• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (IN VITRO).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (IN VITRO)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU TERHADAP

PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS

(IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi

Oleh:

MITA SUCI AFRILLA P

NIM : 070600053

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

  `                 Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2011

Mita Suci Afrilla P

Efektifitas Esktrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan

Streptococcus mutans (IN VITRO)

xii + 60 halaman

Karies gigi merupakan penyakit gigi terlokalisir yang merusak jaringan keras

gigi yang terbentuk dari akumulasi plak pada permukaan gigi. Streptococcus mutans

(S.mutans) merupakan salah satu bakteri patogen penyebab karies. Salah satu bahan

alami sebagai antibakteri yaitu daun sirih. Daun sirih hijau merupakan salah satu

tanaman tradisional yang mengandung 4,2% minyak atsiri, kandungan fenol dalam

minyak atsiri memiliki daya antiseptik lima kali lebih efektif dibandingkan fenol

biasa dan dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektifitas ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan Streptococcus

mutans dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu 20 konsentrasi ekstrak daun sirih

hijau yaitu 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%,

0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1%.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental posttest only control group dengan

sampel biakan murni Streptococcus mutans yang berasal dari laboratorium FMIPA

Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian ini dilakukan uji antibakteri bahan coba

(3)

Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat di sekitar cakram yang

telah ditetesi dengan ekstrak dengan konsentrasi tertentu. Data yang diperoleh diolah

dengan uji one way ANOVA.

Hasil analisis one way ANOVA, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna (p<0,05) diantara kelompok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan pada

uji Post Hoc yaitu LSD terlihat bahwa terdapat perbedaan bermakna (p=0,00) dari

masing-masing kelompok konsentrasi namun pada kelompok konsentrasi 2% ekstrak

daun sirih terhadap kelompok konsentrasi 1% memiliki nilai (p=0,033).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih hijau

memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Konsentrasi

yang efektif terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dalam penelitian ini adalah

konsentrasi 20% dan kadar hambat minimum adalah pada konsentrasi 1%.

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi pada tanggal 19 Juli 2011

Medan, 19 Juli 2010

Pembimbing Tanda Tangan

1. Essie Octiara, drg, Sp. KGA ...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 19 Juli 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Yati Roesnawi, drg.

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA.

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektifitas Ekstrak Daun Sirih

Hijau terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (IN VITRO)”. Skripsi ini telah

disusun penulis dalam rangka memenuhi kewajiban penulis untuk memenuhi gelar

sarjana kedokteran gigi.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati

dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Essie Octiara, drg., Sp.KGA sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

serta seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Anak Universitas Sumatera Utara.

4. Siti Wahyuni, drg., selaku dosen wali yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan dalam bidang akademik kepada penulis.

(7)

6. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt atas bimbingan dan sarannya selama

penelitian ini berlangsung.

7. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku kepala bagian laboratorium biologi

FMIPA USU atas izin dan bantuan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian ini.

8. Drs. Abdul Jalil, M.Kes, atas bimbingannya dalam pengolahan data

penelitian.

9. Ayahanda tercinta Marjoko, ibunda Nuriana, kedua adik penulis Wibi Aldi

Hernawan dan Aldi Kusuma Dary serta kepada Andi, S.E. atas segala kasih sayang,

doa dan dukungan serta bantuan baik berupa moral maupun materi yang tidak

terbalas oleh penulis sampai kapan pun.

10. Sahabat-sahabat penulis Siti Iwa Irana, SKG., Nirma Herfina, Dewi, Ade,

Ayu, teman-teman “S. mutans”, Coni Oktami W dan Bella Siregar, Deni, kak Ana,

Asril serta teman-teman F.Farmasi dan FMIPA USU yang ikut membantu dalam

penyelesaian skripsi.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan

mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, Juli 2011

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... . vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... . x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 4

1.3Tujuan Penelitian... 4

1.4Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies... 6

2.1.1 Host... 7

2.1.2 Mikroorganisme... 8

2.1.3 Substrat atau Diet... 8

2.1.4 Waktu... 9

2.2 Streptococcus mutans... 9

2.2.1 Morfologi Streptococcus mutans... 10

2.2.2 Peran Streptococcus mutans dalam Pembentukan Karies... 10

2.3 Sirih... 11

2.3.1 Morfologi Sirih... 11

2.3.2 Jenis Sirih... 13

(9)

2.3.4 Kegunaan Sirih... 14

2.4 Kerangka Teori... 15

2.5 Kerangka Konsep... 16

2.6 Hipotesis Penelitian... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 18

3.3.4 Variabel Tidak Terkendali... 21

3.4 Defenisi Operasional... 22

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data... 26

3.7.1 Pembuatan Media Bakteri... 26

3.7.2 Pembiakan Spesimen... 27

3.7.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau... 27

3.7.4 Uji Efektifitas Anti Bakteri... 29

3.7.5 Cara Pengukuran Zona Hambat... 30

3.7.6 Analisis Data... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN.... 31

BAB 5 PEMBAHASAN... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 40

6.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA... 42

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Nilai rata-rata dan standard deviasi zona hambat

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit

multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat,

dan waktu... 7

2 Daun sirih hjau di Desa Purwojoyo Kabupaten Deliserdang... 12

3 Cakram kosong (Oxoid)... 24

4 Autoklaf (Yamamoto SN 210)... 24

5 Vaccum rotary evaporator... 24

6 Penuangan media dalam cawan petri... 27

7 Cara mengukur zona hambat S. mutans pada media mueller hinton agar (MHA) setelah 24 jam pengamatan... 30

8 Hasil uji efektifitas ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi 10%, 9%, 8%, 7% terhadap Streptococcus mutans...... 31

9 Hasil uji efektifitas ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, kontrol (-) terhadap Streptococcus mutans... 32

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Perhitungan pembuatan konsentrasi ekstrak... 46

2 Tabel hasil pengukuran zona hambat esktrak daun sirih hijau

terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans... 50

3 Hasil analisis statistik... 51

(13)

  `                 Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2011

Mita Suci Afrilla P

Efektifitas Esktrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan

Streptococcus mutans (IN VITRO)

xii + 60 halaman

Karies gigi merupakan penyakit gigi terlokalisir yang merusak jaringan keras

gigi yang terbentuk dari akumulasi plak pada permukaan gigi. Streptococcus mutans

(S.mutans) merupakan salah satu bakteri patogen penyebab karies. Salah satu bahan

alami sebagai antibakteri yaitu daun sirih. Daun sirih hijau merupakan salah satu

tanaman tradisional yang mengandung 4,2% minyak atsiri, kandungan fenol dalam

minyak atsiri memiliki daya antiseptik lima kali lebih efektif dibandingkan fenol

biasa dan dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektifitas ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan Streptococcus

mutans dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu 20 konsentrasi ekstrak daun sirih

hijau yaitu 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%,

0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1%.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental posttest only control group dengan

sampel biakan murni Streptococcus mutans yang berasal dari laboratorium FMIPA

Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian ini dilakukan uji antibakteri bahan coba

(14)

Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat di sekitar cakram yang

telah ditetesi dengan ekstrak dengan konsentrasi tertentu. Data yang diperoleh diolah

dengan uji one way ANOVA.

