• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus pyogenes in vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus pyogenes in vitro"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper

betle L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Streptococcus pyogenes IN VITRO

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh:

SAMROTUL FUADI

NIM: 1111103000022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada

hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai

makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk

dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya.

Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang

berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes”. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis

menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Intan Keumala Dewi, Sp.MK selaku Pembimbing Pertama dan Bu Endah

Wulandari, M.Biomed selaku Pembimbing Kedua yang dengan sabar

membimbing dan mengarahkan dalam proses penyelesaian laporan

penelitian ini.

4. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program Studi

Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mem

follow-up perkembangan dan kendala riset pada setiap akhir modul.

5. Orang tua (Drs. H. Abdul Hamid Zahid dan Dra. Hj. Armiati) yang selalu

memberi doa, motivasi super, dan semangat tiada batas hingga laporan ini

(6)

vi

6. Teman satu tim riset: Rissa Adinda Putri, Nikken Rima Oktavia,

Mar’aturrahmah, Siti Nashratul Kamillah, Indra Fauzi yang selalu

mendukung satu sama lain selama menjalani penelitian bersama, sehingga

laporan ini dapat terselesaikan.

7. Laboran dan OB khususnya Mbak Novi dan Pak Bacok yang sudah banyak

membantu selama melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.

Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna untuk pihak-pihak

lain yang memerlukan. Namun penulis juga mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun untuk kemajuan wawasan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 15 September 2014

(7)

vii

ABSTRAK

Samrotul Fuadi. Program Studi Pendidikan Dokter. EFEKTIVITAS

EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TERHADAP

PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus pyogenes. 2014

Pendahuluan: Daun sirih hijau telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia

sebagai obat tradisional. Ekstrak daun sirih dilaporkan memiliki daya antibakteri, yang terdiri dari phenol dan senyawa turunannya. Streptococcus pyogenes adalah bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yaitu Faringitis. Tujuan: Mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain Eksperimental. Daun sirih hijau 1000 g diekstraksi menggunakan metode maserasi menghasilkan 36,5 g ekstrak kental. Berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (25%, 50%, 75%, 100%), pelarut etanol 96% sebagai kontrol negatif dan eritromisin sebagai kontrol positif diuji aktivitas antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes pada agar darah dengan metode disc diffusion.Hasil: Terdapat zona hambat pada berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.). Analisis Kruskal-Wallis dilanjutkan uji Mann-Whitney

menunjukkan terdapat perbedaan daya hambat bermakna (p<0,05) antara berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes. Kesimpulan: Berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan pelarut etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes.

(8)

viii ABSTRACT

Samrotul Fuadi. Medical Education Study Program. The Effectivity of Piper

betle L. Extract on Streptococcus pyogenes Growth. 2014

Background: Piper betle L. has been used by Indonesian people as a traditional

regiment. Piper betle L. extract has been reported to contain antibacterial effect by the Phenolic compound and its derivative. Streptococcus pyogenes is the agent responsible for Upper Respiratory Tract Infection (URTI) and pharyngitis.

Objective: Aims to determine the effect of Piper betle L. extract in Streptococcus pyogenes growth inhibition. Method: This experimental research extracted 1000 g of Piper betle L. through maceration method producing 36,5 g extract. Various concentration extracts (25%, 50%, 75%, and 100%), 96% ethanol as negative control, and erythromycin as positive control were analyzed to determine the inhibiting activity to Streptococcus pyogenes growth in blood agar using disc diffusion method. Results: Inhibition zone is found at various concentrations of

Piper betle L. extract. Kruskall-Wallis test showed significant difference (p<0,05) of inhibition effect among various concentrations of Piper betle L. extracts to Streptococcus pyogenes growth. Mann Withney test shows significant differences between various concentrations of extract, erythromycin as positive control, and ethanol 96% as negative control.

Conclusion: Various concentrations of Piper betle L. extract with ethanol inhibits

Streptococcus pyogenes growth.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Lembar Persetujuan Pembimbing ... iii

(10)

x

3.3.1Variabel Bebas ... 14

3.3.2Variabel Terikat ... 14

3.4Alat dan Bahan ... 14

3.4.1Alat ... 14

3.4.2Bahan... 15

3.5Alur Penelitian ... 15

3.6Cara Kerja Penelitian ... 16

3.6.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 16

3.6.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau ... 16

3.6.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau ... 16

3.6.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi ... 16

3.6.5 Pembuatan Stok Bakteri ... 17

3.6.6 Tahap Pengujian ... 17

3.7Analisis Data ... 17

Bab IV: Hasil dan Pembahasan ... 19

4.1Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Streptococcus pyogenes... 19

Bab V: Simpulan dan Saran ... 24

5.1Simpulan ... 24

5.2Saran ... 24

Daftar Pustaka ... 25

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ... 10

(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Daun Sirih Hijau ... 4

Gambar 2.2 Koloni Streptococcus pyogenes pada agar darah ... 6

Gambar 2.2 Hasil Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes ... 6

Gambar 4.1 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (A) konsentrasi 25%, 100%,

(B) konsentrasi 50%, 75% terhadap pertumbuhan

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.6 Kerangka Teori ... 11

Bagan 2.7 Kerangka Konsep ... 12

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan ... 27

Lampiran 2 Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bahan ... 28

Lampiran 3 Alat dan Bahan Penelitian ... 29

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sirih adalah salah satu tanaman tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai

pengobatan. Tanaman sirih hijau (Piper betle L.) tumbuh subur di sepanjang Asia

tropis hingga Afrika Timur, menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia,

Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India, hingga Madagaskar.Di Indonesia, Tanaman

ini dapat ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan

Papua.1 Sirih memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai antibakteri, amebisid,

fungisid, antiseptik, immunodulator dan lainnya.2

Bagian-bagian dari tanaman sirih (Piper betle L.) seperti akar, biji dan daun

berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling sering dimanfaatkan adalah bagian

daunnya. Komponen aktif daun sirih dipengaruhi oleh umur, jenis daun, dan sinar

matahari.1 Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri atas senyawa phenol

dan beberapa derivatnya euganol dan kavikol. Senyawa phenol dan derivatnya

dapat mendenaturasi protein sel bakteri.3 Senyawa euganol bersifat bakterisida

dengan meningkatkan permeabilitas membran bakteri.4 Senyawa kavikol selain

memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifat bakterisida lima kali lipat dari

senyawa phenol lainnya.3 Berbagai macam penelitian membuktikan bahwa ekstrak

daun sirih hijau (Piper betle L.) memiliki aktivitas antibakteri.5

Khasiat ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh

Seil (2012), ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut etanol dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc diffusion pada

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau terkecil yaitu sebesar 106 ppm dengan kategori

hambatan kuat. Juga telah dibuktikan oleh Angga (2013), bahwa ekstrak daun sirih

hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dengan

metode disc diffusion pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 20% dan 30%

didapatkan rata-rata zona hambat 11,67 mm dan 14 mm dengan kategori hambatan

lemah. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50% dan 75% didapatkan rata-rata

(17)

2

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 100% didapatkan rata-rata zona hambat 21,33

mm dengan kategori hambatan kuat.

Streptococcus pyogenes adalah bakteri patogen saluran pernapasan bagian

atas yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, dan penyebab paling

umum dari faringitis bakterial.7 Faringitis adalah peradangan dinding faring, yang

merupakan penyebab dari (15-30%) kasus pada anak dan (5-10%) kasus pada

dewasa.8 Streptococcus pyogenes tergolong bakteri Gram positif, termasuk

kelompok bakteri Streptococcus β Hemolitik dan bersifat anaerob fakultatif.9

Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kejadian penyakit

infeksi yang tinggi, terutama Infeksi Saluran Pernapasan. Menurut hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) satu bulan terakhir di Indonesia adalah 25%.10 Infeksi saluran napas

berdasarkan wilayah infeksinya, dibagi menjadi infeksi saluran napas bagian atas

dan bawah. Infeksi saluran napas atas yang paling sering terjadi adalah otitis,

sinusitis, dan faringitis.Penyakit tersebut masih menjadi masalah kesehatan bagi

masyarakat di Indonesia, karena merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi

pada balita (22,8%) dan bayi.11

Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus

pyogenes secara in vitro. Penelitian ini meliputi uji aktivitas antibakteri ekstrak

daun sirih hijau dalam berbagai konsentrasi terhadap bakteri Streptococcus

pyogenes dengan metode disc diffusion.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,

rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efek ekstrak daun sirih hijau

(Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap

(18)

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui efek beberapa konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper

betle L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah

didapatkan selama menempuh pendidikan di program studi pendidikan dokter

(PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menambah pengetahuan peneliti terhadap

penerapan beberapa ilmu kedokteran terhadap perkembangan dunia kesehatan, dan

mengetahui daya hambat ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

1.4.2 Bagi Institusi

Menambah informasi dan literatur mengenai keilmuan mikrobiologi, dan

memajukan UIN Syarif Hidayatullah terutama FKIK UIN Syarif Hidayatullah

dengan mempublikasikan penelitian ini.

1.4.3 Bagi Keilmuan

Dapat memberikan informasi mengenai efek ekstrak daun sirih hijau (Piper

betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes, dapat dijadikan

bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam penelitian mikrobiologi, dan dapat

digunakan sebagai data informasi untuk melakukan penelitian lanjut tentang efek

ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus

pyogenes.

1.4.5 Bagi Sosial

Meningkatkan pemanfaatan bahan alami sebagai tanaman berkhasiat obat

(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari famili Piperaceae,

tumbuh merambat atau menjalar. Tinggi tanaman sirih bisa mencapai 5-15 m

tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Sirih memiliki batang berwarna

coklat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang merupakan tempat

keluarnya akar. Tanaman ini memiliki daun berbentuk jantung, berujung runcing,

tumbuh berselang seling, bertangkai, teksturnya kasar jika diraba, dan

mengeluarkan bau yang sedap (aromatis). Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar

3,5-10 cm. Warna daun sirih bervariasi, dari merah, kuning, hijau sampai hijau tua.

Sirih dapat tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian 300-1.000 m di atas

permukaan laut, terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan

cukup air.1

Berdasarkan Ilmu Taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari tanaman sirih

hijau (Piper betle L.)12

Gambar 2.1 Daun Sirih Hijau

(20)

5

2.1.1 Kandungan Kimiawi Daun Sirih Hijau

Tanaman sirih mengandung 4,2% minyak atsiri, yang komponen utamanya

terdiri dari betle phenol dan beberapa derivatnya diantaranya euganol

allypyrocatechine 26,8-42,5%, Cineol 2,4-4,8%, methyl euganol 4,2-15,8%,

Caryophyllen (Siskuiterpen) 3-9,8%, hidroksi kavikol, kavikol 7,2-16,7%,

kabivetol 2,7-6,2%, estragol, ilypyrokatekol 9,6%, karvakol 2,2-5,6%, alkaloid,

flavonoid, triterpenoidatau steroid, saponin, terpen, fenilpropan, terpinen, diastase

0,8-1,8%, dan tannin 1-1,3%.3 Pada konsentrasi 0,1-1% phenol bersifat

bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi 1-2% phenol bersifat bakteriosida.14

Senyawa phenol dan derivatnya dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa

euganol bersifat bakterisida dengan meningkatkan permeabilitas membran bakteri.4

Senyawa kavikol selain memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifat bakterisida

lima kali lipat dari senyawa phenol lainnya.3

Setiap daun sirih hijau memiliki kandungan air (85-90%), protein (33,5%),

karbohidrat (0,5-6,1%), serat (2-3%), minyak esensial (0,08-0,2%), tannin

(0,1-1,3%), dan alkaloid. Daun sirih hijau juga mengandung beberapa vitamin seperti

vitamin C (0,005-0,01%), asam nikotinik (0,63-0,89mg/100gms), vitamin A

(1,9-2,9mg/100gms), thiamin (10-70μg/100gms), riboflavin (1,930μg/100gms). Dan juga mineral (2,3-3,3%) yang terdiri atas kalsium (0,2-0,5%), besi (0,005-0,007%),

iodin (3,4μg/100gms), fosfor (0,05-0,6%), potassium (1,1-4,6%).6

2.1.2 Manfaat Daun Sirih Hijau

Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun sirih memiliki sifat styptic

(menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit), menguatkan gigi,

dan membersihkan tenggorokan. Selain itu juga memiliki kemampuan sebagai

antiseptik, antioksidasi, dan fungisid. Minyak atsiri dan ekstraknya mampu

melawan beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Sehingga banyak

masyarakat memanfaatkan daun sirih sebagai pengobatan atau penyembuhan

penyakit. Pemakaian daun sirih sebagai obat disebabkan adanya kandungan minyak

atsiri yang terdiri dari phenol dan sebagian besar kavikol. Kavikol inilah yang

(21)

6

phenol biasa.15 Disamping itu, ekstraknya dapat digunakan untuk mencegah dan

mengobati radang gusi dan radang tenggorokan.1

2.2 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus pyogenes

Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus

dengan diameter 0,5-1 µm dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini bersifat β

hemolitik sehingga menghasilkan zona hemolisis β di sekitar koloni.16,17

Streptococcus pyogenes bersifat anaerob fakultatif, nonmotil, tidak berspora, dan

dapat tumbuh secara optimum pada suhu 37oC dengan pH 7,4-7,6. Bakteri

Streptococcus pyogenes dapat hidup selama 10-14 hari pada media biasa pada suhu

kamar dan dapat tetap hidup tanpa berubah sifat virulensinya selama

berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Pada suhu 500C bakteri akan mati dalam 10 menit.16

Berdasarkan Ilmu Taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bakteri Streptococcus

pyogenes:16

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes

Gambar 2.2 (kiri) Hasil Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes dan (kanan) koloni Streptococcus pyogenes pada media agar darah

(Sumber: texbookofbacteriology.net)

(22)

7

Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak

menginfeksi manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan dan

kulit, namun tidak menimbulkan gejala penyakit. Streptococcus pyogenes dapat

menginfeksi ketika pertahanan tubuh host menurun atau ketika organisme tersebut

mampu berpenetrasi melewati pertahanan host yang ada. Bila bakteri ini tersebar

sampai ke jaringan yang rentan, maka infeksi supuratif dapat terjadi. Infeksi ini

dapat berupa faringitis, tonsilitis, dan impetigo.20

2.3 Faringitis

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

oleh rhinovirus (20%), influenza virus (2%) dan Streptococcus pyogenes

(15-30%).8 Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi

inflamasi lokal. Infeksi bakteri Grup A Streptococcus β hemolitik dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin

ekstraseluler. Bakteri ini menyerang anak usia sekolah (terutama usia 4-7 tahun),

dan orang dewasa. Infeksi dapat terjadi apabila pertahanan tubuh host menurun atau

ketika organisme ini dapat menembus pertahanan tubuh host. Penularan infeksi

melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection).21

Faringitis akut berlangsung kurang dari 2 minggu. Penyebab paling sering

disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Pada awal penyakit penderita

mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorokan, malaise dan sakit kepala,

biasanya suhu sedikit meningkat, dan eksudat pada faring menebal.22 Gejala pada

rhinovirus yaitu rhinitis dan beberapa hari kemudian dapat menimbulkan faringitis,

timbul demam disertai rhinorhea (sekresi mukus encer dari hidung), mual, nyeri

tenggorok dan sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.

Faringitis kronik berlangsung lebih dari 2 minggu. Terdapat 2 bentuk

faringitis kronik yaitu faringitis hiperplastik dan faringitis atrofi. Faktor

predisposisi pada faringitis kronik adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik

oleh rokok, dan minuman beralkohol. Faringitis kronik hiperplastik ditandai dengan

perubahan mukosa dinding posterior faring. Pada pemeriksaan tampak mukosa

dinding posterior tidak rata, bergranular, dan pasien mengeluh tenggorok kering,

(23)

8

pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal. Pada pemeriksaan tampak mukosa

faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.21

2.4 Mekanisme Kerja Antibakteri23

Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dapat dibagi atas 2 kelompok, yaitu

aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri, namun tidak

membunuhnya) dan bakterisida (bersifat membunuh bakteri dalam spektrum yang

luas). Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antibakteri dapat dibagi

kedalam 5 kelompok, yaitu:

2.4.1 Menghambat Sintesis Dinding Sel

Bakteri memiliki dinding sel dengan tekanan osmotik yang tinggi di dalam

sel dan berfungsi mempertahankan bentuk dan ukuran sel. Dinding sel bakteri

mengandung peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri Gram

positif lebih tebal daripada bakteri Gram negatif. Struktur dinding sel dapat dirusak

dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai

terbentuk.22 Antibiotik yang bekerja dengan mekanisme ini diantaranya penisilin,

sefalosforin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.23

2.4.2 Mengganggu Keutuhan Membran Sel

Membran sitoplasma berfungsi dalam perpindahan molekul aktif dan

menjaga keseimbangan zat di dalam sel. Kerusakan membran sitoplasma sel dapat

menyebabkan keluarnya makromolekul seperti protein, asam nukleat, dan ion-ion

penting sehingga sel menjadi rusak. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini

adalah polimiksin-B dan golongan azol (klotrimazol, mikonazol, dan

ketokonazol).23

2.4.3 Menghambat Sintesis Protein

Sel bakteri harus mensintesis berbagai protein untuk kehidupannya. Sintesis

protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri

ribosom terdiri atas dua subunit ribosom yaitu ribosom 30S dan ribosom 50S. Untuk

(24)

9

rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Penghambatan pada komponen

ribosom-ribosom tersebut menyebakan gangguan protein sel. Antibiotik yang dapat

menghambat sintesis protein sel antara lain golongan aminoglikosida, makrolid,

linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.23

2.4.4 Menghambat Sintesis Asam Nukleat

Antibiotik yang dapat menghambat sintesis asam nukleat bakteri yaitu

kuinolon, rifampisin, sulfonamide, dan trimetropin. Rifampisin menghambat

replikasi Deoksiribosa Nukleotida Acid (DNA) pada proses pembelahan sel.

Rifampisin bekerja dengan cara mengikat enzim DNA-dependent RNA polymerase

sehingga menghambat sintesis Ribosa Nukleotida Acid (RNA) bakteri. Golongan

kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri.23

2.4.5 Menghambat Metabolisme Sel

Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Asam folat

tersebut harus disintesis sendiri oleh bakteri dari asam para aminobenzoate

(PABA). Antibakteri seperti sulfonamide, trimetropin, asam p-aminosalisilat (PAS)

dan sulfon menghambat proses pembentukan asam folat tersebut.23

2.5 Metode Pengujian Antibakteri

Uji antibakteri dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi

mikroorganisme terhadap agen antibakteri.

2.5.1 Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)

Metode disc diffusion merupakan metode sederhana, praktis, dan telah

distandarisasi dengan baik. Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan

aktivitas agen antibakteri. Metode ini dilakukan dengan meletakkan blank disc yang

sudah berisi suatu zat antibakteri pada media agar yang telah ditanami

mikroorganisme. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antibakteri.24 Keuntungan metode ini adalah

kesederhanaan test yang tidak membutuhkan peralatan khusus. Kekurangan metode

(25)

10

2.5.2 E-test

Metode E-test digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal suatu

agen antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang

dilakukan menggunakan strip plastik yang mengandung agen antibakteri dari kadar

terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang sudah

ditanami mikroorganisme.24

2.5.3 Ditch-plate technique

Metode ini dilakukan dengan meletakkan agen antibakteri pada parit yang

telah dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian

tengah secara membujur kemudian bakteri uji digoreskan kearah parit yang berisi

antibakteri.24

2.5.4 Cup-plate technique (Metode Lubang)

Metode Cup-plate technique memiliki prinsip hampir sama dengan metode

disc diffusion. Pada metode ini, media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme dibuat lubang diisi dengan zat antibakteri yang akan diuji.24

Efektivitas antibakteri didasarkan pada pembentukan zona hambat yang

ditunjukkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri25

Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan

>20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah

<10 mm Tidak ada

(26)
(27)

12

2.7 Kerangka Konsep

Variabel terikat : Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

Variabel bebas : Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi

25%, 50%, 75%, 100%. Kontrol positif dengan eritromisin

dan kontrol negatif dengan etanol 96%.

(28)

13

3. Larutan Larutan kontrol Mikropipet Jumlah larutan Kategorik

kontrol negatif yang sebanyak 1 ml

negatif berisi etanol

96%

4. Larutan Kontrol positif Tidak ada Cakram uji Kategorik

kontrol berupa kertas berisi antibiotik

positif cakram yang eritromisin

berisi antibiotik

(29)

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode

disc diffusion untuk melihat efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

3.2 Tempat dan Waktu

Proses determinasi tanaman dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014 di

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor sedangkan proses ekstraksi

daun sirih hijau (Piper betle L.) dilakukan pada tanggal 14 April 2014 di Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Kemudian, penelitian

dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

3.3.1Variabel bebas

Ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%.

Kontrol positif dengan eritromisin, dan kontrol negatif dengan etanol 96%.

3.3.2Variabel terikat

Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes di media agar darah, diukur

dengan berbagai diameter zona hambatan (zona terang) yang terbentuk dalam

millimeter (mm).

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini, antara lain tabung reaksi, ose,

(30)

15

tabung, penggaris, erlenmeyer, kamera, baki, autoclave, alat tulis, label, laminar

air flow, inkubator.

3.4.2Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain ekstrak daun sirih hijau,

agar darah, pelarut etanol 96%, aquades steril, thioglikolat cair, larutan standar 0,5

Mc Farland, biakan bakteri Streptococcus pyogenes, cakram uji antibiotik

eritromisin, cakram uji kosong.

(31)

16

3.6Cara Kerja

3.6.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan pada penelitian ini dicuci bersih,

dikeringkan dan dibungkus dengan kertas kemudian disterilisasi di dalam autoclave

selama 30 menit pada suhu 121˚C dan tekanan 1,5 atm.

3.6.2Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau

Daun sirih hijau yang dibeli di pasar Ciputat sebanyak 1000 g. Kemudian

dilakukan determinasi di LIPI Bogor yang bertujuan untuk memastikan kebenaran

dari tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman sirih hijau dilakukan dengan

cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman sirih terhadap

kepustakaan dan dibuktikan bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

3.6.3Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau

Metode yang digunakan untuk mengekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)

adalah metode maserasi. Pada metode maserasi ini menggunakan pelarut etanol

96%. Sebanyak 1000 g daun sirih hijau dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan

dalam oven pada suhu 40˚C. Kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk kering. Serbuk kering direndam dalam pelarut etanol 96% selama 3x24 jam. Kemudian

diambil filtratnya dengan penyaringan. Maserasi dilakukan dengan pengadukan

sebanyak 12 kali selama 15 menit dengan tenggang waktu antar pengadukan selama

5 menit. Kemudian dilakukan penyaringan dengan corong dan kertas saring untuk

memisahkan filtrat dari ampas. Hasil saringan kemudian diuapkan dengan rotary

vacuum evaporator, sehingga didapatkan 36,5 g ekstrak kental yang bebas dari

pelarut.

3.6.4Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi

Stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang divariasikan dengan

menggunakan pelarut etanol 96% yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100 %. Kontrol negatif

yang digunakan adalah pelarut etanol 96% dan kontrol positif yang digunakan

adalah antibiotik eritromisin yang merupakan antibiotik golongan makrolid yang

(32)

17

variabel. Penelitian ini dikerjakan secara triplo. Stok variabel konsentrasi yang

dituangkan dalam 5 cawan petri yang berbeda diberi cakram uji kosong (1 cawan

petri berisi 3 cakram uji kosong) yang direndam selama 10-15 menit.

3.6.5Pembuatan Stok bakteri

Pembuatan stok bakteri dilakukan untuk memperbanyak bakteri dengan cara

menginokulasikan 1 ose biakan bakteri Streptococcus pyogenes ke dalam agar darah, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam didalam inkubator.

3.6.6Tahap Pengujian

Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose bakteri Streptococcus

pyogenes kedalam tabung reaksi yang berisi thioglikolat cair. Kemudian

dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan dibandingkan kekeruhannya

dengan larutan standar 0,5 Mc Farland. Suspensi bakteri Streptococcus pyogenes

kemudian dioleskan pada agar darah menggunakan kapas lidi steril. Cakram uji

kosong direndam didalam masing-masing stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

selama 15-30 menit, setelah itu cakram dibiarkan kering. Cakram uji kosong yang

telah direndam dalam berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan cakram uji

antibiotik eritromisin kemudian diletakkan di atas permukaan agar darah secara

steril di laminar air flow. Kemudian agar darah tersebut diinkubasi dalam inkubator

pada suhu 37˚C selama 24 jam. Setelah 24 jam, diukur diameter zona terang (clear

zone) yang terbentuk menggunakan penggaris.

3.7 Analisis Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 17.0 untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang bermakna dari

masing-masing cakram uji yang berisi kontrol negatif, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

25%, 50%, 75%, 100%, dan kontrol positif eritromisin dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus pyogenes.

Data penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak

berpasangan sehingga menggunakan uji statistik parametrik One-Way ANOVA

(33)

18

hasil penelitian ini tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka dilakukan uji

statistik non-parametrik Kruskal-Wallis. Selanjutnya dilakukan uji post hoc apabila

(34)

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Streptococcus pyogenes

Gambar 4.1 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (A) konsentrasi 25%, 100%, (B)

konsentrasi 50%, 75% terhadap pertumbuhan Streptococcus

pyogenes

Dari Percobaan dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

didapatkan rata-rata zona hambat yang diukur dari zona terang yang terbentuk pada

konsentrasi 25% yaitu 14,6 mm dengan standar deviasi 0,57. Pada konsentrasi 50%

yaitu 17,6 mm dengan standar deviasi 0,57. Pada konsentrasi 75% yaitu 19 mm

dengan standar deviasi 1. Pada konsentrasi 100% yaitu 19 mm dengan standar

deviasi 1. Pada kontrol positif menggunakan antibiotik eritromisin didapatkan zona

terang dengan diameter 33,33 mm dengan standar deviasi 0,76. Pada uji kontrol

negatif yang menggunakan etanol 96% tidak terbentuk zona hambat yang

memberikan arti bahwa tidak ada hambatan terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes.

(35)

20

Grafik 4.1 Hambatan Pertumbuhan Streptococcus pyogenes

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data penelitian ini

lebih dari 2 kelompok dan tidak berpasangan. Maka, uji kebermaknaan yang

digunakan yaitu One-Way ANOVA. Pada uji tersebut terdapat dua syarat yang harus

dipenuhi yaitu distribusi data normal dengan p > 0,05 dan variasi data sama dengan

p > 0,05. Berdasarkan uji statistik Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak

normal pada penelitian ini dengan nilai signifikan 0,01 sehingga diperlukan

transformasi data. Setelah dilakukan transformasi data, hasil transformasi data tetap

tidak normal. Karena tidak terpenuhinya syarat untuk menggunakan uji One-Way

ANOVA maka uji kebermaknaan dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Pada

uji Kruskal-Wallis nilai signifikansi bermakna jika p < 0,05, pada penelitian ini

hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai signifikan 0,043 yang menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok.

Dari hasil analisis statistik dengan uji Mann-Whitney didapatkan hasil

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25%

dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50%, konsentrasi ekstrak daun sirih

hijau 25% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 75%, konsentrasi ekstrak

daun sirih hijau 25% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 100%, konsentrasi

ekstrak daun sirih hijau 50% dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 75%, dan

kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak daun sirih hijau.

10

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (%)

Zona hambat daun sirih terhadap bakteri

(36)

21

Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney

Perlakuan konsentrasi

konsentrasi 75% 0.043* 0.043*

konsentrasi 100% 0.046* 0.105 0.487

kontrol (+) 0.046* 0.046* 0.046* 0.05

kontrol (-) 0.034* 0.034* 0.034* 0.037* 0.037*

Keterangan: * Signifikan p < 0.05

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, ekstrak daun sirih hijau

mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Berdasarkan

klasifikasi Greenwood, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 25% dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori hambatan lemah, dan

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50%, 75%, dan 100% dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori hambatan sedang.

Pemberian ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) memiliki efek antibakteri

terhadap bakteri Streptococcus pyogenes yang ditandai dengan terbentuknya zona

hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian ekstrak daun sirih

hijau dapat dihubungkan dengan senyawa yang terkandung didalam minyak atsiri

yang terdiri dari phenol, euganol, dan kavikol.

Senyawa phenol dan derivatnya yang terkandung dalam ekstrak daun sirih

hijau dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa kavikol memiliki sifat

bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan senyawa phenol lain, dan euganol

sebagai antibakteri melalui peningkatan permeabilitas membran bakteri.3

Penelitian Seil (2012), membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau

memiliki efek terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pada

penelitian tersebut menggunakan metode disc diffusion. Variabel bebas pada

penelitian tersebut ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 106, 5.106, dan 107

ppm. Adapun proses ekstraksi daun sirih hijau sebanyak 500 g dengan metode

(37)

22

Hasil pengamatan pada penelitian yang dilakukan Seil (2012), menunjukkan

pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 106 ppm didapatkan rata-rata zona hambat

sebesar 21,3 mm. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 5.106 ppm didapatkan

rata-rata zona hambat sebesar 25,3 mm. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

107 ppm didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 27,3 mm. Sementara pada

kontrol positif menggunakan antibiotik amoksilin didapatkan rata-rata zona hambat

sebesar 52,3 mm. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

variabel ekstrak daun sirih hijau maka semakin kuat dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan data yang didapatkan

pada penelitian tersebut konsentrasi ekstrak daun sirih hijau terkecil yaitu sebesar

106 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan

kategori hambatan kuat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Seil (2012),

adalah perbedaan pada bakteri, media yang diuji, dan variasi konsentrasi ekstrak

daun sirih hijau yang digunakan. Sedangkan metode dan pelarut yang digunakan

adalah sama, yaitu dengan metode disc diffusion dan pelarut etanol 96%. Pada

penelitian ini, konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 25% dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori

hambatan lemah, dan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50%, 75%, dan 100%

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan kategori

hambatan sedang.

Penelitian lain yang memanfaatkan ekstrak daun sirih hijau terhadap bakteri

adalah Anang Hermawan (2007), yang membuktikan efek ekstrak daun sirih hijau

dengan metode disc diffusion terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

dan Eschericia coli. Variabel bebas pada penelitian tersebut ekstrak daun sirih hijau

dengan konsentrasi 2,5, 5, dan 10%. Dengan 7 kali pengulangan. Adapun media

agar yang digunakan adalah Mueller Hinton Agar sebagai media pertumbuhan

bakteri. Pada penelitian tersebut proses ekstraksi menggunakan pelarut metanol dan

menggunakan dimethyl sulfoxide (DMSO) 10% pada saat pembuatan pembagian

konsentrasi dan sebagai kontrol negatif. Diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak daun

sirih berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri tersebut, yang ditunjukkan dengan

(38)

23

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Anang

hermawan (2007), adalah perbedaan pada bakteri, media yang diuji, dan variasi

kosentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan. Serta pada saat pembuatan

ekstraksi daun sirih hijau peneliti tersebut menggunakan metanol sebagai

pelarutnya dan menggunakan DMSO 10% pada saat pembuatan pembagian

konsentrasi variabel bebas. Sedangkan metode yang digunakan sama yaitu metode

disc diffusion.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Angga (2013), membuktikan bahwa

ekstrak daun sirih hijau memiliki efek terhadap pertumbuhan bakteri Streptoccus

viridans. Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 20% dan 30% didapatkan

rata-rata zona hambat 11,67 mm dan 14 mm dengan kategori hambatan lemah. Pada

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 50% dan 75% didapatkan rata-rata zona hambat

17,67 mm dan 19 mm dengan kategori hambatan sedang. Pada konsentrasi ekstrak

daun sirih hijau 100% didapatkan rata-rata zona hambat 21,33 mm dengan kategori

hambatan kuat. Sedangkan pada kontrol positif dengan menggunakan amoksilin

didapatkan rata-rata zona hambat 25,33 mm.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Angga

(2013), adalah perbedaan pada bakteri yang diuji dan variasi konsentrasi ekstrak

daun sirih hijau yang digunakan. Sedangkan metode dan pelarut yang digunakan

adalah sama, yaitu dengan metode disc diffusion dan pelarut etanol 96%.

Kontrol negatif pada penelitian ini tidak menimbulkan daya hambat

terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes menunjukkan bahwa pelarut etanol

tidak mempengaruhi efek antibakteri ekstrak daun sirih hijau, sedangkan kontrol

positif berupa eritromisin menunjukkan respon hambatan kuat terhadap

pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Eritromisin merupakan golongan makrolid

yang dapat menghambat sintesis protein pada bakteri sehingga pada penelitian ini

memperlihatkan zona hambatan yang paling kuat.

Uraian diatas membuktikan bahwa daun sirih hijau dapat digunakan sebagai

zat antibakteri, terutama dalam menghambat pertumbuhan Streprococcus

(39)

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti R, Mulyono. Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat mujarab dari masa ke masa. Jakarta: AgroMedia Pustaka. 2003.

2. A. Duke, James. Handbook of medicinal herbs, second edition. London : CRC press. 2002.p.73.

3. Inayatullah, Seila. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Pendidikan Dokter FKIK UIN, Jakarta. 2012.

4. KP, Devi. SA, Nisa. R, Sakhtivel. Eugenol (an essential oil of clove) acts as an antibacterial agent against Salmonella typhi by disrupting the cellular membran. Journal of ethnopharmacology. 2010.

5. Bissa, Syarad. Songara, Dimple. Bohra A. Tradition in oral hygiene : Chewing of betel (Piper betle L.) leaves. Current science, Vol. 92, No. 1. 2007.p.26-28.

6. Maulana, Angga, Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans. Skripsi. Pendidikan Dokter FKIK UIN, Jakarta. 2013.

7. Limsuwa, Suwarsak, Supayang P V. Anti-Streptococcus pyogenes Actiity of Selected Medicinal Plant Extracts Used in Thai Traditional Medicine. Tropical Journal of Pharmaceutical Research August 2013; 12 (4): 535-540.

8. Alan L. Bisno, M. D. Acute Pharyngitis. N Eng J Med, Vol 344, No. 3. January 18, 2001. Available http://.www.nejm.org.

9. Johnson, Arthur G, dkk. Essential Mikrobiologi dan Imunologi ed 5. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2011.h.107.

10. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan, Repubik Indonesia. 2013.

11. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.2005.

12. Pradhan, D. et al. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol.1 No. 6 : 2013.p.147-167.

(40)

26

14. Aiello, Susan E. The Merck etinary manual. USA: Merck Sharp & Dohme Corp. 2012.

15. Alfares, Irene f. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Infeksi Stapylococcus aureus Pada Tikus. Skripsi. Fakultas kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2013.

16. Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: PT Binarupa Aksara. 1994.

17. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran jawetz. Edisi 23. Jakarta: EGC. 2007.

18. Streptococcus pyogenes. Available form http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Streptococcus pyogenes. Diakses pada 10 September 2014.

19. Todar, K. Streptococcus pyogenes. Todar’s Online textbook of bacteriology. Available http:/textbookofbacteriology.net/streptococcus.html. Diakses pada tanggal 8 September 2014.

20. Cunningham, M.W., Pathogenesis of Group A streptococcal Infection, Clin Microbiol rev, 13(30), 2000,470-511.

21. Soepardi, Efiaty arsyad. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012.

22. George L, Adams, MD. BOIES Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (BOIES Fundamentals of Otolaryngology) ed 6. ECG. 1997.

23. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007.

24. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008.

25. Greenwood. Antibiotics susceptibility (sensitivity) Test Antimicrobial and Chemotherapy. USA: MC Graw Hill. Company. 1995.

26. Hermawan, A, Hana, W, dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli

(41)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1

(42)

28

Lampiran 2

(43)

29

Lampiran 3

Alat dan bahan

Inkubator Standar 0,5 MF

(44)

30

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samrotul Fuadi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 05 Oktober 1992

Alamat : Jl. Dr. Hamka No 14 Rantau Prapat, Medan, Sumatera Utara

Email : samrohreza@gmail.com

No. Telpon : 085261188119

1996-1999 : TK Nurul Huda Negeri lama

1999-2005 : SD 116874 Bakaran batu, Rantau prapat

2005-2008 : MTs Nur Ibrahimy Rantau prapat

2008-2011 : MAN Rantau Prapat

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney  .........        21
Grafik 4.1 Hambatan Pertumbuhan Streptococcus pyogenes  ......................       20
Gambar 2.1 Daun Sirih Hijau ......................................................................
Gambar 2.1 Daun Sirih Hijau
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian sebelumnya dengan penggunaan konsentrasi serial ekstrak daun sirih merah dan sirih hijau konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100% dengan

Data hasil penelitian efek ekstrak daun sirih pada Staphylococcus aureus dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada perbedaan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus.. SECARA

Kombinasi ekstrak etanol daun sirih dengan amoksisilin untuk bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari

Secara in vitro ekstrak daun sirih diuji efektivitasnya sebagai antibakteri dengan metode difusi kertas cakram pada 4 konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu: 50; 25; 12,5 dan

Dari kedua jenis ekstrak daun sirih yang digunakan dalam penelitian ini, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) memiliki efek daya hambat yang lebih baik terhadap

Jadi dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan ekstrak daun sirih hijau ( Piper betle L ) memiliki daya antifungal terhadap pertumbuhan jamur

Sementara itu, berdasarkan hasil uji sensitivitas terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri, sediaan hand sanitizer dengan komposisi ekstrak daun sirih hijau dan alkohol pada