• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Prioritas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Prioritas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Amplas"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRIORITAS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EFEKTIVITAS FUNGSI TERMINAL AMPLAS

Renward Parapat, Abdul Ghani Salleh, Basaria Talarosha

Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstract. In order to build an effective and an efficient transportation system, the government provides several of facilities for the benefit of the people. Terminal is a place for loading and unloading, traffic interchange mode and a place for the public drivers to take a rest the aim of this research is to determine the main factors which affect the effectiveness of a terminal as a place for transportation enhancement. Analytical hierarchy process is the method used to analyse data collected through observations and direct interviews. The focus of the research is on the terminal components, such as passenger components, government components, and operator components. The observation and interviews were done at terminals, pools, junctions near the terminals and agency/public transportation offices. The sample comprises 94 persons (11 persons represent the government, 53 persons represent the passengers and 30 persons represent public drivers and public transportation merchants). The findings indicate that the main factors affecting the efficiency of the terminal are passenger, government and operator components and the related elements, such as, security, traffic service, accessibility, terminal facilities, and environment.

Keywords: Terminal development, terminal components, local priority

1. PENDAHULUAN

Terminal penumpang mengemban tugas menyelenggarakan keamanan dan keselamatan perjalanan penumpang dalam rangka memperlancar arus barang dan penumpang. Untuk memenuhi tugas tersebut maka terminal penumpang harus dapat memenuhi tuntutan pelayanan sebaik-baiknya. Pelayanan ini menyangkut pandangan pihak-pihak yang terkait yaitu pihak pengelola terminal (pemerintah) dan pihak pengguna jasa terminal (penumpang dan penyedia jasa angkutan/operator).

Dari hasil pengamatan di lapangan terlihat adanya kecenderungan penumpang atau calon penumpang yang memanfaatkan pool dan kantor-kantor perusahaan sebagai tempat pemberangkatan dan kedatangan penumpang di kawasan pusat kota

khususnya di persimpangan di sekitar terminal dan sepanjang Jalan SM Raja. Hal ini menyebabkan pengemudi angkutan kota, tidak lagi memanfaatkan Terminal Amplas sebagai tempat kedatangan dan pemberangkatan penumpang atau tempat transit, dan kenyataan ini bertentangan dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 tentang Prasarana Lalulintas Jalan mengatakan bahwa terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan penumpang umum.

(2)

masing-masing komponen yang terlibat dalam penentuan efektivitas fungsi Terminal Amplas dan menyusunnya dalam bentuk hierarki kriteria efektivitas terminal, selain itu juga mengidentifikasi besarnya pengaruh tingkat kepentingan komponen-komponen terminal yang mempengaruhi efektivitas fungsi Terminal Amplas terhadap pelayanan angkutan umum.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi Terminal Amplas serta untuk menyusun hierarki faktor-faktor tersebut maka perlu dilakukan analisis lokasi penelitian, analisis kriteria efektivitas, analisis penentuan responden, analisis pembobotan otoritas komponen, analisis bobot prioritas kriteria, dan analisis prioritas lokal untuk setiap komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi Terminal Amplas.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Pengukuran Efektivitas

Menurut Krishnomo (1998), efektivitas pelayanan umum dapat dinilai berdasarkan tujuan penyediaan

fasilitas pelayanan umum tersebut.

Langkah-langkah pengukuran efektivitas

adalah menentukan tujuan,

menentukan kriteria penilaian, memberikan bobot angka relatif dari penjabaran yang dilakukan, baik pada hierarki yang mempresentasikan sistem maupun kriteria ataupun kontribusinya terhadap tujuan, mengevaluasi setiap nilai efektivitas berdasarkan kriteria yang dipilih dan menghitung nilai efektivitas total.

2.2 Pengertian dan Kriteria Lokasi Terminal

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1995, terminal angkutan penumpang merupakan salah satu agian dari sistem transportasi, tempat kendaraan umum mengambil dan menurunkan penumpang dari satu moda ke moda transportasi lainnya, juga merupakan prasarana angkutan penumpang dan menjadi unsur ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan wilayah.

Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 tentang Prasarana Lalulintas Jalan mengatakan bahwa terminal penumpang adalah

prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra/atau antar-moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan penumpang umum.

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 dan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 menyatakan bahwa penentuan lokasi terminal penumpang dan barang dilakukan dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum tata ruang, kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal, keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar-moda, kondisi topografi lokasi terminal, dan kelestarian lingkungan.

2.3 Tipe dan Fungsi Terminal

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalulintas Jalan mengklasifikasikan terminal penumpang menjadi 3 (tiga) yaitu terminal penumpang tipe A berfungsi melayani angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK) dan angkutan perdesaan (ADES). Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK) dan angkutan perdesaan (ADES) dan terminal penumpang tipe C berfungsi melayani angkutan perdesaan (ADES).

Menurut Warpani S. (1990) sebuah terminal mempunyai 4 (empat) fungsi pokok, yaitu menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus, menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda angkutan dari yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain, menyediakan tempat menyimpan kendaraan, dan menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu lintas.

Wright dan Ashford (1989) menyebutkan bahwa terdapat 4 (empat) fungsi terminal yaitu titik konsentrasi (traffic concentration) lalu lintas, titik dispersi, titik tempat berganti moda angkutan

(3)

Morlok (1985) menyatakan bahwa fungsi terminal transportasi antara lain memuat penumpang/barang ke atas kendaraan transpor serta membongkar dan menurunkannya, menampung penumpang/barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat, kemungkinan untuk memproses barang, membungkus untuk diangkut, menyediakan kenyamanan penumpang (misal pelayanan makanan), menyiapkan dokumen perjalanan, menimbang muatan, menyiapkan rekening, memilih rute, menjual tiket penumpang, memeriksa pesanan tempat, menyimpan kendaraan (dan komponen lainnya), memelihara dan menentukan tugas selanjutnya, mengumpulkan penumpang dan barang di dalam grup-grup berukuran ekonomis untuk diangkut (misalnya untuk memenuhi kereta api/pesawat udara) dan menurunkan mereka sesudah tiba di tempat tujuan.

Menurut Direktorat Bina Sistem Prasarana (1998), fungsi utama terminal antara lain sebagai traffic concentration, prosessing, classification and sorting, loading and unloading, storage, traffic interchange, service availability, dan maintenance,

servicing and emergency.

2.4 Fasilitas Terminal Penumpang

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31 tahun 1995 tentang Terminal Transporasi Jalan, fasilitas yang harus dimiliki oleh sebuah terminal penumpang meliputi fasilitas utama yaitu jalur pemberangkatan/kedatangan, tempat tunggu kendaraan angkutan umum, tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, jalur lintasan, kantor terminal, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, tempat parkir kendaraan pengantar dan taksi, sedangkan fasilitas penunjang terminal meliputi kamar kecil/toilet, musala, kios/kantin, ruang pengobatan, ruang informasi dan pengaduan, serta telepon umum dan taman.

2.5 Penyelenggaraan Terminal

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1995, penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian terminal, kegiatan pemeliharaan yaitu kegiatan

yang menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi sebagaimana mestinya, dan penertiban terminal yaitu penertiban terhadap penumpang, penggunaan fasilitas terminal sesuai peruntukannya, penertiban terhadap gangguan pedagang asongan, pengemis, dan calo serta penertiban terminal dari gangguan keamanan.

2.6 Analisa Keputusan

Menurut Mangkusubroto (1987) dalam Krishnomo (1998), teori keputusan adalah teori yang mempelajari bagaimana sikap pikir yang rasional dalam situasi yang amat sederhana, tetapi mengandung ketidakpastian. Karena itu analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis dan kuantitatif, tidak hanya menerangkan proses pengambilan keputusan tetapi merupakan suatu cara untuk membuat keputusan. Analisa keputusan dalam penelitian ini meliputi pengambilan keputusan, menetapkan hierarki tujuan, pemilihan responden dan penetapan kriteria efektivitas terminal.