Hasil analisis one way ANOVA, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna (p<0,05) diantara kelompok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan pada

uji Post Hoc yaitu LSD terlihat bahwa terdapat perbedaan bermakna (p=0,00) dari

masing-masing kelompok konsentrasi namun pada kelompok konsentrasi 2% ekstrak

daun sirih terhadap kelompok konsentrasi 1% memiliki nilai (p=0,033).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih hijau

memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Konsentrasi

yang efektif terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dalam penelitian ini adalah

konsentrasi 20% dan kadar hambat minimum adalah pada konsentrasi 1%.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia adalah karies gigi.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%.1 Karies gigi merupakan

penyakit gigi terlokalisir yang merusak jaringan keras gigi. Terbentuk dari akumulasi

plak pada permukaan gigi dan aktifitas biomekanis dari kumpulan mikro kompleks.

Streptococcus mutans (S.mutans) merupakan salah satu bakteri patogen penyebab

karies yang memiliki peran utama dalam terjadinya fermentasi karbohidrat yang

menghasilkan asam, dan menyebabkan korosi pada enamel gigi.1 Penelitian Keyes

dan Fitzsgerald tahun 1960 pada binatang bebas kuman memperlihatkan bahwa plak

yang didominasi oleh kuman S.mutans dan laktobasilus menyebabkan terbentuknya

karies.2

S. mutans akan mengubah karbohidrat yang dikonsumsi dan terurai menjadi

sukrosa yang merupakan media terbaik bagi tumbuh kembang bakteri tersebut.

S. mutans mempunyai kemampuan memetabolisme sukrosa menjadi asam, yang

dapat mengakibatkan demineralisasi enamel sehingga dapat menyebabkan awal

terjadinya karies gigi. Oleh karena itu, pencegahan karies sangat penting dilakukan

(16)

Pencegahan karies dapat dilakukan dengan mengetahui penyebabnya serta

mengerti cara melakukan pencegahannya. Pencegahan karies dan penyakit

periodontal dengan melakukan peningkatan kesehatan gigi telah menjadi tujuan

utama dalam kedokteran gigi, sejak diketahui plak gigi merupakan faktor yang

mendominasi penyebab hilangnya gigi oleh karena karies dan penyakit periodontal.

Salah satu cara pencegahan karies adalah mengusahakan agar pembentukan plak pada

permukaan gigi dapat dibatasi baik dengan cara mencegah pembentukannya atau

dengan pembersihan plak secara teratur. Pengendalian plak dapat dilakukan dengan

cara pembersihan plak secara mekanis dan kimia kemungkinan penggunaan bahan

anti kuman terutama untuk menekan S. mutans.2

Telah banyak dilakukan penelitian dengan memanfaatkan bahan alam yang

kesemuanya bertujuan untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya mendukung

program pelayanan kesehatan gigi, khususnya untuk mencegah dan mengatasi

penyakit karies gigi. Kembalinya perhatian ke bahan alam yang dikenal dengan

istilah back to nature ini dianggap sebagai hal yang sangat bermanfaat karena sejak

dahulu kala masyarakat kita telah percaya bahwa bahan alam mampu mengobati

berbagai macam penyakit. Selain itu, pemanfaatan bahan alam yang digunakan

sebagai obat jarang menimbulkan efek samping yang merugikan dibandingkan obat

yang terbuat dari bahan sintetis.14

Sirih merupakan salah satu tanaman yang berhubungan erat dengan

pengendalian karies, penyakit periodontal dan mengontrol halitosis. Ekstrak daun

(17)

Streptococcus sanguis, dan Actinomyces viscosus, beberapa koloni bakteri lain dari

plak gigi.6,7

Daun sirih hijau dapat bersifat sebagai antibakteri karena mengandung 4,2%

minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari unsur kavikol, betelfenol, terpen,

karvakol, eugenol, metil eugenol, tanin dan estragol.3,8 Zat tersebut terbukti mampu

melawan bakteri gram positif dan gram negatif.3 Kandungan fenol dalam

antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa dan dapat

mendenaturasi protein sel bakteri.2,3,5,8,9 Penelitian Fathilah menyatakan bahwa

ekstrak daun sirih menunjukkan aktifitas antibakteri terhadap Streptococcus mitis,

Streptococcus sanguis dan Actinomyces viscosus, dan beberapa koloni awal pada plak

gigi.6 Penelitian Sundari menyatakan bahwa kandungan daun sirih dengan kadar

0,5% sampai 1% mempunyai daya hambat terhadap koloni S. mutans dalam sediaan

obat kumur.3 Dipasaran sendiri sudah beredar pasta gigi mengandung ekstrak daun

sirih hijau dengan konsentrasi 5%.

Berdasarkan acuan dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun sirih

hijau memiliki zat antibakteri yang mampu melawan bakteri gram positif dan gram

negatif, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai daun sirih.

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dan ditujukan dalam pembuatan

bahan pencegahan karies pada anak seperti obat kumur, topikal aplikasi dan pasta

(18)

1.2Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk melihat :

1. Apakah ekstrak daun sirih hijau memiliki memiliki kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans?

2. Apakah ada perbedaan efektifitas antara 20 konsentrasi ekstrak daun sirih

hijau yaitu 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%,

0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1% terhadap pertumbuhan S. mutans?

3. Berapakah kadar hambat minimum dari ekstrak daun sirih hijau yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans?

4. Berapakah konsentrasi efektif ekstrak daun sirih hijau terhadap

pertumbuhan S. mutans?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adanya efek ekstrak daun sirih hijau terhadap

pertumbuhan bakteri S. mutans.

2. Untuk menganalisis perbedaan efektifitas antara 20 konsentrasi ekstrak

daun sirih hijau yaitu 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%,

0,8%, 0,7%, 0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1% terhadap pertumbuhan S. mutans

3. Untuk menganalisis kadar hambat minimum ekstrak daun sirih hijau yang

mampu menghambat pertumbuhan S. mutans.

4. Untuk mengetahui konsentrasi efektif dari ekstrak daun sirih hijau terhadap

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Memberikan informasi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak

mengenai efek antibakteri ekstrak daun sirih hijau terhadap koloni S.mutans sehingga

dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun sirih hijau dapat

dijadikan sebagai salah satu bahan untuk pencegahan karies sehingga diharapkan

pencegahan karies menjadi lebih efektif dan terjadinya penurunan prevalensi karies di

Indonesia.

3. Manfaat secara klinis

Memberikan informasi tentang adanya efek antibakteri dari ekstrak daun sirih

terhadap S. mutans dan diharapkan potensi pendayagunaan tanaman obat berkhasiat

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi Karies

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel,

dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam

suatu karbohidrat yang diragikan.10,11 Demineralisasi dimulai dari permukaan gigi

dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

organiknya.10,12 Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan

pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan

rasa nyeri.10

Karies terjadi bukan disebabkan karena suatu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies

merupakan suatu penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

penyebab terbentuknya karies.10 Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu

faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan

(21)

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit

multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu13

2.1.1 Host

Enamel merupakan jaringan keras gigi dengan susunan kimia kompleks yang

mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan

organik 2%. Lapisan luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan

mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal

enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

mineral maka kristal enamel padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi desidui

lebih mudah terserang karies dibandingkan dengan gigi permanen, karena enamel gigi

desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah

(22)

2.1.2 Mikroorganisme

Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak

merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan.10 Proses terjadinya kerusakan pada jaringan

keras gigi melalui suatu reaksi kimiawi oleh bakteri, dimulai dengan proses

kerusakan bagian anorganik, kemudian berlanjut pada bagian organik. Bakteri

berperan penting pada proses terjadinya karies gigi, karena tanpa adanya bakteri

maka karies gigi tidak dapat terjadi.14

Terdapat berbagai spesies bakteri yang berkoloni di dalam rongga mulut

untuk menghasilkan asam sehingga terjadi proses demineralisasi pada jaringan keras

gigi. Salah satu spesies bakteri yang dominan di dalam mulut yaitu S.mutans. Telah

banyak penelitian yang membuktikan adanya korelasi positif antara jumlah bakteri

S. mutans pada plak gigi dengan prevalensi karies gigi.14

2.1.3 Substrat atau Diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak

mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada

gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein

(23)

2.1.4 Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan.10

2.2 Streptococcus mutans

S. mutans merupakan mikroorganisme endogen rongga mulut yang paling

banyak dijumpai pada awal pembentukan plak. Selanjutnya bakteri ini akan melekat

ke pelikel yang merupakan suatu campuran kompleks yang terdiri dari glikoprotein,

asam prolin kaya protein, musin, debris sel bakteri, exoproducts, dan asam

sialic. 4,15,16

S.mutans merupakan bakteri kokus gram positif, bersifat nonmotil, dan

mikroorganisme fakultatif anaerob yang dapat memetabolisme karbohidrat.17

S.mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924. Clark

menyatakan bahwa bakteri S.mutans merupakan bakteri utama penyebab terjadinya

karies.18S.mutans merupakan salah satu bakteri dari tujuh spesies Streptococcus yang

berbeda (S.mutans, S.sobrinus, S.cricetus, S.ferus, S.rattus, S.macacae dan S.downei)

dan 8 serotipe (a-h). S.mutans serotipe c, e, f dan S.sobrinus serotipe d, g merupakan

spesies yang paling umum ditemukan pada manusia dengan serotipe c menjadi

prevalensi tertinggi dibandingkan dengan d dan e. S.mutans serotipe c merupakan

spesies yang paling banyak ditemukan pada manusia dan dari berbagai penelitian

(24)

2.2.1 Morfologi Streptococcus mutans

S. mutans merupakan salah satu bakteri yang memiliki peranan penting dalam

proses terjadinya karies. S.mutans masuk ke dalam genus mutans streptococci.

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat non motil (tidak

bergerak) dan tidak membentuk spora. Sel S.mutans bulat atau oval dan tersusun

dalam rantai. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerob yang menjadi salah

satu bakteri flora normal dalam rongga mulut. S. mutans mampu berkembang biak

pada suhu 18-400C. 19

2.2.2 Peran Streptococcus mutans dalam Pembentukan Karies

Karies merupakan penyakit infeksi kronis yang paling umum mempengaruhi

anak-anak dan dewasa di seluruh dunia. Etiologi dan patogenesis karies pada manusia

dikaitkan dengan bakteri yang berkoloni pada permukaan gigi yaitu Streptococcus

mutans. Kemampuan bakteri ini untuk mensintesis glukan ekstraseluler dari sukrosa

dengan menggunakan enzimnya (glucosyltransferase) merupakan faktor utama dalam

virulensi karies.20

Glucosyltransferase yang disekresi oleh S. mutans sering berikatan dengan

pelikel pada permukaan gigi dan pada permukaan mikroorganisme lain. Glukan yang

tidak larut disintesis oleh permukaan GtfB dan GtfC yang terabsorpsi menyediakan

sisi pengikatan spesifik untuk kolonisasi bakteri pada permukaan gigi dan bakteri satu

sama lain, mengatur pembentukan biofilm yang sangat erat.20

Jika biofilm tetap berada pada permukaan gigi dan dilindungi oleh makanan

(25)

akan melanjutkan sintesis polisakarida dan memetabolime gula menjadi asam

organik. Jumlah yang tinggi dari polisakarida ekstraseluler meningkatkan stabilitas

biofilm dan integritas struktural dan melindungi bakteri terhadap pengaruh buruk dari

antimikroba dan pengaruh lingkungan. Kemampuan S. mutans untuk memanfaatkan

beberapa ekstra dan intraseluler sebagai senyawa penyimpanan jangka pendek

menawarkan keuntungan ekologis tambahan, bersamaan dengan peningkatan jumlah

produksi asam dan tingkat keasaman. Ketahanan lingkungan asam ini menyebabkan

flora toleran terhadap asam yang tinggi, lingkungan dengan pH yang rendah dalam

matriks plak hasil demineralisasi pada enamel, demikian permulaan proses karies

gigi. Oleh karena itu, polisakarida ekstraseluler dan pengasaman dari biofilm sangat

penting untuk pembentukan plak gigi kariogenik.20

2.3 Sirih

Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai bahan alam yang

dimanfaatkan dalam mencegah dan mengatasi penyakit karies gigi. Tanaman sirih

merupakan salah satu tanaman herbal yang berhubungan erat dengan pengendalian

karies, penyakit periodontal dan mengontrol halitosis.6,7,14

2.3.1 Morfologi Sirih

Sirih merupakan tanaman herbal memanjat dengan tinggi tanaman dapat

mencapai 2-4 m. Batang tanaman berbentuk bulat dan lunak, beruas-ruas, beralur-alur

dan berwarna hijau abu-abu. Sirih memiliki daun yang tunggal dan letaknya berseling

(26)

daun berbentuk jantung atau agak bundar asimetris. Daun sirih memiliki warna yang

bervariasi yaitu kuning, hijau sampai hijau tua dan berbau aromatis.23

Taksonomi Sirih:24

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle Linn

(27)

2.3.2 Jenis Sirih

Tanaman sirih dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan daun, aroma,

dan rasa. Jenis-jenis sirih tersebut diantaranya sirih jawa yang berdaun hijau tua dan

rasanya kurang tajam; sirih badan yang berdaun besar, berwarna hijau tua dengan

warna kuning di beberapa bagian, dan rasa serta bau lebih tajam; sirih cengkeh (daun

kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh); sirih hitam yang rasanya sangat

tajam dan digunakan sebagai campuran berbagai obat; serta sirih kuning. Jenis sirih

yang dikunyah dengan pinang biasanya yang berwarna hijau muda dan rasanya

kurang pedas.23

2.3.3 Kandungan Sirih

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri

1-4,2%, air protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium,

gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol

alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa

(bakterisid dan fungisid) tetapi tidak sporosid.26

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung

aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol

dan beberapa derivatnya.27 Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,

estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan

tanin.3,8,28 Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang

memberi bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat

(28)

Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam

protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel

bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di

dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat

menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim

dan menyebabkan kebocoran sel.29

2.3.4 Kegunaan Sirih

Tanaman sirih sudah lama dikenal sebagai tanaman obat dan banyak tumbuh

di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai obat adalah

daunnya. Secara tradisional, sirih dipakai sebagai obat sariawan, sakit tenggorokan,

obat batuk, obat cuci mata, obat keputihan, pendarahan pada hidung/mimisan,

mempercepat penyembuhan luka, menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit

(29)

2.4 Kerangka Teori

Pelikel

Host

Bahan organik dan Anorganik

Streptococcus mutans

Glucosyltransferase

Plak

Waktu Substrat

Karies

Ekstrak daun sirih

hijau Zat Aktif : Minyak Atsiri  Fenol Efek antibakteri

(30)

2.5 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah:

1. Adanya kemampuan ekstrak daun sirih hijau dalam menghambat

pertumbuhan S. mutans.

2. Adanya perbedaan efektifitas antara 20 konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

yaitu 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%, 0,6%,

0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1% terhadap pertumbuhan S. mutans.

Ekstrak daun sirih hijau

Streptococcus mutans

Glucosyltransferase

Kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, inaktif enzim,

kebocoran sel

Terjadi hambatan pertumbuhan S.mutans

Minyak Atsiri

Fenol

(31)

3. Adanya kadar hambat minimum ekstrak daun sirih hijau yang dapat

menghambat pertumbuhan S. mutans.

4. Adanya konsentrasi efektif ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan

(32)

BAB 3 

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental posttest only control group.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

laboratorium FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jumlah pengulangan yang

dilakukan pada penelitian ini menggunakan rumus umum:

Dik : t = jumlah perlakuan (20 konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yaitu 20% (200

mg/ml), 10% (100 mg/ml), 9% (90 mg/ml), 8% (80 mg/ml), 7% (70

mg/ml), 6% (60 mg/ml), 5% (50 mg/ml), 4% (40 mg/ml), 3% (30 mg/ml),

2% (20 mg/ml), 1% (10 mg/ml), 0,9% (9 mg/ml), 0,8% (8 mg/ml), 0,7%

(7 mg/ml), 0,6% (6 mg/ml), 0,5% (5 mg/ml), 0,4% (4 mg/ml), 0,3% (3

mg/ml), 0,2% (2 mg/ml), 0,1% (1 mg/ml)), NaOCl 0,5% sebagai kontrol

(+) dan cakram kosong sebagai kontrol negatif.

r = jumlah pengulangan

(t-1) x (r-1) ≥ 15

(22-1) x (r-1) ≥ 15

21 x (r-1) ≥ 15

(33)

21r-21 ≥ 15

21r ≥ 36

r ≥ 1,71

Besar sampel dibulatkan menjadi 5 kemudian dikalikan dengan 22 perlakuan,

jadi jumlah besar sampel adalah 110. Sehingga untuk masing- masing bahan coba

dilakukan 5 kali pengulangan.

 Kelompok 1 : Ekstrak dengan konsentrasi (20%) = 5 sampel

 Kelompok 2 : Ekstrak dengan konsentrasi (10%) = 5 sampel

 Kelompok 3 : Ekstrak dengan konsentrasi (9%) = 5 sampel 

 Kelompok 4 : Ekstrak dengan konsentrasi (8%) = 5 sampel 

 Kelompok 5 : Ekstrak dengan konsentrasi (7%) = 5 sampel 

 Kelompok 6 : Ekstrak dengan konsentras (6%) = 5 sampel 

 Kelompok 7 : Ekstrak dengan konsentrasi (5%) = 5 sampel 

 Kelompok 8 : Ekstrak dengan konsentrasi (4%) = 5 sampel 

 Kelompok 9 : Ekstrak dengan konsentrasi (3%) = 5 sampel 

 Kelompok 10 : Ekstrak dengan konsentrasi (2%) = 5 sampel 

 Kelompok 11 : Ekstrak dengan konsentrasi (1%) = 5 sampel 

 Kelompok 12 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,9%) = 5 sampel 

 Kelompok 13 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,8%) = 5 sampel 

 Kelompok 14 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,7%) = 5 sampel 

 Kelompok 15 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,6%) = 5 sampel 

(34)

 Kelompok 17 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,4%) = 5 sampel 

 Kelompok 18 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,3%) = 5 sampel 

 Kelompok 19 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,2%) = 5 sampel 

 Kelompok 20 : Ekstrak dengan konsentrasi (0,1%) = 5 sampel 

 Kelompok 21 : Kontrol (+) (NaOCl 0,5%) = 5 sampel 

 Kelompok 22 : Kontrol (–) (cakram kosong) = 5 sampel

 Besar sampel keseluruhan = 110 sampel

3.3. Variabel Penelitian

VARIABEL

 Ekstrak daun sirih hijau dengan 20 konsentrasi yaitu : 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%, 0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1% serta kontrol positif dan kontrol negatif

VARIABEL TERKENDALI

 Media untuk pertumbuhan

S. mutans

 Suhu inkubasi

 Waktu inkubasi

 Sterilisasi alat, bahan dan media

 Waktu pengamatan

 Konsentrasi bahan coba

 Suspensi S.mutans pada saat diinokulasi pada media NA

 Keterampilan operator

VARIABEL

TIDAK TERKENDALI

 Lamanya penyimpanan daun sirih hijau

(35)

3.3.1 Variabel Bebas

 Ekstrak daun sirih hijau dengan 20 konsentrasi yaitu : 20%, 10%, 9%, 8%,

7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%, 0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%,

0,1% serta kontrol positif dan kontrol negatif.

3.3.2 Variabel Tergantung

 Zona hambat pertumbuhan S. mutans pada media MHA

3.3.3 Variabel Terkendali

 Media untuk pertumbuhan S. mutans

 Suhu inkubasi

 Waktu inkubasi

 Sterilisasi alat, bahan dan media

 Waktu pengamatan

 Konsentrasi bahan coba

 Suspensi S.mutans pada saat diinokulasi pada media NA

 Keterampilan operator

3.3.4 Variabel Tidak Terkendali

 Lamanya penyimpanan daun sirih hijau

(36)

3.4 Defenisi Operasional

S. mutans adalah bakteri yang berasal dari stem cell yang merupakan

perkembangan S. mutans diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

 Sirih hijau adalah sirih hijau yang tumbuh di Desa Purwojoyo Kabupaten

Deli Serdang, Sumatera Utara.

 Ekstrak daun sirih hijau pelarut etanol adalah ekstrak yang diperoleh

dengan melakukan ekstraksi daun sirih hijau yang telah dimaserasi dengan pelarut

etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak kental.

 Diameter zona hambat adalah diameter zona dimana bakteri tidak tumbuh

ditandai dengan zona bening yang diukur dengan kaliper dengan satuan milimeter.

 Konsentrasi efektif adalah konsentrasi yang memiliki daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri dengan diameter daya hambat berukuran 12-24 mm

mengacu pada standar umum obat asal tanaman (Departemen Kesehatan,1988).8

 Ekstrak daun sirih hijau konsentrasi 20% adalah 2 gr ekstrak daun sirih

hijau dalam 10 ml etanol 96% (200 mg/ml).

 Kadar hambat minimum adalah kadar hambat minimal yang masih

memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan S. mutans, dimana konsentrasi dibawah

kadar hambat minimum tidak lagi menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan

(37)

3.5 Bahan dan Alat Penelitian

3. 5.1 Alat Penelitian

 Cakram kosong (Oxoid)

 Autoklaf (Yamamoto SN 210)

 Oven (Gallenkomp)

 Inkubator (Fisher scientific Isotemp Incubator model 630-D)

 Kaliper (Krisbow)

 Erlenmeyer 250ml (pyrex)

 Gelas ukur 100ml (pyrex)

Vaccum Rotary Evaporator

Neraca Analitic Electric

 Tabung reaksi (Pyrex)

 Blender

Freeze Dryer

 Vortex

 Pisau

 Aluminium foil 1 gulungan

 Kertas saring

 Rak tabung reaksi

Sprayer

Cotton bud steril

(38)

 Cawan petri

 Pipet micro dan tissue

 Batang pengaduk

 Bunsen

 Ose

Gambar 3. Cakram Kosong (Oxoid) Gambar 4. Autoklaf (Yamamoto SN 210)

(39)

3.5.2 Bahan Penelitian

 Daun sirih hijau sebanyak 3,5 kg.

 Pelarut etanol 96% 7,5 liter

 Biakan murni S.mutans

 Media MHA (Mueller Hinton Agar)

 Media Nutrient agar

 Spritus

 Alkohol 70%

 Wipol

 Kapas Steril

Cotton Bud steril

 Spritus

 Aquades

 NaCl 0,85%

 NaOCl 0,5%

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi

USU, Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Mikrobiologi

(40)

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian:

 Penulisan skripsi selama 11 bulan yaitu Agustus 2010- Juli 2011

 Penelitian Laboratorium selama 3 bulan yaitu April-Juni 2011

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Tahap- tahap pengambilan dan pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.7.1 Pembuatan Media Bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media Nutrient agar yang digunakan

untuk pembiakan bakteri, sebanyak 2 gram Nutrient agar dilarutkan ke dalam 100 ml

akuades, lalu dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih.

Kemudian dibuat media Mueller Hinton Agar (MHA) yang digunakan untuk uji

aktifitas antibakteri dari bahan coba. Sebanyak 15,2 gram Mueller Hinton Agar

dilarutkan ke dalam 400 ml akuades, lalu dipanaskan di atas tungku pemanas

magnetik sampai mendidih. Setelah media masak, disterilkan ke dalam autoklaf

selama 2 jam dengan tekanan udara 2 atm atau suhu 1210 C. Setelah disterilkan,

media disimpan di dalam kulkas. Jika akan digunakan, media dipanaskan kembali

(41)

Gambar 6. Penuangan media dalam cawan petri

3.7.2 Pembiakan Spesimen

Biakan uji bakteri yang digunakan pada penelitian S. mutans berasal dari

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara. Kegiatan pembiakan spesimen dilakukan dalam suasana

aerob. Dilakukan pembiakan S.mutans pada cawan petri berisi media padat Nutrient

agar (NA) yang telah disiapkan pada prosedur sebelumnya. Biakan bakteri diinkubasi

dalam suasana aerob pada suhu 370C selama 24 jam, lalu diamati apakah bakteri

S. mutans murni telah tumbuh subur. Apabila pertumbuhan bakteri tidak subur dan

terjadi kontaminasi bakteri lain, prosedur pembiakkan bakteri dan pengamatan

diulang kembali.

3.7.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau

Pembuatan ekstrak daun sirih hijau dilakukan melalui tiga tahapan, pertama

dengan metode perkolasi yaitu penyaringan ekstrak daun sirih dalam rendaman

(42)

etanol 96% yang telah mengikat ekstrak daun sirih sehingga akan diperoleh ekstrak

yang kental, tahapan yang terakhir yaitu freeze dryer, tujuannya untuk mengeringkan

ekstrak yang masih mengandung etanol 96%.

Sebanyak 3,5 kg daun sirih hijau segar dicuci hingga bersih, dipotong

kecil-kecil dan kemudian dikeringkan selama 10 hari. Setelah dikeringkan maka diperoleh

daun sirih yang kering dengan kadar air <10% dan disebut dengan simplisia.

Simplisia dihaluskan dengan blender dan diperoleh serbuk daun sirih sebanyak

±300gr. Serbuk ini kemudian dicampur dengan pelarut etanol 96% di dalam suatu

wadah sambil diaduk-aduk. Serbuk akan menyerap etanol sehingga serbuk akan

terlihat mengembang, untuk itu perlu dilakukan penambahan etanol hingga serbuk

tidak menyerap etanol lagi. Setelah itu didiamkan selama 3 jam.

Proses selanjutnya disebut dengan perkolasi yaitu menyaring campuran serbuk

dan etanol dalam suatu botol terbalik. Di dalam botol terdapat beberapa lapisan

bahan. Mulai dari bagian bawah, diletakkan sebuah karet penutup botol sebagai

penahan infusa yang terhubung dengan botol penampung ekstrak, kemudian dilapisan

selanjutnya diletakkan kapas dan kertas saring sebagai penyaring ekstrak agar

diperoleh ekstrak yang jernih. Kemudian campuran serbuk daun sirih dan etanol

berada di atasnya dan dilapisi lagi oleh kertas saring. Larutan etanol yang digunakan

sepanjang 5 cm jika diukur dengan menggunakan penggaris. Botol ditutup dengan

menggunakan aluminium foil dan plastik. Kemudian terus ditambahkan pelarut etanol

96% sampai diperoleh ekstrak daun sirih yang jernih dan dipantau untuk melihat

(43)

3.7.4 Uji Efektifitas Anti Bakteri

Biakan uji bakteri yang digunakan pada penelitian adalah S.mutans pada

media Nutrient agar yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Urutan

pengujian antibakteri S.mutans adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Suspensi Bakteri

Alat-alat yang akan digunakan pada proses uji aktivitas antibakteri terlebih

dahulu dicuci bersih kemudian dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu

121°C selama 15 menit. Kemudian sebanyak 1-2 ose dari biakan murni bakteri uji

yang telah dikultur dan tumbuh subur, disuspensikan dengan menggunakan NaCl

0,85% sampai diperoleh kekeruhan yang sama dengan standard Mc.Farland (1x108

CFU/ml). Setelah itu sebanyak 400 ml MHA dibagi ke dalam 28 petri yang telah

disediakan, dibiarkan sampai memadat, kemudian tiap cawan petri dibagi menjadi 4

area. Suspensi bakteri diambil dengan menggunakan cotton bud steril lalu diswab ke

seluruh permukaan media secara merata dan dieramkan dalam inkubator selama 15

menit.

b. Peletakan Cakram yang Telah Ditetesi Bahan Coba pada Media MHA

Cakram kosong yang telah ditetesi bahan coba diletakkan pada petri yang telah

terdapat bakteri. Setelah itu cawan petri diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.

Setelah 24 jam dilihat banyak S. mutans yang tumbuh dengan mengukur zona bening

(44)

3.7.5 Cara Pengukuran Zona Hambat

Zona hambat yang terbentuk diukur sebanyak dua kali yaitu pengukuran

berdasarkan garis tengah diagonal dan hasilnya dirata-ratakan. Alat pengukuran zona

hambat adalah kaliper.

Gambar 7. Cara mengukur zona hambat S. mutans pada media Mueller Hinton Agar (MHA) setelah 24 jam pengamatan27

3.7.6 Analisis Data

Data dari setiap perlakuan dianalisis secara statistik dengan tingkat

kemaknaan (p = 0,05), dengan memakai uji statistik yaitu Uji One Way ANOVA,

untuk melihat perbedaan efek antibakteri pada semua kelompok perlakuan. Ekstrak

Media Mueller Hinton Agar (MHA)

(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Setelah peletakan cakram yang berisi ekstrak daun sirih hijau dan kontrol pada

media MHA yang telah diinokulasi suspensi S. mutans, kemudian diinkubasi dan

dilakukan pengamatan untuk melihat zona hambat yang terbentuk setelah 24 jam.

Masing-masing bahan coba dilakukan lima kali pengulangan. Pengamatan dilakukan

terhadap seluruh pengulangan dari bahan coba pada waktu yang bersamaan.

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap penelitian ini, ditemukan zona

hambat di sekitar cakram yang berisi bahan coba dan kontrol. Zona hambat ini

merupakan zona dimana koloni S. mutans dihambat pertumbuhannya oleh

bahan-bahan coba.

Gambar 8. Hasil uji efektifitas ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi 10%, 9%, 8%, 7% terhadap Streptococcus mutans

10% 9%

(46)

Gambar 9. Hasil uji efektifitas ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, Kontrol (-) terhadap Streptococcus mutans

Gambar 10. Hasil uji efektifitas ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi 20%, 0,9%, 0,8%, 0,7%, 0,6%, 0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1%, Kontrol (+) terhadap Streptococcus mutans

6% 5%

4% 3%

20 % 0,9%

0,8% 0,7%

NaOCl 0,5%

0,5% 0,6%

Cakram Kosong 1% 2%

0,4% 0,3%

(47)

Hasil analisis varians satu arah (one way ANOVA) pada tabel 1 menunjukkan

perbedaan yang bermakna antara 20 konsentrasi terhadap pertumbuhan S. mutans

(p=0,05). Zona hambat paling besar terdapat pada ekstrak daun sirih hijau yang

memiliki konsentrasi 20% yaitu (13,81 mm) dan konsentrasi ini juga dapat disebut

dengan konsentrasi efektif mengacu kepada zona hambat efektif sesuai standar obat

asal tanaman (Departemen Kesehatan, 1988). Zona hambat minimum dari ekstrak

daun sirih hijau pada penelitian ini adalah pada konsentrasi 1% (tabel 1), dimana

konsentrasi dibawah 1% yaitu 0,9% tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan

S. mutans, sehingga konsentrasi ekstrak 1% dijadikan sebagai konsentrasi hambat

minimum ekstrak daun sirih hijau.

Hasil analisa varians satu arah juga menunjukkan bahwa pada ekstrak daun

sirih hijau dengan konsentrasi 5% memiliki nilai rata-rata zona hambat yang sama

dengan kontrol (+) yaitu NaOCl 0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih

hijau dengan konsentrasi 5% memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan S. mutans

yang sama dengan bahan yang sudah digunakan di kedokteran gigi yaitu NaOCl

0,5%, sehingga konsentrasi 5% sudah dapat dijadikan sebagai konsentrasi yang dapat

digunakan dalam bahan pencegahan karies gigi jika dirasa ekstrak daun sirih hijau

dengan konsentrasi 20% terlalu besar nilai konsentrasinya untuk digunakan pada

(48)
(49)

Bahan Coba N Mean (mm)

Min Max Std. Deviasi

p

<0,05   Ekstrak Daun Sirih

Hijau 0,1%

5 0 0 0 0.0000

K (+)

(NaOCl 0,5%)

5 8.2800 8.21 8.36 0.06042

K (-) 5 0 0 0.00000

Total 90 5.0125 13.90 4.81677

Uji Post Hoc dengan LSD secara umum terlihat bahwa terdapat perbedaan

(50)

BAB 5 

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai efektifitas ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan

Streptococcus mutans adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau

mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan S.mutans. S. mutans merupakan salah

satu spesies bakteri yang dominan di dalam mulut dan telah banyak penelitian yang

membuktikan adanya korelasi positif antara jumlah bakteri S. mutans pada plak gigi

dengan prevalensi karies gigi. Pada penelitian ini pertumbuhan S. mutans akan

dihambat dengan menggunakan bahan herbal yaitu ekstrak daun sirih hijau.

Pembuatan ekstrak daun sirih hijau dilakukan melalui tiga tahapan, pertama dengan

metode perkolasi yaitu penyaringan ekstrak daun sirih dalam rendaman etanol 96%,

tahap kedua yaitu rotari evaporator dengan tujuan untuk menguapkan etanol 96%

yang telah mengikat ekstrak daun sirih sehingga akan diperoleh ekstrak yang kental,

tahapan yang terakhir yaitu freeze dryer, tujuannya untuk mengeringkan ekstrak yang

masih mengandung etanol 96%.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental posttest only control

group dan pengujian antibakteri ekstrak daun sirih hijau menggunakan teknik disk

difussion test (The Kirby-Bauer Method). Efektifitas daya antibakteri dari ekstrak

daun sirih hijau ini akan terlihat dari besarnya diameter zona hambat yang terbentuk

di sekitar cakram yang telah ditetesi dengan ekstrak daun sirih hijau sebagai bahan

coba yang diamati pada media MHA yang telah diinokulasi oleh S.mutans.

(51)

10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%, 0,6%, 0,5%, 0,4%,

0,3%, 0,2%, 0,1% secara berturut-turut adalah 13,81 mm, 11,32 mm, 10,49 mm,

10,03 mm, 9,56 mm, 9,28 mm, 8,36 mm, 7,74 mm, 7,39 mm, 7,08 mm, dan 6,92 mm,

0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm, 0 mm.

Dilihat dari hasil pengukuran zona hambat, rata-rata zona hambat yang paling

besar adalah ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 20% yaitu 13,81 mm dan

zona hambat yang paling kecil adalah ekstrak daun sirih hijau dengan konsentarsi 1%

yaitu 6,92 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi efektif terhadap

pertumbuhan S. mutans sesuai dengan standar umum obat asal tanaman dengan

diameter zona hambat 12-24 mm (Departemen Kesehatan, 1988) adalah pada

konsentrasi 20% dan kadar hambat minimum ditunjukkan pada konsentrasi 1%.

Kadar hambat minimum merupakan suatu konsentrasi minimum yang masih

memiliki daya antibakteri terhadap pertumbuhan S. mutans dimana konsentrasi

dibawah konsentrasi minimum tidak menunjukkan daya hambat terhadap

pertumbuhan bakteri S. mutans yang ditandai dengan zona bening. Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa aktifitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau terus

meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi ekstrak tersebut.

Bahan kontrol yaitu NaOCl 0,5% juga memiliki zona hambat yaitu sebesar

8,28 mm. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil yang kurang stabil pada setiap

konsentrasi, hal ini kemungkinan terjadi karena prosedur pembuatan konsentrasi

ekstrak yang kurang homogen. Selain itu juga melarutkan ekstrak yang memiliki

(52)

pada penelitian selanjutnya sebaiknya pengenceran konsentrasi ekstrak dilakukan

dengan menggunakan DMSO (Dimethyl Sulfoxide).

S. mutans merupakan bakteri yang memiliki kemampuan untuk mensintesis

sukrosa dengan menggunakan enzimnya (glucosyltransferase) yang merupakan faktor

utama dalam virulensi karies.20 Daun sirih diketahui mengandung 4,2% minyak atsiri

yang sebagian besar terdiri dari Chavicol, paraallyphenol. isomer euganol

allypyrocatechine, Cineol methil euganol dan Caryophyllen, kavikol, kavibekol,

estragol, terpenin. Kavikol dan kavibetol merupakan turunan dari fenol yang

mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa. Cara kerja fenol dalam

membunuh mikroorganisme S. mutans yaitu dengan cara mendenaturasi sel protein

S. mutans. Dengan terdenaturasinya protein sel S. mutans, maka semua aktivitas

metabolisme sel S. mutans dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein.8

Fenol merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein

terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur

kerangka kovalen. Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah berubah sifat,

namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein S. mutans tidak dapat

melakukan fungsinya.2

Selain efektif terhadap pertumbuhan S.mutans, ekstrak daun sirih hijau juga

dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis dan

Actinomyces viscosus. Ketiga bakteri tersebut merupakan kolonisasi pertama dari

plak gigi dan akan memberikan lingkungan yang kondusif untuk kolonisasi kedua

(53)

karena ekstrak daun sirih hijau dapat menghambat enzim glucosyltransferase (GTF)

yang sangat berperan dalam pembentukan glucan.Penghambatan glucosyltransferase

(GTF) mempengaruhi pembentukan glukan yang pada akhirnya akan membuat

lingkungan yang kurang kondusif untuk pertumbuhan S. Mutans.6

Penelitian Anang Hermawan memperlihatkan bahwa ekstrak daun sirih hijau

juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih hijau tidak hanya

menekan pertumbuhan S. mutans tetapi juga mampu menekan pertumbuhan bakteri

lain .8

Penelitian Dhika menyatakan air seduhan daun sirih menunjukkan efek

antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Dengan metode dilusi, air seduhan daun

sirih menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) terhadap Streptococcus mutans

pada konsentrasi 25% dan menunjukkan KBM (Kadar Bunuh Minimum) terhadap

Streptococcus mutans pada konsentrasi 100%, karena air seduhan daun sirih bersifat

bakteriostatik dan bakterisid terhadap Streptococcus mutans.28 Penelitian Irmasari

(2002) menyatakan bahwa uji antibakteri dengan metode dilusi air rebusan daun sirih

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian efektifitas ekstrak daun sirih hijau terhadap

pertumbuhan Streptococcus mutans, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat efek antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau terhadap

pertumbuhan S. mutans.

2. Terdapat perbedaan efektifitas antara 20 konsentrasi ekstrak daun sirih

hijau terhadap pertumbuhan S. mutans.

3. Konsentrasi efektif dari ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan S.

mutans dari penelitian ini adalah pada konsentrasi 20%.

4. Kadar hambat minimum dari ekstrak daun sirih hijau terhadap

pertumbuhan S. mutans adalah pada konsentrasi 1%.

6.2 Saran

1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai efektifitas ekstrak daun sirih hijau

terhadap bakteri penyebab karies lainnya seperti Streptococcus sanguis dan

Lactobacillus.

2.Sebaiknya pada penelitian selanjutnya pelarut yang digunakan untuk

pengenceran ekstrak yaitu DMSO (Dimethyl Sulfoxide) untuk diperoleh hasil

(55)

3.Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pembuatan produk pencegahan karies dengan menambahkan bahan sirih seperti pasta

(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agustina A, Tjahajani A, Auerkari E. Pengaruh pasta gigi mengandung xylitol

terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans serotip c in vitro. Indonesian J Dent

2007; 14 (3): 204-205.

2. Pratiwi R. Perbedaan daya hambat terhadap Stretococcus mutans dari beberapa

pasta gigi yang mengandung herbal. http://asic.lib.unair.ac.id/journals/abstrack/

MKG%2038%202%202005%20;%20Rini%20;%20Perbedaan%202.pdf (20 Sep

tember 2010).

3. Saptaria F, Suharsini M, Sutadi H. Pengaruh pasta gigi yang mengandung daun

sirih terhadap koloni Streptococcus mutans dalam plak gigi anak. J PDGI 2007:

95.

4. Leyster CW. An Investigation of the levels of antimicrobial efficacy in

commercial dentifrices on Streptococcus mutans and Lactobacillus. Saint Martin’s

Univ Biol J 2006; 1: 156.

5. Sasmita IS, Pertiwi ASP, Halim M. Gambaran efek pasta gigi yang mengandung

herbal terhadap penurunan indeks plak. J PDGI 2007: 37.

6. Nalina T, Rahim ZHA. The crude aqueous extract of Piper betle L and its

antibacterial effect towards Streptococcus mutans. Am J Biotechnol Biochem

2007; 3 (1): 10.

7. Nalina T, Rahim ZHA. Effect of Piper betle L extract on the virulence activity of

(57)

8. Hermawan A, Eliyani H, Tyasningsih W. Pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle

L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dengan

metode difusi disk. Artikel Ilmiah. Surabaya: Universitas Airlangga, 2007: 2.

9. Dewo AT, Sutadi H, Suharsini M. Koloni Streptococcus mutans dalam saliva

anak yang menggunakan pasta gigi daun sirih dan pasta gigi siwak. J PDGI 2007:

182.

10.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan.

Medan: USU Press, 2008: 4-6.

11.Jeevarathan J, Deepti A, Muthu MS, Prabhu R, Chamundeeswari GS. Effect of

fluoride varnish on Streptococcus mutans counts in plaque of caries-free children

using dentocult SM strip mutans test: A randomized controlled triple blind study.

J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2007: 157.

12.Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. Medical microbiology. 24th ed.

Chicago: The McGraw-Hill Company, 2007: 2

13.Samaranayake L. Essentials microbiology for dentistry. 3rd ed. London: Elsevier,

2007: 268.

14.Sabir A. Aktifitas antibakteri flavanoid propolis Trigona sp terhadap bakteri

Streptococcus mutans (in vitro). Dent J 2005; 38 (3): 135.

15.Miller CH, Palenik CJ. Infection control & managemenet of hazardous materials

for the dental team. 3rd ed. Indiana: Elsevier, 2005: 61.

16.Forssten SD, BjÖrklund M, Ouwehand AC. Streptococcus mutans, caries, and

(58)

17.Fani MM, Kohanteb J, Dayaghhi M. Inhibitory activity of garlic (Allium sativum)

extract on multidrug-resistant Streptococcus mutans. J Indian soc Pedod Prevent

Dent 2007: 164.

18.McCracken AW, Cawson RA. Clinical and oral microbiology. London:

Hemisphere Publishing Corporation, 1983: 475.

19.Kunnel D. Oral microbes - Bacteria (bacilli and cocci) and yeast.

http://denniskunkel.com/DK/Bacteria/26708A.html (16 Februari 2011).

20.Murata MR, Branco-de-Almeida LS, Franco EM, dkk. Inhibition of Streptococcus

mutans biofilm accumulation and development of dental caries in vivo by 7-

epiclusianone and flouride. Biofouling 2010; 26 (7): 865.

21.Syukur C, Hernani. Budi daya tanaman obat komersial. Jakarta: Penebar

Swadaya, 2001: 101-102.

22.Farida JR, Dewa ACM, Nirwani B. Manfaat sirih merah sebagai agen anti

bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. J Ked dan Kes

Indonesia.2007.

23.Soemiati A, Elya B. Uji pendahuluan efek kombinasi anti jamur infus dan sirih

(Piper betle L), kulit buah delima (Punica granatum L) dan rimpang kunyit

(Curcuma domestica Val) terhadap jamur Candida albicans. Makara 2002; 6 (3):

149.

24.Parwata IMOA, Rita WS, Yoga R. Isolasi dan uji antiradikal bebas minyak atsiri

pada daun sirih (Piper betle L) secara spektroskopi ultra violet-tampak. J Kimia

(59)

25.Sari R, Isadiartuti D. Studi efektifitas sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun

sirih (Piper betle L). Maj Farmasi Indonesia 2006; 17 (4): 164.

26.Indriati N, Kusmarwati A. Penggunaan ekstrak daun sirih untuk menghambat

pertumbuhan bakteri penghasil histamin. http://www/bbrp2b.dkp.go.id/publikasi/

prosiding/2008/brawijaya/PENGGUNAAN%20EKSTRAK%20DAUN%20SIRI

H%20UNTUK%20MENGHAMBAT%20PERTUMBUHAN%20B.pdf (20 Sep

tember 2010).

27.Jamilah M. Perbandingan efektifitas pasta gigi yang mengandung ekstrak daun

sirih dan fluor terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans (In vitro).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19051/3/Chapter%20III-VII.pdf

(19 Juli 2011).

28.Dhika T.S. Perbandingan efek antibakterial berbagai konsentrasi daun sirih (Piper

betle Linn) terhadap Streptococcus mutans. Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas

(60)

 

LAMPIRAN 1

Perhitungan Pembuatan Konsentrasi Ekstrak

Pembuatan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau menggunakan rumus sebagai

berikut:

Ket:

V1 = Volume larutan ekstrak etanol yang diambil (ml)

C1 = Konsentrasi ekstrak etanol yang diambil (mg/ml)

V2 = Volume Larutan yang akan dibuat (ml)

C2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat (mg/ml)

(61)
(62)
(63)
(64)

LAMPIRAN 2

Tabel Hasil Pengukuran Zona Hambat Esktrak Daun Sirih Hijau terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans

Ekstrak Daun Sirih Hijau

Pengulangan Konsentrasi

20%

Ekstrak Daun Sirih Hijau

(65)

ONEWAY VAR00002 BY VAR00001   /STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY   /PLOT 

MEANS   /MISSING ANALYSIS   /POSTHOC=LSD ALPHA(0.05). 

Oneway

[DataSet0] 

Descriptives

VAR00002

95% Confidence Interval for Mean

(66)

0,4% 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000

0,3% 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000

0,2% 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000

0,1% 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000

K (+) 5 8.2800 .06042 .02702 8.2050 8.3550

K (-) 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000

(67)

Descriptives

VAR00002

Minimum Maximum

20% 13.74 13.90

10% 11.15 11.50

9% 10.35 10.65

8% 9.80 10.20

7% 9.20 9.85

6% 9.10 9.40

5% 8.10 8.60

4% 7.60 7.90

3% 7.25 7.50

2% 6.90 7.25

1% 6.75 7.13

0,9% .00 .00

0,8% .00 .00

0,7% .00 .00

0,6% .00 .00

(68)

           

0,3% .00 .00

0,2% .00 .00

0,1% .00 .00

K (+) 8.21 8.36

K (-) .00 .00

Total .00 13.90

Test of Homogeneity of Variances

VAR00002

Levene Statistic df1 df2 Sig.

8.772 21 88 .000

ANOVA

VAR00002

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2527.805 21 120.372 9310.796 .000

Within Groups 1.138 88 .013

(69)

Post Hoc Tests

0,9% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

0,8% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

0,7% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

0,6% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

0,5% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

0,4% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

(70)

0,2% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

0,1% 13.81800* .07191 .000 13.6751 13.9609

K (+) 5.53800* .07191 .000 5.3951 5.6809

0,9% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,8% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,7% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,6% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,5% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,4% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,3% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,2% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

0,1% 11.32000* .07191 .000 11.1771 11.4629

K (+) 3.04000* .07191 .000 2.8971 3.1829

(71)

9% 20% -3.32800* .07191 .000 -3.4709 -3.1851

0,9% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,8% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,7% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,6% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,5% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,4% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,3% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,2% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

0,1% 10.49000* .07191 .000 10.3471 10.6329

(72)

6% .75000* .07191 .000 .6071 .8929

0,9% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,8% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,7% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,6% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,5% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,4% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,3% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,2% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

0,1% 10.03000* .07191 .000 9.8871 10.1729

(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

4% -.81400* .07191 .000 -.9569 -.6711

10% -11.32000* .07191 .000 -11.4629 -11.1771

9% -10.49000* .07191 .000 -10.6329 -10.3471

8% -10.03000* .07191 .000 -10.1729 -9.8871

(79)

0,8% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,7% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,6% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,5% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,4% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,3% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,2% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,1% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

K (+) -8.28000* .07191 .000 -8.4229 -8.1371

K (-) .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,8% 20% -13.81800* .07191 .000 -13.9609 -13.6751

10% -11.32000* .07191 .000 -11.4629 -11.1771

9% -10.49000* .07191 .000 -10.6329 -10.3471

8% -10.03000* .07191 .000 -10.1729 -9.8871

7% -9.56000* .07191 .000 -9.7029 -9.4171

0,9% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,7% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,6% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

(80)

0,4% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,3% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,2% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,1% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

K (+) -8.28000* .07191 .000 -8.4229 -8.1371

K (-) .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,7% 20% -13.81800* .07191 .000 -13.9609 -13.6751

10% -11.32000* .07191 .000 -11.4629 -11.1771

9% -10.49000* .07191 .000 -10.6329 -10.3471

8% -10.03000* .07191 .000 -10.1729 -9.8871

7% -9.56000* .07191 .000 -9.7029 -9.4171

0,9% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,8% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,6% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,5% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,4% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,3% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,2% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

(81)

K (+) -8.28000* .07191 .000 -8.4229 -8.1371

K (-) .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,6% 20% -13.81800* .07191 .000 -13.9609 -13.6751

10% -11.32000* .07191 .000 -11.4629 -11.1771

9% -10.49000* .07191 .000 -10.6329 -10.3471

8% -10.03000* .07191 .000 -10.1729 -9.8871

7% -9.56000* .07191 .000 -9.7029 -9.4171

0,9% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,8% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,7% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,5% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,4% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,3% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,2% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,1% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

K (+) -8.28000* .07191 .000 -8.4229 -8.1371

K (-) .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,5% 20% -13.81800* .07191 .000 -13.9609 -13.6751

(82)

9% -10.49000* .07191 .000 -10.6329 -10.3471

8% -10.03000* .07191 .000 -10.1729 -9.8871

7% -9.56000* .07191 .000 -9.7029 -9.4171

0,9% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,8% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,7% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,6% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,4% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,3% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,2% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,1% .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

K (+) -8.28000* .07191 .000 -8.4229 -8.1371

K (-) .00000 .07191 1.000 -.1429 .1429

0,4% 20% -13.81800* .07191 .000 -13.9609 -13.6751

10% -11.32000* .07191 .000 -11.4629 -11.1771

9% -10.49000* .07191 .000 -10.6329 -10.3471

8% -10.03000* .07191 .000 -10.1729 -9.8871

7% -9.56000* .07191 .000 -9.7029 -9.4171

Gambar

Gambar
Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit                    multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat,       dan waktu13
Gambar 3. Cakram Kosong (Oxoid)
Gambar 9.  Hasil uji efektifitas ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi  6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%,                 Kontrol (-) terhadap Streptococcus mutans
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat pada konsentrasi ekstrak daun sirih 0,2 % telah memiliki daya hambat terhadap Streptococcus mutans walaupun pada beberapa sampel penelitian didapatkan hasil

Zona hambat pertumbuhan : daya antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap yang dilihat dari... zona bening atau zona hambat pada masing&#34;masing media

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul : “ Daya Hambat Ekstrak Daun Sirih Merah ( Piper crocatum ) terhadap Streptococcus mutans “ adalah benar

Berdasarkan hasil pengukuran diameter hambat menunjukkan bahwa fraksi N-heksan daun sirih ( Piper betle L) memiliki daya hambat kuat terhadap bakteri Streptococcus

daun sirih hijau (Piper betle L.) sebesar 28,71 mm, ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum L.) sebesar 13,00 mm, dan ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas daya hambat ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.. Penelitian

hasil analisis menunjukkan Ekstrak daun sirih hijau ( muda dan tua) menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan dan ekstrak daun sirih merah (muda dan tua) terdapat perbedaan

Zona bening yang dihasilkan digunakan sebagai indikasi adanya hambatan oleh ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang