• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Keselamatan Pasien Di RSU H.Sahudin Kutacane

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Keselamatan Pasien Di RSU H.Sahudin Kutacane"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

DI RSU H.SAHUDIN KUTACANE

TESIS

Oleh

LASTRIANA FITRI 077013016/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

DI RSU H.SAHUDIN KUTACANE

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

LASTRIANA FITRI 077013016/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN DI RSU H.SAHUDIN KUTACANE

Nama Mahasiswa : Lastriana Fitri Nomor Induk Mahasiswa : 077013016

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD, KP-KAI, Sp.MK)

         

Ketua

 

(Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes)

     

Anggota

 

Ketua Program Studi

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 2 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD, KP-KAI, Sp.MK Anggota : 1. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes

2. Masnely Lubis, S.Kep, M.A.R.S

(5)

PERNYATAAN

 

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

DI RSU H.SAHUDIN KUTACANE

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010

(6)

ABSTRAK

Berdasarkan data dan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap perawat di ruang interna RSU.H.Sahudin pada bulan April tahun 2009 diketahui bahwa terdapat masih banyak kasus keselamatan pasien di RSU.H.Sahudin yang diperkirakan mencapai 10% dari seluruh pasien pada bulan Januari hingga Desember 2009 yang berjumlah 1386 pasien. Adapun kasus yang pernah terjadi di antaranya adalah salah pemberian obat dan infeksi nosokomial. Hal ini diduga terkait dengan kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien.

Jenis penelitian ini menggunakan survei explanatory, yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien di RSU H. Sahudin kutacane. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap yang berjumlah 50 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sikap perawat terhadap keselamatan pasien. Tidak ada pengaruh pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien. Faktor yang paling dominan yang memengaruhi keselamatan pasien adalah sikap perawat.

Disarankan kepada Kepala RSU.H.Sahudin untuk meningkatkan Program pelatihan mengenai penatalaksanaan keselamatan pasien bagi perawat sesuai dengan standar pelatihan, manajemen kompensasi melalui pemberian reward kepada perawat terhadap upaya melaksanakan keselamatan pasien, serta memfasilitasi sarana dan prasarana terselenggaranya praktik keperawatan yang berorientasi pada keselamatan pasien.

(7)

ABSTRACT

Based on the data and early survey conducted by the researcher towards nurses in the internal unit of the public hospital H. Sahudin in April 2009, it was found that there were many cases involving patient safety at the public hospital which was estimated to reach the amount of 10% of the total patients (1,386 people) from January to December 2009. Some of the cases included wrong medicine administration and nosocomial infection. This could have happened presumably due to the nurses’ lack of knowledge, attitude and skill about patient safety.

This research used an explanatory survey which was intended to analyze the

influence of knowledge, attitude and skill of the nurses on patient safety at the H. Sahudin Kutacane hospital. The population of this research involved 50 nurses

serving in the inpatient ward. All of them were selected to be sample of the research. The data were obtained by interview with questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression test.

The research showed that the nurses’ attitude had an influence on the patient safety. The nurses’ knowledge and skill did not have influence on the patient safety. The dominant factor influenced the patient safety was the attitude of the nurses.

It is recommended that the chief of public hospital of H. Sahudin to improve the training programs about patient safety management for the nurses based on the training standards, compensation management through a provision of rewards to the nurses in their attempts to implement patient safety procedures as well as providing the facilities and infrastructures.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan

Perawat terhadap Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin Kutacane” ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi

Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Dalam Penyelesaian tesis ini sudah tentu banyak pihak yang telah ikut

memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk semua itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh Dr. Drs. Surya Utama, M.S yang juga

menjabat sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk ikut menjadi mahasiswa

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih

kepada Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si yang telah membimbing kami dan

memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.

Secara khusus saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

(9)

Nasution, M.Kes sebagai pembimbing atas segala ketulusannya dalam menyediakan

waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses

proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

Selanjutnya terima kasih juga saya ucapkan kepada :

- Masnely Lubis, S.Kep, M.A.R.S dan Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.N.S selaku

tim penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian

selama penulisan tesis.

- Bupati Kabupaten Aceh Tenggara yang telah berkenan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan tugas

belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Medan.

- Kepala Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane, yang telah banyak membantu

dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

- Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada keluarga besar ayahanda

(10)

dan ibu mertua Hj. Seridjah yang telah memberikan dukungan moril serta doa selama

penulis menjalani pendidikan.

Teristimewa buat suami saya yang tercinta dan tersayang dr. Kas Mulyadi

serta ananda Zaidan Ataya, yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa

serta motivasi dan memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

Kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi rumah sakit dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

Medan, September 2010

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Lastriana Fitri, lahir pada tanggal 14 Juni 1983 di Kotacane Kabupaten Aceh

Tenggara, beragama Islam, bertempat tinggal di Blang Kejeren Kabupaten Gayo

Luwes. Menikah dengan dr. Kas Mulyadi pada tanggal 6 Januari 2008 dan dikarunia

satu orang putra, yang bernama Zaidan Ataya.

Pendidikan, SDN Pulo Latong (1995), MTsN Kutacane (1998), SPK

Kesdam I / BB Medan (2001), PSIK Mutiara Indonesia Medan (2006).

Pegawai Negeri Sipil pada Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

(13)

BAB 5 PEMBAHASAN... 87

5.1. Pengaruh Karakteristik Perawat Terhadap Upaya Pengembangan Praktek Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSUD H. Sahudin Kutacane ... 87

5.2. Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Upaya Pengembangan Praktek Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSUD H. Sahudin Kutacane ... 88

5.3. Pengaruh Keterampilan Perawat Terhadap Upaya Pengembangan Praktek Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSUD H. Sahudin Kutacane ... 89

5.4. Pengaruh Sikap Perawat Terhadap Upaya Pengembangan Praktek Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSUD H. Sahudin Kutacane ... 91

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 93

6.1. Kesimpulan... . 93

6.2. Saran ... . 93

DAFTAR

 

PUSTAKA

... .