2.7 Proses Analisa Hierarki

Proses analisa hierarki dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1991. Metode ini memecahkan permasalahan dengan cara menstruktur masalah sistem yang kompleks atas komponen-komponennya dalam susunan yang bertingkat (hierarki) sehingga hubungan antar-komponen akan mudah dipelajari. Setiap hierarki terdiri dari beberapa komponen yang apabila dipandang perlu, maka setiap komponen dapat diuraikan menjadi sub-sub komponen yang lebih spesifik dan dapat diteruskan sampai diperoleh komponen yang sudah dapat dikendalikan atau sudah operasional. Metode ini dipakai untuk mencari bobot dari setiap struktur aktivitas atau kriteria yang bersifat hierarki sehingga dapat dicari bobot setiap tingkat elemen secara hierarki.

(4)

bawah, membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap setiap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya, melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh

judgement seluruhnya n x [(n-1)/2] buah, meng-hitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan, serta memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgement harus diperbaiki.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Obyek dan Alat Penelitian

Obyek penelitian meliputi Terminal Amplas, pool-pool angkutan dan kantor administrasi angkutan yang digunakan sebagai tempat menaikkan dan menurunkan terminal. Obyek penelitian ini dipilih dengan pertimbangan adanya

tempat menaikkan dan menurunkan penumpang selain Terminal Amplas yang tentunya telah mengambil alih sebagian fungsi terminal. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat tulis, formulir daftar isian (kuesioner), seperangkat komputer, printer, dan perangkat lunak Microsoft Excel.

3.2 Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan untuk mendapat informasi, sedangkan informasi diperoleh dengan melakukan peninjauan lapangan (kondisi terminal, pool angkutan, dan kondisi lalu lintas di sekitar terminal), wawancara dengan pihak pemerintah (regulator), wawancara dengan pengusaha angkutan sebagai operator (pengusaha/pengemudi) dan wawancara dengan pengguna (penumpang/calon penumpang) di lokasi pool, kantor perusahaan yang berfungsi sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang serta di persimpangan Amplas dan di terminal.

(5)

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dilakukan secara sistematis seperti gambar berikut:

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

3.4 Metode dan Prinsip Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process Method merupakan dasar untuk membuat suatu keputusan yang didesain dan dilakukan secara rasional dengan membuat penyeleksian terbaik terhadap beberapa alternatif yang dievaluasi dengan multikriteria dan merupakan metode yang menelusuri permasalahan hingga ke akarnya, kemudian menggabungkannya ke dalam sub-sub masalah untuk kemudian menjadi dasar bagi pengambilan keputusan. Dalam proses ini, para pembuat keputusan mengabaikan perbedaan kecil dalam

pengambilan keputusan dan mengembangkan seluruh prioritas untuk membuat ranking prioritas dari beberapa alternatif.

3.5 Konsep Penyusunan Hierarki

Dalam metode analytical hierarchy process

(6)

efektivitas fungsi terminal yang merupakan subyek dari penelitian ini.

Adapun komponen tersebut adalah:

a. Pemerintah, terdiri dari Dinas Perhubungan Kota Medan, Bappeda Kota Medan dan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. b. Operator, terdiri dari operator bus besar

(INTRA, ALS dan MAKMUR) dan operator angkutan jenis mobil penumpang umum. c. Penumpang, terdiri dari penumpang umum.

Sedangkan efektivitas fungsi terminal dapat ditinjau dari kriteria-kriteria tingkat pelayanan jalan, aksesibilitas, kenyamanan di terminal, keamanan di terminal, fasilitas serta manajemen di terminal. Lebih jelas tentang pembagian hierarki pengembangan kriteria, lihat diagram pohon masalah pada Gambar 3 berikut.

