• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Cemaran Salmonella sp. Pada Susu Kedelai yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Cemaran Salmonella sp. Pada Susu Kedelai yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN CEMARAN Salmonella sp PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL

DI KOTA MEDAN TAHUN 2009

S K R I P S I

Oleh :

NIM. 071000270 Hinsa Heriani Sianipar

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN CEMARAN SALMONELLA sp. PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL

DI KOTA MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

oleh :

NIM. 071000270 HINSA HERIANI SIANIPAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

KAJIAN CEMARAN SALMONELLA sp PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL

DI KOTA MEDAN TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

NIM. 071000270

HINSA HERIANI SIANIPAR

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 September 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (dr. Taufik Ashar, MKM) NIP. 196501091994032002 NIP.197803312003121001

Penguji II Penguji III

(Ir. Indra Chahaya, MSi) (Ir. Evi Naria, Mkes) NIP. 196811011993032005 NIP.196803201993032001

Medan, September 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Susu kedelai merupakan salah satu minuman jajanan yang dijual di pasar tradisional. Susu kedelai merupakan minuman yang diproduksi di rumah pedagang sehingga sulit dilakukan pengawasan terhadap mutunya, sedangkan makanan dan minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas haruslah memenuhi syarat kesehatan makanan jajanan. Salmonella sp. adalah salah satu mikroba pathogen yang menyebabkan Salmonellosis. Bakteri Salmonella sp. dapat ditularkan dari hewan yang menderita salmonellosis atau manusia yang karier.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi dan kajian cemaran Salmonella sp. pada susu kedelai yang dijual di beberapa pasar tradisional di kota Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif sederhana yaitu untuk melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisa laboratorium terhadap cemaran Salmonella sp. yang terdapat pada susu kedelai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip pemilihan bahan minuman, penyimpanan bahan minuman, pengolahan minuman, penyimpanan minuman jadi, pengangkutan minuman, dan penyajian minuman susu kedelai belum memenuhi syarat kesehatan. Sementara dari 10 sampel minuman susu kedelai yang diperiksa menunjukkan 9 sampel tidak mengandung Salmonella sp. dan 1 sampel mengandung Salmonella sp.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu diadakan pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) Kota Medan tentang pentingnya hygiene sanitasi minuman jajanan sehingga minuman jajanan yang dipasarkan memenuhi syarat kesehatan.

(5)

ABSTRACT

Soya bean milk is one of the soft drink that sold at traditional market. Soya bean milk was a soft drink that produced at the seller home, so that difficult to do supervision towards the quality, while the good food and soft drink when produced and circularized to vast society must up to standard of food quality. Salmonella sp is one of the pathogen microbe that caused Salmonellosis. Salmonella sp. can contagious from animal that suffer salmonellosis or human career.

This research aimed to know the description of hygiene sanitation and laboratory analysis to find salmonella sp. in soya bean milk that sold at several traditional markets at Medan city.

The method that used in this research had simple descriptive that was to see description hygiene sanitation and laboratory analysis towards content salmonella sp. in soya bean milk.

Result of this research showed that selection of soya bean milk raw materials, storage of raw materials, processing soya bean milk, storage of soya bean milk, transportation of soya bean milk, and served of soya bean milk has not up to standard while out of 10 soya bean samples that inspected to show 9 samples doesn't contain salmonella sp and 1 sample contains salmonella sp.

Based on this research, it needs supervision and elucidation by related otority in (Health District) Medan city about the important of hygiene soft drink sanitation so that soft drink that is marketed up to standard of health.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : HINSA HERIANI SIANIPAR

Tempat/tanggal lahir : Torgamba, 19 Agustus 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum menikah

Jumlah Bersaudara : 4 Orang

Alamat Rumah : Jl. Torganda No. 24, Cikampak Kec. Torgamba

Kab. Labuhan Batu Selatan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1991-1997 : SD Negeri No. 118236 Cikampak

Tahun 1997-2000 : SLTP Negeri 3 Kota Pinang

Tahun 2000-2003 : SMU Bintang Timur I Balige

Tahun 2003-2006 : Poltekkes Depkes RI Medan Jurusan Kesehatan

Lingkungan

(7)

KATA PENGANTAR

Syaloom..

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Cemaran Salmonella sp. Pada

Susu Kedelai yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009”. Untuk memenuhi pra-syarat meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang tak terhingga

dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing I dan dr. Taufik

Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu, pikiran serta memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

3. Ibu Eka Lestari Mahyuni SKM, MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

serta Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Evi Naria, MKes selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan

kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Ratna selaku Pembimbing Laboratorium Mikrobiologi Balai

(8)

7. Teristimewa kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda P. Sianipar dan

Ibunda R. N br Siahaan, AMKeb yang setiap saat menuntun, memberi

semangat dan kasih sayang, mendidik, memberi pengertian dan perhatian serta

doa yang tulus bagi penulis selama ini. Setiap harapan dan ucapannya adalah

doa yang selalu menguatkan penulis.

8. Adik-adikku tersayang: Bripda Christofel Sianipar, Tety Sianipar dan Ricardo

Sianipar serta seluruh keluarga besar Sianipar dan Siahaan, teristimewa buat

Tante Ani. Terima kasih buat doa dan semangat yang selalu kalian berikan.

9. Teman-teman di Peminatan Kesling dan Ekstensi 2007. Spesial buat

K’suriani, K’Imel Gea, Esraida, Enina, B’Hendra, B’Vado dan teman

seperjuangan Marila Sari.

10.Buat sahabatku Erna, Juniar, Nurlenta, Juraidah, adik-adik di PJ12 (Moncha,

Eva, Selvi, Paul, dan Tere) dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, kritik dan saran dengan senang hati penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati kita, Amin.

Medan, September 2009

(9)

DAFTAR ISI

2.2 Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman ... 8

2.2.1. Prinsip 1: Pemilihan Bahan Makanan ... 8

2.2.2. Prinsip 2: Penyimpanan Bahan Makanan ... 10

2.2.3. Prinsip 3: Pengolahan Makanan... 11

2.2.4. Prinsip 4: Penyimpanan Makanan... 12

2.2.5. Prinsip 5: Pengangkutan Makanan ... 13

2.2.6. Prinsip 6: Penyajian Makanan ... 14

2.3 HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ... 15

2.4 Persyaratan Kesehatan Makanan Jajanan dan Minuman ... 19

2.5 Penyakit yang Ditimbulkan oleh Bakteri melalui Perantara Makanan ... 20

2.7.3. Faktor-Faktor Pendukung Pertumbuhan Bakteri ... 25

2.8 Salmonella sp ... 28

2.8.1. Klasifikasi Salmonella sp. ... 28

2.8.2. Sifat Salmonella sp ... 29

(10)

2.8. Salmonella sp. Pada Susu Kedelai ... 31

2.9. Cara Mencegah Risiko Terjadinya Infeksi Salmonella sp .... 32

2.10. Kerangka Konsep Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 34

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 34

4.2.2. Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Pada Pembuat Minuman Susu Kedelai ... 45

4.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 51

BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1. Karakteristik Pembuat Minuman Susu Kedelai ... 52

5.1.1. Deskripsi Umum Jenis Kelamin Pembuat Minuman Susu kedelai ... 52

5.1.2. Deskripsi Umum Umur Pembuat Minuman Susu Kedelai ... 52

5.2. Observasi Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Minuman ... 53

5.2.1. Pemilihan Bahan Baku Minuman ... 53

5.2.2. Penyimpanan Bahan Minuman ... 54

(11)