  

95

 

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1. Distribusi Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)... 4

4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Perawat RSUD H. Sahudin Kutacane... 71

4.2. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pengetahuan Perawat dalam Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi

pada Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin Kutacane ... 73

4.3. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kategori Pengetahuan Perawat dalam Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin

Kutacane... 74

4.4. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Keterampilan Perawat dalam Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi

pada Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin Kutacane ... 75

4.5. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kategori Keterampilan Perawat dalam Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin

Kutacane... 76

4.6. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Sikap Perawat Terhadap Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada

Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin Kutacane... 77

4.7. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kategori Sikap Perawat Terhadap Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU H. Sahudin

Kutacane... 77

4.8. Gambaran Responden Berdasarkan Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU

(15)

4.9. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kategori Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien

di RSU H. Sahudin Kutacane... 81

4.10. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien

di RSU H. Sahudin Kutacane... 82

4.11. Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU

H. Sahudin Kutacane... 83

4.12. Hubungan Keterampilan dengan Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU

H. Sahudin Kutacane... 83

4.13. Hubungan Sikap Terhadap Upaya Pengembangan Praktik Keperawatan yang Berorientasi pada Keselamatan Pasien di RSU

H. Sahudin Kutacane... 84

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Diagram Proses Komunikasi ... 16

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Persetujuan Responden... 99

2. Kuesioner………... 100

3. Hasil Statistik...………. 111

(18)

ABSTRAK

Berdasarkan data dan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap perawat di ruang interna RSU.H.Sahudin pada bulan April tahun 2009 diketahui bahwa terdapat masih banyak kasus keselamatan pasien di RSU.H.Sahudin yang diperkirakan mencapai 10% dari seluruh pasien pada bulan Januari hingga Desember 2009 yang berjumlah 1386 pasien. Adapun kasus yang pernah terjadi di antaranya adalah salah pemberian obat dan infeksi nosokomial. Hal ini diduga terkait dengan kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien.

Jenis penelitian ini menggunakan survei explanatory, yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien di RSU H. Sahudin kutacane. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap yang berjumlah 50 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sikap perawat terhadap keselamatan pasien. Tidak ada pengaruh pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien. Faktor yang paling dominan yang memengaruhi keselamatan pasien adalah sikap perawat.

Disarankan kepada Kepala RSU.H.Sahudin untuk meningkatkan Program pelatihan mengenai penatalaksanaan keselamatan pasien bagi perawat sesuai dengan standar pelatihan, manajemen kompensasi melalui pemberian reward kepada perawat terhadap upaya melaksanakan keselamatan pasien, serta memfasilitasi sarana dan prasarana terselenggaranya praktik keperawatan yang berorientasi pada keselamatan pasien.

(19)

ABSTRACT

Based on the data and early survey conducted by the researcher towards nurses in the internal unit of the public hospital H. Sahudin in April 2009, it was found that there were many cases involving patient safety at the public hospital which was estimated to reach the amount of 10% of the total patients (1,386 people) from January to December 2009. Some of the cases included wrong medicine administration and nosocomial infection. This could have happened presumably due to the nurses’ lack of knowledge, attitude and skill about patient safety.

This research used an explanatory survey which was intended to analyze the

influence of knowledge, attitude and skill of the nurses on patient safety at the H. Sahudin Kutacane hospital. The population of this research involved 50 nurses

serving in the inpatient ward. All of them were selected to be sample of the research. The data were obtained by interview with questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression test.

The research showed that the nurses’ attitude had an influence on the patient safety. The nurses’ knowledge and skill did not have influence on the patient safety. The dominant factor influenced the patient safety was the attitude of the nurses.

It is recommended that the chief of public hospital of H. Sahudin to improve the training programs about patient safety management for the nurses based on the training standards, compensation management through a provision of rewards to the nurses in their attempts to implement patient safety procedures as well as providing the facilities and infrastructures.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Visi Indonesia sehat merupakan pandangan dalam mencapai derajat kesehatan

bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

terjadi perubahan tetapi pada visi 2010-2014 diharapkan terwujudnya masyarakat

sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dalam melaksanakan visi yang ada, keperawatan

sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang

profesional dan berorientasi pada paradigma keperawatan yang dimiliki (Depkes,

2000).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit bagian kelima menjelaskan tentang Keselamatan Pasien yaitu

Pasal 43 ayat (1) rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien,

(2) standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

melalui pelaporan insiden, menganalisa dan menerapkan pemecahan masalah

dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan (Cyber

Kebumen.http://blogger.kebumen).

Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan upaya keselamatan pasien di rumah

sakit merupakan sebuah gerakan yang universal. Berbagai negara maju bahkan telah

menggeser paradigma ”kualitas” kearah paradigma baru ”kualitas-keselamatan”. Ini

(21)

penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan terus menerus

(Budihartono, 2006).

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berhubungan langsung

dengan pasien memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan pasien dan

proses penyembuhan yang berlangsung sesuai dengan standar praktik keperawatan.

Dimana salah satu petunjuk pengukuran kualitas layanan kesehatan adalah pencatatan

keselamatan pasien (Nurachmah, 2007).

Keperawatan memberikan pelayanan di rumah sakit selama 24 jam dalam

sehari dan 7 hari dalam seminggu, serta mempunyai kontak yang konstan dengan

pasien. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang sangat

menentukan kualitas pelayanan rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk

peningkatan pelayanan rumah sakit juga diikuti upaya peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan (Gillies, 1996).

Pelayanan keperawatan di rumah sakit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia, yang diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan, dilakukan melalui proses

pengkajian terhadap penyebab utama tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusia,

penentuan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan

pengevaluasian. Seluruh proses diatas disebut proses keperawatan (Ali, 2002).