4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer diperoleh langsung dari survai di lapangan dalam menilai efektivitas fungsi Terminal Amplas meliputi lokasi-lokasi

pool, kantor-kantor administrasi perusahaan angkutan dan persimpangan Amplas yang digunakan sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang serta data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai instansi terkait dan dari buku rujukan berupa hasil studi atau penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.

4.1.1 Data Jumlah Trayek Angkutan Umum

Data sekunder tahun 2005 menunjukkan dari 62 jumlah perusahaan AKAP dan AKDP, terdapat 42 perusahaan membuat pangkalan di luar terminal. Berdasarkan jumlah armadanya ternyata dari 1.098 unit jenis bus yang seharusnya masuk terminal, terdapat 663 unit armada menaikkan dan menurunkan penumpang di persimpangan Terminal Amplas, lokasi pool dan lokasi kantor-kantor perusahaan (Data Dishub Kota Medan, 2004). Walaupun sebenarnya sebagian dari armada tersebut tetap memasuki terminal saat datang/akan berangkat ke luar kota.

(7)

4.1.2 Data Peta Jaringan Jalan Kota Medan

Peta jaringan jalan Kota Medan meliputi data lokasi terminal, jalan lingkar, jalan tol, dan jalan utama.

Gambar 4. Peta Jaringan Jalan Kota Medan

4.1.3 Data Fasilitas Terminal

Data fasilitas Terminal Amplas merupakan data kondisi eksisting yang meliputi data fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal. Data fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

4.1.4 Data Keamanan Terminal

Data keamanan terminal merupakan data jumlah kejadian kecopetan, tindakan kekerasan, dan kejahatan di dalam terminal yang dilaporkan ke Kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Patumbak. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.

4.1.5 Data Tingkat Pelayanan Jalan

Data tingkat pelayanan jalan di sekitar terminal merupakan data perbandingan volume dan kapasitas jalan di sekitar Terminal Amplas. Data tingkat pelayanan jalan ini diperoleh dari data Dinas Perhubungan Kota Medan Tahun 2005. Tingkat pelayanan jalan di sekitar terminal antara lain Jalan Panglima Denai dengan perbandingan volume per kapasitas 0,43 dan Jalan SM Raja perbandingan volume per kapasitasnya 0,51.

Tabel 1. Data Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang Terminal Amplas

Luas keseluruhan 50.961 m2

Fasilitas Utama Fasilitas Penunjang

Luas pelataran inti kota 8.797,5 m2 Musala 8 x 12 m

Luas pelataran AKDP 4.370 m2 Doorsmeer 2 unit

Luas pelataran AKAP 1.350 m2 Kantin antar-provinsi 33 unit

Luas parkir bus 9.805 m2 Kantin inti kota 32 unit

Luas parkir umum (depan gedung induk) 396 m2 Kamar mandi/WC 3 unit Luas gedung induk lantai I dan II 2.299 m2 Tempel ban 2 unit Luas gedung perkantoran 480 m2 Toko spare part 2 unit Parkir MPU trayek terhunjuk 300 unit Restoran 2 unit Daya tampung trayek terhunjuk 30 unit Kios/toko 18 unit Daya tampung angkutan kota 550 unit Pos polisi 1 unit Daya tampung angkutan AKDP 84 unit Mekanik/montir/bengkel 2 unit Daya tampung angkutan AKAP 45 unit Loket penjualan karcis 65 unit

Daya tampung parkir bus 70 unit Halte 12 buah

(8)