5.2.4. Penyimpanan Minuman ... 57 5.2.5. Pengangkutan Minuman ... 57 5.2.6. Penyajian Minuman ... 58 5.3. Gambaran Hygiene Sanitasi Pada Pembuat Susu Kedelai

yang Menjual Dagangannya di beberapa Pasar Tradisional

di Kota Medan ... 59 5.4. Cemaran Salmonella sp. Pada Susu Kedelai ... 59 5.5. HACCP Pada Susu Kedelai ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 63 6.1. Kesimpulan ... 63 6.2. Saran ... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pembuat Susu Kedelai yang Menjual Dagangannya di beberapa Pasar Tradisional di Kota

Medan Tahun 2009. ... 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Pembuat Susu Kedelai yang Menjual Dagangannya di beberapa Pasar Tradisional di Kota

Medan Tahun 2009 ... 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Pemilihan Kedelai Sebagai Bahan Baku Pembuatan Susu Kedelai yang Dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota

Medan Tahun 2009 ... 45

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Penyimpanan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Susu Kedelai yang Dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota

Medan Tahun 2009 ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Pengolahan Susu Kedelai yang Dijual di beberapa Pasar

Tradisional di Kota Medan Tahun 2009 ... 47

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Penyimpanan Susu Kedelai yang Dijual di beberapa Pasar

Tradisional di Kota Medan Tahun 2009 ... 49

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Pengangkutan Susu Kedelai yang Dijual di beberapa Pasar

Tradisional di Kota Medan Tahun 2009 ... 50

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Penyajian Susu Kedelai yang Dijual di beberapa Pasar

Tradisional di Kota Medan Tahun 2009 ... 50

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Salmonella sp. Pada Susu Kedelai yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan

Tahun 2009 ... 51

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pembuat Susu Kedelai yang Menjual Dagangannya di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009.

Lampiran 2. Data Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Pembuat Susu Kedelai yang Menjual Dagangannya di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009.

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian di Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan.

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Balai Laboratorium Kesehatan Medan.

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan.

Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Cemaran Salmonella sp. pada Susu Kedelai yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2009.

Lampiran 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Makanan Jajanan.

Lampiran 9. Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3830-1995 Tentang Persyaratan Mutu Susu Kedelai.

(14)

ABSTRAK

Susu kedelai merupakan salah satu minuman jajanan yang dijual di pasar tradisional. Susu kedelai merupakan minuman yang diproduksi di rumah pedagang sehingga sulit dilakukan pengawasan terhadap mutunya, sedangkan makanan dan minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas haruslah memenuhi syarat kesehatan makanan jajanan. Salmonella sp. adalah salah satu mikroba pathogen yang menyebabkan Salmonellosis. Bakteri Salmonella sp. dapat ditularkan dari hewan yang menderita salmonellosis atau manusia yang karier.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi dan kajian cemaran Salmonella sp. pada susu kedelai yang dijual di beberapa pasar tradisional di kota Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif sederhana yaitu untuk melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisa laboratorium terhadap cemaran Salmonella sp. yang terdapat pada susu kedelai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip pemilihan bahan minuman, penyimpanan bahan minuman, pengolahan minuman, penyimpanan minuman jadi, pengangkutan minuman, dan penyajian minuman susu kedelai belum memenuhi syarat kesehatan. Sementara dari 10 sampel minuman susu kedelai yang diperiksa menunjukkan 9 sampel tidak mengandung Salmonella sp. dan 1 sampel mengandung Salmonella sp.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu diadakan pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) Kota Medan tentang pentingnya hygiene sanitasi minuman jajanan sehingga minuman jajanan yang dipasarkan memenuhi syarat kesehatan.

(15)

ABSTRACT

Soya bean milk is one of the soft drink that sold at traditional market. Soya bean milk was a soft drink that produced at the seller home, so that difficult to do supervision towards the quality, while the good food and soft drink when produced and circularized to vast society must up to standard of food quality. Salmonella sp is one of the pathogen microbe that caused Salmonellosis. Salmonella sp. can contagious from animal that suffer salmonellosis or human career.

This research aimed to know the description of hygiene sanitation and laboratory analysis to find salmonella sp. in soya bean milk that sold at several traditional markets at Medan city.

The method that used in this research had simple descriptive that was to see description hygiene sanitation and laboratory analysis towards content salmonella sp. in soya bean milk.

Result of this research showed that selection of soya bean milk raw materials, storage of raw materials, processing soya bean milk, storage of soya bean milk, transportation of soya bean milk, and served of soya bean milk has not up to standard while out of 10 soya bean samples that inspected to show 9 samples doesn't contain salmonella sp and 1 sample contains salmonella sp.

Based on this research, it needs supervision and elucidation by related otority in (Health District) Medan city about the important of hygiene soft drink sanitation so that soft drink that is marketed up to standard of health.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam

kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman

dibutuhkan manusia untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berproduksi. Tanpa

makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

pada gilirannya menjadi tidak produktif dan membebani masyarakat luas. Tingkat

produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

kehidupan masyarakat. (Depkes RI, 2004)

Demi melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit

melalui makanan dan minuman serta menjamin kesehatan masyarakat yang baik,

pengelolaan makanan dan minuman yang aman bagi kesehatan merupakan faktor

yang amat penting. Keamanan makanan dan minuman untuk umum, keluarga

maupun perseorangan amat bergantung pada pengolahan dan penyediaan makanan

dan minuman sampai menjadi makanan siap santap dan minuman siap diminum.

(Depkes RI, 2004)

Upaya pengamanan makanan dan minuman akan mendukung peningkatan dan

pemantapan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semua itu merupakan

upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak

memenuhi persyaratan mutu. Kesemuanya dilaksanakan secara ketat dan tepat demi

(17)

Makanan dan minuman adalah semua bahan, baik dalam bentuk alamiah

maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan,

karena itu makanan merupakan satu-satunya sumber energi bagi manusia. (Susana,

2003)

Makanan dan minuman merupakan salah satu bagian yang penting untuk

kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang

diakibatkan oleh makanan (food borne diseases). Dengan demikian, penanganan

makanan dan minuman harus mendapat perhatian yang cukup. (Chandra, 2007)

Upaya penanganan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang

menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan

makanan, dan proses pengolahannya. (Susana, 2003)

Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan

berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang

ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan

(food borne diseases). Departemen Kesehatan mengelompokkan penyakit bawaan makanan menjadi lima kelompok, yaitu: yang disebabkan oleh virus, bakteri,

amuba/protozoa, parasit, dan penyebab bukan kuman. Sedangkan Karla dan Blaker

membagi menjadi tiga kelompok, yaitu: penyakit infeksi yang disebabkan oleh

perpindahan penyakit. Penjamah makanan memegang peranan penting dalam

penularan ini. Golongan kedua adalah keracunan makanan atau infeksi karena

bakteri. Golongan ketiga adalah penyebab yang bukan mikroorganisme. (Susana,

(18)

Keracunan makanan, istilah yang hampir selalu muncul dalam media massa

dan media elektronik akhir-akhir ini. Badan POM pada tahun 2004 melaporkan

selama tahun 2003 telah terjadi 43 kasus keracunan makanan dan jumlah itu

meningkat pada tahun 2004 menjadi 62 kasus yang tercatat dari Januari hingga

September 2004. (Widagdo, 2003)

Badan POM telah mencatat kasus keracunan makanan pada tahun 2007

sebanyak 162 kasus diseluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 28 kasus diantaranya

disebabkan oleh mikroba patogen. (BPOM, 2007)

Salah satu mikroba patogen yang menyebabkan keracunan makanan adalah

Salmonella sp. Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini disebut Salmonellosis. Salmonellosis pada manusia ada dua macam yaitu demam tifoid dan non tifoid.

Demam tifoid merupakan masalah umum dan masalah kesehatan yang utama di

negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini bersifat endemis hampir di

semua kota besar di wilayah Indonesia. Diperkirakan demam tifoid terjadi sebanyak

60.000 hingga 1.300.000 kasus dengan sedikitnya 20.000 kematian per tahun.

(Ariyanti, 2003)

Bakteri Salmonella sp. dapat ditularkan dari hewan yang menderita

salmonellosis atau karier ke manusia, melalui bahan pangan telur, daging, susu, atau

air minum dan bahan-bahan lainnya yang tercemar oleh ekskresi hewan atau

penderita. Ekskresi ini terutama adalah keluaran dari saluran pencernaan berupa feses

hewan (Ariyanti, 2003)

Sejumlah besar binatang peliharaan dan binatang liar bertindak sebagai

(19)

iguana, kura-kura, ayam, anjing, dan kucing. Manusia bisa menjadi reservoir yaitu

penderita carrier yang sedang dalam masa penyembuhan dan penderita yang tidak

menunjukkan gejala. (Kandun, 2000)

Bastian (2003) menemukan minuman jajanan yaitu es cendol dan sirup yang

dijual di pasar pagi kota Bireuen positif terkontaminasi Salmonella sp. Berdasarkan

hasil pemeriksaan laboratorium, 4 dari 15 sampel (26,6%) positif mengandung

Salmonella sp. dan Roslila (2006) mendapatkan air tahu yang dijual pedagang kaki lima di pasar Bagan Batu belum memenuhi syarat kesehatan karena tercemar

Escherichia coli sebanyak 2 sampai 27 Colifaecal/ 100 ml sampel.

Susu kedelai merupakan salah satu minuman jajanan yang dijual di pasar

tradisional. Susu kedelai adalah produk yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai

dengan air atau larutan tepung kedelai dalam air, dengan atau tanpa penambahan

bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang diijinkan. (BPOM,

1995)

Teknologi pembuatan susu kedelai sangat sederhana. Peralatan yang

digunakan pun mudah diperoleh. Susu kedelai sangat bermanfaat untuk bayi dan

anak-anak yang alergi terhadap susu sapi. Sebagai minuman jajanan, susu kedelai

dapat menyegarkan dan menyehatkan tubuh karena pada umumnya minuman hanya

bersifat menyegarkan tetapi tidak menyehatkan. Makin dikenalnya susu kedelai,

membuat susu nabati ini makin berperan sebagai susu alternatif pengganti susu sapi.

Karena protein yang cukup tinggi dan harga relatif lebih murah. (Haryoto, 2005)

Susu kedelai merupakan minuman yang diproduksi di rumah pedagang

(20)

minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas haruslah

memenuhi syarat kesehatan makanan jajanan. (Depkes RI, 2003)

Pasar Tanjung Rejo, Pasar Sukaramai dan Pusat Pasar merupakan pasar

tradisional di Kota Medan yang banyak menjual susu kedelai. Susu kedelai yang

dijual menggunakan kemasan plastik dan dibuat sendiri oleh pedagang. Pedagang

yang menjual susu kedelai biasanya pedagang tahu. Lokasi pedagang ini umumnya

dekat dengan pedagang sayuran dan ikan yang banyak terdapat genangan air kotor.

Dengan kondisi yang demikian, bukan tidak mungkin susu kedelai tersebut dapat

tercemar. Tercemarnya minuman oleh mikroorganisme dapat terjadi pada semua

tahap yang dilalui oleh air, baik itu pada proses pengolahan, penyajian maupun pada

proses lain. (Depkes RI, 1994)

Berdasarkan uraian di atas dan banyaknya kemungkinan bakteri yang tumbuh

pada makanan dan minuman yang dijual di pasar tradisional maka penulis ingin

mengetahui kualitas susu kedelai yang dijual di Pasar Tanjung Rejo, Pasar Sukaramai

dan Pusat Pasar dari segi bakteriologis yaitu Salmonella sp.

1.2.Perumusan Masalah

Susu kedelai merupakan minuman yang diproduksi di rumah pedagang

sehingga sulit dilakukan pengawasan terhadap mutunya, sedangkan makanan dan

minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas haruslah

memenuhi syarat kesehatan makanan jajanan. Adapun permasalahan dalam penelitian

ini adalah belum diketahuinya kandungan Salmonella sp. dalam susu kedelai yang

(21)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui cemaran Salmonella sp. pada susu kedelai yang dijual

pedagang di beberapa pasar tradisional di Kota Medan Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik pembuat minuman susu kedelai

2. Untuk mengetahui sanitasi pemilihan bahan baku susu kedelai

3. Untuk mengetahui sanitasi penyimpanan bahan baku susu kedelai

4. Untuk mengetahui sanitasi pengolahan susu kedelai

5. Untuk mengetahui sanitasi penyimpanan susu kedelai

6. Untuk mengetahui sanitasi pengangkutan susu kedelai

7. Untuk mengetahui sanitasi penyajian susu kedelai

8. Untuk mengetahui ada tidaknya Salmonella sp. pada susu kedelai

1.4.Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan

dalam mengelola dan penataan pedagang untuk berjualan.

2. Hasil penelitian dapat menjadi informasi dalam rangka meningkatkan upaya

penyehatan minuman jajanan.

3. Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sanitasi Makanan dan Minuman

Sanitasi makanan dan minuman adalah suatu usaha yang menitikberatkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari

segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari makanan sebelum

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian

sampai pada saat dimana makanan dan minuman siap untuk dikonsumsi oleh

masyarakat. (Depkes RI, 1994)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usaha sanitasi makanan dan

minuman adalah: (Anwar, 1990)

1. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan.

2. Hygiene perorangan dan praktek-praktek penanganan makanan dan minuman

oleh karyawan yang bersangkutan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.

5. Pengelolaan makanan terhadap kontaminasi selama dalam proses pengolahan,

penyajian dan penyimpanan.

6. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat.

Sanitasi makanan dan minuman tidak terlepas dari pengawasan terhadap

pengolah makanan, karyawan yang menyajikan makanan, alat-alat yang

(23)

makanan dan minuman yang tidak saniter serta air yang dipergunakan dalam

kegiatan-kegiatan tersebut yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Dalam hal ini

pengelola makanan dan minuman memegang peranan penting dalam praktek sanitasi.

(Anwar, 1990)

2.2. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah

pengendalian terhadap empat faktor yaitu: tempat/bangunan, peralatan, orang dan

bahan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman

yaitu (Depkes RI, 2004) :

1. Pemilihan bahan makanan

2. Penyimpanan bahan makanan

3. Pengolahan makanan

4. Penyimpanan makanan masak

5. Pengangkutan makanan

6. Penyajian makanan

2.2.1. Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan

mutunya, dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan

yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran, termasuk pencemaran oleh bahan

kimia seperti pestisida.

2.2.1.1. Ciri-ciri bahan makanan nabati yang baik 1) Buah-buahan

(24)

b. Isi masih terbungkus kulit dengan baik.

c. Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan

(karbitan) dan warna lain selain warna buah.

d. Tidak berbau busuk, bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya.

e. Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.

2) Sayuran

a. Kulit buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu.

b. Kulit buah atau umbi utuh dan tidak rusak/pecah.

c. Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia.

d. Tidak ada bagian tubuh buah yang ternoda atau berubah warnanya.

e. Bebas dari tanah atau kotoran lainnya.

3) Biji-bijian

a. Kering, isi penuh (tidak keriput dan warna mengkilap).

b. Permukaannya baik, tidak ada noda karena rusak, jamur atau kotoran selain

warna aslinya.

c. Biji tidak berlubang-lubang.

d. Tidak tercium bau lain selain bau khas biji yang bersangkutan.

e. Tidak tumbuh kecambah, tunas kecuali dikehendaki untuk itu (tauge)

f. Biji yang masih baik akan tenggelam bila dimasukkan ke dalam air.

2.2.1.2. Sumber bahan makanan yang baik

Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui

(25)

temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui

jaringan perdagangan pangan.

