yang  terlatih  kesehatan  kerla ,  meningkatnya  kewaspadaan  dan  kesiapsiagaan  masyarakat  pekerja  terhadap  resiko  dan  bahaya  akibat kerja  yang dapat  menimbulkan gangguan kesehatan, meningkatnya dukungan  dari  pengambil  kebijakan  terhadap  Pos  UKK,  meningkatnya  peran  aktif  lintas  program  dan  lintas  sektor  terkait  dalam  penyelenggaraan  Pos  UKK . 

3.  LOKASI 

Pos  UKK  dapat  dibentuk  di  lokasi  kelompok  pekerja  dengan  jumlah  pekerja  minimal  10  sampai  paling  banyak  50  pekerja 

dan  diutamakan  dari  jenis  pekerjaan  yang  sama .  Contoh  di 

kelompok  pertanian,  nelayan,  perkebunan,  kaki  lima,  pasar  tradisional,  kawasan  dan  sentra  industr i,  perajin,  transportasi,  industri rumah  tangga dsb. 

4. MANFAAT pセs@ UKK 

a  8agi  Masyarakat  Pekerja  Permasalahan  kesehatan  kerja 

dapat  dideteksi  secara  dini,  dan  masyarakat  pekerja  dapat  memperoleh  pelayanan  kesehatan  kerja yang dijangkau  b.   Bagi  Kader  Kesehatan  • mendapatkan  informasi  lebih  awal 

tentang kesehatan  kerja,  serta  mendapat kebanggan. 

c. Bagi  Puskesmas  • memperluas jangkauan  pelayanan 

Puskes-mas  serta  dapat  mengoptimalkan  fungsi  PuskesPuskes-mas  utama-nya  pember­dayaan  masyarakat 

d.   Bagi  Sektor  Lain  dapat  memadukan  kegiatan  sektornya 

utamanya  yang  berkaitan  dengan  kesejahteraan,  serta  kegiatan  pemberdayaan  masyarakat  dapat  dilakukan  lebih  efektif dan  efisien 

5.  PELAYANAN YANG  OIBERIKAN  a.   Pelayanan  Promotif 

Perilaku  Hidup Bersih  dan  Sehat (PHBS)  Penyuluhan Kesehatan  Kerja 

(28)

Sarasehan untuk melakukan poerubahan menuju norma sehat dalam bekerja

Pencatatan dan pelaporan

b. Pelayanan Preventif

Mendata jenis pekerjaan agar dapat mengetahui risiko yang mungkin timbul

Pengenalan risiko bahaya di tempat kerja

Penyediaan contoh dan kepatuhan penggunaan APD Mendorong upaya perbaikan lingkungan kerja seperti perbaiakan aliran udara, pengelahan limbah cair dan perbaikan ergonomi

Membantu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala (oleh petugas puskesmas)

c.

Pelayanan Kuratif

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan P3P Pencatatan dan pelaporan

Khusus pada pekerja wanita dalam memberikan pelayanan perlu dikaitkan dengan kesehatan reproduksi, pemanfaatan ASI dan penggunaan kontrasepsi (KB)

6.  PELAKSANA KEGIATAN 

Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh kader kesehatan kerja yang sudah dilatih yang difasilitasi Petugas Kesehatan . Kader kesehatan kerja adalah anggota masyarakat/kelompok pekerja yang dipilih dari dan oleh masyarakat pekerja setempat, dapat membaca dan menulis huruf latin , tinggal di lingkungan tempat kerja tersebut, serta mau dan mampu bekerja untuk masyarakat pekerja di lingkungan secara sukarela .

7.   PERSYARATAN  PEMBENTUKAN 

a. Ada kelompok pekerja yang membutuhkan pelayanan kesehatan kerja

b. Ada keinginan masyarakat pekerja membentuk Pos UKK

c.

Ada kesediaan masyarakat pekerja menjadi kader Pos UKK d. Ada tempat yang memadai untuk dijadikan Pos UKK yang

dilengkapi dengan papan nama Pos UKK untuk melakukan kegiatan

(29)

e. Tersedianya pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) kit dan pertolongan pertama pada penyakit (P3P) kit

f. Tersedia contoh Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerja sesuai dengan jenis pekerjaanya

g. Timbangan badan dan alat pengukur tinggi badan h. Meja, kursi , tempat tidur dan lemari obat

I. Adanya buku pencatatan dan pelaporan

j. Adanya buku panduan dan media penyuluhan k. Alat tulis

Persyaratan dari a hingga f mutlak harus dipenuhi sebelum Pos UKK dibentuk dan persyaratan yang lain dilengkapi secara bertahap .