Tabel 2. Data Tindak Kriminal di Terminal Amplas

Jumlah Kasus

No. Jenis kejahatan

2004 2005

24. Lain-lain/perasaan tidak senang - 2

Jumlah 18 32

Sumber: Kepolisian Sektor (Polsek) Patumbak

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: pengamatan langsung (dokumentasi) yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang mengambarkan tidak efektifnya fungsi Terminal Amplas antara lain persimpangan Amplas, kondisi fasilitas utama dan pendukung terminal, lokasi-lokasi pool dan agen atau kantor administrasi perusahaan angkutan yang digunakan sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang. Wawancara tidak terstruktur dilakukan sebagai survai pendahuluan yang digunakan untuk memperoleh data kriteria-kriteria yang menjadi dasar dalam penyusunan kuesioner wawancara terstruktur, serta wawancara terstruktur yang merupakan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan panduan-panduan dalam memperoleh data secara terstruktur melalui koesioner yang instrumennya telah diperoleh melalui hasil survai wawancara tidak terstruktur.

4.3 Pengolahan Data

Berdasarkan konsep penyusunan hierarki yang telah diuraikan di atas maka dapat dinyatakan bahwa prioritas kriteria-kriteria yang menyebabkan tidak efektifnya fungsi Terminal Amplas merupakan hasil pembobotan otoritas komponen, pembobotan prioritas kriteria, dan penentuan prioritas lokal.

Pembobotan otoritas komponen dilakukan dari hasil wawancara, kuesioner, dan penentuan komponen sesuai dengan tujuan studi yaitu kepada pejabat pemerintah yang memiliki kewenangan dengan efektivitas terminal. Dari data hasil wawancara kuesioner diperoleh data matrik berpasangan untuk masing-masing responden, selanjutnya dihitung bobot masing-masing komponennya untuk mendapatkan nilai eigen

(9)

Peta sepanjang Jl. SM Raja

menghitung rasio konsistensi (CR) di mana jika nilai rasio konsistensinya ≤ 0,1 maka jawaban

responden terhadap kuesioner yang diajukan dapat digunakan untuk analisa selanjutnya.

Pembobotan prioritas kriteria perhitungannya sama dengan perhitungan bobot otoritas komponen hanya responden yang diwawancarai lebih banyak karena menyangkut komponen penumpang, komponen operator, dan komponen pemerintah, dan yang diwawancarai merupakan kriteria-kriteria/ faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifnya terminal meliputi kriteria tingkat pelayanan jalan, aksesibilitas, kenyamanan lingkungan, keamanan lingkungan dan fasilitas terminal.

Penentuan prioritas lokal merupakan penilaian urutan kriteria-kriteria/faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifnya Terminal Amplas. Penilaian ini dilakukan dengan mengalikan nilai bobot otoritas komponen dan nilai bobot kriteria selanjutnya dibagi dengan jumlah resoponden yang diwawancarai.

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Medan Amplas

Gambar 6. Peta sepanjang Jl. SM Raja dan Persimpangan Amplas

Gambar 7. Jarak Lokasi Terminal Amplas dan Persimpangan Amplas ± 500 m

5.2 Analisis Kriteria Efektivitas

(10)

Gambar 8. Gambaran Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan

(11)

Gambar 10. Gambaran Kriteria Fasilitas dan Manajemen Terminal

(12)

5.3 Analisis Penentuan Responden

Penentuan responden yang terlibat dan banyaknya jumlah responden yang diwawancarai terkait langsung dengan pihak-pihak yang mengalami langsung di lapangan serta pihak-pihak yang dapat mempengaruhi kebijakan atau yang memberi masukan terhadap efektivitas fungsi Terminal Amplas. Penentuan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan tiap-tiap komponen terminal yang terdiri dari: komponen pemerintah, komponen operator, dan komponen penumpang, untuk mengetahui tingkat otoritas masing-masing komponen tersebut terhadap kriteria-kriteria penentu efektivitas Terminal Amplas.

5.4 Analisis Pembobotan Otoritas Komponen

Penilaian pembobotan yang digunakan dalam analisis yaitu skor 9 berarti sangat lebih penting sekali, skor 7 berarti sangat lebih penting, skor 5 berarti lebih penting, skor 3 berarti sedikit lebih penting, skor 1 berarti sama penting, skor 1/3 berarti sedikit kurang penting, skor 1/5 berarti kurang penting, skor 1/7 berarti sangat kurang

penting, skor 9 berarti sangat kurang penting sekali.

