• Tidak ada hasil yang ditemukan

GELANGGANG DAN PUSAT PELATIHAN TINJU DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Ekologi Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GELANGGANG DAN PUSAT PELATIHAN TINJU DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Ekologi Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

GELANGGANG DAN PUSAT PELATIHAN TINJU

DI SEMARANG

Dengan Penekanan Desain Arsitektur Ekologi

Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur S1

oleh

Ilham Sahid Wismana P

5112411022

PRODI ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dengan judul “Perencanaan Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi” ini yang disusun oleh Ilham Sahid Wismana Putra dengan NIM 5112411022 telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Ujian Tugas Akhir pada :

Hari : Selasa

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dengan judul “Perencanaan Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi” ini telah dipertahankan oleh oleh Ilham Sahid Wismana Putra dengan NIM 5112411022 di hadapan Panitia Ujian Tugas Akhir Program Studi S1 Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada Senin, tanggal 15 Desember 2015

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Tugas Akhir Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi ini dengan baik dan lancar tanpa terjadi suatu halangan apapun yang mungkin dapat mengganggu proses penyusunan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini.

LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan akademik di Universitas Negeri Semarang serta landasan dasar untuk merencanakan desain Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju nantinya. Judul Tugas Akhir yang penulis pilih adalah ” Perencanaan Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi”.

Dalam penulisan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini tidak lupa penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing serta mengarahkan sehingga penulisan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ucapan terimakasih saya tujukan kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, serta kekekuatan sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik

2. Bapak Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

3. Bapak Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

4. Bapak Drs. Sucipto, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang

(6)

vi 6. Bapak Diharto, S.T., M.S.i. , selaku pembimbing yang memberikan arahan,

bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini dengan penuh keikihlasan dan ketabahan

dalam membantu memperlancar Tugas Akhir

7. Bapak Ir. Didik Nopianto A N. MT, yang juga selaku pembimbing yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju in.i

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan arahan dalam penyusunan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini 9. Kedua orang tua, kerabat dan saudara-saudara saya, Terimakasih untuk

semua perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis selama pengerjaan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini 10. Semua keluargaku, teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2015 yang telah

memberikan dukungan

Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan dan motivasi. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penulisan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan pada umumnya.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi ini

penulis persembahkan kepada :

 Ketua Jurusan Teknik Sipil, Drs. Sucipto, M.T. yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju

 Kaprodi S1 Arsitektur Ir. Bambang Bambang Setyohadi K.P, M.T. yang memberikan arahan dalam program Tugas Akhir ini sehingga memperlancar proses penulisan LP3A Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini

 Pembimbing Tugas Akhir Diharto, S.T., M.S.i., dan Ir. Didik Nopianto A N. M.T., yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan Tugas akhir Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju ini dengan penuh keikihlasan dalam membantu memperlancar jalannya proses Tugas Akhir

 Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini

 Orang tua, dan saudara-saudara saya, Terimakasih untuk semua perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis selama pengerjaan Tugas Akhir ini

 Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir Periode 3 terimakasih atas bantuan dan kerja samanya selama Tugas Akhir ini.

 Adek angkatan arsitektur yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusinya dalam membantu Tugas Akhir.

(8)

viii

ABSTRAK

Tinju merupakan cabang olahraga yang banyak menorehkan prestasi serta

banyak digemari, khususnya di Kota Semarang. Selain Chris John Kota

Semarang juga memiliki atlet tinju berprestasi, seperti Celvin Joe (kelas bantam)

dan Rusmin Kie Raha (kelas ringan). Kota Semarang memiliki banyak atlet

dengan potensi gemilang, terbukti dari banyaknya prestasi yang diperoleh, dan

harus dipertahankan dan dikembangkan. Namun kota Semarang yang notabene

adalah ibu kota Jawa Tengah belum memiliki tempat dan fasilitas pelatihan yang

lengkap,khususnya bagi para petinju amatir. Kota Semarang membutuhkan

sebuah wadah untuk membina atlet perwakilan kota dan tempat berkumpul bagi

atlet-atlet Jawa Tengah serta arena yang siap digunakan dalam turnamen

maupun pertandingan baik dalam taraf nasional maupun taraf Internasional. .

Selain sebagai wadah bagi para atlet, masyarakat juga bisa ikut menyaksikan

pertandingan tingkat nasional secara langsung. Banyak masyarakat kita yang

senang melihat pertandingan tinju namun karena keterbatasan sarana maka

hanya dapat menyaksikan lewat televisi. Selain membutuhkan wadah untuk

berlatih dan bertanding, agar dapat mencetak petinju profesional juga diperlukan

lingkungan yang menunjang atlet agar nyaman untuk berlatih. Dengan

pendekatan ekologi arsitektur yang didefinisikan sebagai studi yang mempelajari

suatu teknologi dengan tuntutannya sesuai dengan kemajuan jaman untuk

kebutuhan-kebutuhan manusia yang terintregasi dengan alam. Sehingga

menciptakan hubungan antara mahluk hidup dan lingkungan yang sesuai dengan

kebutuhan para atlet dan pengunjung agar menciptakan kenyamanan di dalam

gelanggang dan pusat pelatihan tinju.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Sasaran ... 4

1.4. Sumbangan Pemikiran ... 4

1.5. Lingkup Pembahasan ... 4

1.6. Metode Pembahasan ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

1.8. Alur Pikir ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Gelanggang Olahraga ... 8

2.1.1 Pengertian Gelangang Olahraga ... 8

2.1.2 Klasifikasi Jenis Kegiatan pada Gelanggang Olahraga . 2.1.3 Fasilitas Olahraga pada Gelanggang Olahraga ... 9

2.1.4 Klasifikasi Gelanggang Olahraga ... 9

2.1.5 Persyaratan Umum Gelanggang Olahraga Tipe B ... 10

2.1.6 Persyaratan Fasilitas pada Gelanggang Olahraga Tipe B ... 11

2.1.7 Persyaratan Standart Arena Olahraga Tinju ... 14

2.2. Pengertian Pusat Latihan ... 17

2.2.1 Pengertian Pusat Latihan ... 17

2.2.2 Prinsip Latihan Olahraga ... 18

(10)

x

2.2.4 Sistem Latihan Olahraga ... 20

2.3. Tinjauan Olahraga Tinju ... 20

2.3.1 Tinjauan Olahraga Tinju ... 20

2.3.2 Sejarah Olahraga Tinju ... 21

2.3.3 Sejarah Tinju di Indonesia ... 23

2.3.4 Pembagian Kelas Tinju ... 24

2.3.5 Ronde dalam Tinju ... 29

2.3.6 Latihan dalam Tinju ... 30

2.3.7 Peralatan Tinju ... 31

2.4. Tinjauan Penekanan Konsep Arsitektur ... 35

2.4.1 Definisi Arsitektur Ekologi ... 35

2.4.2 Karakter arsitektur Ekologi ... 36

2.4.3 Contoh bangunan dengan pendekatan Ekologi ... 39

2.4.4 Konsep terkait Bangunan Ekologi ... 46

2.5. Studi Kasus ... 47

2.5.1 Gelanggang Olahraga ... 47

2.5.2 Pelatihan Tinju ... 66

BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kota Semarang ... 82

3.1.1 Kedudukan Grafis dan Wilayah Administrasi Kota Semarang ... 82

3.1.2 Tinjauan Kebijakan Pemanfaatan Tata Ruang Kota... 84

3.1.3 Peta BWK Kota Semarang ... 86

3.1.4 Pendekatan Pemilihan Lokasi ... 90

3.2. Kriteria Lokasi Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju di Kota Semarang ... 95

3.3. Pemilihan Site ... 95

3.3.1 Pendekatan Pemilihan Site ... 95

3.3.2 Alternatif Site ... 96

3.3.3 Pembobotan Nilai Site ... 106

BAB IV PENDEKATAN PERANCANGAN GELANGGANG DAN PUSAT PELATIHAN TINJU DI SEMARANG 4.1. Analisis Fisik ... 108

4.1.1 Analisa Lokasi ... 108

4.1.2 Analisa Tata Guna Lahan ... 109

4.1.3 Analisa Klimatologi ... 110

4.1.4 Analisa Kebisingan ... 112

4.1.5 Analisa View ... 113

4.1.6 Analisa Topografi ... 114

4.1.7 Analisa Pencapaian ... 115

4.1.8 Analisa Vegetasi ... 116

(11)

xi

4.2.1 Pendekatan Pelaku ... 117

4.2.2 Pendekatan Kebutuhan dan Jumlah Penghuni ... 119

4.2.3 Pendekatan Kebutuhan Jenis Ruang ... 120

4.2.4 Pendekatan Hubungan Ruang ... 122

4.2.5 Pendekatan Besaran Ruang ... 127

4.3. Pendekatan Arsitektural ... 134

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG DAN PUSAT PELATIHAN TINJU DI SEMARANG 5.1. Konsep Program Ruang ... 141

5.2. Konsep Perancangan Ruang Tapak ... 144

5.2.1 Zoning Area Parkir pada Tapak ... 144

5.2.2 Zoning Ruang pada Tapak ... 145

5.2.3 Pola Penataan Ruang pada Bangunan Utama ... 147

5.3. Konsep Massa Bangunan ... 148

5.4. Konsep Perancangan Utilitas ... 148

5.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih ... 148

5.4.2 Sistem Pengolahan Air Limbah ... 149

5.4.3 Sistem Penghawaan ... 150

5.4.4 Sistem Pencahayaan ... 150

5.4.5 Sistem Elektrikal ... 152

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Standart Field Of Play (FOP) one ring ... 15

Gambar 2.2 Standart Field Of Play (FOP) two ring ... 16

Gambar 2.3 Bangunan museum of Fruit, Yamanashi... 40

Gambar 2.4 Bangunan museum of Fruit, Yamanashi... 41

Gambar 2.5 Interior museum of Fruit, Yamanashi ... 41

Gambar 2.6 Interior museum of Fruit, Yamanashi ... 42

Gambar 2.7 Interior museum of Fruit, Yamanashi ... 42

Gambar 2.8 Bangunan Glass Hall, Leipzig ... 43

Gambar 2.9 Bangunan Glass Hall, Leipzig ... 44

Gambar 2.10 Interior Glass Hall, Leipzig ... 44

Gambar 2.11 Eksterior Glass Hall, Leipzig ... 45

Gambar 2.12 Eksterior Exhibition Hall, Hannover ... 46

Gambar 2.13 Eksterior Exhibition Hall, Hannover ... 46

Gambar 2.14 Eksterior GOR Jatidiri ... 48

Gambar 2.15 Siteplan Komplek Olahraga Jatidiri ... 50

Gambar 2.16 Eksterior GOR Jatidiri ... 51

Gambar 2.17 Interior GOR Jatidiri ... 52

Gambar 2.18 Bangunan GOR Jatidiri ... 52

Gambar 2.19 Bangunan GOR Jatidiri ... 53

Gambar 2.20 Tampak depan GOR UNY ... 53

Gambar 2.21 Bangunan depan dan interior GOR UNY ... 55

Gambar 2.22 Ruang Fitness dan Interior GOR UNY ... 55

Gambar 2.23 Ornamen khas Gedung GOR UNY ... 56

Gambar 2.24 Penghawaan dan pencahayaan alami GOR UNY ... 56

Gambar 2.25 Tampak bangunan Sportorium UMY ... 57

Gambar 2.26 Lokasi Sportorium dari masterplan UMY ... 58

Gambar 2.27 Entrance bangunan Sportorium UMY ... 59

Gambar 2.28 Atap bangunan dan penggunaan ornament khas Muhammadiyah ... 60

(13)

xiii

Gambar 2.30 Interior Sportorium UMY ... 61

Gambar 2.31 Interior Sportorium UMY ... 61

Gambar 2.32 Interior Sportorium UMY ... 62

Gambar 2.33 Tampak bangunan Zamet Sport Center ... 62

Gambar 2.34 Interior bangunan Zamet Sport Center ... 64

Gambar 2.35 Eksterior bangunan Zamet Sport Center ... 64

Gambar 2.36 Interior bangunan Zamet Sport Center ... 65

Gambar 2.37 Denah bangunan Zamet Sport Center ... 65

Gambar 2.38 Potongan I bangunan Zamet Sport Center ... 66

Gambar 2.39 Potongan II bangunan Zamet Sport Center ... 66

Gambar 2.40 Suasana Latihan Pertina Jakarta ... 67

Gambar 2.41 Ring Tinju PB Pertina ... 68

Gambar 2.42 Interior PB Pertina ... 69

Gambar 2.43 Struktur Organisasi Pertina Pengprov ... 74

Gambar 2.44 Struktur Organisasi Pengurus Sasana Tinju Amatir ... 75

Gambar 2.45 Shadow training area Gelanggang Kemakmuran ... 76

Gambar 2.46 Double end bag dan sand bag training area di Gelanggang Kemakmuran ... 77

Gambar 2.47 Ruang penyimpan peralatan 1 ... 78

Gambar 2.48 Ruang penyimpan peralatan 2 ... 78

Gambar 2.49 Ruang penyimpan peralatan 3 ... 79

Gambar 2.50 Speed bag training area ... 80

Gambar 2.51 Suasana Latihan Tinju Gelanggang Kemakmuran ... 80

Gambar 2.52 Ring tinju gelanggang Kemakmuran ... 81

Gambar 3.1 Peta Kota Semarang ... 83

Gambar 3.2 Peta Bagian Wilayah Kota Semarang ... 88

Gambar 3.3 Peta Bagian Wilayah Kota II Semarang ... 92

Gambar 3.4 Peta Bagian Wilayah Kota V Semarang ... 94

Gambar 3.5 Alternatife Site 1 ... 98

Gambar 3.6 Batasan Site Alternatife 1 ... 99

Gambar 3.7 Alternatife Site 2 ... 101

Gambar 3.8 Batasan Site Alternatife 2 ... 102

(14)

xiv

Gambar 3.10 Batasan Site Alternatife 3 ... 105

Gambar 4.1 Site terpilih ... 108

Gambar 4.2 Kondisi eksisting analisa klimatologi ... 111

Gambar 4.3 Proses analisa klimatologi ... 112

Gambar 4.4 Kondisi eksisting analisa kebisingan ... 112

Gambar 4.5 Proses analisa kebisingan ... 113

Gambar 4.6 Kondisi eksisting analisa view ... 113

Gambar 4.7 Proses analisa view ... 114

Gambar 4.8 Kondisi Tapak terpilih ... 114

Gambar 4.9 Analisa Pencapaian ke tapak terpilih ... 115

Gambar 4.10 Analisa Vegetasi ... 116

Gambar 4.11 Analisa Vegetasi ... 117

Gambar 4.12 Skema Hubungan ruang pengelola dan karyawan ... 123

Gambar 4.13 Skema Hubungan ruang pengunjung dan penonton ... 123

Gambar 4.14 Skema Hubungan ruang servis ... 123

Gambar 4.15 Organisasi ruang atlit, ofisial, wasit ... 124

Gambar 4.16 Organisasi ruang pemain ... 124

Gambar 4.17 Organisasi ruang pengunjung ... 125

Gambar 4.18 Organisasi ruang area VIP ... 125

Gambar 4.19 Organisasi ruang Cafetaria ... 125

Gambar 4.20 Organisasi ruang pertemuan ... 126

Gambar 4.21 Organisasi ruang fitness ... 126

Gambar 4.22 Organisasi ruang Pengelola ... 126

Gambar 4.23 Pencahayaan dan bayangan mempengaruhi orientasi didalam ruang ... 136

Gambar 4.24 Pencahayaan alami dengan pendekatan ekologi ... 137

Gambar 4.25 Orientasi bangunan terhadap sinar matahari ... 138

Gambar 4.26 Pergerakan angin dalam sebuah ruang ... 139

Gambar 4.27 Bukaan jendela tanpa adanya tritisan ... 139

Gambar 5.1 Zoning area parkir ... 145

Gambar 5.2 Konsep penzoningan bangunan ... 146

Gambar 5.3 Penzoningan bangunan utama ... 147

Gambar 5.4 Sabuk Kejuaraan Tinju ... 148

(15)

xv

Gambar 5.6 Skema sistem kerja pengolahan limbah ... 149

Gambar 5.7 Skema sistem kerja limbah organik manusia ... 149

Gambar 5.8 Skema sistem kerja limbah cair ... 150

Gambar 5.9 Skema sistem kerja limbah cafetaria ... 150

Gambar 5.10 Atap skylight ... 151

Gambar 5.11 Dinding kaca ... 151

Gambar 5.12 Lampu tracklight ... 152

Gambar 5.13 Lampu downlight ... 152

Gambar 5.14 Skema sistem elektrikal ... 152

Gambar 5.15 Pondasi sumuran ... 153

Gambar 5.16 Pondasi footplate ... 153

Gambar 5.17 Contoh lantai granit ... 154

Gambar 5.18 Contoh lantai Pulastic ... 154

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem latihan Olahraga Tinju ... 20

Tabel 2.2 Pembagian Kelas Bobot Petinju Profesional ... 26

Tabel 2.3 Pembagian Kelas Bobot Petinju Profesional ... 26

Tabel 2.4 Pembagian Kelas Bobot Petinju Amatir ... 28

Tabel 2.5 Daftar peralatan olahraga Tinju ... 31

Tabel 2.6 Studi ruang PB Pertina Jakarta ... 70

Tabel 3.1 BWK Kota Semarang ... 89

Tabel 3.2 Pemilihan Kriteria Site ... 106

Tabel 4.1 Kebutuhan Jenis Ruang ... 121

Tabel 4.2 Besaran Ruang Gelanggang Tinju ... 127

Tabel 4.3 Besaran Ruang Pusat Pelatihan Tinju ... 130

Tabel 4.4 Besaran Ruang Bangunan Pengelola ... 132

Tabel 4.5 Besaran Ruang Kebutuhan Parkir ... 133

Tabel 4.6 Jumlah Keseluruhan Besaran Ruang ... 134

Tabel 5.1. Besaran Ruang Gelanggang Tinju ... 141

Tabel 5.2. Besaran Ruang Pusat Pelatihan Tinju ... 142

Tabel 5.3. Besaran Ruang Bangunan Pengelola ... 142

Tabel 5.4. Besaran Ruang Kebutuhan Parkir ... 143

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan suatu keharusan dari aspek biologis manusia untuk mengembangkan ketahanan, pembentukan ketrampilan, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai moral dan estetika.

Berbicara mengenai olahraga berprestasi, salah satu cabang olahraga yang dapat membuat harum nama bangsa Indonesia adalah cabang olahraga tinju. Di Indonesia, perkembangan olahraga tinju mulai dikenal dan menarik banyak minat masyarakat. Banyak petinju kita yang berhasil menorehkan prestasi di ajang kejuaraan nasional maupun internasional, seperti Elias Pical, Chris John, Daud Jordan, Muhammad Rachman, dan masih banyak lagi. Yang paling membanggakan adalah prestasi yang telah diraih oleh petinju asal Semarang ini, yaitu peraih gelar juara dunia kelas bulu versi WBA sebanyak 16 kali.

(18)

2 Faktor tersebut yang dapat menghambat prestasi para atlet junior yang ingin menjadi atlet tinju profesional. Mulai dari tempat yang kurang memadahi menyebabkan pertumbuhan tinju khususnya di Semarang kurang berkembang dan bibit muda yang memiliki bakat bertinju tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan baik. Kota Semarang membutuhkan sebuah wadah untuk membina atlet perwakilan kota dan tempat berkumpul bagi atlet-atlet Jawa Tengah serta arena yang siap digunakan dalam turnamen maupun pertandingan baik dalam taraf nasional maupun taraf Internasional. Wadah yang dibutuhkan dapat bersifat rekreatif yang dapat menghasilkan suatu prestasi dan juga supaya dapat menarik minat generasi muda dalam olahrga bertinju.

Fasilitas Pusat pelatihan tinju dapat membantu Pertina (Persatuan Tinju Amatir Indonesia) selaku organisasi tinju amatir di Indonesia, khususnya untuk Pertina pengurus Provinsi Jawa Tengah untuk mengoptimalkan potensi para atlet. Selain sebagai wadah bagi para atlet, masyarakat juga bisa ikut menyaksikan pertandingan tingkat nasional secara langsung. Banyak masyarakat kita yang senang melihat pertandingan tinju namun karena keterbatasan sarana maka hanya dapat menyaksikan lewat televisi. Proyek ini berupa gelanggang dan pusat pelatihan olahraga tinju dengan fasilitas dan sarana prasarana yang lengkap.

Pada saat ini, tempat olahraga tinju menambah fasilitas yang kurang berhubungan dengan olah raga. Seperti area bermain, souvenir shop, dll. Pada dasarnya fasilitas ini lebih mementingkan kesenangan dari pada olahraga itu sendiri.

Pengertian dari perlunya adanya wadah ini dapat menampung kebutuhan tiap individu agar dapat tersalurkan dengan baik, ditekankan pada pusat pelatihan tinju yang dapat mewadahi penggemar, pengelola dan petinju, sehingga tidak hanya memperhatikan dari kebutuhan dari petinju saja. Tetapi juga harus memperhatikan dari aspek kebutuhan penggemar dan pengelola Gelanggang Tinju agar menjadi rekreatif untuk mendidik bibit-bibit unggul yang dimiliki oleh Indonesia agar dapat menjadi petinju profesional.

(19)

3 atlet agar nyaman untuk berlatih. Karena lingkungan sangat mempengaruhi dalam membentuk karakter atlet itu sendiri. Misalnya seorang atlet sedang berlatih dan saat pengunjung sedang menyaksikan pertandingan didalam ruangan , aktivitas bernafasnya akan mengurangi kadar oksigen dan menambah kadar karbondioksida serta menghasilkan panas yang menaikkan suhu ruangan menjadi pengap sehingga produktivitas kegiatan di dalam ruangan menjadi menurun.

Dari contoh diatas diperlukan pula konsep penekanan desain arsitektur ekologi. Konsep arsitektur ekologi diartikan sebagai sebuah karya arsitektur yang hijau, sehat, dan bersahabat dengan lingkungan. Konsep ini menekankan adanya ketergantungan secara fisik dari masyarakat pada kondisi lingkungan.

Arsitektur ekologi merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan oleh pemakai dan kualitas hidupnya. Biasanya Arsitektur Ekologi diterapkan dalam memanfaatkan lingkungan yang ada seperti penerapannya pada bangunan olahraga, rekreasi, dan lain-lain.

Konsep ekologi dapat didefinisikan sebagai studi yang mempelajari suatu kenyamanan dengan tuntutannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang terintregasi dengan alam, mempunyai hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan para atlet dan pengunjung agar menciptakan kenyamanan di dalam gelanggang dan pusat pelatihan tinju itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk membangun wadah yang sesuai dengan kebutuhan para atlet tinju dan penggemar cabang olahraga tinju, maka didapat permasalahan sebagai berikut :

(20)

4 b. Bagaimana merencanakan gelanggang dan tempat pelatihan tinju yang

secara ekologi dapat meningkatkan prestasi para atlit ?

c. Bagaimana menciptakan kenyamanan bagi para atlit dan pengunjung didalam Gelanggang dan Pusat Pelatihan tinju ?

1.3 Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

1) Membuat Gelanggang Tinju sesuai aturan yang berlaku ?

2) Membuat Pusat Pelatihan Tinju sesuai dengan kebutuhan penggunanya (atlet, pelatih, pengelola, pengunjung).

b. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai adalah menciptakan suatu fasilitas yang mampu mengakomodasikan seluruh kegiatan dari pelatihan tinju secara optimal, serta mengembangkan olahraga tinju agar lebih dikenal dan semakin berprestasi.

1.4 Sumbangan Pemikiran

a. Sebagai tambahan wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa arsitektur.

b. Meningkatkan minat masyarakat terhadap perkembangan dan prestasi olahraga tinju.

c. Sebagai tempat yang ideal untuk mengembangkan prestasi olahraga tinju.

1.5 Lingkup Pembahasan

(21)

5 Pemilihan lokasi site harus sesuai dengan BWK kawasan olahraga dan rekreasi.

1.6 Metode Pembahasan

Dasar metode yang dipakai untuk membahas tugas akhir Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju adalah dengan melalui studi serta penjajakan terhadap proyek sejenis, dengan adanya konsep yang ingin dijabarkan oleh mahasiswa dalam perancangan arsitektur fasilitas olahraga tinju yang juga berorientasi terhadap aspek rekreasi dan pencitraan kota. Maka untuknya dilakukan beberapa analisis terhadap perilaku manusia di dalam fasilitas bangunan olahraga tinju, analisis-analisis yang dilakukan lebih disesuakan dengan sasaran rencana desain fasilitas pusat pelatihan olahraga tinju, kemudian dari adanya tahap analisis pembahasan dilakukan juga system feed back untuk evaluasi kontekstual serta tepat guna rangkaian data yang telah diolah, sehingga diharapkan dengan adanya metoda yang demikian dapat dijadikan dasar pendekatan teori desain Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju.

Pengumpulan data primer yaitu data yang berupa informasi mengenai aspek pembahasan data diperoleh melalui :

 Survey lapangan dilakukan dengan mengunjungi fasilitas bangunan sejenis dan melakukan dokumentasi dan pengamatan secara lengkap sehingga dapat mengetahui seluk beluk bangunan.

 Studi literature yaitu dengan cara mengkaji dan mengutip data-data dan informasi yang bersumber dari buku, makalah, internet serta jumlah yang terkait dengan proyek yang direncanakan.

Pengumpulan data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber atau informan yaitu bersifat melengkapi data primer seperti contohnya data kebijakan pemerintah dan sebagainya.

1.7 Sistematika Penulisan

(22)

6

Bab I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang berisi tentang latar belakang pembahasan, alasan pemilihan judul, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, rumusan masalah, metode pembahasan dan sistematika pembahasan dalam proses perumusan konsep perencanaan dan perancangan.

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan tinjauan tentang olah raga tinju dalam hubungannya dengan pengertian, perkembangan unsur-unsur yang ada didalamnya seperti pelaku, kegiatan, fasilitas penunjang lainnya, pengertian ekologi arsitektur, dll.

Bab III TINJAUAN LOKASI

Merupakan bab yang berisi tentang pembelajara tinjauan lokasi yang akan direncanakan untuk mengetahui data, peraturan, persyaratan bangunan pada lokasi tersebut agar bangunan layak dan memenuhi kriteria dalam menempati lokasi yang dipilih.

Bab IV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Merupakan bab yang berisi tentang pembelajaran aspek-aspek yang ada dalam fasilitas pusat pelatihan tinju berupa studi fasilitas, studi aktivitas, studi struktur bangunan, studi utilitas dan studi tentang pendekatan arsitektur Ekologi.

Bab V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Merupakan bab yang berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan Gelanggang dan Pusat Pelatihan Tinju dengan Penekan Ekologi Arsitektur yang ditarik berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

(23)

7

1.8 Alur Pikir

AKTUALITAS

 Belum adanya tempat atau arena bertanding dan tempat pelatihan tinju yang memenuhi standart di Kota Semarang

 Kebutuhan akan bangunan ramah lingkungan sangat penting di era globalisasi sekarang ini. Karena dapat berpengaruh dengan kualitas aktivitas kegiatan didalamnya.

URGENSI

 membutuhkan sebuah wadah untuk membina atlet perwakilan kota dan tempat berkumpul bagi atlet-atlet Jawa Tengah serta arena yang siap digunakan dalam turnamen maupun

pertandingan baik dalam tingkat provinsi maupun nasional.

TUJUAN

Merumuskan program dasar perencanaan dan perancangan yang berhubungan dengan aspek-aspek perencanaan dan perancangan Gelanggang Tinju di Kota Semarang dengan pendekatan ekologi sebagai salah satu upaya menciptakan kenyamanan baik untuk atlet maupun pengunjung didalamnya.

DATA

(survey,literatur,wawancara)

Tinjauan Gelanggang Tinju Tinjauan Tinju

Tinjauan Kota Semarang Tinjauan mengenai lokasi

site

STUDI LITERATUR

Studi Gelanggang Olahraga

Studi tempat latihan tinju

Studi pendekatan arsitektur ekologi STUDI BANDING

Pertina Jakarta

Gelanggang

Kemakmuran Jakarta

GOR Jatidiri

PENDEKATAN dan LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN

Pelaku dan kegiatan, kebutuhan ruang dan standar besaran ruang, site, sirkulasi, hubungan kelompok kegiatan, pendekatan desain arsitektur ekologi.

KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN

Persyaratan perencanaan dan perancanga, konsep dasar perencanaan dan perancangan, program ruang dan site terpilih.

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

(24)

8

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Gelanggang Olahraga

2.1.1 Pengertian Gelanggang Olahraga

Gelanggang Olahraga merupakan suatu bangunan yang dapat menampung kegiatan yang berhubungan dengan olahraga. Di dalam gedung ini terdapat berbagai fasilitas yang mendukung segala aktivitas olahraga didalamnya.

Menurut International Council of Sport and Physical Education, olahraga adalah suatu kegiatan jasmani dan rohani yang mempunyai unsur permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri, orang lain dan alam. Jika kegiatan ini menjurus ke dalam bentuk persaingan, maka persaingan yang timbul harus merupakan persaingan yang sehat sesuai dengan peraturan olahraga karena olahraga merupakan bentuk lain dari pendidikan istimewa.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan gelanggang olahraga adalah kebutuhan fisik bagi masyarakat yang dibatasi oleh jam kerja yang sangat padat. Menurut pengamatan target waktu yang ditetapkan atau biasa digunakan oleh para pengunjung adalah pada saat sebelum dan seusai jam kerja yaitu sekitar jam 6-8 pagi dan jam 7-9 malam. Selain itu, biasanya masyarakat datang ketempat ini pada hari libur bersama dengan keluarga.

(25)

9 fasilitas ini lebih mementingkan kesenangan daripada olahraga itu sendiri.

Gelanggang olahraga bersifat spesifik dan khusus, yaitu tidak menampung kegiatan diluar dari batasannya. Dan biasanya memiliki nama yang langsung menggunakan kata sesuatu fungsi kegiatan utama. Seperti Gelanggang Tinju, hanya menampung kegiatan tinju saja dan menampung kegiatan lain yang berhubungan dengan tinju seperti ruang tekniknya, ruang kesehatannya, dan bukan arena tinju saja.

2.1.2 Klasifikasi Jenis Kegiatan Pada Gelanggang Olahraga

Dari bahan bacaan yang ada dan survei yang telah dilakukan, dapatlah diambil suatu pegangan tentang kegiatan yang biasa dilakukan pada gelanggang olahraga, kegiatan-kegiatan itu adalah :

a. Kegiatan Olahraga

1) Melakukan kegiatan olahraga atau berlatih 2) Perlombaan dan pertandingan

b. Kegiatan Olahraga Rekreasi 1) Berolahraga

2) Berekreasi

c. Kegiatan Kesejahteraan 1) Makan, minum

2) Istirahat, duduk- duduk, mengobrol 3) Kesehatan : poliklinik

2.1.3 Fasilitas Olahraga Pada Gelanggang Olahraga

Jenis Olahraga dibagi kedalam 3 kelompok kegiatan, yaitu :

(26)

10 b. Indoor Activities : Yakni kegiatan keolahragaan yang

sangat membutuhkan ruangan tertutup yang terpisah atau ruangan tertutup khusus.

c. Water Based Activities : Yakni kegiatan olahraga yang menggunakan air sebagai media utama.

2.1.4 Klasifikasi Gelanggang Olahraga

Menurut Buku standar Tata cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Gelanggang Olahraga dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Gelanggang Olahraga Tipe A adalah Gelanggang Olahraga yang dalam penggunaannya melayani wilayah Provinsi/Daerah Tingkat I.

b. Gelanggang Olahraga Tipe B adalah Gelanggang Olahraga yang dalam penggunaannya melayani wilayah Kabupaten/ Kotamadya.

c. Gelanggang Olahraga Tipe C adalah Gelanggang Olahraga yang dalam penggunaannya hanya melayani wilayah Kecamatan.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, dapat diakatan bahwa Gelanggan yang ada pada Tugas Akhir saya termasuk dalam Gelanggang olahraga tipe B.

2.1.5 Persyaratan Umum Gelanggang Olahraga Tipe B

Dalam sebuah ruang olahraga indoor terdapat beberapa fasilitas seperti :

(27)

11 b. Area olahraga indoor meliputi tempat latihan pertandingan dan

tempat latihan kebugaran (fitness centre )

c. Area administrasi meliputi ruang resepsionis, kantor pengelola, ruang rapat pengelola, pantry, gudang, dan ruang arsip.

d. Area penerimaan Tamu meliputi : front office, loket penjualan tiket, loket pendaftaran keanggotaan atau penyewaan, entrance hall, lobby, dan toilet umum.

e. Area rekreasi : Kafetaria, taman bermain, sport shop dan kolam renang.

f. Arena Pendidikan : Perpustakaan buku-buku Olahraga

g. Keamanan : faktor keamanan terhadap api, keributan/kerusuhan dan kecelakaan.

h. Area Ibadah : Musholla dan ruang tempat wudhu.

2.1.6 Persyaratan Fasilitas Pada Gelanggang Olahraga Tipe B

Menurut (John Deirant 1971), fasilitas pada Gelanggang Olahraga harus memliki ketentuan sebagai berikut :

a. Ruang ganti atlit untuk tipe B minimal dua unit dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton.

2) Kelengkapan fasilitas tiap-tiap unit antara lain :

a) Toilet pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci tangan, 4 buah urinoir dan 2 buah kamar mandi

b) Ruang bilas pria dilengkapi dengan shower

c) Ruang ganti pakaian pria dilengkapi tempat simpan benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi bangku panjang dan tempat duduk

d) Toilet wanita harus dilengkapi kamar mandi dan bak cuci tangan yang dilengkapi cermin

e) Ruang bilas wanita tertutup

(28)

12 b. Ruang ganti wasit dan pelatih untuk tipe B minimal satu

unit untuk wasit dan 2unit pelatih dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Lokasi ruang ganti harus dapat lansung menuju lapangan melalui koridor yang berada di bawah tempat duduk penonton,

2) Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, antara lain : a) Wastafel

b) kamar mandi c) ruang bilas tertutup

d) ruang penyimpanan barang

e) Ruang pijat direncanakan untuk tipe B minimal 12 m2 .Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah kamar mandi.

f) Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau ruang bilas direncanakan untuk tipe B minimal 1 unit yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15 m2. Kelengkapan minimal 1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah kamar mandi yang mempunyai luas lantai dapat menampung untuk kegiatan pemeriksaan dopping.

g) Ruang pemanasan untuk tipe B minimal 81 m2 dan maksimal 196 m2.

h) Ruang latihan beban mempunyai luas yang disesuaikan dengan alat latihan yang digunakan 80 m2 untuk tipe B.

i) Toilet penonton direncanakan untuk tipe B dengan perbandingan penonton wanita dan pria adalah 1 : 4 yang penempatannya dipisahkan. Fasilitas yang dibutuhkan minimal dilengkapi dengan :

(29)

13 (2) Jumlah urinoir yang dibutuhkan minimal 1buah

untuk 100 penonton pria.

c. Kantor pengelola gelanggang tipe B sebagai berikut :

1) dapat menampung minimal 10 orang, maksimal 15 orang dan dengan luas yang dibutuhkan minimal 5 m2 untuk tiap orang.

2) Tipe B harus dilengkapi ruang untuk petugas keamanan, petugas kebakaran dan polisi yang masing-masing membutuhkan ruang seluas minimal 15 m2.

d. Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minmal 50 m2 dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan

1) Ruang panel untuk tipe B harus diletakkan dekat dengan ruang staff tehnik.

2) Ruang mesin untuk tipe B dengan luas ruang sesuai kapasitas mesin tidak menimbulkan bunyi bising yang mengganggu ruang area dan penonton.

e. Tiket box untuk tipe B sesuai kapasitas penonton f. Ruang pers untuk Tipe B sebagai berikut :

1) harus disediakan kabin untuk awak TV dan film 2) Tipe B harus disediakan ruang telepon dan telex

3) Ruang VIP untuk Tipe B yang digunakan untuk tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus.

g. Tempat parkir untuk tipe B, sebagai berikut :

1) jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk gelanggang adalah 1500 k2

2) 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal 4 orang pengunjung pada jam sibuk

h. Toilet penyandang cacat untuk B. Fasillitas yang dibutuhkan minimal sebagai berikut :

(30)

14 2) Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan

perpindahan dari kursi roda ke kloset duduk yang diletakkan didepan dan disamping kloset duduk setinggi 80 cm.

3) Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

4) Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8 %, panjang maksimal 10 m

5) Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari bahan-bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air.

6) Pada ujung tanjakan harus disediakan bidang datar minimal 180 cm.

7) Selasar harus cukup lebar untuk kursi roda melakukan putaran 180 ˚.

2.1.7 Persyaratan Standart Arena Olahraga Tinju

Menurut (AOB Competition Rules, 2011) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan perancangan arena pertandingan olahraga tinju, antara lain adalah :

1) Ukuran lapangan dan area bebas diluar lapangan 2) Ketinggian arena

3) Kebutuhan ruang-ruang 4) Sirkulasi antar manusia

5) Fasilitas keamanan dan kenyamanan penonton

(31)

15 Keterangan :

1 Hakim 1 10 Scoring system operator 2 Hakim 2 11 Dokter pertandingan

3 Hakim 3 12 AIBA Cutman

4 Hakim 4 13 Yellow corner seating area 5 Hakim 5 14 Blue corner seating area 6 Wakil pengawas 15 Netral corner

[image:31.595.158.471.113.616.2]

7 Official announcer 16 Camera stand 8 Timekeeper 17 Photographer 9 Gong operator

(32)

16 1 Hakim 1 10 Scoring system operator

2 Hakim 2 11 Dokter pertandingan

3 Hakim 3 12 AIBA Cutman

4 Hakim 4 13 Yellow corner seating area 5 Hakim 5 14 Blue corner seating area 6 Wakil pengawas 15 Netral corner

[image:32.792.175.651.113.500.2]

7 Official announcer 16 Camera stand 8 Timekeeper 17 Photographer 9 Gong operator

(33)

17

2.2 Pengertian Pusat Latihan (training centre)

2.2.1 Pengertian Pusat Latihan

a. Pusat adalah tempat dimana orang akan melakukan sesuatu yang khusus ( oxford learners pocket dictionary , oxford university press, 1995)

b. Pusat adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan sejenis dalam suatu wadah, merupakan konsentrasi suatu kegiatan sejenis pada suatu tempat ( purwadaminta 1998)

c. Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pimpinan berbagai urusan atau hal (kamus besar bahasa indonesia, balai pustaka , 1999)

Dalam dunia olahraga, kata latihan sudah tidak asing lagi kita dengar, Namun, masing-masing mempunyai arti dan makna sendiri-sendiri. Beberapa ahli berpendapat tentang pengertian latihan olahraga sebagai berikut: (Hare, 1982) proses pemyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan.

Melalui pendekatan ilmiah yang tepat dan terkoordinir, diharapkan olahraga di tanah air dapat terbantu melalui prinsip-prinsip pendidikan. Sedangkan menurut (Thomson, 1993) proses yang sistematis untuk meningkatkan kebugaran atlet sesuai cabang olahraga yang dipilih. Kebugaran itu dapat dicapai apabila latihan dilakukan dengan teratur dan sistematis sesuai cabang olahraga yang dipilih Latihan adalah Progam pengembangan atlet untuk bertanding, berupa peningkatan keterampilan dan kapasitas energi (Bompa, 1999).

(34)

18 latihan atau pekerjaannya. Berdasarkan pengertian-pengertian tentang latihan di atas, maka latihan dapat didefinisikan sebagi peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan fisik dalam rangka meningkatkan penampilan berolahraga.

Latihan adalah penerapan rangsangan fungsional secara sistematis dalam ukuran semakin tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Jadi untuk pencapaian suatu prestasi dibutuhkan suatu progam latihan yang sistematis, sehingga adanya adaptasi dalam tubuh.

Jadi pengertian pusat latihan adalah tempat dimana terjadi kegiatan sejenis yang dilakukan berulang-ulang dengan kian hari kian meningkatkan jumlah beban latihan atau pekerjaannya.

2.2.2 Prinsip Latihan Olahraga

Prinsip-prinsip latihan menurut IAAF :

a. Badan mampu beradaptasi terhadap beban latihan.

b. Beban latihan dengan intensitas yang benar dan waktu, mendatangkan kompensasi.

c. Beban latihan yang ditambah dengan teratur menyebabkan over- kompensi berulang-ulang dan meningkatkan kebugaran yang lebih tinggi.

d. Tak akan terjadi peningkatan kebugaran bila beban selalu sama atau terlalu jauh terpisah.

e. Over training atau adaptasi yang tak sempurna akan terjadi bila beban latihan terlalu besar atau terlalu dekat.

f. Adaptasi adalah khusus terhadap sifat khusus latihan.

(35)

19

2.2.3 Sasaran Latihan Olahraga

Setiap proses latihan yang dilakukan memerlukan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, Sasaran latihan diperlukan sebagai pedoman dan arah yang menjadi acuan oleh pelatih maupun atlet dalam menjalankan progam latihan. Adapun sasaran latihan menurut (Dwi Hatmisari Ambarukmi) meliputi

a. Perkembangan multilateral yaitu atlet memerlukan pengembangan fisik secara menyeluruh berupa kebugaran (fitnes) sebagai dasar pengembangan aspek lainnya yang diperlukan untuk mendukung prestasinya.

b. Perkembangan fisik khusus cabang olahraga yaitu setiap atlet memerlukan fisik khusus sesuai cabang olahraganya, misal seorang sprinter memerlukan power otot tungkai yang baik, pesenam memerlukan kelentukan yang sempurna.

c. Faktor teknik, kemampuan biomotor seorang atlet dikembangan berdasarkan kebutuhan teknik cabang olahraga tertentu untuk meningkatkan efisiensi gerakan, misalnya untuk menguasai teknik berlari, seorang pelari harus memiliki power tungkai dan keseimbangan tubuh yang baik.

d. Faktor taktik, siasat memenangkan pertandingan merupakan bagian dari tujuan latihan dengan mempertimbangkan : kemampuan kawan, kekuatan dan kelemahan lawan dan kondisi lingkungan.

e. Aspek psikologis, kematangan psikologis diperlukan untuk mendukung prestasi atlet. Latihan psikologis bertujuan meningkatkan disiplin, semangat, daya juang kepercayaan diri dan keberanian

(36)

20 g. Pencegahan cedera merupakan peristiwa yang paling ditakuti oleh atlet, untuk itu perlu upaya pencegahan melalui peningkatan kelentukan sendi, kelenturan dan kekuatan otot

2.2.4

Sistem Latihan Olahraga

[image:36.612.107.514.341.599.2]

Upaya menyiapkan atlet atau tim nasional yang berprestasi prima diperlukan sistem pembinaan dalam jangka waktu yang lama yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Bompa; 1999: 11) Salah satu model pembinaan yang dapat dilakukan antara lain meliputi kegiatan rekreatif, keterampilan tingkat dasar, keterampilan tingkat menengah dan keterampilan tingkat tinggi.

Tabel 2.1 Sistem Latihan olahraga

Sumber : (Bompa;1999;11)

2.3

Tinjauan Olahraga Tinju

2.3.1

Tinjauan Olahraga Tinju

Tinju adalah olahraga dan seni bela diri yang menampilkan dua orang partisipan dengan berat yang serupa bertanding satu sama lain

Tingkatan Atlet Tingkat Kompetisi Sasaran

Atlet berketrampilan tingkat tinggi

Tim Nasional Meraih prestasi tinggi dan memecahkan rekor

Atlet berketrampilan tingkat menengah

Atlet bertanding pada kompetisi nasional

Mempertahankan prestasi

Atlet berketrampilan tingkat dasar

Atlet anak junior pada pertandingan antar

perkumpulan atau sekolah

Peningkatan prestasi

Atlet olahraga rekreatif

Peserta pada klub olahraga atau masyarakat umum penggemar olahraga

(37)

21 dengan menggunakan tinju mereka dalam rangkaian pertandingan berinterval satu atau tiga menit yang disebut "ronde". Baik dalam Olimpiade ataupun olahraga profesional, kedua petarung (disebut petinju) menghindari pukulan lawan mereka sambil berupaya mendaratkan pukulan mereka sendiri ke lawannya.

Menurut Wikipedia bahasa inggris tentang boxing .Kata Tinju adalah terjemahan dari kata Inggris "boxing" atau "Pugilism". Kata Pugilism berasal dari kata latin, pugilatus atau pinjaman dari kata yunani Pugno, Pignis, Pugnare, yang menandakan segala sesuatu yang berbentuk kotak atau "Box" dalam bahasa Inggrisnya. Tinju Manusia, kalau terkepal, berbentuk seperti kotak. Kata Yunani pugno berarti tangan terkepal menjadi tinju, siap untuk pugnos, berkelahi, bertinju. Dalam mitologi, bapak dan Boxing adalah Poliux, saudara kembar dari Castor, putera legendaris dari Jupiter dan Leda.

2.3.2

Sejarah Olahraga Tinju

Berikut penjelasan perkembangan olahraga tinju dari masa ke masa : a. Tinju dengan Costus

Olahraga tinju menurut penyelidikan para ahli terhadap tulisan, relief, gambar, dll, pada prasasti Mesir kuno telah dikenal di Mesir sejak 400 SM. Berkembang ke Mesopotamia, Yunani, Kreta, Romawi terus ke Inggris. Dari sana berkembang ke negara-negara koloninya, Amerika dan menyebar ke seluruh dunia.Tahun 1500 SM, pada masa pemerintahan Kreta (Romawi), tinju telah berkembang, dan tak sampai 900 SM, tinju sudah tercatat mempunyai dasar yang teratur.

(38)

22 ampuh yang efektif. Ketika Romawi berjaya dan menguasai Yunani, mereka membawa sejumlah tawanan perang kenegaraan untuk dijadikan budak.

Dari para budak itu setelah dilengkapi sarung tangan kulit yang kadang-kadang diisi besi, tembaga, ditempeli metalik dan logam lainnya (disebut juga costus), diadu sebagai pelengkap hiburan saat itu. Di saat abad ke 1 SM seluruh kegiatan tinju dilarang kaisar Romawi, dan sejak saat itu seluruh kegiatan tinju hilanh dari sejarah.

b. Tinju dengan Tangan Kosong

Setelah melalui abad-abad gelap, pada abad ke 18, oleh seorang penantang utama negara, James Figg (1719-1730), tinju kembali ditawarkan sebagai olahraga di Inggris.Figg adalah seorang petinju modern, yang selain mahir bertinju juga mahir memainkan tongkat dan pedang.

Pada tahun 1719 ia membuka akademi tinju pertama di London, ia menjadi instrukturnya. Untuk pertama kalinya pula ia menerapkan teknik pedang dan tongkat ke dalam teknik tinju. Ia juga menghapuskan gerakan yang menggunakan kaki, berpegangan dan mencekik, dan memikirkan bagaimana tinju menjadi lebih baik. Dengan cara itu ia berhasil mengembangkan tinju keseluruh pelosok daerah dan pelosok London.

c. Tinju dengan Gloves

(39)

23 digunakan tahun 1904, sewaktu cabang olahraga tinju untuk pertama kalinya diperbandingkan dalam olimpiade di St. Luis, AS.

2.3.3

Sejarah Tinju di Indonesia

Olahraga tinju dibawa oleh seorang warga negara Belanda ke Indonesia. Hanya kapan olahraga ini dikenal di tanah air kita, masih banyak dipertanyakan orang. Karena belum ada keterangan yang pasti mengenai hal ini. Namun yang pasti olahraga tinju ini telah menjadi populer di tanah air kita, dan sudah dikenal sejak dulu. Olahraga ini juga merupakan olahraga yang paling digemari oleh hampir semua lapisan masyarakat, baik yang tua maupun yang muda. Diantaranya ada yang terjun langsung, aktif sebagai petinju, lainnya banyak pula yang hanya sekedar penggemar atau penonton saja. Cabang olahraga tinju pada awal mulanya ada di Indonesia merupakan sebuah pertunjukkan yang menghasilkan bayaran yang tinggi. Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat penuh, Indonesia yang sudah merdeka berkeinginan untuk menyatukan kegiatan-kegiatan olahraga dalam suatu organisasi tingkat nasional. Dalam kongres Solo itu muncul PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia). Setelah terbentuknya PORI ini muncullah gagasan untuk mengadakan PON pada tahun 1948, pada PON pertama ini cabang olahraga tinju belum ikut serta. Tinju baru dilombakan di PON IV di Makassar, dibawah naungan PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat).

Pada tahun 1959 rencana dari tokoh-tokoh tinju di Indonesia akan persyaratannya, harus terlebih dahulu menjadi anggota dari cabang olahraga tinju Internasinal (AIBA = Association Internationale de Boxe Amateur), maka saat itu PERTIGU mengajukan diri menjadi anggota AIBA, tapi diluar dugaan AIBA menolak dengan alasan :

a. PERTIGU masih bercampur aduk antara tinju pro dan amatir, karena AIBA hanya mengurus tinju amatir saja.

(40)

24 hanya dapat menerima keanggotaan tinju amatir Indonesia.

Berdasar kenyataan itu maka untuk dapat ikut serta dalam olimpiade tokoh-tokoh tinju Indonesia, dengan prakarsa Sudharto cs, mendirikan Persatuan Tinju Amatir Indonesia atau disingkat PERTINA, selanjutnya 30 Oktober 1959 mendapat pengakuan dari AIBA.

2.3.4

Pembagian Kelas Tinju

a. Kelas Bobot

Dalam tinju, kelas bobot badan merupakan standarisasi kisaran berat badan bagi petinju. Batas terendah dari suatu kelas seimbang dengan batas tertinggi, tanpa batas, disebut Kelas Berat dalam tinju profesional dan Kelas Berat Super dalam tinju amatir. Sebuah pertarungan tinju biasanya dijadwalkan untuk suatu bobot kelas tertentu dan kedua petinju tidak boleh melewati batas tertinggi kelas tersebut. Dalam tinju amatir, petinju tidak boleh memiliki berat dibawah batas terendah walaupun petinju profesional boleh bertinju di atas kelas mereka.

b. Penimbangan

Petinju profesinal biasanya berbobot lebih pada saat sebelum pertandingan dibandingkan pada saat bertanding. Bagian dari proses latihan adalah untuk mencapai berat ideal untuk bertanding. Penimbangan biasanya dilaksanakan sehari sebelum pertandingan. Petinju berdiri diatas timbangan dengan telanjang kaki dan tanpa sarung tinju. Penimbangan biasanya merupakan kesempatan bagi wartawan untuk memfoto dan para petinju dapat saling menghina satu sama lain. Elemen ini merupakan suatu hal yang berharga dalam proses dimana para petinju kelas berat mengikuti ritual penimbangan ini, walaupun tidak ada batasan berat bagi mereka.

(41)

25 sesudahnya dengan cara berkeringat di ruang sauna. Jika berat yang melebihi terlalu banyak, pengurangan berat badan tersebut akan membuat sang petinju tidak bugar untuk bertanding. Dalam kasus tertentu, pertandingan bisa saja dibatalkan dan petinju yang melebihi berat dikenakan sanksi, atau pertandingan dapat berlangsung sebagai kelas Non-titel.

Petinju amatir harus memenuhi syarat bobot pada saat penimbangan, tidak ada kesempatan untuk mencoba lagi nanti. Ada penimbangan general yang dilaksanakan sebelum turnamen dimulai dan penimbangan harian yang dilaksanakan pagi hari sebelum pertandingan kedua petinju. Pada penimbangan general, petinju harus berada diantara batas berat kelas tersebut, namun pada penimbangan harian, bobot lebih difokuskan pada batas tertinggi. Petinju diluar bobot tertentu diijinkan bertanding di kelas lain jika masih ada tempat dalam turnamen. Pada acara besar seperti Tinju di Olimpiade, ada batas satu petinju per negara per bobot kelas.

c. Daftar Kelas Bobot 1) Kelas Profesional

(42)

26

[image:42.612.93.548.132.641.2]

Tabel 2.2 Pembagian Kelas Bobot Petinju Profesional

Tabel 2.3 Pembagian Kelas Bobot Petinju Profesional

Weight limit (lb/kg/ston

e)

Continous

Since WBA WBC IBF WBO BoxRec

140/63.5/10 1959 Super lightweight Super lightweight Junior welterweig ht Junior welterweight Light welterweight

135/61.2/9 1886 Lightweight Lightweight Lightweight Lightweight Lightweight Weight

limit (lb/kg/ston

e)

Continous

Since WBA WBC IBF WBO BoxRec

unlimited 1885 Heavyweig

ht Heavyweight Heavyweight Heavyweight Heavyweight

200/90.7/14 1980 Cruiserweig

ht Cruiserweight Cruiserweight

Junior

heavyweight Cruiserweight

175/79.4/12 1913

Light heavyweigh t Light heavyweight Light heavyweight Light heavyweight Light heavyweight

168/76.2/12 1984 Super midleweight Super midleweight Super midleweight Super midleweight Super midleweight

160/72.5/11 1984 Midleweight Midleweight Midleweight Midleweight Midleweight

154/69.9/11 1962

Super welterweigh t Super welterweight Junior welterweight Junior welterweight Light midleweight

147/66.7/10 1914 Welterweig

(43)

27 Weight

limit

Continous Since

WBA WBC IBF WBO BoxRec

130/59.0/9 1959 Super featherweight Super featherweight Junior lightweight Junior lightweight Super featherweight

126/57.2/9 1889 Featherweight Featherweigh t Featherwei ght Featherweig ht Featherweig ht

122/55.3/8 1976 Super bantamweight Super bantamweight Junior featherwei ght Junior featherweigh t Super bantamweigh t

118/53.5/8 1894 Bantamweight Bantamweigh t Junior Bantamwei ght Bantamweig ht Bantamweig ht

115/52.2/8 1980 Super flyweight Super flyweight Junior bantamwei ght Junior bantamweig ht Super flyweight

112/50.8/8 1911 Flyweight Flyweight Flyweight Flyweight Flyweight

108/49.0/7 1975 Light flyweight Light flyweight

Junior

flyweight

Junior

flyweight Light weight

105/47.6/7 1987 Minimumweig

ht Strawweight

Mini flyweight Mini flyweight Minimumwei ght

( Sumber : en.wikipedia.org/wiki/boxing)

diatas menunjukkan pembagian kelas bobot dari petinju profesional, pembagian kelas tersebut mempunyai hubungan dengan jenis latihan yang dapat dijalani petinju dan jenis peralatan latihan yang akan digunakan nantinya. Contohnya : ukuran heavy bag yang digunakan oleh petinju kelas berat akan berbeda dengan

yang digunakan oleh petinju kelas bulu. 2) Kelas Amatir

(44)

28 terdekat. pembagian kelas ini menimbulkan perbedaan antara bobot kelas amatir dan profesional secara batasan dan nama. Kelas terendah disesuaikan pada September 2012 untuk menentukan batas bobot terendah bagi petinju dewasa.

[image:44.612.159.533.347.698.2]

Bobot kelas amatir juga mempunyai bobot minimum. Untuk alasan keamanan , petinju tidak diperbolehkan melawan petinju dari bobot kelas lain. Ini juga berarti bahkan bobot kelas tertinggi mempunyai batas. Batas terendah untuk kelas berat diputuskan pada 1948 dengan 81 kg dan kelas 91 kg dinamai kelas berat super. Nama yang tidak digunakan pada tinju profesional pada saat ini. Berikut adalah pembagian kelasnya :

Tabel 2.4 Pembagian Kelas Bobot Petinju Amatir

Class name

Weight class limit (kg) Men

(old)

Men (new)

Women (old)

Women

(new) Junior

Super

heavyweight Unlimited Unlimited × × ×

Heavyweight 81-91 81-91 Unlimited Unlimited Unlimited

Light

heavyweight 75-81 75-81 75-81 75-81 75-80

Middleweight 69-75 69-75 69-75 69-75 70-75

Light

middleweight × × × × 66-70

Welterweight 64-69 64-69 64-69 64-69 63-66

Light

(45)

29

Class name

Weight class limit (kg) Men

(old)

Men (new)

Women (old)

Women

(new) Junior

Lightweight 57-60 56-60 57-60 57-60 57-60

Featherweight 54-57 × 54-57 54-57 54-57

Bantamweight 51-54 52-56 51-54 51-54 52-54

Light

bantamweight × × × × 50-52

Flyweight 48-51 49-52 48-51 48-51 48-50

Light flyweight 46-48 46-49 46-48 45-48 46-48

Pinweight × × 44-46 × 44-46

Pembagian tabel diatas menunjukkan pembagian kelas bobot dari petinju amatir, pembagian kelas tersebut mempunyai hubungan dengan jenis latihan yang dapat dijalani petinju dan jenis peralatan latihan yang akan digunakan nantinya. Contohnya : ukuran heavy bag yang digunakan oleh petinju kelas terbang akan berbeda dengan yang digunakan oleh petinju kelas berat.

2.3.5

Ronde dalam Tinju

(46)

30 Dalam pertandingan titel, ini disebut "jarak kejuaraan". yang saat ini biasanya berarti 12 ronde, meskipun ada beberapa kejuaraan dengan sepuluh ronde, namun secara tipikal 10 ronde atau lebih sedikit. Setiap ronde berlangsung selama 3 menit dengan waktu istirahat 1 menit setelah tiap ronde untuk kelas profesional. Sedangkan untuk kelas amatir 1 ronde biasanya berlangsung selama 2 menit dengan waktu istirahat 1 menit setelah tiap ronde.

2.3.6

Latihan dalam Tinju

Latihan seorang petinju bergantung pada titik karir dimana mereka berada. Jika seorang petinju masih berada di level pemula, rutinitas latihan dapat meliputi pembelajran bagaimana cara memukul sansak, speed bag dan double end bag, serta melakukan latihan bayangan di depan cermin, lompat tali, kalistenik dan latihan lari setiap hari, dan juga beberapa sesi latih tanding dalam ring. Kebanyakan petinju yang baru mulai akan menghabiskan awal karir untuk membentuk dasar-dasar kemampuan. Untuk para amatir dan profesional, mereka memiliki persiapan untuk pertandingan resmi, tetapi latihan tetap dilakukan dengan lebih intensitas lebih. Latihan tinju dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain :

a. Pemanasan – contoh : lompat tali, peregangan, latihan bayangan, dan lain-lain

b. Pengondisian kekuatan – contoh : clapping push-up, explosive box jumps,squats, dan lain-lain.

c. Bagwork – contoh : heavy bag, speed bag, dan lain-lain. d. Mittwork

e. Latihan inti – contoh : push-up, sit-up, lari.

f. Latih tanding.Pengondisian kecepatan – footwork, g. latih tanding bayangan, dan lain-lain.

(47)

31 2.3.7

Peralatan Tinju

Olahraga tinju tidak terlepas dari peralatan yang dibutuhkan, baik yang digunakan untuk keamanan petinju, maupun untuk latihan. Peralatan dasar latihan tinju merangkap:

Tabel 2.5 Daftar peralatan olahraga Tinju Nama

alat Kegunaan Gambar

Pembalut tangan

Melindungi pergelangan tangan ketika latihan dan latih tanding. Terdapat beberapa varian ukuran untuk

panjangnya, namun ukuran yang sering digunakan yaitu 3 meter.

Speed bag glove

Dibuat untuk mencegah tangan terluka ketika memukul speed bag, sarung tangan ini merupakan jenis sarung tangan teringan, namun memberikan proteksi lebih dibanding dengan pembalut tangan. Memiliki beberapa varian ukuran dan dapat dikategorikan sebagai : kecil, sedang, besar, dengan kisaran ukuran diukur menggunakan keliling kepalan tangan.

Heavy bag glove

Dibuat untuk mencegah tangan terluka ketika memukul heavy bag.Memilik beberapa varian ukuran dan dapat dikategorikan sebagai : kecil, sedang, besar, dengan kisaran ukuran diukur menggunakan keliling kepalan tangan dari 15.2 cm hingga lebih dari 23 cm. Beratnya pun bervariasi dari 340 gram hingga 567 gram.

Sparring gloves

(48)

32

Nama

alat Kegunaan Gambar

Pelindung kepala

Digunakan untuk melindungi petinju dari luka tipis atau memar ketika latih tanding dan juga digunakan dalam kompetisi tinju amatir. Pelindung kepala tidak

menawarkan proteksi dari efek pukulan. Hal ini penting diingat agar petinju sadar dan tidak memiliki rasa sekuritas yang salah yang membuat mereka menerima pukulan dan bukan menghindarinya. Ukuran dapat berbeda tergantung

besaran yang akan digunakan. Pelindung kepala ini diukur menggunakan keliling kepala yang biasanya diukur secara horizontal mengelilingi dahi. Memiliki beberapa varian ukuran dan dapat dikategorikan sebagai : kecil, sedang, besar, dengan keliling kepala dari 56cm hingga 63.5 cm.

Groin guard

Pelindung area pinggul dan alat vital dari pukulan yang salah, baik disengaja ataupun tidak. Memiliki beberapa varian ukuran dan dapat dikategorikan sebagai : kecil, sedang, besar. Diukur

menggunakan lingkar pinggang dan berkisar antara 76cm hingga 104cm.

Mouth Piece

Berguna untuk melindungi bagian dalam mulut dan bibir dari luka gigit ketika menerima pukulan keras di wajah. Mouthpiece juga membantu mengunci rahang bagian atas dan bawah, mecegah kerusakan berlebih . Tidak memiliki ukuran standar, karena dapat disesuaikan dengan bentuk mulut dalam seseorang, dengan cara direndam di air panas sbelum digunakan

Jump Rope

(49)

33

Nama

alat Kegunaan Gambar

Focus mitt

Bantalan target yang dikenakan pada tangan pelatih bagi petinju untuk menyerang, melatih pukulan kombinasi, dan juga bertahan. Rata-rata memiliki ketebalan 7.5cm dengan diameter bantalan dari 19cm hingga 28cm.

Belly protector

Pelindung perut yang digunakan oleh pihak pelatih, agar para petinju dapat melatih pukulan kearah badan. Biasanya digabungkan dengan latihan

menggunakan focus mitt. Memiliki beberapa varian ukuran dan dapat dikategorikan sebagai : kecil, sedang, besar, yang diukur berdasarkan lingkar pinggang. Ukuran berkisar antara 50cm hingga 116cm.

Heavy bag

Digunakan untuk mengajar petinju muda dimana tepatnya untuk memukul lawan dan untuk semua jenis petinju untuk berlatih kombinasi mereka. Memiliki ukuran yang berbeda yang harus disesuaikan dengan kelas petinju yang akan memakainya. Memiliki beberapa varian ukuran dan dapat dikategorikan : kecil, sedang, besar, yang diukur berdasarkan diameter dan tingginya. Berkisar antara diameter 30cm dan tinggi 75cm hingga diameter 35cm dan tinggi 100cm. Untuk penggunaannya, heavy bag biasanya digantung dengan ketinggian sesuai postur petinju.

Speed bag

Digunakan untuk meningkatkan

(50)

34

Nama

alat Kegunaan Gambar

Double end bag

Digunakan untuk melatih pukulan, ritme, dan gerak reflek petinju dalam

menghadapi objek yang dapat bergerak dengan cepat. Double end bag ini dikaitkan dilantai dan plafon dalam ruangan untuk penggunaannya, dan kantung ditengahnya diatur sedemikian rupa hingga berada sejajar dengan jangkauan manusia dewasa. Ukuran kantungnya mirip dengan speed bag, yaitu 12cm hingga 20cm untuk diameternya.

Maize bag

Dirancang untuk melatih pertahanan para petinju, dan menitik beratkan untuk melatih pergerakan kepala, seperti menunduk dan menghindar. Alat ini tidak dirancang untuk dipukul. Memiliki dimensi diameter 48cm, dan tinggi 60cm. Pada penggunaannya, maize bag digantung dengan rantai setinggi pundak atau leher orang dewasa.

Slam man

Digunakan untuk berlatih kombinasi pukulan pada sansak berbentuk manusia. Alat ini digunakan agar petinju dapat melatih menyarangkan pukulan pada bagian berbeda dari tubuh manusia. Memiliki dimensi panjang 45cm, lebar 45cm dan tinggi 138cm. Tinggi slam man biasanya dapat disesuaikan karena memiliki pengaturan

Medicine ball

Digunakan untuk pelatihan pylometric, sering digunakan ketika pelatihan berpasangan (cepat

melemparkan/melewati bola) atau dengan pelatih. Memiliki beberapa ukuran,

dengan besaran diameter dari 20cm hingga 35cm, dan memiliki varian berat antara 1-11kg.

Cermin

Digunakan oleh petinju untuk melakukan latihan bayangan. Membantu

meningkatkan daya imajinasi dan

(51)

35

Nama

alat Kegunaan Gambar

Ring tinju

Digunakan untuk pelatihan tinju, maupun persiapan pertandingan. Ukuran ring tinju dapat berkisar antara 4.9 meter tiap sisi hingga 7.6 meter tiap sisi, tidak termasuk tepian ring. Ring tinju memiliki tinggi 90cm sampai 120cm hingga pijakan, dan 1.5m untuk tiang ditiap sudutnya. Tambang yang dikaitkan di tiap tiang memiliki tinggi 46cm, 76cm, 107cm dan 1.37cm dari pijakan.

Sumber : (google/peralatan tinju), 2015

2.4 Tinjauan Penekanan Konsep Arsitektur

2.4.1 Definisi Arsitektur Ekologi

Ekologi arsitektur adalah penekanan desain dimana bangunan gelanggang dan pusat pelatihan tinju mengarah pada bangunan arsitektur yang menggunakan teknologi yang berwawasan lingkungan, melihat faktor iklim yang ada dan tingkat suhu udara panas sangat tinggi sehingga tema tersebut bisa menjawab permasalahan lingkungan, supaya aktivitas yang ada didalam objek bisa berjalan sesuai kenginan pengguna khususnya para atlet dan pengunjung tentunya di dalam ruangan mereka membutuhkan kesejukan udara.

Arsitektur ekologi adalah pembangunan sebagai kebutuhan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya yang mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian alam, disamping konsep-konsep arsitektur bangunan itu sendiri. (sumber : Heinz Frick, 1998)

(52)

36 pelatihan tinju itu sendiri.

2.4.2 Karakter Arsitektur Ekologi

Pada dasarnya prinsip Ekologi (Eko-Arsitektur) penjabarannya adalah sebagai berikut :

a. Holistis, berhubungan dengan sistem secara keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang lebih penting dari sekedar kumpulan bagian. b. Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan)

dan pengalama lingkungan alam terhadap manusia.

c. Pembangunan sebagai proses yang bersifat dinamis dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.

d. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keuntungan kedua belah pihak.

Pola perencanaan ekologi adalah membentuk keseimbangan antara manusia dan lingkungannya. Alam sebagai pola perencanaan arsitektur ekologis mempunyai berbagai persyaratan sebagai berikut :

1) Penyesuaian pada lingkungan alam setempat

Suatu bangunan baru harus menyesuaikan dengan lingkungan alam setempat. Hal ini akan menimbulkan dampak positif bagi lingkungan sehingga akan terlihat hasil yang dicapai oleh arsitektur ek

Gambar

Gambar 2.1 standart Field Of Play (FOP) - one ring
Gambar 2.2 standart Field Of Play (FOP) - two ring
Tabel 2.1 Sistem Latihan olahraga
Tabel 2.3 Pembagian Kelas Bobot Petinju Profesional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem klasifikasi data nasabah ini digunakan untuk menampilkan informasi klasifikasi lancar, kurang lancar atau tidak lancarnya calon nasabah dalam membayar premi

Dari hasi uji hipotesis III menggunakan Independent Samples T-Test menggunakan nilai post latihan single leg speed hop dan post latihan knee tuck jump yang dikarenakan

Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh tidak langsung dari leadership style terhadap firm performance melalui

Hipotesis dari penelitian ini yaitu “terdapat perbedaan hasil ketercapaian keterampilan proses sains peserta didik yang signifikan antara kelas eksperimen yang

Karena pembahasan dalam skripsi ini berbicara tentang riba dan fatwa MUI, maka teori atau kerangkan normatif pada bab kedua tersebut diharapkan dapat membantu

Khusus untuk Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian ini, paparan hasil dan pembahasan penelitian ini meliputi dua hal yaitu: (1) strategi meminta dengan mendayagunakan konteks, dan

Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh tumbangnya suatu pohon yang menyebabkan luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang