• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM

DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM

PADA IBU NIFAS DI KLINIK BERSALIN

MARTUA SUDARLIS MANDALA

MEDAN TAHUN 2013

OLEH

VINI VIDI VICI SITINJAK

125102058

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FALKUTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK MARTUA SUDARLIS

MANDALA MEDAN TAHUN 2013

Abstrak Vini Vidi Vici Sitinjak

Latar belakang: Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun pada multigravida dengan perineum yang kaku. Akibat perawatan perineum yang tidak benar, mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lochea menjadi lembab dan akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala, Medan.

Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan prosfektif yang dilakukan di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan pada tanggal 3 April – 2 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Klinik Martua Sudarlis dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan lembar checklist untuk perawatan luka perineum dan kesembuhan luka perineum menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan Uji Spearman.

Hasil penelitian: Dari 48 responden menunjukkan sebagian besar responden melakuka perawatan perineum dengan baik. Dimana sebagian besar lukanya

terbentuk jaringan parut minimal. Hasil uji statistik Spearman r = 0,811 dan ρ = 0,0005 dimana α = 0,05.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis, Mandala, Medan. Hasil menunjukkan nilai positif (+) berarti semakin baik perawatan luka perineum maka semakin cepat penyembuhan luka perineum.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang

berjudul “ Hubungan antara Perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka

Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan.

Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk melengkapi dan

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih

terdapat kekurangan yang harus di perbaiki, untuk itu penulis mengharapkan

masukan yang sifatnya membangun di dalam penyelesaian proposal ini.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan

dan masukan dari pihak secara langsung maupun tidak langsung karena itu dalam

kesempatan ini penulis juga berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Iksanuddin A Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing dan penguji III

peneliti yang selalu menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing

peneliti, serta selalu memberikan arahan dan masukan serta motivasi kepada

(4)

4. Kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

5. Lisnur Sinaga, Am.Keb selaku pimpinan Klinik Martini Medan yang telah

memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik Martini

Medan.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda T. Sitinjak, S.Pd dan

Ibunda tercinta N. Sihombing atas segala kasih sayang, doa, semangat dan

dukungan yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Kepada adik-adik penulis, Grace Maria, dan Arie Van Diemen yang telah

menghibur penulis.

8. Kepada teman-teman satu bimbingan, teman satu angkatan serta sahabat-sahabat

penulis Christy Sijabat dan Dwi Ris yang telah saling memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis.

9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima

kasih atas dukungan dan kerjasama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis khususnya dalam peningkatan derajat dan pelayanan

kesehatan, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

3. Perubahan-perubahan dalam Masa Nifas ……… 7

3.1 Perubahan fisik ………. ... 7

3.1.7 Ligamen-ligamen ………9

3.2 Perubahan Adaptasi Psikologi ……….9

3.2.1 Ikatan antara Ibu dan Bayi (Bounding) …………9

3.2.2 Adaptasi Psikologi Normal ………9

4. Perawatan pasca Persalinan ... ...11

5. Luka Perineum ... ...12

5.1 Perngertian ...12

5.2 Bentuk Luka Perineum ...13

(6)

7. Pencegahan Robekan Perineum . ... 14

8. Lingkup Perawatan .. ... 15

9. Waktu Perawatan . ... 15

10. Faktor yang mempengaruhi ... 16

11. Fisiologi Penyembuhan Luka . ... 17

12. Proses Penyembuhan Luka . ... 18

13. Faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka .... ... 22

14. Alat- alat perawatan Luka Perineum . ... 23

15. Cara melakukan Perawatan Luka Perineum . ... 24

16. Infeksi Masa Nifas . ... 25

BAB III : KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konsep ... 26

2. Defenisi Operasional ... 27

3. Hipotesa Penelitian ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 34

7. Metode Pengumpulan Data ... 35

(7)

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 38

1.1 Analisa Univariat ... 39

1.2 Analisa Bivariat ... 43

2. Pembahasan . ... 44

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 1. Kesimpulan ... 46

2. Saran . ... 47

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel3.1 Perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama

masa nifas ……….. 7

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden perawatan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013

…………... ……… 39

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Tindakan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis

Medan Tahun 2013

……….. 40

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013 ……… 41

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013 ……….. 42

Tabel 5.5 Hubungan antara perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan kepada Calon responden

Lampiran 2 : Lembar persetujuan setelah rpenjelasan

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Content Validity

Lampiran 5 : Uji Validitas: Content validity Index

Lampiran 6 : Master Data Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 8 : Master Data Penelitian

Lampiran 9 : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 11 : Surat Selesai Melakukan Penelitian

(11)

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK MARTUA SUDARLIS

MANDALA MEDAN TAHUN 2013

Abstrak Vini Vidi Vici Sitinjak

Latar belakang: Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun pada multigravida dengan perineum yang kaku. Akibat perawatan perineum yang tidak benar, mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lochea menjadi lembab dan akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala, Medan.

Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan prosfektif yang dilakukan di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan pada tanggal 3 April – 2 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Klinik Martua Sudarlis dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan lembar checklist untuk perawatan luka perineum dan kesembuhan luka perineum menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan Uji Spearman.

Hasil penelitian: Dari 48 responden menunjukkan sebagian besar responden melakuka perawatan perineum dengan baik. Dimana sebagian besar lukanya

terbentuk jaringan parut minimal. Hasil uji statistik Spearman r = 0,811 dan ρ = 0,0005 dimana α = 0,05.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis, Mandala, Medan. Hasil menunjukkan nilai positif (+) berarti semakin baik perawatan luka perineum maka semakin cepat penyembuhan luka perineum.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janindan uri ), yang

dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain

( Mochtar, 1998 ). Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir.Luka

pada jalan lahir biasanya ringan tetapi kadang – kadang terjadi juga luka yang luas

dan berbahaya (Wiknjosastro, 2005).

Proses kelahiran merupakan peristiwa yang penting dan mulia, namun sangat

menguras tenaga maupun emosi ibu. Kejadiannya penuh ketegangan dan sangat

melelahkan.Bagi sebagian orang bahkan kelelahan ini dapat berlangsung lebih lama,

hingga beberapa bulan pasca persalinan.Bidan atau perawat perlu mengingatkan

wanita yang “baru” pertama kalinya menjadi ibu bahwa kelelahan tersebut

merupakan reaksi normal dari tubuh.Apalagi dalam waktu bersamaan, ibu juga

dituntut untuk memberikan perhatian yang besar terhadap bayi yang baru

dilahirkannya. Untuk itu, bidan/perawat perlu mewaspadai adanya sindrom baby

blues pada ibu yang baru melahirkan. Apabila kondisi ibu telah pulih atau kelelahan

telah teratasi, maka sekitar enam jam pasca persalinan sebaiknya ibu segera bangun

dari tempat tidur dan bergerak agar merasa lebih kuat dan lebih baik. Bagi ibu yang

mengalami episiotomi, bidan/perawat perlu mengajarkan cara merawat luka

episiotomi tersebut agar luka bekas jahitan dijaga agar tetap kering (Maryunani,

(13)

Pada paska persalinan dapat terjadi masalah kesehatan di antaranya infeksi nifas

yang dapat menyebabkan kematian. Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas bisa

berasal dari perlukaan jalan lahir yang merupakan media yang baik untuk

berkembangnya kuman. Hal ini bisa diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu yang

rendahsetelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang

terjaga (B K K B N, 2004).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis

bagi ibu maupun bayinya.Diperkirakan bahwa 60% kamatian ibu akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama (Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006).

Kematian ibu dapat disebabkan oleh masalah pengetahuan ibu tentang pra dan

paskah persalinan, faktor tempat pelayanan kesehatan, faktor gizi.Dan faktor

penyebab kematian ibu nifas diantaranya sepsis puerperalis, perdarahan, Gestosis,

Perlukaan jalan lahir, Trombo embolismus(Wiknjosastro, 2005).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih

tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk

memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta masih banyak ibu

yang belum mempunyai kesadaran untuk merawat luka perineum dengan baik.

Sebagian dari mereka memberi alasan bahwa penolong persalinan terlatih tidah

benar-benar memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi, dan keinginan

pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya(Depkes Jakarta, 2004).

Berbagai studi menunjukkan bahwa robekan kecil pada perinium jarang

memerlukan penjahitan. Trauma yang dialami ibu bersalin akibat penjahitan dapat

(14)

perdarahan hebat atau hanya ditemukan robekan kecil, biarkan robekan tersebut

tanpa jahitan, luka akan segera sembuh tanpa efek yang merugikan terhadap

pemulihan perinium (Depkes RI, 2001: 32). Nyeri yang dirasakan ibu post partum

berasal dari luka yang terdapat dari robekan perinium (Kasdu, 2003). Nyeri adalah

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca persalinan

tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan

nyeri (Brunner dan Suddart, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh penulis pada

saat studi pendahuluan didapatkan pada September tahun 2010 dari 25 persalinan di

BPS (Bidan Praktek Swasta) Ninik Artiningsih Dusun Tergilis Kecamatan Prajulit

Kulon Mojokerto terdapat 20 orang (80%) yang mengalami jahitan luka perinium.

Dari jumlah tersebut 6 orang (30%) luka jahitannya sembuh pada hari ke 4, dan 14

orang (70%) luka jahitan sembuh pada hari ke 12. Untuk penyembuhan luka

perinium di BPS Ninik Artiningsih masih menggunakan jenis terapi farmakologi

yaitu penggunaan seperti analgesik dan antibiotik.

Pendidikan kesehatan diajukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau

meningkatkan pengeatahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakat. Di samping

itu, dalam konteks ini promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang

tradisi, kepercayaan masyarakat, dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang

menguntungkan kesehatan. Bentuk pendidikan ini antara lain penyuluhan kesehatan,

pemeran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dan

sebagainya(Notoatmodjo, 2007).

Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan penyuluhan, tetapi

(15)

setempat.Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyediaan asuhan

masa nifas (Wijono, 2003).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

hubungan antara perawatan luka perineumdengan penyembuhan luka perineum pada

ibu nifas.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan

masalah penelitian apakah ada hubungan antara perawatan luka perineum dengan

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum dengan

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perawatan luka perineum pada ibu nifas.

b. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

c. Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan perawatan luka perineum

dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi ibu nifas dalam

rangka meningkatkan perawatan luka perineum untuk mempercepat

(16)

4.2 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat dalam melakukan

perawatan luka perineum.

4.3 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam memahami Ilmu Metode

Penelitian serta untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dan manambah

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Masa nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil (Mochtar, 1998).

Yeyeh (2010, dalam Cunningham, 1995) mengatakan bahwa Masa nifas merupakan

masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini saluran reproduktif

anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

2. Tahapan Masa Nifas

Berdasarkan pengertian di atas, ada beberapa tahapan dalam masa nifas

yaitu :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinaan mempunyai komplikasi

(18)

3. Perubahan-perubahan dalam Masa Nifas

Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun

psikologi.

3.1 Per3ubahan fisik

3.1.1 Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Tabel: perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama masa nifas

Bobot

(Sumber: Konsep Asuhan Kebidanan,

Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2003 )

3.1.2 Bekas Implantasi Uri

Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri

dengan diameter 7,5 cm. Setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm, dan pada minggu

(19)

3.1.3 Luka-luka

Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

3.1.4 Rasa Sakit

Disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan.

