PENENTUAN LOKASI LAYANAN KESEHATAN TERDEKAT
BERBASIS
CELLULAR NETWORK IDENTIFICATION
CHAIRIL AKBAR
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENENTUAN LOKASI LAYANAN KESEHATAN TERDEKAT
BERBASIS
CELLULAR NETWORK IDENTIFICATION
CHAIRIL AKBAR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer pada
Departemen Ilmu Komputer
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
CHAIRIL AKBAR. Nearest Healthcare Services Location Identification Based on Cellular Network Identification. Under the guidance of SRI WAHJUNI.
Location Based Services is service that uses the location of the target for adding value to the service. There are several methods for finding location of a device, they are Global Positioning System (GPS), Cell identification, WiFi identification. This research implemented cell identification method for location identification. Cell identification is a method to get target position by determining the base station position that served the cellular phone (proximity sensing). Once the cell id of the base transceiver station was obtained, the cell id was converted into related latitude and longitude using filtered database from www.opencellid.org. The location presented by those latitude and longitude was displayed in a map using google static maps. As an added value service, health care services around that location will be provided. Our experiments showed that the average respond time of system for find location of target was 8.23 second. For some streets, the result were not available due to the limitation of the database.
Dosen Penguji :
Judul : Penentuan Lokasi Layanan Kesehatan Terdekat Berbasis Cellular Network Identification Nama : Chairil Akbar
NIM : G64060278
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Sti Wahjuni M.T NIP 19680501 200501 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Ilmu Komputer
Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. NIP. 19601126 198601 2 001
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga tugas akhir dengan judul Penentuan Lokasi Layanan Kesehatan Berbasis Cellular Network Identification dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari 2010 sampai dengan Desember 2010, bertempat di Departemen Ilmu Komputer.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada 1. Ibu dan Ayah serta seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan dan doanya,
2. Ibu Ir. Sri Wahjuni M.T atas saran, bimbingan dan kesabarannya selama proses penelitian dan penulisan karya ilmiah ini berlangsung,
3. Hendra Rahmawan, S.Kom, M.T dan Hari Agung Adrianto, S.Kom, M. Si atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan masukannya terhadap penelitian dan karya ilmiah ini,
4. Dosen-dosen Ilmu Komputer atas ilmu yang telah diberikan baik itu ilmu pengetahuan yang memperkaya pemikiran maupun ilmu lain yang memperkaya hati,
5. Aditya Wahyu Aminurrahim, Berwanman Wendy Gideon Munthe, Eli Mulyati, Indyastari Citraningtyas, Mutiara Rasvanelin dan Rangga Wibawa selaku teman satu bimbingan yang saling memberi semangat dan saran,
6. Syamsul Arifin yang memberikan tutorial dan referensi dalam menyelesaikan penelitian ini, 7. Sahabat-sahabat Ilmu Komputer 43 yang tak pernah berhenti memberikan kepercayaan dan
dukungan kepada penulis sepenuhnya,
8. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu. Terima kasih banyak. Akhir kata, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat. Amin.
Bogor, Januari 2011
RIWAYAT HIDUP
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... v
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 1
Ruang Lingkup ... 1
Manfaat ... 1
TINJAUANPUSTAKA Context Aware System ... 1
Location Based Services... 2
Location ... 2
Proximity Sensing... 2
Cell Global Identity(CGI) ... 3
J2ME ... 3
Google Static Maps API ... 4
Jarak Euclidean ... 4
METODEPENELITIAN Studi Pustaka ... 4
Analisis Permasalahan ... 4
Perancangan ... 5
Impelementasi ... 7
Pengujian ... 10
Analisis Kinerja ... 10
HASILDANPEMBAHASAN Pengujian ... 10
Analisis Kinerja ... 10
KESIMPULANDANSARAN Kesimpulan ... 10
Saran ... 11
DAFTARPUSTAKA ... 11
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Keterangan lokasi ... 10
2 Hasil uji waktu respon ... 10
3 Presentase hasil uji ketersediaan ... 11
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Arsitektur context aware system ... 1
2 Context-aware services dan location based services ... 2
3 Proximity sensing ... 3
4 Metode penelitian ... 4
5 Arsitektur sistem ... 5
6 Sequence diagram proses identifikasi cell id ... 6
7 Sequence diagram proses menampilkan peta ... 6
8 Perancangan database ... 6
9 Perancangan antarmuka ... 7
10 Diagram alir sistem ... 8
11 Antarmuka main menu form ... 9
12 Antarmuka map form ... 9
13 Antarmuka list form ... 9
14 Antarmuka info form ... 9
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Contoh format cell id ... 14
2 Data objek pada tabel cellid ... 14
3 Data objek pada tabel health_care ... 14
4 Contoh database layanan kesehatan ... 14
5 Contoh database cell id ... 14
6 Contoh database cell id www.opencellid.org ... 15
7 Hasil peta pengujian waktu respon aplikasi ... 16
8 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Pajajaran ... 16
9 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Ir. H. Juanda ... 17
10 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Kapten Muslihat ... 17
11 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Merdeka ... 17
12 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Soleh Iskandar ... 17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang terdapat pada telepon selular saat ini sangat pesat. Telepon selular sekarang tidak lagi hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mendukung kehidupan manusia sehari-hari. Telepon selular kini sudah dilengkapi dengan berbagai fitur yang sesuai selera dan kebutuhan pengguna. Salah satu fitur yang berkembang saat ini adalah Global Positioning System (GPS) untuk mencari posisi telepon selular berada dengan teknologi satelit.
Location Based Services (LBS) adalah mekanisme layanan yang menyediakan informasi tentang lokasi (Sunyoto 2009). GPS merupakan salah satu perangkat yang terkenal untuk mengimplementasikan LBS. Salah satu contoh aplikasi yang menerapkan LBS adalah mobile map explorer untuk informasi wisata kotamadya Yogyakarta (Yosie 2008). Perangkat GPS sudah banyak terpasang pada telepon selular yang berada di pasaran saat ini. Tetapi tidak semua telepon selular memiliki perangkat GPS untuk menentukan posisi. Metode lain untuk menentukan posisi suatu telepon selular adalah dengan mengidentifikasi base transceiver station (BTS) yang terhubung pada telepon selular tersebut (Proximity Sensing).
Penelitian ini menggunakan metode identifikasi base transceiver station dari telepon selular untuk menampilkan posisi BTS dalam peta. Sebagai informasi tambahan akan dicari layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi yang diperoleh dan menampilkannya ke dalam peta.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan cellular networks identification dari telepon selular untuk menampilkan posisi base transceiver station sebagai posisi telepon selular. Kemudian mencari layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi tersebut dan menampilkannya ke peta.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah :
1. Telepon selular yang memiliki java framework.
2. Database lokasi cell id yang digunakan diperoleh dari http://www.opencellid.org
3. Database layanan kesehatan diperoleh dari data penelitian Kusumasari (2009). 4. Jaringan seluler yang digunakan untuk
pengujian adalah jaringan GSM.
5. Peta yang digunakan adalah google static maps.
Manfaat Penelitian
Pemanfaatan cellular networks indentification untuk menentukan lokasi pengguna berada dan menampilkan layanan kesehatan yang berada di sekitar pengguna diharapkan dapat membantu pengguna untuk memilih rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat.
TINJAUAN PUSTAKA
Context Aware System
Context adalah segala bentuk informasi yang dapat digunakan untuk memberikan ciri pada situasi dari sebuah entitas. Entitas dapat berupa orang, tempat, atau benda yang relevan dengan interaksi antara pengguna dengan aplikasi, termasuk pengguna dan aplikasi itu sendiri (Dey 2001).
Sistem yang dapat dikatakan sebagai context aware system adalah sistem yang mampu menggunakan context yang bertujuan untuk mengadaptasikan layanan yang berdasarkan situasi dan kebutuhan pengguna (Dockhorn et.al 2005).
Arsitektur umum dari context-aware system dapat dilihat pada Gambar 1 (Cadiz et.al. 2008)
Keterangan Gambar 1 sebagai berikut :
Context Discovery merupakan proses mengekstrak, mengumpulkan dan menyederhanakan context ke dalam format yang lebih berguna bagi sistem.
2 Context Management disebut juga tahap
reasoning, karena pada tahap ini masalah yang terjadi akibat kontradiksi context dipecahkan
Active context adalah context yang sedang terjadi pada saat tertentu sebagai hasil dari context management yang bersifat konsisten pada saat run-time
Behaviour Adaptation adalah proses menyesuaikan sistem dengan context yang sedang terjadi (active context).
Location Based Services (LBS)
Location based services (LBS) adalah services yang menggunakan lokasi target untuk menambahkan nilai pada services tersebut, dimana target adalah entitas yang akan dilokasikan (Kupper 2005).
LBS sering dianggap sebagai subset spesial dari context-aware services. Secara umum, context aware service didefinisikan sebagai services yang secara otomatis menyesuaikan perilaku services tersebut, misalnya, menyaring atau menyajikan informasi untuk satu atau beberapa parameter yang mencerminkan context dari target. Parameter – parameter ini disebut context information. Context ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu primary context dan secondary context. Primary context adalah context yang terdiri atas berbagai jenis data mentah yang dapat diperoleh dari sensor, seperti sensor cahaya, microphones, accelerometers, sensor lokasi, dan sebagainya. Data mentah ini kemudian dapat diolah dengan kombinasi, deduksi, atau filtering dalam rangka memperoleh informasi high-level context yang disebut secondary context. Kedudukan LBS dalam context aware services dapat dilihat pada Gambar 2.
LBS dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu reactive LBS dan proactive LBS. Reactive
LBS selalu secara eksplisit diaktifkan oleh pengguna. Interaksi LBS dengan pengguna adalah pertama pengguna menjalankan sebuah service dan membangun service session. Kemudian pengguna meminta fungsi tertentu atau informasi, di manapun service mendapatkan data lokasi, memproses permintaan tersebut dan mengembalikan hasil yang bergantung kepada lokasi tersebut kepada pengguna, sebagai contoh list dari restoran terdekat. Di sisi lain, Proactive LBS secara otomatis diinisialisasi segera setelah sebuah standard location event terjadi, sebagai contoh, jika pengguna memasuki, mendekati, atau meninggalkan titik tertentu atau pengguna mendekati, bertemu atau meniggalkan target lain. Sebagai contoh, sebuah panduan wisata elektronik yang memberitahukan wisatawan melalui SMS segera setelah mereka mendekati sebuah kawasan tertentu (Kupper 2005).
Location
Lokasi terbagi menjadi 2 kategori yaitu, physical location dan virtual location.
Physical location adalah lokasi yang dikaitkan dengan suatu tempat di dunia nyata. Sebagai contoh, jika seseorang membuat janji, biasanya mereka setuju bertemu di suatu tempat tertentu seperti kafe, bandara, halte dan sebagainya.
virtual location memiliki pengertian lain dan merujuk kepada suatu tempat pertemuan virtual, sebagai contoh, sebuah web site, chat room, atau tempat bermain beberapa pemain yang bermain game online (Kupper 2005).
Lokasi dapat dinyatakan dalam bentuk data spasial atau deskripsi teks. Posisi spasial dapat dinyatakan menggunakan latitude, longitude dan altitude. Latitude dinyatakan dalam nilai 0-90 derajat utara atau selatan dari garis khatulistiwa. Longitude dinyatakan dengan nilai 0 – 180 derajat timur atau barat dari prime meridian. Prime meridian adalah sebuah garis virtual yang melewati sebuah kota bernama Greenwich di Inggris. Altitude menyatakan tinggi permukaan dari permukaan laut. Deskripsi teks biasanya digunakan untuk menyatakan jalan, kota, kode pos dan lain-lain (Sunyoto 2009).
Proximity Sensing
Proximity sensing adalah metode untuk mendapatkan posisi target dengan menentukan posisi base station yang menerima sinyal dari target atau sinyalnya digunakan oleh target. Posisi base station yang diketahui secara Gambar 2 Context-aware services dan location
3 sederhana diasumsikan sebagai posisi target.
Ilustrasi proximity sensing dapat dilihat pada Gambar 3 (Kupper 2005).
Cell Global Identity (CGI)
CGI adalah sebuah identitas (ID) yang unik dari cell – cell dalam suatu jaringan selular. CGI terdiri atas Mobile Country Code(MCC), Mobile Network Code (MNC), Location Area Code (LAC), Cell Id (Riswan 2008).
Mobile Country Code (MCC) adalah identifikasi suatu Negara dengan menggunakan 3 digit. Tiga digit MCC ini merupakan bagian dari format penomoran IMSI (International Mobile Subscriber Identity). Nomor MCC untuk Negara Indonesia adalah 510 (Riswan 2008).
Mobile Network Code (MNC) adalah dua digit yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah mobile network. Kombinasi MCC dan MNC akan menghasilkan nomor unik di seluruh dunia. Beberapa MNC yang ada di Indonesia adalah 01 untuk PT Satelindo, 10 untuk Telkomsel , dan 11 untuk PT Excelcomindo Excelcom (Riswan 2008).
Location Area Code adalah identifikasi yang digunakan untuk menunjukkan kumpulan dari beberapa cell (Riswan 2008).
Cell ID adalah nomor unik dari GSM cell untuk operator tertentu. Sebuah telepon selular selalu terhubung pada sebuah cell, dengan mengetahui nomor tersebut bisa diketahui sebuah cell dan dari posisi cell tersebut bisa diketahui dimana telepon selular tersebut berada (www.opencellid.org).
Contoh format cell global identity dapat dilihat pada Lampiran 1.
J2ME
Java 2 Micro Edition (J2ME) adalah plat-form yang dirancang untuk mengembangkan aplikasi pada perangkat elektronik yang berukuran kecil dan memiliki keterbatasan memori seperti telepon selular, pager, personal digital assistant (PDA) dan sejenisnya (Deitel & Deitel 2004).
Menurut Johanes (2010), Java Micro Edition terdiri atas :
1. Configuration
Merupakan fitur minimal dari java runtime, berisi kumpulan library yang dapat digunakan di berbagai jenis perangkat. Untuk menjamin portabilitas dan interopabilitas di antara berbagai jenis perangkat, configuration hanya mempunyai fitur minimal dari teknologi java. Ada 2 jenis configuration pada Java ME, yaitu :
1. Connected Device Configuration (CDC) CDC ditujukan untuk perangkat yang memiliki memori minimal 2 MB. Contoh: Internet TV, High End PDAs, Sistem navigasi pada mobil, dan lain lain. CDC tidak mempergunakan standar JVM (Java Virtual Machine) melainkan CVM (Compact Virtual Machine).
2. Connected Limited Device Configuration (CLDC)
CLDC merupakan subset dari CDC. CLDC ditujukan untuk perangkat yang memiliki memori dan tampilan yang terbatas. Contoh: Pager, Mobile Phone, low end PDA, dll. CLDC mempergunakan KVM (Kernel Virtual Machine). CLDC hanya GCF (Generic Connection Framework).
2. Profile
Merupakan kumpulan library dan fitur tambahan untuk kategori perangkat tertentu. Di profile terdapat library untuk tampilan, penyimpanan data, dll. Profile yang paling terkenal yang dikeluarkan oleh Sun adalah MIDP (Mobile Information Device Profile). MIDP hanya dapat digunakan di perangkat CLDC, sedangkan CDC mempunyai profile-nya sendiri seperti foundation dan personal profile Base Station
Target Signal
4
Google Static Maps API
Google Static Maps API mengembalikan sebuah image (baik bertipe GIF, PNG atau JPEG) untuk merespon HTTP request melalui sebuah URL. Untuk setiap permintaan, pengguna dapat menentukan lokasi dari peta, ukuran gambar, tingkat zoom, jenis peta, dan penanda sebuah lokasi dalam peta.
Format URL untuk google static maps API mengikuti :
http://maps.google.co.id/maps/api/staticmap ?parameter
Parameter yang dikirim untuk mendefinisikan sebuah peta adalah sebagai berikut:
1. Location Parameter
Center : mendefinisikan pusat peta, parameter ini mengambil sebuah lokasi sebagai pasangan {latitude, longitude} yang dipisahkan oleh sebuah koma. Zoom : mendefinisikan tingkat zoom dari
peta, yang menentukan tingkat perbesaran dari peta. Parameter ini mengambil nilai numerik.
2. Map Parameter
Size : mendefinisikan dimensi segi empat dari gambar peta. Parameter ini mengambil format horizontal pixel X vertical pixel. Sebagai contoh, 500x400 yang berarti lebar 500 pixel dan tinggi 400 pixel.
3. Feature Parameter
Markers : mendefinisikan satu atau lebih penanda untuk melampirkan gambar pada lokasi yang ditentukan. Parameter ini membutuhkan definisi penanda tunggal dengan parameter yang dipisahkan oleh sebuah karakter (|). 4. Report Parameter
Sensor : menentukan apakah aplikasi meminta peta statis menggunakan sensor untuk menentukan lokasi pengguna.
Jarak Euclidean
Metode Euclidean adalah metode pengukuran jarak antara dua objek berdasarkan akar jumlah kuadrat jarak kedua objek. Metode pengukuran jarak Euclidean menetapkan bahwa jarak antara objek A ke objek B adalah sama dengan jarak objek B ke objek A. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung jarak Euclidean adalah sebagai berikut : Jika objek A
memiliki koordinat (x1,x2,…,xn) dan objek B
memiliki koordinat (y1,y2,…,yn), maka jarak
Euclidean kedua objek dapat dilihat pada Rumus i (Ratnasari 2008) :
� , = 1− 1
2+ 1− 1 2+⋯
+( � − �)2 (1)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu studi pustaka, analisis permasalahan, perancangan, implementasi, pengujian, analisis kinerja. Alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Studi Pustaka
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan literatur dan informasi yang berhubungan dengan location based services, cell identification dan j2me, yang berupa buku, jurnal, ebook ataupun artikel.
Analisis Permasalahan
Perkembangan teknologi saat ini semakin maju, salah satu teknologi yang sekarang berkembang pesat adalah penentuan lokasi dimana kita berada. Pada saat keadaan darurat penentuan lokasi khususnya untuk di jalan akan sangat bermanfaat, contohnya untuk mencari lokasi layanan kesehatan terdekat dari lokasi kita. Solusi yang terkenal digunakan adalah Global Positioning System atau lebih dikenal dengan GPS. GPS dapat menentukan lokasi device berada dengan menggunakan teknologi satelit.
5 Alternatif lain untuk menentukan lokasi
sebuah device khususnya untuk telepon selular adalah dengan mengidentifikasi base transceiver station (BTS) yang terhubung dengan telepon selular saat ini. Tetapi kelemahan dari identifikasi BTS ini adalah akurasinya yang lebih kecil dibandingkan dengan GPS.
Perancangan
Tahap ini terdiri atas beberapa perancangan yang dilakukan yaitu, perancangan arsitektur, perancangan proses, perancangan database, perancangan antarmuka.
1. Perancangan Arsitektur
Aplikasi ini dibuat mengikuti arsitektur three tier yaitu terdiri atas sisi client, web server, dan database server. Client berfungsi sebagai presentation tier, web server berfungsi sebagai application tier, dan database server berfungsi sebagai data tier.
Komponen pertama adalah client yang berupa telepon selular dimana aplikasi ini berjalan. Client mendapatkan cell id dari BTS yang melayani client saat itu.
Komponen kedua adalah server. Server terdiri atas dua yaitu web server dan google map server. Web server berfungsi sebagai aplikasi untuk memproses data lokasi dan data layanan kesehatan berdasarkan cell id yang dikirimkan oleh client. Google map server berfungsi sebagai API untuk mendapatkan peta lokasi cell id berada. Koneksi client dengan server terjadi melalui GPRS.
Komponen ketiga adalah database server. Database server berfungsi untuk menyimpan data cell id dan data layanan kesehatan. Arsitektur sistem dapat dilihat pada Gambar 5.
2. Perancangan Proses
Proses dimulai ketika aplikasi mengidentifikasi cell id. Sebelum client mengirim cell id ke web server, terjadi proses httphandshake antara client dan web server. Cell id dikirim sebagai parameter ke web server untuk mendapatkan data lokasi, kemudian dari data lokasi tersebut akan diperoleh data layanan kesehatan yang berada di sekitar lokasi. Proses mendapatkan data lokasi dan layanan kesehatan dilakukan oleh web server dengan melakukan kueri ke database server. Proses mendapatkan data lokasi dan data layanan kesehatan dilakukan sekaligus pada web server agar koneksi client dengan web server hanya dilakukan sekali pada awal aplikasi berjalan. Selanjutnya web server mengirim kembali hasil proses tersebut ke telepon selular client dengan berupa format xml.
Client untuk mendapatkan data lokasi dan data layanan kesehatan dari database server harus melalui web server. Hal tersebut dilakukan karena client menggunakan httprequest untuk mendapatkan sebuah data. Jadi data dari database server diproses terlebih dahulu oleh web server agar dapat digunakan oleh client.
Proses ini dapat dilihat melalui sequence diagram pada Gambar 6.
Proses kedua adalah menampilkan peta (Gambar 7). Proses ini terjadi jika proses
Gambar 5 Arsitektur sistem. Client
Data rumah sakit GPRS
6 atau saat client sudah memiliki data lokasi yang
ingin dikirim. Aplikasi akan mengirimkan request kepada google map server dengan parameter lokasi cell id (latitude dan longitude) untuk mendapatkan peta static yang akan ditampilkan di telepon selular .
3. Perancangan database
Entitas dalam sistem ini terdiri atas dua Perancangan database dapat dilihat pada Gambar 8.
Database digunakan untuk menyimpan data cell id dan data layanan kesehatan. Database yang digunakan terdiri atas 2 tabel, yaitu tbl_cellid dan tbl_healthcare.
Tbl_cellid terdiri atas lima kolom, yaitu kolom cellId, longitude, latitude, LAC, MNC. Kolom cellId berisi nomor Id dari cell yang berada di Indonesia. Kolom latitude dan longitude berisi nilai koordinat peta dunia. Kolom LAC berisi nilai Location Area Code dari cell id. Kolom MNC berisi nilai Mobile Network Code yang menunjukkan jaringan provider yang digunakan. Data objek dari tbl_cellid dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tbl_healthcare terdiri atas lima kolom, yaitu Name, Latitude, Longitude, Address, dan Phone. Kolom Name berisi nama-nama layanan kesehatan yang ada di bogor dari data penelitian Kusumasari (2009). Kolom latitude dan longitude berisi nilai koordinat peta dari layanan kesehatan. Address berisi alamat dari layanan kesehatan. Kolom phone berisi nomor telepon dari layanan kesehatan. Data objek dari tbl_healthcare dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 7 Sequence Diagram proses
menampilkan peta
Gambar 6 Sequence Diagram proses identifikasi cellid
Gambar 8 Perancangan database Terdapat
1
7 4. Perancangan Antarmuka
Perancangan antarmuka pada penelitian ini lebih difokuskan kepada antarmuka di sisi client Antarmuka yang akan dibuat terdiri atas beberapa halaman dan tiap halaman memliki tiga bagian, yaitu bagian judul, bagian layar utama, dan bagian menu.
Bagian judul akan berisi nama halaman yang sedang kita lihat. Bagian layar utama berisi informasi utama yang akan ditampilkan dari tiap halaman. Terakhir, bagian menu terdiri atas 2, yaitu menu 1 dan menu 2. Bagian menu ini akan berisi perintah yang bisa dilakukan di halaman tersebut. Perancangan antarmuka di sisi client dapat dilihat pada Gambar 9
Implementasi
1. Implementasi Perangkat Keras
Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam pengembangan aplikasi ini adalah : Sistem Operasi : Windows 7 profesional. Harddisk : 160 GB
Memory RAM : 2 GB
Processor : Intel (R) Pentium (R) Dual CPU T3400 @ 2.16 GHz.
2. Implementasi Perangkat Lunak
Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan untuk mengimplementasikan kode program sebagai berikut :
Aplikasi telepon selular : - Bahasa pemrograman : Java - Framework : Java 2 Micro Edition - Editor : Netbeans 6.8.
3. Implementasi identifikasi lokasi
Modul identifikasi cell id di implementasikan menggunakan fungsi system.getProperty(“com.nokia.mi
d.cellid”) yang ada di j2ME.
Hasil dari identifikasi cell id ini disimpan ke dalam variabel yang bertipe data string. Kemudian variabel ini dikirim sebagai parameter ke web server menggunakan fungsi httpconnection untuk mendapatkan informasi lokasi dan data layanan kesehatan.
Cell id akan diproses oleh web server sebagai kueri ke database server. Hasil kueri cell id dari database server berupa latitude dan longitude posisi cell id tersebut di peta. Latitude dan longitude hasil kueri cell id digunakan kembali sebagai kueri ke database server untuk mendapatkan data layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi tersebut. Hasil kueri cell id dan posisi disusun ke dalam bentuk XML agar aplikasi client lebih mudah untuk menggunakannya. Proses ini ditunjukkan oleh Gambar 10 bagian 1, 2, dan 3.
4. Implementasi mendapatkan list layanan kesehatan
Proses ini ditunjukkan oleh Gambar 10 bagian 3. Modul list layanan kesehatan diimplementasikan pada web server. Setelah lokasi cell id (dalam hal ini latitude dan longitude) diperoleh maka akan dilakukan perhitungan jarak antara latitude, longitude cell id dengan semua latitude dan longitude layanan kesehatan yang ada di database. Perhitungan jarak yang digunakan adalah perhitungan jarak Euclidean menggunakan persamaan (1) dengan koordinat yang memiliki dua dimensi yaitu objek A adalah (x1,x2) dan objek B adalah (y1,y2). Dengan demikian persamaan menjadi
Jarak = ( 1− 1)2+ ( 2− 2)2 , Hasil dari perhitungan jarak tersebut difilter dengan sebuah threshold. Hasil dengan nilai kurang dari threshold akan dikeluarkan sebagai hasil kueri. Threshold yang digunakan adalah 0.015 dengan pertimbangan jarak tersebut Gambar 9 Perancangan antarmuka
Judul
8 masih dalam peta berukuran panjang 240 pixel
dan tinggi 260 pixel serta level zoom adalah 14.
5. Implementasi menampilkan peta
Proses ini ditunjukkan oleh Gambar 10 bagian 4. Modul menampilkan peta diimplementasikan menggunakan google static maps API. Hasil yang dikembalikan oleh google
static map API adalah berupa image dengan tipe PNG. Parameter yang digunakan adalah :
1. lokasi berupa (latitude,longitude) cell id, dihasilkan adalah peta static. Ukuran 240 x 260 pixel digunakan karena sesuai dengan ukuran layar pada emulator yang digunakan untuk pembangunan sistem. Zoom 14 digunakan dengan pertimbangan pada tingkat perbesaran tersebut informasi jalan protokol yang dihasilkan peta dapat terlihat jelas.
6. Implementasi database
Database cell id dan layanan kesehatan diimplementasikan dengan database MySQL. Data cell id diperoleh dari http://www.opencellid.org berupa file excel. Data dari http://www.opencellid.org terdiri atas 12 kolom, yaitu id, lat, lon, mcc, mnc, lac, cellid, range, nbSamples, created_at, updated_at. Sebelum data tersebut dimasukkan ke dalam database, dilakukan praproses terlebih dahulu, yaitu menghapus kolom yang tidak diperlukan, kolom yang dihapus adalah id, range, nbSamples, create_at, update_at, Range. Kemudian file diubah menjadi CSV, dan memuat file CSV tersebut ke MySQL dengan
kueri “LOAD DATA INFILE '/path/db_name.csv' into table db_name FIELDS TERMINATED BY ',' ENCLOSED '"' LINES TERMINATED BY '\n'; ”. Data posisi layanan kesehatan diperoleh dari data penelitian Kusumasari (2009). Contoh database cell id dan layanan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Contoh data cell id yang didapat dari http://www.opencellid.org dapat dilihat pada Lampiran 6.
7. Implementasi antarmuka
Implementasi antarmuka aplikasi client menggunakan library Lightweight User Interface Toolkit (LWUIT) (Knudsen 2008). Aplikasi ini terdiri atas 4 form, yaitu main menu form, map form, list form, dan info form.
Main menu form berisi Mobile Location di bagian judul. Bagian layar utama berisi dua buah tombol bergambar yang masing-masing akan menampilkan map form dan list form jika Gambar 10 Diagram alir sistem
Tidak
Dapatkan data layanan kesehatan berdasarkan latitude dan longitude
9 dipilih. Di bagian menu terdapat menu exit
untuk keluar dari aplikasi.
Antarmuka main menu form dapat dilihat pada Gambar 11.
Map form di bagian judul berisi “MAP”. Bagian layar utama berisi image peta yang diperoleh dari google map. Pada bagian menu terdapat menu exit dan menu show list.
Antarmuka map form dapat dilihat pada Gambar 12.
List form berisi “Health Care” di bagian judul. Bagian layar utama berisi list layanan kesehatan yang berada di sekitar cell id atau BTS. Bagian ini dapat dipilih salah satu untuk menampilkan info alamat dan no telepon dari layanan kesehatan tersebut. Bagian menu terdiri atas menu pilih untuk memilih layanan kesehatan yang akan dilihat informasi selanjutnya dan exit untuk keluar aplikasi.
Antarmuka list form dapat dilihat pada Gambar 13.
Info form pada bagian judul berisi nama layanan kesehatan yang dipilih. Bagian layar utama berisi informasi alamat dan nomor telepon dari layanan kesehatan yang dipilih pada list form jika informasi itu tersedia pada database. Bagian menu terdapat menu show map yang akan menampilkan map form dengan posisi cell id dan posisi layanan kesehatan jika dipilih.
Antarmuka info form dapat dilihat pada Gambar 14.
Pengujian
Perangkat yang digunakan dalam pengujian berupa telepon selular dengan spesifikasi : Sistem Operasi : Symbian OS v9.4, Series
60 rel. 5.
CPU : ARM 11 434 MHz processor. Java : MIDP 2.1.
Gambar 11 Antarmuka main menu form
Gambar 12 Antarmuka map form
Gambar 13 Antarmuka list form
10 1. Parameter Pengujian
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian waktu dan ketersediaan.
Pengujian waktu dilakukan untuk mengetahui berapa lama respon aplikasi pada telepon selular. Dilakukan 5 kali pengujian, pengujian dimulai dari aplikasi dijalankan sampai menampilkan halaman awal aplikasi.
Pengujian availabilitas dilakukan untuk melihat apakah aplikasi dapat berjalan dengan baik di lokasi jalan-jalan protokol di kota Bogor.
2. Skenario Pengujian
Pengujian waktu dilakukan sebanyak 5 kali di 5 lokasi, yaitu samping Plaza Jambu Dua, depan IPB Gunung Gede, Depan STIE Binaniaga Bogor, depan Gereja Katedral Bogor, depan Museum Etnobotani. Hal tersebut dilakukan karena tidak semua cell id yang diperoleh terdapat dalam database dan posisi tersebut yang cukup banyak terdapat layanan kesehatan di sekitarnya.
Pengujian ketersediaan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan di sepanjang jalan protokol Bogor. Jalan-jalan tempat dilakukannya pengujian yaitu Jalan Pajajaran, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Dokter Semeru, Jalan K. H. Soleh Iskandar, Jalan Kapten Muslihat, Jalan Jalak Harupat, dan Jalan Merdeka.
Analisis Kinerja
Analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa baik sistem bekerja yang dianalisis berdasarkan hasil pengujian sesuai dengan parameter dan skenario uji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian
Penulis melakukan pengidentifikasian dengan menggunakan kartu Indosat, XL dan Telkomsel, tetapi untuk Indosat dan Telkomsel di semua jalan yang diujikan cell id yang teridentifikasi tidak ada satu pun yang sesuai dengan cell id yang terdapat dalam database. Oleh karena itu, uji hasil waktu respon dan ketersediaan hanya dilakukan pada kartu XL.
Pengambilan data untuk pengujian waktu dilakukan di 5 lokasi cell id yang terdapat dalam database sebanyak 5 kali percobaan. Perhitungan waktu dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Hasil dari pengujian waktu dapat dilihat pada Tabel 2. L1 adalah lima lokasi ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 1 Keterangan Lokasi.
Kode Lokasi
L1 Samping Plaza Jambu Dua
L2 Depan IPB Gunung Gede
L3 Depan Gereja Katedral Bogor
L4 Depan STIE Binaniaga Bogor
L5 Depan Museum Etnobotani Bogor
Tabel 2 Hasil uji waktu respon
Lokasi U1 U2 U3 U4 U5
Rata-Pengujian ketersediaan dilakukan dengan cara mencatat semua cell id yang terdeteksi di sepanjang jalan raya yang diujikan (N). Aplikasi dikatakan berhasil jika dapat menampilkan peta posisi cell id berada (n). Batasan tiap-tiap jalan yang diuji adalah: Jalan Pajajaran : mulai perempatan Plaza
Jambu Dua sampai IPB Baranang Siang. Jalan Ir. H. Juanda : mulai Bogor Trade
Mall sampai SMPN 1 Bogor.
Jalan Kapten Muslihat : mulai Gereja Katedral Bogor sampai Plaza Jembatan Merah
Jalan H. Soleh Iskandar : mulai Perempatan Jalan Baru sampai Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina.
Jalan Dokter Semeru : Pertigaan Jln Perintis kemerdekaan sampai Rumah Sakit Karya Bakti
Jalan Jalak Harupat : mulai depan Plaza Pangrango sampai Istana Bogor.
11 Persentase hasil pengujian ketersediaan
dapat dilihat pada Tabel 3.
Persentase ketersediaan dihitung dari perbandingan perolehan identifikasi cell id yang ada dalam database dengan seluruh cell id yang teridentifikasi (ii). Persentase yang belum mencapai 100% berarti masih terdapat cell id yang teridentifikasi tidak terdapat dalam database.
Persentase = �
�× 100% …(2) Tabel 3 Persentase hasil uji ketersediaan
Nama Jalan Persentase
Jalan Pajajaran 75%
Jalan Ir. H. Juanda 66.67%
Jalan Kapten Muslihat 100%
Jalan Jalak Harupat 66.67%
Jalan Merdeka 100%
Jalan Dokter Semeru 0%
Jalan K. H. Soleh Iskandar 0%
Hasil pengujian ketersediaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 8, 9, 10, 11, 12, dan 13.
Analisis Kinerja
Berdasarkan hasil pengujian dengan parameter waktu dapat dilihat respon aplikasi pada setiap lokasi pengujian berkisar diantara 8 sampai 9 detik. Hal tersebut terjadi karena pada saat aplikasi dijalankan, aplikasi akan menginisialisasi data cell id yang diidentifikasi di telepon selular dan mengirimkannya menjadi parameter ke web server melalui GPRS. Respon dari aplikasi bergantung dengan delay dari jaringan koneksi internet dari telepon selular.
Pada uji ketersediaan, aplikasi dapat berjalan dengan baik hanya pada Jalan Kapten Muslihat dan Jalan Merdeka dengan persentase 100% yang berarti di sepanjang kedua jalan tersebut semua cell id yang teridentifikasi terdapat dalam database. Pada Jalan Pajajaran, Jalak aplikasi belum bisa berjalan dikarenakan semua cell id yang teridentifikasi di sepanjang jalan tersebut tidak terdapat dalam database.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi cellular network identification location berhasil dilakukan.
2. Rata-rata waktu respon aplikasi untuk pengidentifikasian lokasi adalah 8.23 detik
3. Aplikasi masih belum dapat berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan database cell id.
Saran
Untuk perbaikan dan pengembangan aplikasi selanjutnya, penulis menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Membuat fungsi update database agar database semakin lengkap dan memperbaiki availabilitas aplikasi. 2. Mengganti peta dengan selain google
static map seperti MGMap, UMap, StreetMap dan lain lain.
3. Diimplementasikan untuk layanan fasilitan lain, seperti hotel, tempat wisata, dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA
Cadiz A, Gonzales S, Mens K. 2008. Orchestrating Context Aware System. Université catholique de Louvain Louvain-la-neuve: Belgium.
Dey, AK. 2001. Understanding and Using Context. Personal and Ubiquitous Computing Journal, 5(1), 5-7.
Dockhorn CP, Fereira PL, van Sinderen M. 2005. Designing a Configurable Service Platform for Mobile Context-aware Applications. International Journal of Pervasive Computing and Communication, 1(1), 13 – 25.
Johanes. 2010. Java ME. Membangun Berbagai Aplikasi Handphone. Jasakom : Jakarta.
Kupper, A. 2005. Location-based Services Fundamental and Operation. John Wiley & Sons: England.
Knudsen, J. 2008. The Lightweight User Interface: An Introduction. Oracle Sun Developer Network(SDN) Article.
12 FLEX dan Google Map API For Flash.
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Ratnasari, D. 2008. Studi Literatur Metode Principal Components Analysis dan Clustering Analysis. Universitas Kristen Petra : Surabaya.
Riswan. 2008. Cell Global Identity.. http://mobileindonesia.net/2008/03/11/cg i-cell-global-identity/ [11 Maret 2008]. Sunyoto, A. 2009. Api Location (Jsr 179):
Standar Penentuan Posisi Untuk Telepon Seluler Berkemampuan Java. Jurnal Dasi. Vol 10. No 1.
14 Lampiran 1 Contoh format cell id
Kartu XL
510 – 11 – 9102 – 185145 510 – 11 – 9102 – 185175 510 – 11 – 9102 – 185254 510 – 1 – 4190 – 11894249 510 – 10 – 825 – 45213
Keterangan :
MCC = bagian pertama. Contoh : 510 MNC = bagian kedua. Contoh : 11 LAC = bagian ketiga. Contoh : 9102 Cell id = bagian keempat. Contoh : 185145
Lampiran 2 Data objek pada tabel cellid
Key Column Name Data Type Null
Latitude Double No
Longitude Double No
MNC Int No
LAC int Yes
Cell id int No
Lampiran 3 Data objek pada tabel health_care Key Column Name Data Type Null
Name Varchar No
latitude Double No
longitude double No
Address varchar Yes
phone varchar Yes
Lampiran 4 Contoh database layanan kesehatan
Name Latitude Longitude Address Phone
RS Azra 6.5793494923 106.8075370788 '219 Jl. Raya Pajajaran, Bantar Jati 16153
(0251) 318456
RS PMI -6.59785174328 106.8059921264 Jl Raya Pajajaran No. 59 (0251) 318456 RS Salak -6.59177677157 106.7972588539 Jl Jend Sudirman No 8 (0251) 344609 RS Islam Bogor -6.5591411776 106.792538166 Jl. Perdana Budi Agung null
Apotek Bersama -6.5829900062 106.7797299995 null null
Lampiran 5 Contoh database cell id
Latitude Longitude MNC LAC Cell Id
15 Lampiran 6 Contoh database cell id www.opencellid.org
Id Latitude Longitude MCC M N C
LAC Cell
Id Range NbSample Create_at Update_at
16 Lampiran 7 Hasil peta pengujian waktu respon aplikasi
Lampiran 8 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Pajajaran
Cell Id Available
185244 1
185245 1
185254 1
185255 0
185233 1
185144 0
185145 1
185175 1
Keterangan :
1 : menyatakan cell id tersedia di database
17 Lampiran 9 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Ir. H. Juanda
Cell Id Available
185183 1
185205 0
51370 1
Lampiran 10 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Kapten Muslihat
Cell Id Available
185183 1
185185 1
185104 1
186764 1
51370 1
51380 1
Lampiran 11 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Merdeka
Cell Id Available
185104 1
186764 1
186763 1
Lampiran 12 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Soleh Iskandar
Cell Id Available
185335 0
185333 0
185224 0
185223 0
185154 0
189704 0
Lampiran 13 Hasil uji ketersediaan pada Jalan Dokter Semeru
Cell Id Available
189743 0
186765 0
ABSTRACT
CHAIRIL AKBAR. Nearest Healthcare Services Location Identification Based on Cellular Network Identification. Under the guidance of SRI WAHJUNI.
Location Based Services is service that uses the location of the target for adding value to the service. There are several methods for finding location of a device, they are Global Positioning System (GPS), Cell identification, WiFi identification. This research implemented cell identification method for location identification. Cell identification is a method to get target position by determining the base station position that served the cellular phone (proximity sensing). Once the cell id of the base transceiver station was obtained, the cell id was converted into related latitude and longitude using filtered database from www.opencellid.org. The location presented by those latitude and longitude was displayed in a map using google static maps. As an added value service, health care services around that location will be provided. Our experiments showed that the average respond time of system for find location of target was 8.23 second. For some streets, the result were not available due to the limitation of the database.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang terdapat pada telepon selular saat ini sangat pesat. Telepon selular sekarang tidak lagi hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mendukung kehidupan manusia sehari-hari. Telepon selular kini sudah dilengkapi dengan berbagai fitur yang sesuai selera dan kebutuhan pengguna. Salah satu fitur yang berkembang saat ini adalah Global Positioning System (GPS) untuk mencari posisi telepon selular berada dengan teknologi satelit.
Location Based Services (LBS) adalah mekanisme layanan yang menyediakan informasi tentang lokasi (Sunyoto 2009). GPS merupakan salah satu perangkat yang terkenal untuk mengimplementasikan LBS. Salah satu contoh aplikasi yang menerapkan LBS adalah mobile map explorer untuk informasi wisata kotamadya Yogyakarta (Yosie 2008). Perangkat GPS sudah banyak terpasang pada telepon selular yang berada di pasaran saat ini. Tetapi tidak semua telepon selular memiliki perangkat GPS untuk menentukan posisi. Metode lain untuk menentukan posisi suatu telepon selular adalah dengan mengidentifikasi base transceiver station (BTS) yang terhubung pada telepon selular tersebut (Proximity Sensing).
Penelitian ini menggunakan metode identifikasi base transceiver station dari telepon selular untuk menampilkan posisi BTS dalam peta. Sebagai informasi tambahan akan dicari layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi yang diperoleh dan menampilkannya ke dalam peta.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan cellular networks identification dari telepon selular untuk menampilkan posisi base transceiver station sebagai posisi telepon selular. Kemudian mencari layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi tersebut dan menampilkannya ke peta.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah :
1. Telepon selular yang memiliki java framework.
2. Database lokasi cell id yang digunakan diperoleh dari http://www.opencellid.org
3. Database layanan kesehatan diperoleh dari data penelitian Kusumasari (2009). 4. Jaringan seluler yang digunakan untuk
pengujian adalah jaringan GSM.
5. Peta yang digunakan adalah google static maps.
Manfaat Penelitian
Pemanfaatan cellular networks indentification untuk menentukan lokasi pengguna berada dan menampilkan layanan kesehatan yang berada di sekitar pengguna diharapkan dapat membantu pengguna untuk memilih rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat.
TINJAUAN PUSTAKA
Context Aware System
Context adalah segala bentuk informasi yang dapat digunakan untuk memberikan ciri pada situasi dari sebuah entitas. Entitas dapat berupa orang, tempat, atau benda yang relevan dengan interaksi antara pengguna dengan aplikasi, termasuk pengguna dan aplikasi itu sendiri (Dey 2001).
Sistem yang dapat dikatakan sebagai context aware system adalah sistem yang mampu menggunakan context yang bertujuan untuk mengadaptasikan layanan yang berdasarkan situasi dan kebutuhan pengguna (Dockhorn et.al 2005).
Arsitektur umum dari context-aware system dapat dilihat pada Gambar 1 (Cadiz et.al. 2008)
Keterangan Gambar 1 sebagai berikut :
Context Discovery merupakan proses mengekstrak, mengumpulkan dan menyederhanakan context ke dalam format yang lebih berguna bagi sistem.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang terdapat pada telepon selular saat ini sangat pesat. Telepon selular sekarang tidak lagi hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mendukung kehidupan manusia sehari-hari. Telepon selular kini sudah dilengkapi dengan berbagai fitur yang sesuai selera dan kebutuhan pengguna. Salah satu fitur yang berkembang saat ini adalah Global Positioning System (GPS) untuk mencari posisi telepon selular berada dengan teknologi satelit.
Location Based Services (LBS) adalah mekanisme layanan yang menyediakan informasi tentang lokasi (Sunyoto 2009). GPS merupakan salah satu perangkat yang terkenal untuk mengimplementasikan LBS. Salah satu contoh aplikasi yang menerapkan LBS adalah mobile map explorer untuk informasi wisata kotamadya Yogyakarta (Yosie 2008). Perangkat GPS sudah banyak terpasang pada telepon selular yang berada di pasaran saat ini. Tetapi tidak semua telepon selular memiliki perangkat GPS untuk menentukan posisi. Metode lain untuk menentukan posisi suatu telepon selular adalah dengan mengidentifikasi base transceiver station (BTS) yang terhubung pada telepon selular tersebut (Proximity Sensing).
Penelitian ini menggunakan metode identifikasi base transceiver station dari telepon selular untuk menampilkan posisi BTS dalam peta. Sebagai informasi tambahan akan dicari layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi yang diperoleh dan menampilkannya ke dalam peta.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan cellular networks identification dari telepon selular untuk menampilkan posisi base transceiver station sebagai posisi telepon selular. Kemudian mencari layanan kesehatan yang berada di sekitar posisi tersebut dan menampilkannya ke peta.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah :
1. Telepon selular yang memiliki java framework.
2. Database lokasi cell id yang digunakan diperoleh dari http://www.opencellid.org
3. Database layanan kesehatan diperoleh dari data penelitian Kusumasari (2009). 4. Jaringan seluler yang digunakan untuk
pengujian adalah jaringan GSM.
5. Peta yang digunakan adalah google static maps.
Manfaat Penelitian
Pemanfaatan cellular networks indentification untuk menentukan lokasi pengguna berada dan menampilkan layanan kesehatan yang berada di sekitar pengguna diharapkan dapat membantu pengguna untuk memilih rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat.
TINJAUAN PUSTAKA
Context Aware System
Context adalah segala bentuk informasi yang dapat digunakan untuk memberikan ciri pada situasi dari sebuah entitas. Entitas dapat berupa orang, tempat, atau benda yang relevan dengan interaksi antara pengguna dengan aplikasi, termasuk pengguna dan aplikasi itu sendiri (Dey 2001).
Sistem yang dapat dikatakan sebagai context aware system adalah sistem yang mampu menggunakan context yang bertujuan untuk mengadaptasikan layanan yang berdasarkan situasi dan kebutuhan pengguna (Dockhorn et.al 2005).
Arsitektur umum dari context-aware system dapat dilihat pada Gambar 1 (Cadiz et.al. 2008)
Keterangan Gambar 1 sebagai berikut :
Context Discovery merupakan proses mengekstrak, mengumpulkan dan menyederhanakan context ke dalam format yang lebih berguna bagi sistem.
2 Context Management disebut juga tahap
reasoning, karena pada tahap ini masalah yang terjadi akibat kontradiksi context dipecahkan
Active context adalah context yang sedang terjadi pada saat tertentu sebagai hasil dari context management yang bersifat konsisten pada saat run-time
Behaviour Adaptation adalah proses menyesuaikan sistem dengan context yang sedang terjadi (active context).
Location Based Services (LBS)
Location based services (LBS) adalah services yang menggunakan lokasi target untuk menambahkan nilai pada services tersebut, dimana target adalah entitas yang akan dilokasikan (Kupper 2005).
LBS sering dianggap sebagai subset spesial dari context-aware services. Secara umum, context aware service didefinisikan sebagai services yang secara otomatis menyesuaikan perilaku services tersebut, misalnya, menyaring atau menyajikan informasi untuk satu atau beberapa parameter yang mencerminkan context dari target. Parameter – parameter ini disebut context information. Context ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu primary context dan secondary context. Primary context adalah context yang terdiri atas berbagai jenis data mentah yang dapat diperoleh dari sensor, seperti sensor cahaya, microphones, accelerometers, sensor lokasi, dan sebagainya. Data mentah ini kemudian dapat diolah dengan kombinasi, deduksi, atau filtering dalam rangka memperoleh informasi high-level context yang disebut secondary context. Kedudukan LBS dalam context aware services dapat dilihat pada Gambar 2.
LBS dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu reactive LBS dan proactive LBS. Reactive
LBS selalu secara eksplisit diaktifkan oleh pengguna. Interaksi LBS dengan pengguna adalah pertama pengguna menjalankan sebuah service dan membangun service session. Kemudian pengguna meminta fungsi tertentu atau informasi, di manapun service mendapatkan data lokasi, memproses permintaan tersebut dan mengembalikan hasil yang bergantung kepada lokasi tersebut kepada pengguna, sebagai contoh list dari restoran terdekat. Di sisi lain, Proactive LBS secara otomatis diinisialisasi segera setelah sebuah standard location event terjadi, sebagai contoh, jika pengguna memasuki, mendekati, atau meninggalkan titik tertentu atau pengguna mendekati, bertemu atau meniggalkan target lain. Sebagai contoh, sebuah panduan wisata elektronik yang memberitahukan wisatawan melalui SMS segera setelah mereka mendekati sebuah kawasan tertentu (Kupper 2005).
Location
Lokasi terbagi menjadi 2 kategori yaitu, physical location dan virtual location.
Physical location adalah lokasi yang dikaitkan dengan suatu tempat di dunia nyata. Sebagai contoh, jika seseorang membuat janji, biasanya mereka setuju bertemu di suatu tempat tertentu seperti kafe, bandara, halte dan sebagainya.
virtual location memiliki pengertian lain dan merujuk kepada suatu tempat pertemuan virtual, sebagai contoh, sebuah web site, chat room, atau tempat bermain beberapa pemain yang bermain game online (Kupper 2005).
Lokasi dapat dinyatakan dalam bentuk data spasial atau deskripsi teks. Posisi spasial dapat dinyatakan menggunakan latitude, longitude dan altitude. Latitude dinyatakan dalam nilai 0-90 derajat utara atau selatan dari garis khatulistiwa. Longitude dinyatakan dengan nilai 0 – 180 derajat timur atau barat dari prime meridian. Prime meridian adalah sebuah garis virtual yang melewati sebuah kota bernama Greenwich di Inggris. Altitude menyatakan tinggi permukaan dari permukaan laut. Deskripsi teks biasanya digunakan untuk menyatakan jalan, kota, kode pos dan lain-lain (Sunyoto 2009).
Proximity Sensing
Proximity sensing adalah metode untuk mendapatkan posisi target dengan menentukan posisi base station yang menerima sinyal dari target atau sinyalnya digunakan oleh target. Posisi base station yang diketahui secara Gambar 2 Context-aware services dan location
3 sederhana diasumsikan sebagai posisi target.
Ilustrasi proximity sensing dapat dilihat pada Gambar 3 (Kupper 2005).
Cell Global Identity (CGI)
CGI adalah sebuah identitas (ID) yang unik dari cell – cell dalam suatu jaringan selular. CGI terdiri atas Mobile Country Code(MCC), Mobile Network Code (MNC), Location Area Code (LAC), Cell Id (Riswan 2008).
Mobile Country Code (MCC) adalah identifikasi suatu Negara dengan menggunakan 3 digit. Tiga digit MCC ini merupakan bagian dari format penomoran IMSI (International Mobile Subscriber Identity). Nomor MCC untuk Negara Indonesia adalah 510 (Riswan 2008).
Mobile Network Code (MNC) adalah dua digit yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah mobile network. Kombinasi MCC dan MNC akan menghasilkan nomor unik di seluruh dunia. Beberapa MNC yang ada di Indonesia adalah 01 untuk PT Satelindo, 10 untuk Telkomsel , dan 11 untuk PT Excelcomindo Excelcom (Riswan 2008).
Location Area Code adalah identifikasi yang digunakan untuk menunjukkan kumpulan dari beberapa cell (Riswan 2008).
Cell ID adalah nomor unik dari GSM cell untuk operator tertentu. Sebuah telepon selular selalu terhubung pada sebuah cell, dengan mengetahui nomor tersebut bisa diketahui sebuah cell dan dari posisi cell tersebut bisa diketahui dimana telepon selular tersebut berada (www.opencellid.org).
Contoh format cell global identity dapat dilihat pada Lampiran 1.
J2ME
Java 2 Micro Edition (J2ME) adalah plat-form yang dirancang untuk mengembangkan aplikasi pada perangkat elektronik yang berukuran kecil dan memiliki keterbatasan memori seperti telepon selular, pager, personal digital assistant (PDA) dan sejenisnya (Deitel & Deitel 2004).
Menurut Johanes (2010), Java Micro Edition terdiri atas :
1. Configuration
Merupakan fitur minimal dari java runtime, berisi kumpulan library yang dapat digunakan di berbagai jenis perangkat. Untuk menjamin portabilitas dan interopabilitas di antara berbagai jenis perangkat, configuration hanya mempunyai fitur minimal dari teknologi java. Ada 2 jenis configuration pada Java ME, yaitu :
1. Connected Device Configuration (CDC) CDC ditujukan untuk perangkat yang memiliki memori minimal 2 MB. Contoh: Internet TV, High End PDAs, Sistem navigasi pada mobil, dan lain lain. CDC tidak mempergunakan standar JVM (Java Virtual Machine) melainkan CVM (Compact Virtual Machine).
2. Connected Limited Device Configuration (CLDC)
CLDC merupakan subset dari CDC. CLDC ditujukan untuk perangkat yang memiliki memori dan tampilan yang terbatas. Contoh: Pager, Mobile Phone, low end PDA, dll. CLDC mempergunakan KVM (Kernel Virtual Machine). CLDC hanya GCF (Generic Connection Framework).
2. Profile
Merupakan kumpulan library dan fitur tambahan untuk kategori perangkat tertentu. Di profile terdapat library untuk tampilan, penyimpanan data, dll. Profile yang paling terkenal yang dikeluarkan oleh Sun adalah MIDP (Mobile Information Device Profile). MIDP hanya dapat digunakan di perangkat CLDC, sedangkan CDC mempunyai profile-nya sendiri seperti foundation dan personal profile Base Station
Target Signal
4
Google Static Maps API
Google Static Maps API mengembalikan sebuah image (baik bertipe GIF, PNG atau JPEG) untuk merespon HTTP request melalui sebuah URL. Untuk setiap permintaan, pengguna dapat menentukan lokasi dari peta, ukuran gambar, tingkat zoom, jenis peta, dan penanda sebuah lokasi dalam peta.
Format URL untuk google static maps API mengikuti :
http://maps.google.co.id/maps/api/staticmap ?parameter
Parameter yang dikirim untuk mendefinisikan sebuah peta adalah sebagai berikut:
1. Location Parameter
Center : mendefinisikan pusat peta, parameter ini mengambil sebuah lokasi sebagai pasangan {latitude, longitude} yang dipisahkan oleh sebuah koma. Zoom : mendefinisikan tingkat zoom dari
peta, yang menentukan tingkat perbesaran dari peta. Parameter ini mengambil nilai numerik.
2. Map Parameter
Size : mendefinisikan dimensi segi empat dari gambar peta. Parameter ini mengambil format horizontal pixel X vertical pixel. Sebagai contoh, 500x400 yang berarti lebar 500 pixel dan tinggi 400 pixel.
3. Feature Parameter
Markers : mendefinisikan satu atau lebih penanda untuk melampirkan gambar pada lokasi yang ditentukan. Parameter ini membutuhkan definisi penanda tunggal dengan parameter yang dipisahkan oleh sebuah karakter (|). 4. Report Parameter
Sensor : menentukan apakah aplikasi meminta peta statis menggunakan sensor untuk menentukan lokasi pengguna.
Jarak Euclidean
Metode Euclidean adalah metode pengukuran jarak antara dua objek berdasarkan akar jumlah kuadrat jarak kedua objek. Metode pengukuran jarak Euclidean menetapkan bahwa jarak antara objek A ke objek B adalah sama dengan jarak objek B ke objek A. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung jarak Euclidean adalah sebagai berikut : Jika objek A
memiliki koordinat (x1,x2,…,xn) dan objek B
memiliki koordinat (y1,y2,…,yn), maka jarak
Euclidean kedua objek dapat dilihat pada Rumus i (Ratnasari 2008) :
� , = 1− 1
2+ 1− 1 2+⋯
+( � − �)2 (1)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu studi pustaka, analisis permasalahan, perancangan, implementasi, pengujian, analisis kinerja. Alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Studi Pustaka
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan literatur dan informasi yang berhubungan dengan location based services, cell identification dan j2me, yang berupa buku, jurnal, ebook ataupun artikel.
Analisis Permasalahan
Perkembangan teknologi saat ini semakin maju, salah satu teknologi yang sekarang berkembang pesat adalah penentuan lokasi dimana kita berada. Pada saat keadaan darurat penentuan lokasi khususnya untuk di jalan akan sangat bermanfaat, contohnya untuk mencari lokasi layanan kesehatan terdekat dari lokasi kita. Solusi yang terkenal digunakan adalah Global Positioning System atau lebih dikenal dengan GPS. GPS dapat menentukan lokasi device berada dengan menggunakan teknologi satelit.
4
Google Static Maps API
Google Static Maps API mengembalikan sebuah image (baik bertipe GIF, PNG atau JPEG) untuk merespon HTTP request melalui sebuah URL. Untuk setiap permintaan, pengguna dapat menentukan lokasi dari peta, ukuran gambar, tingkat zoom, jenis peta, dan penanda sebuah lokasi dalam peta.
Format URL untuk google static maps API mengikuti :
http://maps.google.co.id/maps/api/staticmap ?parameter
Parameter yang dikirim untuk mendefinisikan sebuah peta adalah sebagai berikut:
1. Location Parameter
Center : mendefinisikan pusat peta, parameter ini mengambil sebuah lokasi sebagai pasangan {latitude, longitude} yang dipisahkan oleh sebuah koma. Zoom : mendefinisikan tingkat zoom dari
peta, yang menentukan tingkat perbesaran dari peta. Parameter ini mengambil nilai numerik.
2. Map Parameter
Size : mendefinisikan dimensi segi empat dari gambar peta. Parameter ini mengambil format horizontal pixel X vertical pixel. Sebagai contoh, 500x400 yang berarti lebar 500 pixel dan tinggi 400 pixel.
3. Feature Parameter
Markers : mendefinisikan satu atau lebih penanda untuk melampirkan gambar pada lokasi yang ditentukan. Parameter ini membutuhkan definisi penanda tunggal dengan parameter yang dipisahkan oleh sebuah karakter (|). 4. Report Parameter
Sensor : menentukan apakah aplikasi meminta peta statis menggunakan sensor untuk menentukan lokasi pengguna.
Jarak Euclidean
Metode Euclidean adalah metode pengukuran jarak antara dua objek berdasarkan akar jumlah kuadrat jarak kedua objek. Metode pengukuran jarak Euclidean menetapkan bahwa jarak antara objek A ke objek B adalah sama dengan jarak objek B ke objek A. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung jarak Euclidean adalah sebagai berikut : Jika objek A
memiliki koordinat (x1,x2,…,xn) dan objek B
memiliki koordinat (y1,y2,…,yn), maka jarak
Euclidean kedua objek dapat dilihat pada Rumus i (Ratnasari 2008) :
� , = 1− 1
2+ 1− 1 2+⋯
+( � − �)2 (1)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu studi pustaka, analisis permasalahan, perancangan, implementasi, pengujian, analisis kinerja. Alur metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Studi Pustaka
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan literatur dan informasi yang berhubungan dengan location based services, cell identification dan j2me, yang berupa buku, jurnal, ebook ataupun artikel.
Analisis Permasalahan
Perkembangan teknologi saat ini semakin maju, salah satu teknologi yang sekarang berkembang pesat adalah penentuan lokasi dimana kita berada. Pada saat keadaan darurat penentuan lokasi khususnya untuk di jalan akan sangat bermanfaat, contohnya untuk mencari lokasi layanan kesehatan terdekat dari lokasi kita. Solusi yang terkenal digunakan adalah Global Positioning System atau lebih dikenal dengan GPS. GPS dapat menentukan lokasi device berada dengan menggunakan teknologi satelit.