F. POS MALARIA OESA (POSMALOES)

1. PENGERTIAN 

Pos Malaria Desa adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan Malaria yang diben-tuk  dari,  oleh  dan  undiben-tuk  masyarakat  secara  mandiri  dan  berkelanjutan. 

POSMALDES  merupakan  upaya  menumbuhkan  kesadaran,  kemauan,  kemampuan  masyarakat  dalam  upaya  Eliminasi  Malaria.  Setelah  masyarakat  memperoleh  pengetahuan  yang  cukup  tentang  penyakit  Malaria  dan  pencegahannya,  maka  diharapkan  terbangun  mobilisasi  masyarakat  untuk melakukan  penemuan  dini  kasus  Malaria  di  masyarakat  melalui  kegiatan  POSMALDES. 

2.  TUJUAN 

a.  Tujuan  Umum 

POSMALDES  adalah  terwuJudnya  masyarakat  yang  hidup  sehat  dan  terbebas  dari  Malaria  secara  bertahap  sampai  tahun 2030 . 

b.  Tujuan  Khusus 

(30)

Meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam pengendalian Malaria.

Meningkatkan kesadaran dan aksi nyata para mitra untuk berperan aktif dalam Eliminasi Malaria.

Meningkatkan penyebarluasan informasi melalui media massa lokal.

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya pencegahan Malaria.

G. POS TB DESA 1. PENGERTIAN

Pos TB Desa adalah salah satu bentuk kemitraan yang menjadi bagian dari kegiatan Desa atau Kelurahan Siaga. Pos TB Desa lebih ditekankan dalam bentuk kegiatan pelayanan dan tidak harus memerlukan adanya sarana fisik khusus tetapi dapat memanfaatkan sarana yang telah tersedia di desa tersebut.

Pos TB Desa dikatakan aktif apablla terdapat

sekurang-kurangnya  ada  5  (lima)  kader  dan 1 (satu)  petugas  kesehatan 

serta  sekurang­kurangnya  melaksanakan  3  (tiga)  kegiatan  di  Poskesdes,  Posyandu,  Dasawisma dan  UKBM  lainnya 

2 . TUJUAN

a.   Tujuan  Umum 

Memperluas  jangkauan  dan  mendekatkan  pelayanan  TB  bagi  masyarakat  di  daerah  yang  sulit  dijangkau  dalam  rangka  meningkatkan  pencapaian  keberhasilan  program  Pengendalian  TB  yang  terintegrasi  di  Poskesdes  dan  UKBM  lainnya 

b.   Tujuan  Khusus 

Meningkatkan  dukungan  kebijakan  dalam  pengendalian  TB  dari  para  pengambil  keputusan  di  pusat,  provinsi  dan  kabupaten/kota. 

Meningkatkan  kapasitas  tenaga  kesehatan  di  fasilitas  pelayanan  kesehatan  khususnya  rumah  sakit  dalam  penerapan strategi DOTS. 

Meningkatkan  pengetahuan, sikap dan  perilaku  masyara­

(31)

kat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB. Meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam Pengendalian TB.

Meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara terkoordinasi dan berkesinambungan.

3 .  LOKASI 

Pos TB Oesa tidak harus mempunyai gedung khusus melainkan bisa terintegrasi dengan sarana pelayanan kesehatan atau UKBM yang ada seperti Puskesmas Pembantu, Poskesdes atau Posyandu.

H. Pos  Kesehatan Pesantren (Poskestren)  1.  PENGERTIAN 

Poskestren merupakan salah satu wujud UKBM di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabalkan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan Puskesmas setempat.

2 .  TUJUAN 

a. Tujuan Umum

MewuJudkan kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam ber-Perllaku Hidup Bersih dan Sehat.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan pengetahuan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan, meningkatkan sikap dan PHBS bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya; meningkatkan peran serta aktif warga pondok pesantren dan warga masyarakat sektarnya dalan penyelenggaraan upaya kesehatan; dan memenuhi layanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.

3 .  SASARAN 

(32)

masyarakat, petugas kesehatan dan stakeholderslainnya

4.  FUNGSI 

Wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dalam alih informasi pengetahuan dan ketrampilan, dari petugas kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dan antar sesama pondok pesantren dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat; sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya, sebagai wadah pembelajaran tentang nilai dan ajaran agama Islam dalam menghadapi permasalahan kesehatan .

