• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

UJI EFEKTIVITAS HERBISIDA TUNGGAL MAUPUN

CAMPURAN DALAM PENGENDALIAN Stenochlaena palustris

DI GAWANGAN KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Oleh :

IMMANUEL TAMPUBOLON 030301041/BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

UJI EFEKTIVITAS HERBISIDA TUNGGAL MAUPUN

CAMPURAN DALAM PENGENDALIAN Stenochlaena palustris

DI GAWANGAN KELAPA SAWIT

SKRIPSI Oleh :

IMMANUEL TAMPUBOLON 030301041/BDP-AGRONOMI

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Univeristas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Judul Skripsi : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal maupun Campuran dalam Pengendalian Stenochlaena palustris di Gawangan Kelapa Sawit

Nama : IMMANUEL TAMPUBOLON

NIM : 030301041

Departemen : Budidaya Pertanian Program studi : Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Edison Purba.

Ketua Anggota

Ir. Gembira Sinuraya, MS.

Mengetahui,

(4)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

ABSTRACT

A field experiment was conducted to evaluated effectivity of paraquat, ammonium glufosinate, glyfosat, metsulfuron methyl, diuron and triasulfuron either single or mixture to control fern shrimps (Stenochlaena palustris) in oil palm arrow. Experimental design used in this research was Factorial Randomized Design non factorial with 14 treatments and 3 replications. Wich are control, manually weeding,

paraquat 300 g.a.i/ha, paraquat 600 g.a.i/ha, paraquat 300 g.a.i/ha + triasulfuron 20 g.a.i/ha, paraquat 300 g.a.i/ha + triasulfuron 30 g.a.i/ha, paraquat 400 g.a.i/ha +

triasulfuron 20 g.a.i/ha, paraquat 300 g.a.i/ha + metsulfuron methyl 15 g.a.i/ha, amonium glufosinat 300 g.a.i/ha, amonium glufosinat 600 g.a.i/ha, amonium glufosinat 300 g.a.i/ha + metsulfuron methyl 15 g.a.i/ha, glifosat 540 g.a.i/ha + metsulfuron methyl 15 g.a.i/ha, paraquat 400 g.a.i/ha + diuron 200 g.a.i/ha, paraquat 600 g.a.i/ha + diuron 300 g.a.i/ha were applied to control S. palustris in oil palm arrow. The result showed that mortality percentage of manually weeding 100 %, paraquat 300 g.a.i/ha 95.52 %, paraquat 600 g.a.i/ha 100 %, paraquat 300 g.a.i/ha + triasulfuron 20 g.a.i/ha 100 %, paraquat 300 g.a.i/ha + triasulfuron 30 g.a.i/ha 100 %, paraquat 400 g.a.i/ha + triasulfuron 20 g.a.i/ha 100 %, paraquat 300 g.a.i/ha + metsulfuron methyl 15 g.a.i/ha 100 %, amonium glufosinat 300 g.a.i/ha 86.05 %, amonium glufosinat 600 g.a.i/ha 95.81 %, amonium glufosinat 300 g.a.i/ha + metsulfuron methyl 15 g.a.i/ha 96.43 %, glifosat 540 g.a.i/ha + metsulfuron methyl

15 g.a.i/ha 4.33 %, paraquat 400 g.a.i/ha + diuron 200 g.a.i/ha 100 %, paraquat 600 g.a.i/ha + diuron 300 g.a.i/ha 100 %.

(5)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

ABSTRAK

Penelitian lapangan dilakukan untuk menguji efektivitas dari paraquat, amonium glufosinat, glifosat, metsulfuron methyl, diuron dan triasulfuron secara tunggal maupun campuran dalam mengendalikan pakis udang (Stenochlaena palustris) di gawangan kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 14 perlakuan dan 3

ulangan, yaitu kontrol, penyiangan manual, paraquat 300 g b.a/ha, paraquat 600 g b.a/ha, paraquat 300 g b.a/ha + triasulfuron 20 g b.a/ha, paraquat 300 g b.a/ha +

triasulfuron 30 g b.a/ha, paraquat 400 g b.a/ha + triasulfuron 20 g b.a/ha, paraquat 300 g b.a/ha + metsulfuron methyl 15 g b.a/ha, amonium glufosinat 300 g b.a/ha, amonium glufosinat 600 g b.a/ha, amonium glufosinat 300 g b.a/ha + metsulfuron methyl 15 g b.a/ha, glifosat 540 g b.a/ha + metsulfuron methyl 15 g b.a/ha, paraquat 400 g b.a/ha + diuron 200 g b.a/ha, paraquat 600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha yang dipergunakan untuk mengendalikan S. palustris di gawangan kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase mortalitas pada penyiangan manual 100 %, paraquat 300 g b.a/ha 95.52 %, paraquat 600 g b.a/ha 100 %, paraquat 300 g b.a/ha + triasulfuron 20 g b.a/ha 100 %, paraquat 300 g b.a/ha + triasulfuron 30 g b.a/ha 100 %, paraquat 400 g b.a/ha + triasulfuron 20 g b.a/ha 100 %, paraquat 300 g b.a/ha + metsulfuron methyl 15 g b.a/ha 100 %, amonium glufosinat 300 g b.a/ha 86.05 %, amonium glufosinat 600 g b.a/ha 95.81 %, amonium glufosinat 300 g b.a/ha + metsulfuron methyl 15 g b.a/ha 96.43 %, glifosat 540 g b.a/ha + metsulfuron methyl

15 g b.a/ha 4.33 %, paraquat 400 g b.a/ha + diuron 200 g b.a/ha 100 %, paraquat 600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha 100 %.

