• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN GIZI

Skripsi, Juni 2016

Umi Kholifah, NIM: 1111101000130

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015

(xvi + 113 Halaman, 14 Tabel, 3 Bagan, 3 Gambar, 3 Lampiran)

ABSTRAK

Selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa selera makan pada anak sekolah tidak teratur. Jika keadaan ini terus berlanjut maka kebutuhan gizi tidak tercukupi dengan baik dan dapat menghambat pertumbuhan sedangkan usia 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2015 dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampel. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistikchi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,1% siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang selera makanya rendah. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa makan bersama keluarga (p value 0,021) dan konsumsi suplemen penambah selera makan (p value 0,016) memiliki hubungan signifikan dengan selera makan di rumah. Sedangkan frekuensi mengonsumsi jajanan (p value 0,320) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan selera makan di rumah. Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak siswa/siswi yang makan jajanan, maka sebaiknya diberikan edukasi tentang makanan jajanan yang aman dan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya makan bersama keluarga dan penggunaan suplemen penambah selera makan. Edukasi dilakukan dengan melibatkan pihak sekolah dan tenaga kesehatan setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi keinginan siswa/siswi untuk jajan dan meminimalisir pemakaian suplemen penambah selera makan.

(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION DEPARTMENT Undergraduated Thesis, June 2016

UmiKholifah, NIM: 1111101000130

The Factor’s related with Appetite at Home of Student’s Fourth Grade at

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. (xvi + 113 pages, 14 tables, 3 charts, 3 figure, 3 appendix)

ABSTRACT

Appetite is a process of the body that can cause a person to have the desire to eat than hunger. Some research in Indonesia’s show that the appetite in children of

elementary school age are irregular. If this situation continues, the nutritional needs of children are not fulfilled properly and can inhibit the growth while those aged 7-13 years in a period of the most rapid growth in the second after infancy.

The aims of this research to determine the related factors with appetite at home of

student’s fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. This research was to do on March until August 2015 by using a cross sectional research design. In this research, using the sample amounted to 102 people that’s all student’s

fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Sampling was carried out with the total sample. Instruments that used are questionnaire. The data analysis role in this research consisted of the analysis of univariate and bivariate analysis by usingchi-square

statistic test.

The result of this research point out of 46,1% students fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan taste so low appetite at home. Based on bivariate analysis, it is known that the frequency eat with family (p value 0,021) and consumption appetite supplements (p value 0,016) has a significant relationship with the appetite to eat at home .whereas of eating snacks (p value 0,320) has not significant relationship with the appetite to eat at home.Based on the result of the research, there are still many student’s

consump snacks than should be provided with education about safe street food and education to her parents about the importance of family meals and the use of appetite supplements. The education doing with schools and local health worker. That is done to reduce the need for students to consumption snacks and minimize using of supplements. Key Words : appetite, eat with family , Students

(5)
(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama :Umi Kholifah

Jenis Kelamin :Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir :Sri Mulyo, 11 Desember 1991

Status :Belum Menikah

Agama :Islam

Alamat :Rt 16 Rw 04 Dusun II Desa Sri Mulyo. Kec. Tungkal Jaya, Kab. Musi Banyuasin. Prov. Sumatera Selatan Kode Pos 30756

Nomer Hp :0852 0895 7435 / 085273265585

Email :umikholifah850@yahoo.co.id/

umikholifah8 50@gmail.com

B. PENDIIDKAN FORMAL

NAMA SEKOLAH TAHUN

1. SDN SP D1 BT II D Sri Mulyo 2. MTs Pondok Pesantren Qodratullah 3. MA Pondok Pesantren Qodratullah

4. Program Studi Kesehatan Masyavakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil alamin,. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat begitu banyak serta nikmat kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015”. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahilliyah sampai saat ini.

Dalam proses pembuatan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,

motivasi dan semangat serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Kaniyo, Ibu Kasbini sebagai orang tua saya tercinta yang mendidik saya dari buaian hingga saat ini, semoga Allah SWT selalu menjaga dan meridhai Bapak Ibu. Serta kakaku Heru Trimanto dan adikku Nurul Ilmi Miftahul Jannah, Mas Andik Setiawan, S.Pd dan seluruh keluarga besar atas

segala kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu dipanjatkan untuk

keberhasilan penulis.

2. Kepada seluruh pembina SJD MUBA, selaku pengurus Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin yang senantiasa memberikan dana dan motivasi selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr.Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, selaku dosen pembimbing I skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Ibu Fase Badriah. SKM, M.Kes. Ph. D, selaku dosen pembimbing II skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

(9)

8. Ibu Febrianti, SP.M. Si , selaku dosen penguji II skripsi yang memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi. 9. Ibu Tria Astika Endah. P.SKM, MKM selaku dosen penguji III skripsi yang

memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

10. Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna khususnya bagi penulis. 11. Kepada para Staf Akademik dan Laboran FKIK UIN atas bantuan serta

informasinya selama penyusunan skripsi.

12. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Wali Kelas IV, para dewan guru, para murid kelas IV serta seluruh pihak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

13. Kepada Gina Kholisoh, Puspita Nur Afifah, Aprilita Noor Amalia, Eka Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan semangat, sahabat dan adik yang terbaik.

14. Kepada teman-teman Prodi Kesehatan Masyarakat, khususnya teman-teman Peminatan Gizi 2011 dan semua teman-teman Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin yang telah memberikan bantuan, informasi dan motivasinya kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi.

Penulis sadar atas segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya, terutama bagi perkembangan ilmu kesehatan masyarakat.

Tangerang Selatan, Mei 2016

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK . ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Pertanyaan Penelitian ...6

D. Tujuan Penelitian...7

1. Tujuan Umum...7

2. Tujuan Khusus...7

E. Manfaat Penelitian ...8

1. Bagi Pembuat Program Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ...8

(11)

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ...9

4. Bagi Peneliti ...9

F. Ruang Lingkup Penelitian ...9

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI...10

A. Selera Makan ...10

1. Defenisi Selera Makan...10

2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah ...11

3. Fisiologi Selera Makan ...13

4. Dampak Anak Tidak Selera Makan...14

5. Penilaian Selera Makan ...18

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan ...22

1. Faktor Metabolik :Hormon...22

2. Faktor Farmakologik : Obat-obatan ...34

3. Variasi Makan di Rumah...36

4. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan...40

5. Makan Bersama Keluarga ...44

6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan ...46

C. Kerangka Teori...51

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...52

A. Kerangka Konsep ...52

B. Definisi Operasional...55

C. Hipotesis Penelitian...56

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ...57

(12)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...57

C. Populasi dan Sampel ...57

1. Populasi ...57

2. Sampel ...58

D. Metode Pengumpulan Data ...59

1. Data Primer...60

2. Data Sekunder ...60

E. Instrumen Penelitian...60

F. Manajemen Data ...63

1. Editing Data...64

2. Coding Data...64

3. Data Struktur dan DataFile...66

4. Entry Data...66

5. Cleaning Data...66

G. Analisis Data ...67

1. Analisis Data Univariat ...67

2. Analisis Data Bivariat ...67

BAB V. HASIL PENELITIAN ...69

A. Analisis Univariat...69

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ....69

2. Gambaran Selera Makan di Rumah...70

3. Gambaran Frekuensi Mengonsumsi Jajanan ...71

4. Gambaran Makan Bersama Keluarga...72

(13)

B. Analisis Bivariat ...76

1. Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah ...76

2. Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah ...77

3. Hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di Rumah ...78

BAB VI. PEMBAHASAN...80

A. Keterbatasan Penelitian ...80

B. Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015...80

C. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan, Makan Bersama Keluarga, Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015...82

1. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah...82

2. Gambaran dan Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah ...87

3. Gambaran dan Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah ...91

BAB VII. PENUTUP...97

A. Simpulan...97

B. Saran...98

DAFTAR PUSTAKA ...100

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...55 Tabel 5.1 Distribusi Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…..70 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mengonsumsi Jajanan pada Siswa/Siswi

Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…….71. Tabel 5.3 Distribusi Jenis Makanan Jajanan yang dibeli pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………..71 Tabel 5.4 Distribusi Jenis Minuman Jajanan yang dibeli pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………..72 Tabel 5.5 Distribusi Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…….73 Tabel 5.6 Distribusi Waktu Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi

Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…….73 Tabel 5.7 Distribusi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada

Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...………74 Tabel 5.8 Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan pada

(15)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...75 Tabel 5.10 Analisis Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan

Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ....………..76 Tabel 5.11 Analisis Hubungan Makan Bersama Keluarga dengan Selera

Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...77 Tabel 5.13 Analisis Hubungan Konsumsi Suplemen Penambah Selera

(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Mekanisme Umpan Balik antara Leptin dan NPY ...25 Bagan 2.2 Kerangka Teori ...51 Bagan 3.3 Kerangka Konsep...………..52

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan ...23 Gambar 2.2 Sekresi Kolesistokinin (CCK)...27 Gambar 3.1 Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ...37

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dorongan makan umumnya didasarkan pada rasa lapar dan selera makan. Dua hal tersebut berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Lapar adalah menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep fisiologis. Sedangkan selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk makan selain rasa lapar (Guyton dan Hall, 2007). Anak yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, yang berdampak pada gangguan kesehatan (Judarwanto, 2010). Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila kurang makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, jika kekurangan zat besi maka rentan menderita anemia yang menyebabkan pucat, lemah, cepat mengantuk, menurunya daya tahan tubuh, jika kekurangan protein akan terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan (Sunarjo, 2013).

(18)

menyebabkan anak kurang asupan gizi yang seimbang. Jika keadaan ini terus berlanjut maka kebutuhan gizi pada anak tidak tercukupi dengan baik. Jika dibiarkan semakin lama, maka berdampak pada berat badan yang tidak normal yaitu kurus dan sangat kurus (Handayani, 2014). Data Riskesdas (2010), bahwa sebanyak 41,2% anak sekolah dasar mengonsumsi makanan dibawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 yang dianjurkan.

Penelitian the Gateshead Millenium Baby Study (2006) di Inggris menyebutkan bahwa sebanyak 20% orang tua melaporkan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi adalah usia anak 5-10 tahun yang hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia melaporkan bahwa sebanyak 6% bayi mengalami masalah makan dan meningkat 25-40% pada fase akhir pertumbuhan. Survei di Amerika Serikat melaporkan bahwa sebanyak 19-50% orang tua mengeluhkan anaknya sangat memilih makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu (Arali, 2011). Penelitian pada enam TK di Tokyo bahwa sebanyak 43,4% anak tidak selera makan (Akamatsu dan Tomomi, 2011).

(19)

Selera makan yang tidak pasti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Sherwood (2001) diantaranya adalah faktor metabolik (Hormon). Sudjatmoko (2011) faktor farmakologik (obat-obatan). Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon, adapun hormon yang berperan dalam mempengaruhi selera makan adalah Leptin, Ghrelin, Kolesistokinin (CCK), glukosa dan insulin. Mengonsumsi obat-obatan juga bisa mempengaruhi selera makan dengan menghambat penyerapan lemak dan meningkatkan pengeluaran energi dan bertindak pada pusat kenyang di hipotalamus untuk menekan selera makan.

(20)

Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen juga mempengaruhi selera makan. Masalah makan yang sering terjadi pada anak membuat orang tua terutama ibu merasa sedih, ibu sulit untuk menebak keadaan selera makan anak. Sehingga, konsumsi suplemen penambah selera makan sering menjadi pilihan para orang tua untuk mengatasi anak yang kurang selera makan di rumah. Umumnya suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dancurcumin(Handayani, 2002). Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng (Curcuma aerogenoceae Roxb). Rimpang temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak diusus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).

Penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan eksperimen ekstrak temu

(21)

Sekolah Dasar Tileng I bahwa adanya peningkatan selera makan pada anak yang mengonsumsi suplemen zink selama 14 hari (Pintautami, 2011).

Peneliti memilih siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai subjek penelitian karena ada hal yang menarik dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diantaranya adalah; hasil penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak jajan dengan frekuensi >5 kali dalam seminggu. .

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret 2015 terhadap 30 siswa-siswi kelas V, diketahui bahwa terdapat 60,0% anak dengan selera makan di rumah rendah. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian lanjut dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

(22)

makan di rumah rendah. Sedangkan usia sekolah adalah masa pertumbuhan yang optimal dan membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh dari makanan yang disediakan di rumah. Jika asupan gizi pada masa ini tidak tercukupi maka mengakibatkan gangguan pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan mudah terserang penyakit. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

(23)

6. Apakah ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

7. Apakah ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

b. Diketahui gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? c. Diketahui gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? d. Diketahui gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada

(24)

e. Diketahui hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

f. Diketahui hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

g. Diketahui hubungan antara konsumsi suplemeni penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Pembuat Program MI Pembangunan UIN Jakarta Memberikan informasi kepada Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tentang selera makan siswa/siswi di rumah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan sebagai masukan bagi pembuat program sekolah, agar melakukan pengawasan terhadap makanan jajanan yang dijual di kantin dan pedagang sekitar sekolah.

2. Manfaat Bagi Siswa/Siswi MI Pembangunan UIN Jakarta

(25)

mengonsumsi makanan yang disediakan oleh keluarga di rumah sehingga kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal.

3. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan serta sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi.

4. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yeng telah didapat selama pembelajaran diperkuliahan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Selera Makan

1. Definisi Selera Makan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selera adalah keinginan, kesukaan atau kegemaran. Selera bisa menyangkut berbagai hal, misalnya musik, makanan, olahraga dan lain. Sedangkan makan adalah proses untuk memasukkan makanan kedalam tubuh. Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah dan menelan. Keterampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar disekitar mulut sangat berperan dalam proses makan. Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan yang dilakukan oleh otot rahang atas, rahang bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut (Meutia, 2005).

(27)

selera makan adalah sebagai prefrensi seseorang terhadap jenis makanan atau keadaan ingan makan. Arali (2011) mendefinisikan selera makan adalah ketertarikan untuk mencoba makanan kesukaan karena memliki warna, aroma dan bentuk makanan yang menarik.

Dalam tinjauan gizi seimbang, selera makan dapat dikatakan baik dan dapat juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi dapat berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan akan terjadi,pertama selera makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinyaintake makanan melebihi kebutuhan tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak diinginkan dan beberapa akibat penyakit lain. Sebaliknya, selera makan berkurang atau hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki (Arali, 2011).

2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah

(28)

membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dari usia sebelumnya. Makanan untuk usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak (Yanti, 2013).

Sering dijumpai bahwa konsumsi makan sehari-hari pada anak sangatlah kurang kandungan zat gizi yang seimbang, karena masa sekolah dasar selera makan anak berubah-rubah dan tidak tentu. Terkadang selera makan baik namun terkadang selera makanya berkurang atau bahkan tidak ada selera makan. Hal ini membuat orang tua (terutarna ibu) sering mengalami kesulitan dalam memberi makanan pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Tidak sedikit orang tua yang memilih memberikan uang jajan kepada anaknya untuk membeli makanan yang disukai anaknya tampa berpikir tentang kecukupan gizi yang dibutuhkan (Yanti, 2013).

(29)

saat di sekolah anak melakukan aktivitas lebih aktif dan membutuhkan energi yang lebih besar dibanding dengan usia dewasa. Saat anak tiba di rumah setelah melakukan aktivitas di sekolah atau di luar sekolah anak merasa letih sehingga menolak untuk makan di rumah dan memilih untuk istirahat (Yanti, 2013).

Analisis data Riskesdas (2010) pada 35.000 orang anak sekolah dasar, diketahui bahwa sebanyak 26,1% anak hanya sarapan dengan minum (air putih, teh atau susu) dan sebesar 44.6% anak sarapan hanya memperoleh asupan energi ˂ 15% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Hardinsyah, 2012). Hasil analisis data Riskesdas (2013) pada 17.756 anak sekolah dasar, sebesar 48.4% anak yang sarapan hanya memperoleh asupan energi ˂ 15,4% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Sinaga,

2012).

3. Fisiologi Selera Makan

(30)

atau perasaan cukup makan. Destruksi daerah ini menimbulkan makan berlebihan (Meutia, 2005).

Terdapat dua jenis pengaturan jumlah asupan makanan, yaitu pengaturan jangka panjang dan jangka pendek. Pengaturan jangka panjang melibatkan informasi dari tempat cadangan energi yaitu jaringan adipose. Hormon leptin dilepas oleh sel-sel lemak dan mempengaruhi neuron-neuron di hipotalamus untuk mengatur perilaku makan. Pengaturan jangka pendek merupakan pengaturan yang dapat menyebabkan seseorang ketika makan merasa kenyang dan menghentikan aktivitas tersebut (Meutia, 2005).

Proses terstimulusnya selera makan dimulai dari hipotalamus yang menerima stimulus atau input dari dalam dan luar tubuh. Informasi tersebut diterima secara langsung (melalui saraf eferen) maupun tidak langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus, kemudian diproses menghasilkan output (respon) perubahan perilaku yaitu perubahan selera makan (Meutia, 2005).

4. Dampak Anak tidak Selera Makan di Rumah

(31)

makanan yang dikonsumsi sehari-hari di rumah. Anak usia sekolah mengalami perubahan perilaku, pada usia ini anak dapat menentukan sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Keengganan makan makanan yang disiapkan di rumah dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, sebab melalui makanan energi yang dibutuhkan tersedia untuk semua aktivitas fisik dan daya pikir anak. Selain itu, selera makan yang rendah pada anak juga dapat mengakibatkan tidak idealnya berat badan yaitu anak terlihat kurus atau sangat kurus (Chairinniza, 2008).

Selera makan yang tidak pasti pada usia sekolah sudah sejak lama menjadi masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Anak yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan kesehatan (Judarwanto, 2010). Adapun gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan (Sunarjo, 2013).

a. Kurang Energi Protein

(32)

juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Perilaku anak usia sekolah dasar yang tidak mau makan secara teratur dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan gizinya yang berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat dan beberapa vitamin dan mineral, sehingga pada saat remaja dan dewasa dapat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).

b. Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Manampiring, 2008).

(33)

Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia, karena anak usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat besi. Selain itu, anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang menyebabkan menurunnya selera makan sehingga konsumsi makanan tidak seimbang. Kekurangan zat besi pada anak usia sekolah akan menyebabkan anak pucat, lemah, cepat mengantuk, kurang selera makan, menurunya daya tahan tubuh, pertumbuhan kurang optimal, kemampuan belajar menurun dan dihubungkan dengan Intelligence Quotient (IQ) yang rendah karena berhubungan erat dengan tingkat konsentrasi sehingga dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anak sekolah dan pencapaian prestasi (Devi, 2012). c. Gangguan Pertumbuhan

Anak usia sekolah yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah diperlukan, pendidikan juga digunakan untuk perkembangan mental yang mengacu padaskillanak (Sunarjo, 2013).

(34)

akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal, untuk itu keluarga adalah pihak pertama yang harus memperhatikan asupan gizi anaknya (Sunarjo, 2013).

5. Penilaian Selera Makan

a. Appetite Dietary Assessment Tool(ADAT)

Metode ini dikembangkan oleh Burrowes et al(1996). Instrument ini terdiri dari 44 pertanyaan, namun hanya pertanyaan pertama yang sudah divalidasi. Bossola et al (2005) menggunakan instrument ini

dengan pertanyaan “Bagaimana anda menilai selera makan anda?

(how would you rate your appetite?)” dengan menyediakan pilihan jawaban “sangat baik/ baik/ sedang/ buruk/ sangat buruk (very good/

good/ fair/ poor/ very poor)”. Namun instrument ini digunakan untuk

menilai selera makan pada orang yang sedang sakit/ pasien. Selain itu instrument ini tidak menggambarkan tingkatan sensasi yang membentuk selera makan, seperti dorongan untuk makan, rasa kenyang dan rasa lapar (Zabel, 2009).

b. Visual Analog Scale(VAS)

(35)

“seberapa besar anda merasa lapar? (How hungry do you feel?)”.

pengukuran ini dilakukan menggunakan pulpen dan kertas dengan skala berupa garis lurus sepanjang 10 cm (10 mm), angka 0

menggambarkan “tidak ada rasa lapar” dan angka 10 bermakna

“sangat lapar”. Selanjutnya responden membentuk garis di atas yang sudah disediakan dengan panjang yang mengidikasikan tingkat lapar yang dirasakan saat itu (Zabel, 2009). Ada beberapa peneliti mengadaptasi metode ini dengan membuat variasi dalam panjang garis dan bentuk pertanyaan. Penilaian berlangsung setiap jam dalam atau lebih dari satu hari. Pengukuran yang dilakukan setiap jam menggunakan instrument ini cukup menyulitkan responden. Pemasukan data dan pengolahan data sangat membutuhkan waktu yang lama dan memungkinkan untuk terjadi kesalahan karena garis diukur menggunakan penggaris dan pemasukan data dilakukan manual ke dalam komputer (Zabel, 2009).

c. Motivation to Eat Quessionnaire(MEQ)

(36)

1) Keinginan makan: Seberapa kuat keinginan anda untuk makan saat ini?

Sangat lemah --- sangat kuat 2) Lapar: Seberapa laparkah perasaan anda saat ini?

Sama sekali tidak lapar ---sangat lapar

3) Konsumsi prospektif: Seberapa banyak pangan dapat anda habiskan?

Tidak ada sama sekali --- banyak sekali

Rentang nilai pada kuesioner adalah dari 0 (sangat lemah, sama sekali tidak lapar, atau tidak ada sama sekali) sampai dengan 100% (sangat kuat, sangat lapar, atau banyak sekali). Adapun rumus mendapatkan skor selera makan sebagai berikut:

Motivation to Eat Quessionaire (MEQ) terlebih dulu diuji validitas dan realibilitasnya, sebelum pengukuran skor selera makan (Siagian dkk, 2010).

d. Children’s Eating Behaviour Questionnaire(CEBQ)

Wardle J (2001) membuat parameter perilaku makan pada anak dengan Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) yang terdapat 35 pertanyaan terbagi menjadi 8 kategori diantaranya adalah:

Skor selera makan =

(37)

1) Respon terhadap makanan 2) Kenikmatan saat makan

3) Emosi yang meningkatkan selera makan 4) Emosi yang menurunkan selera makan 5) Rewel saat makan

6) Makan dengan waktu yang lama 7) Sifat pilih-pilih terhadap makanan 8) Keinginan untuk minum

Setiap area penilaian terdiri dari beberapa item yang lebih memperinci penilaian. Menurut Wardle J (2001) memperbolehkan menilai selera makan pada anak dengan kuesioner Chlid Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) terdapat 17 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan.

Setiap pernyataan sudah disediakan jawaban yang mencakup;

“tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, dan “selalu”.

Masing-masing pertanyaan akan diberi skor 0-4 sebagai berikut; skor

0 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 1 untuk jawaban ‘Jarang’, skor

2 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 3 untuk jawaban ‘Sering’,

(38)

digunakan sehingga peneliti menggunakan instrument ini untuk mengukur selera makan pada anak.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah

Selera makan dipengaruhi beberapa faktor, teori Sherwood (2001) menjelaskan bahwa faktor metabolik (hormon). Sudjatmoko (2011) menjelaskan bahwa faktor farmakologik (obat-obatan) dapat mempengaruhi selera makan. Graha (2008) mengatakan bahwa variasi makan, makan bersama keluarga dan Irianto (2007) mengatakan bahwa mengonsumsi jajanan dapat mempengaruhi selera makan. Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan juga salah satu faktornya. Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut;

1. Faktor Metabolik: Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani: “horman” yang

menggerakkan atau pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon.

(39)
(40)

Adapun sinyal yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah sebagai berikut ini;

a. Kadar Leptin

Friendman (1994) seorang professor di Universitas New York menemukan bahwa hormon leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid merupakan penghantar signal pada otak untuk kontrol makan. Pada bagian medial hipotalamus, leptin mengaktifkan sel saraf anorectic yang akan melepaskan neuropeptide menekan selera makan. Pada saat yang sama, leptin akan menghambat kelompok sel saraf lainya yang sensitif terhadap leptin yaitu orexigenic yang akan melepaskan neuropeptidekemudian mengatur selera makan (Sari, 2007).

Reseptor leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di hipotalamus ventromedial yang merupakan pusat kenyang. Keberadaan leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y (NPY) dan stimulasi terhadap proopiomelanocortin (POMC) dan Cocaine-and amphetamine-regulated transcript (CART) di nucleus arkuatus hipotalamus (Meiutia, 2005).

(41)
(42)

ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin mengimbangi pengaruh leptin terhadap Neuropeptida Y (NPY)/ Agouti related peptide (AgRP). Kemudian Date (2002) memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin memerlukan peran dari saraf eferen n. vagus yang berasal dari lambung (Meuitia, 2005).

c. SekresiKolesistokinin(CCK)

Bear dkk (2001) mengungkapkan bahwa kolesistokinin(CCK) merupakan salah satu hormon gastrointestinal yang disekresikan dari mukosa duodenum pada saat pencernaan makanan, terutama karena adanya lemak. Kolesistokinin sebagai sinyal kenyang disampaikan ke nucleus traktus solitaries melalui saraf eferen n.vagus. perangsangan oleh CCK terhadap n.vagus menyebabkan peningkatan discharge n.vagus, yang kemudian ditrasduksikan sebagai sinyal kenyang di nukleus traktus solitarius (NTS). CCK juga diketahui menyebabkan meningkatnya pelepasan serotonin (5-HT) di hipotalamus yang memiliki efek menginhibisi asupan makan (Meuitia, 2005).

(43)
(44)

indikator perifer untuk status energi dan berikatan dengan reseptor pada nuleus arkuata di hipotalamus (Schwartz, 2006).

Teori glukostatik yang dijelaskan oleh Bear dkk (2001) menyatakan bahwa rasa kenyang timbul oleh peningkatan penggunaan glukosa yang terjadi selama makan. Pada saat lebih banyak glukosa yang tersedia ketika zat tersebut sedang diserap dari saluran pencernaan, maka timbul rasa kenyang. Sebalinya, setelah penyerapan makan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar. Kemudian kadar insulin menyebabkan inhibisi terhadap neuron Neuropeptida Y (NPY)/ Agouti related peptide (AgRP) dan menstimulasi neuron proopiomelanocortin (POMC). Kemudian adanya insulin akan menyebabkan penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan aktivasi neuron Neuropeptida Y (NPY) di nucleus arkuatus dan menyebabkan keinginan untuk makan (Meutia, 2005).

e. SekresiNeuropeptidaY(NPY)

(45)

mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin.

Neuropeptida (NPY) menyebabkan peningkatan selera makan dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone (MCH) dan orexin yang berada dipusat makan (area hipotalamus lateral). Akson dari melanin-concentrating hormone (MCH) dan orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku yaitu peningkatan selera makan (Meutia, 2005).

f. Hormon Pertumbuhan/Human Growth Hormone(HGH)

Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone (HGH) adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior, yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25 tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh (jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal), mengaktifkan fungsi detoksifikasi(pembuangan racun dalam tubuh) dan lain sebagainya.

(46)

gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Beberapa hormon lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu hormon tiroid, insulin, androgen, dan estrogen. Sedangkan mekanisme kerja hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjarpituitarydengan mengalir melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi IGF 1 (insulinlike Growth Factor1). Melalui peredaran darah pula IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ. IGF 1 inilah yang bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam tubuh manusia.

(47)

kondisi puasa akan merangsang pembentukan HGH untuk meningkatkan pemecahan cadangan lemak (proses ini disebut lipolisis). Lipolisis akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, yang kemudian akan dimetabolisme untuk menghasilkan energi.

(48)

g. Hormon Estrogen dan Progesteron

Hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu; pembentukan payudara, bentuk tubuh, rambut kemaluan dan berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Sedangkan hormon progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot.

Kedua hormon tersebut dimiliki oleh wanita, hormon estrogen dalam kadar tinggi terdapat dalam darah perempuan, dan dapat membantu penguraian timbunan lemak. Selain itu, estrogen juga meningkatkan metabolisme, menjagamooddan juga mendongkrak libido. Kadar estrogen akan menurun ketika perempuan mulai mendekati masa menopause (Judarwanto, 2014).

(49)

ghrilin. Kemudian hormon progesteron merangsang pusat pengendali selera makan di hipotalamus dan menekan hormon leptin sehingga menimbulkan selera makan (Lindén, 2011).

h. Hormon Testosteron

Testosteron merupakan senyawa maskulinisasi yang dihasilkan oleh testis. Fungsi testosteron antara lain adalah mengatur perkembangan ciri seks sekunder pria seperti; pertumbuhan kumis, tumbuh rambut didaerah vital dan terjadi perubahan suara, mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan proses spermiogenesis, merangsang kelenjar prostat untuk mensekresi asam sitrat, merangsang vesika seminalis untuk mensekresi cairan vesika seminalis, meningkatkan rangsangan seks pria. Hormon testoteron merupakan salah satu hormone yang dapat mempengaruhi selera makan (Jurdawanto, 2014).

(50)

lemak tubuh, ketika hormon testoteron tinggi maka kadar ghrelin juga tinggi sehingga meningkatkan selera makan (Myer, 2009).

2. Faktor Farmakologik: Obat-Obatan

Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam terapi penyembuhan, menurunkan gejala atau mencegah penyakit (Perry dan Potter, 2005). Selera makan juga dapat berkurang karena efek dari obat-obatan medis yang sedang dikonsumsi seseorang. Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi selera makan. Obat-obatan penekan selera makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan tidak seimbang nutrisinya (Mahan, 2002).

Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang dapat meningkatkan selera makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki efek sebaliknya (Sudjatmoko, 2011).Kegemukan dan obesitas menjadi masalah yang dapat mengganggu kesehatan karena menyebabkan beberapa penyakit yang akan tejadi. Selain itu, seseorang akan merasa terganggu karena keadaan tubuhnya yang tidak ideal. Dengan demikian ada beberapa orang mengkonsumsi obat-obat anti obesitas untuk menurunkan berat badan. Adapun yang tergolong obat anti obesitas diantaranya adalah; Amphetamine, fenfluramin, deksfenfluramin, sibutramin, rimonabant, hoodia, hidroksisitrat, efedrin, kafein, tiroksin

(51)

berbeda-beda dalam menekan selera makan, menghambat penyerapan lemak dan meningkatkan pengeluaran energi dengan bertindak pada pusat kenyang di hipotalamus untuk menekan selera makan. Kemudian memiliki efek metabolik yang melibatkan metabolisme lemak dan karbohidrat yang berakibat menurunkan berat badan (Guyton dan Hall, 2007).

Obat amfetamin mempengaruhi pusat makan di hipotalamus lateral. Selain itu, obat ini bekerja menghambat absorbsi lemak melalui penghambatan enzim lipase pankreas, sehingga meningkatkan ekskresi lemak lewat feses. Kemudian obat dietilpropion bekerja dengan merangsang pelepasan nerepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi peningkatan kosentrasi neurotransmitter andrergik yang mengaktifkan hipotalamus. Pengaktifan hipotalamus mengakibatkan penurunan selera makan dan asupan makanan (Guyton dan Hall, 2007).

Dietilpropion merangsang pelepasan norepinefrin dan dopamin dari situs penyimpanan diterminal saraf dipusat makan hipotalamus lateral, sehingga menghasilkan efek penurunan selera makan. Diethilpropion bekerja dipusat berpikir yang bertindak terutama melalui jalurkatekolamindi otak (Khairuddinet al, 2012).

(52)

bisa secara tidak langsung memberikan pengaruh pada kadar leptin di otak. Secara teori, dietilpropion HCl bisa meningkatkan kadar leptin yang memberikan sinyal kenyang, serta meningkatkan kadar katekolamin yang ikut bertanggung jawab untuk menghentikan aksi neurotransmiter lain yaitu NPY yang memiliki efek untuk memulai makan, mengurangi pengeluaran energi, dan meningkatan penimbunan lemak (Khairuddinet al, 2012).

3. Variasi Makan di Rumah

Variasi makanan adalah susunan golongan bahan makanan yang terdapat dalam satu hidangan yang berbeda pada tiap kali penyajian (Graha, 2008). Kemudian Moehyi (2007) mendefinisikan variasi makan yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi makan akan merangsang selera makan, sehingga makanan yang disajikan akan dapat dihabiskan. Satu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu yang singkat akan membosankan. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang diantaranya adalah: Membiasakan makan-makanan yang beranekaragam atau bervariasi, kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal.

(53)
(54)

jumlah sayur yang harus dikonsumsi setiap hari sedikit lebih besar (3-5 porsi) dari pada buah (2-3 porsi). Selanjutnya, dilapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) dipotongan kanan, sedangkan dipotongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom. Terakhir dan menempati puncak Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan.

Membiasakan makan-makanan yang bervariasi adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia membutuhkan makanan yang beranekaragam atau bervariasi, karena tidak ada satu makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, kecuali Asi Susu Ibu (ASI). Semaking bervariasi makanan yang dihidangkan maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi (Kurniasihet al, 2010).

(55)

a. Hidangan makanan pokok yang umumnya di Indonesia terdiri dari nasi, roti, dan jagung. Disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh. b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan

hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai jenis hasil laut lainnya. Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang berasal dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang, digoreng atau jenis makanan lainnya.

c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak berkuah.

d. Hidangan yang terdiri dari buahan, baik dalam bentuk buah-buahan segar atau buah-buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari buah.

(56)

tua di rumah, maka akan menggugah selera makan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Wansink, bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan anak lebih memiliki variasi makan, warna dan pilihan bentuknya (Judarwanto, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang Makassar bahwa variasi makan anak mempunyai pengaruh yang bermakna dengan selera makan anak umur 11-12 tahun (Handayani, 2014). Kemudian menurut Kumalasari (2012) penyajian jenis makanan yang salah dapat mempengaruhi selera makan anak, bisa terjadi kebosanan karena makanan yang monoton dari bahan makanan atau cara mengelola bahan makanan. Dengan mengkonsumsi makan yang bervariasi diharapkan anak akan mendapatkan asupan zat gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhannya.

4. Frekuensi Mengomsumsi Jajanan

(57)

perbuatan mengenai sering tidaknya mengonsumsi makanan jajanan yang dihitung per minggu (Yuliastuti, 2011).

a. Jenis Jajanan

Beberapa teori menggolongkan makanan jajan sebagai berikut; Widia Karya Nasional dan Gizi menggolongkan jenis makanan jajann menjadi tiga jenis yaitu;1) Makanan jajanan yang berbentuk pangan seperti; kue kecil-kecil, pisang goreng, cilok, bakwan, dan lain-lainya. 2) Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama) seperti; pecel, mie, bakso, mie ayam, nasi goreng, soto dan sebagainya. 3) Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti; es krim, es campur, jus buah, cendol dan sebagainya (Nuraini, 2006).

Sedangkan Winarno (2006) mengelompokkan makanan jajanan menjadi 4 jenis, yaitu; 1) Makanan berat (meals) misalnya; bakso, bakmi, bubur ayam, lontong, pecel, dan sejenisnya. 2) Cemilan (snacks) misalnya; kacang asin, kacang atom, kerupuk, biscuit, wafer, dan sejenisnya. 3) Makanan semi basah (intermediate moisture food) misalnya; pisang goreng, bakwan, lemper, lontong, dan sejenisnya. 4) Minuman (drink) misalnya; cendol dan es sirup (Nuraini, 2006).

b. Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan

(58)

berbagai jenis makanan jajanan dari beberapa daerah akan memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman makanan setiap daerah berbeda-beda. 3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temanya di sekolah. Sedangkan kekurangan dari makanan jajanan adalah bahaya bagi kesehatan. Makanan jajanan masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (B-POM) (Sumarlin, 2010).

Menurut Irianto, DP (2007) terlalu sering dan menjadikan mengonsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain adalah;

1) Selera makan menurun

2) Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit

3) Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak

4) Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jariangan belum tentu terjamin

5) Pemborosan

6) Menyebabkan gangguan pada kesehatan

(59)

tertarik pada kemasannya. Berdasarkan hasil uji Badan POM terhadap berbagai makanan jajanan anak di sekolah dasar menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan, sebanyak 344 jenis makanan jajan (39,95%) tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Kemudian es sirup atau es buah (48,19%) dan minuman ringan (62,50%) mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri pathogen. Saus dan sambal (61,54%) dan kerupuk (56,25%) juga tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang mengandung pewarna yang dilarang seperti; rhodamin B, methanol yellowdanamaranthsebesar 10,45% (Nuraini, 2006).

Pada bulan November tahun 2005 Badan Pengawasan Obat dan Makanan (B-POM) menguji jajanan pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi salah satunya adalah Jakarta. Hasil sampel yang diuji ditemukan pada es sirup, es cendol, minuman ringan, kue, makanan gorengan, kerupuk dan saos mengandung zat yang berbahaya yaitu rhodamin B(Habibi, dkk. 2012). Sementara tahun 2007 Badan POM beserta 26 Balai POM seluruh propinsi melakukan survey lagi. Hasil yang diperoleh bahwa dari 2000 makanan yang disurvey di lingkungan sekolah 45% mengandung formalin, boraks dan pewarna testil pada jenis makanan jeli, sirup, kerupuk dan makanan ringan (Sumarlin, 2010).

(60)

makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan. Anak akan menjadi sulit makan-makanan yang sehat yang disediakan di rumah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada anak Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang Makassar bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan jajan dengan selera makan anak pada usia 11-12 tahun. Anak-anak lebih memilih makan jajan yang siap saji serta disajikan dan dijual oleh pedagang-pedagang di pinggir jalan, dengan alasan karena tertarik dengan rasa, warna, dan bentuk serta kemasan bungkusanya yang unik dan harga yang dapat dijangkau oleh anak usia sekolah (Handayani, 2014).

Hasil penelitian Lestari (2011) dalam Handayani, (2014) menyatakan bahwa kebiasaan jajan yang dilakukan pada anak ternyata mempengaruhi selera makan anak, karena anak lebih memilih-milih makanan yang disukainya, untuk itu tidak sedikit anak yang sering jajan memiliki selera makan yang rendah.

5. Makan Bersama Keluarga

(61)

kelompok sosial terkecil yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, dan adopsi secara bersama-sama memperteguh gabungan untuk memuliakan anggota-anggotanya (Khomsan, 2010).

Makan bersama keluarga memang diketahui dapat membangun pola makan yang baik. Namun, tradisi makan bersama anggota keluarga saat ini sudah semakin jarang dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya karena terbatasnya waktu berkumpul. Padahal, banyak hal positif yang bisa didapat dengan meluangkan waktu makan bersama keluarga. Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Hal ini dapat meningkatkan selera makan dan membuat anak menyukai makanan yang disajikan di rumah (Khomsan, 2010).

(62)

makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang dilakukan karena tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan bersama dalam satu meja makan (Khomsan, 2010).

Menurut Graha (2008) peran keluarga sangat penting bagi anak sekolah, bahkan pada pemilihan bahan makanan. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di rumah, makanan sehat, bergizi, bermanfaat bagi pertumbuhannya dan bebas dari kandungan makanan yang berbahaya. Pada dasarnya anak-anak mempunyai rasa bosan yang sangat cepat. Hal ini juga dapat terjadi pada selera makan. Apabila rasa bosan ini telah muncul, maka orang tua harus lebih pintar dalam mencari cara menjaga selera makan pada anak agar anak-anak tetap tumbuh dengan baik dan asupan gizi yang terpenuhi (Judarwanto, 2010).

6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

(63)

kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima.

Sedangkan, suplemen penambah selera makan adalah suplernen yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme, menekan atau menghambat asam lambung dan merangsang sekresi makanan sehingga meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin (Handayani, 2002).

Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Xuan, N.X. et al (1996) di Vietnam yang menyatakan bahwa efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera makan pada anak. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami (2011) bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat meningkat selera makan pada anak sekolah dasar.

(64)

temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).

Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung anak agar berfungsi dengan baik sehingga akan timbul selera makannya (Handayani, 2002).

Hal ini dibuktikan dengan penelitian Ni’amah (2010) yang

(65)

Pada dasarnya suplemen tidak dianjurkan untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Karena mereka cukup memperoleh zat-zat gizi melalui makanan sehari-hari. Bila harus mengkonsumsi suplemen, maka dosis harus diperhatikan. Hal ini yang sering diabaikan oleh orang tua semata-mata karena ingin meningkatkan selera makan anak. Padahal suplemen berguna untuk melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga vitalitas bagi anak, yang dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko gangguan pertumbuhan, anak dalam kondisi sakit atau sedang dalam masa pemulihan. Ketika anak sedang sakit maka anak cenderung tidak selera makan yang mengakibatkan asupan gizinya berkurang sedangkan tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Selain itu, anak yang baru sembuh dari sakit juga perlu diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak semakin membaik, pemberian suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan (Ali, 2008).

Pada kenyataan, banyak orang tua (terutarna ibu) sering mengalami kesulitan dalam memberi makan pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Hal ini membuat para ibu gelisah, apalagi biasanya anak yang tidak selera makan terlihat lemah dan kurus. Hal ini mendorong para ibu untuk memberikan suplemen penambah selera makan kepada anak tampa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi dan petugas kesehatan (Firna, 2009).

(66)

menambah selera makan anaknya dan penelitian Firna (2009) yang dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro sebanyak 70,4% ibu memberikan suplemen kepada anaknya dan 32,6% dengan alasan untuk menambah selera makan.

(67)

C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi selera makan di rumah diantaranya adalah; Sherwood (2001) mengatakan faktor metabolik (hormon) dan Sudjatmoko (2011) mengatakan faktor farmakologik (obat-obatan). Graha (2008) mengatakan variasi makan, dan makan bersama keluarga. Irianto (2007) mengatakan frekuensi mengonsumsi jajanan dan Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan. Sehingga penggabungan teori tersebut dibuat kerangka teori sebagai berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber; AdaptasiSherwood (2001), Sudjatmoko (2011), Graha (2008),Irianto (2007),dan Yu, et al (1997) Faktor Metabolik:

Hormon

Frekuensi Mengonsumsi Jajanan

Makan Bersama Keluarga Variasi Makan

Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

Selera Makan Faktor Farmakologik:

(68)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang diteliti adalah; selera makan di rumah

sebagai faktor dependen, sedangkan faktor independen adalah;

frekuensi mengonsumsi jajanan, makan bersama keluarga, dan

konsumsi suplemen penambah selera makan, karena beberapa faktor

tersebut dapat mempengaruhi selera makan. Adapun kerangka konsep

penelitian dapat di lihat pada bagan 3.1 dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Selera Makan di Rumah

Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

Frekuensi Mengonsumsi Jajanan

(69)

Beberapa variabel tersebut diteliti karena: 1. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan

Semakin sering mengonsumsi jajanan juga dapat menurunkan selera makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan. Sehingga pada waktu makan anak sudah merasa kenyang yang dapat menyebabkan anak tidak selera makan makanan yang disajikan di rumah.

2. Makan bersama Keluarga

Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di rumah.

3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

(70)

lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan.

Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah sebagai berikut: 1. Faktor Metabolik (Hormon)

Faktor metabolik (hormon) tidak dilakukan pengukuran karena tidak mendapatkan izin dari kepala sekolah melakukan uji pengaruh hormon dengan pengambilan darah untuk melihat perubahan selera makan pada anak.

2. Faktor Farmakologik (Obat-obatan)

Faktor farmakologik (obat-obatan) tidak diteliti karena pada anak usia sekolah dasar belum memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan anti obesitas. Sehingga tidak ditemukan masalah pada faktor tersebut dan jawaban responden pada faktor ini dianggap homogen.

4. Variasi Makan

(71)
(72)

No Nama

Kuesioner 0. Tidak rutin (jika <14x makan bersama dalam

Kuesioner 0. Ya (jika dalam seminggu terakhir

1. Ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

2. Ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

(73)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi analitik kuantitatif dengan desain cross sectional study, dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel independen dengan variabel dependen dilakukan pada waktu yang bersama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dan waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Maret-Agustus tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(74)

adalah karena siswa usia kelas IV termasuk dalam tingkatan kelas tinggi, dimana mereka dapat memahami, menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan baik dan dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data. Namun saat pengisian kuesioner tetap didampingi oleh peneliti.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa/siswi yang terdaftar sebagai siswa/siswi kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Lemeshow et al(1990) sebagai berikut;

Keterangan:

n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan

N = Besar populasi (102 siswa/siswi kelas IV)

Z21-α/2 = Tingkat kepercayaan 95% = 1,96

P = Perkiraan proporsi 50% = 0,50

d = Limit dari error 5% = 0,05

Z21-a/2 P (1-p) N

Gambar

Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan,
Tabel 5.8Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan pada
Tabel 5.9Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera
Gambar 2.1 Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan .............................23
+7

Referensi

Dokumen terkait