5.  KEGIATAN 

a Pelayanan kesehatan dasar yang mengutamakan upaya promotif (konseling kesehatan, penyuluhan kesehatan, olahraga teratur, lomba lingkungan bersih dan sehat, mading poster) dan preventif (pemeriksaan kesehatan berkala, penjaringan kesehatan santri, Imu nisasi, kesehatan lingkungan dan kebersihan diri, pemberantasan nyamuk dan sarangnya, penyediaan dan pemanfaatan air bersih , deteksi dini dan gangguan jiwa dan NAPZA) tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif dalam batas kewenangan Poskestren.

b Pemberdayaan santri sebagai kader kesehatan (santri husada) dan kader siaga bencana (santri siaga bencana)

6.  MANFAAT POSKESTREN 

a 8agi Pondok pesantren

Tersedianya layanan dan akses kesehatan dasar, penyebaran informasi kesehatan, pengembangan dan perluasan kerja sama pondok pesantren dengan instansi terkait, terpeliharanya sarana sanitasi lingkungan

b Bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan pelayana kesehatan dasar, memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan, mendapat informasi awal tentang kesehatan, dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi

(33)

c

warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar Bagi Kader Poskestren

Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan , dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu

warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar

dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya .

d Bagi Puskesmas

Oapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama , dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakatnya, meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan kesehatan secara terpadu.

e Bagi Sektor Lain

Oapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan

masyarakat sekitarnya, meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai tugas dan fungsi masing-masing sektor.

7. lOKASIPENYElENGGARAN

Oi lingkungan pondok pesantren, dimana sekurang- kurangnya ruangan tersebut dilengkapi dengan tempat pemeriksaan, tempat konsultasi, tempat penyimpanan obat dan ruang tunggu serta sarana peralatan dan obat-obatan

8. WAKTU PELAKSANAAN

(34)

BAB  I 

I

PENYElENGGARAAN UKBM

UKBM sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di bidang

[image:34.595.48.336.238.479.2]

kesehatan, secara umum bertujuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat, yang diawali dengan keinginan untuk berubah sampai pada turnbuhnya kompetensi untuk berubah.

Gambar 1. Siklus Pemberdayaan 

Terkait dengan itu, setiap upaya perubahan, selalu mengikuti tahapan-tahapan kegiatan dari: penyadaran, pengorganisasian , pelatihan, aksi-nyata, advokasi, hingga penguatan posisi-tawar.

PEOOMl\N PENY£lEH(jriARAAN f UK8Mj

2 7 

(35)

Melalui SMD seperti itu, selain masyarakat akan menyadari keadaan mereka sendiri, juga dimaksudkan untuk memperoleh dukungan dari penetu kebijakan dan elit masyarakat di tingkat lokal (Kepala Desa , Tokoh Adat, Rohaniawan, Cerdik-pandai, politisi, pelaku usaha, LSM, dll)

b. Participatory Rural Appraisal (PRA)

PRA, merupakan penyempurnaan dari RRA (Rapid Rural

Appraisal) atau penilaian keadaan secara partisipatif.

Berbeda dengan RRA yang dilakukan oleh (sekelompok) Tim yang terdiri dari "orang luar", PRA dilakukan dengan lebih banyak me libatkan "orang dalam" yang terdiri dari semua

stakeholders (pemangku kepentingan kegiatan) dengan

difasilitasi oleh orang-Iuar yang lebih berfungsi sebagai "nara sumber" atau fasilitator dibanding sebagai instruktur atau guru yang "menggurui."

PRAmerupakan metoda penilaian keadaansecara partisipatif, yang dilakukan pada tahapan awal perencaanaan kegiatan, yang meliputi:

1) Analisis Keadaan yang terjadi di masa lalu, sekarang dan di masa mendatang;

2) Analisis Perkembangan Keadaan, yaitu perubahan-perubahan  yang  telah  terjadi  dari  masa  lalu  ke  masa  sekarang, serta  perubahan yang (mungkin) akan  terjadi di  masa  mendatang; 

3)   Analisis kasus, yaitu penyebab terjadinya perubahan yang  terjadi; 

4)  Analisis potensi sumberdaya, yang terdiri dari  a)  Analisis potensi fisik (sumberdaya alam), 

b)  Analisis sumberdaya  manusia dan  pemetaan sosial  c)  Analisis potensi ekonomi 

d)  Analisis  kelembagaan  (kelompok/ organisasi,  hukum/per-aturan, nilai­nilai, norma, adat, kebiasaan, dll) 

(36)

Kegiatan ini merupakan bagian dari proses Sosialisasi Awal, dilakukan setelah dan atau bersamaan dengan kegiatan Kunjungan Informal ke kelompok-kelompok strategis di tingkat desa/kelurahan (lobby kelompok strategis) serta sebelum kegiatan Koordinasi Persiapan Sosialisasi

Kondisi sosial budaya yang perlu ditemukenali dan atau perlu diorientasi adalah mencakup beberapa kondisi sebagai berikut :

1) Nilai-nilai apakah yang dianut oleh masyarakat secara dominan, yang mampu menggerakkan masyarakat 2) Kekuatan-kekuatan sosial apakah yang mampu

men-datangkan  perubahan­perubahan  sehingga  masyara ­kat  dapat berubah dari dalam diri mereka sendiri 

3)   Seperti  apa  karakter  dan  karakteristik  masyarakat,  khususnya  dalam  menyikapi  intervensi sosial 

4)   Seperti apakah  pola  informasi, komunikasi yang terjadi di  tengah  masyarakat,  baik  penyebaran  informasi  maupun  dalam  kera ngka  pembelajaran 

5)   Media­media  seperti  apakah  dan  sumber  belajar  apakah  yang  digunakan  dan  diyakini  masyarakat  sebagai  sarana  informasi dan  pembelajaran 

6)  Kekuatan­kekuatan  sosial  yang  dominan  di  dalam  kerangka  perubahan  sosial 

7)  Faktor­faktor  lingkungan  apakah  yang  berpengaruh  terhadap sikap dan  perilaku  masyarakat 

Pemetaan Sosial,  bertujuan untuk: 

1)   Sebagai  langkah awal  pengenalan  lokasi  sasaran  program 

dan  pemahaman  fasilitator terhadap  kondisi  masyarakat  sasaran  program 

2)  Untuk  mengetahui  kondisi  sosial  masyarakat  sasaran  program 

3)  Sebagai  sosialisasi  kegiatan 

Ka rena itu, mela lu i Pemetaan sosia I d i ha ra pkan menghasi I kan  data dan  Informasi ten tang: 

1) Data  Demografi  jumlah  penduduk,  komposisi  penduduk 

menurut  usia,  gender,  mata  pencaharian,  agama,  pendi-dikan , dll. 

(37)

2) Data Geografi topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.

3) Data psikografi nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang

menggerakkan tindakan masyarakat,

pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkaitdengan mitigasi  bencana,  pandangan,  sikap,  dan  perilaku  terhadap  intervensi  luar,  kekuatan  sosial  yang  paling berpengaruh,  dll. 

4)   Jejaring  komunlkasi  media  yang  dikenal  dan  digunakan,  bahasa ,  kemampuan  baca  tulis,  orang  yang  dipercaya,  informasi yang biasa dicari , tempat memperoleh informasi 

Lebih lanjut, obyekyangdipetakan dalam kegiatan pemetaan  sosial  ini  adalah  meliputi. 

1) Tingkat aksesibilitas lokasi  desa/kelurahan 

2)  Letak lokasi desa/ kelurahan  dari  aspek geografis  3)  Sarana  informasi yang dimiliki masyarakat  4)  Penyebaran atau konsentrasi masyarakat miskin 

5)  Kelompok­kelompok sosial , termasuk di  dalamnya  kelom-pok  perempuan  dan  kelompok­kelomkelom-pok  rentan  (janda,  lansia, difabel, anak­anak) 

6)  Kegiatan  kelompok­kelompok sosial  dalam  masyarakat  7)  Hubungan sosial  antar kelompok (relasi­relasi  sosial)  8)  Golonga n masya ra ka t men uru t aga ma, a lira n kepercayaa n, 

aliran  politik, kepentingan, profesi, dll.  9)  Jenis­jenis profesi  di  kalangan  masyarakat 

lOlTingkat  mobilitas  penduduk  (baik  mobilitas  vertikal  maupun mobilitas horizontal) 

11)  Tata  Cara  Pemetaan  Sosial  (Orientasi Sosial  dan  Wilayah) 

12) Media­media  informasi  dan  komunikasi  yang  digunakan 

masya­rakat,  termasuk media­media komunitas 

13) Tanggapan  masyarakat  terhadap  program­program  yang  diluncur­kan pemerintah/non pemerintah 

14) Keterlibatan  masyarakat  dalam  program­program  yang  diluncurkan pemerintah/non pemerintah 

15) Pemeliharaan  terhadap  hasll­hasll  program  yang  pernah  diluncurkan pemerintah/non pemerintah 

BGヲmャセゥャエaNiapゥ@ Q\eUヲNhaイaヲセ@ nEVullllK fNOON ES,JA

(38)

16) Forum yang biasa digunakan masyarakat untuk menyikapi intervensi sosial

17) Kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam pengambilan keputusan

18) Cara-cara masyarakat menanggulangi masalah-masalah lingkungan fisik, masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi masyarakat

19)Cara dan kebiasaan masyarakat mengantisipasi dan menanggulangi bencana

20) Cakupan kondisi sosial budaya yang perlu ditemukenali : a) Nilai-nilai apakah yang dianut oleh masyarakat secara

dominan, yang mampu menggerakkan masyarakat b) Kekuatan-kekuatan sosial apakah yang mampu

mendatangkan perubahan-perubahan sehingga ma

-syarakat dapat berubah  dari dalam diri mereka  sendiri  c)   Seperti  apa  karakter  dan  karakteristik  masyarakat, 

khususnya dalam menyikapi intervensi sosial 

d)   Seperti apakah pola informasi, komunikasi yang terjadi  di  tengah  masyarakat,  baik  penyebaran  informasi  maupun dalam  kerangka  pembelajaran 

e)   Media­media  seperti  apakah  dan  sumber  belajar  apakah  yang  digunakan  dan  diyakini  masyarakat  sebagai  sarana  informasi dan  pembelajaran 

f)  Kekuatan­kekuatan  sosial  yang  dominan  di  dalam  kerangka  perubahan  sosial 

g)  Faktor­faktor  lingkungan  apakah  yang  berpengaruh  terhadap sikap dan  perilaku  masyarakat 

2.  Rumusan 

Seperti  halnya  dalam  Manajemen  ARRIF,  rumusan  yang  dihasilkan dari kegiatan PRA  meliputi: 

a.   Rumusan  Masalah, yaitu :  

1)  Hal­hal yang  tidak dikehendaki  

2)  Kesenjangan antara kenyataan (faktual) dan yangdiharap-  kan  (potensial) 

3)  Kesenjangan  antara yang seharusnya dengan yang terjadi  b.   Rumusan  Tujuan,  yaitu  rumusan  tentang  keadaan  yang  

ingin  di  masa  mendatang, yang  berbasis  pada  masalah  yang   diidentifikasi  

c.

Rumusan  Intervensi,  yaitu  rumusan  tentang  yang  akan 

PEDO AN P[NvfLENGCAUIlN {UKRM I

3 3

(39)

dilakukan, dan cara (bagaimana) yang akan dilakukan untuk mencapainya (metoda, pelaku, penerima manfaat, waktu, tempat, jumlah dan sumber pembiayaannya)

3.  Rencana 

Oalam Manajemen ARRIF dinyatakan adanya dua macam rencana , yaitu :

a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) atau Oaf tar Usulan Proyek (OUP)

b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan of Action (POA)

Beberapa alasan yang melatarbelakangi diperlukannya peren-canaan, dapat dikemukakan sebagai  berikut 

a.  Memberikan  acuan  dalam  mempertimbangkan  secara  seksama  tentang  apa  yang  harus  dilakukan  dan  bagaimana  cara  melak­sanakannya . 

b   Tersedianya  acuan  tertulis  yang  dapat  digunakan  oleh 

masyarakat  (umuml,  yang  diharapkan  dapat  mencegah 

terjadinya  salah  pengertian (dibanding dengan  pernyataan  tertulis)  dan  dapat dikaji  ulang (dievalusi)  setiap  saat, seJak  sebel u m,  sela m, da n sesuda h progra m tersebu t d i la ksa na ka n. 

c.

Sebagai  pedoman  pengambilan  keputusan  terhadap adanya 

usul/saran  penyempurnaan yang "baru". 

d.   Memantapkan  tujuan­tuJuan  yang  ingin  dan  harus  dicapai,  yang perkembangannya dapat diukur dan  dievaluasi. 

e.   Mencegah  kesalahartian  tentang  tujuan  akhir,  dan 

mengembang­kan  kebutuhan­kebutuhan  yang  dirasakan  maupun yang tidak dirasakan. 

f.   Memberikan  kelangsungan  dalam  diri  personel ,  selama  proses perubahan  berlangsung .. 

g   Membantu  pengembangan  kepemimpinan ,  yaitu  dalam  menggerak­kan semu a pihakyang terJibat  dan menggunakan  sumberdaya  yang  tersedia  dan  dapat  digunakan  untuk  tercapainya  tujuan yang dikehendaki . 

h.   Menghindarkan  pemborosan  sumberdaya  (tenaga,  biaya,  dan  waktu), dan  merangsang efisiensi  pada  umumnya  i.   Menjamin  kelayakan  kegiatan  yang  dilakukan  di  dalam 

masyarakat dan yang dilakasanakan sendiri  oleh  masyarakat  setempat. 

I'lM  N tUUAN ゥcエセエ@ I1Al.AN HEVUbUH ItmONESIA 

セeセᆪBQTsaBB@ OfNGA" PO"IANAL DES' OA.

