HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM
DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM
PADA IBU NIFAS DI KLINIK BERSALIN
MARTUA SUDARLIS MANDALA
MEDAN TAHUN 2013
OLEH
VINI VIDI VICI SITINJAK
125102058
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FALKUTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK MARTUA SUDARLIS
MANDALA MEDAN TAHUN 2013
Abstrak Vini Vidi Vici Sitinjak
Latar belakang: Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun pada multigravida dengan perineum yang kaku. Akibat perawatan perineum yang tidak benar, mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lochea menjadi lembab dan akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala, Medan.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan prosfektif yang dilakukan di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan pada tanggal 3 April – 2 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Klinik Martua Sudarlis dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan lembar checklist untuk perawatan luka perineum dan kesembuhan luka perineum menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan Uji Spearman.
Hasil penelitian: Dari 48 responden menunjukkan sebagian besar responden melakuka perawatan perineum dengan baik. Dimana sebagian besar lukanya
terbentuk jaringan parut minimal. Hasil uji statistik Spearman r = 0,811 dan ρ = 0,0005 dimana α = 0,05.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis, Mandala, Medan. Hasil menunjukkan nilai positif (+) berarti semakin baik perawatan luka perineum maka semakin cepat penyembuhan luka perineum.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul “ Hubungan antara Perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan.
Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk melengkapi dan
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan yang harus di perbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
masukan yang sifatnya membangun di dalam penyelesaian proposal ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan
dan masukan dari pihak secara langsung maupun tidak langsung karena itu dalam
kesempatan ini penulis juga berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.
3. Iksanuddin A Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing dan penguji III
peneliti yang selalu menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing
peneliti, serta selalu memberikan arahan dan masukan serta motivasi kepada
4. Kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.
5. Lisnur Sinaga, Am.Keb selaku pimpinan Klinik Martini Medan yang telah
memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik Martini
Medan.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda T. Sitinjak, S.Pd dan
Ibunda tercinta N. Sihombing atas segala kasih sayang, doa, semangat dan
dukungan yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
7. Kepada adik-adik penulis, Grace Maria, dan Arie Van Diemen yang telah
menghibur penulis.
8. Kepada teman-teman satu bimbingan, teman satu angkatan serta sahabat-sahabat
penulis Christy Sijabat dan Dwi Ris yang telah saling memberikan dukungan
dan semangat kepada penulis.
9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima
kasih atas dukungan dan kerjasama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya dalam peningkatan derajat dan pelayanan
kesehatan, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
3. Perubahan-perubahan dalam Masa Nifas ……… 7
3.1 Perubahan fisik ………. ... 7
3.1.7 Ligamen-ligamen ………9
3.2 Perubahan Adaptasi Psikologi ……….9
3.2.1 Ikatan antara Ibu dan Bayi (Bounding) …………9
3.2.2 Adaptasi Psikologi Normal ………9
4. Perawatan pasca Persalinan ... ...11
5. Luka Perineum ... ...12
5.1 Perngertian ...12
5.2 Bentuk Luka Perineum ...13
7. Pencegahan Robekan Perineum . ... 14
8. Lingkup Perawatan .. ... 15
9. Waktu Perawatan . ... 15
10. Faktor yang mempengaruhi ... 16
11. Fisiologi Penyembuhan Luka . ... 17
12. Proses Penyembuhan Luka . ... 18
13. Faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka .... ... 22
14. Alat- alat perawatan Luka Perineum . ... 23
15. Cara melakukan Perawatan Luka Perineum . ... 24
16. Infeksi Masa Nifas . ... 25
BAB III : KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konsep ... 26
2. Defenisi Operasional ... 27
3. Hipotesa Penelitian ... 29
5. Instrumen Penelitian ... 33
6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 34
7. Metode Pengumpulan Data ... 35
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian ... 38
1.1 Analisa Univariat ... 39
1.2 Analisa Bivariat ... 43
2. Pembahasan . ... 44
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 1. Kesimpulan ... 46
2. Saran . ... 47
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel3.1 Perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama
masa nifas ……….. 7
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden perawatan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013
…………... ……… 39
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Tindakan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis
Medan Tahun 2013
……….. 40
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013 ……… 41
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013 ……….. 42
Tabel 5.5 Hubungan antara perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan kepada Calon responden
Lampiran 2 : Lembar persetujuan setelah rpenjelasan
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 5 : Uji Validitas: Content validity Index
Lampiran 6 : Master Data Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 8 : Master Data Penelitian
Lampiran 9 : Hasil Pengolahan Data Penelitian
Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 11 : Surat Selesai Melakukan Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK MARTUA SUDARLIS
MANDALA MEDAN TAHUN 2013
Abstrak Vini Vidi Vici Sitinjak
Latar belakang: Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun pada multigravida dengan perineum yang kaku. Akibat perawatan perineum yang tidak benar, mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lochea menjadi lembab dan akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala, Medan.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan prosfektif yang dilakukan di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan pada tanggal 3 April – 2 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Klinik Martua Sudarlis dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan lembar checklist untuk perawatan luka perineum dan kesembuhan luka perineum menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan Uji Spearman.
Hasil penelitian: Dari 48 responden menunjukkan sebagian besar responden melakuka perawatan perineum dengan baik. Dimana sebagian besar lukanya
terbentuk jaringan parut minimal. Hasil uji statistik Spearman r = 0,811 dan ρ = 0,0005 dimana α = 0,05.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis, Mandala, Medan. Hasil menunjukkan nilai positif (+) berarti semakin baik perawatan luka perineum maka semakin cepat penyembuhan luka perineum.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janindan uri ), yang
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain
( Mochtar, 1998 ). Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir.Luka
pada jalan lahir biasanya ringan tetapi kadang – kadang terjadi juga luka yang luas
dan berbahaya (Wiknjosastro, 2005).
Proses kelahiran merupakan peristiwa yang penting dan mulia, namun sangat
menguras tenaga maupun emosi ibu. Kejadiannya penuh ketegangan dan sangat
melelahkan.Bagi sebagian orang bahkan kelelahan ini dapat berlangsung lebih lama,
hingga beberapa bulan pasca persalinan.Bidan atau perawat perlu mengingatkan
wanita yang “baru” pertama kalinya menjadi ibu bahwa kelelahan tersebut
merupakan reaksi normal dari tubuh.Apalagi dalam waktu bersamaan, ibu juga
dituntut untuk memberikan perhatian yang besar terhadap bayi yang baru
dilahirkannya. Untuk itu, bidan/perawat perlu mewaspadai adanya sindrom baby
blues pada ibu yang baru melahirkan. Apabila kondisi ibu telah pulih atau kelelahan
telah teratasi, maka sekitar enam jam pasca persalinan sebaiknya ibu segera bangun
dari tempat tidur dan bergerak agar merasa lebih kuat dan lebih baik. Bagi ibu yang
mengalami episiotomi, bidan/perawat perlu mengajarkan cara merawat luka
episiotomi tersebut agar luka bekas jahitan dijaga agar tetap kering (Maryunani,
Pada paska persalinan dapat terjadi masalah kesehatan di antaranya infeksi nifas
yang dapat menyebabkan kematian. Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas bisa
berasal dari perlukaan jalan lahir yang merupakan media yang baik untuk
berkembangnya kuman. Hal ini bisa diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu yang
rendahsetelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang
terjaga (B K K B N, 2004).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
bagi ibu maupun bayinya.Diperkirakan bahwa 60% kamatian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama (Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006).
Kematian ibu dapat disebabkan oleh masalah pengetahuan ibu tentang pra dan
paskah persalinan, faktor tempat pelayanan kesehatan, faktor gizi.Dan faktor
penyebab kematian ibu nifas diantaranya sepsis puerperalis, perdarahan, Gestosis,
Perlukaan jalan lahir, Trombo embolismus(Wiknjosastro, 2005).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih
tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk
memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta masih banyak ibu
yang belum mempunyai kesadaran untuk merawat luka perineum dengan baik.
Sebagian dari mereka memberi alasan bahwa penolong persalinan terlatih tidah
benar-benar memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi, dan keinginan
pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya(Depkes Jakarta, 2004).
Berbagai studi menunjukkan bahwa robekan kecil pada perinium jarang
memerlukan penjahitan. Trauma yang dialami ibu bersalin akibat penjahitan dapat
perdarahan hebat atau hanya ditemukan robekan kecil, biarkan robekan tersebut
tanpa jahitan, luka akan segera sembuh tanpa efek yang merugikan terhadap
pemulihan perinium (Depkes RI, 2001: 32). Nyeri yang dirasakan ibu post partum
berasal dari luka yang terdapat dari robekan perinium (Kasdu, 2003). Nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca persalinan
tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan
nyeri (Brunner dan Suddart, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh penulis pada
saat studi pendahuluan didapatkan pada September tahun 2010 dari 25 persalinan di
BPS (Bidan Praktek Swasta) Ninik Artiningsih Dusun Tergilis Kecamatan Prajulit
Kulon Mojokerto terdapat 20 orang (80%) yang mengalami jahitan luka perinium.
Dari jumlah tersebut 6 orang (30%) luka jahitannya sembuh pada hari ke 4, dan 14
orang (70%) luka jahitan sembuh pada hari ke 12. Untuk penyembuhan luka
perinium di BPS Ninik Artiningsih masih menggunakan jenis terapi farmakologi
yaitu penggunaan seperti analgesik dan antibiotik.
Pendidikan kesehatan diajukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau
meningkatkan pengeatahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakat. Di samping
itu, dalam konteks ini promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang
tradisi, kepercayaan masyarakat, dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan kesehatan. Bentuk pendidikan ini antara lain penyuluhan kesehatan,
pemeran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dan
sebagainya(Notoatmodjo, 2007).
Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan penyuluhan, tetapi
setempat.Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyediaan asuhan
masa nifas (Wijono, 2003).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
hubungan antara perawatan luka perineumdengan penyembuhan luka perineum pada
ibu nifas.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
masalah penelitian apakah ada hubungan antara perawatan luka perineum dengan
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum dengan
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perawatan luka perineum pada ibu nifas.
b. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
c. Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan perawatan luka perineum
dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi ibu nifas dalam
rangka meningkatkan perawatan luka perineum untuk mempercepat
4.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat dalam melakukan
perawatan luka perineum.
4.3 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam memahami Ilmu Metode
Penelitian serta untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dan manambah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil (Mochtar, 1998).
Yeyeh (2010, dalam Cunningham, 1995) mengatakan bahwa Masa nifas merupakan
masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini saluran reproduktif
anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
2. Tahapan Masa Nifas
Berdasarkan pengertian di atas, ada beberapa tahapan dalam masa nifas
yaitu :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinaan mempunyai komplikasi
3. Perubahan-perubahan dalam Masa Nifas
Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
psikologi.
3.1 Per3ubahan fisik
3.1.1 Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tabel: perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama masa nifas
Bobot
(Sumber: Konsep Asuhan Kebidanan,
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2003 )
3.1.2 Bekas Implantasi Uri
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7,5 cm. Setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm, dan pada minggu
3.1.3 Luka-luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
3.1.4 Rasa Sakit
Disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan.
3.1.5 Lochia
Cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
• Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama
2 hari pasca persalinan
• Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
• Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
• Lochia alba: cairan putih setelah 2 minggu
• Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
3.1.6 Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
3.1.7 Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menciut dan pulih kembali.
3.2 Perubahan Adaptasi Psikologi
3.2.1 Ikatan antara Ibu dan Bayi (Bounding)
Maryunani (2009, dalam Brazetton 1978), bonding (ikatan)
didefenisikan sebagai suatu ketertarikan satu sama lain antar individu, seperti
antara orang tua dan anak pada waktu pertama kali bertemu. Proses kasih
sayang dapat berlangsung secara terus menerus, dimulai saat ibu hamil dan
semakin menguat pada awal masa pasca persalinan.
3.2.2 Adaptasi Psikologi Normal
Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan terjadi 3 penyesuaian
yaitu:
a. Penyesuaian Ibu
Maryunani (2009, dalam Rubin 1963), seorang ibu yang baru
melahirkan mengalami adaptasi psikologi pada masa nifas dengan melalui
tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai ibu.
• Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu
mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain yang
berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, karena ibu yang
baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan.
Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif
karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang
tidur.
• Fase Taking Hold
Pada fase ini, secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk
mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan
keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Fase
ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan dimana ibu
mulai semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih
tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung.
• Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan. Pada
fase ini mulai terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi.
b. Penyesuaian Ayah
Bayi yang baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah.
c. Penyesuaian Orang Tua – Bayi
Interaksi orang tua – bayi dikarakteristikkan dengan suatu rangkaian
irama (ritme), perilaku repertoar/repertoires, dan pola tanggung jawab
(responsivity).
d. Adaptasi Psikologi Yang Memerlukan Rujukan
Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam minggu-minggu pertama
setelah melahirkan, banyak ibu yang menunjukkan gejala-gejala depresi dari
• Baby blues
• Psikosis pascapartum
• Depresi Pascapartum (Maryunani, 2009).
4. Perawatan pasca Persalinan
Menurut Rustam Mochtar (2002) perawatan pasca persalinan yaitu:
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombisis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan
duduk, hari ke 3 jalan-jalan, hari ke 4 dan ke 5 sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi di atas mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena
adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kandung kemih
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat
laksons per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi
harus dihentikan dengan pembalutan mammae sampai tertekan. Pemberian obat
estrogen seperti tablet lynoral. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya
karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
f. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu poliferasi jaringan
pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah, keluar cairan susu
jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-kuning susu,
hipervasularisasi pada permukaan dan bagian dalam di mana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas.
5. Luka Perineum
5.1 Pengertian
Perineum biasanya digambarkan mempunyai dua bagian yang terpisah –
segitiga Urogenital dan diafragma pelvis. Segitiga Urogenital dibatasi oleh simpisis
pubis di bagian anterior dan oleh tuberositi iskium di bagian posterior dan meliputi
Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan lahir waktu
melahirkan janin (Wiknjosastro, 2005). Perlukaan perineum umumnya terjadi
unilateral, namun dapat juga bilateral (Rukiyah, 2010).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat
(Wiknjosastro, 2007).
5.2 Bentuk Luka Perineum
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002).
b. Episiotomi adalah mengiris atau menggunting perineum menurut arah irisan
ada 3: 1) medialis, 2) mediolateralis, 3) lateralis dengan tujuan agar supaya
tidak terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan
musculus sfingterani (rupture perinea totalis) yang bila tidak dijahit dan
dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi (Mochtar, 1998).
6. Klasifikasi Robekan Perineum
Robekan perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu:
a. Derajat satu
Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.
b. Derajat dua
Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum
dan otot perineum. Diperlukan penjahitan dengan menggunakan teknik.
c. Derajat tiga
Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum hingga otot sfingter ani.
d. Derajat empat
Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum, otot sfingter ani hingga dinding depan rektum. Penolong APN
tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau
empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan (Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal, 2008).
7. Pencegahan Robekan Perineum
Berberapa upaya penceganan robekan perineum adalah :
a.Aplikasikan handuk hangat pada perineum.
b.Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.
c.Mengarahkan kepala bayi agar perineum dilalui oleh diameter terkecil
saat ekspulsi.
d.Menahan regangan perineum dengan telunjuk dan ibu jari.
e.Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara
bertahap dan hati-hati dapat mengurangi rengangan berlebihan (robekan)
pada vagina dan perineum.
f. Perhatikan perineum saat kepala keluar dan dilahirkan (Depkes RI,
8. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan
penampung lochea (Rukiyah, 2010 dalam Feerer 2001).
Menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah mencegah
kontaminasi dari rektum, menagani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma, bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
9. Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
a. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada vairan yang tertampung
pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian
juga pada perineum ibu, untuk itu perlu dilakukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada
rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan
10. Faktor yang mempengaruhi Perawatan Perineum
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Perawatan Perineum menurut
Rukiyah (2010) yaitu :
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan
protein.
b. Obat-obatan
Streoid: Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon inflasi
normal.
Antibiotik spectrum luas/spesifik: Efektif bila diberikan segera sebelum
pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah
luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intravaskuler.
c. Keturunan
Sifat genetik sesorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam
penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan
dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah
meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
d. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan
perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan
e. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kebiasaan tarak telur, ikan dan daginga ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu
yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
11. Fisiologi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh; kulit yang utuh
merupakan garis depan perlawanan terhadap masuk organisme. Luka, memiliki tepi
yang berlawanaan, misalnya luka operasi sembuh dengan cepat dengan intense
pertama atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama penyembuhannya
melalui intense sekunder (Johnson, 2005).
Menurut Walsh (2008), ada tiga fase dalam proses penyembuhan luka yaitu :
Fase 1: Segera setelah cedera, respon peradangan menyebabkan peningkatan aliran
darah kenarea luka, meningkatkan cairan kedalam jaringan, serta akumulasi
leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang
akan memakan jaringan yang mengalami cedera.
Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang-benang
kolagen pada tempat cedera
Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang
12. Proses Penyembuhan Luka
Sjamsuhidajat (1997) mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai
keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa luka adalah rusak/terputusnya kontinuitas jaringan. Yang akan
dibicarakan dalam penelitian ini adalah luka laserasi jalan lahir terutama perinium
baik luka yang spontan karena persalinan maupun karena tindakan episiotomi.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang
mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka
dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan
kekuatan jaringan yang mencapai normal. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah
regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair
ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan, 2002).
Pada dasarnya, perlukaan jalan lahir atau luka perineum akan sembuh dalam
6-7 hari apabila tidak ada infeksi.
1. Tanda-tanda jahitan tidak infeksi :
a. Luka tidak basah
b. Tidak nyeri
c. Tidak kemerahan
2. Tanda-tanda infeksi :
a. Rubor (kemerahan)
Sebuah sayatan yang mendapat merah, atau memiliki garis-garis merah
memancar dari ke kulit di sekitarnya mungkin terinfeksi. Kemerahan beberapa
normal di tempat sayatan, tetapi harus menurun seiring waktu, bukan menjadi lebih
merah sebagai menyembuhkan sayatan.
b. Kalor (panas)
Sebuah sayatan yang terinfeksi mungkin merasa panas untuk disentuh. Hal ini
terjadi sebagai tubuh melawan infeksi mengirimkan sel-sel darah ke lokasi infeksi.
c. Dolor (Nyeri)
Nyeri Anda harus perlahan dan terus berkurang sementara Anda sembuh. Jika
tingkat nyeri Anda di situs meningkatkan operasi tanpa alasan yang jelas, Anda
mungkin akan mengembangkan infeksi pada luka. Adalah normal untuk nyeri
meningkat jika Anda "berlebihan" dengan kegiatan atau Anda menurunkan obat sakit
Anda, tetapi peningkatan signifikan dan diterangkan dalam sakit harus dibicarakan
dengan dokter bedah Anda.
d. Tumor (pembengkakan)
Sebuah sayatan terinfeksi mungkin mulai mengeras sebagai jaringan bawah
meradang. Sayatan sendiri mungkin mulai muncul bengkak atau bengkak juga.
e. Fungsiolaesa (Perubahan fungsi)
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1. Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
2. Per Sekundem yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam.
Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini
biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan
jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam
dengan pembentukan jaringan granulasi.
3. Per Tertiam atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka
selama beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih,
tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
1. Fase Inflamasi; Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi
pendarahan, tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi,
pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostasis.
Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan
prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu
yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh
darah dan kemotaksis terhadap leukosit. Sel radang keluar dari pembuluh
darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel Mast
mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas
kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul
tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan
kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (lag phase). Berat
ringannya reaksi radang ini dipengaruhi juga oleh adanya benda-benda asing
dari luar tubuh, misalnya: benang jahit, infeksi kuman dll. Tidak adanya
serum maupun pus/nanah menunjukkan reaksi radang yang terjadi bukan
karena infeksi kuman tetapi karena proses penyembuhan luka.
2. Fase Proliferasi atau Fibroplasi: Berlangsung dari akhir masa inflamasi
sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini terjadi proliferasi dari fibroblast
yang menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin dan prolin yang
akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi.
Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka
tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka,
pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.
3. Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan: Pada fase ini terjadi
proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan
kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang
sudah hilang.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa luka dapat sembuh secara alami tanpa
pertolongan dari luar, tetapi cari alami ini memakan waktu cukup lama dan
13. Faktor yang mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
Beberapa faktor yang harus diperhatikan yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka menurut Johnson (2005) yaitu:
a. Status Nutrisi
Diperlukan asupan protein, vitamin A dan C, tembaga, zinkum, dan zat besi
yang ade kuat.
b. Merokok
Mempengaruhi ambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan, sehingga
memperburuk perfusi jaringan.
c. Penambahan Usia
Berpengaruh terhadap semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan
adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, renpon inflamasi yang lebih lambat dan
penurunan aktivitas fibroblast.
d. Obesitas
Jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat, mengakibatkan
lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi.
e. Diabetes Melitus
Gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan dapat terjadi pada diabetes mellitus.
f. Kortikosteroid
Peningkatan kadar kortikostreoid dalam plasma dapat terjadi akibat stress, terapi
atau steroid. Hal ini dapat menghambat respons inflamasi dan respon imun yang
dapat menghambat proses penyembuhan dan menjadi predisposisis infeksi.
g. Obat-obatan
Obat anti-inflamasi menekan menekan sintesis protein, inflamasi, kontraksi luka
h. Gangguan oksigenasi
Rendahnya tekanan oksigen arterial dapat mengganggu sintesis kolagen dan
epitelialisasi. Oksigen sangat dibutuhkan untuk aktivitas fibroblast.
i. Infeksi
Infeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrotis yang menghambat
penyembuhan luka.
g. Stres Luka
Muntah yang terlalu hebat atau terlalu lama, distensi abdomen atau sesak nafas
dapat menyebabkan ketegangan yang berat pada luka, mengahambat pembentukan
jaringan kolagen atau jaringan ikat.
Menurut Barbara (1996, dalam jurnal dina, dkk, 2012) mengatakan bahwa luka
perineum dikatakan cepat sembuh apabila luka pada hari ke-3 mulai mongering dan
mulai menutup, serta pada hari ke-7 luka sudah menutup dengan baik disertai adanya
jaringan parut. Sedangkan luka yang dikatakan lambat sembuh apabila luka pada hari
ke-3 belum menutup akan tetapi pada hari ke-7 luka mulai menutup. Dalam kategori
cepat-lambat kesembuhan luka ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
proses penyembuhan luka berlangsung selama 6-7 hari.
14. Alat-alat Perawatan Luka Perineum
a. Kapas
b. Air DTT
c. Betadine
d. Kasa steril
e. Pembalut bersih
f. Celana dalam bersih
15. Cara melakukan Perawatan Luka Perineum
a) Melakukan cuci tangan
b) Mengatur posisi ini yang semi fowler / fowler, lutut ditekuk
c) Membuka baju bagian bawah
d) Membersihkan paha bagian atas dan keringkan (kiri dan kanan)
e) Bersihkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan kiri menarik
lipatan ke atas, tangan kanan membersihkan dengan hati-hati lipatan
vulva. Usap dari perineum ke atas, ulangi pada sisi yang berlawanan
f) Regangkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan kiri.
Tangan kanan yang lain membersihkan dari area bagian atas lipatan
(pubis) ke lubang tempat pembuangan air besar (anus) dengan satu kali
usapan gunakan kapas yang berbeda. Area yang dibersihkan yaitu
lipatan bagian dalam (labia minora, criteria, dan oripicium vagina)
g) Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan
h) Merubah posisi dengan posisi miring
i) Bersihkan area anus dari kotoran atau feses jika ada bersihkan dari arah
depan (vagina) ke belakang (anus) dengan satu usapan, ulangi dengan
kapas yang berbeda sampai bersih
j) Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam
k) Celupkan pada kain kasa steril ke dalam larutan betadine, peras dan
tempelkan di daerah perineum (bila ada jahitan) atau bila ada salep
dioleskan.
l) Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian
dirapikan
n) Cuci tangan
16. Infeksi Masa Nifas
Infeksi dapat terjadi karena ibu kurang telaten dalam melakukan perawatan
dalam pasca persalinan.Ibu takut menyentuh luka yang ada diperineum sehingga
memilih tidak membersihkannya padahal dalam keadaan luka perineum rentang
didatangai kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi.
Gejala-gejala infeksi yang apat diamati adalah :
a) Suhu tubuh tinggi melebihi 37,5 0
b) Menggigil, pusing dan mual
C
c) Keputihan
d) Keluar cairan seperti nanah dari vagina
e) Cairan yang keluar disertai bau yang menyengat
f) Keluarnya cairan disertai raa nyeri
g) Terasa nyeri diperut
h) Perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit.
Misalnya seminggu sesudah melahirkan perdarahan mulai berkurang
BAB 3
KERANGKA KONSEP
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2010).
Beberapa latar belakang masalah tujuan penelitian, serta tinjauan pustaka
maka kerangka konsep dapat dapat digambarkan sebagai berikut :
Variable Independen Variable Dependen
Perawatan Luka Perineum Penyembuhan Luka
2. Defenisi operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabei secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
(Hidayat, 2010).
No Variabel Defenisi Operasional daerah yang dibatasi vulva dan anus pada ibu nifas yang dalam
Kurang baik bila luka sudah mengering,
tidak timbul nanah dan tanda-tanda
infeksi, serta jahitan
menutup
dengan baik lebih dari 7 hari. Skor = 1
3. Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmodjo, 2005).
Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas.
Hipotesa Nol (H0)
Tidak ada hubungan antara perawatan luka perineum terhadap penyembuhan
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat Penelitian Observasional Analitik dengan
pendekatan prosfektif yang bertujuan untuk menggambarkan adanya hubungan
antara perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas.
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prosfektif adalah suatu
penelitian survey (noneksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan
antara faktor resiko dengan efek (Notoatmodjo, 2010).
2. Populasi dan Sampel
2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Hidayat,
2007 ).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di
Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala sebanyak 56 orang yang bersalin di
Klinik Bersalin Martua Sudarlis Medan.
2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara Non Random Sampling dengan metode Purposive Sampling sebanyak 48
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan mempunyai
kriteria inklusi dan eksklusi (Hidayat, 2002).
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu Nifas hari ke 2 yang berada di Klinik Martua Sudarlis Medan
2) Ibu Nifas yang bersedia menjadi subyek penelitian
3) Ibu Nifas dengan robekan perineum derajat 2 (spontan/episiotomi)
4) Ibu Nifas yang tidak menderita penyakit Diabetes atau penyakit lain
yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu Nifas yang tidak datang ke Klinik Martua Sudarlis Medan
2) Ibu Nifas yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian
3) Ibu Nifas yang tidak memiliki robekan perineum
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bersalin Martua Sudarlis
Mandalag dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Klinik bersalin Martua Sudarlis tersebut belum pernah dilakukan
penelitian Hubungan antara Perawatan Luka Perineum dengan
Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas.
b. Klinik bersalin Martua Sudarlis banyak ditemukan ibu bersalin sehingga
3.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni
2013.
4. Pertimbangan Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari Ketua Program Studi
DIV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan
mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Klinik bersalin Martua
Sudarlis.
Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden
bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela, responden
berhak mengundurkan diri dari penelitian. Peneliti akan membagi lembar
persetujuan (informed consent) yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.
Anominity (tampa nama), yaitu masalah etika kebidanan yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Hidayat,
2010).
Confidentiality (kerahasiaan), memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lainnya yang berkaitan dengan
pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar
pernyataan tindakan yang telah disusun dengan baik, sudah matang, dimana
peneliti tinggal memberikan tanda-tanda tertentu pada setiap pernyataan.
Alat ukur ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a. Bagian pertama berisi introduksi (pengantar) meliputi No. Responden,
alamat, tanggal diisi, data demografi terdiri dari umur dan paritas.
b. Bagian kedua dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka.
Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui bagaimana ibu
melakukan perawatan luka perineum yang dilakukan dengan cara
observasi. Bagian ini terdiri dari 10 pernyataan tindakan yang kemudian
diberi skors atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan sistem
penilaian yang telah ditetapakan, misalnya:
1 : untuk jawaban melakukan perawatan dengan benar
0 : untuk jawaban tidak melakukan perawatan dengan benar
c. Bagian ketiga dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka.
Instrument ini berupa check list yang berisi nama subjek dan beberapa
gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal
Skor = 3 : Cepat bila luka sudah mongering, tidak timbul nanah dan
tanda-tanda infeksi, serta jahitan menutup dengan baik 1-3
hari.
Skor = 2 : Sedang bila luka sudah mongering, tidak timbul nanah dan
tanda-tanda infeksi, serta jahitan menutup dengan baik 4-7
hari.
Skor = 1 : Lambat bila luka sudah mongering , tidak timbul nanah dan
tanda-tanda infeksi, serta jahitan menutup dengan baik lebih
dari 7 hari.
6. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas adalah menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar benar
mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian
validitas isi (content validity) oleh 3 orang ahli yaitu;(1) Bidang Keperawatan
Luka oleh Asrizal, S.Kep, Ns, (2) Master Kesehatan Masyarakat oleh Hotnida
Siahaan, SST, M.Kes, dan (3) Bidang Kebidanan sekaligus Pimpinan Klinik oleh
Lisnur Sinaga, Am. Keb, sehingga instrument yang digunakan tersebut valid dan
mampu mengukur variabel yang akan diukur. Dimana tahap pertama ada
perbaikan pernyataan perawatan luka perineum pada ibu nifas dan tahap kedua
dinyatakan valid dengan nilai CVI (Content Validity Indeks) tindakan 0,895.
Uji reabilitas adalah ketepatat suatu alat ukur, uji reabilitas dilakukan
untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai
alat ukur (Arikunto, 2006).Uji reabilitas dalam penelitian mengukur tingkat
kestabilan jawaban yang jawaban yang diberikan responden atas pernyataan dari
ukur jika koefisien reliabilitasnya 0,7 atau lebih dari 0,7 sudah memenuhi syarat
reliabilitas.
Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang ibu nifas yang ada di Klinik Martini
Tembung Medan yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel, yaitu pada
bulan Mei 2013. Kemudian data di olah menggunakan SPSS mencari koefisien
reliabilitas alpha Cronbach, dan hasil reabilitasnya adalah 0,895.
7. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan
kuesioner perawatan luka perineum dan check list penyembuhan luka perineum di
Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu:
1. Mendapat surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari pihak
pendidikan atau ketua pelaksana program D IV Bidan Pendidik
Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut
kepada Pimpinan Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala.
3. Menggunakan informed consent sebagai tanda pernyataan persetujuan
menjadi responden, bahwa responden bersedia berpartisipasi dalam
penelitian secara sukarela.
4. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisisan kuesioner kepada
responden. Selanjutnya responden dipersilahkan mengisi lembar
5. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan
apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisisan kuesioner.
8. Rencana Analisi Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti mengolah dengan beberapa
tahap, yang pertama Editing yaitu hasil wawancara atau angket yang diperoleh
dikumpulkan melalui kuesioner perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Secara
umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian formulir.
Kemudian Coding yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf
menjadi angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna
dalam memasukkan data. Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan
tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
a. Analisis Univariate
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap setiap variabel penelitian.
Dari pengolahan data deskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi untuk melihat perawatan luka perineum dan penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas.
b. Analisis bivariate
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent
(perawatan luka perineum) dengan variabel dependent (penyembuhan luka
perineum) apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau
hubungan secara kebetulan. Dalam analisis iniuji statistic yang digunakan adalah
catatan probabilitas: Jika Probabilitas > α maka Ho diterima, namun jika probabilitas < α maka Ho ditolak. Untuk mengetahui mengetahui makna nilai
korelasi Spearman dengan interprestasi sebagai berikut :
Tabel 4.1
NILAI MAKNA
0,00-0,19 Sangant
rendah/sangat lemah
0,20-0,39 Rendah/lemah
0,40-0,59 Sedang
0,60-0,79 Tinggi/kuat
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan perawatan luka
perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Martua
Sudarlis Mandala Medan Tahun 2013
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Klinik Martua Sudarlis
menggunakan data primer dengan cara observasi analitik. Penelitian dimulai dari
tanggal 3 April sampai dengan 2 Juni tahun 2013 dengan jumlah responden
sebanyak 48 orang.
Untuk mengetahui hubungan perawatan luka perineum dengan
penyembuhan luka perineum, peneliti menggunakan lembar observasi yang
berisikan 10 tindakan perawatan dan 4 observasi penyembuhan luka perineum.
Hasil penelitian hubungan perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka
perineum di Klinik Martua Sudarlis Mandala medan di sajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
1.1 Analisa Univariat
1.1.1 Karakteristik responden
Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup usia dan
paritas.
Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi karakteristik responden perawatan luka perineum di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013
No. Karakteristik f %
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Ibu nifas yang berumur 24 – 29 tahun
merupakan responden terbanyak yaitu 24 orang ( 50,0 %) dan Ibu nifas dengan
1.1.2 Perawatan Luka Perineum
Tabel 5.2
Distribusi Responden berdasarkan Tindakan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013 ( N=48)
No. Tindakan paling sering dilakukan
f %
6. Mengganti pembalut dengan yang baru dan bersih.
48 100,0
7. Memakai celana dalam yang bersih dari bahan katun, tidak yang dapat mengakibatkan elergi.
48 100,0
9. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe
45 93,7
5. Membilas luka perineum dengan air hangat sampai yakin bahwa luka sudah benar-benar bersih. Jika perlu diihat dengan meggunakan cermin
40 83,3
3. Setelah Buang Air Besar dan Buang Air Kecil, ibu membersihkan Anus dan perineum secara keseluruhan.
37 77,1
1. Melakukan cuci tangan dengan baik sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka perineum.
35 72,9
8. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering.
35 72,9
4. Membersihkan daerah luka perineum menggunakan waslap basah yang sudah disabuni dengan benar.
34 70,8
9. Melepaskan pembalut dari depan (vagina ) ke arah belakang ( anus )..
29 60,4
jika tidak dianjurkan oleh Bidan atau Dokter.
Berdasarkan hasil pilihan jawaban tindakan perawatan luka perineum oleh ibu
nifas yang banyak melakukan tindakan dengan benar terdapat pada pernyataan 6
dan 7 sebanyak 48 orang (100%) serta pernyataan 3 sebanyak 45 orang (93,7%).
Sedangkan ibu nifas yang sedikit melakukan tindakan dengan benar terdapat pada
pernyataan 10 sebanyak 20 orang (41,7%), pernyataan 2 sebanyak 29 orang
(60,4%) dan pernyataan 4 sebanyak 34 orang (70,4%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013
Kategori f %
Baik 36 75,0
Kurang baik 12 25,0
Berdasarkan kategori perawatan luka perineum menunjukkan bahwa ibu nifas
yang melakukan perawatan luka perineum dengan baik yaitu 36 orang (75,0%)
dan yang melakukan perawatan luka perineum dengan kurang baik yaitu 12 orang
1.1.3 Penyembuhan Luka Perineum
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013 (N=48)
Katergori f %
Sangat Baik 9 18,8
Baik 32 66,7
Kurang baik 7 14,6
Total 48 100,0
Berdasarkan kategori penyembuhan luka perineum pada ibu nifas yang
penyembuhan luka perineumnya cepat yaitu sebanyak 9 orang (18,8%) dan ibu
nifas yang penyembuhan luka perineumnya lambat yaitu sebanyak 7 orang
1.2 Analisa Bivariat
Tabel 5.5
Hubungan antara perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013
Perawatan Luka Penyembuhan Luka
Perawatan Luka - r = 0,811 **
Penyembuhan Luka r = 0,811 ** -
** p = 0,000
Pada tabel di atas menjukkan hasil penelitian yang dianalisis dengan bantuan
SPSS 17. Terlihat bahwa p-value = 0,0005, berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara perawatan luka perineum dengan penyembuhan luka perineum.
Pada hasil diatas juga diperoleh nilai r = 0,811, artinya hubungan perawatan luka
perineum dengan penyembuhan luka perineum menunjukkan hubungan yang
sangat kuat dan berpola positif yang berarti semakin baik perawatan luka
2. Pembahasan
2.1 Distribusi karakteristik responden perawatan luka perineum
di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013
Pada tabel 5.1 dapat di lihat bahwa dari 48 ibu nifas yang diteliti,
ditemukan mayoritas ibu nifas berusia 24-29 tahun sebanyak 24 orang (50%)
dan minoritas ibu nifas yang berusia 18-23 tahun sebanyak 7 orang (14,6%)
Pada tabel tersebut juga dapat ditemukan mayoritas ibu nifas
primigravida sebanyak 23 orang (47,9%) dan minoritas ibu nifas sekundipara
sebanyak 11 orang (22,9%).
2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Luka Perineum
Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan Tahun 2013.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari
48 ibu nifas yang diteliti ditemukaan mayoritas yang melakukan perawatan
luka perineum dengan baik sebanyak 36 orang (75%) dan minoritas yang
melakukan perawatan luka perineum dengan kurang baik sebanyak 12 orang
2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Perineum
Pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari
48 ibu nifas yang diteliti ditemukan mayoritas ibu nifas yang penyembuhan
luka perineumnya sedang yaitu sebanyak 32 orang (66,7%) dan minoritas ibu
nifas yang penyembuhan luka perineumnya lambat yaitu sebanyak 7 orang
(14,6%)
2.4 Hubungan antara perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan
Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Martua Sudarlis Medan
Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis bivariat perawatan luka perineum dan
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas, didapatkan bahwa perawatan
perineum yang kurang berisiko tinggi untuk semakin lama penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas dengan r = 0,881 dan secara statistic signifikan
dengan nilai p-value = 0,0005. Hasil uji statistic ini telah menjawab dan
memperkuat hipotesis penelitian bahwa perawatan perineum yang baik akan
mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan di Jatirogo Kabupaten Tuben bahwa
semakin baik perawatan perineum yang dilakukan maka semakin cepat juga
penyembuhan luka perineum.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara
perawatan luka perineum dengan perawatan luka perineum di Klinik Martua
Sudarlis Mandala Medan Tahun 2013 diperoleh :
Dari segi karakteristik ibu nifas berdasarkan usia responden mayoritas usia
24-29 tahun ada 24 orang (50,0%) dan berdasarkan paritas 23 orang (47,9%)
primigravida.
a. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 48 ibu nifas yang diteliti
ditemukan mayoritas ibu nifas yang melakukan perawatan luka perineum
dengan baik ada 36 orang (75%) dan minoritas ibu nifas yang kurang
melakukan perawatan luka perineum ada 12 orang (25%).
b. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 48 ibu nifas yang diteliti
ditemukan mayoritas penyembuhan luka perineum pada ibu nifas adalah
sedang sebanyak 32 orang (66,7%) dan minoritas penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas adalah lambat sebanyak 7 orang (14,6%).
c. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perawatan luka
perineum dengan penyembuhan luka perineum. Hal ini ditunjukkan dari
p-value = 0,0005 dan r = 0,881 artinya hubungan perawatan luka perineum
dengan penyembuhan luka perineum menunjukkan hubungan yang sangat
kuat yang berarti semakin baik perawatan luka perineumnya maka
2. Saran
a. Bagi Tempat Penelitian
Bagi tempat penelitian yaitu Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan,
diharapkan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas tentang
bagaimana cara melakukan perawatan luka perineum dengan baik dan
benar agar penyembuhan luka perineum lebih cepat.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perawatan luka
perineum pada ibu nifas. Peneliti harus lebih memperhatikan kriteria
inklusi penelitiannya dan lebih memperhatikan teknik perawatan yang
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. Profil Kesehatan Medan. 2004
Departenem Kesehatan R.I. 2004. Laporan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
JNPK-KR
Dewi, Dina, dkk. 2011. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Kecepatan
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum di Seluruh Wilayah
Kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Jurusan
Keperawatan Falkultas Kedokteran Universitas Brawijaya
_____________________ , 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Hamilton, PM. 2002. Masa Kehamilan dan Persalinan. Alih Bahasa: Yasmin
Asih, Jakarta; EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta. Salemba Medika.
Johnson, Ruth. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Liu, David T.Y. 2008. Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas(Postpartum).
Jakarta: Trans Info Media
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
__________________, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
__________________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Pusdinakes. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Pusdinakes-WHO-JHPIEGD
2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Buku Acuan
Nasional
2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Buku Acuan Nasional
Rukiyah,et al. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta. Mitra
Pustaka
___________, 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).Yogyakarta.
Mitra Pustaka
Walsh. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP
_____________, 2007. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Dengan Hormat,
Nama Saya Vini Vidi Vici Sitinjak, sedang menjalani pendidikan di
program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Perawatan Luka Perineum
dengan Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan
Tahun 2013”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan
perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.
Terima kasih saya ucapakan kepada ibu yang telah bersedia berpartisipasi pada
penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini
diharapkan ibu bersedia untuk dilakukan observasi oleh peneliti.
Medan, 2013
Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(
INFORMED CONSENT
)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Paritas :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan
antara Perawatan Luka Perineum dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Nifas di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan Tahun 2013”.
Maka dengan ini saya secara sukarela dan tampa paksaan menyatakan bersedia
ikut serta dalam dalam penelitian tersebut.
Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, 2013
Responden
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Dengan Hormat,
Nama Saya Vini Vidi Vici Sitinjak, sedang menjalani pendidikan di
program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Perawatan Luka Perineum
dengan Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Martua Sudarlis Mandala Medan
Tahun 2013”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan
perawatan luka perineum terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.
Terima kasih saya ucapakan kepada ibu yang telah bersedia berpartisipasi pada
penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini
diharapkan ibu bersedia untuk dilakukan observasi oleh peneliti.
Medan, 2013
Peneliti