Analisis bobot otoritas komponen pemerintah berdasarkan data yang diberikan oleh responden pertama dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penilaian relatif responden untuk mendapatkan

tingkat kepentingan masing-masing komponen

.

Tabel 3. Matriks otoritas komponen perbandingan berpasangan

b. Menghitung bobot masing-masing komponen dengan cara mengalikan nilai tiap elemen matriks perbandingan berpasangan tersebut pada baris yang sama, kemudian hasil perkaliannya diakarkan dengan jumlah baris

(13)

yang ada sehingga menghasilkan sebuah nilai. Selanjutnya bobot masing-masing komponen yang didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat n dibagi dengan total jumlah nilai akar pangkat n. Hasil bobot prioritas untuk masing-masing komponen yaitu penumpang 0,695, operator 0,185, dan pemerintah 0,156. c. Mencari eigenvalue maksimum didapatkan

dengan cara mengalikan koefisien pada matriks resiprokal dengan bobot. Hasil operasi matriks tersebut dijumlahkan maka didapatkan

eigenvalue maksimumnya (λmaks).

d. Menghitung Indeks Konsistensi (CI) = 0,01 e. Menghitung Rasio Konsistensi (CR) = 0,03 →

(OK).

Selanjutnya diperoleh rata-rata bobot otoritas komponen seluruh responden pemerintah dengan ketentuan nilai yang diambil adalah bobot komponen dengan rasio konsistensi (CR) < 0,1.

Tabel 4. Rekapitulasi bobot otoritas komponen pemerintah

5.5 Analisis Bobot Prioritas Kriteria

Perhitungan yang sama seperti yang dilakukan pada analisis pembobotan otoritas komponen dilakukan pada tahap analisis bobot prioritas kriteria ini, mulai dari penilaian relatif responden, mengitung bobot masing-masing kriteria, mencari eigenvalue maksimum, menghitung indeks konsistensi dan menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui kekonsistenan jawaban yang diperoleh dari setiap responden.

Selanjutnya diperoleh bobot rata-rata prioritas kriteria komponen sebagaimana tabel berikut:

Tabel 5. Bobot Rata-Rata Prioritas Kriteria Komponen

5.6 Analisis Prioritas Lokal

Analisis prioritas lokal diperoleh dari hasil analisis perkalian dan penjumlahan antara nilai bobot otoritas komponen dengan bobot prioritas kriteria dibagi dengan jumlah responden yang diwawancarai. Analisis prioritas lokal dilakukan untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria setelah memperhatikan otoritas setiap komponen yang berperan dalam menilai efektivitas terminal dan selanjutnya dilakukan penetapan peringkat prioritas kriteria lokal guna menentukan kriteria yang paling perlu mendapat perhatian dalam menciptakan efektivitas Terminal Amplas. Nilai prioritas lokal diperoleh dengan penghitungan sebagai berikut:

a. Tingkat pelayanan jalan: (0,2194 x 0,3162) + (0,6116 x 0,2154) + (0,1690 x 0,2349) = 24,0787% b. Aksesibilitas : (0,2194 x 0,1558) + (0,6116 x

0,2059) + (0,1690 x 0,1850) = 19,1385%

c. Kenyamanan lingkungan: (0,2194 x 0,0908) + (0,6116 x 0,1231) + (0,1690 x 0,1310) = 11,7346% d. Keamanan lingkungan: (0,2194 x 0,2729) +

(0,6116 x 0,3191) + (0,1690 x 0,3228) = 30,9559% e. Fasilitas terminal: (0,2194 x 0,1643) + (0,6116 x

0,1366) + (0,1690 x 0,1264) = 14,0924 %

5.7 Alternatif Pemecahan

(14)

mengganggu calon penumpang dan kelancaran sirkulasi angkutan umum di dalam terminal, pengawasan terhadap faktor muat angkutan umum untuk mengindari adanya penumpang berdiri dan menimbulkan kerawanan terhadap pencopetan, koordinasi yang baik dengan pihak kepolisian.

