i
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
Rosi Lestari
NIM 1112018300049
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap keterampilan membaca intensif siswa kelas III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian The Post-test Only Control Group Design . Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 27 siswa kelas eksperimen dan 27 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian ini berupa tes dalam bentuk uraian. Teknik analisis data menggunakan program SPSS 20 for Windows Version.
Berdasarkan hasil posttest, diperoleh bahwa hasil rata-rata nilai tes keterampilan membaca intensif siswa setelah dibelajarkan dengan menggunakan media komik (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil rata-rata nilai tes keterampilan membaca intensif siswa yang tidak menggunakan media komik (kelas kontrol). Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 84,63 dan kelas kontrol sebesar 75,56.
Selain itu, hasil perhitungan uji-T atau uji hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample T-Test diperoleh nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,030. Sehingga, Ho ditolak dan H1 diterima dengan nilai sig.(2-tailed) yaitu 0,030 < 0,05. Karena H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan media komik terhadap keterampilan membaca intensif siswa kelas III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.
ii
IntensiveReading Skill On Third Grade Students SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Lesson Year 2015/2016.
This research purpose is knowing the influence of comic media intensive reading skill on third grade students SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Lesson Year 2015/2016. This research is conducted in SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Lesson Year 2015/2016 in second period 2015/2016. The method in this research using quasi experiment with desain The Post-Tes Only Control Group Design. The research is took sample as much as 27 students for experiment class and 27 students for control class. Instrument in this research is tes (essay). Technical analysis date using program SPSS 20 for Windows.
Based on posstest result that average intensive reading skill students after studied with using comic media in experimental classis higher than the average ofintensive reading skillby not using comic media in control class. The average values posstest intensive reading skillin experimental class are 84,63 and the average intensive reading skill in control class are 75,56.
Besides, the result of calculation using t-test or test hypotheses by usingPaired Sample T-Test result sig.(2-tailed) are 0,030. Therefore, Hois rejected and H1is accepted, because the result sig.(2-tailed) 0,030 < 0,05. Because H1 accepted, then it can be concluded that there are the influence of comic media in intensive reading skill on third grade students SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Lesson Year 2015/2016.
iii
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW, keluarga, para sahabatnya, dan umat Islam yang mengikutinya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari dalam penulisan ini banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi. Namun, berkat curahan karunia Allah SWT, dan siraman doa restu dari berbagai pihak yang telah ikhlas memberikan dukungan dan bimbingan secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati, penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran, keikhlasan, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.
5. Lu‟luil Maknun, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan-masukan dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.
iv
dan Kelas IIIB. Seluruh karyawan dan guru SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan yang telah membantu melaksanakan penelitian.
8. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan dan memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.
9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Bapak Purwadi dan Ibu Nuryati yang selalu penulis banggakan dan sayangi. Mereka tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Hanya Allah SWT, yang dapat membalasnya. Semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk mereka dan untuk kakakku, Slamet Riyadi, terima kasih atas semangatnya, dan adikku, Muhammad Tri Mulyana, terima kasih atas dukungan dan semangatnya. 10. Sahabat-sahabatku N2R2 yang terdiri dari Nur Hidayah, Nur Atikah, dan
Rohayatun terima kasih atas masukan-masukannya dan semangatnya. 11. Sahabat-sahabatku di Pondokan Assalam, terima kasih atas dukungannya. 12. Sahabat-sahabatku Aida Rosdiani, Astria, Yuhana Alvia Hadaina, Arif
Rahman Kurniadi terima kasih atas masukan-masukannya dan semangatnya.
v
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya. Aamiin
Ya Rabbal‟alamin
Jakarta, 18 Juli 2016
Penulis
vi
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 4
C.Pembatasan Masalah ... 4
D.Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoretik ... 6
1. Media Pembelajaran ... 6
a. Pengertian Media ... 6
b. Macam-Macam Media Pembelajaran ... 8
c. Fungsi Media Pembelajaran ... 12
d. Manfaat Media Pembelajaran ... 16
e. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media ... 17
2. Media Komik ... 19
a. Pengertian Komik ... 19
b. Elemen-elemen dalam Komik ... 21
c. Kelebihan dan Kekurangan Komik ... 21
vii
d. Tujuan Membaca ... 28
e. Pengertian Keterampilan Membaca ... 30
f. Pengertian Membaca Intensif ... 31
B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 33
C.Kerangka Berpikir ... 34
D.Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
B.Metode dan Desain Penelitian ... 37
C.Populasi dan Sampel ... 38
D.Teknik Pengumpulan Data ... 39
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. Teknik Analisis Data ... 42
G.Hipotesis Statistik ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 45
B.Deskripsi Data ... 47
C.Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 56
D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V PENUTUP A.Simpulan... 66
B.Saran ... 66
viii
Tabel 3.2 :Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 40
Tabel 3.3 : Rubrik Penilaian Pertanyaan Jawaban Keterampilan Membaca Intensif ... 41
Tabel 4.1 : Jumlah Rombongan Belajar Sd Islam Al Amanah ... 46
Tabel 4.2 : Daftar Guru dan Karyawan SD Islam Al Amanah 2016 ... 46
Tabel 4.3 : Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Kelompok Eksperimen ... 48
Tabel 4.4 : Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Kelompok Kontrol ... 49
Tabel 4.5 : Dekripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 50
Tabel 4.6 :Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 4.7 : Dekripsi Data Statistik Nilai PosttestKelompok Kontrol ... 53
Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 54
Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 56
Tabel 4.10 : Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 57
Tabel 4.11 :Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen danKelas Kontrol ... 58
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP Kelas Eksperimen Lampiran 2 : Komik Kelas Eksperimen Lampiran 3 : LKS Kelas Eksperimen Lampiran 4 : RPP Kelas Kontrol
Lampiran 5 : Teks Bacaan Kelas Kontrol Lampiran 6 : LKS Kelas Kontrol
Lampiran 7 :Gambar Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 8 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 9 :Rubrik Penilaian Pertanyaan Jawaban Keterampilan Membaca Intensif
Lampiran 10 : Kunci Jawaban Keterampilan Membaca Intensif Lampiran 11 : Daftar Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 12 :Daftar Hasil Nilai Posttest Kelas Kontrol Lampiran 13 : Daftar Referensi
Lampiran 14 : Uji Referensi
Lampiran 15 : Lembar Observasi Awal
Lampiran 16 : Surat Permohonan Bimbingan Skripsi Lampiran 17 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 18 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 19 : Surat Permohonan Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam keberhasilan siswa mempelajari bidang studi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan antar satu orang dengan yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan, perasaan, pikiran, gagasan, dan pengalamannya kepada orang lain. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan yang utama yang harus dimiliki siswa di Sekolah Dasar adalah keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Keterampilan tersebut sebagai dasar untuk mengembangkan diri dan sebagai jembatan dalam mempelajari pelajaran lain.
Membaca merupakan proses belajar yang efektif. Pengajaran membaca tidak saja menumbuhkan keterampilan membaca, tetapi juga menumbuhkan minat dan kegemaran membaca siswa. Membaca merupakan jendela dunia, artinya segara informasi dapat diketehui oleh seseorang melalui membaca. Siswa yang sering membaca akan lebih banyak memiliki informasi daripada siwa yang jarang membaca. Apabila banyak membaca, akan menambah perbendaharaan kata, menambah pengetahuan, daya nalar, yang berdampak pada kemampuan siswa tidak sejajar. Banyak sedikitnya informasi yang dimiliki siswa melalui membaca tidak lepas dari keterampilan siswa dalam memahami isi bacaan. Oleh karena itu, keterampilan membaca merupakan kunci keberhasilan seseorang siswa dalam menjalani proses pendidikan di sekolah.
sebagai konteks pembelajaran bahasa Indonesia. Membaca sangat bermanfaat bagi setiap orang. Seseorang yang memiliki keterampilan membaca yang baik, akan lebih mudah memahami isi wacana yang dibacanya. Membaca intensif merupakan salah satu jenis keterampilan membaca. Manfaat keterampilan membaca intensif adalah seseorang akan lebih mudah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman secara mendalam.
Hasil observasi awal peneliti pada kelas III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016 menunjukkan keterampilan membaca siswa rendah. Siswa masih kesulitan dalam memahami isi bacaan, dikarenakan strategi pembelajaran yang diterapkan guru masih menggunakan metode konvensional. Selain itu, media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih terbatas, sehingga siswa merasa bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Banyak siswa yang dapat membaca, tapi belum memahami isi bacaan dan pesan-pesan yang terdapat dalam suatu bacaan. Hal ini dikarenakan keterampilan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif sangat rendah. Motivasi atau dorongan dari guru untuk mencanangkan pentingnya membaca sangat minim dan inisiatif dari siswa sendiri kurang untuk membaca.
Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan tergantung dari proses belajar mengajar yang diajarkan oleh pendidik. Siswa diharapkan memiliki kualitas pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan adanya strategi dan media pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Seiiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilakukan melalui media apa saja baik seperti majalah, buku, atau surat kabar. Salah satu media yang belum begitu banyak digunakan dan dikembangkan di Indonesia adalah media komik. Dengan hal ini, media pembelajaran yang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa adalah media komik. Media komik merupkan salah satu media visual komunikatif dalam membaca, karena penggunaan media komik dapat menfokuskan dan menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Media komik ini sangat menarik, karena selain ada bacaan juga terdapat gambar yang menunjukkan isi dari bacaan tersebut. Media komik membantu siswa mendapatkan gambaran visual dari bahan bacaan yang dibacanya. Komik dapat dijadikan pilihan sebagai media untuk mengatasi kejenuhan siswa ketika membaca bacaan yang disajikan dalam bahasa Indonesia dan membantu siswa untuk mempunyai gambaran terhadap isi bacaan sehingga membuat siswa mudah paham dan mengerti terhadap isi bacaan.
Oleh karena itu, media komik dapat disajikan sebagai salah satu alternatif untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan digunakannya komik dalam pembelajaran adalah bahwa materi-materi dari pelajaran yang akan dipelajari dijadikan sebagai urutan cerita yang manarik, kemudian cerita tersebut divisualiasikan ke dalam bentuk gambar kartun untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami makna yang tersirat pada isi bacaan. Terpadunya antara isi bacaan dan gambar, akan mempermudah siswa dalam mencerna isi bacaan yang dibaca. Sehingga siswa mampu menyimpulkan isi bacaan yang telah dibaca dan dipahami.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas III SD Islam Al Amanah, dengan judul
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam pembelajaran.
2. Media pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi.
3. Keterampilan membaca siswa rendah.
4. Kurangnya penggunaan komik sebagai media pembelajaran.
C.Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti membatasi masalah-masalah yang diteliti pada penggunaan media komik dan pengaruhnya terhadap keterampilan membaca intensif siswa kelas III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.
D.Perumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran yang hendak dicapai sebagaimana judul di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Apakah terdapat pengaruh media komik terhadap keterampilan membaca intensif siswa kelas III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2015/2016?”
E.Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa
Media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa dan dapat mempermudah siswa dalam menghubungkan isi cerita dengan gambar.
2. Bagi Guru
Media komik dapat menjadi alternatif media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi Sekolah
Media komik dapat meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan terkait dengan pengembangan keterampilan membaca intensif siswa dengan menggunakan media komik.
4. Bagi Peneliti
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Deskripsi Teoretik
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.1 Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi atau penyalur pesan.2
Rossi dan Breidle dalam Sanjaya mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan lain sebagainya.3 Dalam interaksi komunikasi yang aktif terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (message), yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendegarnya. Kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau bersama-sama. Kata kerjanya communicare, artinya berdialog, berunding, atau bermusyawarah.4
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), cet.13, h. 3.
2
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer; Mengembangkan ProfesionalismeGuru Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.159.
3
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prendamedia Group, 2008), h.204.
4
Ditinjau dari efek yang diharapkan, tujuan komunikasi bersifat umum. Dalam hal inilah maka proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti penerangan, propaganda, indoktrinasi, pendidikan dan lain-lain. Inti semua itu adalah untuk mencapai persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun masalah yang merupakan kepentingan bersama.5
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.6
Adapun batasan-batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan di antaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa yang sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi.
Dalam proses belajar mengajar, media sangat penting untuk digunakan, karena media dapat membangkitkan keinginan, minat yang baru, dan membangkitkan motivasi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat membantu dalam keefektifan proses pembelajaran, memudahkan dalam penyampaian pesan, dan isi pelajaran dapat diajarkan dengan ringkas. Media juga dapat membantu dalam meningkatkan minat seseorang, dan memudahkan dalam mendapatkan informasi. Media yang baik dapat pula mengaktifkan siswa dalam memberikan pendapat, umpan balik, dan mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
5
Ibid., h.3.
6
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan informasi yang dapat merangsang pikiran, minat, motivasi, dan perhatian siswa, sehingga interaksi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat serta proses pembelajaran dapat efektif dan efesien.
b. Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat dibagi menjadi beberapa macam tergantung dari sudut mana melihatnya.
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: a) Media auditif/audio
Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.7 Media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk mempelajari bahan ajar. Melalui media audio, tentunya ada proses mendengar. Mendengar sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur yaitu mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat.8
Unsur pertama dalam proses mendengarkan adalah mendengar. Mendengar merupakan proses fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran. Mendengar adalah sebuah proses yang terjadi antara gelombang suara yang masuk melalui saluran telinga bagian luar terhubung dengan gendang telinga di bagian tengah telinga dan menimbulkan getaran-getaran yang kemudian merangsang impuls-impuls saraf sampai ke otak. Unsur kedua dalam proses mendengarkan adalah perhatian.
7
Wina Sanjaya, op. cit., h. 211.
8
Memperhatikan rangsangan di lingkungan berarti memusatkan kesadaran pada rangsangan khusus tertentu.
Unsur ketiga dalam proses mendengar adalah memahami. Unsur ini adalah unsur yang paling rumit dalam mendengarkan. Memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna pada kata yang didengar. Kemudian unsur keempat dalam proses mendengar adalah mengingat. Ada dua jenis memori dalam mengingat, yakni memori jangka pendek (MJPe) dan memori jangka panjang (MJPa). Memori jangka pendek adalah sesuatu yang memungkinkan kita mengingat suatu nomor telepon yang cukup panjang untuk diputar, tetapi tidak mampu untuk mengingatnya kembali hanya lima menit kemudian. Materi verbal yang disimpan di MJPe tampaknya lebih disandikan oleh suara materi daripada oleh tampilannya. Sedangkan memori jangka panjang menyimpan suatu infomasi yang sudah melekat.9
b) Media visual
Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media visual melibatkan indera penglihatan. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film, slide, foto, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.10 Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal-visual adalah pesan dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.11
c) Media audiovisual
Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara yang dapat mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebaginya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.12
Jadi berdasarkan sifatnya, media dibagi menjadi media audio, visual, dan audiovisual. Media audio mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa dalam mempelajari bahan ajar. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan yang biasanya digunakan untuk membantu guru dalam menjelaskan isi materi pelajaran, sedangkan media audiovisual yaitu kombinasi antara media audio dan visual.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam :
a) Media yang memiliki daya liput yang lebih luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.13
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film, strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film proyektor untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film
12
Ibid.,
13
slide, Over Head Projector (OPH) untuk memproyeksikan transparansi.
b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.14
Dari beberapa klasifikasi media di atas, penulis hanya memfokuskan kepada media visual, karena lebih efektif dan efisien dalam penggunaan media komik terhadap keterampilan membaca siswa. Dalam media visual, pembelajarannya pun lebih kepada pesan-pesan visual yang ditampilkan melalui berbagai ilustrasi untuk memperjelas keterbacaan visual. Karena media berbasis visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Media visual dapat pula menumbuhkan minat baca siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi cerita dengan gambar yang disajikan.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahan-bahan visual, sehingga dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakan dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, dan informasi.
Pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan keseimbangan yaitu:
1) Kesederhanaan
Kesederhanaan dalam prinsip media visual ini mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang sedikit akan memudahkan siswa dalam menangkap dan memahami pesan yang disajikan dalam visual.
2) Keterpaduan
Hal ini mengacu pada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual. Elemen tersebut harus saling berkaitan dan
14
menyatu sebagai suatu keseluruhan, sehingga dapat membantu pemahaman suatu pesan atau informasi.
3) Penekanan
Penekanan prinsip media visual mengacu pada penggunaan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna yang dapat memberikan unsur terpenting dalam penekanan sehingga akan menjadi pusat perhatian siswa.
4) Keseimbangan
Keseimbangan ini mengacu pada daya imajinasi. Daya imajinasi harus lebih tinggi dan dibutuhkan adanya bereksperimen dari perancang visual, sehingga menimbulkan bentuk atau pola yang dapat menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan.15
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip media visual sangat penting dalam memberikan simbol-simbol pesan visual. Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas dari bahan-bahan visual yang disampaikan. Adanya elemen-elemen dalam visual memberikan kemudahan dalam menangkap dan memahami pesan atau informasi yang disajikan visual. Jumlah dan tatanan elemen-elemen visual harus dapat menampilkan visual yang dapat dimengerti, dapat dibaca, dan dapat menarik perhatian.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Media berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media berfungsi memperjelas informasi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, fungsi media dapat dikhususkan pada 4 keterampilan bahasa. Salah satu fungsi dari keempat keterampilan bahasa adalah fungsi media dalam pembelajaran membaca.
15
Fungsi media dalam pembelajaran membaca, di antaranya: 1) Memotivasi siswa agar ingin membaca
2) Memberikan petunjuk makna secara detail
3) Memberikan petunjuk tentang isi pokok paragraf atau wacana 4) Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan isi teks 5) Memberikan materi non verbal yang dipahaminya
6) Memberikan analisis simbolik tentang hubungan bahasa tulis dan bunyi.16
Media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pembelajaran. Seringkali terjadi banyaknya siswa kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru, dikarenakan ketiadaan atau kurang optimalnya pemberdayaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Menurut Rusman, fungsi media pembelajaran yaitu: 1) Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
Sebagai alat bantu media pembelajaran, agar dapat memperjelas, mempermudah, mempercepat penyampaian pesan atau materi pelajaran kepada siswa. Sehingga akan memberikan stimulus kepada siswa dan memberikan pemahaman objek pesan yang divisualkan dalam pembelajaran.
2) Sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran
Keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran ditentukan dari komponen media pembelajaran dari sub sistem pembelajaran. 3) Sebagai pengarah dalam pembelajaran
Media pembelajaran sebagai pengarah memberikan suatu kemudahan dalam mempelajari pesan atau materi yang disampaikan, sehingga kompetensi yang dikembangkan akan mudah diterima oleh siswa dengan baik.
4) Sebagai pembangkit perhatian dan motivasi siswa
Media pembelajaran dapat membangkitkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar, karena media pembelajaran dapat
16
mengakomodasikan semua kecakapan siswa dalam belajar, dapat memberikan pemahaman pada siswa yang kurang memiliki kecapakan dalam belajar. Menggunakan media sebagai alat bantu memberikan gairah belajar, memberikan interaksi langsung antara murid dengan sumber belajar.
5) Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran
Media pembelajaran harus memperhatikan rambu-rambu mekanisme media pembelajaran, hal ini dikarenakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam memberikan konstribusi terhadap hasil maupun proses pembelajaran.
6) Mengurangi terjadinya verbalisme
Media pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat yang efektif dalam memperjelas pesan yang disampaikan.
7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
Dengan adanya media pembelajaran dapat memperinci suatu objek yang sifatnya luas, sehingga pembelajaran dapat diterima dengan mudah.17
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya pada media visual di antaranya:
1) Fungsi Atensi
Yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran.
2) Fungsi Afektif
Yaitu media visual yang dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
17
3) Fungsi Kognitif
Yaitu media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi Kompensatoris
Media visual dapat membantu siswa untuk memahami teks agar siswa mampu mengingat kembali terutama pada pelajar yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks.18
Hamalik dalam Novi Resmini dan Dadan Juanda mengatakan bahwa fungsi media adalah edukatif, sosial, ekonomi politik, seni, dan budaya.19 Media berfungsi memperjelas, mempermudah, dan membuat menarik perhatian pesan atau informasi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga siswa memiliki motivasi dan gairah dalam belajar dan menumbuhkan minat pada siswa.
Fungsi media di dalam proses pembelajaran cukup penting dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama membantu siswa untuk belajar. Dua unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu metode dan media pembelajaran. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain. Pemilihan suatu metode akan menentukan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam pembelajaran tersebut. Media pembelajaran tidak serta merta digunakan dalam proses pembelajaran, perlu analisis terlebih dahulu sebelum media pembelajaran dipakai dalam proses pembelajaran. Dengan pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
18
Azhar Arsyad, op.cit., h. 16-17.
19
d. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dengan ringkas. Karena isi dan bentuk penyajian disusun secara ringkas untuk menarik perhatian. Berikut ini manfaat dari media pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2) Materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa.
3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.20
Hamalik dalam Arsyad mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.21
Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar dapat mempermudah dan memperjelas penyajian pesan atau informasi yang disampaikan, sehingga dengan media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa untuk menumbuhkan motivasi dan interaksi siswa dalam belajar serta mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
20
Rusman, op. cit. h. 164.
21
e. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
1) Prinsip-prinsip Pemilihan Media
Dalam penggunaan media pengajaran, hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip tertentu agar penggunaan media dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip yang dimaksud dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam Fathurrohman dan Sutikno. Prinsip-prinsip pemilihan media sebagai berikut:
a) Menentukan jenis media yang tepat. Artinya, guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan.
b) Menetapkan atau mempertimbangkan subyek yang tepat. Artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan siswa.
c) Menyajikan media dengan tepat. Artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana.
d) Menempatkan atau memperhatikan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi kapan waktu mengajar media digunakan.22
Menurut Rusman, dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran, seorang guru harus mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai acuan dalam mengotimalkan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:
a) Efektivitas
Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada ketepatan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diperlukan untuk membentuk kompetensi secara optimal dapat digunakan dalam pembelajaran.
22
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami,
b) Relevansi
Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan tujuan karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan siswa serta dengan waktu yang tersedia.
c) Efisiensi
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus benar-benar memperhatikan bahwa media tersebut murah atau hemat biaya tetapi dapat menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan penggunaannya relatif memerlukan waktu yang singkat, kemudian hanya memerlukan sedikit tenanga.
d) Dapat digunakan
Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran sehingga dapat menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
e) Kontekstual
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus mengedepankan aspek lingkungan sosial dan budaya siswa.23
2) Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa dalam upaya memahami materi pelajaran. Agar media pembelajaran digunakan untuk pembelajaran siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran, di antaranya: a) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media benar-benar digunakan untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
23
b) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
c) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa.
d) Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi.
e) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan media, media harus meningkatkan motivasi siswa. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu juga, media harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.
2. Media Komik
a. Pengertian Komik
Komik merupakan salah satu alat komunikasi massa yang berisi gabungan antara gambar dan teks yang disajikan secara unik. Karena keunikannya, maka media citra komik mengalami perubahan dari yang hanya sebagai media hiburan menjadi media yang dipakai sebagai edukasi.25 Komik memiliki banyak arti dan sebutan, yang disesuaikan dengan tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Scout McCloud yang dikutip oleh Waluyanto memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar-gambar dan lambang yang terjuktaposisi (berdekatan,
24
Wina Sanjaya, Ibid., 226-228.
25
bersebelahan) dalam urutan tertentu untuk menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.26
Komik merupakan media yang unik dengan menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif.27 Guru dapat menggunakan komik dalam usaha untuk membangkitkan minat baca, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan keterampilan. Komik yang dalam penyajiannya menggunakan bahasa sehari-hari dan dilengkapi gambar yang menarik memudahkan siswa memahami materi yang dipelajari.
Komik merupakan media yang sangat manarik karena selain ada bacaan juga terdapat gambar yang menunjukkan isi dari bacaan tersebut. Gambar yang terkandung cerita memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami makna yang tersirat pada cerita. Terpadunya gambar dalam cerita membuat siswa mampu mentransfer pemahaman dengan cepat dan mudah dipahami.28
Komik adalah satu media visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita. Gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat.29
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komik adalah suatu media pembelajaran yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran yang berisi gambar-gambar, simbol-simbol, lambang-lambang, dan balon kata yang berdekatan dalam urutan tertentu dan disusun dalam suatu alur cerita yang runtun untuk menyampaikan informasi. Sehingga pesan yang disampaikan melalui komik tersimpan
26
Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”,
Jurnal Nirmana, Vol.7, 2005, h. 51
27Tri Kurnia Wardani, “Penggunaan Media Komik dalam Mempelajari Sosiologi pada
Pokok Bahasan Masyarakat Multikultural”, Jurnal Komunitas,Vol. 4, 2012, h. 231.
28Jufri Ahmat dan Wahyu Sukartiningsih, “Penggunaan Media Komik untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Cerita di Kelas V Sekolah Dasar,” Jurnal JPGSD, Vol. 1, No. 2, 2013, h. 2
29
dalam memori jangka panjang yang tidak mudah dilupakan meskipun telah lama dibaca, dan sewaktu-waktu dengan mudah dapat diceritakan kembali.
b. Elemen-elemen dalam Komik
Komik memiliki beberapa elemen sebagai berikut:
1) Panel yaitu kotak yang berisi ilustrasi dan teks yang membentuk sebuah alur cerita.
2) Sudut Pandang yaitu pengambilan gambar dalam suatu posisi. 3) Parit adalah ruang di antara panel.
4) Balon Kata disebut balon ucapan, balon dialog, dan balon kata-kata. 5) Bunyi huruf disebut sound lettering, yang digunakan untuk
mendramatisir sebuah adegan.
6) Ilustrasi yaitu seni gambar yang dipakai untuk memberi penjelasan atas suatu tujuan atau maksud tertentu secara visual.
7) Cerita yaitu sebuah medium narasi visual. Karena unsur dasar terbentuknya komik, yaitu gambar dan narasi atau cerita.
8) Splash yaitu panel dalam halaman komik.
9) Garis gerak yaitu efek gerakan yang ditimbulkan oleh pergerakan karakter-karakter yang muncul dalam ilustrasi komik.
10) Symbolia yaitu representasi ikon yang digunakan daam komik dan kartun.
11) Kop komik yaitu bagian dari halaman komik yang berisi judul dan nama pengarang.30
c. Kelebihan dan Kekurangan Komik
Sebagai media visual, komik juga mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran. kelebihan komik antara lain: 1) Menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga siswa dapat dengan cepat
memahami isi dari komik.
30
2) Menggunakan gambar-gambar yang dapat memperjelas kata-kata dari cerita pada komik.
3) Menggunakan warna yang menarik dan terang, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk membaca komik.
4) Cerita pada komik sangat erat dengan kejadian yang dialami siswa sehari-hari, sehingga mereka akan lebih paham dengan permasalahan yang mereka alami.31
Media komik selain mempuyai kelebihan juga memiliki kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu. Menurut Trimo, kelemahan media komik antara lain yaitu:
1) Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar
2) Ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata kotor ataupun kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan 3) Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan
4) Banyak adegan percintaan yang menonjol.32
d. Komik Sebagai Media Pembelajaran
Sebagai media komunikasi visual, komik dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan dan mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.33 Komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, dan mudah dipahami.34 Komik sebagai media berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (komik). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran
31
Tri Kurnia Wardani, op.cit., h. 231.
32
Medgraf, Media Komik, 2015, (www.file.upi.edu/Direktori/.../Medgraf,.pd) diakses pada tanggal 29 Oktober 2015 pukul 19:56 WIB.
33
Heru Dwi Waluyanto, op.cit., h.54.
34
disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita. Gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks yang pendek membuat siswa tidak bosan dan jenuh, lebih cepat dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat.35
Meskipun banyak keunggulan dari pemanfaatan media komik sebagai media pembelajaran, guru harus berhati-hati dalam penggunaannya sebab seringkali komik tersebut lebih bersifat komersil tanpa mempertimbangkan isi dan akibat yang ditimbulkannya. Untuk menghindari hal tersebut, guru tidak hanya menganjurkan siswa untuk membeli komik pembelajaran yang dijual dipasaran, namun sebaiknya guru membuat sendiri media pembelajaran komik tersebut, mulai dari alur cerita dan tokoh komik yang akan diambil, topik-topik apa saja yang akan dijadikan komik, sehingga sesuai dengan materi yang akan diajarkan di kelas.
Dalam proses pembelajaran, langkah atau prosedur dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media komik pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Islam Al Amanah yang pertama adalah perencanaan. Dalam perencanaan langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan yang akan dipilih, alokasi waktu yang telah ditentukan, dan referensi yang sesuai dengan materi pokok yang akan diajarkan.
2) Menentukan jenis pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media komik, dalam proses pembelajaran materi yang akan diajarkan dengan bantuan media komik yang telah disiapkan sebelumnya.
3) Peneliti melakukan pengamatan dengan mempermudah jalannya penelitian dengan menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan
35
Pembelajaran menggunakan media komik sesudah perlakuan (treatment).
Setelah tahap perencanaan, langkah kedua adalah pelaksanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan komik di SD Islam Al Amanah. Pertama guru mempersiapkan kelas untuk belajar, memberi salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, serta memberikan motivasi kepada siswa dengan menyampaikan tujuan dan kegunaan dari materi yang disampaikan berkenaan dengan materi yang akan diajarkan.
Selanjutnya, siswa diminta untuk membaca komik tentang materi yang diajarkan. Pada tahap berikutnya guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan media komik, kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang diajarkan. Tahap berikutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah diajarkan.36
Dalam penelitian ini, peneliti telah menyediakan komik tentang keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan membagikannya kepada siswa yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Jadi komik yang dimaksud adalah komik yang telah disediakan oleh peneliti.
3. Keterampilan Membaca
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.37 Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa
36
Tri Kurnia Wardani, op.cit., h.233-234.
37
yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akanbermanfaat bagi masyarakat.
Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto
“Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai
aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”.38 Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas dengan mengembangkan keterampilan fisik dan motorik. Keterampilan itu harus dilakukan setiap saat, agar menjadi pembiasaan, sehingga berkembanglah kebiasaan-kebiasaan yang baik.
b. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan terpadu yang mencakup beberapa kegiatan, seperti mengenali huruf dengan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya serta menarik kesimpulan menganai maskud bacaan.39 Membaca adalah suatu proses
38
Nitro Profesional, (http://eprints.uny.ac.id) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 8:44 WIB.
39
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media tulis.40
Menurut Farida Rahim membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.41 Sedangkan menurut Oka dalam Alek dan Ahmad mengatakan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan.42Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental. Kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.43
Klein, dkk dalam Rahim mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup:
1) Membaca merupakan suatu proses
Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
2) Membaca merupakan suatu strategi
Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.
3) Membaca adalah interaktif
Membaca interaktif yaitu keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang membaca suatu teks yang
40
Henry Guntur Tarigan, Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.7.
41
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),h.2.
42
Alek dan Ahmad, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2009), h.48.
43
bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seorag harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.44
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses kegiatan komunikasi yang kompleks. Kegiatan dalam membaca meliputi proses mengartikan, menafsirkan makna, dan juga mengubah ide-ide dari bacaan menjadi lambang yang bermakna, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi.
Membaca juga merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang merupakan suatu kegiatan komunikasi, karena membaca pada dasarnya adalah menerima informasi melalui sumber bacaan seperti buku, majalah, komik, dan surat kabar. Membaca merupakan proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, manusia akan tertinggal dalam arus globalisasi. Melalui bacaan akan mendapatkan informasi, menambah pengetahuan, dan membuka wawasan.
c. Aspek-aspek Membaca
Ada beberapa aspek yang terlibat dalam proses membaca, di antaranya yaitu:
1) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis.
2) Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol.
3) Aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.
4) Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dibaca.
44
5) Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.45
Dari kelima aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek dalam proses membaca sangat berpengaruh dalam membaca, karena membaca merupakan proses kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembaca untuk menafsirkan makna atau pun simbo-simbol dalam bacaan, sehingga akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi dalam membaca.
d. Tujuan Membaca
Orang yang melakukan aktivitas membaca tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Kegiatan sehari-hari, tiada lepas dari perlunya kegiatan membaca.
Anderson dalam Tarigan mengemukakan beberapa aspek yang penting dalam membaca, yaitu:
1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
Yaitu menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilkaukan oleh tokoh.
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Yaitu mengetahui topik atau masalah dalam cerita, apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh.
3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
Yaitu menemukan atau mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh.
6) Membaca untuk menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
Yaitu menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu.
7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertemukan (reading to compare or contrast).46
Yaitu menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh makna yang terdapat dari bacaan yang dibacanya. Membaca betujuan untuk memahami isi atau makna dan memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media tulis. Orang yang melakukan aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian juga dalam kegiatan membaca. Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Sehingga tujuan utama membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi dan makna bacaan.
46
e. Pengertian Keterampilan Membaca
Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping menyimak, berbicara, dan menulis. Keterampilan membaca memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara tentu akan dapat berkomunikasi dengan bahasa tulis, mampu menggali informasi, menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan. Sebagai unsur keterampilan berbahasa, membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara. Cara yang ditempuh tentunya harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca tersebut. Menurut Budinuryanta, dkk tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua, tujuan instrumental menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan diaggap
“asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat.47 Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.48
47
Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, h. 112
48
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca merupakan sutau hal yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala positif, berpemikiran luas demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Keterampilan membaca memang sangat diperlukan oleh siapapun yang mulai memasuki dunia informasi baik melalui media massa ataupun media elektronik. Oleh karena itu, keterampilan membaca memerlukan pelatihan atau cara khusus guna memperoleh hasil yang optimal dari apa yang kita inginkan.
f. Pengertian Membaca Intensif
Menurut Tarigan membaca intensif adalah studi seksama, telaah isi, dan penanganan terperinci dan dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan, pola-pola kalimat, latihan latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dari teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk maupun isinya.49 Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Novi Resmini dan Dadan Juanda, membaca intensif adalah proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca, yang menekankan pada pemahaman isi dari bacaan. Dalam membaca intensif ini teks yang dibaca biasanya disajikan teks yang pendek-pendek.50
Membaca intensif pada hakikatnya memerlukan bahan bacaan yang singkat, memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata (yang dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik).51 Tujuan utama adalah untuk memperoleh kesuksesan dalam memahami teks yang disampaikan dengan kemampuan
49
Henry Guntur Tarigan, op.cit., h.36-37.
50
Novi Resmini dan Dadan Juanda, op. cit., h. 81.
51
yang dimiliki siswa, terutama siswa kelas III yang tingkat kecakapan membacanya masih sangat sederhana.
Berhubungan dengan tingkat pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat bahwa kecepatan akan bertambah, semakin meningkat, tetapi jangan pula kita lupakan bahwa ada faktor-faktor yang lain yang turut campur tangan dalam hal ini. Salah salah di antara faktor-faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah pengenalan pembaca terhadap isi bacaan. Kita tentu saja lebih mudah menangkap serta memahami isi bacaan yang telah kita alamim kita kenal, dan kita akrabi. Meskipun demikian, kita masih mungkin mengembangkan kecepatan membaca, dan membaca yang efisien jelas melibatkan kecepatan membaca yang tinggi dengan tingkat pemahaman yang tinggi.
Menurut Henry Guntur Tarigan, kegiatan membaca intensif terbagi atas dua bagian, yaitu membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi (content study reading) yaitu kegiatan membaca pemahaman yang dilakukan setalah menemukan bahan bacaan yang menarik pada membaca sekilas, sehingga mendorong seseorang untuk mengetahui lebih mendalam. Membaca telaah isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta keterampilan menagkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Sedangkan membaca telaah bahasa (linguistic study reading) adalah kegiatan membaca yang menuntut adanya pemahaman yang mendalam terhadap bahasa yang membangun bacaan.52
Dalam hal ini untuk siswa kelas III SD/MI keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati yaitu, membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir, memahami bahan
52
bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati, dan lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.53
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca intensif adalah kesanggupan dan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk membaca teks dengan seksama dan teliti, yang memerlukan bacaan yang singkat, dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman bacaan secara optimal.
B.Hasil Penelitian yang Relevan
1. Pitro Riyadi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Role Playing dengan Media Komik untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Peserta Didik Kelas III SDN 9 Menteng Palangkaraya”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran role playing dan media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca peserta didik yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata 70,75 pada siklus I meningkat menjadi 89,5 pada siklus II. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan nilai 65% pada siklus I meningkat menjadi 95% pada siklus II. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaanya terletak pada keterampilan membaca dan media komik, sedangkan perbedaannya terlatak pada lokasi penelitian, metode pembelajaran dan metode penelitian yaitu menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
2. Lutfia Mia Widyanti, dkk (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Penerapan Metode Think Talk Write dengan Media Visual pada Siswa Kelas IV SD”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilan membaca intensif pada siswa kelas IV SD, yaitu pada siklus I sebanyak 62,50%, Siklus II sebanyak 80%, dan siklus III sebanyak 92,50%. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan.
53
Persamaanya terletak pada keterampilan membaca intensif dan penggunaan media komik, sedangkan perbedaannya terlatak pada lokasi penelitian, metode pembelajaran dan metode penelitian yaitu menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3. Gema Suprainov (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Media Komik untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas III SDN 12 Langkai Palangka Raya Tahun 2013/2014”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan media komik dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas III SDN 12 Langkai Palangka Raya. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaanya terletak pada penggunaan media komik, dan kemampuan membaca. Sedangkan perbedaanya terletak pada lokasi penelitian, dan metode penelitian yang digunakan.
C.Kerangka Berpikir
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan sangat kompleks. Salah satunya adalah guru dituntut untuk tidak mengajarkan suatu pelajaran yang monoton. Guru dituntut untuk menjadi guru yang profesional dalam mengajar. Karena belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di dalam dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan mengintepretasikan pengalaman baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format baru.
Keberhasilan pembelajaran membaca tergantung kepada guru. Melalui pembelajaran membaca, guru membukakan cakrawala pengetahuan siswa. Siswa diajak untuk menjelajah dunia pengetahuan yang luas. Dengan demikian, keterampilan membaca siswa sangat bergantung pada proses pembelajaran, karena dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Proses pembelajaran yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan seorang guru memiliki menjadi salah satu peran penting dalam keberhasilan belajar seseorang. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan media dalam penyampaian suatu materi pelajaran.
Membaca adalah suatu hal yang rumit dan melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan. Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu strategi yang baik dan tepat dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai. Media yang peneliti sajikan dalam penelitian ini berupa media komik untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Adapun kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
D.Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji hipotesis sebagai berikut: Ho = Tidak ada pengaruh penggunaan media komik terhadap keterampilan
membaca intensif siswa kelas III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.
H1 = Ada pengaruh penggunaan media komik terhadap keterampilan membaca intensif siswa III SD Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kondisi awal
Keterampilan membaca intensif rendah Guru menggunakan
metode konvensional
Keterampilan membaca
intensif meningkat Penggunaan media