APLIKASI PUPUK DAUN ORGANIK
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT JABON
(
Anthocephalus cadamba
Roxb. Miq.)
SRI SUSANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
SRI SUSANTI. Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Dibimbing oleh ARUM SEKAR WULANDARI.
Bibit yang berkualitas baik mempunyai mutu genetik dan penampilan fisik yang baik seperti tinggi, diameter, daun yang segar, bebas dari hama dan penyakit. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik ialah melalui pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit jabon dengan aplikasi pupuk daun organik.
Penelitian dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan pada bibit jabon ialah pemberian pupuk daun organik, yaitu: pupuk X, Super-O, Saputra, dan Agrobost. Sebagai kontrol, bibit jabon tidak diberi pupuk daun organik. Pupuk daun disemprotkan pada bagian batang dan daun setiap 2 minggu sekali selama 16 minggu pengamatan. Peubah yang diamati ialah tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, nisbah pucuk akar, panjang akar, dan indeks mutu bibit.
Hasil penelitian menunjukkan dari 9 peubah yang diamati terdapat 7 peubah yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jabon, yaitu: tinggi, diameter, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, dan IMB. Pemberian pupuk daun organik Saputra memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam hal pertumbuhan tinggi yaitu 21,38 cm (peningkatannya 15,34%), diameter sebesar 3,59 mm (peningkatnnya 36,59%), berat basah pucuk seberat 18,78 g (peningkatannya 26,90%), berat basah akar seberat 7,74 g (peningkatannya 68,82%), berat kering pucuk seberat 3,13 g (peningkatannya 93,17%), berat kering akar seberat 1,91 g (peningkatannya 117,16%), dan nilai IMB sebesar 0,68 (peningkatannya 209,09%). Bibit jabon kontrol dan perlakuan mempunyai nilai NPA antara 1,54 2,23. Bibit jabon pada semua perlakuan memiliki panjang akar yang sama, tetapi memiliki jumlah akar yang berbeda. Bibit jabon yang disemprot dengan pupuk daun organik memiliki nilai indeks mutu bibit >0,09, artinya bibit jabon dapat bertahan apabila dipindahkan ke lapangan.
Summary
SRI SUSANTI.
Application of organic leaf fertilizer to increase growth of Anthocephalus cadamba (Roxb. Miq.) seeds. Supervised of ARUM SEKAR WULANDARI.Good quality seeds have a genetic quality and good physical appearance such as height, diameter, fresh leaves, free from pests and diseases. One of way to get good quality seeds is through fertilization. This Research aims to improve the quality of seeds jabon which is application organic leaf fertilizer.
This Research was conducted in greenhouses using Complete Randomized Design (RAL). The treatment given to the jabon seeds is organic fertilizer, that is X fertilizer, Super-O, Saputra, and Agrobost. As a control, the jabon seeds were not given organic leaf fertilizer. Leaf fertilizer is sprayed on the leaves and stem leaves every 2 weeks once during 16 weeks of observation. Parameter is observed is height, diameter of the stem, shoots and roots wet weight, shoots and roots dry weight, shoots ratio, root length, and the index of quality seeds.
The results showed that from there are 7 variables from 9 variables that significantly affect seeds growth jabon, that is height, diameter, shoots and roots wet weight, shoots and roots dry weight. Giving organic leaf fertilizer Saputra showed better growth than other treatments in terms of growth height seeds is 21,38 cm (increasing 15,34%), diameter is 3,59 mm (increasing 36,59%), shoots wet weight is 18,78 g (increasing 26,90%), roots wet weight is 7,74 g (increasing 68,82%), shoots dry weight is 3,13 g (increasing 93,17%), roots dry weight is 1,91 g (increasing 117,16%), and IMB 0,68 (increasing 209,09%). Seeds jabon control and treatment has NPA value between 1,54– 2,23. Jabon seeds have the same root length for all treatments, but it has different of roots number. Jabon seeds were sprayed with an organic leaf fertilizer have seed quality index value >0,09, it mean jabon seedlings can survive if it is removed to the field.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)
Nama Mahasiswa : Sri Susanti
NRP : E44080068
Menyetujui: Pembimbing
Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS NIP. 19660316 200604 2 003
Menyetujui:
Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB
Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP. 19601024 198403 1 009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada skripsi ini penulis membahas hasil penelitian mengenai “Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi, dan penyerapan air serta mineral dari dalam tanah. Pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan dengan penambahan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, salah satunya yaitu dengan pemupukan. Pemupukan yang ramah lingkungan sangat dianjurkan untuk digunakan oleh petani, karena tidak merusak lingkungan disekitarnya. Pupuk organik merupakan pupuk yang ramah lingkungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan pada umumnya.
Bogor, Juli 2012
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, dan ilmunya kepada penulis.
2. Ayahanda Bakhtiar Lubis, ibunda Painem, adinda Riyan Pradana, dan Nenek tercinta atas kasih sayang, perhatian dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Siak yang telah membiayai kuliah penulis selama di Institut Pertanian Bogor.
4. Staf, Pegawai, dan Dosen-dosen Departemen Silvikultur yang telah memberi bantuan dan ilmunya selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. 5. Staf dan teman-teman Laboratorium Kultur Jaringan (teh Puja, bi Ita, kak
Dita, kak Lilis, kak Arif, Revi) yang telah memberi bantuan, saran, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesikan penelitian ini.
6. Teman-teman BUD Kabupaten Siak angkatan 2008 (Diah, Ita, Astria, Yuyun, Rika, Taufik, Rio, Retno, Titi, Roma, Febi) yang telah memberikan motivasinya kepada penulis.
7. Sahabat (Khory, Mimi, Shinta, Novi, Putri, Dini, Nunu, Ida, Kiki, Hanny, Lia, Awang, Febri, Umar, Uan, Edo, dan Ageng) yang telah membantu dan memberi motivasinya kepada penulis.
8. Keluarga besar Silvikultur 45 yang telah menemani penulis selama kuliah di Institut Pertanian Bogor.
9. Keluarga besar Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB dan Tree Grower Community yang telah memberikan pengalaman berorganisasi kepada penulis.
10. Keluarga besar KPH Banyuwangi Barat.
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Siak, Riau pada tanggal 04 Juni 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bakhtiar Lubis dan Painem. Penulis mengawali pendidikan dasar di SD 042 Dayun dan tamat pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Dayun dan tamat pada tahun 2005, selanjutnya meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Dayun dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun 2008 juga, penulis diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah).
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai staf bidang pengembangan diri Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Riau (IKPMR) di Bogor tahun 2008/2009, staf Businees Developmenttahun 2009/2010 danProjec Divisiontahun 2010/2011Tree Grower Community (TGC), pada tahun 2010-2011 menjadi staf Pengkaderan dan Penguatan Organisasi Pengurus Cabang Sylva Indonesia (PCSI) IPB, dan pada tahun 2011/2012 sebagai Bendahara Umum 1 PCSI IPB, panitia Lomba Cepat Tepat Lingkungan Hidup (LCTLH) Jabodetabek tahun 2010, panitia Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) tahun 2010, panitia Belantara jurusan Silvikultur tahun 2011, panitia Seminar Nasional Jabon tahun 2011, panitia Semiloka Nasional Sylva Indonesia (SNSI) tahun 2011.
Kegiatan praktek yang telah dilakukan penulis di bidang kehutanan yaitu Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pangandaran dan Gunung Sawal pada tahun 2010, kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di KPH Banyuwangi Barat.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
II. METODE KEGIATAN 2.1 Lokasi dan waktu penelitian... 4
2.2 Alat dan bahanpenelitian...……… 4
2.3 Metode ... 4
2.3.1 Persiapan bahan ... 4
2.3.2 Tahapan penelitian ... 4
2.3.3 Peubah yang diamati ... 5
2.3.4 Pengolahan data ... 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil ... 9
3.2 Pembahasan ... 14
IV. KESIMPILAN... 19
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik
terhadapbibit jabon selama 4 bulan pengamatan………
8
2 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhann tinggi bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan……...
8
3 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhann
diameter bibit jabon di rumah kaca selama 4 bulan pengamatan……… 10 4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap berat basah
pucuk dan akar dan berat kering pucuk dan akar bibit jabon di rumah
kaca……….
11
5 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap IMB jabon di rumah kaca………..
13
6 Kandungan unsur hara yang terkandung di setiap pupuk daun organik yang digunakan untuk penyemprotan bibit jabon di rumah kaca ………
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Layout susunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; P=
pupuk-X; O= Super-O; S= Saputra; A= Agrobost)………..
5
2 Pertumbuhan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 16 minggu pengamatan.
9
3 Perbedaan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 16 minggu pengamatan……….
9
4 Pertumbuhan diameter bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 4 bulan pengamatan…..
10
5 Perbedaan besar diameter bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 4 bulan pengamatan…..
10
6 Perbandingan bibit jabon yang telah dipanen: A) Kontrol, B) Pupuk-X, C) Super-O, D) Saputra, E) Agrobost………...
12
7 Perbedaan panjang akar bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik pada akhir pengamatan……….
12
8 Nisbah pucuk akar bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik………...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jabon (Anthocephalus cdamba (Roxb.) Miq) merupakan salah satu tumbuhan lokal Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat (fast growing species) dan dapat tumbuh subur di hutan tropis. Tanaman jabon juga termasuk tanaman pionir dan dapat tumbuh di lahan terbuka atau kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu. Oleh karena itu, jabon dapat digunakan untuk berbagai tujuan di antaranya, penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang, dan pohon peneduh (Mulyanaet al. 2011).
Bibit jabon yang berkualitas baik dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan penanaman dan hasil yang baik. Ciri bibit jabon yang berkualitas baik ialah bibit yang memiliki mutu genetik dan penampilan fisik yang baik, seperti: tinggi 30 45 cm, diameter ±0,5 cm, umur 3 5 bulan, dan bibit bebas dari hama dan penyakit (Mansur dan Tuheteru 2010). Bibit yang berkualitas baik dapat diperoleh dengan perawatan yang optimal salah satunya dengan pemupukan.
Pemupukan tanaman jabon dapat dilakukan di persemaian maupun di lapangan. Pupuk yang sering digunakan untuk tanaman jabon ialah pupuk NPK (Mansur dan Tuheteru 2010). Menurut Mansur dan Surahman (2011), pemberian pupuk NPK pada tanaman jabon di lapangan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman jabon. Pupuk NPK tersebut ditebarkan di sekitar tanaman jabon. Pupuk yang ditebarkan di sekitar tanaman jabon akan diserap oleh akar tanaman, sehingga disebut dengan pupuk akar. Menurut Lingga dan Marsono (2011) kekurangan penggunaan pupuk pada akar antara lain: pupuk dapat tercuci oleh air dan terdapat beberapa unsur hara yang diikat oleh partikel tanah. Oleh karena itu, pemupukan lewat akar kurang maksimal diserap oleh akar tanaman. Untuk memaksimalkan penyerapan unsur hara oleh tanaman, maka pemupukan dapat dilakukan melalui daun atau disebut dengan pupuk daun.
akan menutup untuk mengurangi penguapan sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang terdapat di permukaan daun dapat masuk ke dalam jaringan daun dan unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga akan masuk bersamaan dengan air tersebut (Novizan 2005). Menurut Haryanti dan Meirina (2009), ada perbedaan lebar stomata pada saat pagi dan sore hari dengan saat siang hari, hal ini dikarenakan suhu pada siang hari relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pagi dan sore hari yaitu antara 30 35 C, sehingga stomata akan menutup sebagai respon tidak langsung terhadap keadaan rawan air dan laju transpirasi.
Pemupukan melalui daun memiliki kelebihan antara lain: dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan dengan pupuk akar, pemberiannya dapat dilakukan secara merata, kepekatannya dapat diatur sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Lingga dan Marsono 2011). Pupuk daun terdapat dua jenis yaitu pupuk daun organik dan pupuk daun anorganik.
kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Untuk menjaga agar tanah tidak rusak dan tanaman dapat menyerap unsur hara secara maksimal, pemupukan dapat dilakukan melalui daun dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk daun organik yang diaplikasikan melalui daun biasanya dalam bentuk cair.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit jabon dengan aplikasi pupuk daun organik. Pupuk daun organik yang digunakan ialah Saputra, Super-O, Agrobost, dan pupuk X. Saputra, Super-O, dan Agrobost merupakan naman dagang pupuk daun organik yang sudah beredar di pasaran, sedangkan pupuk X merupakan pupuk daun organik yang masih dalam tahap uji coba.
1.3 Manfaat penelitian
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca bagian Silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama bulan Pebruari sampai dengan Juni 2012.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, sprayer, spidol putih, penggaris, kaliper,tally sheet, kamera, dan gembor. Bahan yang digunakan adalah: bibit jabon, pupuk X, Agrobost, Saputra, dan Super-O; dan media tanam (tanah dan sekam).
2.3 Metode
2.3.1 Persiapan Bahan
Bibit jabon.Bibit jabon yang digunakan berumur 4 minggu. Bibit dibeli dari agen bibit yang terletak di jalan Cifor.
Media tanam. Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah dan arang sekam. Tanah yang digunakan ialah tanah yang gembur dan telah diayak. Tanah dan arang sekam tersebut diaduk di atas terpal dengan perbandingan 3:1.
Pupuk. Pupuk daun organik yang digunakan pada penelitian ini ada 4 macam nama dagang yaitu: pupuk X, Saputra, Super-O, dan Agrobost. Konsentrasi pupuk X yang digunakan ialah 5 ml/l air, pupuk Saputra 10 g bubuk + 10 g kristal/l air, pupuk Super-O 2 ml/l air, dan pupuk Agrobost 5 ml/l air. Pupuk disiapkan sesaat sebelum diaplikasikan ke daun jabon.
2.3.2 Tahapan penelitian
bibit jabon disemprot dengan pupuk X; (3) bibit jabon disemprot dengan pupuk Super-O; (4) bibit jabon disemprot dengan pupuk Saputra; (5) bibit jabon disemprot dengan pupuk Agrobost. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 bibit jabon. Penyemprotan pupuk dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB.
A-2 P-3 S-9 K-2 O-10
Gambar 1 Layoutsusunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; P= pupuk-X; O= Super-O; S= Saputra; A= Agrobost)
Bibit jabon disiram sehari dua kali yaitu pada pagi hari dan sore hari. Bibit jabon juga dipelihara dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh, membersihkan daun yang kering, dan mengendalikan serangan hama. Serangan hama ulat dikendalikan secara manual dengan cara mematikan ulat yang memakan daun.
2.3.3 Peubah yang diamati Tinggi bibit (cm)
Pengukuran tinggi bibit tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang yang telah diberi tanda hingga batas titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan seminggu sekali mulai dari awal pemindahan bibit hingga akhir pengamatan (16 minggu).
Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan kaliper. Pengukuran dilakukan 1 bulan sekali selama 4 bulan. Untuk menghindari kesalahan pengukuran, bagian yang diukur ditandai dengan cat berwarna merah. Berat basah dan berat kering tanaman
dari media tanam, kemudian akar dicuci dari media tanam yang menempel. Setelah bersih bagian akar dan pucuk dipisahkan. Pucuk dan akar kemudian ditimbang berat basahnya. Berat basah pucuk dan akar dijumlahkan untuk mendapatkan berat basah total, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 700C selama 96 jam untuk mendapatkan berat keringnya. Berat kering total diperoleh dengan cara menjumlahkan berat kering pucuk dan akar.
Panjang akar (cm)
Pengambilan data panjang akar dilakukan di akhir pengamatan. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah akar dibersihkan, kemudian akar diukur dengan menggunakan penggaris. Pengkuran dilakukan dari leher akar sampai ujung akar yang terpanjang.
Peningkatan pertumbuhan (%)
Peningkatan pertumbuhan dihitung apabila terdapat perbedaan nyata setiap peubah dari semua perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Peningkatan pertumbuhan= Perlakuan
Kontrol X 100% 100 Nisbah pucuk akar
Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk dengan bobot kering akar.
NPA =Berat kering bagian pucuk (g) Berat kering bagian akar (g) Indeks Mutu Bibit (IMB)
Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Adapun formula untuk menghitungnya ialah sebagai berikut (Dicksonet al.1960 dalam Putri 2008):
Indeks mutu bibit = Berat Kering Total Kekokohan+NPA Kekokohan= Tinggi bibit (cm)
Diameter batang (mm)
2.3.4 Pengolahan Data
perbedaan nyata, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari lima perlakuan yaitu: kontrol, pupuk-X, Super-O, Saputra, dan Agrobost. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 bibit jabon. Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan untuk penelitian ini, menurut Walpole RE (1992) yaitu:
Yij= μ + αi+ εij
Yij : Pengamatan pada perlakuan pupuk ke-i dan ulangan ke-j μ : Nilai rata-rata umum
αi : Pengaruh perlakuan pupuk jenis ke-i
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah pucuk akar (NPA), dan indeks mutu bibit (IMB). Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian pupuk daun organik terhadap peubah yang diamati.
Tabel 3 Hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap bibit jabon selama 4 bulan pengamatan
No Peubah F-value Pr>F
1 Tinggi bibit * 0,0462
2 Diameter batang * 0,0027
3 Berat basah pucuk * 0,0375
4 Berat basah akar * 0,0066
5 Berat kering pucuk * 0,0062
6 Berat kering akar * 0,0051
7 NPA tn 0,7293
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%
Pertumbuhan Tinggi Bibit Jabon (cm)
Bibit jabon yang beri perlakuan pupuk daun organik Saputra menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 21,38 cm dengan peningkatan 15,34% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian pupuk daun organik Agrobost menunjukkan pertumbuhan tinggi yang sama dengan kontrol yaitu 17,20 cm (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhan tinggi bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan
Peralakuan Pertumbuhan tinggi (cm) Peningkatan tinggi (%)
Kontrol 18,53b
-Pupuk X 19,93ab 7,50
Super-O 20,15ab 8,73
Saputra 21,38a 15,34
Agrobost 17,20b -7,22
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%
0 5 10 15 20 25 30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
T
in
g
g
i
(c
m
)
Minggu
Peralakuan Pertumbuhan diameter (mm) Peningkatan diameter (%)
Kontrol 2,62c
-Pupuk X 2,78bc 6,18
Super-O 3,53a 34,49
Saputra 3,59a 36,59
Agrobost 3,28ab 25,14
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
0 1 2 3 4
Di
am
et
er
(
m
m
)
bulan
Berat Basah/ Kering Pucuk dan Akar Bibit Jabon (g)
Bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik Saputra menghasilkan berat basah pucuk yang paling berat yaitu 18,78 g jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan peningkatan sebesar 26,90% dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Agrobost menunjukkan berat basah pucuk yang sama dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik menunjukkan berat kering pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit jabon yang tanpa pemberian pupuk daun organik (kontrol). Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra menunjukkan berat basah pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 3,13 g dengan peningkatan sebesar 121,99% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap berat basah pucuk dan akar dan berat kering pucuk dan akar bibit jabon di rumah kaca
Peralakuan Berat basah pucuk
Pupuk X 16,39ab 10,79 6,40ab 39,46
Super-O 16,70ab 12,84 7,15a 55,89
Saputra 18,78a 26,90 7,74a 68,82
Agrobost 14,50b -1,98 5,34bc 16,50
Berat kering pucuk
Super-O 2,54ab 80,14 1,14ab 29,55
Saputra 3,13a 121,99 1,91a 117,05
Agrobost 2,14bc 51,77 1,16bc 31,82
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%
lebih tinggi dibandingkan sebesar 117,05% dibandingk memiliki jumlah akar yang b
Gambar 6 Perbandingan bibit jab Saputra, E) Agrobost
Panjang Akar Bibit Jabon Bibit jabon dari setiap Penyemprotan pupuk daun o bibit jabon (Gambar 4), tetap
Gambar 8 Perbedaan panjang ak organik pada akhir pe gkan dengan kontrol. Bibit jabon pada setiap perla g berbeda-beda (Gambar 6).
jabon yang telah dipanen: A) kontrol, B) Pupuk-X, C) Super-st
on (cm)
ap perlakuan memiliki panjang akar yang berbeda-n orgaberbeda-nik tidak berpeberbeda-ngaruh berbeda-nyata terhadap paberbeda-njaberbeda-ng tapi berpengaruh nyata terhadap jumlah akar (Tabe
Nisbah Pucuk Akar (NPA) IMB yang lebih tinggi dari (kontrol). Bibit jabon yang Agrobost menunjukkan nil perlakuan lainnya. Bibit ja Saputra memiliki nilai IMB dibandingkan dengan kont penyemprotan pupuk daun dengan peningkatan sebesar
Tabel 7 Pengaruh penyemprotan terhadap IMB jabon d
Angka yang diikuti oleh huruf yan perlakuan tidak berbeda nyata pad
pucuk akar bibit jabon yang diberi perlakuan emprotan pupuk daun organik
)
iberi perlakuan pupuk daun organik menunjukkan ri pada tanpa pemberian perlakuan pupuk daun org ng disemprot dengan pupuk daun organik Saputra nilai IMB yang paling tinggi dibandingkan de jabon yang diberi penyemprotan pupuk daun org MB yaitu 0,68 dengan peningkatan sebesar 209
Kandungan Unsur Hara Setiap Pupuk
Kandungan unsur hara setiap jenis pupuk dunn organik berbeda-beda. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pupuk daun organik Saputra memiliki kandungan unsur hara N dan P yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pupuk X memiliki kandungan unsur hara K yang lebih tinggi dibandingkan lainnya, sedangkan pupuk daun organik Super-O memiliki kandingan unsur hara C-organik yang lebih tinggi dibandingkan lainnya. Pupuk daun organik Agrobost memiliki kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Tabel 7 Kandungan unsur hara yang terkandung di setiap pupuk daun organik yang digunakan
untuk penyemprotan bibit jabon di rumah kaca
No Unsur hara(%) Jenis pupuk daun organik
Saputra Pupuk-X Agrobost Super-O
1 Nitrogen (N) 10,37 2,72 - 6,00
2 Posfor (P) 7,06 0,15 0,003 2,00
3 Kalium (K) 6,57 148,18 0,17 0,19
4 Corganik 1,27 0,33 0,95 8,37
5 Magnesium (Mg) 4,16 5x10-4 -
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produktivitasnya. Unsur hara dapat diperoleh salah satunya dari pupuk yang diberikan pada tanaman. Penggunaan pupuk daun organik pada bibit jabon dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian Fattah (2010), penggunaan pupuk daun organik Saputra dapat mengurangi dosis penggunaan pupuk NPK sekitar 50% dari paket pemupukan yang direkomendasikan di Kabupaten Pangkep.
Bibit jabon yang akan ditanam di lapangan harus memiliki kriteria mutu fisik, fisiologis, dan genetik yang baik. Penilaian fisiologis dan genetik sulit untuk dilakukan oleh petani, sehingga bibit yang akan ditanam oleh petani di lapangan dinilai hanya dari mutu fisiknya diantaranya: tinggi bibit, diameter batang, dan kondisi bibit yang bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, dari 9 peubah mutu fisik yang diamati, terdapat 7 peubah yang berpengaruh nyata terhadap penyemprotan pupuk daun organik pada bibit jabon. Peubah yang berpengaruh nyata di antaranya, ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, serta IMB. Pengamatan pertumbuhan yang tidak berpengaruh nyata, yaitu panjang akar dan NPA.
meningkatkan pertumbuhan bibit Pinus radiata pada tanah padat/kompak (Simcocket al.2006).
Tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang lebih mudah dilihat langsung. Pertumbuhan tinggi tanaman harus diimbangi dengan pertumbuhan diameter agar tanaman tidak mudah roboh. Pertumbuhan tinggi dan diameter mempengaruhi berat basah dan kering pucuk, karena pucuk tanaman terdiri dari bagian tanaman yang terletak pada bagian atas dari media tanamnya. Apabila pertumbuhan tinggi dan diameter mengalami peningkatan, maka berat basah dan kering bagian pucuk juga akan meningkat. Berat kering tanaman merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit, karena berat kering tanaman dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Menurut Putri dan Nurhasybi (2010), berat kering total mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik (unsur hara, air, dan karbohidrat), semakin tinggi berat kering total tanaman menunjukkan semakin baik pertumbuhan bibitnya.
melalui daun dapat meningkatkan hasil fotosintesis karena unsur hara langsung diserap oleh daun dan digunakan untuk proses fotosintesis, sehingga persediaan makanan yang disalurkan ke seluruh bagian tanaman dapat terpenuhi dengan cepat.
Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara bagian pucuk tanaman dengan bagian akar tanaman. Mutu bibit tanaman hutan dapat dinilai dengan melihat mutu fisiknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati parameter pertumbuhan bibit yang kemudian digunakan untuk menghitung kekokohan, indeks mutu bibit, dan NPA (Junaedi 2009). Parameter tersebut untuk melihat ketahanan bibit pada saat ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam di lapangan sebaiknya memiliki batang yang kokoh dan NPA yang seimbang. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar menyerap air dan hara dari tanah untuk mengimbangi laju fotosintesis dan transpirasi pada pucuk. Pertumbuhan tanaman yang baik ditunjukkan dengan nilai NPA yang seimbang (Handayani 2011). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi NPA antara lain: sifat genetik tanaman, ketersediaan unsur hara, dan persaingan cahaya (Mokany et al. 2006). Pada penelitian ini, pemberian pupuk organik pada bibit jabon tidak berpengaruh nyata terhadap peubah nisbah pucuk akar, tetapi kelima perlakuan mempunyai nilai NPA yang memenuhi kritreria mutu fisik yang dapat dipindahkan ke lapangan.
Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk organik Super-O menunjukkan pertumbuhan diameter dan berat basah akar yang sama baiknya dengan bibit yang diberi pupuk daun organik Saputra. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara C-organik dari pupuk Super-O lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk lainnya yang digunakan dalam penelitian ini.
Bibit jabon yang diberi pupuk X menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, berat basah/kering pucuk dan akar yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk daun Saputra dan Super-O. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara N dan P yang terdapat pada pupuk X lebih rendah dibandingkan dengan pupuk Saputra dan Super-O. Pupuk X memiliki kandungan unsur hara K yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk daun lainnya yaitu sebesar 148.18%. Unsur hara K berfungsi untuk meningkatkan kerja enzim, mentranslokasi gula dan pati, meningkatkan kandungan pati dan protein pada tanaman, dan menghambat perkembangan penyakit pada tanaman (Gowariker 2009). Pada saat tanaman masih berupa bibit, fase pertumbuhan generatif belum berlangsung, sehingga penggunaan pupuk X belum maksimal untuk tanaman yang masih berupa bibit. Apabila tanaman telah berada pada fase perkembangan generatif, maka penggunaan pupuk X mungkin akan lebih terlihat pengaruhnya terhadap tanaman yang dipupuk. Sebagai contoh, tanaman kenikir (Tagetes erecta) yang diberi pupuk dengan kandungan K yang lebih tinggi akan mengakibatkan tanaman tersebut lebih cepat berbunga (Pratiwi 2003).
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Akmad S. 2002. Tanggap pertumbuhan dan produkasi nilam (Pogostemon cablin Benth.) terhadap pupuk daun organik [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Fahmi I. 2010. Aplikasi pupuk majemuk NPK dan kompos terhadap peningkatan pertumbuhan semai kayu afrika di media tanam tailing tambang emas [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Fattah A. 2010. Efektivitas pupuk organik Saputra pada tanaman jagung. Prosiding
Pekan Serealia Nasional; Sulawesi Selatan, 29 Mar 2010. Sulawesi Selatan(ID):
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta(ID): PT RajaGrafindi Persada.
Handayani S. 2011. Pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan beberapa pohon kehutanan pada kondisi tergenang [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta(ID): Akademika Pressindo.
Hartatik W, Setyorini D, Suriadikarta DA. 2004. Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik. Bogor(ID): Balai Penelitian Tanah.
Haryanti S, Meirina T. (2009). Optimalisasi pembukaan porus stomata daun kedelai (Glycine max (L) merril) pada pagi hari dan sore. Jurnal BIOMA 11(1):18-23.
Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Malang(ID): IKIP Semarang Press.
Jumin HB. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta(ID): PT RajaGrafindo Persada.
Junaedi A. 2009. Pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon (Anthocephalus cadamba) di polibag dan politub.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(1):15-21.
Lingga P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Mansur I, Surahman. 2011. Respon tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap pemupukan lanjutan (NPK). Jurnal Silvikultur Tropika3(01):71-77.
Mardiana S, Syahputra E. 2009. Pengaruh pemberuan pupuk Saputra (plant liquid) dan limbah sludge industry kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama.Jurnal Agrobio01(01):11-22.
Mengel K, Kirkby EA. 2001. Principles of Plant Nutritions. Netherlands: Kluwer Academic.
Mokany K, Raison RJ, Prokushkin NS. 2006. Critical analysis of root:shoot rations in terrestrial biomes. Journal Global Change Biology12:84-96.
Mulaya D, Asmahrahman C, Fahmi I. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam Kayu Jabon. Jakarta(ID): AgroMedia Pustaka.
Nahampun R. 2009. Pengaruh pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman kakao di Pre-Nursery [skripsi]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Ningsih EW. 2007. Penggunaan fungi mikoriza arbuskula dan vermikompos untuk meningkatkan pertumbuhan semai jati muna [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi COD. 2003. Pengaruh konsentrasi pupuk daun Hyponex dan Gandasil D terhadap pertumbuhan dua kultivar tanaman Tagetes erecta L [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Panjaitan E. 2005. Pengaruh pupuk cair trace nutrient fertilizer (TNF) dan zat pengatur tumbuh (ZPT) atonik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kopi (Coffea Arabica) di polibag. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 3(2):9-13.
Putri KP, Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(3):141-146.
Putri AI. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman21(1):1-8.
Scowcroft PG, Silva JA. 2005. Effects of phosphorus fertilization, seed source, and soil type on growth of Acacia koa. Journal of Plant Nutrition 28:1581-1603.
Sutedjo MM. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta(ID): Rineka Cipta.
Yuniarti N, Heryati Y, Rostiwati T. 2004. Pengaruh media tanam dan frekuensi pemupukan kompos terhadap pertumbuhan dan mutu bibit dammar (Agathis loranthifoliaSalisb.). Jurnal Agronomi9(2):59-66.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jabon (Anthocephalus cdamba (Roxb.) Miq) merupakan salah satu tumbuhan lokal Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat (fast growing species) dan dapat tumbuh subur di hutan tropis. Tanaman jabon juga termasuk tanaman pionir dan dapat tumbuh di lahan terbuka atau kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu. Oleh karena itu, jabon dapat digunakan untuk berbagai tujuan di antaranya, penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang, dan pohon peneduh (Mulyanaet al. 2011).
Bibit jabon yang berkualitas baik dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan penanaman dan hasil yang baik. Ciri bibit jabon yang berkualitas baik ialah bibit yang memiliki mutu genetik dan penampilan fisik yang baik, seperti: tinggi 30 45 cm, diameter ±0,5 cm, umur 3 5 bulan, dan bibit bebas dari hama dan penyakit (Mansur dan Tuheteru 2010). Bibit yang berkualitas baik dapat diperoleh dengan perawatan yang optimal salah satunya dengan pemupukan.
Pemupukan tanaman jabon dapat dilakukan di persemaian maupun di lapangan. Pupuk yang sering digunakan untuk tanaman jabon ialah pupuk NPK (Mansur dan Tuheteru 2010). Menurut Mansur dan Surahman (2011), pemberian pupuk NPK pada tanaman jabon di lapangan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman jabon. Pupuk NPK tersebut ditebarkan di sekitar tanaman jabon. Pupuk yang ditebarkan di sekitar tanaman jabon akan diserap oleh akar tanaman, sehingga disebut dengan pupuk akar. Menurut Lingga dan Marsono (2011) kekurangan penggunaan pupuk pada akar antara lain: pupuk dapat tercuci oleh air dan terdapat beberapa unsur hara yang diikat oleh partikel tanah. Oleh karena itu, pemupukan lewat akar kurang maksimal diserap oleh akar tanaman. Untuk memaksimalkan penyerapan unsur hara oleh tanaman, maka pemupukan dapat dilakukan melalui daun atau disebut dengan pupuk daun.
akan menutup untuk mengurangi penguapan sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang terdapat di permukaan daun dapat masuk ke dalam jaringan daun dan unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga akan masuk bersamaan dengan air tersebut (Novizan 2005). Menurut Haryanti dan Meirina (2009), ada perbedaan lebar stomata pada saat pagi dan sore hari dengan saat siang hari, hal ini dikarenakan suhu pada siang hari relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pagi dan sore hari yaitu antara 30 35 C, sehingga stomata akan menutup sebagai respon tidak langsung terhadap keadaan rawan air dan laju transpirasi.
Pemupukan melalui daun memiliki kelebihan antara lain: dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan dengan pupuk akar, pemberiannya dapat dilakukan secara merata, kepekatannya dapat diatur sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Lingga dan Marsono 2011). Pupuk daun terdapat dua jenis yaitu pupuk daun organik dan pupuk daun anorganik.
kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Untuk menjaga agar tanah tidak rusak dan tanaman dapat menyerap unsur hara secara maksimal, pemupukan dapat dilakukan melalui daun dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk daun organik yang diaplikasikan melalui daun biasanya dalam bentuk cair.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit jabon dengan aplikasi pupuk daun organik. Pupuk daun organik yang digunakan ialah Saputra, Super-O, Agrobost, dan pupuk X. Saputra, Super-O, dan Agrobost merupakan naman dagang pupuk daun organik yang sudah beredar di pasaran, sedangkan pupuk X merupakan pupuk daun organik yang masih dalam tahap uji coba.
1.3 Manfaat penelitian
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca bagian Silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama bulan Pebruari sampai dengan Juni 2012.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, sprayer, spidol putih, penggaris, kaliper,tally sheet, kamera, dan gembor. Bahan yang digunakan adalah: bibit jabon, pupuk X, Agrobost, Saputra, dan Super-O; dan media tanam (tanah dan sekam).
2.3 Metode
2.3.1 Persiapan Bahan
Bibit jabon.Bibit jabon yang digunakan berumur 4 minggu. Bibit dibeli dari agen bibit yang terletak di jalan Cifor.
Media tanam. Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah dan arang sekam. Tanah yang digunakan ialah tanah yang gembur dan telah diayak. Tanah dan arang sekam tersebut diaduk di atas terpal dengan perbandingan 3:1.
Pupuk. Pupuk daun organik yang digunakan pada penelitian ini ada 4 macam nama dagang yaitu: pupuk X, Saputra, Super-O, dan Agrobost. Konsentrasi pupuk X yang digunakan ialah 5 ml/l air, pupuk Saputra 10 g bubuk + 10 g kristal/l air, pupuk Super-O 2 ml/l air, dan pupuk Agrobost 5 ml/l air. Pupuk disiapkan sesaat sebelum diaplikasikan ke daun jabon.
2.3.2 Tahapan penelitian
bibit jabon disemprot dengan pupuk X; (3) bibit jabon disemprot dengan pupuk Super-O; (4) bibit jabon disemprot dengan pupuk Saputra; (5) bibit jabon disemprot dengan pupuk Agrobost. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 bibit jabon. Penyemprotan pupuk dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB.
A-2 P-3 S-9 K-2 O-10
Gambar 1 Layoutsusunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; P= pupuk-X; O= Super-O; S= Saputra; A= Agrobost)
Bibit jabon disiram sehari dua kali yaitu pada pagi hari dan sore hari. Bibit jabon juga dipelihara dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh, membersihkan daun yang kering, dan mengendalikan serangan hama. Serangan hama ulat dikendalikan secara manual dengan cara mematikan ulat yang memakan daun.
2.3.3 Peubah yang diamati Tinggi bibit (cm)
Pengukuran tinggi bibit tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang yang telah diberi tanda hingga batas titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan seminggu sekali mulai dari awal pemindahan bibit hingga akhir pengamatan (16 minggu).
Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan kaliper. Pengukuran dilakukan 1 bulan sekali selama 4 bulan. Untuk menghindari kesalahan pengukuran, bagian yang diukur ditandai dengan cat berwarna merah. Berat basah dan berat kering tanaman
dari media tanam, kemudian akar dicuci dari media tanam yang menempel. Setelah bersih bagian akar dan pucuk dipisahkan. Pucuk dan akar kemudian ditimbang berat basahnya. Berat basah pucuk dan akar dijumlahkan untuk mendapatkan berat basah total, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 700C selama 96 jam untuk mendapatkan berat keringnya. Berat kering total diperoleh dengan cara menjumlahkan berat kering pucuk dan akar.
Panjang akar (cm)
Pengambilan data panjang akar dilakukan di akhir pengamatan. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah akar dibersihkan, kemudian akar diukur dengan menggunakan penggaris. Pengkuran dilakukan dari leher akar sampai ujung akar yang terpanjang.
Peningkatan pertumbuhan (%)
Peningkatan pertumbuhan dihitung apabila terdapat perbedaan nyata setiap peubah dari semua perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Peningkatan pertumbuhan= Perlakuan
Kontrol X 100% 100 Nisbah pucuk akar
Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk dengan bobot kering akar.
NPA =Berat kering bagian pucuk (g) Berat kering bagian akar (g) Indeks Mutu Bibit (IMB)
Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Adapun formula untuk menghitungnya ialah sebagai berikut (Dicksonet al.1960 dalam Putri 2008):
Indeks mutu bibit = Berat Kering Total Kekokohan+NPA Kekokohan= Tinggi bibit (cm)
Diameter batang (mm)
2.3.4 Pengolahan Data
perbedaan nyata, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari lima perlakuan yaitu: kontrol, pupuk-X, Super-O, Saputra, dan Agrobost. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 bibit jabon. Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan untuk penelitian ini, menurut Walpole RE (1992) yaitu:
Yij= μ + αi+ εij
Yij : Pengamatan pada perlakuan pupuk ke-i dan ulangan ke-j μ : Nilai rata-rata umum
αi : Pengaruh perlakuan pupuk jenis ke-i
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah pucuk akar (NPA), dan indeks mutu bibit (IMB). Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian pupuk daun organik terhadap peubah yang diamati.
Tabel 3 Hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap bibit jabon selama 4 bulan pengamatan
No Peubah F-value Pr>F
1 Tinggi bibit * 0,0462
2 Diameter batang * 0,0027
3 Berat basah pucuk * 0,0375
4 Berat basah akar * 0,0066
5 Berat kering pucuk * 0,0062
6 Berat kering akar * 0,0051
7 NPA tn 0,7293
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%
Pertumbuhan Tinggi Bibit Jabon (cm)
Bibit jabon yang beri perlakuan pupuk daun organik Saputra menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 21,38 cm dengan peningkatan 15,34% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian pupuk daun organik Agrobost menunjukkan pertumbuhan tinggi yang sama dengan kontrol yaitu 17,20 cm (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhan tinggi bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan
Peralakuan Pertumbuhan tinggi (cm) Peningkatan tinggi (%)
Kontrol 18,53b
-Pupuk X 19,93ab 7,50
Super-O 20,15ab 8,73
Saputra 21,38a 15,34
Agrobost 17,20b -7,22
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%
0 5 10 15 20 25 30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
T
in
g
g
i
(c
m
)
Minggu
Peralakuan Pertumbuhan diameter (mm) Peningkatan diameter (%)
Kontrol 2,62c
-Pupuk X 2,78bc 6,18
Super-O 3,53a 34,49
Saputra 3,59a 36,59
Agrobost 3,28ab 25,14
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
0 1 2 3 4
Di
am
et
er
(
m
m
)
bulan
Berat Basah/ Kering Pucuk dan Akar Bibit Jabon (g)
Bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik Saputra menghasilkan berat basah pucuk yang paling berat yaitu 18,78 g jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan peningkatan sebesar 26,90% dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Agrobost menunjukkan berat basah pucuk yang sama dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik menunjukkan berat kering pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit jabon yang tanpa pemberian pupuk daun organik (kontrol). Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra menunjukkan berat basah pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 3,13 g dengan peningkatan sebesar 121,99% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap berat basah pucuk dan akar dan berat kering pucuk dan akar bibit jabon di rumah kaca
Peralakuan Berat basah pucuk
Pupuk X 16,39ab 10,79 6,40ab 39,46
Super-O 16,70ab 12,84 7,15a 55,89
Saputra 18,78a 26,90 7,74a 68,82
Agrobost 14,50b -1,98 5,34bc 16,50
Berat kering pucuk
Super-O 2,54ab 80,14 1,14ab 29,55
Saputra 3,13a 121,99 1,91a 117,05
Agrobost 2,14bc 51,77 1,16bc 31,82
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%
lebih tinggi dibandingkan sebesar 117,05% dibandingk memiliki jumlah akar yang b
Gambar 6 Perbandingan bibit jab Saputra, E) Agrobost
Panjang Akar Bibit Jabon Bibit jabon dari setiap Penyemprotan pupuk daun o bibit jabon (Gambar 4), tetap
Gambar 8 Perbedaan panjang ak organik pada akhir pe gkan dengan kontrol. Bibit jabon pada setiap perla g berbeda-beda (Gambar 6).
jabon yang telah dipanen: A) kontrol, B) Pupuk-X, C) Super-st
on (cm)
ap perlakuan memiliki panjang akar yang berbeda-n orgaberbeda-nik tidak berpeberbeda-ngaruh berbeda-nyata terhadap paberbeda-njaberbeda-ng tapi berpengaruh nyata terhadap jumlah akar (Tabe
Nisbah Pucuk Akar (NPA) IMB yang lebih tinggi dari (kontrol). Bibit jabon yang Agrobost menunjukkan nil perlakuan lainnya. Bibit ja Saputra memiliki nilai IMB dibandingkan dengan kont penyemprotan pupuk daun dengan peningkatan sebesar
Tabel 7 Pengaruh penyemprotan terhadap IMB jabon d
Angka yang diikuti oleh huruf yan perlakuan tidak berbeda nyata pad
pucuk akar bibit jabon yang diberi perlakuan emprotan pupuk daun organik
)
iberi perlakuan pupuk daun organik menunjukkan ri pada tanpa pemberian perlakuan pupuk daun org ng disemprot dengan pupuk daun organik Saputra nilai IMB yang paling tinggi dibandingkan de jabon yang diberi penyemprotan pupuk daun org MB yaitu 0,68 dengan peningkatan sebesar 209
Kandungan Unsur Hara Setiap Pupuk
Kandungan unsur hara setiap jenis pupuk dunn organik berbeda-beda. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pupuk daun organik Saputra memiliki kandungan unsur hara N dan P yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pupuk X memiliki kandungan unsur hara K yang lebih tinggi dibandingkan lainnya, sedangkan pupuk daun organik Super-O memiliki kandingan unsur hara C-organik yang lebih tinggi dibandingkan lainnya. Pupuk daun organik Agrobost memiliki kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Tabel 7 Kandungan unsur hara yang terkandung di setiap pupuk daun organik yang digunakan
untuk penyemprotan bibit jabon di rumah kaca
No Unsur hara(%) Jenis pupuk daun organik
Saputra Pupuk-X Agrobost Super-O
1 Nitrogen (N) 10,37 2,72 - 6,00
2 Posfor (P) 7,06 0,15 0,003 2,00
3 Kalium (K) 6,57 148,18 0,17 0,19
4 Corganik 1,27 0,33 0,95 8,37
5 Magnesium (Mg) 4,16 5x10-4 -
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produktivitasnya. Unsur hara dapat diperoleh salah satunya dari pupuk yang diberikan pada tanaman. Penggunaan pupuk daun organik pada bibit jabon dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian Fattah (2010), penggunaan pupuk daun organik Saputra dapat mengurangi dosis penggunaan pupuk NPK sekitar 50% dari paket pemupukan yang direkomendasikan di Kabupaten Pangkep.
Bibit jabon yang akan ditanam di lapangan harus memiliki kriteria mutu fisik, fisiologis, dan genetik yang baik. Penilaian fisiologis dan genetik sulit untuk dilakukan oleh petani, sehingga bibit yang akan ditanam oleh petani di lapangan dinilai hanya dari mutu fisiknya diantaranya: tinggi bibit, diameter batang, dan kondisi bibit yang bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, dari 9 peubah mutu fisik yang diamati, terdapat 7 peubah yang berpengaruh nyata terhadap penyemprotan pupuk daun organik pada bibit jabon. Peubah yang berpengaruh nyata di antaranya, ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, serta IMB. Pengamatan pertumbuhan yang tidak berpengaruh nyata, yaitu panjang akar dan NPA.
meningkatkan pertumbuhan bibit Pinus radiata pada tanah padat/kompak (Simcocket al.2006).
Tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang lebih mudah dilihat langsung. Pertumbuhan tinggi tanaman harus diimbangi dengan pertumbuhan diameter agar tanaman tidak mudah roboh. Pertumbuhan tinggi dan diameter mempengaruhi berat basah dan kering pucuk, karena pucuk tanaman terdiri dari bagian tanaman yang terletak pada bagian atas dari media tanamnya. Apabila pertumbuhan tinggi dan diameter mengalami peningkatan, maka berat basah dan kering bagian pucuk juga akan meningkat. Berat kering tanaman merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit, karena berat kering tanaman dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Menurut Putri dan Nurhasybi (2010), berat kering total mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik (unsur hara, air, dan karbohidrat), semakin tinggi berat kering total tanaman menunjukkan semakin baik pertumbuhan bibitnya.
melalui daun dapat meningkatkan hasil fotosintesis karena unsur hara langsung diserap oleh daun dan digunakan untuk proses fotosintesis, sehingga persediaan makanan yang disalurkan ke seluruh bagian tanaman dapat terpenuhi dengan cepat.
Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara bagian pucuk tanaman dengan bagian akar tanaman. Mutu bibit tanaman hutan dapat dinilai dengan melihat mutu fisiknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati parameter pertumbuhan bibit yang kemudian digunakan untuk menghitung kekokohan, indeks mutu bibit, dan NPA (Junaedi 2009). Parameter tersebut untuk melihat ketahanan bibit pada saat ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam di lapangan sebaiknya memiliki batang yang kokoh dan NPA yang seimbang. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar menyerap air dan hara dari tanah untuk mengimbangi laju fotosintesis dan transpirasi pada pucuk. Pertumbuhan tanaman yang baik ditunjukkan dengan nilai NPA yang seimbang (Handayani 2011). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi NPA antara lain: sifat genetik tanaman, ketersediaan unsur hara, dan persaingan cahaya (Mokany et al. 2006). Pada penelitian ini, pemberian pupuk organik pada bibit jabon tidak berpengaruh nyata terhadap peubah nisbah pucuk akar, tetapi kelima perlakuan mempunyai nilai NPA yang memenuhi kritreria mutu fisik yang dapat dipindahkan ke lapangan.
Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk organik Super-O menunjukkan pertumbuhan diameter dan berat basah akar yang sama baiknya dengan bibit yang diberi pupuk daun organik Saputra. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara C-organik dari pupuk Super-O lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk lainnya yang digunakan dalam penelitian ini.
Bibit jabon yang diberi pupuk X menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, berat basah/kering pucuk dan akar yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk daun Saputra dan Super-O. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara N dan P yang terdapat pada pupuk X lebih rendah dibandingkan dengan pupuk Saputra dan Super-O. Pupuk X memiliki kandungan unsur hara K yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk daun lainnya yaitu sebesar 148.18%. Unsur hara K berfungsi untuk meningkatkan kerja enzim, mentranslokasi gula dan pati, meningkatkan kandungan pati dan protein pada tanaman, dan menghambat perkembangan penyakit pada tanaman (Gowariker 2009). Pada saat tanaman masih berupa bibit, fase pertumbuhan generatif belum berlangsung, sehingga penggunaan pupuk X belum maksimal untuk tanaman yang masih berupa bibit. Apabila tanaman telah berada pada fase perkembangan generatif, maka penggunaan pupuk X mungkin akan lebih terlihat pengaruhnya terhadap tanaman yang dipupuk. Sebagai contoh, tanaman kenikir (Tagetes erecta) yang diberi pupuk dengan kandungan K yang lebih tinggi akan mengakibatkan tanaman tersebut lebih cepat berbunga (Pratiwi 2003).
BAB IV KESIMPULAN
APLIKASI PUPUK DAUN ORGANIK
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT JABON
(
Anthocephalus cadamba
Roxb. Miq.)
SRI SUSANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR PUSTAKA
Akmad S. 2002. Tanggap pertumbuhan dan produkasi nilam (Pogostemon cablin Benth.) terhadap pupuk daun organik [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Fahmi I. 2010. Aplikasi pupuk majemuk NPK dan kompos terhadap peningkatan pertumbuhan semai kayu afrika di media tanam tailing tambang emas [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Fattah A. 2010. Efektivitas pupuk organik Saputra pada tanaman jagung. Prosiding
Pekan Serealia Nasional; Sulawesi Selatan, 29 Mar 2010. Sulawesi Selatan(ID):
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta(ID): PT RajaGrafindi Persada.
Handayani S. 2011. Pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan beberapa pohon kehutanan pada kondisi tergenang [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta(ID): Akademika Pressindo.
Hartatik W, Setyorini D, Suriadikarta DA. 2004. Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik. Bogor(ID): Balai Penelitian Tanah.
Haryanti S, Meirina T. (2009). Optimalisasi pembukaan porus stomata daun kedelai (Glycine max (L) merril) pada pagi hari dan sore. Jurnal BIOMA 11(1):18-23.
Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Malang(ID): IKIP Semarang Press.
Jumin HB. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta(ID): PT RajaGrafindo Persada.
Junaedi A. 2009. Pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon (Anthocephalus cadamba) di polibag dan politub.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(1):15-21.
Lingga P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Mansur I, Surahman. 2011. Respon tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap pemupukan lanjutan (NPK). Jurnal Silvikultur Tropika3(01):71-77.
Mardiana S, Syahputra E. 2009. Pengaruh pemberuan pupuk Saputra (plant liquid) dan limbah sludge industry kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama.Jurnal Agrobio01(01):11-22.
Mengel K, Kirkby EA. 2001. Principles of Plant Nutritions. Netherlands: Kluwer Academic.
Mokany K, Raison RJ, Prokushkin NS. 2006. Critical analysis of root:shoot rations in terrestrial biomes. Journal Global Change Biology12:84-96.
Mulaya D, Asmahrahman C, Fahmi I. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam Kayu Jabon. Jakarta(ID): AgroMedia Pustaka.
Nahampun R. 2009. Pengaruh pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman kakao di Pre-Nursery [skripsi]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Ningsih EW. 2007. Penggunaan fungi mikoriza arbuskula dan vermikompos untuk meningkatkan pertumbuhan semai jati muna [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi COD. 2003. Pengaruh konsentrasi pupuk daun Hyponex dan Gandasil D terhadap pertumbuhan dua kultivar tanaman Tagetes erecta L [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Panjaitan E. 2005. Pengaruh pupuk cair trace nutrient fertilizer (TNF) dan zat pengatur tumbuh (ZPT) atonik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kopi (Coffea Arabica) di polibag. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 3(2):9-13.
Putri KP, Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(3):141-146.
Putri AI. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman21(1):1-8.
Scowcroft PG, Silva JA. 2005. Effects of phosphorus fertilization, seed source, and soil type on growth of Acacia koa. Journal of Plant Nutrition 28:1581-1603.
Sutedjo MM. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta(ID): Rineka Cipta.
Yuniarti N, Heryati Y, Rostiwati T. 2004. Pengaruh media tanam dan frekuensi pemupukan kompos terhadap pertumbuhan dan mutu bibit dammar (Agathis loranthifoliaSalisb.). Jurnal Agronomi9(2):59-66.
RINGKASAN
SRI SUSANTI. Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Dibimbing oleh ARUM SEKAR WULANDARI.
Bibit yang berkualitas baik mempunyai mutu genetik dan penampilan fisik yang baik seperti tinggi, diameter, daun yang segar, bebas dari hama dan penyakit. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik ialah melalui pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit jabon dengan aplikasi pupuk daun organik.
Penelitian dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan pada bibit jabon ialah pemberian pupuk daun organik, yaitu: pupuk X, Super-O, Saputra, dan Agrobost. Sebagai kontrol, bibit jabon tidak diberi pupuk daun organik. Pupuk daun disemprotkan pada bagian batang dan daun setiap 2 minggu sekali selama 16 minggu pengamatan. Peubah yang diamati ialah tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, nisbah pucuk akar, panjang akar, dan indeks mutu bibit.
Hasil penelitian menunjukkan dari 9 peubah yang diamati terdapat 7 peubah yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jabon, yaitu: tinggi, diameter, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, dan IMB. Pemberian pupuk daun organik Saputra memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam hal pertumbuhan tinggi yaitu 21,38 cm (peningkatannya 15,34%), diameter sebesar 3,59 mm (peningkatnnya 36,59%), berat basah pucuk seberat 18,78 g (peningkatannya 26,90%), berat basah akar seberat 7,74 g (peningkatannya 68,82%), berat kering pucuk seberat 3,13 g (peningkatannya 93,17%), berat kering akar seberat 1,91 g (peningkatannya 117,16%), dan nilai IMB sebesar 0,68 (peningkatannya 209,09%). Bibit jabon kontrol dan perlakuan mempunyai nilai NPA antara 1,54 2,23. Bibit jabon pada semua perlakuan memiliki panjang akar yang sama, tetapi memiliki jumlah akar yang berbeda. Bibit jabon yang disemprot dengan pupuk daun organik memiliki nilai indeks mutu bibit >0,09, artinya bibit jabon dapat bertahan apabila dipindahkan ke lapangan.
Summary
SRI SUSANTI.
Application of organic leaf fertilizer to increase growth of Anthocephalus cadamba (Roxb. Miq.) seeds. Supervised of ARUM SEKAR WULANDARI.Good quality seeds have a genetic quality and good physical appearance such as height, diameter, fresh leaves, free from pests and diseases. One of way to get good quality seeds is through fertilization. This Research aims to improve the quality of seeds jabon which is application organic leaf fertilizer.
This Research was conducted in greenhouses using Complete Randomized Design (RAL). The treatment given to the jabon seeds is organic fertilizer, that is X fertilizer, Super-O, Saputra, and Agrobost. As a control, the jabon seeds were not given organic leaf fertilizer. Leaf fertilizer is sprayed on the leaves and stem leaves every 2 weeks once during 16 weeks of observation. Parameter is observed is height, diameter of the stem, shoots and roots wet weight, shoots and roots dry weight, shoots ratio, root length, and the index of quality seeds.
The results showed that from there are 7 variables from 9 variables that significantly affect seeds growth jabon, that is height, diameter, shoots and roots wet weight, shoots and roots dry weight. Giving organic leaf fertilizer Saputra showed better growth than other treatments in terms of growth height seeds is 21,38 cm (increasing 15,34%), diameter is 3,59 mm (increasing 36,59%), shoots wet weight is 18,78 g (increasing 26,90%), roots wet weight is 7,74 g (increasing 68,82%), shoots dry weight is 3,13 g (increasing 93,17%), roots dry weight is 1,91 g (increasing 117,16%), and IMB 0,68 (increasing 209,09%). Seeds jabon control and treatment has NPA value between 1,54– 2,23. Jabon seeds have the same root length for all treatments, but it has different of roots number. Jabon seeds were sprayed with an organic leaf fertilizer have seed quality index value >0,09, it mean jabon seedlings can survive if it is removed to the field.