(6)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 13 September 1985 dari ayahanda S. Tampubolon dan ibunda M. br. Hutagalung. Pernulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SLTA Negeri 1 Kotapinang dan pada tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalar SPMB. Penulis memilih program studi Agronomi jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

(7)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala KasihNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Uji Efektivitas Herbisida Tunggal maupun Campuran dalam Pengendalian Stenochlaena palustris di Gawangan Kelapa Sawit.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Edison Purba selaku ketua dan Ir. Gembira Sinuraya, MS. Selaku anggota dosen pembimbing yang telah mememberikan saran dan bimbingan. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ayahanda S. Tampubolon, Ibunda M. br. Hutagalung dan adikku Eva, Theresia serta seluruh keluarga atas doa dan semangat yang diberikan. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabatku Pimpin, Donald, Theo, Rhino, Doris, Tetty, Loura, Adriansyah, Ferdinand, Danil Ferdiansyah, Ferdiansyah, teman-teman di PS. Transeamus, teman-teman jurusan BDP stambuk 2003 dan stambuk 2004 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, 2009

(8)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

DAFTAR ISI

Hasil-hasil Penelitian dari Penggunaan Herbisida ... 6

(9)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN Penyiapan Areal Penelitian ... 16

Analisis Tanah pada Petak Percobaan ... 16

Penyiapan Petak Percobaan ... 16

Penyiapan Petak Contoh ... 16

Aplikasi Herbisida ... 17

Pengamatan Parameter ... 17

Mortalitas S. palustris (%) ... 17

Berat Kering S. palustris (g) ... 18

Identifikasi Gulma ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

(10)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

DAFTAR TABEL

(11)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Struktur molekul paraquat ... 7

2. Struktur molekul glifosat ... 8

3. Struktur molekul amonium glufosinat ... 9

4. Struktur molekul metsulfuron methyl ... 10

5. Struktur molekul diuron ... 11

(12)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

DAFTAR LAMPPIRAN

NO. Hal

1. Bagan Penelitian ... 31

2. Data mortalitas S. palustris pada pengamatan 21 HSA ... 32

3. Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 21 HSA ... 33

4. Data mortalitas S. palustris pada pengamatan 45 HSA ... 34

5. Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 45 HSA ... 35

6. Data mortalitas S. palustris pada pengamatan 60 HSA ... 36

7. Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 60 HSA ... 37

8. Data mortalitas S. palustris pada pengamatan 75 HSA ... 38

9. Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 75 HSA ... 39

10.Data mortalitas S. palustris pada pengamatan 90 HSA ... 40

11.Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 90 HSA ... 41

12.Data berat kering S. palustris pada pengamata 21 HSA ... 42

13.Sidik ragam mortalitas S. palustris pada 21HSA ... 43

14.Indeks keragaman gulma sebelum aplikasi ... 44

15.Indeks keragaman gulma 21 HSA ... 44

16. Indeks keragaman gulma 45 HSA ... 44

17. Indeks keragaman gulma 60 HSA ... 45

18. Indeks keragaman gulma 75 HSA ... 45

19. Indeks keragaman gulma 90 HSA ... 45

(13)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gulma pada perkebunan tanaman tahunan (karet, kelapa sawit, kelapa, teh, kopi, kina) berbeda dengan pertanaman semusim (tebu, jagung, tembakau, rosella). Pada umumnya masalah gulma lebih dirasakan pada perkebunan dengan pertanaman yang luas, karena ada kaitannya dengan faktor waktu yang terbatas, tenaga kerja dan biaya (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).

Contoh jenis-jenis pakis yang merugikan di perkebunan kelapa sawit, yaitu pakis kawat (Dicrapnoteris linearis), Kelakai (Stenochlaena palustris) serta pakis gajah atau resam jalur (Pteridium esculentum) (Pahan, 2008).

Beberapa metode pengendalian gulma telah dilakukan di perkebunan, baik secara metode manual, mekanis, kultur teknis, biologis, maupun metode kimiawi dengan menggunakan herbisida, bahkan menggabungkan beberapa metode sekaligus. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode kimiawi dengan herbisida. Metode ini dianggap lebih praktis dan menguntungkan dibandingkan dengan metode yang lain, terutama ditinjau dari segi kebutuhan tenaga kerja yang lebih sedikit dan pelaksanaan yang relatif lebih singkat (Barus, 2003).

(14)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

lainnya tetap tidak berbeda dengan dengan respon yang diharapkan. (2) Kemungkinan yang kedua adalah kedua campuran herbisida tersebut bersifat antagonis, jika respon total yang diamati lebih kecil dari respon yang diharapkan. (3) Kemungkinan yang ketiga adalah kedua campuran herbisida tersebut bersifat sinergis, jika respon total pada perlakuan campuran herbisida diamati lebih besar dari respon yang diharapkan (Crafts and Robbins, 1973).