Untuk kriteria tingkat pelayanan jalan antara lain perbaikan prasarana pejalan kaki di sekitar persimpangan Amplas sehingga pejalan kaki tidak menggunakan badan jalan saat berjalan di sekitar persimpangan, pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang melarang pengemudi angkutan umum berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sekitar persimpangan Amplas, perbaikan kondisi jalan di persimpangan Amplas sehinga tidak menimbulkan waktu tundaan yang besar saat akan keluar dari mulut persimpangan, penertiban terhadap pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar persimpangan sehingga tidak mengganggu pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya, setting waktu/phase pada alat pemberi isyarat lalu lintas sehingga waktu menunggu saat lampu merah sampai ke waktu hijau tidak menimbulkan antrean kendaraan yang panjang, penertiban terhadap tingkah laku pengemudi angkutan umum yang karena tingkah lakunya telah mengakibatkan hambatan terhadap pengguna jalan lainnya saat akan melewati persimpangan Amplas.

Untuk kriteria fasilitas dan manajemen terminal antara lain pemeliharaan beberapa fasilitas terminal seperti toilet, tempat tunggu penumpang dan sebagainya harus mendapat perhatian yang serius, hal ini terkait dengan kenyamanan bagi pengguna jasa (penumpang), operator (pengemudi) saat beristirahat di terminal; perbaikan jalan di dalam Terminal Amplas, hal ini sangat dibutuhkan untuk sirkulasi kendaraan angkutan umum maupun penumpang saat akan memilih angkutan yang akan digunakannya; perbaikan terhadap manajemen keluar masuk kendaraan angkutan umum ke dalam terminal, dalam hal ini dapat diujicobakan penggunaan pintu masuk yang berbeda antara angkutan kota dengan bus AKAP atau AKDP.

Untuk kriteria aksesibilitas antara lain perbaikan terhadap jalan-jalan di dalam lokasi Terminal Amplas, hal ini terkait dengan kelancaran sirkulasi kendaraan angkutan umum. Selain itu dengan

kondisi jalan yang baik penumpang tidak diberatkan untuk berjalan kaki saat memilih jurusan angkutan/kendaraan umum yang akan digunakan, perbaikan tata letak lokasi perhentian/ pemberangkatan angkutan umum baik AKAP, AKDP, dan angkutan kota, sehingga penumpang tidak perlu berjalan terlalu jauh saat akan memilih dan menggunakan angkutan yang diperlukannya, pemasangan papan informasi/ petunjuk mengenai jurusan dan tarif yang diberlakukan bagi setiap angkutan yang memberikan pelayanan di Terminal Amplas juga sangat menunjang efektivitas Terminal Amplas.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis bobot otoritas penentuan efektivitas fungsi Terminal Amplas, urutan otoritas masing-masing komponen yaitu penumpang 61,16%, pemerintah 21,94%, dan operator 16,90%. Sedangkan hasil analisis prioritas lokal kriteria berdasarkan bobot prioritas kriteria dan bobot pendapat komponen menunjukkan bahwa urutan kriteria lokal yang paling berpengaruh dalam penilaian efektivitas fungsi Terminal Amplas adalah keamanan lingkungan 30,9559%, tingkat pelayanan jalan 24,0787%, aksesibilitas 19,1385%, fasilitas terminal 14,0924%, dan kenyamanan lingkungan 11,7346%.

Hasil analisis pembobotan otoritas komponen dan analisis prioritas lokal kriteria efektivitas fungsi Terminal Amplas menunjukkan bahwa keamanan lingkungan, tingkat pelayanan jalan, aksesibilitas di dalam terminal, fasilitas dan manajemen terminal, serta kenyamanan di dalam terminal sebagai penyebab utama ketidakefektifan fungsi Terminal Amplas. Ketidakefektifannya mengandung arti bahwa Terminal Amplas tidak mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa (penumpang) dan pengusaha/ pengemudi angkutan umum (operator).