Di Amerika Serikat menurut Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa

(22)

adalah sistem pelaporan insiden, pengembangan dan penerapan solusi untuk menekan

kesalahan, penetapan berbagai pedoman, standar, indikator keselamatan pasien

berdasarkan pengetahuan dan riset. Di Australia berdasarkan penelitian mengenai

kualitas pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa; dari total sampel 31.000 data

tahun 1984, 3,7% dampak kejadian (14% fatal) dan 1:4 dampak kejadian dari

kelalaian medis.

Survei Internasional dari 5 negara (survei pasien dewasa yang sakit dirawat)

menunjukkan 19% percaya bahwa suatu kesalahan telah dibuat, 11% percaya terjadi

kesalahan obat atau dosis, dan 13% percaya bahwa masalah kesehatan yang serius

diderita disebabkan oleh kesalahan dalam pelayanan/perawatan (Communio Lectures,

Ramsay Health Care Clinical Governance Unit, 2002).

Berdasarkan hasil survei di bidang keperawatan rumah sakit Sanglah Bali,

dari total sampel 236 tenaga keperawatan di rawat inap, sekitar 57 orang (24%)

melakukan kesalahan pemberian obat (Ramsay Health Care Unit, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan Zuidah di rumah sakit umum Haji Medan

(2006) yang berjudul hubungan pengetahuaan, sikap dan tindakan pemasangan

kateter untuk mencegah nosokomial ISK, ditemui ada hubungan pengetahuan, sikap

dan tindakan pemasangan kateter untuk mencegah nosokomial ISK, dari 30%

responden dengan pengetahuan baik, 75% diantaranya melakukan tindakan dengan

(23)

Data laporan tahunan dari sub bagian keperawatan rumah sakit umum

H.Sahudin terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat inap pada tahun 2008

terdapat beberapa keluhan pasien anatara lain:

a. Pemberian obat kepada pasien tidak tepat waktu

b. Perawat kurang ramah

c. Perawat kurang tanggap terhadap keluhan pasien

d. Perawat kurang terampil dalam melayani pasien, dan

e. Perawat lambat dalam melayani pasien.

Data beberapa keluhan diatas diasumsikan salah satu penyebab pasien PAPS

(Pulang Atas Permintaan Sendiri) dengan data sebagai berikut (Tabel 1.1):

Tabel. 1.1. Distribusi Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

No Ruang Rawat Inap 2008 2009

1 VIP 7 5

2 Penyakit Dalam 26 19

3 Bedah 16 12

4 Anak 5 3

Sumber: Subbag Keperawatan RSU.H.Sahudin Kutacane

Ketidaknyamanan pasien merupakan salah satu hal yang mendorong pasien

untuk pulang sebelum sembuh, dari data-data keluhan pasien diatas sangat

berhubungan dengan keselamatan pasien, dimana pasien yang merasa aman serta

nyaman merupakan wujud pelayanan dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan

(24)

Kasus keselamatan pasien di RSU.H. Sahudin diperkirakan mencapai 10%

dari seluruh pasien yang dirawat inap dari bulan Januari sampai Desember 2009 yang

berjumlah 1386 pasien. Adapun kasus yang pernah terjadi adalah kejadian yang tidak

diinginkan seperti: salah pemberian obat yang mencapai 2%, infeksi nosokomial

sekitar 5% dan kasus lainnya sekitar 3% (Rekam Medik RSU H. Sahudin, 2009).

Berdasarkan data RSU H.Sahudin diperkirakan masalah mutu pelayanan

rumah sakit terkait berbagai aspek manajerial RS, namun yang relatif dominan adalah

bidang keselamatan pasien dan kurangnya sarana dan prasarana kesehatan penunjang

keselamatan pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang internal

RSU.H.Sahudin (April, 2009), diperkirakan masalah keselamatan pasien rumah sakit

terkait dengan: (1) Kurangnya pengetahuan perawat, (2) Kurangnya keterampilan,

(3) Kurangnya sikap terhadap keselamatan pasien.

Berdasarkan paparan di atas, maka dalam penelitian ini pengembangan praktik

keperawatan diukur dari aspek karakteristik, pengetahuan, ketrampilan dan sikap

perawat terhadap keselamatan pasien.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang banyaknya kejadian yang tidak diinginkan

(KTD), dan keluhan pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan yang

(25)

belum sesuai standar, dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut: ada

pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat terhadap keselamatan

pasien di RSU. H Sahudin.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah di atas, tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan

keterampilan perawat terhadap keselamatan pasien di RSU. H.Sahudin.

1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat terhadap keselamatan

pasien di RSU.H. Sahudin Kutacane.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Bagi manajemen rumah sakit, sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada

pihak rumah sakit untuk mengembangkan program peningkatan keselamatan

pasien dan sebagai masukan untuk perawat dalam upaya peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit

b. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan dibidang manajemen

administrasi rumah sakit.

c. Bagi penelitian selanjutnya, secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan Pasien 2.1.1. Pengertian

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessment resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melaakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes, 2006).

Sistem Keselamatan pasien umumnya terdiri dan beberapa komponen seperti

sistem pelaporan insiden, analisis belajar dan riset dari insiden yang timbul,

pengembangan dan penerapan solusi untuk menekan kesalahan dan kejadian yang

tidak diharapkan (KTD), serta penetapan berbagai standar keselamatan pasien

berdasarkan pengetahuan dan riset (KKP-RS, 2007).

2.1.2. Tujuan Keselamatan Pasien

Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit diantaranya adalah :

(27)

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

WHO Collaborating Center For Patien Safety (2007), menetapkan 9

(sembilan) solusi life saving keselamatan pasien rumah sakit yang disusun oleh lebih

dari 100 Negara dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah

keselamatan pasien.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong seluruh

RS-RS se-Indonesia untuk menerapkan sembilan solusi keselamataan rumah sakit

baik secara langsung maupun bertahap. Adapun sembilan solusi keselamatan pasien

tersebut adalah:

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf

pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat

(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan

puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi

terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta

kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk

pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, lebel, atau penggunaan

(28)

2. Pastikan Identfikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara

benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun

pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada

yang bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk

verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini;

standarisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem

layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan

protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antara

unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan

terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial

dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.rekomendasi ditujukan untuk

memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk

mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi

para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada sat

serah terima.

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus

(29)

sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau

informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap

kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah

yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis

kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;

pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan

melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur, sesaat

sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur

dan sisi yang akan dibedah.

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki

profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya

adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardissasi dari dosis,

unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan

elektrolit pekat yang spesifik.

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.

Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain

untuk mencegah salah obat (medications error) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasinya adalah menciptakaan suatu daftar yanng paling lengkap dan

(30)

“home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat administrasi,

penyerahan dan/ atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah

medikasi; dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut

dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa

agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang

bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan slang dan spuit yang

salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara

detail/rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan

(misalnya slang yang benar, dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien

(misalnya menggunakan sambungan dan slang yang benar).

8. Gunakan alat injeksi sekali pakai

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan HCV

yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuce) dari jarum suntik. Rekomendasinya

adalah perlunya melarang pakai ulang jarum difasilitas layaanan kesehatan;

pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya

tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan

keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah; dan praktek jarum

(31)

9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi

nosokomial

diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia

menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan tangan yang

efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan masalah ini.

Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, seperti

alkohol, hand-rubs, dsb. Yang disediakan pada titik-titik pelayanan tersedianya

sumber air pada semua kran, pendididkan staf mengenai teknik kebersihan tangan

yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan

pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/

observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

2.1.3. Tehnik Pemberian Obat

Perawat profesional mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan

pemberian obat. Untuk dapat memberikan obat secara benar dan efektif, perawat

harus mengetahui tentang indikasi, dosis, dan cara pemberian obat dan efek

samping yang mungkin terjadi dari setiap obat yang diberikan (Priharjo, 1995).

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat tidak boleh memberikan sampai

ia benar-benar memahami obat yang diberikan. Dengan kemajuan bidang farmasi,

maka jenis dan jumlah obat juga semakin bervariasi. Untuk mengantisipasi hal ini,

maka perawat harus rajin dalam belajar dan membaca berbagai informasi baru

(32)

Sebelum memberikan suatu obat, maka perawat harus yakin bahwa obat

tersebut benar-benar diorderkan oleh dokter. Dalam hal ini perawat berpegang pada

prinsip lima benar yang meliputi: benar ordernya, benar obatnya, benar pasiennya,

benar cara pemberiannya dan benar waktu pemberiannya.

Perawat mempunyai peranan dalam melakukan pengkajian secara

berkelanjutan, perawat harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang

farmakologi obat yang diberikan kepada pasien sehingga dapat mengobservasi

keefektivitasan obat dan mendeteksi adanya kemungkinan toksisitas (Priharjo, 1995).

Perawat sebagai tenaga kesehatan, tidak sekedar memberikan pil, untuk

diminum atau injeksi melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon

klien terhadap pemberian obat tersebut. Perawat juga memiliki peran yang utama

dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif

jika membutuhkan pengobatan (http;//nersdora.multiply.com).

2.1.4. Identifikasi Pasien

Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan

tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan

mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang, dengan kata lain

bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang dan dengan

identitas tersebut kita dapat mengenal seseorang dengan membedakan dari orang lain

(www.ranocenter.net).

Untuk mengadakan identifikasi ada 3 hal yang diperlukan:

(33)

a. Melihat wajah/fisik seseorang secara umum

b. Membandingkan seseorang dengan gambar/foto

2. Memperoleh keterangan pribadi antara lain

a. Nama

b. Alamat

c. Agama

d. Tempat/Tanggal lahir

e. Tanda tangan

f. Nama orang tua/Suami/Istri dsb.

3. Mengadakan penggabungan antara pengenalan fisik dengan keterangan pribadi,

dari penggabungan tersebut biasanya yang paling dapat dipercaya berupa KTP,

Pasport, SIM dsb.

Masalah-masalah yang timbul akibat dari kesalahan identifikasi akan

menyebabkan kerugian bagi rumah sakit karena akan terjadi pemborosan waktu,

tenaga, materi ataupun pekerjaan yang tidak efisien dan lebih jauh akan merugikan

pasien itu sendiri, misalnya kesalahan pemberian obat/tindakan dsb.

Sebaiknya identifikasi pasien dilakukan sebelum pasien diperiksa/dirawat,

oleh karena itu sedapat mungkin keterangan-keterangan dapat diminta langsung

kepada pasien sendiri, tetapi bila tidak mungkin dapat dimintakan keterangan kepada

famili atau teman terdekat yang ada. Pengumpulan data identifikasi dirumah sakit

(34)

baik bila didukung dengan keterangan-keterangan lain yang bersifat legal, misalnya

KTP, Pasport, SIM dsb (www.ranocenter.com).

2.1.5. Komunikasi Keperawatan

Komunikasi merupakan proses yang sangant khusus dan berarti dalam

berhubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih

bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan

khusus dan kepedulian sosial yang besar (M. Jenny, 2003).

Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang

digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang

berkomunikasi. Dasar model umum proses komunikasi terlihat pada gambar

dibawah ini, yang menunjukkan bahwa setiap komunikasi pasti ada pengirim

pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis maupun

non verbal.

Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana

komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan,

temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan, sedangkan faktor eksternal

meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak

(pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan faktor

eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan

(35)

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Tertulis

Verbal

Komunikator

Pesan

Non verbal

Faktor Internal

Komunikan

Faktor eksternal

Gambar 2.1. Diagram Proses Komunikasi (Marquis & Huston, 1998) 2.1.5.1. Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama

bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang

optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi (1) komun

ikasi saat timbang terima; (2) interview/anamnesis; (3) komunikasi melalui komputer;

(4) komunikasi rahasia pasien; (5) komunikasi melalui sentuhan; (6) komunikasi

dalam pendokumentasian; (7) komunikasi antara perawat dengan tim kesehatan

(36)

1. Komunikasi Saat Timbang Terima

Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang

kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta

respons pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan

bersama dengan perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di

dekat pasien. Cara ini lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain

untuk membaca, dan membantu perawat dalam menerima timbang terima secara

nyata.

2. Anamnesis

Anamnesis atau wawancara kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu

dilakukan oleh perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan

(proses keperawatan). perawat melakukan anamnesis kepada pasien, keluarga, dokter

dan tim kerja lainnya.

3. Komunikasi Melalui Komputer

Komputer merupakan suatu alat komun ikasi cepat dan akurat pada

manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data klien dalam komputer akan

mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan

intervensi yang akurat. Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat

diperoleh dengan menggunakan internet, bila perawat mengalami kesul;itan dalam

(37)

4. Komunikasi Tentang Kerahasiaan.

Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan menyerahkan rahasia

dan rasa percaya kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema

dalam menyimpan rahasia pasien, di satu sisi dia membutuhkan informasi dengan

menghubungkan apa yang dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak dia harus

memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapapun.

5. Komunikasi Melalui Sentuhan

Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam

mendekatkan hubungan antara pasien dengan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh

perawat juga dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien dengan

depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil suatu keputusan. Tetapi

yang perlu dicatat dalam sentuhan tersebut adalah perbedaan jenis kelamin antara

perawat dan pasien, dalam situasi ini perlu adanya persetujuan.

6. Dokementasi Sebagai Alat Komunikasi.

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi

keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim

kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam penberian asuhan

keperawatan.

Menurut Nursalam (2002) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan,

maka perawat dapat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran. Dalam

(38)

peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan

mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar.

Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk

mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang

sudah, sedang dan akan dikerjakan perawat.

7. Komunikasi Perawat Dan Tim Kesehatan Lainnya.

Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antar

perawat dan tim kesehatan lainnya: dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan lain-lain.

Pengembangan model praktik keperawatan profesional merupakan sarana

peningkatan komunikasi antar perawat dan tim kesehatan lainnya.

2.1.6. Keperawatan Perioperatif

Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan

perioperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktifitas

yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat

difokuskan pada pasien yang menjalani pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau

menghilangkan masalah-masalah fisik yang menggangu pasien.

Pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis

maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya

berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun

juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga

pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang

(39)

Dalam pencapaian hasil terbaik bagi pasien diperlukan tenaga kesehatan yang

kompeten dan kerjasama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara

umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi:

1). Ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan

membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, 2). Ahli bedah dan

asisten yang melakukan scub dan pembedahan, 3). Perawat intra operatif.

Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan

kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan

koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan

aktifitas selama pembedahan (http://athearobiansyah.bogspot.com).

Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered Nurse

First Assistant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung dengan baik di negara

Amerika utara dan Eropa. Namun demikian praktikny di Indonesia masih belum

sepenuhnya tepat. Peran perawat RNFA diantaranya meliputi penanganan jaringan,

memberikan pemajanan didaerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan

pemberian hemostasis.

Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan,

informasi mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dabn perawat anastesi,

serta perawat bedah dan dokternya. Selain itu segala macam perkembangan yang

berkaitan dengan perawatan pasien di unit perawatan pasca anastesi (PACU) seperti

(40)

syok, kesulitan pernafasan harus dicatat, didokumentasikan dan dikomunikasikan

dengan staff PACU.

2.1.7. Cairan Elektrolit Pekat (Consentrated)

Farmakope Indonesia (1995) menyebutkan, sediaan steril untuk kegunaan

parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang berbeda yaitu; (1) obat atau larutan atau

emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama, (2) sediaan padat kering

atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan

larutan yang diperoleh setelah persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama dan

bentuknya, (3) sediaan mengandung satu atau lebih zat padat, pengencer atau bahan

tambahan lain, (4) sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai

dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam saluran spinal, (5) sediaan padat

kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi

semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang

sesuai.

Cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial:

1. Siapkan peralatan meliputi:

a. Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril

b. Kapas alkohol

c. Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan

d. Air steril atau normal salin bila diperlukan

e. Kassa pengusap

(41)

g. Kartu obat atau catatan rencana pengobatan

2. Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara pemberiannya telah

akurat.

3. Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesuai yang diperlukan dan kemudian

buka dengan cara sebagai berikut:

a. Untuk ampul; pegang ampul dan bila cairan obat banyak terletak dibagian

kepala, jentiklah kepala ampul atau putar ampul beberapa kali sehingga obat

turun ke bawah. Bila perlu bersihkan bagian leher ampul. Ambil kassa steril

letakkan diantara ampul dan ibu jari dengan jari-jari anda kemudian patahkan

leher ampul ke arah berlawanan dengan anda.

b. Untuk vial; bila perlu campur larutan dengn memutar-mutar vial dalam

genggaman anda (bukan dengan mengocok). Buka logam penyegel kemudian

disinfeksi karet vial dengan kaapas alkohol 70%.

4. Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut:

a. Untuk obat dalam ampul; sebaiknya gunakan jarum berfilter. Buka penutup

jarum kemudian secara hati-hati masukkan jarum yang terpasang pada spuit

ke dalam ampul dan hisap cairan sesuai yang dibutuhkan. Bila spuit akaan

digunakan untuk injeksi, ganti jarum filter dengan jarum biasa.

b. Untuk obat dalam vial; pasang jarum berfilter pada spuit, buka penutup jarum

dan tarik pengokang spuit agar udara masuk ke tabung spuit. Secara hati-hati

tusukkan jarum ditengah karet penutup vial lalu maasukkaan udara.

(42)

membuat gelembung. Pegang vial sejajar dengan mata lalu tarik obat

secukupnya secara hati-hati. Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum

dengan kap penutup lalu ganti jarum pada spuit dengan jarum biasa.

c. Bila obat berbentuk (powder), bacalah cara penggunaannya. Obat injeksi

bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk

membuat larutan obat bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam

vial yang berisi obat tersebut dengan spuit (kecuali untuk obat yang tidak

diperbolehkan). Masukkan air steril atau cairan lain sesuai yang dibutuhkan

ke dalamnya, kemudian putar-putar vial sampai obat menjadi larutan. Bila

obat merupakan multidosis, beri label pada vial tersebut tentang tanggal

dicampur, banyaknya obat dalam vial dan tanda tangan anda. Bila perlu

disimpan, baca cara penyimpanan nya sesuai yang dianjurkan oleh pabrik

farmasi.

d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka perawat

harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara

mencampur obat dari dua vial adalah: masukkan udara secukupnya pada vial

A dan jaga jarum tidak menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap

udara secukupnya lalu masukkan pada vial B, hisap cairan obat dari B sesuai

yang diperlukan kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum kemudian tusuk

kan pada vial A dan hisap cairan obat dari vial A sesuai yang diperlukan

(43)

2.1.8. Akurasi Pemberian Obat Pada pengalihan Pelayanan

Pada pemindahan pasien/penglihan pelayanan dari suatu ruangan ke ruangan

yang lain juga memerlukan tindakan pelaksanaan benar pasien yang terdiri dari

memeriksa kembali identitas pasien, mencocokkan nama pasien dengan nama

didalam rekam medis dan mencocokkan nama pasien yang tertera dalam etiket/lebel

obat dengan identitas pasien (http://www.inapatientsafety.persi.or.id).

2.1.9. Pemasangan Kateter dan NGT (Naso Gastric Tube) 2.1.9.1. Pemasangan Kateter

Pemasangan kateter dilakukan hanya bila perlu saja dan segera dilepas bila tidak

diperlukan lagi. Alasan pemasangan kateter tidak boleh hanya untuk kemudahan

personil dalam memberikan asuhan kepada pasien.

Cara drainage urine yang lain seperti: kateter kondom, kateter suprapubik,

kateterisasi selang seling (intermiten) dapat digunakan sebagai kateterisasi

menetap bila memungkinkan.

2.1.9.2 Tehnik Pemasangan Kateter

1. Gunakan yang terkecil tetapi aliran tetap lancar dan tidak menimbulkan

kebocoran dari samping kateter.

2. Pemasangan secara aseptik dengan menggunakan peralatan steril

3. Gunakan peralatan seperti sarung tangan, kain penutup duk, kain kasa dan anti

(44)

4. Kateter yang sudah terpasang harus difiksasi secara baik untuk mencegah tarikan

pada uretra.

2.1.9.3. Tindakan Pemasangan Kateter

Prosedur pemasangan (insersi), pencabutan, dan/atau penggantian kateter

urine. Sebelum pemasangan kateter, periksa untuk memastikan kateter akan dipasang

dengan alasan tepat.

2.1.9.4. Prosedur Pemasangan Kateter

a. Pastikan seluruh alat tersedia, kateter Indwelling steril dengan sistem drainase

kontiniu tertutup atau didesinfeksi tingkat tinggi atau kateter lurus steril dan

tempat pengumpulan urine yang bersih, semprit yang telah didesinfeksi

tingkat tinggi atau steril untuk mengisibalon pada kateter indwelling, sepasang

sarung tangan steril atau didesinfeksi tingkat tinggi, larutan anti septik

(khloriksidin glukonat 2% atau povidon iodine 10%), cunam dengan potongan

kain kasa (2x2 cm) atau kuas kapas besar, paket minyak pelumas sekali pakai,

sumber penerangan (lampu/senter) bila diperlukan, mangkuk untuk air hangat

bersih, sabun, dan tempat sampah tertutup untuk pembuangan benda-benda

terkontaminasi.

b. Sebelum memulai prosedur anjurkan pasien perempuan membuka labianya

dan bersihkan dengan hati-hati bagian uretra dan bagian dalam labianya,

anjurkan pasien laki-laki menarik kulupnya dan bersihkan dengan hati-hati

(45)

c. Bersihkan tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan handuk

kering yang bersih atau dengan udara. Sebaagai alternatif agar tangan tidak

kelihatan kotor gunakan sekitar 1 sendok the, 5 ml larutan anti septik

berbahan dasar lkohol tanpa air pada kedua tangan dan gosok dengan kuat

diantara jari-jemari sampai kering.

d. Kenakan sarung tanagan steril atatu yang telah didesinfeksi tingkat tinggi

pada kedua tangan.

e. Gunakan kateter kecil sesuai dengan sistem drainase yang baik.

f. Untuk petugas kesehatan yang bertangan kanan (tangan yang dominan),

berdiri disebelah kanan pasien (dan disebelah kiri bila dominan bertangan

kiri)

g. Untuk pasien perempuan, pisahkan dan pegang labia terpisah dengan tangan

yang tidak dominan dan bersihkan daerah uretra sebanyak dua kali dengan

larutan antiseptik dengan menggunakan kuas kapas ataupun cunam dengan

potongan kain kasa.

h. Untuk pasien laki-laki, tarik ke belakang kulup dan pegang kepala penis

dengan tangan yang tidak dominan, kemudian bersihkan kepala penis dan

saluran uretra sebanyak dua kali dengan larutan antiseptik, menggunakan

kuas kapas atau cunam dengan potongan kain kasa.

i. Apabila pemasangan kateter lurus, genggam kateter sekitar 5 cm (2 inci) dari

ujung kateter dengan tangan yang dominan dan taruh ujung lainnya pada

(46)

j. Untuk perempuan, masukkan kateter dengan hati-hati kira-kira 5-8 cm atau

sampai urine mengalir. Pada anak-anak masukkan 3 cm (1,5 inci).

k. Untuk laki-laki, masukkan kateter dengan hati-hati kira-kira 18-22 cm (7-9

inci) atau sampai urine mengalir. Pada anak-anak masukkan sekitar 5-8 cm.

l. Apabila memasang kateter indwelling, tekan lagi sekitar 5 cm (2 inci) setelah

urine keluar dan hubungkan kateter ke tabung pengumpulan urine jika tidak

memakai sistem tertutup.

m. Pada kateter indwelling, pompa balon, tarik secara hati-hati agar penolakan

terasa dan lepaskan kateter indwelling dengan tepat pada paha (untuk

perempuan) atau bagian bawah abdomen pada laki-laki.

n. Untuk kateter lurus (masuk dan keluar) biarkan urine keluar dengan perlahan

ke dalam kantung pengumpulan dan kemudian cabut kateter.

o. Taruh benda-benda kotor, termasuk kateter lurus. Apabila akan dibuang

masukkan kedalam kantong plastik atau kedalam kantong tahan bocor dan

tutup kantung sampah.

p. Sebagai alternatif, jika kateter lurus akan digunakan kembali, taruh pada

larutan klorin 0,5 % dan rendam selama 10 menit untuk dekontaminasi.

q. Lepaskan sarung tangan dengan cara dibalikkan dan taruh keduanya dalam

plastik atau tempat sampah.

r. Cuci tangan dengan sabun dan air (atau gunakan larutan antiseptik berbahan

(47)

2.1.9.5. Nasogastric Tube

Tindakan pemasangan selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu

memasukkan sebuah selang plastik (selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung,

melewati tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung (http://en.wikipedia.org).

2.1.9.6. Defenisi NGT:

Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan

melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberi nutrisi dan

obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,

cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi

dari lambung dengan cara disedot (http://dying.about.com/glossary/g/NG_tube.htm).

2.1.9.7. Tujuan dan Manfaat Tindakan Nasogastic Tube digunakan untuk:

1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung

(cairan, udara, darah, racun)

2. Untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)

3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa sunstansi isi

lambung

4. Persiapan sebelum operasi dengan general anasthesia

5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi

pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi

(48)

2.1.9.8. Perencanaan Keperawatan Untuk Menghindari Beberapa Komplikasi 1. Komplikasi Mekanis

a) Agar sonde tidak tersumbat

Perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkaan

air atau the sedikitnya tiap 24 jam, bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti,

sonde harus harus dibersihkan setiaap 30 menit dengan menyemprotkan air atau

teh.

b) Agar sonde tidak mengalami dislokasi

Sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plaster yang

baik tanpa menimbulkan posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat

tidur (+300).

2. Komplikasi Pulmonal aspirasi

a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi

b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna untuk mengontrol

letak sonde tepat lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung

sambil menyemprot udara melalui sonde.

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde

a) Sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap

pasien) panjaangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung

sampai keujung distal sternum.

(49)

c) Sonde harus diletakkan dengan sempurna di sayap hidung dengaan plaster yang

baik tanpa menimbulkan rasa sakit.

d) Perawat dan pasien harus ssetia kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah

masih tetap tidak berubah (tergeser).

2.1.9.9. Pemasangan NGT

Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui

nasoffaring klien kedalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang

memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam

lambung.

Pelaksanaan harus seorang profesional kesehatan yang berkompeten dalam

prosedur dan praktek dalam pekerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan dibutuhkan

untuk melakukan prosedur dengan aman adalah :

1. Anatomi dan fisiologi saluran gastri-intestinal bagian atas dan sistem

pernafasan.

2. Kehati-hatian dalam prosedur pemasangan dan kebijaksanaan

penatalaksanaan NGT. Pengetahuan yang mendalam pada pasien (misalnya:

perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat membuat sulitnya pemasangan

NGT tersebut

2.1.9.10. Peralatan

1. Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)

2. Pelumas/jelly

(50)

4. Stetoskop

5. Lampu senter/pen light

6. Klem

7. Handuk kecil

8. Tissue

9. Spatel lidah

10. Sarung tangan dispossible

11. Plaster

12. Kidney tray

13. Bak instrumen

2.1.9.11. Langkah Pemasangan a. Cuci tangan dan atur peralatan

b. Jika memungkinkan, jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga

c. Identifikasi kebutuhan ukuran ngt klien

d. Bantu klien untuk posisi semifowler

e. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan

(atau sisi kiri bila bertangan dominan kiri)

f. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal, minta klien untuk bernafas melalui satu

lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yaang

lain, bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi

(51)

g. Tempatkan handuk mandi di atas dada klien, pertahankan tissue wajah dalam

jangkauan klien.

h. Gunakan sarung tangan

i. Tentukan panjang selangyang akan dimasukkan dan ditandai dengan plaster.

j. Ukur jarak dari lubang hidung ketelinga, dengaan menempatkaan ujung

melingkar slang pada daun telinga, lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke

tonjolan sternum, tandai lokasi tonjolan sternum disepanjang slaang dengan

plaster kecil.

k. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung

paling bersih, pada saat memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien

menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.

l. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan

klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.

m. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut

tanpa memaksa sat klien menelan, jika klien batuk atau slang menggulung

ditenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya, diantara

upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam.

n. Ketika tanda plaster pada slang mencaapai jalan masuk ke lubang hidung,

hentikan insersi slang dan peeriksa penempaatannya, minta klien membuka

mulut untuk melihat slang. Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung,

(52)

sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi

slang.

o. Untuk mengamankan slang, gunting bagian tengah plaster sepanjang 2 inci,

sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inci plaster pada lubang hidung, lilitkan

salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plaster lilitan mengitari slang.

p. Plasterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat

digunakan untuk memfiksasi slang.

q. Kurangi manipulasi atatu merubah posisi klien sewaktu memasukkan ngt,

termasuk juga batuk atau tersedak karena bisa menyebabkancervical injuri karena

manual stabilization of the head sangat diperlukan sewaktu melakukan prosedur.

r. Stabilisasikan posisi kepala.

2.1.10. Alat Injeksi Sekali Pakai 2.1.10.1. Jarum Suntik

Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun 1660,

meskipun demikian perkembangan pertama injeksi semprot baru berlangsung pada

tahun 1852, khususnya pada saat dikenalnya ampul gelas.

Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke

dalam kulit atau melalui selaput lendir. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang

bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya

hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak biasanya tidak

(53)

2.1.10.2. Persyaratan dalam Larutan Injeksi

Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara

parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :

a. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada

dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat

perusakan kimia dan sebagainya.

b. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan

tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi dan antarbahan obat dan

material dinding wadah.

2.1.10.3. Intravena

Merupakan larutan yang mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi

yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. larutan ini biasanya

isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan.

Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan dan partikel padat,

karena dapat menyumbat kaapiler dan menyebabkan kematian

(www.blog-pharmacy.co.cc)

HIV/AIDS merupakan dua kata yang memiliki arti berbeda. AIDS (Acquired

Immune Deficiency Syndrom) adalah penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan

oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus tersebut diduga kuat berasal

dari virus kera di Afrika yang telah mengalami mutasi. Jika seseorang terjangkit virus

(54)

berbagai macam penyakit. Dianggap mematikan karena penderita AIDS pada

umumnya terkena lebih dari satu penytakit (www.scribd.com)

Walaupun AIDS sangat mematikan, penularannya tidak semudah penularan

virus lain. Virus HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa seperti jabat tangan,

pelukan, batuk, bersin, peralatan makan dan mandi. Virus HIV dapat masuk melalui

luka di kulit atau selaput lendir. Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual,

tranfusi darah, dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril, serta ibu ke anak

selama masa kehamilan, persalinan dan menyusui. (www.scribd.com).

2.1.11. Kebersihan Tangan

Praktik kesehatan dan kebersihan tangan (cuci tangan dan cuci tangan bedah)

dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan

menyingkirkan kotoran dan debu serta menghambat atau membunuh mikroorganisme

pada kulit. Hal ini tidak hanya terdiri dari sebagian besar organisme yang ditularkan

melalui kontak dengan pasien dan lingkungan, tetapi juga sebagian besar organisme

tetap yang hidup pada lapisan-lapisan kulit yang lebih dalam (Panduan Pencegahan

Infeksi, 2004).

Larson (1995) dalam Panduan Pencegahan Infeksi (2004) menyebutkan

kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah

mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta

meminimalisasi kontaminasi silang (misalnya dari petugas kesehatan ke pasien).

Indikasi kebersihan dan kesehatan tangan sudah dipahami dengan baik, tetapi

(55)

sabun biasa atau antiseptik atau penggunaan penggosok tangan berbasis alkohol

bergantung pada besarnya resiko konta dengan pasien (misalnya tindakan medis rutin

versus pembedahan) atau tersedianya bahan.

2.1.11.1. Mencuci Tangan

Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua

kelompok, yaitu flora residen dan flora transien. Flora adalah mikroorganisme yang

secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan

gesekan mekanisme, yang telah beradaptasi pada kehidupan ttangan manusia. Flora

transier yang juga disebut flora kontaminasi, jenisnya tergantung dari jenis tempat

bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan

dengan gesekan mekanisme dan pencucian sabun dan detergen. Oleh karena itu cuci

tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting.

Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat

pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan

sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.

Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan

tidakdapat digantikan dengan memakai sarung tangan.

Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu:

1). Cuci tangan higynik atau rutin, mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan

dengan menggunakan sabun atau detergen. 2). Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan

(56)

hand scrub), sebelum melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik dan

sikat steril.

2.1.11.2. Sarana Cuci Tangan

Air mengalir adalah sarana utama untuk cuci tangan dengan saluran

pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir

tersebut atau bak penampung yang memadai, maka mikroorganisme yang terlepas

karena gesekan mekanisme atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak

menempel lagi dipermukaan kulit.

Sabun dan detergen bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi

menghambat atau mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi

tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan

mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan

meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dilain pihak dengan seringnya

menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan hilang dan

membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan

memberi peluang untuk timbulnya kembali mikroorganisme.

Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai kulit atau

jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme

pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan

pada kulit dan selaput mukosa antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas

(Prawiroharjo, 2004).

(57)

2.2. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manuasia

dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap dan

tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Respon

ini bersifat pasif dan aktif (tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) sesuai

batasan, perilaku kesehatan dapat dirumuskan ssegala bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya (Sarwono, 1997).

Menurut Bloom dalam Notoadmojo (1993) perilaku dibagi 3 (tiga) domain yang

terdiri dari : domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Ketiga

domain ini diukur dalam pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Menurut Notoadmodjo (1993), unsur-unsur dalam pengetahuan pada diri manusia

terdiri dari :

1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan.

2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang

dilakukannya.

3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya.

4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang

Gambar

Tabel. 1.1.  Distribusi Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
Gambar 2.1. Diagram Proses Komunikasi (Marquis & Huston, 1998)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Perawat RSUD                     H
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi Kelayakan Pengembangan Angkutan Sungai di Jawa Tengah. PEMERINTAH PROVINSI

Pengadaan sesuai alamat tersebut diatas sampai dengan batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran. Demikian disampaikan

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pengadaan Alat Kedokteran, Kesehatan dan KB (Belanja Modal Peralatan dan Mesin) Dana Tugas Pembantuan APBN-P RSUD Tugurejo Provinsi Jawa

Kami mengucapkan terima kasih kepada Peserta yang telah mengikuti dengan baik tahapan pemilihan langsung pascakualifikasi melalui electronic procurement (e-proc) untuk paket

POKJA PENGADAAN BARANG Gedung Komplek Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jalan Pemuda Nomor 294, Telp. Leduwi

4. Asli brosur / gambar yang dicap dan ditandatangani Penyedia dengan ketentuan merupakan hasil cetak brosur / gambar dari produsen / distributor / toko penjualan dan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan perencanaan tata ruang ini adalah untuk mengembangkan kawasan Banjir Kanal Barat sebagai ruang rekreasi

Yang dimaksud dengan Produksi Usaha Daerah dan Orang pribadi atau Badan adalah dimana yang menguasai atau membeli calon benih dari petani penangkar terhadap