Herbisida mempunyai kemampuan untuk dapat membunuh meskipun dalam konsentrasi rendah. Jumlah konsentrasi herbisida juga dapat menentukan terjadinya hambatan atau pemacuan pada suatu pertumbuhan. Pada umumnya dengan semakin meningkatnya konsentrasi makin meningkat pula penekanannya (Moenandir, 1990).

Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas.Dengan semakin pesatnya penggunaan herbisida, maka manusia berusaha untuk dapat menghasilkan senyawa-senyawa baru yang berpotensi untuk menjadi salah satu herbisida yang dapat dikomersilkan (Sukman dan Yakup, 1995).

(15)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat efektivitas pengendalian herbisida secara tunggal maupun campuran di gawangan kelapa sawit.

Hipotesis Penelitian

Herbisida tunggal maupun campuran dapat menghasilkan tingkat efektivitas pengendalian S. palustris yang berbeda pada gawangan kelapa sawit.

Kegunaan Penelitian

1. Untuk membandingkan efektivitas masing-masing perlakuan baik herbisida secara tunggal maupun secara campuran dalam pengendalian S. palustris di gawangan kelapa sawit.

(16)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Stenochlaena palustris

Menurut Anonimusb (2009), botani Stenochlaena palustris adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae Divisio : Pteridophyta

Phylum : Tracheophyta

Subphylum : Euphyllophytina Ordo : Filicales

Family : Blechnaceae Genus : Stenochlaena

Spesies : Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd.

Paku tanah, panjang 5 - 10 m. Akar rimpang memanjat tinggi, kuat, pipih persegi, telanjang atau bersisik sangat jarang, kerapkali dengan tunas menjalar, yang kadang - kadang menjalar di atas permukaan atau tanah ke arah batang dekatnya. Daun menyirip tunggal, dimorph. Tangkai daun panjangnya10 - 20 cm dan kuat.

Daun steril 30 - 200 kali 20 - 50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang muda kerap kali keungu-unguan, anak daun banyak, bertangkai pendek, berbentuk lanset, lebar 1.5 - 4 cm, meruncing dengan kaki lancip baji atau membulat, kedua sisi tidak sama,

(17)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

lebarnya 2 - 5 mm. dapat tumbuh hingga pada ketingian 900 meter di atas permukaan laut. Habitatnya di atas daerah yang lembab, becek dan teduh, hutan rawa, tepi hutan dan kerap kali membentuk selimut yang rapat (Steenis, 2003).

Kegunaan Herbisida Campuran

Herbisida nonselektif mempunyai spektrum pengendalian yang luas, sedangkan herbisida selektif mempunyai spektrum pengedalian lebih sempit. Oleh karena itu orang sering menggabungkan herbisida yang kuat terhadap gulma rumput dan yang kuat terhadap gulma berdaun lebar untuk memperluas spektrum pengendalian (Djojosumarto, 2000).

Untuk mempertinggi efektivitas pengendalian gulma dapat dilakukan dengan mencampur beberapa herbisida agar diperoleh daya bunuh yang menyeluruh/berspektrum luas terhadap spesies-spesies gulma di lapangan, selain itu dapat memperbaiki konsistensi pengendalian, meningkatkan selektivitas terhadap tanaman pada dosis rendah, dapat dikombinasikan antara herbisida yang bersifat kontak dengan sistemik, mengurangi biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan mahalnya salah satu macam herbisida, menghambat berkembangnya sepesies gulma yang resisten dan mempunyai efek yang sinergis antara herbisida yang satu dengan herbisida yang lain (Anonimusa, 2009).

(18)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

menghindari kebutuhan akan dua kegiatan penyemprotan dan pengawasan yang diperlukan bagi kegiatan yang beruntun (Fryer dan Matsunaka, 1977).

Kerugian Penggunaan Herbisida Tunggal

Pemakaian satu herbisida tunggal yang terus menerus mungkin menghasilkan pertumbuhan gulma-gulma resisten. Akibat penggunaan yang terus menerus dari satu herbisida di dalam suatu lahan, maka akan terjadi perubahan dominasi dalam komunitas gulma dari jenis-jenis yang peka menjadi jenis-jenis yang toleran (Sastroutomo, 1992).

Beberapa kerugian penggunaan herbisida tunggal adalah kurangnya daya bunuh satu jenis herbisida yang diaplikasikan terhadap spesies gulma di lapangan karena hanya dapat mengendalikan jenis-jenis gulma tertentu saja, mahalnya biaya pada penggunaan satu jenis herbisida (Anonimusa, 2009).

Hasil-hasil Penelitian dari Penggunaan Herbisida

Beberapa penelitian terhadap efikasi campuran herbisida telah dilakukan, misalnya pencampuran Imazethapyr dengan glifosat, dimana hasil yang diperoleh

lebih banyak bersifat additive pada pengendalian Amaranthus rudis, Abutilon theophrasti dan Ipomea hederaceae (Jianmei dkk., 2002).

(19)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

dimana kemanjuran kegiatan perlakuan campuran tersebut, khususnya jika diuron dimasukkan sebanyak 0.56 kg/ha. Maka lebih besar yang bias diharapkan daripada penambahan murni campuran itu, menandakan bahwa respons yang digabungkan bersifat sinergistik. Dalam kondisi intensitas cahaya yang tinggi, penghancuran jaringan setelah penyemprotan paraquat cepat sekali (Fryer dan Matsunaka, 1977).