3.1.5 Lochia

Cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas.

• Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama

2 hari pasca persalinan

• Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

• Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ke 7-14 pasca persalinan.

• Lochia alba: cairan putih setelah 2 minggu

• Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

3.1.6 Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

(20)

3.1.7 Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menciut dan pulih kembali.

3.2 Perubahan Adaptasi Psikologi

3.2.1 Ikatan antara Ibu dan Bayi (Bounding)

Maryunani (2009, dalam Brazetton 1978), bonding (ikatan)

didefenisikan sebagai suatu ketertarikan satu sama lain antar individu, seperti

antara orang tua dan anak pada waktu pertama kali bertemu. Proses kasih

sayang dapat berlangsung secara terus menerus, dimulai saat ibu hamil dan

semakin menguat pada awal masa pasca persalinan.

3.2.2 Adaptasi Psikologi Normal

Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan terjadi 3 penyesuaian

yaitu:

a. Penyesuaian Ibu

Maryunani (2009, dalam Rubin 1963), seorang ibu yang baru

melahirkan mengalami adaptasi psikologi pada masa nifas dengan melalui

tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai ibu.

• Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu

mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain yang

berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, karena ibu yang

baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan.

Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif

(21)

karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang

tidur.

• Fase Taking Hold

Pada fase ini, secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk

mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan

keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Fase

ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan dimana ibu

mulai semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih

tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk

merawat bayinya secara langsung.

• Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan. Pada

fase ini mulai terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk

mengobservasi bayi.

b. Penyesuaian Ayah

Bayi yang baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah.

c. Penyesuaian Orang Tua – Bayi

Interaksi orang tua – bayi dikarakteristikkan dengan suatu rangkaian

irama (ritme), perilaku repertoar/repertoires, dan pola tanggung jawab

(responsivity).

d. Adaptasi Psikologi Yang Memerlukan Rujukan

Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam minggu-minggu pertama

setelah melahirkan, banyak ibu yang menunjukkan gejala-gejala depresi dari

(22)

Baby blues

• Psikosis pascapartum

• Depresi Pascapartum (Maryunani, 2009).

4. Perawatan pasca Persalinan

Menurut Rustam Mochtar (2002) perawatan pasca persalinan yaitu:

a. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8

jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk

mencegah terjadinya trombisis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan

duduk, hari ke 3 jalan-jalan, hari ke 4 dan ke 5 sudah diperbolehkan pulang.

Mobilisasi di atas mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan,

nifas dan sembuhnya luka-luka.

b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan

buah-buahan.

c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang

wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin

dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena

adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kandung kemih

(23)

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit

buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat

laksons per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

e. Perawatan Payudara

Telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan

kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi

harus dihentikan dengan pembalutan mammae sampai tertekan. Pemberian obat

estrogen seperti tablet lynoral. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya

karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

f. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah

terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu poliferasi jaringan

pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah, keluar cairan susu

jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-kuning susu,

hipervasularisasi pada permukaan dan bagian dalam di mana vena-vena

berdilatasi sehingga tampak jelas.

5. Luka Perineum

5.1 Pengertian

Perineum biasanya digambarkan mempunyai dua bagian yang terpisah –

segitiga Urogenital dan diafragma pelvis. Segitiga Urogenital dibatasi oleh simpisis

pubis di bagian anterior dan oleh tuberositi iskium di bagian posterior dan meliputi

(24)

Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan lahir waktu

melahirkan janin (Wiknjosastro, 2005). Perlukaan perineum umumnya terjadi

unilateral, namun dapat juga bilateral (Rukiyah, 2010).

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang

juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi

dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat

(Wiknjosastro, 2007).

5.2 Bentuk Luka Perineum

Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

a. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan

secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses

persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek

sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002).

b. Episiotomi adalah mengiris atau menggunting perineum menurut arah irisan

ada 3: 1) medialis, 2) mediolateralis, 3) lateralis dengan tujuan agar supaya

tidak terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan

musculus sfingterani (rupture perinea totalis) yang bila tidak dijahit dan

dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi (Mochtar, 1998).

6. Klasifikasi Robekan Perineum

Robekan perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu:

a. Derajat satu

Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.

(25)

b. Derajat dua

Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum

dan otot perineum. Diperlukan penjahitan dengan menggunakan teknik.

c. Derajat tiga

Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

otot perineum hingga otot sfingter ani.

d. Derajat empat

Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

otot perineum, otot sfingter ani hingga dinding depan rektum. Penolong APN

tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau

empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan (Buku Acuan Asuhan Persalinan

Normal, 2008).

7. Pencegahan Robekan Perineum

Berberapa upaya penceganan robekan perineum adalah :

a.Aplikasikan handuk hangat pada perineum.

b.Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.

c.Mengarahkan kepala bayi agar perineum dilalui oleh diameter terkecil

saat ekspulsi.

d.Menahan regangan perineum dengan telunjuk dan ibu jari.

e.Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara

bertahap dan hati-hati dapat mengurangi rengangan berlebihan (robekan)

pada vagina dan perineum.

f. Perhatikan perineum saat kepala keluar dan dilahirkan (Depkes RI,

(26)

8. Lingkup Perawatan

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ

reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui

vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan

penampung lochea (Rukiyah, 2010 dalam Feerer 2001).

Menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah mencegah

kontaminasi dari rektum, menagani dengan lembut pada jaringan yang terkena

trauma, bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

9. Waktu Perawatan

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:

a. Saat Mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka

maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada vairan yang tertampung

pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian

juga pada perineum ibu, untuk itu perlu dilakukan pembersihan perineum.

b. Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada

rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu

diperlukan pembersihan perineum.

c. Setelah buang air besar

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar

anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan

(27)

10. Faktor yang mempengaruhi Perawatan Perineum

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Perawatan Perineum menurut

Rukiyah (2010) yaitu :

a. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses

penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan

protein.

b. Obat-obatan

Streoid: Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon inflasi

normal.

Antibiotik spectrum luas/spesifik: Efektif bila diberikan segera sebelum

pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah

luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intravaskuler.

c. Keturunan

Sifat genetik sesorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam

penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan

dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah

meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.

d. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan

perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan

(28)

e. Budaya dan Keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya

kebiasaan tarak telur, ikan dan daginga ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu

yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

11. Fisiologi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh; kulit yang utuh

merupakan garis depan perlawanan terhadap masuk organisme. Luka, memiliki tepi

yang berlawanaan, misalnya luka operasi sembuh dengan cepat dengan intense

pertama atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama penyembuhannya

melalui intense sekunder (Johnson, 2005).

Menurut Walsh (2008), ada tiga fase dalam proses penyembuhan luka yaitu :

Fase 1: Segera setelah cedera, respon peradangan menyebabkan peningkatan aliran

darah kenarea luka, meningkatkan cairan kedalam jaringan, serta akumulasi

leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang

akan memakan jaringan yang mengalami cedera.

Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang-benang

kolagen pada tempat cedera

Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang

(29)

12. Proses Penyembuhan Luka

Sjamsuhidajat (1997) mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya

sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai

keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Dari definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa luka adalah rusak/terputusnya kontinuitas jaringan. Yang akan

dibicarakan dalam penelitian ini adalah luka laserasi jalan lahir terutama perinium

baik luka yang spontan karena persalinan maupun karena tindakan episiotomi.

Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang

mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka

dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan

kekuatan jaringan yang mencapai normal. Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah

regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair

ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan, 2002).

Pada dasarnya, perlukaan jalan lahir atau luka perineum akan sembuh dalam

6-7 hari apabila tidak ada infeksi.

1. Tanda-tanda jahitan tidak infeksi :

a. Luka tidak basah

b. Tidak nyeri

c. Tidak kemerahan

(30)

2. Tanda-tanda infeksi :

a. Rubor (kemerahan)

Sebuah sayatan yang mendapat merah, atau memiliki garis-garis merah

memancar dari ke kulit di sekitarnya mungkin terinfeksi. Kemerahan beberapa

normal di tempat sayatan, tetapi harus menurun seiring waktu, bukan menjadi lebih

merah sebagai menyembuhkan sayatan.

b. Kalor (panas)

Sebuah sayatan yang terinfeksi mungkin merasa panas untuk disentuh. Hal ini

terjadi sebagai tubuh melawan infeksi mengirimkan sel-sel darah ke lokasi infeksi.

c. Dolor (Nyeri)

Nyeri Anda harus perlahan dan terus berkurang sementara Anda sembuh. Jika

tingkat nyeri Anda di situs meningkatkan operasi tanpa alasan yang jelas, Anda

mungkin akan mengembangkan infeksi pada luka. Adalah normal untuk nyeri

meningkat jika Anda "berlebihan" dengan kegiatan atau Anda menurunkan obat sakit

Anda, tetapi peningkatan signifikan dan diterangkan dalam sakit harus dibicarakan

dengan dokter bedah Anda.

d. Tumor (pembengkakan)

Sebuah sayatan terinfeksi mungkin mulai mengeras sebagai jaringan bawah

meradang. Sayatan sendiri mungkin mulai muncul bengkak atau bengkak juga.

e. Fungsiolaesa (Perubahan fungsi)

(31)

Penyembuhan luka dapat terjadi secara:

1. Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan

bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.

2. Per Sekundem yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam.

Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini

biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan

jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam

dengan pembentukan jaringan granulasi.

3. Per Tertiam atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka

selama beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih,

tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).

1. Fase Inflamasi; Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi

pendarahan, tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi,

pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostasis.

Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan

prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu

yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh

darah dan kemotaksis terhadap leukosit. Sel radang keluar dari pembuluh

darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel Mast

mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas

kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul

tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan

(32)

kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (lag phase). Berat

ringannya reaksi radang ini dipengaruhi juga oleh adanya benda-benda asing

dari luar tubuh, misalnya: benang jahit, infeksi kuman dll. Tidak adanya

serum maupun pus/nanah menunjukkan reaksi radang yang terjadi bukan

karena infeksi kuman tetapi karena proses penyembuhan luka.

2. Fase Proliferasi atau Fibroplasi: Berlangsung dari akhir masa inflamasi

sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini terjadi proliferasi dari fibroblast

yang menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin dan prolin yang

akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi.

Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka

tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka,

pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.

3. Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan: Pada fase ini terjadi

proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang

berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan

kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang

sudah hilang.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa luka dapat sembuh secara alami tanpa

pertolongan dari luar, tetapi cari alami ini memakan waktu cukup lama dan

(33)

13. Faktor yang mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

Beberapa faktor yang harus diperhatikan yang dapat mempengaruhi proses

penyembuhan luka menurut Johnson (2005) yaitu:

a. Status Nutrisi

Diperlukan asupan protein, vitamin A dan C, tembaga, zinkum, dan zat besi

yang ade kuat.

b. Merokok

Mempengaruhi ambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan, sehingga

memperburuk perfusi jaringan.

c. Penambahan Usia

Berpengaruh terhadap semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan

adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, renpon inflamasi yang lebih lambat dan

penurunan aktivitas fibroblast.

d. Obesitas

Jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat, mengakibatkan

lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi.

e. Diabetes Melitus

Gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan dapat terjadi pada diabetes mellitus.

f. Kortikosteroid

Peningkatan kadar kortikostreoid dalam plasma dapat terjadi akibat stress, terapi

atau steroid. Hal ini dapat menghambat respons inflamasi dan respon imun yang

dapat menghambat proses penyembuhan dan menjadi predisposisis infeksi.

g. Obat-obatan

Obat anti-inflamasi menekan menekan sintesis protein, inflamasi, kontraksi luka

(34)

h. Gangguan oksigenasi

Rendahnya tekanan oksigen arterial dapat mengganggu sintesis kolagen dan

epitelialisasi. Oksigen sangat dibutuhkan untuk aktivitas fibroblast.

i. Infeksi

Infeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrotis yang menghambat

penyembuhan luka.

g. Stres Luka

Muntah yang terlalu hebat atau terlalu lama, distensi abdomen atau sesak nafas

dapat menyebabkan ketegangan yang berat pada luka, mengahambat pembentukan

jaringan kolagen atau jaringan ikat.

Menurut Barbara (1996, dalam jurnal dina, dkk, 2012) mengatakan bahwa luka

perineum dikatakan cepat sembuh apabila luka pada hari ke-3 mulai mongering dan

mulai menutup, serta pada hari ke-7 luka sudah menutup dengan baik disertai adanya

jaringan parut. Sedangkan luka yang dikatakan lambat sembuh apabila luka pada hari

ke-3 belum menutup akan tetapi pada hari ke-7 luka mulai menutup. Dalam kategori

cepat-lambat kesembuhan luka ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

proses penyembuhan luka berlangsung selama 6-7 hari.

14. Alat-alat Perawatan Luka Perineum

a. Kapas

b. Air DTT

c. Betadine

d. Kasa steril

e. Pembalut bersih

f. Celana dalam bersih

(35)

15. Cara melakukan Perawatan Luka Perineum

a) Melakukan cuci tangan

b) Mengatur posisi ini yang semi fowler / fowler, lutut ditekuk

c) Membuka baju bagian bawah

d) Membersihkan paha bagian atas dan keringkan (kiri dan kanan)

e) Bersihkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan kiri menarik

lipatan ke atas, tangan kanan membersihkan dengan hati-hati lipatan

vulva. Usap dari perineum ke atas, ulangi pada sisi yang berlawanan

f) Regangkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan kiri.

Tangan kanan yang lain membersihkan dari area bagian atas lipatan

(pubis) ke lubang tempat pembuangan air besar (anus) dengan satu kali

usapan gunakan kapas yang berbeda. Area yang dibersihkan yaitu

lipatan bagian dalam (labia minora, criteria, dan oripicium vagina)

g) Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan

h) Merubah posisi dengan posisi miring

i) Bersihkan area anus dari kotoran atau feses jika ada bersihkan dari arah

depan (vagina) ke belakang (anus) dengan satu usapan, ulangi dengan

kapas yang berbeda sampai bersih

j) Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam

k) Celupkan pada kain kasa steril ke dalam larutan betadine, peras dan

tempelkan di daerah perineum (bila ada jahitan) atau bila ada salep

dioleskan.

l) Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian

dirapikan

(36)

n) Cuci tangan

16. Infeksi Masa Nifas

Infeksi dapat terjadi karena ibu kurang telaten dalam melakukan perawatan

dalam pasca persalinan.Ibu takut menyentuh luka yang ada diperineum sehingga

memilih tidak membersihkannya padahal dalam keadaan luka perineum rentang

didatangai kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi.

Gejala-gejala infeksi yang apat diamati adalah :

a) Suhu tubuh tinggi melebihi 37,5 0

b) Menggigil, pusing dan mual

C

c) Keputihan

d) Keluar cairan seperti nanah dari vagina

e) Cairan yang keluar disertai bau yang menyengat

f) Keluarnya cairan disertai raa nyeri

g) Terasa nyeri diperut

h) Perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit.

Misalnya seminggu sesudah melahirkan perdarahan mulai berkurang

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2010).

Beberapa latar belakang masalah tujuan penelitian, serta tinjauan pustaka

maka kerangka konsep dapat dapat digambarkan sebagai berikut :

Variable Independen Variable Dependen

Perawatan Luka Perineum Penyembuhan Luka

(38)
(39)

2. Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabei secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Hidayat, 2010).

No Variabel Defenisi Operasional daerah yang dibatasi vulva dan anus pada ibu nifas yang dalam

(40)

Kurang baik bila luka sudah mengering,

tidak timbul nanah dan tanda-tanda

infeksi, serta jahitan

menutup

dengan baik lebih dari 7 hari. Skor = 1

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

(Notoatmodjo, 2005).

Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas.

Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada hubungan antara perawatan luka perineum terhadap penyembuhan

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Penelitian Observasional Analitik dengan

pendekatan prosfektif yang bertujuan untuk menggambarkan adanya hubungan

antara perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu

nifas.

Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prosfektif adalah suatu

penelitian survey (noneksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan

antara faktor resiko dengan efek (Notoatmodjo, 2010).

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Hidayat,

2007 ).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di

Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala sebanyak 56 orang yang bersalin di

Klinik Bersalin Martua Sudarlis Medan.

2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara Non Random Sampling dengan metode Purposive Sampling sebanyak 48

(42)

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan mempunyai

kriteria inklusi dan eksklusi (Hidayat, 2002).

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu Nifas hari ke 2 yang berada di Klinik Martua Sudarlis Medan

2) Ibu Nifas yang bersedia menjadi subyek penelitian

3) Ibu Nifas dengan robekan perineum derajat 2 (spontan/episiotomi)

4) Ibu Nifas yang tidak menderita penyakit Diabetes atau penyakit lain

yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu Nifas yang tidak datang ke Klinik Martua Sudarlis Medan

2) Ibu Nifas yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian

3) Ibu Nifas yang tidak memiliki robekan perineum

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bersalin Martua Sudarlis

Mandalag dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Klinik bersalin Martua Sudarlis tersebut belum pernah dilakukan

penelitian Hubungan antara Perawatan Luka Perineum dengan

Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas.

b. Klinik bersalin Martua Sudarlis banyak ditemukan ibu bersalin sehingga

(43)

3.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni

2013.

4. Pertimbangan Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari Ketua Program Studi

DIV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan

mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Klinik bersalin Martua

Sudarlis.

Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden

bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela, responden

berhak mengundurkan diri dari penelitian. Peneliti akan membagi lembar

persetujuan (informed consent) yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.

Anominity (tampa nama), yaitu masalah etika kebidanan yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Hidayat,

2010).

Confidentiality (kerahasiaan), memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

(44)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lainnya yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar

pernyataan tindakan yang telah disusun dengan baik, sudah matang, dimana

peneliti tinggal memberikan tanda-tanda tertentu pada setiap pernyataan.

Alat ukur ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a. Bagian pertama berisi introduksi (pengantar) meliputi No. Responden,

alamat, tanggal diisi, data demografi terdiri dari umur dan paritas.

b. Bagian kedua dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka.

Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui bagaimana ibu

melakukan perawatan luka perineum yang dilakukan dengan cara

observasi. Bagian ini terdiri dari 10 pernyataan tindakan yang kemudian

diberi skors atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan sistem

penilaian yang telah ditetapakan, misalnya:

1 : untuk jawaban melakukan perawatan dengan benar

0 : untuk jawaban tidak melakukan perawatan dengan benar

c. Bagian ketiga dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka.

Instrument ini berupa check list yang berisi nama subjek dan beberapa

gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal

(45)

Skor = 3 : Cepat bila luka sudah mongering, tidak timbul nanah dan

tanda-tanda infeksi, serta jahitan menutup dengan baik 1-3

hari.

Skor = 2 : Sedang bila luka sudah mongering, tidak timbul nanah dan

tanda-tanda infeksi, serta jahitan menutup dengan baik 4-7

hari.

Skor = 1 : Lambat bila luka sudah mongering , tidak timbul nanah dan

tanda-tanda infeksi, serta jahitan menutup dengan baik lebih

dari 7 hari.

6. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar benar

mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian

validitas isi (content validity) oleh 3 orang ahli yaitu;(1) Bidang Keperawatan

Luka oleh Asrizal, S.Kep, Ns, (2) Master Kesehatan Masyarakat oleh Hotnida

Siahaan, SST, M.Kes, dan (3) Bidang Kebidanan sekaligus Pimpinan Klinik oleh

Lisnur Sinaga, Am. Keb, sehingga instrument yang digunakan tersebut valid dan

mampu mengukur variabel yang akan diukur. Dimana tahap pertama ada

perbaikan pernyataan perawatan luka perineum pada ibu nifas dan tahap kedua

dinyatakan valid dengan nilai CVI (Content Validity Indeks) tindakan 0,895.

Uji reabilitas adalah ketepatat suatu alat ukur, uji reabilitas dilakukan

untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai

alat ukur (Arikunto, 2006).Uji reabilitas dalam penelitian mengukur tingkat

kestabilan jawaban yang jawaban yang diberikan responden atas pernyataan dari

(46)

ukur jika koefisien reliabilitasnya 0,7 atau lebih dari 0,7 sudah memenuhi syarat

reliabilitas.

Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang ibu nifas yang ada di Klinik Martini

Tembung Medan yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel, yaitu pada

bulan Mei 2013. Kemudian data di olah menggunakan SPSS mencari koefisien

reliabilitas alpha Cronbach, dan hasil reabilitasnya adalah 0,895.

7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan

kuesioner perawatan luka perineum dan check list penyembuhan luka perineum di

Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa

tahap yaitu:

1. Mendapat surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari pihak

pendidikan atau ketua pelaksana program D IV Bidan Pendidik

Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut

kepada Pimpinan Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala.

3. Menggunakan informed consent sebagai tanda pernyataan persetujuan

menjadi responden, bahwa responden bersedia berpartisipasi dalam

penelitian secara sukarela.

4. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisisan kuesioner kepada

responden. Selanjutnya responden dipersilahkan mengisi lembar

(47)

5. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan

apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisisan kuesioner.

8. Rencana Analisi Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti mengolah dengan beberapa

tahap, yang pertama Editing yaitu hasil wawancara atau angket yang diperoleh

dikumpulkan melalui kuesioner perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Secara

umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian formulir.

Kemudian Coding yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf

menjadi angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna

dalam memasukkan data. Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

a. Analisis Univariate

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap setiap variabel penelitian.

Dari pengolahan data deskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi untuk melihat perawatan luka perineum dan penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas.

b. Analisis bivariate

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent

(perawatan luka perineum) dengan variabel dependent (penyembuhan luka

perineum) apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau

hubungan secara kebetulan. Dalam analisis iniuji statistic yang digunakan adalah

(48)

catatan probabilitas: Jika Probabilitas > α maka Ho diterima, namun jika probabilitas < α maka Ho ditolak. Untuk mengetahui mengetahui makna nilai

korelasi Spearman dengan interprestasi sebagai berikut :

Tabel 4.1

NILAI MAKNA

0,00-0,19 Sangant

rendah/sangat lemah

0,20-0,39 Rendah/lemah

0,40-0,59 Sedang

0,60-0,79 Tinggi/kuat

(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan perawatan luka

perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Martua

Sudarlis Mandala Medan Tahun 2013

1. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Klinik Martua Sudarlis

menggunakan data primer dengan cara observasi analitik. Penelitian dimulai dari

tanggal 3 April sampai dengan 2 Juni tahun 2013 dengan jumlah responden

sebanyak 48 orang.

Untuk mengetahui hubungan perawatan luka perineum dengan

penyembuhan luka perineum, peneliti menggunakan lembar observasi yang

berisikan 10 tindakan perawatan dan 4 observasi penyembuhan luka perineum.

(50)

Hasil penelitian hubungan perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka

perineum di Klinik Martua Sudarlis Mandala medan di sajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut :

1.1 Analisa Univariat

1.1.1 Karakteristik responden

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup usia dan

paritas.

Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi karakteristik responden perawatan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013

No. Karakteristik f %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Ibu nifas yang berumur 24 – 29 tahun

merupakan responden terbanyak yaitu 24 orang ( 50,0 %) dan Ibu nifas dengan

(51)

1.1.2 Perawatan Luka Perineum

Tabel 5.2

Distribusi Responden berdasarkan Tindakan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013 ( N=48)

No. Tindakan paling sering dilakukan

f %

6. Mengganti pembalut dengan yang baru dan bersih.

48 100,0

7. Memakai celana dalam yang bersih dari bahan katun, tidak yang dapat mengakibatkan elergi.

48 100,0

9. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe

45 93,7

5. Membilas luka perineum dengan air hangat sampai yakin bahwa luka sudah benar-benar bersih. Jika perlu diihat dengan meggunakan cermin

40 83,3

3. Setelah Buang Air Besar dan Buang Air Kecil, ibu membersihkan Anus dan perineum secara keseluruhan.

37 77,1

1. Melakukan cuci tangan dengan baik sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka perineum.

35 72,9

8. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering.

35 72,9

4. Membersihkan daerah luka perineum menggunakan waslap basah yang sudah disabuni dengan benar.

34 70,8

9. Melepaskan pembalut dari depan (vagina ) ke arah belakang ( anus )..

29 60,4

(52)

jika tidak dianjurkan oleh Bidan atau Dokter.

Berdasarkan hasil pilihan jawaban tindakan perawatan luka perineum oleh ibu

nifas yang banyak melakukan tindakan dengan benar terdapat pada pernyataan 6

dan 7 sebanyak 48 orang (100%) serta pernyataan 3 sebanyak 45 orang (93,7%).

Sedangkan ibu nifas yang sedikit melakukan tindakan dengan benar terdapat pada

pernyataan 10 sebanyak 20 orang (41,7%), pernyataan 2 sebanyak 29 orang

(60,4%) dan pernyataan 4 sebanyak 34 orang (70,4%).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013

Kategori f %

Baik 36 75,0

Kurang baik 12 25,0

Berdasarkan kategori perawatan luka perineum menunjukkan bahwa ibu nifas

yang melakukan perawatan luka perineum dengan baik yaitu 36 orang (75,0%)

dan yang melakukan perawatan luka perineum dengan kurang baik yaitu 12 orang

(53)

1.1.3 Penyembuhan Luka Perineum

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013 (N=48)

Katergori f %

Sangat Baik 9 18,8

Baik 32 66,7

Kurang baik 7 14,6

Total 48 100,0

Berdasarkan kategori penyembuhan luka perineum pada ibu nifas yang

penyembuhan luka perineumnya cepat yaitu sebanyak 9 orang (18,8%) dan ibu

nifas yang penyembuhan luka perineumnya lambat yaitu sebanyak 7 orang

(54)

1.2 Analisa Bivariat

Tabel 5.5

Hubungan antara perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013

Perawatan Luka Penyembuhan Luka

Perawatan Luka - r = 0,811 **

Penyembuhan Luka r = 0,811 ** -

** p = 0,000

Pada tabel di atas menjukkan hasil penelitian yang dianalisis dengan bantuan

SPSS 17. Terlihat bahwa p-value = 0,0005, berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum.

Pada hasil diatas juga diperoleh nilai r = 0,811, artinya hubungan perawatan luka

perineum dengan penyembuhan luka perineum menunjukkan hubungan yang

sangat kuat dan berpola positif yang berarti semakin baik perawatan luka

(55)

2. Pembahasan

2.1 Distribusi karakteristik responden perawatan luka perineum

di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013

Pada tabel 5.1 dapat di lihat bahwa dari 48 ibu nifas yang diteliti,

ditemukan mayoritas ibu nifas berusia 24-29 tahun sebanyak 24 orang (50%)

dan minoritas ibu nifas yang berusia 18-23 tahun sebanyak 7 orang (14,6%)

Pada tabel tersebut juga dapat ditemukan mayoritas ibu nifas

primigravida sebanyak 23 orang (47,9%) dan minoritas ibu nifas sekundipara

sebanyak 11 orang (22,9%).

2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Luka Perineum

Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari

48 ibu nifas yang diteliti ditemukaan mayoritas yang melakukan perawatan

luka perineum dengan baik sebanyak 36 orang (75%) dan minoritas yang

melakukan perawatan luka perineum dengan kurang baik sebanyak 12 orang

(56)

2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Perineum

Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari

48 ibu nifas yang diteliti ditemukan mayoritas ibu nifas yang penyembuhan

luka perineumnya sedang yaitu sebanyak 32 orang (66,7%) dan minoritas ibu

nifas yang penyembuhan luka perineumnya lambat yaitu sebanyak 7 orang

(14,6%)

2.4 Hubungan antara perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan

Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan

Tahun 2013

Berdasarkan hasil analisis bivariat perawatan luka perineum dan

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas, didapatkan bahwa perawatan

perineum yang kurang berisiko tinggi untuk semakin lama penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas dengan r = 0,881 dan secara statistic signifikan

dengan nilai p-value = 0,0005. Hasil uji statistic ini telah menjawab dan

memperkuat hipotesis penelitian bahwa perawatan perineum yang baik akan

mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Hal ini sama

dengan penelitian yang dilakukan di Jatirogo Kabupaten Tuben bahwa

semakin baik perawatan perineum yang dilakukan maka semakin cepat juga

penyembuhan luka perineum.

(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara

perawatan luka perineum dengan perawatan luka perineum di Klinik Martua

Sudarlis Mandala Medan Tahun 2013 diperoleh :

Dari segi karakteristik ibu nifas berdasarkan usia responden mayoritas usia

24-29 tahun ada 24 orang (50,0%) dan berdasarkan paritas 23 orang (47,9%)

primigravida.

a. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 48 ibu nifas yang diteliti

ditemukan mayoritas ibu nifas yang melakukan perawatan luka perineum

dengan baik ada 36 orang (75%) dan minoritas ibu nifas yang kurang

melakukan perawatan luka perineum ada 12 orang (25%).

b. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 48 ibu nifas yang diteliti

ditemukan mayoritas penyembuhan luka perineum pada ibu nifas adalah

sedang sebanyak 32 orang (66,7%) dan minoritas penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas adalah lambat sebanyak 7 orang (14,6%).

c. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perawatan luka

perineum dengan penyembuhan luka perineum. Hal ini ditunjukkan dari

p-value = 0,0005 dan r = 0,881 artinya hubungan perawatan luka perineum

dengan penyembuhan luka perineum menunjukkan hubungan yang sangat

kuat yang berarti semakin baik perawatan luka perineumnya maka

(58)

2. Saran

a. Bagi Tempat Penelitian

Bagi tempat penelitian yaitu Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan,

diharapkan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas tentang

bagaimana cara melakukan perawatan luka perineum dengan baik dan

benar agar penyembuhan luka perineum lebih cepat.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perawatan luka

perineum pada ibu nifas. Peneliti harus lebih memperhatikan kriteria

inklusi penelitiannya dan lebih memperhatikan teknik perawatan yang

(59)

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. Profil Kesehatan Medan. 2004

Departenem Kesehatan R.I. 2004. Laporan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:

JNPK-KR

Dewi, Dina, dkk. 2011. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Kecepatan

Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum di Seluruh Wilayah

Kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Jurusan

Keperawatan Falkultas Kedokteran Universitas Brawijaya

_____________________ , 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Hamilton, PM. 2002. Masa Kehamilan dan Persalinan. Alih Bahasa: Yasmin

Asih, Jakarta; EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta. Salemba Medika.

Johnson, Ruth. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC

Liu, David T.Y. 2008. Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas(Postpartum).

Jakarta: Trans Info Media

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC

(60)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

__________________, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

__________________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Pusdinakes. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta:

Pusdinakes-WHO-JHPIEGD

2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Buku Acuan

Nasional

2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Buku Acuan Nasional

Rukiyah,et al. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta. Mitra

Pustaka

___________, 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).Yogyakarta.

Mitra Pustaka

Walsh. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

_____________, 2007. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP

(61)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Dengan Hormat,

Nama Saya Vini Vidi Vici Sitinjak, sedang menjalani pendidikan di

program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Perawatan Luka Perineum

dengan Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan

Tahun 2013”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan

perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada

dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.

Terima kasih saya ucapakan kepada ibu yang telah bersedia berpartisipasi pada

penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini

diharapkan ibu bersedia untuk dilakukan observasi oleh peneliti.

Medan, 2013

Peneliti

(62)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(

INFORMED CONSENT

)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Paritas :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan

antara Perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu

Nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan Tahun 2013”.

Maka dengan ini saya secara sukarela dan tampa paksaan menyatakan bersedia

ikut serta dalam dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013

Responden

(63)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Dengan Hormat,

Nama Saya Vini Vidi Vici Sitinjak, sedang menjalani pendidikan di

program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Perawatan Luka Perineum

dengan Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan

Tahun 2013”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan

perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada

dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.

Terima kasih saya ucapakan kepada ibu yang telah bersedia berpartisipasi pada

penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini

diharapkan ibu bersedia untuk dilakukan observasi oleh peneliti.

Medan, 2013

Peneliti

Gambar

Tabel: perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama masa nifas
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Tindakan Perawatan Luka
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian hubungan perawatan perineum dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas hari keenam di BPS Sri Suhersi,. Mojokerto, Kedawung,

Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan yang signifikan antara perilaku pantang makanan dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srengat

Hasil:Ada hubungan anemia dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Binuang Kabupaten Tapin Kalimantan Selatandidapat nilai signifikan

Dari hasil analisis didapatkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas dengan proses penyembuhan luka dengan ( P value 0,030), tingginya pengetahuan yang di miliki

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis luka dengan lama penyembuhan luka perineum Luka perineum biasanya akan lebih

perawatan luka robek di daerah kemaluan harus dilakukan tiap hari karena untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Ibu nifas

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar kesembuhan luka perineumnya sudah baik, tetapi masih ada penyemuhan luka perineum ibu nifas yang masih basah di

Adanya tidak kesesuaian kemungkinan dapat disebabkan karena tingkat pengetahuan ibu nifas yang sudah baik dalam perawatan luka perineum, atau karena adanya informasi baik