(40)

Berbeda dengan kegiatan perencanaan yang konvensional, perencanaan dalam pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secara partisipatif. Yaitu proses berkelanjutan, yang melibatkan semua warga masyarakat, aparat pemerintah, fasilitator, pelaku usaha dan para ilmuwan yang memusatkan pengetahuan dan keputusan-keputusan dalam upaya mencapai pembangunan yang mantap.

Dalam perencanaan partisipatif, terkandung pokok-pokok pengertian sebagai berikut:

a. Perencanaan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, atau suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputlJsan yang tidak pernah berhennti sampai tercapainya tujuan (kebutuhan, keinginan, minat) yang dikehendaki.

b. Dirumuskan oleh banyak pihak. Artinya, dirumuskan oleh fasllitator bersama-sama masyarakat penerima manfaatnya dengan didukung oleh para spesialis, praktisi, dan penentu kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya-upaya pem-bangunan masyarakat setempat. 

c.

Dirumuskan  berdasarkan  fakta  (bukan  dugaan) dan  dengan 

meman­faatkan  sumberdaya  yang  tersedia  yang  mungkin  dapat digunakan. 

d.   Meliputi  rumusan  tentang  keadaan,  masalah,  tujuan,  dan  cara (kegiatan) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan  itu . 

e.   Dinyatakan  secara  tertulis. 

Tentang  hal  ini,  proses  perencanaan  perlu  memperhatikan  hal-hal  sebagai  berikut. 

a.   Perumusan alternatif pemecahan  masalah 

Setiap  masalah,  pada  hakekatnya  dapat  dipecahkan  melalui  beberapa  alternatif  yang  dapat  dilakukan,  yang  masing­masing  menuntut  kondisi  yang  berbeda­beda,  baik 

yang  menyangkut:  besarnya  dana,  jumlah  dan  kualitas 

tenaga  yang  dipersiapkan,  peraturan­peraturan  yang  harus  diadakan, serta  batas waktu yang  diperlukan. 

Oleh  sebab  itu,  sebelum  menetapkan  alternatif  kegiatan,   perlu  diinventarisir  beberapa  alternatif  kegiatan  yang  

PE'OOMAN PEN'YELENGGARflAN ,UK8M)

(41)

dimungkinkan untuk dilakukan.

b. Pemtlihan alternatif pemecahan masalah

Sehubungan dengan perumusan alternatif pemecahan

masalah,seringkali pemecahan masalahyangdiajukan Justru mengundang masalah baru yang memerlukan penanganan yang relatif lebih sulit , dan memerlukan sumberdaya (beaya, tenaga, waktu, dan perhatian) yang lebih besar.

Karena itu perlu dilakukan analisis pemilihan alternatif yang cermat, yang biasa disebut dengan Analisis SWOT, yaitu

1)

Strengths

atau kekuatan-kekuatan/potensi yang dimiliki,

baik yang menyangkut sumberdaya, kebijakan, faktor pendukung dan penunjang yang dapat diharapkan.

2)

Weakness

atau kelemahan-kelemahan/kendala yang akan

dihadapi jika alternatif tersebut akan dilaksanakan.

3) Opportunities

atau peluang/kesempatan-kesempatan

yang tersedia atau dapat disediakan/diciptakan demi kelancaran pelaksanaan alternatif kegiatan tersebut.

4)

Threats

atau ancaman-ancaman/resiko-resiko yang harus

dihadapi jika alternatif tersebut akan dilaksanakan.

Tentang hal ini, agar analisis SWOT tersebut diubah menjadi analisisi TOWS, dengan pertimbangan

1) Oalam SWOT, kegiatan tersebut diawali dengan analisis kekuatan dan kelemahan internal (yang biasanya lebih mudah dikuasai), baru kemudian melakukan analisis peluang dan ancaman eksternal, yang biasanya leblh sulit d i I a ku ka n.

2) Sebaliknya, dalam TOWS, analisis eksternal (yang lebih sulit) dilakukan terlebih dahulu, agar tidak kehabisan enersi

3) Oalam SWOT terlebih dahulu dilakukan anal isis kekuatan baru kemudian kelemahannya, dan analisis peluang baru kemudian analisis ancamannya. Sebaliknya, melalui TOWS, analisls kelemahan dilakukan sebelum bicara kekuatan, dan analisis ancaman dtlakukan sebelum analisis peluangnya.

Hal ini dirasa lebih baik, karena kalau sudah menganalisis

KEMfNtFA IAN KES£HAIArf REPU8LIt( INoONE'S1A 

3 6

(42)

segi-segi posiitif (kekuatan, peluang) relatif lebih sulit menemukan hal-hal negatifnya (kelemahan dan anca ma n).

c.

Perumusan cara mencapai tujuan

Perumusan cara mencapai tujuan seperti itu, biasanya diru-.muskan dalam suatu bentuk "Rencana Kegiatan" yang mencakup:

1) Analisis keadaan

2) Rumusan masalah (impact point)

3) Tujuan dan penerima manfaat yang hendak dicapai 4) Cara mencapai tujuan yang berisi:

a) Deskripsi program/kegiatan yang akan di lakukan b) Jumlah Unit, frekuensi dan volume kegiatan c) metoda pelaksanaan kegiatan

d) lokasi pelaksanaan kegiatan e) Waktu pelaksanaan kegiatan

f) Bahan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan g) pihak-pihak yang dilibatkan (pelaku dan penerima

manfaatnya)

h) jumlah dan sumber dana yang diperlukan

Berkaitan dengan perumusan cara mencapai tujuan ini , sejauh mungkin diupayakan agar

1) Metoda yang dipilih , haruslah benar-benar efektif dengan jumlah pengorbanan (modal, tenaga, dan waktu) yang paling kecil.

2) Menggunakan bahan dan peralatan yang sudah tersedia atau mudah disediakan, serta mudah dioperasionalkan . 3) Jumlah unit dan frekuensi kegiatan disesuaikan dengan

kebutuhan , dengan memperhatikan tingkat efektivitas kegiatan dan sumberdaya yang tersedia .

4) Pihak-p ihak yang dilibatkan (terutama fa silitator) dipilih dari sumber yang terpercaya , terlatih, dan komunikatif. 5) Di samping itu , seba iknya telah menyebutkan mitra

kerja yang mencakup : jajaran birokra si, pelaku bisnis, akademisi, tokoh masyarakat, pegiatan LSM , dan pelaku media

6) Lokasi kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapa i, dengan selalu mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia .

PEDOMAN PENV El.ENGGARAAH Hu kV mセ@

3 7

(43)

7) Waktu kegiatan tidak terlalu mengganggu kegiatan penerima manfaat, dan disesuaikan dengan kebutuhan/ pemanfaatannya oleh penerima manfaat. Jumlah dana sekecil mungkin, dan sumber dana sejauh mungkin memanfaatkan swadaya masyarakat

d. Rencana evaluasi

Untuk mengetahui seberapajauh kegiatanyangdilaksanakan telah mencapai tujuan yang diinginkan, adanya evaluasi dari setiap kegiatan mutlak harus diadakan. Karena itu, dalam setiap Perencanaan harus sudah dirumuskan mengenai Rencana Evaluasi, termasuk indikator capaian, kriteria dan pengukurannya.

e. Legitimasi atau Pengesyahan

Sebelum program pemberdayaan masyarakat yang telah dirumuskan akan dilaksanakan, harus memperoleh legitimasi/ pengesyahan ter-Iebih dahulu .

Legitimasi, secara harafiah dapat diartikan sebagai pengakuan atau pengesahan . Oi dalam proses perencanaan, legitimasi diartikan sebagai proses pengesahan atau suatu proses persetujuan atas ide-ide yang diinginkan.

Legitimasi, bukanlah sekadar pembubuhan tanda-tangan atau pem-berian "stempel karet" (rubber stamp), akan tetapi suatu proses pengkajian yang cermat dan mendalam atas ide perubahan yang disampaikan. Tidak saja tentang kemungkinan dapatnya diterima, dilaksanakan, tercapainya tujuan yang diinginkan, dan diperolehnya dukungan/ partisipasi masyarakat pada saat pelaksanaannya; tetapi juga kajian dampaknya terhadap kelangsungan kegiatan dimasa mendatang (baik dampak sosial-ekonomi, politik, dan ketahanan nasional)

Selaras dengan tahapan yang harus dilalui oleh setiap ide yang ditawarkan sebelum dilaksanakan, "Iegitimasi" memegang fungsi strategis yang harus diperhatikan oleh semua pihak (khususnya fasilitator) sebelum melaksanakan kegiatannya. Sebab, jika tidak memperoleh legitimasi,

Ml:McNH:"IAP4 M.E.SEI1Al.l,.. aeャゥuiヲljセ@ ュdonセセia@

3 8

PEKfRJA SAMA DEHGAN POKIANAL DES. OM.
(44)

seringkali kegiatan yang dilaksanakan itu tidak memperoleh dukungan dan partisipasi masyarakatnya . Bahkan, dapat pula berakibat fatal, berupa ditolaknya setiap ide-ide yang akan diajukan pada masa-masa mendatang.

Oi dalam praktek, ternyata pihak pemberi legitimasi tidak terba-tas pada pemimpin -pemimpin formal di dalam jalur birokrasi pemerintah, tetapi juga dipegang oleh para pemimpin informal dari sistem sosial yang bersangkutan . Bahkan , seringkali kedudukan pemimpin informal (pemuka

adat, keagamaan, "key-person" pemasok kebutuhan

masyarakat, penyedia kredit, dll) justru lebih "kuat" atau lebih harus diperhitungkan .

f. Rekonsiderasi

Rekonsiderasi, sebenarnya merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mempertimbangkan kembali rumusan

perencanaan yang ada , baik yang dilakukan sebelum

pelaksanaan maupun selama proses pelaksanaan

kegiatannya.

Rekonsiderasi ini, diperlukan jika ternyata menghadapi keadaan -keadaan yang di luar keadaan "normal", seperti: bencana alam, kenaikan karga, adanya kebijaksanaan baru,

dll. Meskipun demikian, rekonsiderasi harus dijaga agar

tetap menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan meskipun volume maupun bobot/mutunya dapat dikurangi.

4.  Intervensi 

Tergantung pada masalah, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan petugas dalam melihat celah, dan memilih waktu yang tepat untuk melakukan intervensi.

Meskipun demikian, dapat dikemukakan beberapa bentuk

intervensi yang sering dilakukan dalam pemberdayaan

masyarakat, yaitu: a. Penyadaran

Pemberdayaan Masyarakat, adalah proses perubahan untuk memandirikan masyarakat, yang dalam pengembangan UKBM dipusatkan pada penguatan kemampuan, kemauan

(45)

dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk memilih kegiatan terbaik yang dapat mereka lakukan secara mandiri dan berkelanjutan

Oleh sebab itu, kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah "penyadaran masyarakat" yang mencakup :

1) Penyadaran tentang kondisi kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan perubahan/perbaikan;

2) Penyadaran tentang pentingnya UKBM ;

3) Penyadaran tentang pentingnya keterlibatan/ partisi-pasi  masyarakat  dalam  pengembangan UKBM; 

4)   Penyadaran  tentang  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  setiap  warga  masyarakat  untuk  berpartisipasi  dalam  pengembangan UKBM; 

5)   Penyadaran  tentang  beragam  bentuk  keterlibatan/  partisipasi  masyarakat  dalam pengembangan UKBM 

b.  Pengorganisasian 

Pengorganisasian  masyarakat  dalam  bentuk  kelompok-kelompok  atau  beragam  forum  sangat  diperlukan  untuk 

mengoptimalkan  efektivitas,  manfaat  kegiatan,  dan 

menghemat biaya  kegiatan yang diperlukan . 

c.

Pelatihan 

Proses pemberdayaan adalah proses belajar sepanjang hayat.  Oleh  sebab  itu,  apapun  intervensi  yang  akan  dllakukan ,  harus  diawali  dengan  pelatihan,  baik  yang  menyangkut  pengetahuan, ketrampilan atau sikapyangdiperlukan (secara  langsung  maupun  tak  langsung)  dalam  pengembangan  UKBM. 

Terkait  dengan  penyelenggaraan  pelatihan,  dalam 

pengertian  sehari­hari,  "pelatihan"  sering  diartlkan  s

Gambar

Gambar 1. Siklus Pemberdayaan 

Referensi

Dokumen terkait

T selama 3 x 24 jam dan melakukan pengkajian dengan dua metode yaitu pola gordon dan head to toe didapatkan data subjektif dan data objektif sebagai berikut : data

Catatan: Jika irisan sejajar dengan sumbu x maka tinggi irisan adalah kurva yang terletak disebelah kanan dikurangi kurva yang terletak disebelah kiri.. Jika batas kanan dan

Secara teoritis, aliran udara yang terjadi diantara dua daerah yang berbeda tergantung pada perbedaan nilai tekanan yang ada pada kedua daerah tersebut.perbedaan tekanan ini

 Tidak boleh membunuh atau mencederakan orang yang menyerah diri dan tidak berupaya.  Melindungi kakitangan perubatan, pertubuhan, pengangkutan, dan

Malah tapak BTAR yang terletak bersebelahan dengan Malah tapak BTAR yang terletak bersebelahan dengan Sungai Langat memungkinkan pengunjung BTAR  Sungai Langat

Menurut UU nomor 20 tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI dalam Bab I Pasal 1 Ayat (2) mengatakan bahwa bela negara adalah tekad, sikap

• Pfifner dan Sherwood (2001) : Organisasi adalah pola keadaan dimana sejumlah orang banyak, sangat banyak mempunyai teman berhubungan langsung dengan yang lain,

Kebutuhan cairan ini tergantung pada umur, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, ukuran tubuh (BB dan TB), serta kondisi kesehatan. Apabila kebutuhan cairan