Sumber bahan makanan yang baik adalah :

1) Pusat penjualan bahan makanan dengan system pengaturan suhu yang

dikendalikan dengan baik (swalayan).

2) Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah

daerah dengan baik.

2.2.2. Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan

Penyimpanan bahan makanan dilakukan untuk menghindari :

1) Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia

2) Kerusakan mekanis seperti gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain.

Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya, yaitu :

a. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10

b. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4

– 5 ºC untuk

jenis minuman, buah dan sayuran.

c. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0

– 10 ºC untuk

bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.

d. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0ºC untuk bahan

makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.

- 4º C

untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24

(26)

2.2.3. Prinsip 3 : Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang

megikuti kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi. (Depkes RI, 2004)

2.2.3.1. Penjamah makanan

Penjamah makanan tidak berpenyakit perut, kulit dan penyakit menular

lainnya. Periksalah kesehatan secara rutin minimal dua kali setahun, kuku tangan

tidak panjang dan harus bersih.

Dalam bekerja penjamah makanan harus menggunakan pakaian kerja seperti

celemek, penutup rambut, tidak merokok, menggaruk-garuk hidung, dan telinga.

Sebelum menjamah makanan dan setelah buang air besar/kecil selalu mencuci tangan

dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

Syarat-syarat penjamah makanan, (Depkes RI, 2003) :

1) Tidak menderita penyakit mudah menular, misalnya : batuk, pilek, influenza,

diare, penyakit perut sejenisnya.

2) Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya).

3) Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

4) Memakai celemek dan tutup kepala.

5) Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6) Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau menggunakan alas

tangan.

7) Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau

(27)

8) Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan tanpa

menutup mulut atau hidung.

2.2.4. Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan makanan :

a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup.

b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan.

c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air.

d. Apabila disimpan di ruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan

ditutup agar terhindar dari serangga dan binatang lain.

e. Lemari penyimpanan sebaiknya tertutup dan tidak berada tanpa kaki

penyangga atau di pojok ruangan agar tidak mudah dijangkau oleh tikus,

kecoa dan hewan lainnya.

2.2.4.1. Waktu tunggu (holding time)

1) Makanan masak yang disajikan panas harus tetap berada dalam keadaan diatas

60ºC.

2) Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu

dibawah 10ºC.

3) Makanan yang disimpan pada suhu dibawah 10ºC harus dipanaskan kembali

(reheating). 2.2.4.2. Suhu

1) Makanan kering disimpan dalam suhu kamar (25 – 30º C)

2) Makanan basah harus segera disajikan pada suhu diatas 60ºC.

(28)

Untuk mencegah pertumbuhan bakteri, usahakanlah makanan selalu berada

pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu di bawah 10ºC atau diatas 60ºC. Suhu

10 – 60º C sangat berbahaya, maka disebut danger zone.

2.2.5. Prinsip 5 : Pengangkutan Makanan.

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam mencegah

terjadinya pencemaran makanan. Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak

yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkut

itu sendiri.

2.2.5.1. Pengangkutan bahan makanan.

Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran

fisik, mikroba, maupun kimia. Untuk mencegah adalah dengan membuang atau

mengurangi sumber yang akan menyebabkan pencemaran. Dengan cara sebagai

berikut (Depkes RI, 2004):

1) Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan

beracun (B3), seperti pupuk, obat hama atau bahan kimia lain.

2) Kendaraan pengangkut makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut bahan

lain seperti : untuk mengangkut orang, hewan, atau barang-barang lain.

3) Kendaraan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap digunakan untuk

makanan selalu dalam keadaan bersih.

4) Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau

pestisida, walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran.

5) Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan,

(29)

6) Kalau mungkin gunakanlah kenderaan pengangkut bahan makanan yang

menggunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan

jangkauan yang lebih jauh lagi.

2.2.5.2. Pengangkutan makanan siap santap

Dalam prinsip pengangkutan siap santap perlu diperhatikan hal-hal berikut

(Depkes RI, 2004) :

1) Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.

2) Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan

makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau anti bocor.

3) Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas

60ºC dan tetap dingin 4ºC.

4) Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam

keadaan tertutup sampai di tempat penyajian.

5) Kendaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak digunakan untuk

keperluan lain.

2.2.6. Prinsip 6 : Penyajian Makanan

Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam

menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai

cara, asalkan memperhatikan khaidah hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan

pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan

tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.

Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan

(30)

menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan

makanan yang disajikan.

2.3. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau analisis bahaya dan

titik pengendalian kritis adalah sebuah konsep pendekatan sistematis terhadap

identifikasi dan penilaian bahaya dan resiko yang berkaitan dengan pengolahan,

distribusi dan penggunaan produk makanan, termasuk pendefenisian cara pencegahan

untuk pengendalian bahaya. (Thaheer, 2005)

HACCP dan titik pengendalian kritis terdiri dari 7 elemen sebagai berikut :

1. Identifikasi bahaya dan penilaian tingkat bahaya dan resiko (analisis bahaya).

2. Penentuan titik pengendalian kritis (ccp : critical control point) yang

dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya.

3. Spesifikasi bahan kritis yang dapat menunjukkan bahwa suatu proses dapat

dikendalikan pada titik pengendalian kritis (ccp) tertentu.

4. Penyusunan dan penetapan sistem pemantauan.

5. Pelaksanaan tindakan perbaikan ketika batas kritis tidak tercapai.

6. Verifikasi suatu system, dilakukan untuk menguji keefektifan suatu system.

7. Penyimpanan data atau dokumen, dilakukan agar informasi yang diperoleh

dari studi analisis bahaya dan titik pengendalian kritis (HACCP)

Analisis bahaya pada susu kedelai yaitu terdiri dari :

1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan seperti

(31)

2. Bahaya kimia yang berasal dari penggunaan pestisida, desinfektan, bahan

tambahan makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia sukar dihilangkan

dan kadarnya harus dibawah batas yang ditentukan.

3. Bahaya fisik yang tidak boleh ada dalam minuman seperti rambut, potongan

kuku penjamah minuman.

Bagan Keputusan/Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari

Thaheer, 2005 yaitu :

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/bahan mentah

Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku (kedelai) mengandung bahaya pada

tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan susu kedelai termasuk cara penggunaan oleh

konsumen dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai

pada tingkat yang dapat diterima?

Tidak bukan titik pengendalian kritis

Pertanyaan-pertanyaan yang diujukan untuk setiap tahap pengolahan.

Pertanyaan 3 : Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

(32)

Pertanyaan 4 Apakah pada tahap penghancuran kedelai dan penyaringan bahaya

dapat muncul atau bertambah sampai pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 5 Apakah pengolahan selanjutnya yaitu tahap pencampuran bubur

kedelai dengan air dapat menjamin hilangnya/kurangnya bahaya

sampai pada tingkat yang dapat diterima?

Tidak

Pertanyaan 6 Apakah pengolahan akhir yaitu pemasakan bertujuan untuk

menghilangkan bahaya sampai pada tingkat yang dapat diterima?

(33)

Diagram HACCP pada pembuatan susu kedelai

Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)

Titik

(34)

2.4. Persyaratan Kesehatan Makanan Jajanan dan Minuman

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan dan minuman, dijual dan disajikan sebagai makanan atau minuman yang

siap santap bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran

dan hotel. (Depkes RI, 2003)

Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 yang memuat persyaratan

makanan jajanan antara lain meliputi penjamah makanan, peralatan, air, bahan

makanan dan penyajian, sarana penjaja serta sentra pedagang.

Dalam Kepmenkes tersebut dinyatakan penjamah makanan harus memenuhi

persyaratan, antara lain menjaga kebersihan tubuh dan pakaian, mencuci tangan

setiap kali hendak menangani makanan, menjamah makanan dan peralatan. Peralatan

yang digunakan sebaiknya dicuci dengan air bersih dan sabun, disimpan di tempat

yang bebas pencemaran. Untuk peralatan yang dirancang sekali pakai dilarang

digunakan kembali. Air yang digunakan harus dimasak sampai mendidih. Bahan yang

diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik mutunya, segar dan tidak

busuk. Peralatan yang digunakan untuk penyajian makanan dan minuman jajanan

harus bersih dan aman bagi kesehatan. Sarana penjaja harus dilengkapi dengan

tempat penyimpanan peralatan dan tempat sampah. Sentra pedagang jajanan harus

jauh dari sumber pencemaran seperti tempat pembuangan sampah, tempat

pembuangan limbah, rumah potong hewan dan sebagainya. Tempat penjualan

makanan harus dilengkapi fasilitas sanitasi, antara lain tempat pembuangan sampah

(35)

2.5. Penyakit yang ditimbulkan oleh Bakteri melalui Perantara Makanan

Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia selain udara (oksigen).

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai

kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat-zat gizi untuk dapat

memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi karena makanan yang tidak aman dapat

menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit bahkan keracunan. (Azwar, 1996)

Penyakit yang bersumber dari makanan (industri maupun rumah tangga) dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Food Infection (bacteria and viruses) atau makanan yang terinfeksi, seperti salmonellosis, shigellosis, cholera, tularemia, tuberculosis, brucelosis, hepatitis dan sebagainya.

b. Food Intoxication (bakteri) atau keracunan makanan karena bakteri seperti staphylococcal food poisoning, clostridium perferingens food poisoning, botulism food poisoning, bacilus cereus food poisoning.

c. Chemical food borne illness atau keracunan makanan karena bahan kimia seperti cadmium, antimon, zink, insektisida dan bahan kimia lainnya.

d. Poisoning plants and animals atau keracunan makanan karena hewan dan tumbuhan beracun seperti jengkol, jamur, dan kentang (salanin).

e. Parasites atau penyakit parasit seperti cacing taeniasis, cystosomiasis, trichinosis, ascariasis. (Depkes, 1992)

Penyakit oleh bakteri dengan perantaraan pangan dapat dibedakan menjadi 2

(36)

1. Infeksi, terjadi apabila mengkonsumsi makanan atau minuman yang

mengandung bakteri patogen yang jumlahnya cukup untuk menimbulkan

penyakit.

2. Keracunan (intoksikasi), disebabkan mengkonsumsi pangan yang

mengandung senyawa beracun. Senyawa beracun ini mungkin terdapat secara

alamiah pada tamanan, hewan atau bakteri.

2.6. Susu Kedelai dan Cara Pembuatannya 2.6.1. Susu Kedelai

Definisi susu kedelai menurut Balai Pengawas Obat dan Makanan adalah

produk yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai dengan air atau larutan tepung

kedelai dalam air, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain serta bahan

tambahan makanan lain yang diijinkan. (BPOM, 1995)

Susu kedelai adalah minuman yang berasal dari pengolahan beberapa

campuran bahan dasar seperti kedelai, gula dan air. Kedelai yang digunakan untuk

pembuatan susu kedelai adalah bijinya. Biji kedelai yang paling bagus digunakan

untuk pembuatan susu kedelai adalah yang berwarna putih atau putih

kekuning-kuningan karena jika menggunakan biji kedelai warna hitam akan mempengaruhi

warna susu kedelai tersebut. (Rukmana, 1995)

Usaha pembuatan susu kedelai merupakan usaha yang sederhana tetapi jika

dikelola dengan baik akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Selain itu,

proses pembuatannya mudah dan tidak membutuhkan keterampilan tinggi serta alat

(37)

2.6.2. Cara Pembuatan Susu Kedelai

Adapun cara pembuatan susu kedelai adalah sebagai berikut:

A. Bahan dan Peralatan Bahan:

1. Kedelai

2. Air

3. Gula

Peralatan: 1. Timbangan

2. Blender

3. Panci

4. Kompor

5. Tampah

6. Pengaduk

7. Kain Kasa

B. Cara Pembuatan

1. Memilih atau sortasi kedelai

Kedelai yang akan dibuat susu harus dipilih bijinya yang utuh dan bagus. Kedelai

yang kulitnya pecah, berkeriput dan berjamur harus dipisahkan sebab dapat

menyebabkan bau tengik sehingga jika terbawa dalam proses pembuatan susu

kedelai akan mempengaruhi rasa dan aroma susu kedelai yang dihasilkan. Begitu

juga dengan kotoran seperti kerikil dan cangkang kedelai yang terbawa harus

(38)

2. Merendam kedelai

Setelah dipilih, kedelai direndam dengan air. Perendaman dilakukan selam ± 12

jam. Perbandingan kedelai dengan air rendaman adalah 1:3 (untuk 1 kg kedelai

direndam dalam 3 liter air).

3. Memblender atau menggiling

Kedelai yang telah direndam kemudian dibuang kulit arinya dengan cara

diremas-remas, setelah itu kedelai dibilas dan ditiriskan diatas tampah sampai tidak ada air

yang menetes lagi, tujuannya untuk menghilangkan bau langau. Kemudian

dihaluskan dengan menggunakan blender. Untuk mempermudah proses

pelumatan digunakan air panas secukupnya.

4. Merebus kedelai

Kedelai yang telah dihaluskan kemudian direbus dalam panci ditambahkan gula

dan air. Jumlah gula yang ditambahkan tidak boleh terlalu banyak karena akan

menyebabkan susu kedelai menjadi coklat. Kira-kira jumlah gula yang

ditambahkan 50-70 gram dalam 1 liter susu kedelai. Sedangkan jumlah air yang

ditambahkan perbandingannya 1:4 (1 kg kedelai dalam 4 liter air).

5. Menyaring kedelai

Setelah direbus, dibiarkan sebentar sampai dingin kemudian disaring dengan

menggunakan kain kasa. Hasil penyaringan merupakan susu kedelai yang siap

(39)

2.7. Bakteri

2.7.1. Definisi Bakteri

Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani, yaitu bakterion yang berarti tongkat

atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme

yang bersel satu, berkembangbiak dengan cara membelah diri serta demikian kecilnya

sehingga hanya tampak dengan mikroskop. Berbagai jenis bakteri dapat dibedakan

menurut bentuknya yang kadang tercermin dalam namanya. (Dwidjoseputro, 1990)

2.7.2. Morfologi Bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya, bakteri dapat dibagi atas tiga golongan

yaitu golongan basil, golongan kokus dan golongan spiral. Basil (dari bacilus)

berbentuk serupa tongkat pendek silindris. Sebagian besar bakteri berupa basil. Basil

dapat bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, bergandengan dua disebut

diplobasil. Kokus (dari coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan

panjang serupa tali leher disebut streptococcus, ada yang bergandengan dua disebut

dicoccus, ada yang mengelompok berempat disebut tetracoccus. Kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut staphylococcus sedangkan kokus

yang mengelompok seperti kubus disebut sarsina. Spiral (dari spirilium) atau vibrio

adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang

berbentuk spiral tidak banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil

jika dibandingkan dengan golongan basil maupun kokus.

Pada umumnya bakteri itu kecil sekali sehingga kita memerlukan mikroskop

(40)

Basil lebarnya antara 0.2µ-2.0µ, sedangkan panjangnya antara 1µ-15µ. Sel bakteri ini

terdiri atas dinding sel, sitoplasma dan bahan inti (nukleus).

Kebanyakan dari bakteri mati jika tidak ada makanan atau dalam keadaan

yang tidak cocok. Dalam keadaan ini, bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora

bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap

pengaruh buruk dari luar atau bentuk tidak aktif dari bakteri apabila lingkungannya

tidak sesuai. Misalnya suhu tinggi atau rendah, kondisi kering dan kondisi lain yang

tidak menguntungkan. Dalam bentuk spora, bakteri ini tidak mati. Segera setelah

keadaan luar baik bagi bakteri, maka bungkus spora akan pecah dan bakteri tumbuh

sebagaimana biasanya. (Dwidjoseputro, 1990)

2.7.3. Faktor-faktor Pendukung Pertumbuhan Bakteri

Bakteri memerlukan faktor-faktor yang kompleks untuk mendukung

pertumbuhannya, antara lain:

1. Suhu

Berdasarkan suhu pertumbuhannya, maka bakteri mempunyai sifat tumbuh

yang terbagi atas:

a. Psikofilik, yaitu mempunyai daerah tumbuh antara 0 - 30º C.

b. Mesofilik, yaitu mempunyai daerah tumbuh antara 25 - 37º C, dengan temperatur minimum 15ºC dan maksimum antara 45 - 55º C, contoh:

Salmonella sp.

(41)

2. Nutrisi/makanan

Seperti halnya makhluk hidup lainnya, bakteri juga memerlukan makanan

sebagai sumber zat gizi untuk tumbuh dan berkembangbiak. Biasanya bahan makanan

yang baik untuk manusia disukai pula oleh bakteri karena memiliki jumlah zat gizi

yang penting dan tersedia untuk perkembangan bakteri.

3. Air

Bakteri memerlukan air untuk kehidupannya. Prinsip ini sering kita gunakan

untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam makanan, yaitu dengan mengurangi

kadar air di dalam bahan makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh di dalamnya.

Bahan makanan kering atau produk makanan yang diproses dengan penggulaan atau

penggaraman, seperti selai, dodol, ikan asin, telur asin, dan lain-lain akan awet karena

bahan-bahan tersebut tidak mengandung air yang cukup untuk pertumbuhan bakteri

yang dapat merusak makanan.

4. Keasaman/nilai pH

Bakteri perusak dan patogen umumnya memerlukan nilai pH lebih tinggi dari

4,6 sampai pH netral (pH 7) untuk dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian,

secara alami ada bahan makanan yang kurang disukai oleh bakteri karena memiliki

pH kurang dari 4,6. Termasuk dalam kelompok ini antara lain vinegar, mayonaise dan

tomat. Sebaliknya, banyak pula bahan makanan yang disukai oleh bakteri karena

memiliki pH lebih dari 4,6 antara lain daging, ikan, ayam, keju, udang dan lain-lain.

Dengan demikian, bahan-bahan makanan tersebut harus ditangani dengan

memperhatikan prosedur sanitasi yang memadai agar tidak terkontaminasi oleh

(42)

5. Oksigen

Bakteri dikelompokkan menjadi bakteri aerobik, bila untuk pertumbuhannya

mutlak memerlukan oksigen, anaerobik bila tidak memerlukan oksigen untuk

pertumbuhannya dan anaerobik fakultatif dapat tumbuh dalam kondisi tidak ada

oksigen tetapi lebih suka dalam lingkungan yang ada oksigen.

6. Waktu

Jika bakteri menemukan keadaan yang cocok, pertumbuhan dan reproduksi

terlaksana. Bakteri berkembangbiak dengan membelah diri. Dari satu sel tunggal

menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya. Dalam

lingkungan dan suhu yang cocok, bakteri membelah diri setiap 20-30 menit. Dalam

kondisi yang mereka sukai itu, maka dalam 8 jam satu sel bakteri telah berkembang

sampai 17 juta sel dan menjadi satu milyar dalam 10 jam.

7. Kelembaban

Sel-sel bakteri terdiri dari 80% air. Air adalah kebutuhan esensial bakteri,

tetapi bakteri tidak dapat menggunakan air yang mengandung zat-zat terlarut dalam

konsentrasi tinggi seperti gula dan garam. Larutan pekat, misalnya larutan garam 200

mg/liter tidak menunjang pertumbuhan bakteri.

8. Cahaya

Bakteri biasanya tumbuh dalam gelap, walaupun ini bukan suatu keharusan.

Tetapi sinar ultraviolet mematikan bakteri dan ini dapat digunakan untuk prosedur

(43)

2.8. Salmonella sp.

2.8.1. Klasifikasi Salmonella sp.

Berikut ini merupakan taksonomi dari bakteri Salmonella sp. (Bastian, 2003)

Phylum: Bacteria (Eubacteria) Class : Prateobacteria Ordo : Eubacteriales Family : Enterobacteriae Genus : salmonella Spesies: Salmonella sp.

Terdapat tiga spesies utama dari Salmonella sp yaitu, S. typhi, S. cholerasuis,

dan S. enteriditis. Selain itu juga terdapat spesies Salmonella sp. yang lain yaitu, S. arizonae, S. belfast, S. blokley, S. Dublin, S. gallinarum, S. heidelberg, S. hirscfeldii, S. infantis, S. janiana, S. loma-linda, S. newport, S. sain-paul, S. schottmuelleri, S. stokholm, S. wein, S. weiberge, S. virchow dan S. hadar, tetapi paling sering ditemukan dalam air adalah S. enteriditis dan S. typhimurium. (Dwidjoseputro, 1978)

Salmonella sp. adalah kuman berbentuk batang dan bergerak, gram negatif, anaerob fakultatif. Salmonella sp. telah dikenal sebagai penyebab penyakit lebih dari

100 tahun. Salmonella sp. ditemukan oleh seorang ilmuwan Amerika Dr. Daniel E.

Salmon, terdapat lebih dari 2300 serotipe Salmonella sp. (Sanropie, 1984)

Salmonella sp. adalah bakteri yang tidak berspora dan panjangnya bervariasi. Kebanyakan spesies begerak dengan flagel peritrih kecuali Salmonella pullorum dan

S. gallinarium (Bastian, 2003)

Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 – 41º C dengan suhu optimum 35

(44)

2.8.2. Sifat Salmonella sp.

Salmonella sp. tumbuh dengan cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa. Bakteri ini menghasilkan asam dan beberapa gas dari

glukosa dan manosa. Bakteri ini cenderung menghasilkan hidrogen sulfida (H2

Salmonella sp. resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau brillian, natrium tetratiumat dan natrium dioksikholat). Senyawa ini menghambat kuman

koliform karena itu bermanfaat untuk isolasi Salmonella sp. dari tinja. (Bastian, 2003) S).

Bakteri ini dapat hidup di dalam air yang dibekukan untuk waktu yang lama.

2.8.3. Patogenesis Salmonella sp.

Organisme ini sebenarnya selalu masuk melalui mulut, biasanya dengan

makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella sp. Sebagian kuman mati

oleh asam lambung tetapi yang lolos masuk ke usus halus dan berkembang biak di

illeum. Disini terjadi fagositosis oleh sel kelenjar getah bening yang kemudian

menyebar ke aliran darah, kelenjar getah bening dan ke usus.

Dosis infektif bagi manusia adalah 105-108

Dua tipe Salmonella sp. yaitu S. enteriditis dan S. typhimurium merupakan

penyebab kira-kira setengah dari seluruh infeksi pada manusia. Pada manusia semua

Salmonella sp. menimbulkan penyakit yang pada umumnya disebut Salmonellosis, dibagi menjadi 3 golongan. (Bastian, 2003)

Salmonella sp. Diantara

faktor-faktor tuan rumah yang menyebabkan resisten terhadap infeksi Salmonella sp adalah

keasaman lambung, jasad renik flora normal usus, dan daya tahan usus setempat.

(45)

Merupakan gejala yang paling sering dari infeksi Salmonella sp. Gejala ini

terutama ditimbulkan oleh S. enteriditis dan S. typhimurium. Biasanya terjadi demam,

kejang perut dan diare yang terjadi antara 12-72 jam setelah mengkonsumsi minuman

yang terkontaminasi.

Penyakit tersebut dapat berlangsung selama 4-7 hari dan kebanyakan sembuh

tanpa pengobatan atau pemberian antibiotik, akan tetapi diare akan bertambah parah

den mengharuskan penderita berobat ke rumah sakit terutama untuk penggantian

cairan elektrolit.

Penyakit ini berakibat fatal jika orang tua dan bayi yang kekebalannya rendah

mengkonsumsi minuman yang terkontaminasi kuman tersebut. Pada penderita ini,

infeksi biasanya menyebar dari usus ke pembuluh darah kemudian ke seluruh

jaringan tubuh dan dapat menyebabkan kematian kecuali jika penderita cepat

memperoleh pengobatan dengan antibiotik.

Pada awalnya khloramfenikol merupakan obat pilihan untuk infeksi

Salmonella sp. kemudian ampisilin, akan tetapi lama kelamaan Salmonella sp. resisten terhadap obat-obatan tersebut. Trinetropin sulfametoksazol merupakan obat

pengganti kedua obat diatas. (Bastian, 2003)

2. Golongan Bakterimia (Septikemia)

Biasanya ini dihubungkan dengan S. cholerasius tetapi dapat disebabkan oleh

setiap serotip Salmonella sp. infasi dini dalam darah setelah infeksi melalui mulut

dengan kemungkinan lesi fokal di paru-paru, tulang, selaput otak, dan sebagainya.

Tetapi sering tidak ada manifestasi usus, biakan darah tetap positif.

(46)

Disebabkan oleh S. typhi, S. paratyphi A, S. schootmulleri. Salmonella sp.

yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke kelenjar getah bening lalu dibawa

ke aliran darah. Kuman dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk usus

dimana organisme ini berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresi dalam

tinja.

Setelah masa inkubasi 10-14 hari maka timbul demam, lemah, sakit kepala,

konstipasi, bradikardia dan mialgia, demam sangat tinggi, limfa serta hati menjadi

besar. Pada beberapa kasus terlihat bintik-bintik merah (Rose Spots) yang

berlangsung sebentar. Jumlah sel darah putih normal atau rendah. Komplikasi utama

demam enteric adalah perdarahan usus dan perforasi.

2.9. Salmonella sp. pada Susu Kedelai

Bakteri Salmonella sp hidup dan berkembang biak sebagai parasit di dalam

saluran pencernaan berbagai hewan mamalia, unggas, ular dan kura-kura. Sejumlah

besar binatang peliharaan dan binatang liar bertindak sebagai reservoir termasuk

unggas, babi, hewan ternak, tikus dan binatang peliharaan seperti ayam, anjing, dan

kucing. Manusia juga dapat menjadi reservoir yaitu penderita salmonellosis, yang

sedang dalam masa penyembuhan dan penderita yang tidak menunjukkan gejala

(carier). (Kandun, 2000)

Penularan terjadi karena menelan bakteri Salmonella sp yang ada di dalam

makanan yang berasal dari hewan yang terinfeksi atau makanan yang terkontaminasi

oleh kotoran binatang dan kotoran manusia yang terinfeksi salmonellosis.

(47)

rute fekal-oral dari orang ke orang menjadi sangat penting, terutama pada saat orang

tersebut terkena diare. Susu kedelai dapat tercemar bakteri salmonella sp pada saat

proses pengolahan. Suhu yang tidak tepat selama pengolahan dan kontaminasi silang

yang terjadi selama makanan tersebut sampai kepada konsumen adalah faktor risiko

yang paling penting. Salmonella sp umumnya akan mati pada suhu 60°C selama

15-20 menit. Selain itu, kontaminasi melalui air yang tidak diklorinasi dan yang tercemar

oleh tinja hewan yang kemudian digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan

susu kedelai dapat menjadi penyebab tercemarnya susu kedelai oleh bakteri

Salmonella sp. (Kandun, 2000)

Standard Nasional Indonesia (SNI) mengeluarkan peraturan tentang syarat

mutu susu kedelai. Susu kedelai yang aman harus terhindar dari kemungkinan

kontaminasi Salmonella sp. (negatif).

2.10. Cara Mencegah Resiko Terjadinya Infeksi Salmonella sp.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah resiko terjadinya

infeksi Salmonella sp yaitu sebagai berikut :

1) Lakukan penyuluhan kepada pengolah makanan tentang pentingnya :

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan.

b. Mendinginkan makanan yang sudah diolah di dalam wadah kecil.

c. Memasak dengan sempurna semua makanan yang berasal dari binatang,

terutama unggas, babi, produk telur dan produk daging.

d. Hindari rekontaminasi didalam dapur sesudah masak.

e. Menjaga kebersihan di dapur dan melindungi makanan dari kontaminasi tikus.

(48)

3) Lakukan penyuluhan kepada penderita yang menjadi carrier akan pentingnya

mencuci tangan sesudah buang air besar (dan sebelum menjamah makanan).

2.11. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut:

Susu Kedelai Salmonella sp.

Memenuhi

1. Pemilihan bahan susu kedelai

2. Penyimpanan bahan susu kedelai

3. Pengolahan susu kedelai 4. Penyimpanan susu kedelai 5. Pengangkutan susu

kedelai

6. Penyajian susu kedelai

Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei bersifat deskriptif sederhana yaitu

untuk mengetahui adanya kontaminasi Salmonella sp. pada susu kedelai yang dijual

oleh pedagang di beberapa pasar tradisional di kota Medan dengan melakukan

pemeriksaan Laboratorium.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 3 pasar tradisional yaitu Pasar Tanjung Rejo,

Pasar Sukaramai dan Pusat Pasar. Adapun alasan peneliti memilih ketiga pasar

tradisional ini sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

a. Jumlah pedagang susu kedelai pada ketiga pasar tradisional ini cukup banyak.

b. Pasar Sukaramai dan Pusat Pasar merupakan pasar tradisional terbesar di Kota

Medan sehingga banyak dikunjungi masyarakat.

c. Pasar Tanjung Rejo merupakan pasar yang dekat dengan tempat tinggal

peneliti. Pedagang susu kedelai di pasar ini juga memasarkan susu kedelai ke

pasar tradisional lain.

d. Belum pernah dilakukan pemeriksaan Salmonella sp. pada susu kedelai di

pasar tersebut.

e. Lokasi penelitian dekat dan mudah dijangkau.

(50)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai September 2009.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah susu kedelai yang diperoleh dari

10 pedagang. Pemilihan pedagang susu kedelai tersebut secara total populasi dengan

alasan bahwa jumlah populasi kecil (10 pedagang) dan sudah mencakup keseluruhan

pedagang susu kedelai yang ada di Pasar Tanjung Rejo (4 Pedagang), Pasar

Sukaramai (3 Pedagang) dan Pusat Pasar (3 Pedagang).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan uji laboratorium terhadap susu

kedelai untuk mengetahui tingkat kontaminasi Salmonella sp. dan observasi terhadap

pedagang yang menjual susu kedelai.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan.

3.5. Definisi Operasional

1. Susu kedelai adalah produk yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai dengan

air atau larutan tepung kedelai dalam air, dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang diijinkan.

2. Salmonella sp. adalah kuman berbentuk batang dan bergerak, gram negatif, anaerob fakultatif sebagai penyebab penyakit Salmonellosis.

3. Pemilihan bahan susu kedelai adalah pemilihan bahan yaitu kacang kedelai yang

(51)

4. Penyimpanan bahan susu kedelai adalah penyimpanan bahan minuman pada

tempat yang tertutup sehingga tidak terjangkau tikus, serangga, dan binatang

pengganggu lainnya.

5. Pengolahan susu kedelai adalah proses pengubahan bentuk kacang kedelai

menjadi minuman susu kedelai yang siap saji.

6. Penyimpanan susu kedelai adalah menyimpan susu kedelai yang siap saji pada

tempat yang tidak tercemar debu, tertutup, tidak dapat dijangkau tikus, serangga

dan binatang pengganggu lainnya.

7. Pengangkutan susu kedelai adalah memindahkan susu kedelai dari tempat

pengolahan ke tempat penyajian atau penjualan.

8. Penyajian susu kedelai adalah minuman disajikan pada tempat yang bersih,

sirkulasi udara dapat berlangsung, dan penyaji berpakaian bersih.

9. Uji laboratorium adalah kegiatan yang dilakukan di ruangan khusus dengan alat

dan cara kerja tertentu.

10.Memenuhi syarat adalah suatu keadaan dimana hasil pemeriksaan Salmonella sp.

pada susu kedelai sesuai dengan standard yang ditetapkan pada Standard Nasional

Indonesia (SNI) No. 01-3830-1995 tentang persyaratan mutu susu kedelai,

dimana angka kuman Salmonella sp. harus negatif (-).

11.Tidak memenuhi syarat adalah suatu keadaan dimana hasil pemeriksaan

Salmonella sp. pada susu kedelai tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan pada Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3830-1995 tentang persyaratan

(52)

12.Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3830-1995 adalah peraturan yang

memuat syarat mutu susu kedelai, dimana salah satunya adalah angka kuman

Salmonella sp. harus negatif (-)

13.Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 adalah peraturan yang memuat

persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan.

3.6. Aspek Pengukuran/Observasi

Aspek pengukuran adalah melihat gambaran sanitasi pembuatan susu kedelai

yang meliputi pemilihan bahan susu kedelai, penyimpanan bahan susu kedelai,

pengolahan susu kedelai, penyimpanan susu kedelai, pengangkutan susu kedelai dan

penyajian susu kedelai. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

berupa pertanyaan yang menyajikan 2 (dua) kategori jawaban, yaitu “Ya” dan

“Tidak”. Hasil dari observasi kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi. Data

hasil pemeriksaan Salmonella sp. pada susu kedelai dibandingkan dengan SNI No.

01-3830-1995 tentang persyaratan mutu susu kedelai.

3.7. Teknik Analisa Data

Data diperoleh dari hasil observasi hygiene sanitasi pembuat susu kedelai

yang diolah dan dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan.

3.8. Pelaksanaan Penelitian 3.8.1. Cara Pengambilan Sampel

1. Persiapkan botol ukuran 300 ml sebanyak 10 botol. Botol tersebut dicuci bersih

luar dan dalam. Mulut botol dibakar dengan menggunakan Lampu Bunsen

(53)

2. Siapkan formulir tentang lokasi pengambilan, tanggal pengambilan dan kode

sampel.

3. Beli susu kedelai kepada pedagang kemudian masukkan ke dalam botol.

4. Botol diberi kode, lokasi pengambilan dan tanggal pengambilan sampel dengan

menggunakan spidol.

5. Kirim sampel secepatnya ke laboratorium untuk diperiksa. Paling lama 6 jam setelah pengambilan sampel.

3.9. Instrumen dan Bahan Penelitian 3.9.1. Alat-alat yang diperlukan

1. Autoclave

2. Inkubator : 37ºC dan 44ºC

3. Timbangan/balance

4. Labu Erlenmeyer/botol reagensia

5. Rak tabung reaksi

6. Lampu spiritus/lampu Bunsen

7. Spidol

8. Tabung reaksi

9. Petri dish/cawan petri

10.Pipet steril : 1cc dan 10 cc

11.Kawat ose

12.Tabung Durham

13.Kulkas

(54)

3.9.2. Bahan dan Media

1. Susu kedelai (sampel)

2. Selenith Broth Agar

3. SSA (Salmonella Shigela Agar)

4. Bahan uji biokimia TSI Agar

5. Bahan uji biokimia Simositrat

6. Bahan uji biokimia Indol Medium

3.10. Cara Kerja Penelitian 3.10.1. Cara Kerja

1. Homogenisasi Sampel

- Pipet 25 ml sampel susu kedelai ke dalam Erlen Meyer yang telah berisi 225 ml

larutan pengencer (Aquades).

- Kocok sebanyak 25-40 kali hingga larutan homogen.

2. Pembiakan Sampel

- Ambil sampel yang telah dihomogenisasi sebanyak 1-3 ml kemudian masukkan

ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml Selenith Broth Agar (SBA).

- Diinkubasi selama 6-24 jam pada suhu 37ºC.

3. Penanaman Sampel

- Ambil 1 ose/sengkelit ssampel yang telah dibiakkan kemudian lakukan

penanaman di permukaan media Salmonella Shigella Agar (SSA) secara zigzag.

- Inkubasi selama 6-24 jam pada suhu 37ºC.

- Amati koloni yang tumbuh :

(55)

- Warna : Tidak berwarna, jernih seperti titik air dan bulat

- Bentuk : kecil dan lepes

- Diameter : 2-3 mm

2. Uji Biokimia

Dari koloni tersangka Salmonella sp. ditanam pada gula-gula yaitu : TSI Agar,

Simositrat, dan Indol Medium kemudian dieramkan selama 1 malam pada suhu 37ºC.

a. TSI Agar

- Tersangka koloni Salmonella dipindahkan ke pembenihan miring TSI Agar

dengan cara menggores bagian miringnya dan menusuk bagian tegaknya.

- Inkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.

- Amati terjadinya perubahan pada bagian tegaknya warna kuning dengan atau

tanpa warna hitam (H2

b. Simositrat

S). Pada bagian miringnya warna merah atau tidak

berubah.

- Masukkan masing-masing 1 sengkelit tersangka koloni Salmonella ke dalam

media Simositrat dengan goresan di permukaan Medium.

- Inkubasikan pada suhu 37ºC selama 48 jam.

- Amati reaksi. Terbentuknya warna biru menunjukkan reaksi positif dan bila

tidak berubah reaksi negatif.

c. Indol Medium

- Masukkan 1 sengkelit tersangka Salmonella ke dalam media Indol dalam

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pembuat Susu Kedelai yang menjual
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Pemilihan Kedelai
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Penyimpanan Kedelai
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pembuat Susu Kedelai Berdasarkan Pengolahan Minuman
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya bakteri Escherichia coli pada sampel minuman susu kedelai dari beberapa penjual susu kedelai di kota

Kondisi penempatan ayam segar yang dijual dengan cara diletakkan saja diatas meja penjualan tanpa adanya perlakuan tertentu akan mempengaruhi tingkat kontaminasi dan pertumbuhan

Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran Selada (Lactuca sativa) yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Padang.. Parasites – soil

Asihka, V, dkk, 2013, “Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran Selada (Lactuca Sativa) yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern Di

Pada 10 sampel yang diteliti yang terdiri dari 5 sampel tauco curah dan 5 tauco kemasan yang dijual di beberapa pasar tradisional dan swalayan di kota Medan

Persentase Uji Angka Kapang yang Terdapat pada Susu Kedelai Tanpa Merek yang Dijual Di Kecamatan Palaran Interpretasi Hasil Jumlah Kapang yang Memenuhi Standar Jumlah Kapang yang

PADA DAGING SAPI YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL SURABAYA BARAT SKRIPSI Oleh: FREDERIKA KARINA YUBILIA FITUS NPM: 19820074 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS WIJAYA

pada Daging Ayam Broiler yang dijual dipasar Pon kabubaten Jombang Identifikasi Salmonella sp Frekuensi Persentase % Positif 4 50 Negatif 4 50 Total 8 100