6.2 Saran

(15)

pelayanan yang maksimal kepada masyarakat pengguna terminal antara lain penumpang dan operator. Kriteria tersebut antara lain:

Kriteria keamanan lingkungan terminal dengan

menempatkan petugas terminal pada setiap areal pemberangkatan, menunggu dan kedatangan angkutan umum; menyediakan pos informasi dan pengaduan akibat rasa tidak aman di dalam wilayah terminal; pemasangan batas-batas aman yang diperbolehkan bagi penumpang agar tidak terjadi konflik dengan kendaraan angkutan umum; penertiban terhadap pedagang kaki lima yang berjualan di dalam terminal; pengawasan terhadap faktor muat angkutan umum untuk mengindari adanya penumpang beridiri dan menimbulkan kerawanan terhadap pencopetan dan koordinasi yang baik dengan pihak kepolisian.

Kriteria tingkat pelayanan jalan dengan

melakukan perbaikan prasarana pejalan kaki di sekitar persimpangan Amplas; pemasangan rambu-rambu lalu lintas; perbaikan kondisi jalan di persimpangan Amplas; penertiban terhadap pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar persimpangan; setting waktu/phase

pada alat pemberi isyarat lalu lintas; penertiban terhadap tingkah laku pengemudi angkutan umum.

Kriteria aksesibilitas dengan melakukan

perbaikan terhadap jalan-jalan di dalam lokasi terminal; perbaikan tata letak lokasi perhentian/ pemberangkatan angkutan umum baik AKAP, AKDP, dan angkutan kota; pemasangan papan informasi/petunjuk mengenai jurusan dan tarif bagi seluruh angkutan yang memberikan pelayanan di Terminal Amplas.

DAFTAR PUSTAKA

---, 1993, Peraturan Pemerintah No. 43 tentang Prasarana Lalulintas Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Jakarta

---, 1995, Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tentang Terminal Transportasi Jalan, Jakarta

---, 1995, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur,

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta Krishnomo, H. (1998), Analisis Performasi

Fasilitas Bandar Udara Berdasarkan Kapasitas Eksisting. Tesis, Program Transportasi Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Mangkusubroto. K. (1987), Pengembangan

Metodologi Penjajagan Efektivitas Sistem Usaha Dengan Menggunakan Kriteria Deskriptip Majemuk Dan Berdasarkan Persepsi Pengambil Keputusan, Desertasi, Institut Teknologi Bandung. Morlok E.K, (1985), Pengantar Teknik dan

Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. Mulyono, S, (1996), Teori Pengambilan Keputusan,

Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta Saaty, T.L. (1988), Decision Making for Leader:

The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World, RWS Publication Pittsburg.

Saaty, T.L, (1991), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Kadarsah, S. dan Ramdhani, A, (2000), Sistem

Pendukung Keputusan, PT. Remaja Rosda

Karya, Bandung

Warpani, S. (1990), Perencanaan Sistim Pengangkutan, Penerbit ITB Bandung

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Metode Hirarki Analisis
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
Gambar 3. Hierarki Kriteria Penilaian Efektivitas Fungsi Terminal Amplas
Gambar 4.  Peta Jaringan Jalan Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta

Pengakuan ini adalah pengakuan terhadap orang lain yang berkaitan dengan dirinya, seperti jika sesorang menyatakan “ini adalah saudaraku”, atau “ini pamanku”, atau “ini

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Masyarakat suku Tengger di Desa Baledono yang mayoritas memeluk agama Islam, akan tetapi sebelum mereka masuk agama Islam mereka anut adalah agama Hindu, agama Hindu tidak lepas

Memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut : pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia ini berdasarkan pancasila