Paraquat

Paraquat, 1,1’-dimethyl-4,4’bipyridium ion, dikenal sebagai herbisida bipyridilium, merupakan herbisida yang tidak selektif. Paraquat umumnya digunakan pada pengendalian gulma purna tumbuh dan gulma darat. Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma tahunan dan gulma berdaun lebar dan menekan pertumbuhan gulma semusim. Dibawah kondisi intesitas sinar matahari yang tinggi, paraquat bertindak sebagai herbisida kontak, membunuh jaringan hijau tanaman dengan cepat. Pada kondisi gelap, paraquat akan berpenetrasi ke daun melalui sistem vaskular dan selanjutnya ditransportasikan melalui jaringan xilem. Struktur kimianya sebagai berikut :

2+

H3C-N+ N+-CH3 2Cl

-(Anderson, 1977).

(20)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

molekular dan menghasilkan superoksida radikal (O2-). Superoksida radikal ini adalah oksidan yang sangat kuat merusak jaringan tumbuhan disamping menghasilkan spesies oksigen aktif lainnya, yaitu singlet oksigen (1O2) dan triplet oksigen (3O2), hydrogen peroksida (H2O2) serta hidroksida radikal (OH) yang semuanya merusak jaringan. (Purba dan Damanik, 1996).

Glifosat

Glifosat, N-(phosphonomethyl)glycine, diformulasikan sebagai garam isopropylamine glifosat. Merupakan herbisida tidak selektif dan memiliki spektrum pengendalian yang lebih luas. Diaplikasikan sebagai herbisida pasca tumbuh. Struktur kimianya sebagai berikut :

O O HO – C – CH2 – N – CH2 – P – OH

H OH (Anderson, 1977).

Glifosat aktif ditranslokasikan dari bagian vegetatif ke bagian akar atau rhizome gulma semusim, bergerak dengan lambat dan daya racunnya dapat tidak kelihatan selama 7 - 10 hari setelah aplikasi. Glifosat pengaplikasiannya tidak aktif di dalam tanah (Mercado, 1979).

(21)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

pyruvyl shikimate-3-phosphate synthase (EPSP synthase) sehingga mengganggu pembentukan asam-asam amino aromatik seperti phenylalanine, tryptophan dan tyrosine (Purba dan Damanik, 1996).

Amonium Glufosinat

Basta, merupakan herbisida yang memiliki spektrum luas dan tidak selektif, merupakan herbisida yang unik karena berasal dari isolasi bakteri Streptomyces viridochromogenes, asam amino amonium glufosinat ditemukan sebagai herbisida

yang aktif dan selanjutnya di sintesis dan dipasarkan sebagai garam amonium oleh Hoecst AG. Basta pertama sekali dikomersialisasikan pada tahun 1984 dan diluncurkan di Australia pada tahun 1990. nama IUPACnya adalah 2-amino-4-[hydroxy(methyl)phosphoryl]butanoic acid. Struktur kimianya sebagai berikut : O O

H2C – P – CH2 – CH2 – C – C – OH NH4+

O- NH2H

(Bayercropscience, 2009).

Metsulfuron Methyl

(22)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Metsulfuron methyl diabsorbsi melalui daun dan akar, ditranslokasikan secara acropetal dan basipetal. Gejala kematian gulma mungkin tampak 1 - 3 minggu setelah penyeprotan. Struktur kimianya adalah :

CO2CH3 N CH3 SO2NHCONH N N OCH3 (Anonimus, 1990).

Diuron

Termasuk golongan urea, herbisida ini berkembang setelah penemuan monouron pada tahun 1952. Herbisida termasuk golongan urea meliputi: chlorofuron, diuron, fenuron, linuron, monuron dan tebuthiuron. Selektifitasnya cukup luas tergantung pada tanaman apa diaplikasikan. Umumnya herbisida golongan ini bergerak dalam xylem. Mode of action primer menghambat transport elektron fotosintetik pada Photosystem II, sehingga meyebabkan adanya produksi sejumlah oksidan yang dapat merusak membran, pigmen dan lain sebagainya sehingga merusak sel dengan cepat. Gejala yang dapat dilihat meliputi klorosis dan menguning pada

dosis rendah atau bleaching dan kekeringan (dessication) (Purba dan Damanik, 1996).

(23)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

banyak dipergunakan pada perkebunan tebu. Merupakan herbisida yang sangat cepat mengendaliakn gulma rerumputan. Struktur kimianya adalah :

Cl NH O

(24)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di gawangan kelapa sawit di daerah Kotapinang, Labuhan Batu Selatan, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah herbisida

Paraquat (Gramoxone 276 SL), Amonium glufosinat (150 WSC), Glifosat (Roundup 480 AS), Metsulfuron methyl (Ally 20 WDG), Diuron (Sidaron 80 WP),

Triasulfuron (Logran 75 WP) dan gulma Stenochlaena palustris.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat semprot punggung (knapsack sprayer SOLO), tali plastik, gelas ukur, pacak, cangkul dan timbangan elektrik.

Metode Penelitian

Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 14 perlakuan, dimana masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut terdiri atas :

(25)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Pq 300 (T2) = Paraquat (300 g b.a/ha) Pq 600 (T3) = Paraquat (600 g b.a/ha)

Pq 300 + Ts 20 (T4) = Paraquat + Triasulfuron (300 g b.a/ha + 20 g b.a/ha) Pq 300 + Ts 30 (T5) = Paraquat + Triasulfuron (300 g b.a/ha + 30 g b.a/ha) Pq 400 + Ts 20 (T6) = Paraquat + Triasulfuron (400 g b.a/ha + 20 g b.a/ha)

Pq 300 + MSM 15 (T7) = Paraquat + Metsulfuron Methyl (300 g b.a/ha + 15 g b.a/ha)

Glu 300 (T8) = Amonium Glufosinat (300 g b.a/ha) Glu 600 (T9) = Amonium Glufosinat (600 g b.a/ha)

Glu 300 + MSM 15 (T10) = Amonium Glufosinat + Metsulfuron Methyl (300 g b.a/ha + 15 g b.a/ha)

Gly 540 + MSM 15 (T11 = Glifosat + Metsulfuron Methyl (540 g b.a/ha + 15 g b.a/ha)

Pq 400 + Diu 200 (T12) = Paraquat + Diuron (400 g b. a/ha + 200 g b.a/ha) Pq 600 + Diu 300 (T13) = Paraquat + Diuron (600 g b.a/ha + 300 g b.a/ha) Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan analisis sidik ragam model linear, yaitu :

Yij = µ + ρi + βj + εij

Dimana : Yij = Data yang dihasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke-i dan perlakuan ke-j

(26)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

βj = Pengaruh perlakuan ke-j

(27)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Areal Penelitian

Areal penelitian dilaksanakan di gawangan kelapa sawit daerah Kotapinang, Labuhan Batu Selatan. Areal tersebut memiliki dominasi penutupan S. Palustris antara 75 – 80 %.

Analisis Tanah pada Petak Percobaan

Sebelum dilakukan aplikasi herbisida, dianalisis terlebih dahulu tanah pada petak percobaan, dianalisis tekstur tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah dan kandungan Bahan Organik tanah. Analisis tanah bertujuan untuk mengetahui tingkat mobilitas herbisida di dalam tanah khususnya herbisida yang aktif di dalam tanah.

Penyiapan Petak Percobaan

Diukur petak percobaan dengan luas 3 m x 5 m untuk setiap perlakuan herbisida dengan cara dipacak dan dibatasi dengan tali plastik, tingkat dominasi penyebaran vegetasi S. palustris adalah merata pada petak percobaan.

Penyiapan Petak Contoh

Petak contoh yang mewakili setiap petak percobaan ditentukan seluas 1 m x 2 m, ditempatkan secara acak paa petak percobaan agar penyebaran S. palustris

(28)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Aplikasi Herbisida

Sebelum herbisida diaplikasikan, dilakukan kalibrasi untuk mengetahui volume semprot. Dari hasil kalibrasi diperoleh volume semprot per ha adalah sebesar 350 l/ha. Herbisida diaplikasikan secara merata pada setiap petak percobaan untuk masing-masing perlakuan dengan cara disemprot dengan menggunakan alat semprot punggung (knapsack sprayer SOLO), Ketinggian nozel disesuaikan dengan ketinggian pakis di lapangan, aplikasi herbisida dilaksanakan dengan kondisi cuaca saat dan sesudah penyemprotan adalah cerah. Air yang digunakan sebagai pembawa diambil dari sumur yang terdapat di lokasi penelitian.

Pengamatan Parameter Mortalitas S. palustris (%)

Mortalitas S. palustris dihitung dengan rumus :

=Jumlah S. palustris yang disemprot–jumlah S. palustris yang bertahan hidup Jumlah. S. palustris yang disemprot

x 100%

S. palustris yang bertahan hidup adalah tampak masih kelihatan segar,

sedangkan S. palustris yang sudah mati adalah tampak tidak segar, dengan kata lain secara visual berwarna kecoklatan. Mortalitas gulma dihitung pada 21, 45, 60, 75 dan

(29)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Tabel 1. Kriteria daya berantas gulma.

Peringkat Persentase daya berantas (%) Kategori

1. 95-100 istimewa

S. palustris yang bertahan hidup pada 21 HSA diambil dari petak percobaan

dengan cara dicabut berikut rimpangnya dan dikelompokkan berdasarkan masing-masing perlakuan herbisida, kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu + 70oC selama 24 jam, kemudian ditimbang.

Identifikasi Gulma

Diidentifikasi gulma-gulma lain yang tumbuh pada petak percobaan sebelum dan setelah aplikasi herbisida dengan membuat petak contoh 0,5 m x 0,5 m sebagai petak pengamatan. Dihitung identifikasi gulma dengan menggunakan metode Sum Dominan Ratio (SDR), dimana :

KM (Kerapatan Mutlak) = Menyatakan jumlah individu spesies gulma tertentu pada petak contoh.

FM (Frekuensi Mutlak) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies gulma tertentu. KR (Kerapatan Relatif) = KM spesies tertentu x 100%

Jumlah KM semua spesies

(30)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

SDR (Sum Dominant Ratio) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif x 100

(31)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyiangan Manual (T1) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Pq 300 (T2) 90.85 93.80 95.52 95.52 95.52

(32)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 21 HSA ditampilkan pada Lampiran 3. Uji kontras antara perlakuan penyiangan manual dengan seluruh perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris. Perlakuan seluruh paraquat tunggal dengan seluruh perlakuan paraquat campuran berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris. Perlakuan amonium glufosinat 300 g b.a/ha +

methyl metsulfuron 15 g b.a/ha dengan glifosat 540 g b./ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris.

Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 45 HSA ditampilkan pada Lampiran 6. Uji kontras antara perlakuan penyiangan manual dengan seluruh perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris. Perlakuan seluruh paraquat tunggal dengan seluruh perlakuan paraquat campuran berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris. Perlakuan amonium glufosinat 300 g b.a/ha +

methyl metsulfuron 15 g b.a/ha dengan glifosat 540 g b./ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris.

Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 60 HSA ditampilkan pada Lampiran 9.Uji kontras antara perlakuan penyiangan manual dengan seluruh perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris. Perlakuan amonium glufosinat 300 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha dengan glifosat 540 g b./ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris.

(33)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

amonium glufosinat 300 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha dengan glifosat 540 g b./ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris.

Sidik ragam mortalitas S. palustris pada pengamatan 90 HSA ditampilkan pada pada Lampiran 15.Uji kontras antara perlakuan penyiangan manual dengan seluruh perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris. Perlakuan amonium glufosinat 300 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha dengan glifosat 540 g b./ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. palustris.

Berat Kering S. palustris (g)

Hasil pengamatan berat kering S. palustris pada 21HSA ditampilkan pada Tabel 3. Sidik ragam berat kering S. Palustris ditampilkan pada Lampiran 18.

(34)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan berat kering S. palustris 21 HSA

tertinggi didapat pada perlakuan glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha, yaitu sebesar 774.27 g. Berat kering S. palustris terendah didapat pada

perlakuan penyiangan manual, yaitu sebesar 5.02 g.

Sidik ragam berat kering S. palustris 21 HSA ditampilkan pada Lampiran 18. Uji kontras antara perlakuan penyiangan manual dengan seluruh perlakuan hebisida bepengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris. Perlakuan seluruh paraquat tunggal dengan seluruh perlakuan paraquat campuran berpengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris. Perlakuan amonium glufosinat 300 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha dengan perlakuan glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris. Perlakuan seluruh paraquat + diuron dengan perlakuan seluruh paraquat tunggal dan campuran berpengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris.

Identifikasi Gulma

(35)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Tabel 4. Nilai SDR sebelum dan sesudah aplikasi herbisida No. Jenis Gulma Sebelum Setelah

Pada petak contoh sebelum aplikasi herbisida ada tiga jenis gulma yang muncul, yaitu Axonopus compresus, Mikania micrantha, dan Ageratum conyzoides. Setelah 60 HSA ada tiga jenis gulma lagi yang muncul, yaitu Cyperus kyllingia, Paspalum conjugatum dan Phylantus niruri. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa tidak

ada pergeseran dari komunitas gulma pada petak contoh, dimana jenis gulma yang paling dominan sebelum aplikasi adalah A. compresus dengan SDR sebesar 38.15 dan setelah 90 HSA gulma yang paling dominan adalah A. compresus dengan SDR sebesar 18.92.

Pembahasan

(36)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha kurang efektif dalam mengendalikan S. palustris, yaitu sebesar 4.33 % pada 90 HSA. Hal yang menyebabkan kurangnya efektifnya pengendalian tersebut mungkin disebabkan oleh

kurangnya konsentrasi glifosat diaplikasikan sehingga persentase mortalitas S. palustris cukup kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moenandir (1990), yang

menyatakan bahwa pada umumnya semakin meningkatnya konsentrasi maka semakin meningkat pula penekanannya.

Dilihat dari semua perlakuan herbisida pada 21 HSA, perlakuan paraquat + diuron adalah perlakuan yang paling cepat mengendalikan S. palustris yaitu sebesar 100 %. Daya bunuh perlakuan herbisida ini bertahan sampai 90 HSA. Hal ini disebabkan karena herbisida paraquat merupakan herbisida yang tidak selektif dan membunuh jaringan tumbuhan dengan cepat dalam waktu yang singkat menyebabkan gejala seperti terbakar dan kering pada daun yang kena semprot.Hal ini sesuai dengan pernyataan Fryer dan Matsunaka (1977), yang menyatakan bahwa kombinasi takaran paraquat dengan diuron menunjukkan respon yang bersifat sinergistik.

Pada perlakuan herbisida amonium glufosinat 300 g b.a/ha dan glufosinat 600 g b.a/ha pada 21 HSA berturut-turut mengendalikan S. palustris sebesar 68.47 % dan 86.78 %. Dibandingkan dengan cara kerja herbisida paraquat, amonium glufosinat tergolong lambat mengendalikan S. palustris, tetapi pengendaliannya terus meningkat sampai 90 HSA.

Dari pengamatan berat kering 21 HSA dapat dilihat bahwa perlakuan glifosat

(37)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha, yaitu sebesar 279.06 g. Hal ini diakibatkan karena herbisida paraquat + diuron keduanya merupakan herbisida yang dengan cepat merusak sel-sel tanaman yang mengakibatkan klorosis pada daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purba dan Damanik (1996), yang menyatakan bahwa herbisida diuron memiliki selektifitas yang cukup luas, umumnya bergerak melalui xylem, mode of action primer menghambat transport electrón fotosintetik pada photosystem

II, sehingga menyebabkan adanya produksi sejumlah oxidan yang dapat merusak membran, pigmen dan lain sebagainya sehingga merusak sel dengan cepat.

(38)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan penyiangan manual lebih efektif mengendalikan S. palustris dibandingkan dengan perlakuan dengan menggunakan herbisida.

2. Perlakuan paraquat secara tunggal maupun campuran lebih efektif mengendalikan S. palustris dibandingkan dengan herbisida lainnya berdasarkan mortalitas.

3. Perlakuan paraquat 600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha lebih efektif mengendalikan S. palustris dibanding dengan perlakuan herbisida lainnya berdasarkan berat kering pada 21 HSA.

4. Perlakuan glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha tidak efektif mengendalikan S. palustris.

5. Urutan efektivitas herbisida dalam pengendalian S. Palusrtis berdasarkan berat kering adalah paraquat + diuron > paraquat + methyl metsulfuron > paraquat + triasulfuron > paraquat > amonium glufosinat + methyl metsulfuron > amonium glufosinat > glifosat + methyl metsulfuron.

Saran

(39)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W.P., 1997. Weed Science Principles. West Publishing Company. Los Angeles.

Anonimus, 1990. Ally 20 WDG Herbisida yang Efektif dan Aman untuk Tanaman Kelapa Sawit. PT. Bumi Delta Kimiatama. Jakarta.

Anonimusa, 2009. Pengendalian Gulma di Perkebunan Tebu. Dikutip dari

Anonimusb, 2009. Tanaman Kelakai (Stenochlaena palsutris). Dikutip dari triasmara.wordpress.com/.../tanaman-kelakai-stenochlaena-palustris.htm. Diakses tanggal 24 Juni 2009.

Barus, E., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Bayercropscince, 2009. Basta Bulletin.Dikutip dari sources/products/brochure/Basta%20bulletin.pdf.

Diakses tanggal 01 Desember 2009.

Crafts, A.S. and Robbins, W.W., 1973. Weed Control. Tata Mc.Graw-Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Herbisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Fryer, J.D. dan Matsunaka, S., 1977. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.

Jianmei, L., Johnson, W.G., Smeda, R.J., 2002. Interaction Between Glyphosate and Imazethaphyr on Four Annual Weeds. Crop Protection.

(40)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Mercado, B.L., 1979. Introduction to Weed Science. Southeast Asian Regional Center for Graduated Study and Research in Agriculture. Laguna-Philippines.

Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga hilir. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Purba, E. dan S. J. Damanik., 1996. Dasar-dasar Ilmu Gulma. USU Press. Medan.

Sastroutomo, S.S., 1992. Pestisida. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Siregar, H., T.L. Tobing, A. Sipayung, dan R. Sukarji., 1990. Ally 20 WDG Sebagai Pengendali Gulma Kelapa Sawit pada Perkebunan. Pusat Penelitian Marihat.

Steenis, C.G.G.J., 2003. Flora untuk Sekolah di Indosesia. PT Pradnya Paramita. Jakarta

Sukman, Y. dan Yakup, M.S., 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

(41)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

(42)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 1. Data Mortalitas S. palustris 21 HSA (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

….…...……….%...

Kontrol (T0) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Penyiangan Manual (T1) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300 (T2) 87.10 88.37 97.09 272.56 90.85

Pq600 (T3) 100.00 97.39 100.00 297.39 99.13

Pq300+Ts20 (T4) 100.00 95.65 100.00 295.65 98.55

Pq300+Ts30 (T5) 93.18 100.00 100.00 293.18 97.73

Pq400+Ts20 (T6) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+MSM15 (T7) 100.00 95.89 100.00 295.89 98.63

Glu300 (T8) 73.56 65.63 66.22 205.40 68.47

Glu600 (T9) 85.19 85.71 89.44 260.34 86.78

Glu300+MSM15 (T10) 73.45 87.96 92.78 254.20 84.73

Gly540+MSM15 (T11) 5.48 0.00 0.00 5.48 1.83

Pq400+Diu200 (T12) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq600+Diu300 (T13) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Total 1117.96 1116.61 1145.52 3380.09

(43)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 2. Data Transformasi Mortalitas S. palustris 21 HSA (%) (Arcsin√P)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Lampiran 3. Daftar Sidik Ragam Mortalitas S. palustris 21 HSA (%)

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 2 96.66 48.33 0.91 tn 3.32

Perlakuan 7 7185.30 1026.47 19.23 * 2.34

T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13 1 742.52 742.52 13.91 * 4.17

(44)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 4. Data Mortalitas S. palustris 45 HSA (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

………….………%...

Kontrol (T0) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Penyiangan Manual (T1) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300 (T2) 90.32 93.02 98.06 281.40 93.80

Pq600 (T3) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts20 (T4) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts30 (T5) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq400+Ts20 (T6) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+MSM15 (T7) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Glu300 (T8) 82.76 70.31 74.32 227.40 75.80

Glu600 (T9) 92.59 89.29 91.55 273.43 91.14

Glu300+MSM15 (T10) 78.76 93.52 95.88 268.16 89.39

Gly540+MSM15 (T11) 5.48 4.76 0.00 10.24 3.41

Pq400+Diu200 (T12) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq600+Diu300 (T13) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Total 1149.91 1150.90 1159.81 3460.62

(45)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 5. Data Transformasi Mortalitas S. palustris 45 HSA (%) (Arcsin√P)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Mortalitas S. palustris 45 HSA (%)

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 2 8.40 4.20 0.16 tn 3.32

Perlakuan 7 7691.91 1098.84 42.99 * 2.34

T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13 1 517.57 517.57 20.25 * 4.17

(46)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 7. Data Mortalitas S. palustris 60 HSA

(%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

………….……….%...

Kontrol (T0) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Penyiangan Manual (T1) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300 (T2) 93.55 93.02 100.00 286.57 95.52

Pq600 (T3) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts20 (T4) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts30 (T5) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq400+Ts20 (T6) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+MSM15 (T7) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Glu300 (T8) 88.51 75.00 77.03 240.53 80.18

Glu600 (T9) 96.30 92.86 92.96 282.11 94.04

Glu300+MSM15 (T10) 84.07 95.37 96.91 276.35 92.12

Gly540+MSM15 (T11) 8.22 4.76 0.00 12.98 4.33

Pq400+Diu200 (T12) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq600+Diu300 (T13) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Total 1170.64 1161.01 1166.89 3498.55

(47)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 8. Data Transformasi Mortalitas S. palustris 60 HSA (%) (Arcsin√P)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Lampiran 9 . Daftar Sidik Ragam Mortalitas S. palustris 60 HSA (%)

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 2 3.00 1.50 0.04 tn 3.32

Perlakuan 7 6953.04 993.29 29.77 * 2.34

T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13 1 407.87 407.87 12.23 * 4.17

(48)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 10. Data Mortalitas S. palustris 75 HSA (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

……….……….%...

Kontrol (T0) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Penyiangan Manual (T1) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300 (T2) 93.55 93.02 100.00 286.57 95.52

Pq600 (T3) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts20 (T4) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts30 (T5) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq400+Ts20 (T6) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+MSM15 (T7) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Glu300 (T8) 90.80 78.13 79.73 248.66 82.89

Glu600 (T9) 96.30 94.64 94.37 285.31 95.10

Glu300+MSM15 (T10) 85.84 98.15 97.94 281.93 93.98

Gly540+MSM15 (T11) 8.22 4.76 0.00 12.98 4.33

Pq400+Diu200 (T12) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq600+Diu300 (T13) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Total 1174.71 1168.70 1172.03 3515.44

(49)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 11. Data Transformasi Mortalitas S. palustris 75 HSA (%) (Arcsin√P)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Mortalitas S. palustris 75 HSA (%)

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 2 0.46 0.23 0.01 tn 3.32

Perlakuan 7 7422.64 1060.38 29.69 * 2.34

T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13 1 376.96 376.96 10.56 * 4.17

(50)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 13. Data Mortalitas S. palustris 90 HSA (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

……...…...………...%...

Kontrol (T0) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Penyiangan Manual (T1) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300 (T2) 93.55 93.02 100.00 286.57 95.52

Pq600 (T3) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts20 (T4) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+Ts30 (T5) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq400+Ts20 (T6) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq300+MSM15 (T7) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Glu300 (T8) 93.10 81.25 83.78 258.14 86.05

Glu600 (T9) 96.30 94.64 96.48 287.42 95.81

Glu300+MSM15 (T10) 91.15 98.15 100.00 289.30 96.43

Gly540+MSM15 (T11) 8.22 4.76 0.00 12.98 4.33

Pq400+Diu200 (T12) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Pq600+Diu300 (T13) 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Total 1182.32 1171.83 1180.26 3534.41

(51)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 14. Data Transformasi Mortalitas S. palustris 90 HSA (%) (Arcsin√P)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Mortalitas S. palustris 90 HSA (%)

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 2 8.29 4.14 0.12 tn 3.32

Perlakuan 7 8452.82 1207.55 33.75 * 2.34

T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13 1 334.06 334.06 9.34 * 4.17

(52)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 16. Data Berat Kering S. palustris 21 HSA (g)

Pq400+Diu200 (T12) 343.23 344.32 385.45 1073.00 357.67

Pq600+Diu300 (T13) 237.22 273.43 326.42 837.07 279.02

Total 6398.75 6726.72 6499.37 19624.84

(53)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 17. Data Transformasi Berat Kering S. palustris 21 HSA (g) (Y'=Log Y)

Perlakuan

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Berat Kering S. palustris 21 HSA (g)

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 2 0.0019 0.0009 0.15 tn 3.32

Perlakuan 7 10.8504 1.5501 241.48 * 2.34

T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13 1 10.6896 10.6896 1665.29 * 4.17

(54)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Lampiran 25. Foto Penelitian

(55)

Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena

Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria daya berantas gulma. Peringkat
Tabel 2. Rataan mortalitas S. palustris pada pengamatan 21, 45, 60, 75 dan 90 HSA.
Tabel 3. Rataan berat kering S. palustris pada 21 HSA.
+2

Referensi

Dokumen terkait